Anda di halaman 1dari 24

PERENCANAAN DAN ANALISIS USAHA PERIKANAN

“PROPOSAL ANALISIS USAHA


BUDIDAYA UDANG VANNAMEI DITAMBAK SEMI INTESIF”

Disusun Oleh:

NUR EPI (18410018)


SUARNI (18410003)

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DAYANU IKSANUDDIN
BAUBAU
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat-Nya penyusunan


proposal mata kuliah Pererncanaan Dan Analisa Usaha Perikanan dengan judul
proposal “Proposal Analisa Budidaya Udang Vaname” dapat terselesaikan.
Shalawat beserta salam semoga tercurahkan kepada junjungan nabi Muhammad
SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya semoga tercurahkan rahmat-Nya
sampai kepada kita umatnya .

Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah Perencanaan dan Analisa
Usaha Perikanan yang diberikan untuk memenuhi kewajiban sebagai mahasiswa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan maka untuk itu saran dan kritikan, kami harapkan demi perbaikan
makalah ini dan penyempurnaan ilmu pengetahuan kita semua.

Baubau, Februari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ............................................................................................................. iv

BAB I ................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1


B. Tujuan .................................................................................................................... 2
BAB II ............................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3

A. Aspek Teknis Dan Aspek Produksi ........................................................................ 3


B. Aspek Ekonomi dan Analisis Usaha Keuangan...................................................... 8
C. Aspek Pasar dan Pemasaran ................................................................................. 15
BAB III ............................................................................................................................ 18

PENUTUP ....................................................................................................................... 18

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR TABEL

Table 1 Perkiraan Biaya investasi Budidaya Udang Vaname di Tambak Semi Intensif ... 10
Table 2 Total Biaya .......................................................................................................... 11
Table 3 Perkiraan Biaya Operasional Budidaya Ikan Vaname ......................................... 11
Table 4 Biaya Tetap ......................................................................................................... 12
Table 5. Hasil Panen Persiklus ......................................................................................... 12
Table 6 Biaya Penyusutan ................................................................................................ 13

iv
v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) adalah salah satu sepesies udang


yang bernilai ekonomis tinggi, menjadi salah satu produk perikanan yang dapat
menghasilkan devisa bagi negara. Udang ini memiliki beberapa kelebihan yaitu
lebih tahan terhadap penyakit dan fluktuasi kualitas air, pertumbuhan relatif cepat,
serta hidup pada kolom perairan sehingga dapat ditebar dengan kepadatan tinggi.
Udang vannamei memiliki peluang pasar dan potensial untuk terus
dikembangkan. Untuk menanggapi permintaan pasar dunia, dilakukan
intensifikasi budidaya dengan memanfaatkan perairan laut, karena potensi
kelautan yang sangat besar, oksigen terlarut air laut relatif tinggi dan konstan,
serta udang yang dibudidayakan lebih berkualitas (Effendi, 2016).

Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) Merupakan komoditas utama


dalam program industri perikanan budidaya dan merupakan andalan ekspor
produk perikanan budidaya disamping ikan tuna, tongkol, cakalang dan rumput
laut. ASEAN free trade Area (AFTA) adalah kesepakatan yang dibentuk oleh
Negara-negara ASEAN untuk menciptakan suatu zona perdagangan bebas, yang
akan diterapkan pada tahun 2015, mendorong peningkatan kualitas produk dalam
negeri. Salah satu komoditas unggulan yang saat ini menjadi pilihan pembudidaya
udang adalah udang vannamei (Direktorat jendral perikanan budidaya, 2013).

Udang vaname (Litopenaeus vannamei) adalah spesies udang yang berasal


dari pantai barat Amerika, khususnya di daerah sekitar Teluk California,
Guatemala, El Salvador, Nicaragua, hingga Perú di Amerika Selatan. Uniknya,
walaupun habitat aslinya adalah di laut, udang ini bisa dibudidayakan di kolam air
tawar maupun air payau, dengan lokasi di dataran rendah hingga sedang. Terlebih
lagi, udang ini memiliki daya tahan tubuh yang kuat di kisaran salinitas yang luas.

1
Spesies udang ini mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1996. Udang
vannamei mulai dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan udang nasional yang
tidak tercukupi akibat produksi udang windu yang menurun akibat kematian
massal. Namun, udang vannamei ini baru naik daun dan menjadi lahan bisnis
yang potensial sekitar tahun 2001.

Awal mula budidaya udang vaname di Indonesia dilakukan di Jawa


Timur. Petambak di Jawa Timur sangat anntusias dalam membudidayakan udang
vannamei, bahkan 90% petambak menglami komoditi udang yang dibudidayakan
keudang vaname. Dengan meningkatan budidaya udang vannamei maka
diperlukan ketersediaan benur secara kontiniu dan berkualitas, sehingga
ketersediaan benur tersebut diharapkan mampu meningkatkan produktivitas udang
vaname (Haliman dan Adijaya,2005). Ketersediaan benih yang berkualitas
(gennetic dan morfologi) mmerupakan alhh satu factor penentu kebehasilan
budiddya udang. Karakter morfologi diantaranya dicirikan dengan perkembangan
larva yang baik, serta karakter morfologi yang tinggi (Wahidah et al,2015).

B. Tujuan

Tujuan dari pembuatan proposal ini yaitu agar mahasiswa/mahasiswi dapat


mengetahui proses dan tahap-tahap perencanaan dalam melakukan suatu usaha
budidaya udang vannamei maupun budidaya perikanan yang lainnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aspek Teknis Dan Aspek Produksi

1. Ketersediaan Bibit/Benur

Dalam usaha ternak udang vannamei bibit dikenal dengan sebutan benur.
Benur udang vannamei adalah udang vannamei bibit dalam usia sekitar 15-20
hari. Benur udang vannamei inilah yang nantinya ditebarkan kedalam kolam
untuk dibiarkan menjadi udang vannamei yang kita kenal.

Ciri-ciri benur udang vaname yang baik yaitu:


a. Berada pada waktu matang
Benur dikatakan matang ketika usia kisaran 18-20 hari. Ini dihitung dari fase
awal larva sampai masa setelah lepas dari selubung larva dan mulau berkembang
menjadi udang sepenuhnya.
b. Pilih dengan bentuk sempurna
Benur udang vannamei yang sehat dan sempurna memiliki bentuk yang
tidak terlalu membungkuk. Ini karena sejatinya udang vannamei tidak terlalu
bungkuk sebagaimana jenis udang konsumsi lain. Justru seharusnnya benur
berenang dengan postur yang lurus.
c. Pilih ukran yang seragam
Pastikan memilih benur dalam ukuran yang sama dengan seraagam. Ukuran
yang seraagam setidaknya dapat menjadi awal yang baik untuk anda mendapatkan
panen udng dalam ukuran yang seragam pula.
d. Aktif berenang
Benur udang yang sehat akan terlihat aktif berenang serta sangat peka
terhadap ranngsangan dai luar. Pola berenagng berkualitas ialah menetang arus
jika air diputar, maka benur akan menempel didasar tambak.
e. Usus yang berisi

3
Cara mudah lain untuk mengenali benur yang sehat adalah dengan
memperhatikan bentuk perutnya. Perhatikan usus didalam tubuhnya yang
seharusnya terlihat jelas pada bodi transpaaraannya. Usus seharusnya tampak
berisi dan penuh. Justru bila usus tampak kosong, bisa jadi benur dalam kondisii
stres atau sakit sehingga benur cenderung tidak doyan makan. Ini bisa jadi alami
kondisi benur tidak berkualitas.

2. Ketersediaan Bahan Baku

Pakan merupakan salah satu komponen strategis yang sangat


menentukan keberhasilan usahabudidaya. Pada kegiatan tersebut, hampir 60-
70% dari total biaya produksi digunakan untuk pembelian pakan (Haryati, et al.
2009; Haliman dan Dian, 2005). Salah satu faktor penting dalam usaha
budidaya adalah penyediaan pakan yang lengkap dengan komposisi nutrien
sertajumlah yang sesuai dengan kebutuhan dari ikan/udang. Secara umum
kebutuhan dari pakan didalam kegiatan budidayayang diberikan ialah berupa
pakan buatan, akan tetapi pakan buatan yang telah beredar di pasaran memiliki
banyak sekali merek serta kemasan danmempunyai harga yang cukup mahal. Oleh
sebab itu sangat perlu diusahakan adanya pakan yang efisien serta harga yang
bersaing (Ihwani, 2017).

Dalam meningkatkan kualitas, pertumbuhan dan kelulushidupan


organisme yang dibudidayakan,tepung ikan umumnya digunakan sebagai
sumber protein hewani pada pakan, tetapi ketersediannya masih fluktuatif
yang diakibatkan oleh tingginya harga dari tepung ikan tersebut dan masih
merupakan komoditas impor. Sehingga, diperlukan pakan alternatif yang kaya
akan protein sebagaipengganti tepung ikan (Rumondor,et al,2016)

3. Adanya Sumber Daya Perairan

Lokasi budidaya udang vannamei berada dekat dari sumber air, baik
berasal dari sungai atau dari laut dan bebes dari banjir dengan jumlah cukup
selama proses budidaya. Sumber air tidak tercemar dan berkualitas bagus.

4
Pemasukan dan pengeluaran air tambak dapat dilakukan melalui pintu air.
Kualitas air tambak yang baik akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan
udang vannamei secara optimal. Oleh karena itu, kualitas air tambak perlu
diperiksa dan dikontrol secara seksama (Haliman dan Adijaya, 2005).

Ketersedian air sangat penting dalam budidaya udang vaname. Sumber air
dan kualitas air perlu diperhatikan karena jika kualitas air menurun atau sumber
air berkurang maka akan memunculkan serangan penyakit pada udang vaname
yang dibudidayakan. Air yang digunakan untuk budidaya udang vaname biasanya
berasal dari sungai.

4. Sumberdaya Manusia yang Terampil

Dengan banyaknya permintaan udang vaname di Indonesia sangat tinggi


sehingga potensi untuk kegiatan budidaya udang masih sangat terbuka, yang
dimana upaya untuk memperluas kegiatan budidaya udang tersebut harus di ikuti
dengan ketersediaan sumber daya manusianya (SDM) yang terampil dan
professional.

Meskipun peluang kegiatan budidaya sangat besar, usaha budidaya udang


tersebut membutuhkan sejumlah hal yang mendasar, misalnya ketersediaan lahan
dan listrik yang cukup atau memenuhi, sumber daya manusia yang terampi, serta
infrastruktur lainnya yang mendukung.

5. Prasarana Usaha Lainnya

Adapun kekuatan tersedianya lahan, sarana dan prasarana yang


mendukung aspek finansial yang layak, dekat dengan mangrove, sedangkan
kelemahannya meliputi kurangnya benur udang vannamei, kurangnya tenaga
kerja, kurangnya promosi dan pemasaran yang pasif, tidak adanya aliran listrik
pada daerah tambak. Sumberdaya alam dan lingkungan yang mendukung, adanya
penyuluhan lapangan, udang vanname langsung dijual kepada konsumen atau
kepada pengumpul yang menjual kembali.

5
6. Metode Budidaya

Budidaya yang dilakukan adalah budidaya dengan semi intensif di tambak.


Persiapan lahan tambak udang vannamei sebagai berikut:

a. Persiapan Tambak
1) Pembersihan lahan, dilakukan dengan pengecakan lahan kolam, dilihat
kondisi kolam, kondisi tanah dasar dan lainnya.
2) Pengeringan lahan, dilakukan pengeringan tanah dasar hingga kering
selama 10 hari hingga 2 bulan, tergantung kondisi cuaca.
3) Pembersihan dasar: dibersihkan dari tanah jenuh dan sisa kotoran budidaya
sebelumnya.
4) Pengapuran dasar: dilakukan pengapuran setelah pengecekan pH tanah,
ditaburkan merata hingga sebagian tanggul kolam, lebih banyak pada titik
berkumpulnya kotoran.

5) Pengecekan tanggul dan pintu air: dilakukan perbaikan jika terjadi


kebocoran atau kerusakan pintu air. Pemasangan jembatan ancho.
6) Pengisian air kolam: dilakukan pengisian air dari sumber air laut yang
bersih, ketinggian air 120 cm.g. Pemasangan kincir: dilakukan
pemasangan kincir sesuai arah arus yang diinginkan, pastikan kincir siap
dioperasikan.
7) Sterilisasi air: dilakukan sterilisasi air dengan chlorine aktif 60% dosis 10
ppm. Kincir dapat dihidupkan untuk mengaduk chlorine. Air didiamkan
selama 2 hari agar chlorine teroksidasi sempurna. Ditambahkan rendaman
saponin 30 ppm, didiamkan selama 3 hari (Paena, Suhaimi, & Undu,
2013).
8) Pemberian kultur probiotik dan pemupukan : diberikan kultur probiotik
dan pemupukan hingga air berwarna kehijauan atau kecoklatan yang

6
menandakan plankton berkembang (Gunarto et al., 2012; Susilowati et al.,
2017; dan Rakhfid et al., 2018).
b. Penebaran benih

Ditebarkan benih sesuai dengan kepadatan 40 ekor/m3, ukuran benih PL-


10, gerakan lincah, seragam, bentuk udang sempurna dengan usus penuh makanan
yang menandakan benur sehat. Penebaran dilakukan pagi hari atau sore hari
dengan aklimatisasi terlebih dahulu (WWF Indonesia, 2011; Mansyur et al., 2014;
dan Yuni et al., 2018).

c. Pemeliharaan

Selama pemeliharaan, dilakukan monitoring kualitas air meliputi : suhu,


salinitas, transparasi, pH dan kedalaman air dan oksigen setiap hari. Suhu minimal
28ºC, jika suhu mencapai 30ºC maka suhu harus diturunkan karena sudah terlalu
tinggi menurunkan suhu dengan menggunakan kapur ziolit. Ph yang baik untuk
budidaya udang vaname sekitar 7,8 ph diatur setiap 2 kali sehari yaitu setiap pagi
dan sore hari, jika pH naik maka tidak baik pula pada proses pembudidayaan
udang maka harus diturunkan dengan menggunakan kaftan/dolomit. Selain itu,
juga dilakukan pemberian pemupukan urea dan TSP susulan setiap 1 minggu
sebanyak 5-10 persen dari pupuk awal. (urea 150kg/ha) dan hasil fermentasi
probiotik yang diberikan seminggu sekali guna menjaga kestabilan plangton
dalam tambak. Pengapuran susulan dengan dolomit super dilakukan apabila pH
berfluktasi.

Pakan diberikan pada hari ke-70 dimana pada saat itu dukungan pakan alami
(plangton) sudah berkurang atau pertumbuhan udang mulai lambat. Dosis pakan
yang diberikan 5-2 persen dari biomassa udang dengan frekuensi pemberian 3
kali/hari yakni 30 persen pada jam 7.00 dan 16.00 serta 40 persen pada jam 22.00.

Pergantian air yang pertama kali dilakukan setelah udang berumur >60 hari
dengan volume pergantian 10 persen dari volume total, sedangkan pada bukaan
berikutnya hingga panen, volume pergantian air ditingkatkan mencapai 15-20

7
persen pada setiap periode pasang. Sebelum umur pemeliharaan mencapai 60 hari
hanya dilakukan penambahan air sebanyak yang hilang akibat penguapan atau
rembesan. Kualitas air yang layak untuk pembesaran vaname adalah salinitas
optimal 10-25 ppt (toleransi 50 ppt), suhu 28-31ºC, oksigen >4ppm, amoniak
<0,1ppm, ph 7,5-8,2 dan H²S <0,003ppm.

d. Panen

Panen harus mempertimbangkan aspek harga, pertumbuhan dan kesehatan


udang. Panen dilakukan setelah umur pemeliharaan 90-100 hari. Perlakuan
sebelum panen adalah pemberian kapur dolomit sebanyak 80 kg/ha (tinggi air
tambak 1 m), dan mempertahankan ketinggian air (tidak ada pergantian air)
selama 2-4 hari yang bertujuan agar udang tidak mengalami molting (ganti kulit)
pada saat panen. Selain itu disiapkan peralatan panen berupa keranjang panen,
jaring yang dipasang dipintu air, jala lempar, steroform, ember, baskom, dan
lampu penerangan dilakukan dengan menurunkan volume air secara gravitasi dan
dibantu pengeringan dengan pompa.

Bersamaan dengan aktifitas tersebut juga dilakukan penangkapan udang


dengan jala. Sebaiknya panen dilakukan pada malam hari yang bertujuan untuk
mengurangi resiko kerusakan mutu udang, karena udang hasil panen sangat peka
terhadap sinar matahari. Udang hasil tangkapan juga harus dicuci kemudian
direndam es, selanjutnya dibawa ke cold strage. Ukuran panen udang antara 55-65
ekor/kg.

B. Aspek Ekonomi dan Analisis Usaha Keuangan

1. Modal/ Investasi Usaha Bdidaya Udang Vaname Di Tambak


a. Investasi usaha

Untuk mendirikan usaha atau proyek pengembangan usaha budidaya udang


vannamei dengan system tambak semi intensif, di butuhkan sejumlah dana untuk
membiayai investasi dan modal usaha.

8
a. Pembuatan tambak semi intensif / lokasi tambak 100 m x 100 m.
b. Pengadaan sarana kerja

Sedang untuk modal kerja meliputi : biaya pengadaan bibit, pakan,


upah/gaji dan lain-lain. Adapun jumlah dana untuk membiayai berbagai
komponen biaya di atas, dihitung berdasarkan tingkat harga di wilayah proyek dan
beberapa asumsi-asumsi yaitu:

a. Umur proyek 4 tahun


b. Pajak penghasilan pertahun
c. Penyusutan atas aktiva tetap dihitung dengan metode garis lurus dengan
nilai sisa = 0 dan umur ekonomis dari setiap aset 4 tahun.
d. Benur yang ditebar sebanyak 4000 ekor dengan tingkat kehidupan
e. Jangka waktu pembesaran atau umur produksi untuk mencapai panen
adalah 3 bulan
b. Modal usaha

Biaya tetap adalah biaya yang tetap berjumlah sama, tidak berkaitan
dengan berapa volume produksi atau jasa yang dihasilkan. Artinya, ketika volume
tinggi maupun rendah, biaya yang diperlukan tetap sama. Biaya tetap tidak
terpengaruh fluktuasi sesaat yang mungkin terjadi.

Sementara biaya variabel adalah biaya yang ikut berubah. Perubahan ini
berjalan beriringan dengan perubahan dalam output atau hasil produksi.

Sebelum melakukan pemuatan tambak kita perlu menentukan lokasi


tambak dan biaya pembelian lokasi serta alat-alat yang dibutuhkan yang telah
terinci pada tabel investasi.

9
Table 1 Perkiraan Biaya investasi Budidaya Udang Vaname di Tambak Semi
Intensif

Komponen Jumlah Harga Satuan Harga


Total
Pembuatan tambak

Lahan 100 x 100 150.000/m 300.000.000

Tambak 1 petak (50 x 30)

Tandon 1 unit (30 x 10)

Sewa mobil beko 1 minggu 700.000/1 hari 4.900.000

Upah pekerja 6 orang 800.000-selesai 4.800.000


Total Biaya I 309.700.000

Alat Yang
Dibutuhkan
Skop 2 buah 80.000 160.000
Ember ukuran 20 kg 4 buah 34.000 136.000
Waring 100 meter 6.000/m 600.000
Pompa air 1 buah 12.000.000 12.000.000

Gerobak angkut 1 buah 600.000 600.000

Jala udang 1 buah 400.000 400.000

Anco 60 x60 m 2 buah 135.000 270.000


Timbangan sampling 1 buah 215.000 215.000
Ph meter 1 buah 80.000 80.000

Do meter 1 buah 1.900.000 1.900.000

Refractometer 1 buah 255,000 255.000

Pembuatan Rumah
Jaga
Kayu balok 20 balok 75.000 1.500.000

10
Papan (lantai) 12 buah 45.000 540.000

Atap seng 12 lembar 80.000 960.000

Triplek (dinding) 8 lembar 60 .000 480.000

Total biaya II 20.096.000

Total biaya I dan II 329.796.000

Pada tabel investasi di atas, total biaya I merupakan biaya pembuatan


tambak dan tandon dan pada total biaya II merupakan biaya pembuatan rumah
jaga. Pada tabel tersebut juga terdapat penyusutan yang merupakan biaya tetap
yang dibutuhkan.

Table 2 Total Biaya

Komponen Biaya %

Biaya investasi 329.796.000 263.83

Biaya variabel 57.340.000 45.87

Biaya tetap 8.800.750 7.04

Total biaya 395.936.750 316.74

Table 3 Perkiraan Biaya Operasional Budidaya Ikan Vaname

Komponen Jumlah Harga Satuan Harga Total


(Rp) (Rp)
Biaya variabel

Benur 100.000 51.000 5.100.000

Pakan buatan 5.000 16.000 80.000

Pakan tambahan 1.200.000

11
Vitamin 120.000

Obat-obatan 120.000

Pupuk urea 1 170.000 170.000

Kapur dolomit 2 75.000 150.000


super
Probiotik 350.000

Prebiotic buatan 150.000

Biaya listrik 4.000.000

Total Biaya 57.340.000

Table 4 Biaya Tetap

No Komponen Harga
1. Penyusutan 2.450.750
2. Gaji pekerja 850.000
3. Perawatan tambak dan tendon 1.500.000
4. Biaya listrik 4.000.000
Total Biaya 8.800.750

Table 5. Hasil Panen Persiklus

Komponen Umur Ukuran Jumlah Harga Jumlah


(Kg) (Rp)
Panen siklus 110 Size 70 1454 80.000 116.320.0
ke-1 00
Panen siklus 100 Size 65 1256 80.000 100.480.0
ke-2 00
Panen siklus 100 Size 70 1598 80.000 127.840.0
ke-3 00
Total 1 344.640.0
pertahun 00

12
2. Biaya penyusutan

Table 6 Biaya Penyusutan

Komponen Harga Umur Ekonomi Penyusutan


Skop 160.000 2 80.000
Ember Ukuran 20 Kg 136.000 4 34.000
Waring 600.000 3 200.000
Pompa air 2.000.000 4 500.000
Gerobak Angkut 600.000 3 200.000
Jala Udang 400.000 2 200.000
Anco 60 X 60M 135.000 2 67.500
Timbangan Sempling 215.000 4 53.750
pH Meter 80.000 2 40.000
Do Meter 1.900.000 2 950.000
Refraktormeter 255.000 2 125.500
Total 2.450.750

3. Sumber Pendanaan Usaha

Sumber pendanaan untuk membiayai kegiatan investasi khusus untuk


biaya investasi berasal dari pinjaman Bank sebesar Rp. 398.387.500 dengan
tingkat bunga per tahun (20%)

4. Analisis Pengembalian Investasi (ROI)

Return on Investment adalah rasio keuntungan atau kerugian yang


dihasilkan dari kegiatan penanaman modal terhadap jumlah uang yang
diinvestasikan. Rasio ini digunakan untuk mengevaluasi efisiensi dari sebuah
kegiatan investasi dengan cara mengukur secara langsung jumlah pengembalian
dari biaya investasi yang telah dikeluarkan.

Laba/rugi = Penerimaan – Total biaya operasional

= 344.640.000– 66.140.750

13
= 278.499.250

Dengan demikian, selama 3 kali produksi dalam 1 tahun usaha budidaya


Udang vannamei di tambak menghasilkan keuntungan Rp. 278.499.250

Laba bersih
ROI =
Total Investasi

344.640.000
ROI =
329.796.000

= 1,04 %

Dari perhitungan ROI diatas, dapat dilihat bahwa nilai ROI yang
diperoleh adalah sebesar 1,04 %. Persentase tersebut menunjukkan bahwa usaha
budidaya udang vannamei di tambak hanya memperoleh 1,04% keuntungan dari
besarnya modal yang dikeluarkan selama 1 tahun. Angka tersebut menunjukkan
bahwa, usaha budidaya ikan kerapu dalam tambak ini mendapat keuntungan Rp
1,04% dalam setiap biaya yang diinvestasikan.

5. Keutungan usaha ( BC Ration)

Benefit Cost Ratio merupakan analisa yang paling sederhana karena masih
dalam keadaan nilai kotor. Lewat analisis B/C dapat diketahui kelayakan suatu
usaha. Bila nilainya 1 (satu), berarti usaha itu belum mendapatkan keuntungan dan
perlu adanya pembenahan. Rumus untuk mendapatkan nilai B/ C adalah:

Untuk menilai kelayakan usaha digunakan analisis kriteria investasi


BenefitCost Ratio(B/C). Adapun nilai kriteria investasi usaha budidaya udang
vannamei adalah sebagai berikut:

344.640.000
𝐁/𝐂 = 66.140.750
= 5.210

14
B/C ratio menunjukkan perbandingan antara keuntungan dan biaya produksi.
Berdasarkan perhitungan B/C ratio, diperoleh nilai B/C ratio adalah 5.210
Berdasarkan kriteria nilai B/C, nilai B/Cratio yang diperoleh lebih besar dari 1
sehingga dapat di interpretasikan bahwa usaha budidaya udang vannamei ini layak
dilaksanakan, atau dapat dijelaskan bahwa dengan modal Rp. 𝟔𝟔. 𝟏𝟒𝟎. 𝟕𝟓𝟎 kita
dapat memperoleh hasil penjualan sebesar 2 kali jumlah modal.

6. Break Event Point (BEP)

BEP (Break Event Usaha) / TPP atau titik impas /titik pulang pokok adalah
keadaan suatu usaha ketika tidak memperoleh laba dan tidak rugi.

biaya tetap
BEP (unit ) =
harga jual per unit − biaya variabel persatuan

8.800.750
BEP (unit ) =
80.000 − 60.000

8.800.750
BEP (unit ) = = 440.04 unit
20.000

Total Biaya
BEP produksi =
Harga Penjualan

Rp. 66.140.750
=
Rp. 80.000

= 82,67 kg

C. Aspek Pasar dan Pemasaran

1. Pasar Lokal, Regional, dan Global

15
Menurut William J. Stanton (1993:92) pasar dapat didefinisikan sebagai
berikut : “ Pasar adalah orang-orang yang mempunyai kebutuhan dan keinginan
untuk puas, uang untuk berbelanja dan kemauan untuk belanjakan”.Dari definisi
diatas terdapat 3 unsur penting didalam pasar yaitu : (Orang dengan segala
keinginannya, Daya beli mereka , dan Kemauan untuk membelanjakannya).

Philip Kotler (Marketing) pemasaran adalah kegiatan manusia yang


diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.
Menurut Philip Kotler dan Amstrong pemasaran adalah sebagai suatu proses
sosial dan managerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa
yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik
produk dan nilai dengan orang lain

Pasar lokal adalah pasar yang daerah pemasaannya hanya meliputi daerah
tertentu, dan pada umumnya menawarkan barang yang dibutuhkan masyarakat
disekitarnya.

Pasar regional adalah pasar yang daerah pemasarannya meliputi beberapa


negara pada wilayah tertentu. Pasar ini dibawah naungan wadah kerjasama
regional, misalnya kawasan Asia Tenggara di bentuk AFTA.
Pasar gobal adalah sebuah bentuk dari pasar yang dimana pemasarannya
akan melakkukan pencakupan dari seluruh kawasan yang ada didunia.
2. Jumlah Permintaan

Jumlah permintaan pasar udang vannamei di daerah wilayah Buton


Tengah Kec Mawasangka meningkat. Karena udang memiliki nilai gizi yang
tinggi serta harganya terjangkau sehingga permintaan pasar baik itu pasar lokal
maupun pasar regional meningkat. Pada pemasaran lokal udang vannamei
perkilonya adalah 50/kg sedangkan harga pembeli dari pengumpul itu berdasarkan
jumlah sizenya/ kg seperti ukuran size 60 harganya Rp. 65.000/kg, dan size 70
harganya Rp.70.000/kg.

3. Model Pemasaran

16
Model pemasaran udang vannamei pada daerah Buton Tengah Kec.
Mawasangka menggunakan model pemasaran langsung. Yang dimana
pembudidaya menjual langsung ke pasar dan ada juga pengumpul yang datang
ambil langsung ke petambak. Dalam hal ini petambak menggunkan dua aspek
pasar.

4. Sarana Distribusi

Sarana distribusi pada pemasaran udang vannamei yaitu menggunakan


mobil pikup milik pengumpul yang dimana pengumpul tersebut datang langsung
kepetambak untuk membeli hasil panen udang vannamei tersebut. Dan untuk
pendistribusian ke pasar lokal itu menggunakan motor. Pemasaran udang vaname
di kabupaten Buton Tengah Kec. Mawasangka melalui dua sistem yaitu dari
pembudidaya di jual ke pedagang pengumpul, selanjutnya dari pengumpul dijual
kepasar lokal.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Untuk membiayai kegiatan usaha budidaya udang vannamei di tambak


secara semi intensif selama 4 tahun yaitu dibutuhkan dana sebesar Rp.
395.936.750. Dengan pendapatan 1 tahun adalah 344.640.000. Dengan demikian
Usaha budidaya udang vannamei di tambak dapat dikatakan kegiatan usaha
tersebut layak untuk dijalankan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Haliman, R.W. dan Adijaya, D. 2005. “Udang Vannamei”. Penebar Swadaya :


Jakarta Amri, K., dan I. Kanna. 2008. Budidaya Udang Vannamei. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Tim Perikanan WWF-Indonesia, Badrudin. 2014. Budidaya Udang Vannamei
Tambak Semi Intensif dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
WWF-Indonesia
Nur, A. 2011. Manajemen Pemeliharaan Udang Vannamei. Jakarta: Pusat
Penyuluhan Kelautan dan Perikanan.
Putra, N. 2011. Manajemen Kualitas Air dalam Kegiatan Perikanan Budidaya.
Proseding Apresiasi Pengembangan Kapasitas Laboratorium. Ambon.

Ray, Lala I.P dkk. 2013. Temporal Variation of Water Quality Parameters ini
Intensively IMC Cultured Lined Pond. UACVM IASI, Faculty of Animal
Sciences. Vol. 52(14).
Wachidatus Sa’adah. 2019. Permintaan Udang Vannamei (Litopenaeus
vannamei) Di Kelompok Pembudiaya Udang At-Taqwa Paciran
Lamongan. Online file:///C:/Users/user64/Downloads/2222-8097-1-
PB%20.pdf
https://journal.unram.ac.id/index.php/jppi/article/view/455

19

Anda mungkin juga menyukai