Disusun Oleh :
Tania Isma Wardani (L1B021094)
I
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas kelimpahan Rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan dengan judul “Pembenihan Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei) di PT. Suri Tani Pemuka Shrimp Hatchery Canti”. Laporan ini dibuat
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh sertifikat magang dari PT. Suri Tani
Pemuka Shrimp Hatchery Canti. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada:
Penulis
II
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................................. I
I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.2. Tujuan............................................................................................................ 2
III
5.1. Kesimpulan ................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... V
LAMPIRAN .................................................................................................................VII
IV
I. PENDAHULUAN
1
pembudidaya yang berminat untuk melakukan budidaya udang vaname.
Keunggulan dari udang vaname yaitu tahan terhadap penyakit, tahan
terhadap perubahan lingkungan, dan rasio konversi pakannya rendah.
Udang ini juga memiliki ukuran tubuh yang besar dan memiliki
pertumbuhan yang pesat. Selain itu, udang ini memiliki harga jual yang
tinggi dan waktu untuk membudidayakannya cukup singkat (Asni et.al.,
2021).
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
Manfaat dari praktik magang mandiri ini yaitu untuk mengetahui teknik
yang diterapkan di Shrimp Hatchery PT. Suri Tani Pemuka.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Udang
Sebelum tahun 1996, produksi udang dunia didominasi oleh black tiger
(Penaeus monodon). Kendala utama yang dihadapi adalah keterbatasan induk
yang berkualitas karena masih berasal dari laut sehingga kualitas benih yang
dihasilkan fluktuatif. Mulai tahun 1997, udang putih atau vaname (Litopenaeus
vannamei) mulai dibudidayakan dan berhasil meningkatkan produksi udang
dunia karena induk udang putih sudah berhasil didomestikasi. Produksi udang
putih dunia naik dari sekitar 100.000mt (10% dari produk udang dunia) pada
3
tahun 1998 menjadi sekitar 1.500.000 mt (75% dari produk udang dunia) pada
tahun 2006. Nama lain udang windu menurut FAO adalah : giant tiger prawn
(Inggris), crevette geante tigree (Prancis), dan camaron tigre gigante (Spanyol).
Taksonomi udang windu menurut Holthuis (1980) adalah sebagai berikut:
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Subkelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Subordo : Natantia
Infraordo : Penaeidea
Superfamili : Penaeoidea
Famili : Penaeidae
Genus : Penaeus
Subgenus : Litopenaeus
4
tidak diinginkan, atau mengurangi konsentrasinya sehingga air
menjadi layak untuk penggunaan akhir yang diinginkan. Secara
umum proses pengolahan air terdiri dari tiga tahapan yang terdiri dari
penampungan awal, unit pengolahan dan penampungan akhir. Untuk
melakukan proses-proses penjernihan air agar dapat digunakan dan
dikembalikan kealam dengan baik menggunakan beberapa alat yang
memerlukan sumber listrik sepeti, PLN dan penggunaan listrik
mandiri (solar cell) (Fitriyah et.al., 2021).
5
pelaku budidaya usaha pembesaran. Kegiatan pembenihan meliputi
persiapan wadah, pemeliharaan induk, pemijahan induk, pengeluaran
telur, penetasan telur, pemeliharaan nauplii, pemeliharaan
larva/benur, dan pemanenan. Selain itu perlu dilakukan manajemen
pakan, pengelolaan kualitas air, pencegahan hama penyakit, dan
manajemen sarana dan prasarana pendukung (Abuzzar et.al., 2021).
6
yakni PT. Suri Tani Pemuka - Hatchery Canti yang berada di Desa
Waymuli, Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung.
7
III. METODE PRAKTIK MAGANG
8
pengumpulan data dalam penelitian ini diantaranya adalah observasi,
wawancara dan studi literatur. Analisis data yang akan digunakan
dalam penulisan ini yaitu analisis kualitatif yang mendeskripsikan
atau menggambarkan alur proses produksi benur vaname
(Litopenaeus vannamei) di PT. Suri Tani Pemuka - Hatchery
Cantiyang kemudian dijelaskan dalam bentuk narasi.
9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
10
pengadukan makanan dalam bak pemeliharaan sehingga tersebar merata
dan tidak mengendap. Pengendapan sisa-sisa pakan akan memperburuk
kualitas air yang dapat berakibat fatal hingga dapat menyebabkan
kematian bagi larva yang dipelihara. Dalam pemasangan instalasi aerasi
pun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, sebab aerasi digunakan
sebagai penyuplai oksigen pada bak pemeliharaan larva udang vaname
sehingga dalam pemasangannya pun tidak boleh sembarangan.
- Setelah pemasangan instalasi aerasi selesai dilakukan, maka langkah
selanjutnya yaitu memasukkan air ke dalam bak pemeliharaan. Air yang
dimasukkan ke dalam bak pemeliharaan larva merupakan air laut yang
telah melalui proses treatment terlebih dahulu. Proses treatment pada PT.
Suri Tani Pemuka - Hatchery Canti dimulai dari pemompaan air laut
menuju sand filter yang terdiri dari arang, pasir dan kerikil yang
kemudian di transfer melalui ozon yang berfungsi mengubah O2 menjadi
O3 agar zat dalam air seperti logam dan zat lainnya dihilangkan sehingga
tidak akan terjadi reaksi kimia. Air ditampung di bak penampungan yang
akan ditransfer ke bak reservoar. Air akan ditransfer ke bak treatmen
setelah melalui proses ozonisasi tersebut. Setelah 2 jam, dilakukan transfer
pada bak siap pakai melalui pressure yang berisi karbon aktif. Setelah itu
di berikan EDTA yang berfungsi untuk mengikat logam berat pada air
laut sambil dilakukannya proses tranfer air dari bak treatmen ke bak siap
pakai.
- Setelah bak siap pakai terisi penuh didiamkan selama satu hari agar ORP
dan Bromine akibat proses ozonisasi turun, yang tadinya 400-600 ORP
menjadi 150-200. Air yang telah melalui proses sterilisasi kemudian
dialirkan ke dalam bak pemeliharaan sebanyak 17 ton untuk volume awal
bak pemeliharaan. Selanjutnya, dilakukan pengukuran kualitas air media
yang meliputi suhu, salinitas dan pH. Adapun standar kualitas air pada
media pemeliharaan di PT . Suri Tani Pemuka - Hatchery Canti yaitu suhu
30-33 derajat celcius, salinitas 28-30 ppt serta pH 7,5-8,5.
11
4.2. Penyediaan Fitoplankton
12
cahaya lampu. Bibit algae media toples 4 liter dikultur selama 2 hari
atau mencapai DOC-2 untuk dapat displit ke intermediet. untuk
menambah jumlah kepadatan. Begitupula perpindahan bibit algae
dari toples 4 liter ke bak intermediate dan bak massal di PT. Suri Tani
Pemuka - Hatchery Canti, masing-masing memerlukan waktu selama
dua hari atau saat mencapai DOC-2
a. Penebaran Naupli
Penebaran naupli di PT. Suri Tani Pemuka - Hatchery Canti
dilakukan dengan cara, kantong yang berisi naupli dimasukkan ke
dalam bak pemeliharaan larva. Namun, sebelum dimasukkan ke
dalam bak, kantong naupli harus melalui proses sterilisasi terlebih
13
dahulu dengan mencelupkan kantong yang berisi naupli ke dalam air
yang telah diberi dengan iodine kemudian kantong yang berisi naupli
tersebut dimasukkan ke dalam bak untuk diaklimatisasi selama 15
menit. Proses aklimatisasi dilakukan untuk menghindari terjadinya
stress pada naupli yang ditebar karena lingkungannya yang baru.
Setelah dilakukan proses aklimatisasi selama 15 menit, langkah
selanjutnya yaitu melakukan penebaran naupli ke dalam bak secara
perlahan.
b. Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan pada larva udang vaname (Litopenaeus
vannamei) di PT. Suri Tani Pemuka - Hatchery Canti terdiri atas pakan
alami dan pakan buatan. Pakan alami yang tersedia di PT. Suri Tani
Pemuka - Hatchery Canti fitoplankton jenis Thalassiosira sp dan
zooplankton jenis Artemia Salina sp. Cara pemberian Thalassiosira ke
bak pemeliharaan larva yaitu disalurkan dengan menggunakan
pompa dari bak kultur massal ke bak pemeliharaan melalui pipa
paralon. Fitoplankton jenis Thallassiosira diberikan pada larva stadia
naupli sampai dengan stadia mysis 3. Sedangkan artemia diberikan
pada larva jika sudah memasuki stadia PL di PT. Suri Tani Pemuka -
Hatchery Canti. Adapun pakan buatan yang diberikan dalam
pemeliharaan larva udang vaname pada stadia zoea sampai panen
yaitu Spirulina, Skreting, Lansy Shrimp ZM,. Pemberian pakan buatan
pada pemeliharaan larva udang vaname di PT. Suri Tani Pemuka -
Hatchery Canti dilakukan sebanyak 8 kali sehari dimulai pada pukul
07.00, 09.00, 13.00, 16.00, 19.00, 22.00, 01.00 dan 04.00, dan WIB.
Pemberian pakan pada larva udang vaname harus tepat, karena jika
pakan yang diberikan terlalu banyak, maka akan mempengaruhi
kualitas air akibat sisa pakan yang dihasilkan. Tapi pemberian pakan
juga tidak boleh kurang karena akan menghambat pertumbuhan larva
udang vaname yang dipelihara.
14
c. Pengendalian Kualitas Air Pengendalian Kualitas Air
Pengendalian kualitas air pengendalian kualitas air di PT. Suri Tani
Pemuka - Hatchery Canti dilakukan dengan cara melakukan pergantian
air, pemberian probiotik dan pengukuran parameter kualitas air. Hal ini
sesuai dengan pendapat Nuntung dkk. (2018), yang menyatakan bahwa
“pengendalian kualitas air dilakukan diantaranya : monitoring kualitas
air, pemberian probiotik dan pergantian air”. Pergantian air di bak
pemeliharaan larva PT. Suri Tani Pemuka - Hatchery Canti dilakukan
pada saat larva memasuki stadia zoea-3 sampai dengan panen. Hal ini
dilakukan karena pada stadia tersebut, larva sudah tidak mengikuti arus
air lagi jadi kecil kemungkinan larva akan terbawa arus saat pergantian
air. Pemberian probiotik dilakukan mulai tahap awal zoea sampai dengan
panen. pada stadia mysis sampai panen, probiotik yang diberikan akan
lebih banyak karena semakin bertambahnya usia larva, maka jumlah
limbah organik dari sisa pakan maupun kotoran juga akan meningkat.
Sehingga dosis probiotik perlu ditambahkan untuk mengurai limbah
organik (amoniak) tersebut. Probiotik yang diberikan pada larva di PT.
Suri Tani Pemuka - Hatchery CantI yaitu Biosol dan probiotik buatan dari
dedek yang di campur dengan 300 grdedek, 120 gr sodium biokarbonat,
25 gr skinmilk. Pemberian dilakukan sebanyak 2 kali sehari yaitu pagi dan
sore hari dengan cara biosol di tebar langsung dan probiotik buatan
dilarutkan ke dalam air kemudian ditebar secara merata ke bak
pemeliharaan larva. Untuk monitoring kualitas air, parameter-parameter
yang diukur di Untuk monitoring kualitas air, parameter-parameter yang
diukur di PT. Suri Tani Pemuka - Hatchery Canti yaitu antara lain : Suhu,
salinitas, pH, DO, Alkalinitas dan TOM (Total Organic Matter)
menggambarkan kandungan bahan organik total suatu perairan yang
terdiri dari bahan organik terlarut, tersuspensi (particulate) dan koloid.
d. Monitoring Perkembangan Larva
Pengamatan perkembangan larva dilakukan setiap pagi hari di
lab. FHM (Fry Health Monitoring) PT. Suri Tani Pemuka - Hatchery
15
Canti. Pengamatan perkembangan dilakukan untuk mengetahui
kondisi fisik dan perkembangan tubuh larva udang vaname.
Pengamatan dapat dilakukan dengan cara mengambil sampel dari bak
pemeliharaan larva secara langsung kemudian diamati perkembangan
stadianya, panjang dan berat dari larva yang diamati tersebut. Adapun
perkembangan stadia larva udang vaname yaitu dimulai dari telur,
naupli, zoea, mysis, hingga PL. Waktu yang dibutuhkan mulai telur
menetas sampai menjadi naupli 6 adalah dua hari. Dalam fase naupli,
larva mengalami 6 kali pergantian bentuk dan bersifat fototaksis
positif. Pada stadia tersebut, larva belum diberi pakan karena masih
terdapat persediaan makanan dari dalam kantong kuning telur (yolk
eggs) larva itu sendiri. Stadia naupli 6 memasuki stadia zoea
memerlukan waktu selama 7 jam, pada stadia ini larva mulai diberi
pakan karena larva mulai aktif mengambil makanan sendiri dari luar
terutama plankton. Fase zoea ini berlangsung selama 3 hari dan
mengalami 3 kali moulting yaitu stadia zoea-1, zoea-2, dan zoea-
3.Setelah stadia zoea, selanjutnya memasuki stadia mysis dengan
membutuhkan waktu sekitar 3 hari. Ciri khas dari larva pada stadia
ini yaitu cara bergeraknya mundur. Setelah mengalami moulting
sebanyak 3 kali, mysis berkembang menjadi PL (Post Larva) yang
morfologinya ditandai dengan bentuk yang sudah sangat menyerupai
bentuk udang dewasa. Fase zoea ini berlangsung selama 3 hari dan
mengalami 3 kali moulting yaitu stadia zoea-1, zoea-2, dan zoea-
3.Setelah stadia zoea, selanjutnya memasuki stadia mysis dengan
membutuhkan waktu sekitar 3 hari. Ciri khas dari larva pada stadia
ini yaitu cara bergeraknya mundur. Setelah mengalami moulting
sebanyak 3 kali, mysis berkembang menjadi PL (Post Larva) yang
morfologinya ditandai dengan bentuk yang sudah sangat menyerupai
bentuk udang dewasa.
16
4.5. Tahapan Panen dan Packing Benur Vaname
17
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Saran yang dapat saya berikan kepada pihak PT. Suri Tani
Pemuka - Hatchery Canti adalah sebaiknya biosecurity lebih
ditingkatkan lagi untuk menjaga kualitas benur.
18
DAFTAR PUSTAKA
V
Rihi, Apriani P. 2019. Pengaruh Pemberian Pakan Alami dan Buatan
terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan
Lele Dumbo (Clarias gariepinus Burchell.) di Balai Benih Sentral
Noekele Kabupaten Kupang. Jurnal BIOEDU, 4(2) : 56-62.
Sa’adah, W. Dan Milah, K. 2019. Permintaan Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) di Kelompok Pembudidaya Udang At-
Taqwa Paciran Lamongan. Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah
Berwawasan Agribisnis, 5(2): 243-251.
Zakiyah, D. M. 2014. Pengembangan Perikanan Budidaya: Efektivitas
Program Minapolitan dalam Pengelolaan Perikanan Budidaya
Berkelanjutan di Kabupaten Gresik. Jurnal Pembangunan
Wilayah dan Kota, 10(4) : 453-465.
VI
LAMPIRAN
VII
VIII
IX