Anda di halaman 1dari 27

COVER

LAPORAN PRAKTIK MAGANG MANDIRI

PEMBENIHAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI PT. SURI TANI


PEMUKA SHRIMP HATCHERY CANTI

Disusun Oleh :
Tania Isma Wardani (L1B021094)

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2023

I
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas kelimpahan Rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan dengan judul “Pembenihan Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei) di PT. Suri Tani Pemuka Shrimp Hatchery Canti”. Laporan ini dibuat
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh sertifikat magang dari PT. Suri Tani
Pemuka Shrimp Hatchery Canti. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada:

- Tim dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universita Jenderal


Soedirman yang telah mendukung kegiatan magang mandiri kami.
- Rekan – rekan PT. Suri Tani Pemuka Shrimp Hatchery Canti yang telah
membimbing dan membantu saya selama kegiatan magang berlangsung.
- Semua pihak yang telah membantu penulis sehingga terselesaikannya
penyusunan.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.


Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis
harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi
kita semua.

Purwokerto, 02 Februari 2023

Penulis

II
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................................. I

KATA PENGANTAR ................................................................................................... II

DAFTAR ISI .................................................................................................................. III

I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2. Tujuan............................................................................................................ 2

1.3. Manfaat ......................................................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 3

2.1. Udang ............................................................................................................ 3

2.2. Water Treatment .......................................................................................... 4

2.3. Pakan Alami ................................................................................................. 5

2.4. Kegiatan Pembenihan ................................................................................. 5

2.5. Kondisi dan Gambaran Umum Lokasi Praktik....................................... 6

III. METODE PRAKTIK MAGANG ................................................................... 8

3.1. Alat dan Bahan ............................................................................................. 8

3.2. Metode Praktik Magang ............................................................................. 8

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 10

4.1. Persiapan Bak Pemeliharaan.................................................................... 10

4.2. Penyediaan Fitoplankton.......................................................................... 12

4.3. Penyediaan Artemia. ................................................................................. 13

4.4. Tahapan Pemeliharaan Larva Vaname .................................................. 13

4.5. Tahapan Panen dan Packing Benur Vaname ........................................ 17

V. KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................... 18

III
5.1. Kesimpulan ................................................................................................. 18

5.2. Saran ............................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... V

LAMPIRAN .................................................................................................................VII

IV
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perikanan budidaya merupakan salah satu bagian penting dari


pengembangan sektor perikanan di Indonesia karena telah memberikan
kontribusi ke tingkat nasional pada ketahanan pangan, penciptaan lapangan
kerja dan pendapatan negara. Saat ini sektor perikanan budidaya
memberikan pengaruh yang besar terhadap pembangunan ekonomi daerah
pedesaan. Menurut Dahuri (2014), nilai ekonomi dari sektor kelautan dan
perikanan mencapai 1,2 triliun dolar pertahun, atau sekitar 7,5 kali APBN
tahun 2014 dan 1,2 kali GDP negara dengan potensi lapangan pekerjaan lebih
dari 50 juta orang. Perkiraan dari jumlah lahan untuk budidaya ikan adalah
lebih dari 1,22 juta hektar dengan potensi produksi ikan sekitar 10 juta ton
pertahun (Zakiyah, 2014).
Salah satu sektor budidaya yang telah banyak dikembangkan di
Indonesia adalah budidaya udang. Beberapa tahun terakhir ini, komoditas
yang berkontribusi utama pada sektor budidaya perikanan di Indonesia
adalah udang putih. Udang vaname (Litopenaeus vannamei) yang sering
disebut udang putih adalah spesies introduksi asal dari perairan Amerika
Tengah dan negara-negara di Amerika Tengah dan Selatan seperti Ekuador,
Venezuela, Panama, Brasil dan Meksiko. Udang ini belum lama
dibudidayakan di Indonesia. udang yang dirilis secara resmi pada tahun 2001
dan sejak itu peranan vaname sangat nyata menggantikan agroindustri
udang windu (Penaeus monodon) yang merupakan udang asli Indonesia
yang mengalami penurunan dan gagal produksi akibat faktor teknis maupun
non teknis (Nababan et.al., 2015).
Meskipun produksi udang di Indonesia meningkat, namun
kenyataannya sampai saat ini total produksi udang vaname di Indonesia
masih belum dapat memenuhi permintaan pasar domestik maupun pasar
internasional. Hal ini tentunya menjadi peluang bagi wirausahawan atau

1
pembudidaya yang berminat untuk melakukan budidaya udang vaname.
Keunggulan dari udang vaname yaitu tahan terhadap penyakit, tahan
terhadap perubahan lingkungan, dan rasio konversi pakannya rendah.
Udang ini juga memiliki ukuran tubuh yang besar dan memiliki
pertumbuhan yang pesat. Selain itu, udang ini memiliki harga jual yang
tinggi dan waktu untuk membudidayakannya cukup singkat (Asni et.al.,
2021).

1.2. Tujuan

Tujuan dari dilakukannya praktik magang mandiri ini yaitu untuk


melakukan pembenihan sesuai dengan teknik yang diterapkan di Shrimp
Hatchery PT. Suri Tani Pemuka.

1.3. Manfaat

Manfaat dari praktik magang mandiri ini yaitu untuk mengetahui teknik
yang diterapkan di Shrimp Hatchery PT. Suri Tani Pemuka.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Udang

Udang adalah kelompok hewan tidak bertulang belakang yang tidak


lepas dari peraian dimana alat pernapasan yang digunakan adalah berupa
insang serta menggunakan kaki renang dan kaki jalan sebagai alat geraknya.
Habitat udang ada dua tempat yaitu air tawar dan air laut. Udang yang hidup di
air tawar, misalnya Macrobrachium sp. dan udang yang hidup di air laut,
misalnya Penaeus sp. Spesies udang yang banyak dibudidayakan di Indonesia
saat ini adalah P. Monodon dan P. Vannamei Penaeus monodon mempunyai
nama lain giant tiger prawn dan di Indonesia disebut dengan udang windu,
sedangkan P. vannamei sering disebut dengan whiteleg shrimp atau sering
disebut dengan udang putih atau vaname. Penaeus vannamei sering pula
disebut dengan Litopenaeus vannamei yang merujuk pada subgenus
Litopenaeus. Penaeus monodon banyak ditemukan di Indonesia, Thailand,
India, Vietnam, Filipina, China, Bangladesh dan Taiwan, sementara vanamei
banyak ditemukan di perairan Ekuador, Mexico, Panama, dan Honduras
(Fahlevi et.al., 2021).

Sebelum tahun 1996, produksi udang dunia didominasi oleh black tiger
(Penaeus monodon). Kendala utama yang dihadapi adalah keterbatasan induk
yang berkualitas karena masih berasal dari laut sehingga kualitas benih yang
dihasilkan fluktuatif. Mulai tahun 1997, udang putih atau vaname (Litopenaeus
vannamei) mulai dibudidayakan dan berhasil meningkatkan produksi udang
dunia karena induk udang putih sudah berhasil didomestikasi. Produksi udang
putih dunia naik dari sekitar 100.000mt (10% dari produk udang dunia) pada

3
tahun 1998 menjadi sekitar 1.500.000 mt (75% dari produk udang dunia) pada
tahun 2006. Nama lain udang windu menurut FAO adalah : giant tiger prawn
(Inggris), crevette geante tigree (Prancis), dan camaron tigre gigante (Spanyol).
Taksonomi udang windu menurut Holthuis (1980) adalah sebagai berikut:

Filum : Arthropoda

Kelas : Crustacea

Subkelas : Malacostraca

Ordo : Decapoda

Subordo : Natantia

Infraordo : Penaeidea

Superfamili : Penaeoidea

Famili : Penaeidae

Genus : Penaeus

Subgenus : Litopenaeus

Spesies : Litopenaeus vannamei Boone,


1931

2.2. Water Treatment

Water Treatment atau pengolahan air adalah proses yang


dilalui air untuk meningkatkan kualitasnya agar lebih bisa digunakan
untuk penggunaan akhir tertentu. Penggunaan akhir tersebut antara
lain untuk kebutuhan air minum, pasokan air industri, pencuci tangan,
dan lainnya, termasuk diantaranya agar aman saat dikembalikan ke
lingkungan atau alam. Kebanyakan limbah di saluran air berasal dari
domestik, industri, pertanian, dan pertenakan. Water treatment atau
pengolahan air ini menghilangkan kontaminan dan komponen yang

4
tidak diinginkan, atau mengurangi konsentrasinya sehingga air
menjadi layak untuk penggunaan akhir yang diinginkan. Secara
umum proses pengolahan air terdiri dari tiga tahapan yang terdiri dari
penampungan awal, unit pengolahan dan penampungan akhir. Untuk
melakukan proses-proses penjernihan air agar dapat digunakan dan
dikembalikan kealam dengan baik menggunakan beberapa alat yang
memerlukan sumber listrik sepeti, PLN dan penggunaan listrik
mandiri (solar cell) (Fitriyah et.al., 2021).

2.3. Pakan Alami

Pakan alami merupakan organisme hidup yang ada pada suatu


wilayah seperti perairan yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ikan
atau organisme hidup lain yang ada di sekitarnya. Pakan alami
memiliki keunggulan antara lain memiliki kandungan gizi yang cukup
tinggi, mudah dicerna, dan gerakannya dapat menarik ikan atau
udang (Rihi, 2019). Salah satu pakan alami udang yaitu algae. Algae
adalah sekelompok organisme autotroph atau heterotroph yang
memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang tidak nyata. Alga
dikelompokkan dalam Thallophyta (tumbuhan bertalus) karena
memiliki struktur kerangka tubuh tidak berdaun, berbatang, dan
berakar, semuanya terdiri atas batang talus (Campbell et.al., 2008).
Algae mampu membuat makanan sendiri. Mikroalga memiliki
kandungan nutrisi seperti protein, vitamin, dan asam lemak tak jenuh
yang tinggi. Hal ini tentunya dapat membantu mempercepat
perkembangan dan meningkatkan sintasan larva udang vaname.

2.4. Kegiatan Pembenihan

Dalam usaha budidaya, tentunya ada beberapa tahap yang


dapat menjadi pilihan atau fokus yang akan diterapkan pada kegiatan
usaha. Misalnya pada kegiatan budidaya dapat dilakukan usaha
pembenihan atau pembesaran, atau keduanya. Kegiatan pembenihan
udang vaname dapat dipilih untuk menyediakan bibit unggul para

5
pelaku budidaya usaha pembesaran. Kegiatan pembenihan meliputi
persiapan wadah, pemeliharaan induk, pemijahan induk, pengeluaran
telur, penetasan telur, pemeliharaan nauplii, pemeliharaan
larva/benur, dan pemanenan. Selain itu perlu dilakukan manajemen
pakan, pengelolaan kualitas air, pencegahan hama penyakit, dan
manajemen sarana dan prasarana pendukung (Abuzzar et.al., 2021).

2.5. Kondisi dan Gambaran Umum Lokasi Praktik

PT. Suri Tani Pemuka adalah perusahaan yang bergerak di


bidang Industri Budidaya Perairan yang didirikan pada tahun 1987
sebagai anak perusahaan terintegrasi dari perusahaan protein hewani
terkemuka di Indonesia. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk yang
berkantor pusat di Jakarta dengan lebih dari 4.000 karyawan memiliki
bidang bisnis yang meliputi produksi pakan udang dan ikan,
pembenihan dan pembesaran udang / ikan serta hasil olahannya. PT.
Suri Tani Pemuka memiliki dan mengoperasikan tambak di
Banyuwangi, Situbondo, dan Takisung yang membudidayakan udang
vannamei (Litopenaeus vannamei). Untuk menunjang pengoperasian
tambak dan menyuplai kebutuhan benur di wilayah Indonesia, PT.
Suri Tani Pemuka mengoperasikan pembenihan udang di beberapa
lokasi, seperti Banyuwangi, Singaraja, Negara, Carita, Indramayu, dan
Purwakarta.
Selain itu, STP juga memiliki fasilitas pembenihan ikan air
tawar yang berlokasi di Ciranjang Jawa Barat dan Pembenihan Ikan
Laut di Singaraja Bali. Kerja sama dengan BBI Kabupaten Klaten untuk
pengadaan benih nila dan program TKT budidaya nila di jaring apung
karamba di waduk Gajah Mungkur, Wonogiri. Coldstorage PT. Suri
Tani Pemuka berlokasi di Banyuwangi, Medan, dan Cirebon
bersertifikat HACCP dan dilengkapi dengan peralatan modern untuk
menghasilkan produk bernilai tambah dengan kualitas dan
diversifikasi produk sesuai permintaan pasar. Salah satu cabangnya

6
yakni PT. Suri Tani Pemuka - Hatchery Canti yang berada di Desa
Waymuli, Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung.

7
III. METODE PRAKTIK MAGANG

3.1. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktik magang mandiri di PT. Suri


Tani Pemuka Shrimp Hatchery ini yaitu Pompa, pipa, pressure, ozon,
kolam penampungan, selang, blower, ultraviolet, aerasi, elenmeyer,
cawan Petri, ose, toples 2L, toples 10L, mikroskop, hyhaemocytometer,
tempat sampel, ORP meter, refractometer, nitrit tes, amonia tes,
bromine tes, alkalinitas tes, pH meter, saringan, mikro tube,
mikropipet, mikro tip, bunsen, biuret, kolam produksi, seser, pipa,
ember, dan tong.
Bahan yang digunakan pada praktik magang mandiri di PT.
Suri Tani Pemuka Shrimp Hatchery ini yaitu larutan EDTA, air laut,
kaporit/clorine, pupuk, media agar, air laut, bibit thalla, media agar
(crome, TCBS, TSA, Marine agar), sampel, aquades, H2SO4, KMNO4,
naupli - PL, probiotik, pakan, bibit artemia, simbiotik, dan kayu manis.

3.2. Metode Praktik Magang

Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih 1 bulan yaitu mulai


tanggal 5 Januari 2023 sampai tanggal 4 Februari 2023 di PT. Suri Tani
Pemuka - Hatchery Canti Salah satu perusahaan yang bergerak di
bidang usaha pembenihan udang vaname (Litopenaeus vannamei)
yang terletak di Kabupaten Lampung Selatan, Lampung . Sumber data
yang digunakan pada penulisan ini yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer seperti datadata yang diperoleh secara
langsung dari perusahaan berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan dengan pihak-pihak perusahaan, data hasil observasi, dan
data hasil pelaksanaan proses produksi secara langsung yang
dilakukan di PT. Suri Tani Pemuka - Hatchery Canti. Sedangkan data
sekunder yang digunakan seperti data yang diperoleh dari sejumlah
literatur yaitu laporan, jurnal penelitian, maupun dokumen-dokumen
perusahaan yang dapat menunjang penulisan. Adapun metode

8
pengumpulan data dalam penelitian ini diantaranya adalah observasi,
wawancara dan studi literatur. Analisis data yang akan digunakan
dalam penulisan ini yaitu analisis kualitatif yang mendeskripsikan
atau menggambarkan alur proses produksi benur vaname
(Litopenaeus vannamei) di PT. Suri Tani Pemuka - Hatchery
Cantiyang kemudian dijelaskan dalam bentuk narasi.

9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Persiapan Bak Pemeliharaan

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam persiapan


wadah pemeliharaan di PT. Suri Tani Pemuka - Hatchery Canti :
- Pencucian dan Pengeringan Bak Pemeliharaan Larva Sebelum bak
digunakan untuk kegiatan produksi di PT . Suri Tani Pemuka - Hatchery
Canti, bak tersebut harus melalui proses pencucian dan pengeringan
terlebih dahulu untuk menghilangkan kotoran dan bibit penyakit yang
mungkin menempel pada dasar dan dinding bak pemeliharaan yang telah
digunakan sebelumnya. Proses pencucian dilakukan dengan cara, bak
yang telah digunakan pada siklus sebelumnya dicuci terlebih dahulu
dengan menggunakan larutan deterjen kemudian dikeringkan selama 24
jam.
- Setelah dilakukan pengeringan, bak pemeliharaan di semprot
menggunakan kaporit dengan dosis 1000 ppm/500L untuk satu ruangan,
lalu di fumigasi menggunakan fumigan dan formalin dengan
perbandingan 1 : 1 selama 24 jam sampai baunya hilang. Kemudian dicuci
kembali dengan menggunakan campuran deterjen dan Tiosulfat lalu
disikat dengan menggunakan scouring pad/busa merah sambil dibilas
dengan air. Adapun detergen digunakan untuk menghilangkan kotoran
yang melekat pada dinding dan dasar bak pemeliharaan, Tiosulfat
digunakan untuk menetralkan kaporit, kaporit di gunakan untuk
menghilangkan bakteri, fumigasi berfungsi membunuh hama yang hidup
di dalam struktur bangunan.
- Setelah dilakukan pencucian dan pengeringan bak, langkah selanjutnya
dalam mempersiapkan wadah pemeliharaan yaitu pemasangan instalasi
aerasi. Keberadaan oksigen di dalam media pemeliharaan sangat
diperlukan untuk mendukung kelangsungan kehidupan larva yang
dipelihara. Aerasi berfungsi untuk meningkatkan diffusi oksigen dalam
air, mempercepat penguapan gas-gas beracun dan membantu

10
pengadukan makanan dalam bak pemeliharaan sehingga tersebar merata
dan tidak mengendap. Pengendapan sisa-sisa pakan akan memperburuk
kualitas air yang dapat berakibat fatal hingga dapat menyebabkan
kematian bagi larva yang dipelihara. Dalam pemasangan instalasi aerasi
pun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, sebab aerasi digunakan
sebagai penyuplai oksigen pada bak pemeliharaan larva udang vaname
sehingga dalam pemasangannya pun tidak boleh sembarangan.
- Setelah pemasangan instalasi aerasi selesai dilakukan, maka langkah
selanjutnya yaitu memasukkan air ke dalam bak pemeliharaan. Air yang
dimasukkan ke dalam bak pemeliharaan larva merupakan air laut yang
telah melalui proses treatment terlebih dahulu. Proses treatment pada PT.
Suri Tani Pemuka - Hatchery Canti dimulai dari pemompaan air laut
menuju sand filter yang terdiri dari arang, pasir dan kerikil yang
kemudian di transfer melalui ozon yang berfungsi mengubah O2 menjadi
O3 agar zat dalam air seperti logam dan zat lainnya dihilangkan sehingga
tidak akan terjadi reaksi kimia. Air ditampung di bak penampungan yang
akan ditransfer ke bak reservoar. Air akan ditransfer ke bak treatmen
setelah melalui proses ozonisasi tersebut. Setelah 2 jam, dilakukan transfer
pada bak siap pakai melalui pressure yang berisi karbon aktif. Setelah itu
di berikan EDTA yang berfungsi untuk mengikat logam berat pada air
laut sambil dilakukannya proses tranfer air dari bak treatmen ke bak siap
pakai.
- Setelah bak siap pakai terisi penuh didiamkan selama satu hari agar ORP
dan Bromine akibat proses ozonisasi turun, yang tadinya 400-600 ORP
menjadi 150-200. Air yang telah melalui proses sterilisasi kemudian
dialirkan ke dalam bak pemeliharaan sebanyak 17 ton untuk volume awal
bak pemeliharaan. Selanjutnya, dilakukan pengukuran kualitas air media
yang meliputi suhu, salinitas dan pH. Adapun standar kualitas air pada
media pemeliharaan di PT . Suri Tani Pemuka - Hatchery Canti yaitu suhu
30-33 derajat celcius, salinitas 28-30 ppt serta pH 7,5-8,5.

11
4.2. Penyediaan Fitoplankton

Pakan alami jenis fitoplankton yang diberikan pada larva


udang vaname di PT . Suri Tani Pemuka - Hatchery Canti yaitu
thalassiosira sp. yang kemudian dikultur dengan menggunakan
beberapa media. Mulai dari media erlenmeyer, toples 2 Liter, toples 4
Liter, bak intermediate, lalu ke bak massal. Kultur algae media
erlenmeyer dilakukan dengan cara membuat air quiler terlebih
dahulu. Air quiler merupakan air laut steril dengan salinitas 28 ppt
yang telah di berikan pupuk 5 ml/2 Liter yaitu vitamin, NP, Silikat dan
FeCl yang kemudian disterilkan dengan menggunakan autoclave.
Dimana autoclave merupakan alat pemanas tertutup yang digunakan
di PT . Suri Tani Pemuka - Hatchery Canti untuk mensterilkan bahan
dan alat yang ada di laboratorium dengan menggunakan uap. Setelah
air quiler diautoclave,kemudian dilanjutkan dengan penambahan
bibit algae jenis thalassiosira sp. Setelah bibit dimasukkan ke dalam
botol erlenmeyer, botol dimasukkan ke dalam etalaseselama 2 hari.
Selanjutnya, untuk proses kultur algae media Toples 4 Liter,
perlu disiapkan campuran pupuk dalam media toples terlebih dahulu.
Campuran pupuk untuk kultur algae media botol2 dibuat dengan
menggunakan air laut steril bersalinitas 28 ppt sebanyak 4 liter. Setelah
itu di beri clorine sebanyak 15 ml dan di diamkan selama 24 jam. Air
laut yang di clorine tersebut kemudian di netralkan menggunakan
thiosulfat yang telah di larutkan sebanyak 5 ml, lalu diberi pupuk
dengan dosis yaitu Vitamin 10 ml, Silikat 10 ml, NP 10 ml dan FeCl 10
ml. Setelah semua pupuk dimasukkan, biarkan selama beberapa menit
sambil diberi aerasi agar pupuk teraduk rata di dalam air. Proses
kultur algae media toples 4 Liter dilakukan dengan cara memasukkan
bibit algae hasil kultur media Toples 4 Liter yang telah di kultur 2 hari
sebelumnya. Lalu di masukan ke dalam toples 4 Liter yang telah diisi
dengan campuran pupuk. Setiap 1 toples campuran pupuk, diberi 600
ml/ toples setelah itu dikultur dengan menggunakan aerasi di sekitar

12
cahaya lampu. Bibit algae media toples 4 liter dikultur selama 2 hari
atau mencapai DOC-2 untuk dapat displit ke intermediet. untuk
menambah jumlah kepadatan. Begitupula perpindahan bibit algae
dari toples 4 liter ke bak intermediate dan bak massal di PT. Suri Tani
Pemuka - Hatchery Canti, masing-masing memerlukan waktu selama
dua hari atau saat mencapai DOC-2

4.3. Penyediaan Artemia.

Penyediaan artemia dilakukan dengan cara pengkulturan


artemia yang berlangsung selama 24 jam. Kultur artemia dilakukan
dengan cara, memasukkan artemia ke dalam tank yang berisi 500 liter
atau 0,5 ton air dan telah dipasangi aerasi.

4.4. Tahapan Pemeliharaan Larva Vaname

Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam proses


pemeliharaan larva udang vaname (Litopenaeus vannamei) di PT.
Central Pertiwi Bahari Shrimp Hatchery Makassar. Tahapan-tahapan
tersebut dapat dilihat pada skema berikut ini.

a. Penebaran Naupli
Penebaran naupli di PT. Suri Tani Pemuka - Hatchery Canti
dilakukan dengan cara, kantong yang berisi naupli dimasukkan ke
dalam bak pemeliharaan larva. Namun, sebelum dimasukkan ke
dalam bak, kantong naupli harus melalui proses sterilisasi terlebih
13
dahulu dengan mencelupkan kantong yang berisi naupli ke dalam air
yang telah diberi dengan iodine kemudian kantong yang berisi naupli
tersebut dimasukkan ke dalam bak untuk diaklimatisasi selama 15
menit. Proses aklimatisasi dilakukan untuk menghindari terjadinya
stress pada naupli yang ditebar karena lingkungannya yang baru.
Setelah dilakukan proses aklimatisasi selama 15 menit, langkah
selanjutnya yaitu melakukan penebaran naupli ke dalam bak secara
perlahan.
b. Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan pada larva udang vaname (Litopenaeus
vannamei) di PT. Suri Tani Pemuka - Hatchery Canti terdiri atas pakan
alami dan pakan buatan. Pakan alami yang tersedia di PT. Suri Tani
Pemuka - Hatchery Canti fitoplankton jenis Thalassiosira sp dan
zooplankton jenis Artemia Salina sp. Cara pemberian Thalassiosira ke
bak pemeliharaan larva yaitu disalurkan dengan menggunakan
pompa dari bak kultur massal ke bak pemeliharaan melalui pipa
paralon. Fitoplankton jenis Thallassiosira diberikan pada larva stadia
naupli sampai dengan stadia mysis 3. Sedangkan artemia diberikan
pada larva jika sudah memasuki stadia PL di PT. Suri Tani Pemuka -
Hatchery Canti. Adapun pakan buatan yang diberikan dalam
pemeliharaan larva udang vaname pada stadia zoea sampai panen
yaitu Spirulina, Skreting, Lansy Shrimp ZM,. Pemberian pakan buatan
pada pemeliharaan larva udang vaname di PT. Suri Tani Pemuka -
Hatchery Canti dilakukan sebanyak 8 kali sehari dimulai pada pukul
07.00, 09.00, 13.00, 16.00, 19.00, 22.00, 01.00 dan 04.00, dan WIB.
Pemberian pakan pada larva udang vaname harus tepat, karena jika
pakan yang diberikan terlalu banyak, maka akan mempengaruhi
kualitas air akibat sisa pakan yang dihasilkan. Tapi pemberian pakan
juga tidak boleh kurang karena akan menghambat pertumbuhan larva
udang vaname yang dipelihara.

14
c. Pengendalian Kualitas Air Pengendalian Kualitas Air
Pengendalian kualitas air pengendalian kualitas air di PT. Suri Tani
Pemuka - Hatchery Canti dilakukan dengan cara melakukan pergantian
air, pemberian probiotik dan pengukuran parameter kualitas air. Hal ini
sesuai dengan pendapat Nuntung dkk. (2018), yang menyatakan bahwa
“pengendalian kualitas air dilakukan diantaranya : monitoring kualitas
air, pemberian probiotik dan pergantian air”. Pergantian air di bak
pemeliharaan larva PT. Suri Tani Pemuka - Hatchery Canti dilakukan
pada saat larva memasuki stadia zoea-3 sampai dengan panen. Hal ini
dilakukan karena pada stadia tersebut, larva sudah tidak mengikuti arus
air lagi jadi kecil kemungkinan larva akan terbawa arus saat pergantian
air. Pemberian probiotik dilakukan mulai tahap awal zoea sampai dengan
panen. pada stadia mysis sampai panen, probiotik yang diberikan akan
lebih banyak karena semakin bertambahnya usia larva, maka jumlah
limbah organik dari sisa pakan maupun kotoran juga akan meningkat.
Sehingga dosis probiotik perlu ditambahkan untuk mengurai limbah
organik (amoniak) tersebut. Probiotik yang diberikan pada larva di PT.
Suri Tani Pemuka - Hatchery CantI yaitu Biosol dan probiotik buatan dari
dedek yang di campur dengan 300 grdedek, 120 gr sodium biokarbonat,
25 gr skinmilk. Pemberian dilakukan sebanyak 2 kali sehari yaitu pagi dan
sore hari dengan cara biosol di tebar langsung dan probiotik buatan
dilarutkan ke dalam air kemudian ditebar secara merata ke bak
pemeliharaan larva. Untuk monitoring kualitas air, parameter-parameter
yang diukur di Untuk monitoring kualitas air, parameter-parameter yang
diukur di PT. Suri Tani Pemuka - Hatchery Canti yaitu antara lain : Suhu,
salinitas, pH, DO, Alkalinitas dan TOM (Total Organic Matter)
menggambarkan kandungan bahan organik total suatu perairan yang
terdiri dari bahan organik terlarut, tersuspensi (particulate) dan koloid.
d. Monitoring Perkembangan Larva
Pengamatan perkembangan larva dilakukan setiap pagi hari di
lab. FHM (Fry Health Monitoring) PT. Suri Tani Pemuka - Hatchery

15
Canti. Pengamatan perkembangan dilakukan untuk mengetahui
kondisi fisik dan perkembangan tubuh larva udang vaname.
Pengamatan dapat dilakukan dengan cara mengambil sampel dari bak
pemeliharaan larva secara langsung kemudian diamati perkembangan
stadianya, panjang dan berat dari larva yang diamati tersebut. Adapun
perkembangan stadia larva udang vaname yaitu dimulai dari telur,
naupli, zoea, mysis, hingga PL. Waktu yang dibutuhkan mulai telur
menetas sampai menjadi naupli 6 adalah dua hari. Dalam fase naupli,
larva mengalami 6 kali pergantian bentuk dan bersifat fototaksis
positif. Pada stadia tersebut, larva belum diberi pakan karena masih
terdapat persediaan makanan dari dalam kantong kuning telur (yolk
eggs) larva itu sendiri. Stadia naupli 6 memasuki stadia zoea
memerlukan waktu selama 7 jam, pada stadia ini larva mulai diberi
pakan karena larva mulai aktif mengambil makanan sendiri dari luar
terutama plankton. Fase zoea ini berlangsung selama 3 hari dan
mengalami 3 kali moulting yaitu stadia zoea-1, zoea-2, dan zoea-
3.Setelah stadia zoea, selanjutnya memasuki stadia mysis dengan
membutuhkan waktu sekitar 3 hari. Ciri khas dari larva pada stadia
ini yaitu cara bergeraknya mundur. Setelah mengalami moulting
sebanyak 3 kali, mysis berkembang menjadi PL (Post Larva) yang
morfologinya ditandai dengan bentuk yang sudah sangat menyerupai
bentuk udang dewasa. Fase zoea ini berlangsung selama 3 hari dan
mengalami 3 kali moulting yaitu stadia zoea-1, zoea-2, dan zoea-
3.Setelah stadia zoea, selanjutnya memasuki stadia mysis dengan
membutuhkan waktu sekitar 3 hari. Ciri khas dari larva pada stadia
ini yaitu cara bergeraknya mundur. Setelah mengalami moulting
sebanyak 3 kali, mysis berkembang menjadi PL (Post Larva) yang
morfologinya ditandai dengan bentuk yang sudah sangat menyerupai
bentuk udang dewasa.

16
4.5. Tahapan Panen dan Packing Benur Vaname

Proses panen di PT. Suri Tani Pemuka Shrimp Hatchery Lampung


sudah dapat dilakukan saat benur sudah memasuki stadia PL-6. Waktu
pemanenan dilakukan sesuai dengan permintaan konsumen. Setelah
benur dipanen, benur kemudian akan dipacking agar saat didistribusikan
ke tempat konsumen, benur sampai dalam kondisi yang baik dan tidak
mengalami kematian. Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan saat
proses packing dilakukan, yaitu diantaranya menyiapkan air packing,
menyiapkan karbon aktif dan oksigen, menyiapkan styrofoam dan es.
Suhu air packing yang digunakan adalah 22 derajat celcius. Setelah air
packing siap, air dimasukkan ke dalam plastik packing sebanyak 2 liter
dan diberi karbon aktif. Setelah itu, benur disaring dari bak penampungan
lalu kemudian dimasukkan ke tank aklimatisasi yang terdiri atas 3 buah
dan memiliki suhu berbeda-beda yakni 24, 22 dan 21 derajat selsius yang
dimana suhu di tank terakhir ini sama dengan suhu air packing yang akan
digunakan untuk mengemas benur. Jumlah benur di setiap kantong
plastik packing berkisar antara 3.500-4.000 ekor. Benur yang telah
dimasukkan ke dalam kantong plastik packing kemudian diberi oksigen
dan diikat dengan menggunakan karet. Perbandingan air packing dan
oksigen di dalam kantong adalah 2:1. Setelah diikat, kantong plastik yang
berisi benur dikemas ke dalam stryrofoam sesuai dengan permintaan
konsumen dan jarak angkut benur menuju lokasi pembeli. Satu
styrofoam, biasanya memuat 8 plastik benur. Benur yang akan dikirim ke
lokasi yang mempunyai jarak tempuh yang jauh akan ditambahkan es ke
dalam styrofoamnya untuk menjaga benur agar tidak mati pada saat
didistribusikan ke lokasi pembeli.

17
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan praktik magang yang telah dilakukan, dapat


disimpulkan bahwa :
1. Tahapan persiapan pemeliharaan larva di PT. Suri Tani Pemuka -
Hatchery Canti dimulai dari persiapan bak pemeliharaan yang
terdiri atas pencucian dan pengeringan bak, pemasangan instalasi
aerasi, dan pemasukan air ke dalam bak pemeliharaan. Setelah
persiapan bak, hal selanjutnya yang perlu dilakukan yaitu
penyediaan fitoplankton dan zooplankton.
2. Tahapan pemeliharaan larva di PT. Suri Tani Pemuka - Hatchery
Canti terdiri atas penebaran naupli, pemberian pakan,
pengendalian kualitas air, monitoring perkembangan larva, dan
pengendalian kesehatan larva.
3. Tahapan panen dan packing benur di PT. Suri Tani Pemuka -
Hatchery Canti sudah dapat dilakukan saat benur memasuki stadia
PL-6. Adapun waktu pemanenan dilakukan sesuai dengan
permintaan konsumen

5.2. Saran

Saran yang dapat saya berikan kepada pihak PT. Suri Tani
Pemuka - Hatchery Canti adalah sebaiknya biosecurity lebih
ditingkatkan lagi untuk menjaga kualitas benur.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abuzzar., Darmawangsa, G. M., Hendriana, A., Iskandar, A.,


Khoerullah., Muksin., Rizki, A. 2021. Manajemen Pembenihan
Udang Vaname Litopenaeus vannamei di PT Central Proteina
Prima, Kalianda, Lampung Selatan. Jurnal Perikanan Terapan
(PERANAN), 2(1): 1-8.
Arsad, S., Afandy, A., Purwadhi, A.P., Maya, B., Saputra, D.K., dan
Buwono, N.R., 2017.Studi Kegiatan Budidaya Pembesaran
Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Dengan Penerapan
Sistem Pemeliharaan Berbeda. Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan, 9(1) : 1-9
Asni., Landu, A., Rahim., Rukmana, M. R. A. 2021. Budidaya Udang
Vaname (Litopenaeus vannamei) Super Intensif dengan Padat
Tebar Berbeda Menggunakan Sistem Zero Water Discharge.
Journal of Fisheries and Marine Research, 5(3) : 595-602.
Campbell, N. A dan Reece. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2.
Jakarta: Erlangga. 154 hal.
DJPB. 2018. Budidaya Udang Masih Sangat Potensial. KKP. Jakarta
Fahlevi, M. M., Mahrudin., Utami, N. H. 2021. Keragaman Udang di
Wilayah Sungai Pasang Surut. Jurnal BIOMA, 3(2) : 1-12.
Fitriyah, Q., Veber, E. V., Wahyudi, M. P. E., Yulistio, N. 2021. Water
Treatment. Jurnal ASEECT, 2(1) : 31-37.
Nababan, E., Putra, I., Rusliadi. 2015. Pemeliharaan Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) dengan Presentase Pemberian Pakan
yang Berbeda. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 3(2) : 1-9.
Nuntung, S., Idris, A. P. S., Wahidah. 2018. Teknik Pemeliharaan Larva
Udang Vaname (Litopenaeus vannamei Bonne) di PT. Central
Pertiwi Bahari Rembang, Jawa Tengah. Jurnal Sinergitas
Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 1(1) : 137-143.

V
Rihi, Apriani P. 2019. Pengaruh Pemberian Pakan Alami dan Buatan
terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan
Lele Dumbo (Clarias gariepinus Burchell.) di Balai Benih Sentral
Noekele Kabupaten Kupang. Jurnal BIOEDU, 4(2) : 56-62.
Sa’adah, W. Dan Milah, K. 2019. Permintaan Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) di Kelompok Pembudidaya Udang At-
Taqwa Paciran Lamongan. Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah
Berwawasan Agribisnis, 5(2): 243-251.
Zakiyah, D. M. 2014. Pengembangan Perikanan Budidaya: Efektivitas
Program Minapolitan dalam Pengelolaan Perikanan Budidaya
Berkelanjutan di Kabupaten Gresik. Jurnal Pembangunan
Wilayah dan Kota, 10(4) : 453-465.

VI
LAMPIRAN

VII
VIII
IX

Anda mungkin juga menyukai