Anda di halaman 1dari 93

PENGARUH PEMBERIAN ISOLAT KATEKIN GAMBIR

(Uncaria gambir Roxb) TERHADAP KADAR GLUKOSA SERUM


TIKUS (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI DIET TINGGI LEMAK

Skripsi
Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai
Pemenuhan Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan
Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh

Oshin Amirah Rafi


NIM: 1710312049

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Saya mahasiswa/dosen/tenaga kependidikan* Universitas Andalas yang bertanda tangan di


bawah ini:

Nama lengkap : Oshin Amirah Rafi


No. BP/NIM/NIDN : 1710312049
Program Studi : Profesi Dokter
Fakultas : Kedokteran
Jenis Tugas Akhir : TA D3/Skripsi/Tesis/Disertasi/.............................................**

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas


Andalas hak atas publikasi online Tugas Akhir saya yang berjudul:

PENGARUH PEMBERIAN ISOLAT KATEKIN GAMBIR


(Uncaria gambir Roxb) TERHADAP KADAR GLUKOSA SERUM TIKUS (Rattus
norvegicus) YANG DIINDUKSI DIET TINGGI LEMAK

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Universitas Andalas juga berhak untuk
menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola, merawat, dan mempublikasikan karya
saya tersebut di atas selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Padang
Pada tanggal 4 Februari 2021
Yang menyatakan,

(Oshin Amirah Rafi)

* pilih sesuai kondisi


** termasuk laporan penelitian, laporan pengabdian masyarakat, laporan magang, dll
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T dan


Shalawat serta salam untuk Nabi Muhammad S.A.W tak lupa dipanjatkan atas
rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengaruh Pemberian Isolat Katekin Gambir (Uncaria gambir Roxb) Terhadap
Kadar Glukosa Serum Tikus (Rattus norvegicus) yang Diinduksi Diet Tinggi
Lemak” demi memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana
kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini tak luput dari bantuan berbagai
pihak. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. dr. Rika Susanti, Sp. F selaku Dekan beserta Wakil Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas.
2. dr. Rauza Sukma Rita, Ph. D dan dr. Eka Fithra Elfi, Sp.JP (K) selaku
dosen pembimbing yang telah sabar dan meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan, saran, dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
3. dr. Hirowati Ali, Ph. D, dr. Gestina Aliska, Sp. FK, Dr. Endrinaldi., MS
dan dr. Dinda Aprilia Sp. PD, selaku doseen penguji yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan, saran, dan arahan dalam penyusunan
skripsi ini.
4. Seluruh dosen pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas yang
telah memberi ilmu pengetahuan kepada penulis.
5. Orang tua, saudara dan keluarga yang telah memberikan dukungan moral
dan materil.
6. Berbagai pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini
diantaranya teman angkatan dan pihak-pihak yang tak dapat disebutkan satu
persatu lainnya.

Penulis berharap semoga Allah S.W.T senantiasa mencurahkan rahmat dan


hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu. Semoga skripsi
penelitian ini dapat bermanfaat bagi pelayanan kesehatan, rumah sakit, pendidikan,
instansi dan masyarakat luas. Akhir kata, segala saran dan masukan akan penulis
terima dengan senang hati demi kesempurnaan skripsi ini.

Padang, Januari 2021

Penulis

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas v


THE EFFECT OF GAMBIER’S CATHECHIN ISOLATE (Uncaria gambir
Roxb) ON SERUM GLUCOSE LEVEL AT RATS (Rattus norvegicus)
WISTAR STRAIN INDUCED BY HIGH FAT DIET

By
Oshin Amirah Rafi

ABSTRACT
Catechin isolates of gambier (Uncaria gambir Roxb) is an active
substance isolate from gambier extract that acts as an antioxidant and affects insulin
sensitivity. This study aims to determine the effect of gambier’s catechin isolate
(Uncaria gambir Roxb) on glucose levels in rats (Rattus norvegicus) by inducing a
high-fat diet.
This study was a true experimental with a post-test only control group
design. This study used 30 rats divided into five groups; negative control group
(K-), positive control grup (K +), treatment 1 (P1), treatment 2 (P2), and treatment
3 (P3). Groups K +, P1, P2, P3 were induced with a high-fat diet, then group of P1,
P2, P3 were given catechin isolates of gambiers by dosages; 10 mg / kgBB / day20
mg / kgBB / day, and 40 mg / kgBB / day for 14 days. Blood glucose levels were
measured by using the enzymatic method Glucose Oxidase - Peroxidase
Aminoantypirin (GOD-PAP). Kruskal Wallis and Post Hoc Mann-Whitney-Test
were used for data analysis.
The Average of glucose level in K-, K+, P1, P2, and P3 was 99.37 ± 17.03
mg / dl; 136.78 ± 19.68 mg / dl; 124.72 ± 9.46 mg / dl; 116 ± 5 ,63 mg / dl; and
107.37 ± 7.29 mg / dl, respectedly. The variety of this study presented catechin
isolates of gambiers at glucose levels in the P3 group with positive control (p =
0.006), treatment 1 (p = 0.016) and treatment 2 (p = 0.037). The conclusion of this
study is that catechin isolates of gambir can affect blood glucose levels.

Key words: catechin isolate, gambier, high fat diet, hyperglycemia.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas vi


PENGARUH PEMBERIAN ISOLAT KATEKIN GAMBIR
(Uncaria gambir Roxb) TERHADAP KADAR GLUKOSA SERUM
TIKUS (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI DIET TINGGI LEMAK.

Oleh
Oshin Amirah Rafi

ABSTRAK
Isolat katekin gambir (Uncaria gambir Roxb) merupakan isolat zat aktif
dari ekstrak gambir yang berperan sebagai antioksidan dan mempengaruhi
sensitivitas insulin. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian isolat
katekin gambir (Uncaria gambir Roxb) terhadap kadar glukosa tikus (Rattus
norvegicus) galur wistar dengan induksi diet tinggi lemak.
Penelitian ini merupakan true experimental dengan rancangan post-test
only control group design. Penelitian menggunakan 30 ekor tikus dibagi menjadi
lima kelompok yaitu kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), perlakuan satu (P1),
perlakuan dua (P2), dan perlakuan tiga (P3). Kelompok K+, P1, P2, P3 diinduksi
diet tinggi lemak, selanjutnya pada P1, P2, P3 diberikan isolat katekin gambir
dengan dosis 10 mg/kgBB/hari, 20 mg/kgBB/hari, dan 40 mg/kgBB/hari selama 14
hari. Kadar glukosa darah diukur menggunakan metode enzimatis Glucose Oxidase
– Peroxidase Aminoantypirin (GOD-PAP). Analisis data menggunakan Kruskal
Wallis dilanjutkan Post Hoc Test-Mann-Whitney.
Rerata kadar glukosa pada K- adalah 99,37±17,03 mg/dl, K+ adalah
136,78±19,68 mg/dl, P1 adalah 124,72±9,46 mg/dl, P2 adalah 116±5,63 mg/dl, dan
P3 adalah 107,37±7,29 mg/dl. Terdapat perbedaan bermakna pemberian isolat
katekin gambir pada kadar glukosa darah kelompok P3 dengan kontrol positif
(p=0,006), perlakuan 1 (p=0,016) dan perlakuan 2 (p=0,037). Kesimpulan
penelitian ini adalah isolat katekin gambir dapat mempengaruhi kadar glukosa
darah.

Kata kunci: isolat katekin, gambir, diet tinggi lemak, hiperglikemia.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas vii


DAFTAR ISI
Halaman
Sampul Depan
Sampul Dalam i
Halaman Pernyataan Orisinalitas ii
Pengesahan Skripsi iii
Pengesahan Penguji iv
Kata Pengantar v
Abstrak vii
Daftar Isi viii
Daftar Tabel x
Daftar Gambar xi
Daftar Istilah xii
Daftar Lampiran xiv
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 4
1.3. Tujuan Penelitian 5
1.3.1 Tujuan Umum 5
1.3.2 Tujuan Khusus 5
1.4. Manfaat Penelitian 5
1.4.1 Bagi Peneliti 5
1.4.2 Bagi Pengetahuan 5
1.4.3 Bagi Masyarakat 6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 7
2.1. Tinjauan Pustaka 7
2.1.1. Lipid 7
2.1.1 1. Definisi Lipid 7
2.1.1 2. Klasifikasi Lipid 7
2.1.2. Metabolisme Lipid 8
2.1.3. Hiperglikemia 10
2.1.4. Pengaruh Diet Tinggi Lemak terhadap Hiperglikemia 11
2.1.5. Radikal Bebas 15
2.1.5 1. Definisi Radikal Bebas 15
2.1.5 2. Klasifikasi Radikal Bebas 15
2.1.6. Hubungan Radikal Bebas dengan Hiperglikemia 16
2.1.7. Antioksidan 17
2.1.8. Hubungan ROS dengan Antioksidan 17
2.1.9. Gambir 18
2.1.9.1 Morfologi dan Taksonomi Gambir 18
2.1.9.2 Manfaat Gambir 19
2.1.10. Pengaruh Katekin Gambir terhadap Hiperglikemia 20
2.2. Kerangka Teori 23
BAB 3. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 24
3.1. Kerangka Konsep 24
3.2. Hipotesis Penelitian 25
BAB 4. METODE PENELITIAN 26
4.1. Rancangan Penelitian 26

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas viii


4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 26
4.3. Populasi, Sampel, Besar Sampel, dan Tekhnik Pengambilan
Sampel 27
4.3.1 Kriteria Inklusi 27
4.3.2 Kriteria Eksklusi 27
4.3.3 Tekhnik Pengambilan Sampel 27
4.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 27
4.4.1 Variabel Penelitian 27
4.4.2 Definisi Operasional 28
4.5. Bahan Penelitian 29
4.5.1 Hewan Coba dan Bahan Untuk Pemeliharaan Hewan
Coba 29
4.5.2 Bahan Pembuatan Sediaan Uji 29
4.5.3 Bahan Untuk Pemeriksaan Glukosa Darah 29
4.6. Instrumen Penelitian 29
4.6.1 Instrumen Untuk Pemeliharaan Hewan Coba 29
4.6.2 Instrumen Untuk Pemberian Diet Tinggi Lemak 29
4.6.3 Instrumen Untuk Pemberian Isolat Katekin Gambir
(Uncaria gambir Roxb) 30
4.6.4 Instrumen Penelitian Untuk Sanitasi dan Higiene 30
4.6.5 Instrumen Untuk Pengambilan Spesimen 30
4.6.6 Instrumen Untuk Pemeriksaan Glukosa Darah 30
4.6.7 Instrumen Untuk Pengambilan Data 31
4.7. Prosedur Penelitian 31
4.7.1 Pemeliharaan dan Perlakuan Hewan Coba 31
4.7.2 Perencanaan Pengkuran Berat Badan 33
4.7.3 Perencanaan Dosis Diet Tinggi Lemak 34
4.7.4 Pemberian Diet Tinggi Lemak 34
4.7.5 Pemberian Dosis Isolat Katekin Gambir 34
4.7.6 Pemberian Isolat Katekin Gambir 35
4.7.7 Pengambilan Spesimen 35
4.7.8 Pengukuran Kadar Glukosa pada Serum Tikus 36
4.8. Alur Penelitian 38
4.9. Pengolahan dan Analisis Data 39
4.10. Etika Penelitian 39
BAB 5. HASIL PENELITIAN 41
5.1 Pengaruh Pemberian Isolat Katekin Gambir
(Uncaria gambir Roxb) Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus
(Rattus norvegicus) Galur Wistar Dengan Induksi Diet Tinggi
Lemak 41
BAB 6. PEMBAHASAN 44
6.1 Pengaruh Pemberian Isolat Katekin Gambir Terhadap Glukosa
Darah Tikus yang Diberi Diet lemak tinggi 44
BAB 7. PENUTUP 48
7.1 Kesimpulan 48
7.2 Saran 48
DAFTAR PUSTAKA 49

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas ix


DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 : Kadar Tes Laboratorium Gula Darah 11


Tabel 4.1 : Pengukuran Kadar Glukosa dengan Automated
Chemistry Analyser Microlab 300 37
Tabel 5.1 : Signifikansi glukosa darah tikus antar kelompok
hasil analisis Mann-Whitney U 43

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas x


DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 : Metabolisme Lipid 8


Gambar 2.2 : Jalur Reverse Cholesterol Trasnport 10
Gambar 2.3 : Metabolisme Lemak 12
Gambar 2.4 : Jalur Sinyal Insulin 13
Gambar 2.5 : Hubungan Konsumsi Lemak dengan
Hiperglikemia 14
Gambar 2.6 : Proses Radikal Bebas di Dalam Sel 16
Gambar 2.7 : Tanaman Gambir 19
Gambar 2.8 : Pengaruh aktivasi sinyal MAPK terhadap
kadar gula darah dan metabolisme lemak 21
Gambar 2.9 : Peranan Katekin Dalam Menangkal Stres
Oksidatif 22
Gambar 2.10 : Kerangka Teori 23
Gambar 3.1 : Kerangka Konsep 24
Gambar 4.1 : Alur Penelitian 38
Gambar 5.1 : Diagram Batang Rerata Kadar Glukosa
Darah Tikus (Rattus norvegivus) 42

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas xi


DAFTAR ISTILAH

ABCA-1 = Adenosine triphosphate-binding cassette transporter-1


ALT = Asam Lemak Trans
ATP = Adenosin trifosfat
Cat = Katalase
CETP = Cholesterol Ester Transfer Protein
DAG = Diacyglicerol
Dl = Desiliter
EGCG = Epigallocatechin Gallate
FFA = Free Fatty Acid
GHO = Global Health Observatory
GLUT = Transporter Glukosa
GLUT-1 = Transporter Glukosa-1
GLUT-2 = Transporter Glukosa-2
GLUT-3 = Transporter Glukosa-3
GLUT-4 = Transporter Glukosa-4
GOD-PAP = Glucose Oxidase – Peroxidase Aminoantypirin
GOD = Glukosa oksidase
Gpx = Glutathione peroksidase
H2O2 = Hidrogen peroksida
HDL = High Density Lipoprotein
HMG = Hydroxymethylglutaryl
HNO = Nitroxyl anion
HNO3- = Peroxynitrous Acid
IHME = Institute for Health Metrics and Evaluation
IRS = Insulin Receptor Subtrate
IRS-1 = Insulin Receptor Subtrate-1
IRS-2 = Insulin Receptor Subtrate-2
IRS-3 = Insulin Receptor Subtrate-3
IRS-4 = Insulin Receptor Subtrate-4
IDL = Intermediet Density Lipoprotein
KgBB = Kilogram berat badan
LCAT = Lechitin cholesterol acyltransferase
LDL = Low Density Lipoprotein
LPL = Lipoprotein lipase
LSD = Least Significant Differences
MAPK = Mitogen-activated protein kinase
MDA = Malondialdehid
Mg = Miligram
MLT = Makan lemak tinggi
MRC = Mitochondria respiratory chain
NO = Nitric Oxide
NO3- = Peroxynitrite
N2O2 = Nitrous oxide
MAPK = Mitogen Activated Protein Kinase

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas xii


OH- =Hydroxyl
-
OOH = Peroxyl radical
O2- = Superoxide
PI3-Kinase = Phosphatidylinositol-3-kinase
PKC = Protein Kinase C
POD = Peroksidase
RNS = Reactive Nitrogen Species
ROS = Reactive Oxidative Species
SH2 = Src-homology-2 domain protein
SOD = Superoksida Dismutase
SR-A = Scavenger A
SR-B1 = Scavenger receptor class B type 1
TNF = Tumor Necrosis Factor
VAO = Volume Administrasi Obat
VLDL = Very Low Density Lipoprotein
WHO = World Health Organization

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas xiii


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Time Schedule Skripsi 56


Lampiran 2 : Anggaran Biaya 57
Lampiran 3 : Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Setelah
Perlakuan 58
Lampiran 4 : Rerata Berat Badan Tikus 59
Lampiran 5 : Analisa Statistik 60
Lampiran 6 : Izin Penelitian Ketua Bagian Farmasi Unand 68
Lampiran 7 : Izin Penelitian Ketua Bagian Biokimia FK
Unand 60
Lampiran 8 : Keterangan Lolos Kaji Etik 70
Lampiran 9 : Keterangan Bebas Laboratorium Farmasi Unand 71
Lampiran 10 : Keterangan Bebas Laboratorium Biokimia FK
Unand 72
Lampiran 11 : Certificate of Analysis Gambir Terpurifikasi 73
Lampiran 12 : Dokumentasi 74

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas xiv


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit tidak menular adalah penyakit yang tidak dapat ditularkan atau
disebarkan dari seseorang kepada orang lain. Penyakit tidak menular merupakan
beban kesehatan utama di negara-negara berkembang dan negara industri.1
Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) tahun 2018 menyatakan
penyakit tidak menular mengakibatkan kematian sebanyak 41 juta orang setiap
tahun, setara dengan 71% dari semua kematian secara global. Penyakit tidak
menular yang mengakibatkan kematian terdiri dari 4 penyakit utama yaitu
kardiovaskular (17,9 juta orang setiap tahun), kanker (9,0 juta orang setiap tahun),
penyakit pernapasan (3,9 juta orang setiap tahun), dan diabetes (1,6 juta orang
setiap tahun).2
Laporan dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME)
menyatakan di Indonesia penyakit tidak menular yang mengakibatkan kecacatan
dan kematian terdiri dari diabetes 56,92%, penyakit jantung iskemik 24,9%, stroke
22%, nyeri punggungg bawah 21,3% dan penyakit paru-paru obstruktif kronik
16,07%.3 Faktor risiko dari penyakit tidak menular terdiri dari faktor metabolik dan
faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Faktor metabolik berkontribusi terhadap
empat perubahan metabolisme utama tubuh yaitu tekanan darah meningkat,
kelebihan berat badan/obesitas,hiperglikemia(kadar glukosa darah tinggi)dan
hiperlipidemia(kadar lemak tinggi dalam darah).4Faktor risiko metabolik
dipengaruhi oleh perilaku yang dapat dimodifikasi salah satunya adalah diet yang
tidak sehat. Diet yang tidak sehat pada masyarakat berdasarkan data dari Global
Health Observatory (GHO) terdiri dari rendahnya konsumsi sayur dan buah,serta
peningkatan konsumsi garam dan lemak.5
Data dari Survey Diet Total tahun 2014 menyatakan bahwa masyarakat
Indonesia cenderung untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi kalori,garam, gula
dan lemak jenuh.6 Lemak atau lipid adalah suatu zat yang kaya akan energi
berfungsi sebagai sumber energi utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak
yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari makanan dan
hasil produksi organ hati yang bisa disimpan di dalam sel-sel lemak sebagai
cadangan energi.7
Konsumsi diet tinggi lemak akan meningkatkan asam lemak bebas di darah.
Asam lemak bebas akan disimpan pada jaringan adiposa dan non-adiposa dalam
bentuk triasigliserol. Asam lemak bebas dapat memengaruhi sensitivitas reseptor
insulin sehingga bisa mengakibatkan hiperglikemia. Asam lemak berpotensi untuk
menjadi radikal bebas yang membuat tubuh dalam keadaan stres oksidatif. Stres
oksidatif terjadi karena Free Fatty Acid (FFA) memodulasi sinyal Reactive
Oxidative Species (ROS) pada sel. Stres oksidatif akan menyebabkan aktivasi jalur
sinyal sensitif-stres. Hal ini memperburuk sekresi dan aktivitas insulin8 sehingga
terjadi peningkatan kadar glukosa darah. Kadar gula darah yang tinggi dengan nilai
lebih dari normal dikarenakan tubuh tidak memproduksi insulin atau insulin tidak
bekerja dengan baik didefinisikan sebagai hiperglikemia.9
Penelitian Panchal dkk pada tahun 2001 menyatakan bahwa pada kelompok
diet tinggi lemak (20% karbohidrat,59% lemak dan 21% protein sebagai energi)
selama 4 minggu mengakibatkan adanya gangguan pada toleransi glukosa.10
Penelitian Kusmiyati tahun 2011 melakukan pemberian asam lemak trans (ALT)
dosis 5% dan 10% selama 8 minggu terhadap tikus Sprague dawley. Penelitian ini
menyajikan hasil penelitian bahwa dengan pemberian asam lemak trans dosis 5%
tejadi peningkatan gula darah dibandingkan kelompok kontrol walaupun tidak
terlalu signifikan. Peningkatan glukosa secara signifikan terjadi pada tikus yang
diinduksi asam lemak trans (ALT) dosis 10%.11
Kondisi hiperglikemia yang diakibatkan oleh induksi lemak bisa dicegah
dan diminimalisir dengan senyawa yang berpotensi sebagai antidiabetik,
antihiperlipidemia, antioksidan dan antiinflamasi.12 Penelitian Shasikala pada tahun
2017 menyatakan bahwa pemberian obat metformin atau dengan kombinasi obat
antidiabetik oral lainnya mampu menurunkan kadar profil lipid serum. Pemberian
monoterapi metformin atau kombinasi metformin dengan glimepiride atau
teneligliptin efektif mengurangi kadar kolesterol total dan kadar trigliserida
darah,kadar LDL-C dan VLDL-C dan meningkatkan secara signifikan kadar HDL-
C.13
Berhubungan dengan penggunaan obat antidiabetik oral. Nurmalinda dkk
tahun 2020 membuktikan bahwa tikus yang diberikan diet tinggi lemak selama 28
hari berada dalam kondisi hiperlipidemia. Penelitian dilanjutkan dengan pemberian

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2


obat metformin dosis 225,450 dan 900 mg/kg berat badan tikus selama 14 hari.
Terbukti, dosis 225 mg/kg berat badan tikus metformin memiliki efek
antihiperlipidemik.14 Selain pada obat oral antidiabetik, senyawa katekin (C15H1406)
yang merupakan golongan flavonoid dalam tanaman gambir juga memiliki potensi
tersebut. Tanaman gambir merupakan komoditas spesifik dan unggulan provinsi
Sumatera Barat. Delapan puluh persen kebutuhan gambir dunia dipasok oleh
Provinsi Sumatera Barat dengan negara tujan Bangladesh, India, Pakistan, Taiwan,
Jepang, Korea Selatan, Perancis dan Swiss.15
Ekstrak tanaman gambir terdiri dari katekin 7 – 33%, asam kathechu tannat
20 – 55%,pyrokatechol 20 – 30%,gambir floresen 1 – 3%,katechu merah 3 –
5%,quersetin 2 – 4%,fixed oil 1 – 2%, dan wax 1 – 2%.16 Hasil karakterisasi kadar
katekin dalam ekstrak gambir memiliki nilai yang tinggi dibandingkan katekin dari
tanaman lain yaitu sebesar 92,45% ± 0,247. Setelah dilakukan perkolasi
menggunakan etil asetat, dihasilkan isolat katekin sebanyak 80,74% dengan kadar
99.80%± 0.132. Katekin hasil perkolasi dipurifikasikan dengan metode
Kromatografi Cair Vakum (KCV) sehingga didapatkan katekin murni 74,79%.17
Manfaat dari senyawa katekin telah banyak diketahui. Penelitian Yunarto
dkk pada tahun 2015 membuktikan bahwa fraksi etil asetat ekstrak gambir
berpotensi sebagai antihiperlipidemia. Yunarto dkk menginduksi tikus dengan
makanan yang mengandung kolesterol dan lemak jenuh selama 28 hari, kecuali
kontrol normal yang hanya diberi air suling. Selanjutnya tikus diberi pemberian
bahan uji selama 28 hari dengan dosis bertingkat yaitu fraksi 5 mg/200 g bb, fraksi
10 mg/200 g bb, fraksi 20 mg/200 g bb. Penelitian tersebut menunjukkan fraksi etil
asetat ekstrak gambir 20 mg/200g bb mempunyai aktivitas anhiperlipidemia terbaik
karena mampu menurunkan kadar kolesterol total dan trigliserida.18
Penelitian Sari pada tahun 2018 membuktikan bahwa selama 14 hari terjadi
penurunan kadar triasilgliserol masing-masing sebesar 31,3%, 28%, dan 25%
setelah pemberian isolat katekin gambir dengan dosis 10 mg/kgbb,20 mg/kgbb,40
mg/kgbb pada tikus yang diberi diet tinggi lemak.19 Penelitian Zebua dkk tahun
2018 melihat penurunan gula darah pada tikus yang diberi ekstrak katekin gambir
dan metformin. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak gambir dengan dosis
300mg/kgbb memiliki aktivitas serupa dengan obat antidiabetes metformin

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3


65mg/kgbb.20 Penelitian Awanda pada tahun 2020 menyatakan bahwa kandungan
flavonoid pada ekstrak teh hijau mampu mengakibatkan penurunan pada gula darah
puasa dengan dosis penurunan gula darah terbesar adalah dengan pemberian teh
hijau dosis 5 g/kgbb/hari.21
Penelitian Husni pada tahun 2020 menyatakan bahwa ada pengaruh
pemberian ekstrak katekin gambir terhadap kadar Malondialdehid (MDA) jaringan
hepar yang merupakan penanda stress oksidatif pada hepar. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat perbedaan signifikan antara tikus yang diinduksi lemak
dilanjutkan dengan pemberian ekstrak katekin gambir pada dosis 40 mg/kg/bb
dibandingan dengan tikus yang diberi diet tinggi lemak tanpa pemberian isolat
katekin gambir.22 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
pada penelitian ini dilihat dari sudut pandang pengaruh diet tinggi lemak terhadap
peningkatan gula darah disertai modulasi radikal bebas di tubuh dengan
memberikan pakan makan lemak tinggi (MLT).
Berdasarkan latar belakang pola makan masyarakat Indonesia yang masih
tinggi dalam pengkonsumsian lemak dan berefek kepada keadaan hiperglikemi,
perlu tambahan zat yang mampu untuk mengurangi kadar lemak dan mengurangi
kondisi hiperglikemia. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh pemberian isolat katekin gambir (Uncaria
gambir Roxb) terhadap kadar glukosa serum tikus (Rattus norvegicus) yang
diinduksi diet tinggi lemak “.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, didapatkan rumusan masalah penelitian:
“Bagaimana pengaruh isolat katekin gambir (Uncaria gambir Roxb) terhadap kadar
glukosa serum tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi diet tinggi lemak?”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui pengaruh pemberian isolat katekin gambir (Uncaria gambir
Roxb) terhadap kadar glukosa serum tikus (Rattus norvegicus) yang dinduksi diet
tinggi lemak

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4


1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui kadar glukosa serum pada tikus kelompok kontrol negatif atau
yang tidak diinduksi dengan diet tinggi lemak dan tidak dilakukan
pemberian isolat katekin gambir (Uncaria gambir Roxb)
2. Mengetahui kadar glukosa serum pada tikus kelompok kontrol positif atau
yang diinduksi dengan diet tinggi lemak tanpa pemberian isolat katekin
gambir (Uncaria gambir Roxb)
3. Mengetahui kadar glukosa serum pada tikus kelompok perlakuan yang diberi
isolat katekin gambir (Uncaria gambir Roxb) dengan dosis 10 mg/kgbb, 20
mg/kgbb dan 40 mg/kgbb
4. Mengetahui perbedaan rerata kadar glukosa serum pada tikus antar
kelompok dalam penelitian.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi peneliti
1. Menambah pengetahuan dan keterampilan serta membangun sikap kritis,
logis, dan sistematis penelitian sebagai modal berpikir ilmiah dalam karir
sebagai dokter.
2. Penelitian ini digunakan sebagai penerapan ilmu kedokteran yang sudah
dipelajari
1.4.2 Bagi Pengetahuan
1. Memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan mengenai pengaruh
pemberian isolat katekin gambir (Uncaria gambir Roxb) dalam menurunkan
kadar glukosa serum pada kondisi hiperlipidemia.
2. Dapat dijadikan sebagai data dasar oleh peneliti lain untuk melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan katekin dari tanaman gambir
(Uncaria gambir Roxb) dalam menurunkan kadar glukosa serum pada
kondisi hiperlipidemia.
1.4.3 Bagi Masyarakat
1. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai potensi tanaman
gambir (Uncaria gambir Roxb) dalam menurunkan kadar glukosa .

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 5


2. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memahami potensi gambir
sebagai tanaman herbal dan dapat menjadi komoditi ekspor bagi Indonesia
terutama Sumatera Barat .

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 6


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1. Lipid
2.1.1.1 Definisi Lipid
Lipid merupakan kelompok besar biomolekul dengan gugus fungsional
karboksil (-COOH) atau gugus ester (-COOR) yang tidak larut dalam air tetapi larut
dalam larutan non polar seperti eter, aseton, bensin, karbon tetraklorida, dan lain
sebagainya. Lipid adalah sekelompok senyawa heterogen,meliputi
lemak,minyak,steroid,malam (wax) dan senyawa terkait yang berikatan lebih
karena sifat fisiknya daripada sifat kimianya.23 Lipid atau lemak adalah suatu zat
yang kaya akan energi, berfungsi sebagai suatu sumber energi yang utama untuk
proses metabolisme tubuh.24
2.1.1.2 Klasifikasi Lipid
Lipid memiliki banyak klasifikasi. Salah satu pengklasifikasian adalah saat
lipid ada di dalam plasma darah yang disebut sebagai lipid plasma. Lipid plasma
yang utama yaitu:
1. Kolesterol merupakan lipid amfipatik yang penting dalam pengaturan
permeabilitas dan fluiditas membran dan juga sebagai lapisan luar
lipoprotein plasma.
2. Trigliserida merupakan senyawa yang terdiri dari tiga jenis asam lemak
antara lain lemak jenuh, lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh
ganda.
3. Fosfolipid dapat dianggap turunan asam fosfatidat dengan fosfat yang
teresterifikasi –OH alkohol yang sesuai. Asam fosfatidat antara yang
penting dalam pembentukan triasigliserol serta fosfogliserol, tetapi tidak
ditemukan dalam jumlah banyak di jaringan.
4. Asam lemak bebas yang berada dalam bentuk tidak teresterifkasi dan
tersedia dalam bentuk transpor.17
Oleh karena itu, susunan molekul lipid tersebut perlu dimodifikasi, yaitu
dikemas bersama protein yang dikenal dengan lipoprotein. Empat kelompok
utama lipoprotein yang penting dalam diagnosa klinis adalah:
1. Kilomikron berasal dari penyerapan triasigliserol dam lipid lain di usus.
Kilomikron dikeluarkan ke dalam limfe usus untuk dibawa ke kapiler
jaringan lemak dan otot rangka.
2. Very Low Density Lipoprotein (VLDL) adalah lipoprotein yang terdiri dari
60 % trigliserida,10-15% kolesterol dan bertugas membawa kolesterol dari
hati ke jaringan perifer.
3. Low Density Lipoprotein (LDL) mengandung 10% trigliserida serta 50%
kolesterol. Secara lebih spesifik fungsi utama LDL adalah untuk
mengangkut kolesterol dari hati ke jaringan dengan mengabungkannya ke
dalam membran sel.
4. High Density Lipoprotein (HDL) terdiri dari 20% kolesterol,<5%
trigliserida,30% fosfolipid dan 50% protein yang berfungsi untuk
mengangkut kolesterol dalam jalur transportasi kolesterol dari ekstra hepar
ke hepar.25
2.1.2. Metabolisme Lipid
Metabolisme lipid dalam tubuh terjadi melalui 3 jalur yaitu jalur eksogen,
jalur endogen, dan jalur reverse cholesterol transport. Jalur metabolisme eksogen
dan endogen melibatkan metabolisme kolesterol, LDL, dan trigliserida. Kolesterol
dan HDL dilibatkan pada jalur reverse cholesterol transport (Gambar 2.1).

Gambar 2.1 Metabolisme Lipid24

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 8


1. Jalur Eksogen
Lipid eksogen adalah lipid dalam usus yang berasal dari makanan. Makanan
berlemak yang dikonsumsi akan dipecah di dalam usus menjadi trigliserida dan
kolesterol. Trigliserida diserap di enterosit usus halus dalam bentuk asam lemak
bebas,sedangkan kolesterol diserap dalam bentuk kolesterol ester. Keduanya
kemudian diubah kembali ke bentuk semula di dalam usus halus, lalu bersama
dengan fosfolipid dan apolipoprotein akan membentuk lipoprotein yang dikenal
dengan kilomikron. Kilomikron masuk ke saluran limfe dan melalui duktus
torasikus akan masuk ke aliran darah.
Trigliserida dalam kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh enzim
lipoprotein lipase (LPL) yang berasal dari sel endotel menjadi asam lemak
bebas/free fatty acid (FFA). Kemudian FFA dapat disimpan kembali sebagai
trigliserida dalam jaringan adiposa.26 Kilomikron kemudian berubah menjadi
kilomikron remnant. Kilomikron remnant adalah kilomikron yang telah
dihilangkan sebagaian besar trigliseridanya sehingga ukurannya mengecil tetapi
jumlah ester kolesterolnya tetap. Kilomikron remnant ini akan dibersihkan oleh
hati dari sirkulasi dengan mekanisme endositosis oleh lisosom.27
2. Jalur Endogen
Jalur metabolisme lipid endogen adalah jalur yang mengangkut lipid ke dan
dari jaringan. Lipoprotein VLDL di sirkulasi terbentuk dari hasil sintesis
trigliserida dan kolesterol di hati. Trigliserida di VLDL dalam sirkulasi akan
mengalami hidrolisis oleh LPL dan VLDL berubah menjadi intermediet density
lipoprotein (IDL) yang kemudian akan terhidrolisis menjadi molekul yang
lebih kecil yaitu LDL. VLDL, IDL, dan, LDL sebagian akan kembali ke hati
dan mengembalikan kolesterol ester.
Kolesterol di LDL sebagian akan diangkut kembali ke hati dan juga ke
jaringan steroidogenik seperti kelenjar adrenal, testis, dan ovarium yang
memiliki reseptor untuk kolesterol LDL. LDL di sirkulasi mudah teroksidasi
dan ditangkap oleh Scavenger A (SR-A) di makrofag dan akan menjadi sel busa
(foam cell). Makin banyak kadar kolesterol-LDL dalam plasma makin banyak
mengalami oksidasi dan ditangkap oleh makrofag. Jumlah kolesterol yang akan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 9


teroksidasi tergantung dari kadar kolesterol yang ada di LDL.28 Beberapa
keadaan yang mempengaruhi tingkat oksidasi:
a. Meningkatnya jumlah LDL kecil padat (small dense LDL) seperti pada
sindrom metabolik dan diabetes mellitus
b. Kadar kolesterol-HDL, makin tinggi kadar kolestero-HDL akan bersifat
protektif terhadap oksidasi LDL.29
3. Jalur Reverse Cholesterol Transport

Gambar 2.2. Jalur Reverse Cholesterol Transport30


HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolesterol yang
mengandung apolipoprotein A, C, dan E yang disebut HDL nascent. HDL nascent
berasal dari usus halus dan hati, mempunyai bentuk gepeng dan mengandung
apolipoprotein AI. HDL nascent akan mendekati makrofag untuk mengambil
kolesterol yang tersimpan di makrofag dengan bantuan Adenosine triphosphate-
binding cassette transporter-1(ABCA-1) dan berubah menjadi HDL dewasa.30
Kolesterol bebas dari makrofag kemudian diesterifikasi menjadi kolesterol
ester oleh enzim lechitin cholesterol acyltransferase (LCAT). Terjadi dua jalur
pengiriman kolesterol ester. Jalur pertama adalah ke hati dan ditangkap oleh
scavenger receptor class B type 1 (SR-B1). Jalur berikutnya adalah kolesterol ester
dalam HDL ditukar dengan trigliserida dari VLDL dan LDL dengan bantuan
cholesterol ester transfer protein (CETP)(Gambar 2.2).31
2.1.3. Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah suatu kondisi berupa peningkatan kadar glukosa
dalam darah melebihi batas normal.9 Kadar gula darah normal pada manusia setelah
berpuasa berada pada rentangan 70-99 mg/dl darah. Kadar gula darah normal dua

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 10


jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula maupun karbohidrat
lainnya adalah 70-139 mg/dl. Kadar Hemoglobin A1C normal adalah <5,7%.32
Tabel 2.1. Kadar Tes Laboratorium Gula Darah 32

Kadar gula darah seseorang bisa bervariasi tergantung keadaan orang


tersebut misalnya sesaat setelah mengkonsumsi sesuatu maka kadar glukosa darah
akan meningkat, namun keadaan ini tidak dapat dikatakan sebagai hiperglikemia.
Hiperglikemia ditandai dengan poliuria, polidipsi dan poliphagia serta kelelahan
yang parah dan pandangan yang kabur.33
Hiperglikemia akut didefinisikan sebagai kadar glukosa tidak puasa sama
dengan atau di atas 140 mg / dl (7,8 mmol / L) terlepas dari riwayat diabetes
sebelumnya.34 Kadar glukosa hiperglikemia akut yang sangat tinggi adalah keadaan
darurat medis dan dapat dengan cepat menghasilkan komplikasi serius (seperti
kehilangan cairan melalui diosmosis diuresis). Hal ini paling sering terlihat pada
orang-orang yang memiliki diabetes tergantung-insulin yang tidak terkontrol.35
Hiperglikemia kronis didefinisikan oleh hemoglobin glikosilasi plasma (HbA1c)>
6,5%.31 Hiperglikemia kronis mengakibatkan berbagai macam komplikasi serius
selama bertahun-tahun, termasuk gangguan pertumbuhan dan kerentanan terhadap
infeksi tertentu, kerusakan ginjal, kerusakan neurologis, kerusakan kardiovaskular,
kerusakan pada retina atau kerusakan kaki dan tungkai.33
2.1.4. Pengaruh diet tinggi lemak terhadap hiperglikemia
Diet tinggi lemak merupakan pakan yang dibuat dengan komposisi bahan
yang memiliki kandungan lemak yang tinggi. Diet tinggi lemak adalah diet dengan
lemak pada makanan >30% kebutuhan energi.15 Sumber makanan yang memiliki
lemak tinggi diantaranya adalah margarin, daging, mentega, minyak nabati,lemak
babi.36 Pemberian diet tinggi lemak dapat meningkatkan kadar kolesterol total,
kolesterol LDL, triasigliserida serta menurunkan kadar kolesterol HDL.37
Makanan yang mengandung lipid akan mengalami metabolism. Lipid dalam
makanan terutama berupa triasigliserol dan mengalami hidrolisis menjadi

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 11


monoasigliserol dan asam lemak di usus yang kemudian mengalami reesterifikasi
di mukosa usus. Lipid dikemas bersama protein dan disekresikan kedalam sistem
limfe lalu ke aliran darah sebagai kilomikron. Kilomikron mulai dimetabolisme
oleh jaringan yang mengandung lipoprotein lipase yang menghidrolisis
triasigliserol dan membebaskan asam lemak yang kemudian masuk kedalam lipid
jaringan adiposa dan non-adiposa. Dan sisa kilomikron dibersihkan oleh hati
(Gambar 2.3).17,20

Gambar 2.3 Metabolisme Lemak 17


Kelebihan lemak dalam tubuh disimpan dalam bentuk triasigliserol di
jaringan adiposa. Triasigliserol akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein
lipase dan menjadi asam lemak/free fatty acid (FFA).38 Free Fatty Acid (FFA)
memiliki panjang rantai yang berbeda sehingga tempat metabolisme berada di
organel yang berbeda. Asam lemak rantai pendek dan menengah (C4-C8) secara
eksklusif teroksidasi β di mitokondria, sedangkan asam lemak rantai panjang (C10-
C16) teroksidasi β di mitokondria dan peroksisom (C14-C16). Asam lemak rantai
sangat panjang (C17-C24) diproses secara istimewa oleh peroksisom. 39
Panjang rantai lemak yang berbeda akan mempengaruhi proses
lipotoksisitas tubuh. Lipotoksisitas adalah kelebihan sitosol dari lipid yang
terbentuk dari kelebihan acetyl CoA sitosol dan metabolit merugikan lainnya.40
Efek lipotoksisitas yang disebabkan sejumlah asam lemak bebas yang dilepaskan
triasilgliserol berpengaruh terhadap jaringan adiposa maupun non-adiposa,serta
berperan pada patofisiologi penyakit di berbagai organ seperti hati dan pankreas.
Pelepasan asam lemak bebas dari triasilgliserol yang berlebihan dapat menghambat
sintesis lemak dan menurunkan bersihan triasilgliserol. Hal ini dapat meningkatkan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 12


kecenderungan hipertrigliseridemia. Pelepasan asam lemak bebas oleh lipoprotein
lipase endotel dari trigliserida yang meningkat dalam peningkatan lipoprotein β
menyebabkan lipotoksisitas yang juga mengganggu fungsi reseptor insulin. 41
Insulin berikatan dengan subunit α ekstraseluler yang mengakibatkan perubahan
bentuk sehingga mengakibatkan ikatan adenosine trifosfat (ATP) pada komponen
intraseluler dari subunit β. Ikatan ATP akan memicu fosforilasi dari subunit β
melalui enzim tirosin kinase. Fosforilasi tirosine pada subrat intraseluler ini disebut
sebagai insulin receptor subtrate (IRS). Pada dasarnya, keberadaan IRS dapat
mengikat molekul-molekul sinyal yang lain sehingga dapat mengakitivasi insulin.
Terdapat empat jenis protein IRS. Otot rangka memiliki reseptor IRS-1 yang
merupakan IRS terbesar. Liver memiliki reseptor IRS-2 yang berfungsi dalam
aktivitas perifer dari insulin dan pertumbuhan dari sel β pankreas. Pada jaringan
adipose, sel β, dan liver hanya ditemukan IRS-3. Timus, otak dan ginjal bisa
ditemukan IRS-4.42

Gambar 2.4 Skema jalur sinyal insulin43


Peningkatan FFA akan mempengaruhi sensitivitas IRS dengan cara
meningkatnya senyawa intermediet triasigliserol diantaranya diacyglicerol (DAG)
dan ester asil-KoA. Dua senyawa ini akan mengaktivasi sinyal Protein Kinase C
(PKC). Kenaikan sinyal pada PKC akan menghambat secara langsung signalling
insulin melalui fosforilasi dari insulin receptor substrate (IRS). Fosforilasi pada
IRS akan mengikat src-homology-2 domain protein (SH2) yang spesifik termasuk
enzim penting seperti phosphatidylinositol-3-kinase (PI3–Kinase).43 Pengikatan ini

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 13


akan berefek kepada penurunan kereaktifan jalur PI3-kinase. Penurunan reaktivitas
PI3 Kinase mengakibatkan penurunan sensitivitas dari transporter (Glut), sehingga
pengambilan glukosa menjadi rendah (Gambar 2.4).44

Gambar 2.5: Hubungan konsumsi lemak dengan hiperglikemia 47


Menurut Thorens dan mueckler (2010) terdapat 14 transporter glukosa, akan
tetapi transporter glukosa 1-4 paling banyak diketahui sifat regulasi dan
kinetiknya.45 Transporter glukosa 1 (Glut-1) tersebar pada otak dan eritrosit.
Transporter glukosa 3 (Glut-3) tersebar di otak. Transporter glukosa 1 (Glut-1) dan
transporter glukosa 3 (Glut-3) dalam keadaan fisiologis normal sudah berasosiasi
dengan membran plasma sehingga mekanisme kerja untuk ambilan glukosa tidak
bergantung pada insulin.
Transporter glukosa 2 (Glut-2) tersebar pada membran sel hati, pankreas,
usus dan ginjal yang berfungsi sebagai transporter glukosa ekstraseluler ke dalam
sel terkhususnya ke dalam sel pankreas.46 Transporter glukosa 2 (Glut-2)
bekerjasama dengan transporter glukosa 4 (Glut-4) yang tersebar pada badan golgi
jaringan otot skeletal, otak, jantung dan jaringan adiposa untuk ambilan glukosa
yang distimulasi oleh insulin atau sensitivitas insulin (Gambar 2.5).47 Penurunan
sensitivitas insulin pada glukosa transporter terkhususnya 2 dan 4 akan
mempengaruhi kadar gula darah. Selain itu, Triasigliserol yang disimpan di
jaringan adiposa juga dihidrolisis untuk melepaskan gliserol ke dalam sirkulasi.
Gliserol adalah suatu subtrat untuk glukoneogenesis. Metabolisme tersebut akan
meningkatkan kadar glukosa darah.17

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 14


2.1.5. Radikal Bebas
2.1.5.1. Definisi radikal bebas
Radikal bebas adalah suatu molekul yang relatif tidak stabil dengan atom
yang pada orbit terluarnya memiliki satu atau lebih elektorn yang tidak
berpasangan.48 Elektron yang tidak berpasangan cenderung tidak stabil dan sangat
reaktif sehingga mampu merusak sel. Untuk mencapai kestabilan elektron maka
terjadilah proses oksidasi dan reduksi. Proses pelepasan elektron dari suatu senyawa
disebut oksidasi sedangkan proses penangkapan elektron disebut reduksi.49
Radikal bebas dalam keadaan normal tidak menganggu fungsi dalam tubuh.
Sumber radikal bebas ada yang bersumber dari dalam tubuh maupun luar tubuh.
Sumber radikal internal contohnya respirasi sel, sedangkan sumber radikal
eksternal dapat berasal dari polusi udara, alkohol, rokok, radiasi sinar uv,obat .50
2.1.5.2 Klasifikasi radikal bebas
Radikal bebas terdiri dari dua bentuk umum yaitu Reactive Oxygene Spesies
(ROS) dan Reactive Nitrogen Species(RNS). Termasuk ROS diantaranya ion
Superoxide (O2-),Hydrogen peroxide (H202),Hydroxil radical (OH-) dan Peroxyl
radical(OOH-). Sementara RNS sering dianggap sebagai subklas dari ROS,
diantaranya Nitric Oxide(NO),Nitrous oxide(N2O2),Peroxynitrite(NO3-), Nitroxyl
anion(HNO) dan Peroxynitrous Acid(HNO3-).51
Radikal bebas dalam kondisi berlebihan didalam tubuh akan mengakibatkan
tubuh dalam kondisi stres oksidatif. Stres oksidatif merupakan suatu kondisi yang
terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dengan
sistem pertahanan antioksidan di dalam tubuh.52 Stres oksidatif merupakan
ketidakseimbangan antara radikal bebas (pro-oksidan) dan antioksidan yang dipicu
oleh dua keadaan umum yaitu kurangnya antioksidan dan kelebihan produksi
radikal bebas.53
2.1.6 Hubungan Radikal Bebas dengan Hiperglikemia
Mitokondria memainan peranan kunci dari sel manusia karena sel menerima
95% energi melalui konversi ATP. Rantai pernafasan mitokondria atau
mitochondria respiratory chain (MRC) merupakan sumber utama dari ROS
(Gambar 2.6). Dalam mitokondria,FFA memberikan efek ganda pada produksi
ROS. Pada Komplek I dan III rantai pernapasan terjadi interaksi dengan subunit

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 15


komplek sehingga memperlambat laju aliran elektron. Pada kompleks III dan IV
terjadi pelepasan sitokrom c dari membran bagian dalam.54

Gambar 2.6 Proses radikal bebas di dalam sel 46


Asam lemak bebas dapat meningkatkan laju pembangkitan ROS dalam
moda transportasi elektron maju. Selama metabolisme oksidasi di mitokondria
termasuk MRC,sebagian besar oksigen dirubah menjadi air,tetapi 1-5% dari seluruh
oksigen yang dikonsumsi dirubah dalam bentuk superoxyd anions (O2-). Interaksi
lain di mitokondria adalah elektron yang berasal dari NADH dan ubiquinone dapat
secara langsung bereaksi dengan oksigen dan penerima elektron lainnya dan
membentuk radikal bebas. Selain itu, peningkatan FFA oksidasi akan meningkatkan
intramitokondrial acetyl CoA/ Coa dan NADH/NAD+ rasio yang selanjutnya akan
mengaktifkan piruvat dehidrogenasi.55
Keadaan ini menyebabkan konsentrasi sitrat meningkat yang memicu
penghambatan fosfofruktokinase yang selanjutnya terjadi akumulasi G-6 fosfat.
Akhirnya peningkatan konsentrasi G-6 fosfat ini akan menghambat hexokinase II
yang menyebabkan penurunan glucosa uptake dan terjadi kondisi hiperglikemia.35
Efek FFA ini dapat memodulasi fungsi dari persinyalan ROS. Radikal bebas akan
membuat tubuh dalam keadaan stres oksidatif dan terjadi disfungsi endotel yang
tampak pada proses hiperglikemia.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 16


Peningkatan radikal bebas dikarenakan penumpukan lemak dan glukosa
menyebabkan kerusakan pada sel β pankreas sehingga produksi insulin akan
menurun. Hiperglikemia kronis menyebabkan glucose toxicity yang dapat
mengakibatkan menurunnnya aktivitas insulin receptor substrat-1(IRS-1) yang
akan menyebabkan terjadinya resistensi pada insulin.56
2.17 Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa yang berguna untuk mengatasi kerusakan
oksidatif akibat radikal bebas dalam tubuh sehingga berperan mencegah berbagai
macam penyakit. Antioksidan adalah senyawa yang memiliki struktur molekul
yang dapat memberikan elektron kepada molekul radikal bebas tanpa terganggu
sama sekali dan dapat memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas.57 Antioksidan
diperlukan untuk mencegah stres oksidatif. Akan tetapi,pola hidup makan yang
tidak benar serta bertambahnya usia menyebabkan produksi antioksidan dalam
tubuh semakin berkurang sehingga kita memerlukan antioksidan tambahan diluar
tubuh.58
Berdasarkan sumbernya, antioksidan dibagi menjadi antioksidan endogen
yaitu enzim enzim yang bersifat antioksidan seperti: Superoksida Dismutase
(SOD),katalase(Cat) dan glutathione peroksidase(Gpx), serta antioksidan eksogen
yang didapat dari luar tubuh/makanan. Berbagai bahan alam asli Indonesia banyak
mengandung antioksidan dengan berbagai bahan aktifnya antara lain vitamin C,E,
pro vitamin A, organosulfur, α-tocopherol, flavonoid, thymoquinone, statin, niasin,
phycocyanin, dan lain lain.59
2.1.8 Hubungan ROS dengan Antioksidan
Radikal bebas dapat menganggu produksi DNA, lapisan lipid pada dinding
sel, mempengaruhi pembuluh darah, produksi prostaglandin, dan protein lain
seperti enzim yang terdapat didalam tubuh.60 Pada dasarnya, tubuh manusia dapat
menetralisir radikal bebas bila jumlahnya tidak berlebihan dengan antioksidan
alami tubuh. Namun, ROS yang terbentuk akan menjadi gangguan terhadap
homeostasis atau stimulasi terhadap pertumbuhan,pertahanan hidup dan
persinyalan sel apabila diproduksi dalam jumlah yang berlebihan. Radikal bebas
yang melebihi kapasitas antioksidan yang ada,mengarahkan sel menuju stres
oksidatif,apoptosis dan nekrosis. Akan tetapi,produksi ROS yang seimbang dengan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 17


kapasitas antioksidan akan mengarahkan sel pada pertumbuhan, persinyalan dan
survival.61
Peningkatan kadar ROS di dalam tubuh akan mengakibatkan tubuh
merespon dengan memproduksi enzim CAT, HPx, dan SOD untuk menetralkan
ROS. Namun demikian, tetap ada sebagian ROS yang masih tersisa, terutama bila
produksi ROS berlebihan. Usaha untuk meredamnya itu diperlukan antioksidan
tambahan seperti vitamin C, vitamin E, golongan flavonoid dan lain lain untuk
meminimalisir efek ROS tersebut.47
2.1.9 Gambir
2.1.9.1 Morfologi dan Taksonomi Gambir
Tanaman gambir (Uncaria gambir Roxb) merupakan tanaman daerah tropis
yang termasuk famili Rubiaceae dengan ketinggian sekitar 1,5-2 meter yang banyak
tumbuh didarah Argentina, Philipina dan Indonesia.62 Tanaman gambir merupakan
salah satu komoditas spesifik berlokasi di Sumatera Barat.Tanaman gambir
merupakan perdu,memanjat,batang bulat, tidak berambut mempunyai kait diatara
dua tangkai daun yang berhadapan,kecil, pipih. Daun lanset, ujung meruncing dasar
tumpul membulat, dengan panjang 8,2- 14 cm dan lebar 7,2-8,2 cm.
Tangkai daun tidak berambut dengan panjang 0,5-0,8 cm,pertulangan
primer pada permukaan daun sebelah bawah menonjol. Bunga majemuk, bentuk
bongkol,berhadapan di ketiak daun,tangkai pipih dengan panjang 0,5-4,2 cm
dengan diameter bongkol 4,5-5 cm, tabung mahkota pipih merah, berambut halus,
lobus mahkota krem keputihan,daun pelindung tidak berambut dan langset. Buah
berbentuk kapsul, sempit, panjang dan terbagi menajdi dua belahan. Biji banyak,
kecil, halus berbentuk jarum dan bersayap dengan panjang 0,4 cm (Gambar 2.7).
9,63

Gambar 2.7 Tanaman Gambir64

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 18


Taksonomi ilmiah tanaman gambir yaitu sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Gentianales
Famili : Rubiaceae
Genus : Uncaria
Species : Uncaria gambir. 65
2.1.9.2. Manfaat Gambir
Tanaman gambir merupakan tanaman perdu yang memiliki nilai ekonomi
tinggi yaitu dari ekstrak getah daun dan ranting mengandung asam katechu tannat
(tanin), katechin, pyrocatecol, florisin, lilim, fixed oil. Manfaat gambir dapat
dirasakan akibat aktivitas dari senyawa yang terkandung dalam gambir. Masyarakat
menggunakan gambir sebagai pelengkap makan sirih dan obat-obatan. Rebusan
daun muda dan tunasnya digunakan sebagai obat diare, disentri, obat kumur-kumur
pada sakit kerongkongan.12 Gambir juga digunakan sebagai pengobatan luka, bisul,
asma, sakit kepala, penyakit gastrointestinal, infeksi bakteri/jamur, gusi, nyeri gigi,
kanker, sirosis, demam, diabetes, rematik, dan radang saluran kemih.66
Manfaat dari tanaman gambir telah banyak diteliti. Gambir memiliki
senyawa katekin murni lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman lainnya. Gambir
mengandung katekin 73.3%, sedangkan katekin pada teh sekitar 30- 40%.67 Katekin
memiliki banyak manfaat di tubuh, hal itu dibuktikan dari penelitian Rosa dan
Arifayu yang menyatakan bahwa katekin sebagai obat antidislipidemia. Penelitian
tersebut memiliki kesimpulan bahwa katekin mampu berikatan dengan HMG-KoA
reduktase dan reseptor LDL. Fungsi katekin sebagai antidislipidemia lebih
potensial pada penghambatan pembentukan LDL dengan berikatan pada reseptor
LDL.68 Penelitian oleh Law et al meneliti sifat dari katekin yaitu insulinomimetik.
Penelitian ini melaporkan bahwa Epigallocatechin Gallate(EGCG) pada teh hijau
meningkatkan fosforilasi tirosin dari reseptor insulin dan IRS-1 dan mengurangi
ekspresi gen PEP Karboksilase. Epigallocatechin Gallate(EGCG) selaku senyawa
turunan katekin juga menyerupai insulin dengan meningkatkan fosfoinositida 3
kinase, mitogen-activated protein kinase dan aktivitas p70. Selain itu, efek ini juga

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 19


dijelaskan melalui regulasi gen yang mengkode enzim enzim glukoneogenik dan
fosforilasi tirosin.33
2.1.10 Pengaruh Katekin Gambir terhadap Kondisi Hiperglikemia
Diet tinggi lemak dapat memicu terjadinya ketidakseimbangan metabolisme
di dalam tubuh. Diet tinggi lemak mengakibatkan terjadinya perubahan sensitivitas
pada insulin karena akumulasi dari FFA yang akan diubah menjadi senyawa
intermediet lemak yaitu ester asil-KoA, diacyglicerol, dan ceramide pada jaringan.
Diet tinggi lemak juga menginduksi terjadinya glukoneogenesis yang bersumber
dari gliserol. Berkurangnya sensitivitas reseptor terhadap insulin ataupun keadaan
meningkatnya glukosa menyebabkan rendahnya serapan glukosa jaringan dan
meningkatnya glukosa ekstrasel sehingga tubuh dalam keadaan
hiperglikemia.16,30,34,
Paparan lemak maupun glukosa dalam jangka waktu kronis akan menjadi
radikal bebas dalam tubuh sehingga tubuh dalam kondisi stres oksidatif.
Peningkatan ROS akan menyebabkan kerusakan pada sel β pankreas sehingga
produksi insulin akan menurun.29,45 Diet tinggi lemak juga mengakibatkan
inflamasi kronik karena peningkatan sitokin proinflamasi antara lain C-Reaktif
Protein (CRP) dan Tumor Nekrosis Factor α (TNF-α). Stres oksidatif akan
mengakibatkan terjadinya disfungsi endotel dan menunjang untuk terjadinya
hiperglikemia.8
Katekin yang merupakan salah satu golongan flavonoid dapat menghambat
fosfodiesterase sehingga meningkatkan cAMP pada sel beta pankreas. Peningkatan
cAMP akan menstimulasi pengeluaran protein kinase A (PKA) yang merangsang
sekresi insulin semakin meningkat.69 Katekin dengan gugus galloilnya merupakan
inhibitor tirosin kinase alamiah yang dapat memodifikasi aktivitas berbagai macam
signaling kinases diantaranya PI3K dan MAPK (Mitogen Activated Protein Kinase)
yang akan mempengaruhi sensitivitas insulin.70 Jalur MAPK menstimulasi
metabolisme lipid dengan menurunkan kadar malonyl-CoA melalui penghambatan
asetil-KoA dan aktivasi malonyl-CoA decarboxylase (MCD). Aktivasi dari Mitogen
Activated Protein Kinase (MAPK) juga menghambat enzim glukoneogenik
fosfoenolpiruvat karboksikinase (PEPCK) dan glucose 6-phosphatase (G6Pase)

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 20


untuk mengurangi produksi gula di hati dan meningkatkan penyerapan glukosa
dengan menstimulasi GLUT-4 dan GLUT-1 (Gambar 2.8).71

Gambar 2.8 Pengaruh aktivasi sinyal MAPK terhadap kadar gula


darah dan metabolisme lemak 71
Peningkatan ekspresi mRNA Glut-4 dan protein Glut-4 pada otot lurik,
peningkatan glikogen otot dan hati, glukokinase, sintesis glikogen merupakan
prosedur katekin dalam meningkatkan sensivitias insulin. Perbaikan dalam
sensitivitas insulin akan meningkatkan kerja enzim lipoprotein, menurunkan FFA,
menghambat absorbsi dan meningkatkan sekresi lemak melalui feses.72
Katekin berperan sebagai antioksidan yang dapat menurunkan kadar radikal
bebas. Penurunan kadar radikal bebas juga berefek kepada perbaikan sel pada
pankreas yang memiliki transporter glukosa 2 (Glut-2) sehingga menstabilkan
kadar insulin dan memperbaiki kadar gula darah di tubuh.33 Katekin berfungsi
dalam penangkap radikal bebas hidroksil (OH-) sehingga tidak mengkosidasi
lemak, protein,DNA dan sel. Katekin dengan gugus hidroksi fenolik merupakan
elektron donor yang potensial dan efisien menangkap radikal bebas seperti anion
superoksid, oksigen singlet, NO dan peroksi nitrit.73

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 21


Gambar 2.9 Peranan Katekin dalam Menangkal Stres Oksidatif 60
Katekin memiliki aktivitas antioksidan melalui penangkapan radikal bebas
(ROS) secara langsung ataupun tidak langsung.74 Mekanisme penangkapan radikal
bebas secara langsung akan membentuk khelat dengan ion logam yang
mengaktifkan sistem redoks, menghambat faktor transkripsi yang peka terhadap
redoks, menghambat enzim prooksidan dan menginduksi enzim antioksidan.
Mekanisme penangkapan radikal bebas melalui delokalisasi elektron, pembentukan
intra dan intermolekul ikatan hidrogen, menyusun ulang struktur molekul dan
khelat logam yang berperan dalam oksidasi (Gambar 2.9)60. Mekanisme tidak
langsung penangkapan radikal bebas diantaranya adalah menginduksi enzim
antioksidan, menghambat enzim radikal bebas, dan menekan jalur inflamasi.75

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 22


2.2 Kerangka Teori
Hiperglikemia dengan Diet Tinggi Lemak

↑FFA

↑ Senyawa Intermediet Lemak ↑ROS

↓Sensiitivitas Insulin ↑ Stres Oksidatif

Katekin
Gambir

Ambilan Glukosa ↓

Hiperglikemia

Gambar 2.10 Kerangka Teori


Sumber: Murray (2014)16
Bernatoniene (2018)66

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 23


BAB 3
Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian

3.1 Kerangka Konsep

↑Diet tinggi Lemak

Isolat
↑Triasigliserol
Katekin

Gambir
↑FFA

↑Senyawa Intermediet ↑ Oksidasi mitokondria


Lemak
↑ ROS ↑ Piruvat
Dehidrogenase
↑ PKC
↑ Stress
Oksidatif
↑ Sitrat
IRS

↑ Inflamasi ↑ G-6 Fosfat


↓PI3K

↑ Disfungsi Hexokinase
Endotel II

↓ Sensitivitas Insulin

Hiperglikemia

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Keterangan:

= Variabel yang diteliti = Menyebabkan

= Variabel yang tidak diteliti = Menghambat


3.2 Hipotesis Penelitian
Terdapat pengaruh pemberian isolat katekin gambir kadar glukosa serum
tikus dengan diet tinggi lemak .

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 25


BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan model true experimental design
dengan menggunakan rancangan post test-only control design pada tikus (Rattus
norvegicus) galur wistar jantan yang diinduksi diet tinggi lemak. Penelitian ini
merupakan penelitian yang dilakukan secara bersama-sama dibawah bimbingan
penelitian dr. Rauza Sukma Rita Ph.D. Pada penelitian ini juga ikut meneliti tentang
pengaruh pemberian katekin gambir terhadap kadar malondialdehid (MDA) dan
katalase serum.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas, Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi
Universitas Andalas. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari 2020
sampai Oktober 2020.
4.3 Populasi, Sampel, Besar Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan (Rattus norvegicus)
galur Wistar yang berumur 8-12 minggu, dengan berat badan awal berkisar 200 -
250 gram yang didapatkan dari Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi
Universitas Andalas. Penentuan besar sampel ditentukan dahulu menggunakan
rumus Federer yaitu (n-1)(t-1)≥ 15, dengan t= banyaknya variabel perlakuan,
sedangkan n= besar sampel. Karena di dalam penelitian ini akan dilakukan 5
perlakuan maka sampel yang dibutuhkan :76
(𝑛 − 1)(𝑡 − 1) ≥ 15
(𝑛 − 1)(5 − 1) ≥ 15
(𝑛 − 1)(4) ≥ 15
4𝑛 − 4 ≥ 15
4𝑛 ≥ 19
𝑛 ≥ 4,75
n±5
Antisipasi terhadap hal tak terduga dalam penelitian seperti tikus mati atau
sakit, dilakukan koreksi besar sampel dengan rumus koreksi yaitu :77
𝑛
𝑁=
1−𝑓
𝑁= jumlah besar sampel koreksi
n= jumlah besar sampel yang dihitung
f = perkiraan proporsi drop out
Diperkirakan proporsi drop out sebesar 10%, sehingga didapat :
5
𝑁=
1 − 0,1
5
𝑁=
0,9
𝑁 = 5,6
𝑁 = ±6
Dari perhitungan tersebut didapatkan besar sampel tiap kelompok perlakuan
dalam penelitian ini sebanyak enam ekor, sehingga total jumlah tikus yang
digunakan yaitu 30 ekor.
4.3.1 Kriteria Inklusi
1. Tikus putih jantan (Rattus norvegicus) berusia 8–12 minggu, berat
badan 200-250 gram
2. Tidak terdapat cacat anatomi.
3. Tikus dalam kondisi hidup dan gerakan aktif
4.3.2 Kriteria Eksklusi
Tikus tampak sakit (gerakan tidak aktif, tidak mau makan, rambut rontok)
1.3.3. Teknik Pengambilan Sampel
Penelitian ini menggunakan teknik Simple Random Sampling yaitu
pengambilan sampel secara acak.
4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
4.4.1 Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas: Pemberian Isolat Katekin Gambir dengan dosis
10 mg/kgBB/hari, 20 mg/kgBB/hari, 40 g/kgBB/hari.
2. Variabel Terikat : Kadar glukosa serum tikus .
3. Variabel Kontrol : Jenis tikus, usia tikus, jenis kelamin tikus, berat
badan awal tikus, perawatan tikus, dan kandang tikus.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 27


4.4.2 Definisi Operasional
Demi menunjang kesepemahaman antara pembaca dengan peneliti terhadap
variabel yang akan diujikan, maka didefinisikan secara operasional variabel
penelitian sebagai berikut:
1. Diet tinggi lemak
Pengertian : Modifikasi diet pada tikus menggunakan MLT (pakan
standar, telur ayam, lemak sapi) 5 g/100 gBB/hari secara ad
libitum dan margarin 1,7 g/hari secara sonde.
Alat ukur : Timbangan
Cara ukur : Penimbangan
Skala Ukur : Rasio
Hasil ukur : Satuan gram
2. Isolat katekin gambir
Pengertian : Isolasi zat aktif katekin dari ekstrak gambir. Isolat katekin
gambir diberikan menggunakan dosis berbeda tiap kelompok
perlakuan yaitu 10 mg/kgBB/hari, 20 mg/kgBB/hari, 40
mg/kgBB/hari
Alat Ukur : Timbangan digital
Cara Ukur : Penimbangan
Skala ukur : Rasio
Hasil Ukur : Satuan miligram
3. Kadar glukosa darah puasa serum tikus
Pengertian : Jumlah kandungan glukosa dalam plasma darah puasa
dengan pemeriksaannya dilakukan setelah pemberian isolat
katekin gambir. Sampel darah diambil dari sinus orbital mata
menggunakan mikrohematokrit yang sebelumnya pada tikus
dibiarkan puasa selama 12-16 jam .78
Alat Ukur : Spektrofotometer
Cara Ukur : Metode enzimatis Glucose Oxidase – Peroxidase
Aminoantypirin (GOD-PAP)
Skala Ukur : Rasio
Hasil Ukur : Kadar glukosa dalam satuan mg/dl

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 28


Nilai rujukan : Kadar glukosa darah puasa tikus normal pada kelompok tikus
non-diabetik adalah < 110mg/dl 79
4.5 Bahan Penelitian
4.5.1 Hewan Coba dan Bahan Untuk Pemeliharaan Hewan Coba
1) Tiga puluh ekor tikus putih jantan (Rattus norvegicus) yang lolos kriteria
inklusi
2) Pakan standar yaitu makanan tikus campuran pelet dan air ad libitum
3) Air
4) Sekam untuk tempat tinggal tikus.
5) Bahan pembersih (Alkohol 70%)
4.5.2 Bahan Pembuatan Sediaan Uji
1) Margarin
2) Makanan Lemak Tinggi atau MLT (pakan standar, lemak sapi, telur ayam)
3) Isolat Katekin Gambir terstandarisasi
4) Akuades
4.5.3. Bahan Untuk Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah
1) Darah sinus intraorbital tikus ± 3 ml
2) Kit Glukosa
3) Akuades
4) Serum Kontrol.
4.6. Instrumen Penelitian
4.6.1 Instrumen Untuk Pemeliharaan Hewan Coba
1) Kandang hewan coba
2) Tempat makan dan minum hewan coba
3) Alat higienitas peneliti, kandang, hewan coba
4) Timbangan Ohauss kapasitas 2,61kg dengan penggunaan skala terkecil
untuk penimbangan berat badan hewan coba.
4.6.2 Instrumen Untuk Pemberian Diet Tinggi Lemak
1) Timbangan digital
2) Gelas ukur
3) Sendok
4) Wadah bahan berukuran kecil

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 29


5) Spuit 1 mililiter (ml)
6) Jarum suntik 27 G
7) Panci
8) Pencampur bahan (Blender)
9) Pengaduk
10) Kompor
4.6.3 Instrumen Untuk Pemberian Isolat Katekin Gambir (Uncaria gambir
Roxb)
1) Spuit 5 cc
2) Alat pencekok oral (gavage) berupa jarum gavage (fedding needle),
3) Gelas kimia
4) Timbangan elektrik dengan ketelitian 0.01 gram untuk menimbang isolat
katekin gambir
5) Rak dan Tabung reaksi,
6) Mortar penggerus.
4.6.4 Instrumen Penelitian Untuk Sanitasi dan Higiene
1) Jas Laboratorium
2) Surgical Face Mask
3) Hand schoen
4) Bola Kapas
5) Alkohol 70%
6) Sabun antiseptik untuk cuci tangan.
4.6.5 Instrumen untuk Pengambilan Spesimen
1) Pipet kapiler
2) Vacutainer/blood tube dengan EDTA,
3) Sentrifuge untuk memisahkan serum darah tikus,
4) Microtube
5) Vortex mixer
6) Kapas
4.6.6 Instrumen Untuk Pemeriksaan Glukosa Darah
1) Alkohol swabs
2) Rapid blood glucose monitoring system/glucometer merek Easy Touch®

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 30


3) Lancet steril
4) Strip glucose glucometer
5) Kapas
6) Lancing device
7) Pipet mikro 100 mikroliter
8) Tip yellow
9) Mikro tube
10) Mikro Kurnet
11) Spektrofotometer
12) Vortex mixer
13) Waterbath
4.6.7 Instrumen untuk Pengambilan Data
1) Alat tulis,
2) Kalkulator.
4.7 Prosedur Penelitian
4.7.1 Pemeliharaan dan Perlakuan Hewan Coba
Tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur wistar yang telah disesuaikan
dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Rattus norvegicus galur wistar diberikan masa
adaptasi terhadap lingkungan laboratorium farmakologi UNAND selama tujuh hari
di kandang perawatan hewan coba. Perawatan meliputi penempatan tikus di
kandang yang ditutup anyaman kawat. Kandang berada dalam ruangan yang
terhindar dari cahaya matahari langsung, dengan ventilasi cukup, dan pembersihan
kandang minimal 3 kali seminggu agar tikus terbebas dari risiko infeksi.
Tikus diberi makan dengan pakan standar berupa pelet dan diberi air untuk
minum. Jumlah konsumsi pakan per hari rata-rata 5g/100gBB, sedangkan
kebutuhan air tikus 15-30 ml/hari.80 Tiga puluh ekor tikus yang sudah diadaptasi
dipilih secara acak dengan konsep randomisasi. Randomisasi adalah
pengelompokan anggota-anggota kelompok kontrol dan eksperimen dilakukan
berdasarkan acak atau random. Kelompok-kelompok tersebut dianggap sama
sebelum dilakukan perlakuan. Rancangan ini memungkinkan peneliti mengukur
pengaruh perlakuan (intervensi) pada kelompok eksperimen dengan cara
membandingkan kelompok tersebut dengan kelompok kontrol.62

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 31


Proses randomisasi dilakukan dengan memilih enam ekor tikus sebagai
kontrol negatif dan 24 ekor tikus sisanya diberi perlakuan diet tinggi lemak secara
ad libitum selama 35 hari. Hal ini didasarkan pada hubungan metabolisme lipid
terhadap peningkatan berat badan dan gula darah. Peningkatan berat badan akan
terlihat setelah 2 minggu diberikan diet tinggi lemak (> 30%). Peningkatan berat
badan terjadi secara bertahap dan menjadi jelas setelah 4 minggu pemberian diet
tinggi lemak.81 Pemberian diet tinggi lemak setelah 4 minggu bisa mengakibatkan
kenaikan berat badan pada tikus 10%-20%. Peningkatan berat badan pada tikus
10%-20% menandakan jika tikus mengalami obesitas.82 Peningkatan berat badan
tikus sejalan dengan proses terjadinya lipotoksisitas pada tikus yaitu setelah 4
minggu pemberian diet tinggi lemak. 83
Pemberian diet tinggi lemak akut pada tikus yaitu selama 3 hari
mengakibatkan gangguan toleransi glukosa, peningkatan glukosa plasma dan
insulin serta gangguan pada ekspresi transporter glukosa GLUT-1 tanpa
mengakibatkan kenaikan berat badan dan tidak berefek kepada kenaikan berat
badan, jaringan adiposa, profil lipid atau penanda inflamasi (di perifer dan otak).84
Akan tetapi, peningkatan gula darah pada tubuh tikus akan terlihat dengan jelas
setelah 4 minggu dengan pemberian diet tinggi lemak.85 Pemberian diet tinggi
lemak akan mengakibatkan terjadinya sindroma metabolik. Sindrom metabolik
mencakup sekumpulan faktor risiko penyakit yang meliputi obesitas abdominal,
dislipidemia, hipertensi, dan hiperglikemia.86
Penelitian Suman dkk tahun 2015 menyatakan bahwa dengan pemberian
diet tinggi lemak pada tikus Wistar jantan selama 10 minggu akan mengakibatkan
terjadinya obesitas, hiperglikemia, dislipidemia yang terlihat setelah 4 minggu
pemberian diet tinggi lemak dan hipertensi yang terlihat setelah 10 minggu
pemberian diet tinggi lemak.87 Sedangkan, pemberian diet tinggi lemak dalam
jangka waktu kronis selama 6 bulan-7,5 bulan akan mengakibatkan terjadinya
obesitas dan diabetes.76 Intervensi terhadap tikus dilanjutkan dengan pemberian
isolat katekin selama dua minggu. Hal ini didasarkan pada kekuatan katekin yang
tinggi dan berdasarkan penelitian sebelumnya yang membuktikan dalam waktu dua
minggu katekin mampu menurunkan kadar trigliserida dan MDA hepar.14,17
Perlakuan tiap kelompok penelitian dirinci sebagai berikut:

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 32


 K (-): Tikus wistar sebagai kontrol negatif, dirawat dan diberikan diet
pakan standar hingga hari ke-56 secara ad libitum.
 K (+): Tikus wistar sebagai kontrol positif, diberi diet MLT dan margarin
1,7 gram/hari dengan sonde selama 49 hari dari hari ke-8 hingga hari ke-
56.
 P (1): Tikus wistar diberi diet MLT, margarin 1,7 gram/hari dengan sonde
selama 49 hari dari hari ke-8 hingga hari ke-56, dan ditambah pemberian
isolat katekin 10 mg/kgBB/hari selama 14 hari dari hari ke-43 hingga hari
ke-56.
 P (2): Tikus wistar diberi diet MLT, margarin 1,7 gram/hari dengan sonde
selama 49 hari dari hari ke-8 hingga hari ke-56, dan ditambah pemberian
isolat katekin 20 mg/kgBB/hari selama 14 hari dari hari ke-43 hingga hari
ke-56.
 P (3): Tikus wistar diberi diet MLT, margarin 1,7 gram/hari dengan sonde
selama 49 hari dari hari ke-8 hingga hari ke-56, dan ditambah pemberian
isolat katekin 40 mg/kgBB/hari selama 14 hari dari hari ke-43 hingga hari
ke-56.
4.7.2. Perencanaan Pengukuran Berat Badan Tikus
Pada awal penelitian berat badan tikus 200-250 gram penimbangan berat
badan hewan coba(tikus) menggunakan timbangan digital yaitu Ohauss dengan
kapasitas 2,61kg, penggunaan skala terkecil. Penimbangan berat badan tikus
dilakukan setiap minggu dalam masa penelitian untuk mengetahui perkembangan
berat badan tikus akibat diet tinggi lemak. Peningkatan berat badan yang diinduksi
diet tinggi lemak terutama berasal dari margarin yang mengandung asam lemak
trans yang menyebabkan peningkatan trigliserida sehingga akan meningkatkan laju
mobilisasi asam lemak dalam jaringan adipose. Hal ini akan membuat laju lipolisis
dan sintesis trigliserida tidak seimbang.18
Ketidakseimbangan lipolisis dan sintesis trigliserida akan berakumulasi
pada hepar dan jaringan tubuh. Peningkatan trigliserida sejalan dengan peningkatan
berat badan. Selain itu peningkatan berat badan juga sejalan dengan peningkatan
kolesterol. Setiap asupan asam lemak jenuh 1% dari total energi diprediksi dapat

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 33


meningkatkan 2,7 mg/dL kadar kolesterol. Keadaan ini juga akan berdampak pada
profil lipid lainnya.88
4.7.3 Perencanaan Dosis Diet Tinggi Lemak
Diet tinggi lemak adalah diet dengan lemak pada makanan >30% kebutuhan
energi. Makanan lemak tinggi (MLT) terdiri atas 60% pakan standar, 30% lemak
89,90
sapi, dan 10% telur ayam yang mengandung 19,8739% lemak sedangkan
margarin diberikan sebanyak 1,7 gram/hari yang mengandung 19% lemak.18
4.7.4 Pemberian Diet Tinggi Lemak
Pemberian makanan lemak tinggi (MLT) disesuaikan dengan berat badan
tikus dengan formula 5 g/100 gBB/hari. Pada tikus dengan berat badan ±200 gram
diberi MLT sebanyak 10 gram dalam satu hari. Pemberian makanan kepada tikus
diberikan secara ad libitum maka diberikan dengan total makanan sebanyak 20
gram dalam satu hari.65 Pemberian margarin sebanyak 1,7 gram dalam satu hari
dengan pemanasan suhu 45ºC terlebih dahulu lalu diberikan secara sonde.15,65.
4.7.5 Perencanaan Dosis Isolat Katekin Gambir
Larutan Isolat katekin gambir 0,3% diberikan pada tikus dengan dosis yang
disesuaikan dengan berat badan tikus. Dosis perlakuan yaitu 10 mg/kgBB/hari, 20
mg/kgBB/hari, dan 40 mg/kgBB/hari. Pemberian dosis diberikan tiga dosis secara
bertingkat dikarenakan pada penelitian sebelumnya oleh Nurman tahun 2019
menunjukkan tikus yang diinduksi aloksan 150mg/kgbb menjadi hiperglikemia dan
mengakibatkan peningkatan LDL, dengan dosis bertingkat dan pelipatgandaan
dosis yaitu 2 mg/200gBB, 4 mg/200gBB, 8 mg/200gBB isolat katekin gambir
mampu menurunkan kadar LDL pada tikus hiperglikemia.91
Pada penelitian ini dilihat efek dari lemak terhadap kadar gula darah dan
dilakukan penelitian terhadap kadar gula darah tikus dengan menaikkan dosis
dibandingkan penelitian sebelumnya. Penelitian ini juga memakai isolat katekin
gambir. Isolat katekin gambir yang diberikan merupakan katekin tanpa campuran
lain seperti pada penelitian menggunakan ekstrak. Volume pemberian isolat katekin
gambir dihitung dengan rumus Volume Administrasi Obat (VAO): 14
mL
VAO (ml) = % pemberian ( ) x BB (kg)awal
100gBB

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 34


Pemberian isolat katekin pada tikus diberikan secara oral. Pemberian oral
menggunakan persen pemberian 1% (1ml/100gBB), sehingga didapat VAO sebagai
berikut:
VAO (ml) = 1% × 200 (g) = 2 ml
Dari perhitungan tersebut didapatkan untuk setiap ekor tikus yang berat
badannya 200 g. Dosis isolat katekin gambir untuk masing-masing perlakuan
kelompok satu,dua dan tiga secara berurutan adalah 2 mg/200gBB, 4 mg/200gBB,
dan 8mg/200gBB dengan volume pemberian menurut formula VAO 2ml.
4.7.6 Pemberian Isolat Katekin Gambir
Pemberian isolat katekin terlebih dahulu diseduh dengan aquadest pada
suhu 70ºC-85ºC lama penyeduhan dianjurkan 1 hingga 20 menit. Proses
penyeduhan merupakan proses pemisahan satu atau lebih komponen dengan
menggunakan pelarut air.92 Proses penyeduhan berfungsi mempertahankan kualitas
senyawa yang kita inginkan. Sehingga tidak terjadi degradasi terhadap kandungan
senyawa kimia.93
Isolat katekin diberikan pada hewan coba menggunakan alat bantu jarum
Gavage per oral atau jarum sonde selama 14 hari masa penelitian yaitu pada hari
ke-43 hingga hari ke-56, dengan jarak pemberian 2 jam setelah pemberian diet
lemak tinggi (MLT dan margarin) setiap harinya didasarkan pada waktu
pengosongan lambung tikus.
4.7.7. Pengambilan Spesimen
Tikus dipuasakan dahulu selama 1 malam (±12 jam) tetapi persediaan air
minum tidak dihentikan untuk mendapatkan kadar gula darah puasa. Tikus
dimasukkan ke dalam tabung berisi kapas yang telah dibasahi 1 mL larutan dietil
eter kemudian tabung ditutup rapat sampai tikus teranestesi sempurna. Tikus
difiksasi kemudian dilakukan penetrasi conjunctiva orbitalis dengan disposible
syringe sehingga terjadi ruptura sinus orbitalis. Darah tikus dimasukkan ke dalam
tabung khusus sebanyak ±2 mL. Darah disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm
selama 10 menit dan didiamkan selama 5 menit untuk mendapatkan serum.
Selanjutnya serumnya diambil sebanyak 1.5 mL dan hasil sentrifugasi serum
diletakan di mikrotube. Pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan kadar

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 35


glukosa serum dilakukan kurang dari 2 jam setelah pengambilan darah diberi label
dan disimpan dalam suhu -200 celcius.79
4.7.8. Pengukuran Kadar Glukosa pada Serum Darah Tikus
Serum merupakan salah satu bahan untuk mengukur kadar glukosa. Serum
lebih banyak mengandung air dari pada darah lengkap, sehingga serum berisi lebih
banyak glukosa dari pada darah lengkap. Kadar glukosa darah dapat ditentukan
dengan berbagai metode berdasarkan sifat glukosa yag dapat mereduksi ion-ion
logam tertentu, atau dengan pengaruh enzim khusus untuk menghasilkan glukosa.94
Metode enzimatik yang digunakan untuk uji glukosa darah ada tiga macam, yaitu:
glukosa heksokinase, oksidase dan dehydrogenase (Astuti G.,2012). Pemeriksaan
glukosa darah metode oksidase yang lebih dikenal dengan Glucose Oxsidase –
Peroxidase Aminoantypirin (GOD-PAP) lebih banyak dilakukan di laboratorium
karena dianggap ketelitiannya lebih tinggi, sehingga diperoleh hasil yang lebih
akurat. Metode pemeriksaaan glukosa yang dijadikan sebagai standar pemeriksaan
adalah metode spektrofotometer microlab 300 karena mampu melakukan analisis
sampel dengan cepat dan banyak.
Prinsip Kerja :
Glukosa oksidase (GOD) mengubah sampel Glukosa menjadi
glukonat. Hidrogenperoksida (H2O2) yang dihasilkan dalam reaksi terdegradasi
oleh peroksidase (POD) dan memberikan produk berwarna phenol dan 4-
Aminoantipyrine yang dapat diukur menggunakan reaksi indikator Trinder pada
505 nm.
Reaksi Kimia : 95
GOD
Glukosa + O2 → asam glukonat + H2O2
POD
2H2O2+ 4-aminoantipirin + fenol → Quinoneimine + H2O
Prosedur Kerja:
a. Persiapan sampel
1) Spesimen yang digunakan untuk ukur kadar glukosa adalah serum
atau plasma

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 36


2) Perhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Suhu ruangan harus dilakukan kontrol secara berkala
b) Reagen harus dalam penyimpanan yang baik
c) Kalibrasi automated chemistry analyser Microlab 300 sebelum
melakukan pemeriksaan
d) Penambahan EDTA/heparin pada saat pemeriksaan
b. Pengukuran kadar Glukosa
Tabel 4.1 Pengukuran Kadar Glukosa dengan Automated Chemistry Analyser
Microlab 300
Blanko (μL) Sampel (μL) Standard (μL)
Akuadest 10 - -
Serum/Plasma - 10 -
Standard - - 10
Reagen Glukosa 1000 1000 1000

1) Pipet 10 μL aquadest masukan kedalam tabung blanko


2) Pipet 10 μL standard masukan kedalam tabung standard
3) Pipet 10 μL serum 1 masukan kedalam tabung serum 1
4) Pipet 10 μL serum 2 masukan kedalam tabung serum 2 dan
seterusnya
5) Tambahkan kedalam masing-masing tabung 1000 μL reagen
glukosa
6) Lakukan homogenisasi
7) Inkubasi pada suhu 370C selama 10 menit atau pada suhu kamar
selama 20 menit.
8) Kadar glukosa ditentukan dengan menggunakan mikro lab 300
dengan panjang gelombang 505 nm

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 37


4.7.9 Alur Penelitian

30 Ekor Tikus

Adaptasi selama 7 hari, diet Standar

Randomisasi

K (-) 24 Ekor Tikus


6 Ekor Tikus Margarin 1,7 gram/hari + MLT
Pakan Standar (35 hari)
35 hari + 14 hari

Randomisasi

P (1) P (2) P (1)


K (+)
6 Ekor 6 Ekor 6 Ekor
6 Ekor
Tikus Tikus Tikus
Tikus
MLT+ MLT+ MLT+
MLT
Margarin+ Margarin+ Margarin+
Margarin
1,7g/hari+ 1,7g/hari+ 1,7g/hari+
1,7 g/hari
Isolat Isolat Isolat
(14 hari)
Katekin Katekin Katekin
10mg/bb 20mg/bb 40mg/bb
(14 hari) (14 hari) (14 hari)

Hari ke 56 dilakukan Pengambilan Spesimen Darah

Pengukuran Kadar Glukosa Darah

Analisis Data

Gambar 4.1 Alur Penelitian

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 38


Keterangan:
K (-): Kelompok tikus normal dengan diet standar.
K (+): Kelompok tikus dengan diet tinggi lemak tanpa isolat katekin.
P (1): Kelompok tikus dengan diet tinggi lemak dan pemberian isolat
katekin 10 mg/kgBB/hari.
P (2): Kelompok tikus dengan diet tinggi lemak dan pemberian isolat
katekin 20 mg/kgBB/hari.
P (3): Kelompok tikus dengan diet tinggi lemak dan pemberian isolat
katekin 40 g/kgBB/hari.
4.8. Pengolahan dan Analisis Data
Hasil pengukuran glukosa yang diperoleh dicatat, ditabulasi dan dianalisis
secara statistik menggunakan program komputer. Analisis data yang diperoleh
diolah menggunakan uji statistik parametrik dengan derajat kepercayaan 95% (p <
0,05). Analisis distibusi data menggunakan uji Shapiro-Wilk dan uji homogenitas
menggunakan uji Leverie Statistic. Perbedaan kadar glukosa darah diuji
menggunakan uji Kruskal-Wallis. Untuk melihat perbedaan bermakna antar
kelompok perlakuan, dilakukan uji Mann-Whitney. Hasil analisis data disajikan
dalam bentuk tabel dan grafik untuk melihat pengaruh pemberian isolat katekin
gambir terhadap kadar glukosa serum tikus.
4.9 Etika Penelitian
Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan lulus uji etik oleh komite
etik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas dengan nomor surat
43/UN.16.2/KEP-FK/2020. Penelitian dilakukan dengan prinsip 3R seperti yang
terdapat dalam protokol penelitian yaitu replacement, reduction, dan refinement.
Replacement adalah merencanakan dengan seksama seluruh keperluan
pemanfaatan hewan baik dari pengalaman terdahulu maupun literatur untuk
menjawab pertanyaan penelitian dan tidak dapat digantikan oleh mahluk hidup lain
seperti sel atau biakan jaringan. Reduction adalah penggunaan hewan coba
seminimal mungkin namun tetap dengan hasil yang optimal. Refinement adalah
memperlakukan hewan percobaan secara manusiawi(humane), memelihara hewan
dengan baik, tidak menyakiti hewan, serta meminimalisasi perlakuan yang
menyakitkan sehingga menjamin kesejahteraan hewan coba sampai akhir

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 39


penelitian. Pengambilan sampel diakhir masa penelitian dilakukan dengan anestesi
dan euthanasia dengan bantuan tenaga terlatih agar meminimalisir kemungkinan
penderitaan pada hewan coba.96

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 40


BAB 5
HASIL PENELITIAN

5.1 Pengaruh Pemberian Isolat Katekin Gambir (Uncaria gambir Roxb)


Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus (Rattus norvegicus) Galur Wistar
Dengan Induksi Diet Tinggi Lemak

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian isolat


katekin gambir (Uncaria gambir Roxb) terhadap kadar glukosa darah tikus putih
induksi diet tinggi lemak. Hewan percobaan penelitian ini adalah 30 ekor tikus putih
jantan (Rattus norvegicus) berusia 8-12 minggu, berat badan berkisar 200 - 250
gram tanpa cacat anatomi. Tikus ini juga memiliki kadar glukosa darah yang normal
seperti yang dilampirkan pada lampiran 3. Tikus dibagi dalam 5 kelompok, yaitu
kelompok kontrol negatif (K-), kelompok kontrol positif (K+), kelompok perlakuan
satu (P1), kelompok perlakuan dua (P2), dan kelompok perlakuan tiga (P3).
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas, Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas
Andalas. Selama penelitian tidak ada tikus yang mati. Hasil induksi diet tinggi
lemak terhadap berat badan tikus pada lampiran 4 menunjukkan terjadi peningkatan
berat badan, obesitas. Kriteria obesitas pada tikus berupa kenaikan berat badan
>10% dari berat badan awal 77.
160

140
Kadar Rerata Gula Darah (mg/dl) 120

100

80
136.78
60 124.72
116.00
107.37
99.37
40

20

0
K- K+ P1 P2 P3
Kelompok Perlakuan

Gambar 5.1 Diagram Batang Rerata Kadar Glukosa Darah Tikus


(Rattus norvegivus)
Gambar 5.1 menunjukkan rerata kadar glukosa darah tikus antar kelompok
setelah pemberian isolat katekin gambir selama 14 hari. Rerata kadar glukosa darah
pada tikus yang hanya diberi pakan standar lebih rendah yaitu 99,37 mg/dl
dibandingkan dengan kelompok tikus perlakuan (K+, P1, P2, P3). Rerata kadar
glukosa darah tertinggi yaitu pada tikus yang hanya diinduksi diet tinggi lemak
(K+) sebesar 136,78 mg/dl dibandingkan dengan kelompok tikus lainnya (K-, P1,
P2, P3). Rerata kadar glukosa darah tikus yang diinduksi diet tinggi lemak dan
diberikan isolat katekin gambir dengan dosis 10 mg/kgBB/hari, 20 mg/kgBB/hari,
40 mg/kgBB/hari mengalami penurunan yaitu dengan kadar 124,72 mg/dl, 116
mg/dl, 107,37 mg/dl jika dibandingkan dengan kelompok kontrol positif.
Hasil pengukuran kadar glukosa darah setelah perlakuan pada masing-
masing kelompok penelitian kemudian dianalisis secara statistik untuk mengetahui
distribusi dan varian data. Uji normalitas data menggunakan Shapiro Wilk Test
dengan hasil analisis didapatkan nilai signifikansi masing-masing kelompok lebih
dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Uji
homogenitas data menggunakan uji Levene Statistic dengan hasil analisis
didapatkan nilai signifikansi yaitu 0,008 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan
bahwa data tidak bersifat homogen. Kadar glukosa darah tikus penelitian kemudian

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 42


dianalisis secara statistik menggunakan Kruskal Wallis karena tidak memenuhi
syarat uji One Way Anova.
Hasil pengujian Kruskal Wallis menyatakan bahwa nilai signifikansi
p=0,001 (p<0,005) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kadar
glukosa darah pada kelompok penelitian. Untuk mengetahui perbedaan yang
bermakna pada setiap kelompok maka dilakukan uji lanjutan secara statistik
menggunakan Post Hoc Test-Mann-Whitney U.
Tabel 5.1 Signifikansi glukosa darah tikus antar kelompok hasil analisis
Mann-Whitney U.
Kelompok Nilai p Hasil
K- K+ 0,004 Bermakna
P1 0,010 Bermakna
P2 0,037 Bermakna
P3 0,522 Tidak bermakna
K+ P1 0,262 Tidak bermakna
P2 0,016 Bermakna
P3 0,006 Bermakna
P1 P2 0,200 Tidak bermakna
P3 0,016 Bermakna
P2 P3 0,037 Bermakna

Tabel 5.1 menunjukkan hasil pengujian statistik Post-Hoc yaitu uji Mann-
Whitney U untuk mengetahui perbedaan bermakna pada masing-masing kelompok.
Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan perbedaan bermakna pada kelompok kontrol
negatif dengan kelompok kontrol positif (p=0,004), kelompok perlakuan 1
(p=0,010) dan kelompok perlakuan 2 (p=0,037) sedangkan pada kelompok
perlakuan 3 (p=0,522) tidak didapatkan perbedaan yang bermakna. Perbedaan
bermakna juga terlihat pada kelompok kontrol positif dengan kelompok perlakuan
2 (p=0,016) dan kelompok perlakuan 3 (p=0,006) sedangkan pada kelompok
perlakuan 1 (p=0,262) tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Perbedaan yang
tidak bermakna juga terdapat pada kelompok perlakuan 1 dan 2 (p=0,200), akan
tetapi pada kelompok perlakuan1 dan perlakuan 2 terdapat perbedaan yang
bermakna (0,016) sama halnya dengan perbedaan antara kelompok perlakuan 2 dan
3 (p=0,037) terdapat perbedaan yang bermakna

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 43


BAB 6
PEMBAHASAN
6.1 Pengaruh Pemberian Isolat Katekin Gambir Terhadap Glukosa Darah
Tikus Yang Diberi Diet lemak tinggi
Penelitian ini menerapkan aklimatisasi selama tujuh hari, selanjutnya
memberikan diet lemak tinggi kepada 24 tikus diluar kelompok kontrol negatif.
Pengukuran berat badan pada hari ke-8 penelitian menunjukkan peningkatan rerata
berat badan secara keseluruhan, tidak terjadi penurunan berat badan lebih dari 10%,
serta hewan dalam kondisi sehat yang merupakan indikasi untuk melanjutkan
penelitian.97 Berdasarkan kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa tikus penelitian
berhasil melakukan adaptasi terhadap lingkungan penelitian. Kondisi kesehatan,
kondisi organ, imunitas, dan faktor lainnya dapat mempengaruhi proses adaptasi
pada tikus penelitian ini.
Pengukuran berat badan pada hari ke-42 menunjukkan kenaikan rerata berat
badan secara keseluruhan dan memenuhi kriteria obesitas pada tikus berupa
kenaikan berat badan >10% berat badan awal.77 Hasil ini sesuai dengan penelitian
oleh Wang Chao Yung dan James K Liao tahun 2012 yang menyatakan bahwa
peningkatan berat badan pada tikus akan terlihat setelah 2 minggu diberikan diet
tinggi lemak (>30%). Peningkatan berat badan terjadi secara bertahap dan menjadi
jelas setelah 4 minggu pemberian diet tinggi lemak.76 Pada penelitian ini, kelompok
penelitian yang diinduksi diet tinggi lemak tetap diberikan diet tinggi lemak hingga
akhir penelitian yang mengakibatkan peningkatan berat badan.
Pada kelompok perlakuan diberikan tambahan diet berupa isolat katekin
gambir sesuai dosis perlakuan. Menurut penelitian Chung dkk tahun 2016
menyatakan bahwa katekin akan menurunkan penyerapan lipid dan protein pada
usus halus sehingga mengurangi asupan kalori. Selain itu, katekin berperan dalam
mengaktifkan Mitogen Activated Protein Kinase (MAPK) di hati, otot rangka dan
jaringan adiposa yang mengakibatkan penurunan glukoneogenesis dan sintesis
asam lemak serta meningkatkan katabolisme, yang mengarah pada penurunan berat
badan.79 Pada kelompok perlakuan 1 dan perlakuan 3 mengalami penurunan rerata
berat badan pada akhir penelitian jika dibandingkan dengan rerata berat badan
sebelum pemberian isolat katekin gambir, sedangkan kelompok perlakuan 2
mengalami kenaikan rerata berat badan setelah pemberian isolat katekin gambir
akan tetapi mengalami penurunan rerata berat badan jika dibandingkan dengan
rerata berat badan setelah 7 hari perlakuan isolat katekin gambir.
Berdasarkan gambar 5.1 yang berisikan data rerata kadar glukosa darah
tikus pada 5 kelompok. Kelompok kontrol negatif yang diberikan diet pakan standar
tanpa intervensi dalam penelitian menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan
kelompok yang diberikan diet tinggi lemak sampai akhir maupun pada kelompok
yang diberikan isolat katekin (Lampiran 3). Kelompok kontrol negatif memiliki
rerata kadar glukosa darah sebesar 99,37 ± 17,03 mg/dl yang merupakan kelompok
dengan kadar glukosa darah terendah dan berada dalam rentangan normal pada
kadar glukosa darah puasa tikus. Sedangkan kelompok kontrol positif dengan rerata
136,78 ± 19,68 mg/dl merupakan kelompok dengan kadar glukosa darah tertinggi
dan menunjukkan tikus dalam kondisi hiperglikemia.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa induksi diet tinggi lemak
selama 49 hari dapat meningkatkan kadar glukosa darah seperti yang terlihat pada
kelompok kontrol positif. Hasil ini sesuai dengan pernyataan pada penelitian oleh
Ayumi dkk bahwa peningkatan glukosa darah pada tubuh tikus akan terlihat dengan
jelas setelah 4 minggu dengan pemberian diet tinggi lemak.79 Diet tinggi lemak
dalam penelitian ini menggunakan Makanan Lemak Tinggi (MLT) yang terdiri atas
60% pakan standar, 30% lemak sapi, dan 10% telur ayam yang secara keseluruhan
mengandung 19,8739% lemak diberikan secara ad libitum dan ditambah dengan
margarin sebanyak 1,7 gram/hari yang mengandung 19% lemak yang jika
dijumlahkan lebih dari 30% sesuai dengan definisi diet tinggi lemak.
Makanan yang mengandung lemak akan mengalami metabolisme.
Kelebihan lemak dalam tubuh disimpan dalam bentuk triasigliserol di jaringan
adiposa. Triasigliserol akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase dan
menjadi asam lemak/free fatty acid (FFA). Peningkatan FFA akan mempengaruhi
sensitivitas IRS dengan cara meningkatnya senyawa intermediet triasigliserol
diantaranya diacyglicerol (DAG) dan ester asil-KoA. Dua senyawa ini akan
mengaktivasi sinyal Protein Kinase C (PKC). Kenaikan sinyal pada PKC akan
menghambat secara langsung signalling insulin melalui fosforilasi dari insulin
receptor substrate (IRS). Fosforilasi pada IRS akan mengikat src-homology-2

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 45


domain protein (SH2) yang spesifik termasuk enzim penting seperti
phosphatidylinositol-3-kinase (PI3–Kinase).38 Pengikatan ini akan berefek kepada
penurunan kereaktifan jalur PI3-kinase. Penurunan reaktivitas PI3 Kinase
mengakibatkan penurunan sensitivitas dari transporter (Glut), sehingga
pengambilan glukosa menjadi rendah.39,65
Keadaan ini didukung dengan penelitian oleh Peter dkk tahun 2008
menyatakan bahwa FFA dapat meningkatkan laju pembangkitan ROS dalam moda
transportasi elektron maju. Penelitian oleh Ken tahun 2013 menyatakan
peningkatan FFA oksidasi akan meningkatkan intramitokondrial acetyl CoA/ Coa
dan NADH/NAD+ rasio yang selanjutnya akan mengaktifkan piruvat
dehidrogenasi. Keadaan ini menyebabkan konsentrasi sitrat meningkat yang
memicu penghambatan fosfofruktokinase yang selanjutnya terjadi akumulasi G-6
fosfat. Akhirnya peningkatan konsentrasi G-6 fosfat ini akan menghambat
hexokinase II yang menyebabkan penurunan glucosa uptake dan terjadi kondisi
hiperglikemia.62
Katekin mampu untuk meningkatkan sensitivitas insulin sehingga bisa
memperbaiki kondisi hiperglikemia.64 Perbedaan yang bermakna terlihat pada
kelompok kontrol positif dengan kelompok yang diberikan perlakuan isolat katekin
gambir. Pada berbagai tingkatan kelompok perlakuan juga memiliki perbedaan
rerata kadar glukosa darah. Kelompok perlakuan 1 dengan induksi diet tinggi lemak
dan diberikan isolat katekin gambir dosis 10 mg/kgBB/hari selama 14 hari memiliki
rerata glukosa darah sebesar. 124,72± 9,46mg/dl. Hasil pengukuran ini lebih rendah
jika dibandingkan dengan kelompok kontrol positif walaupun belum terlihat
perbedaan yang bermakna.
Kelompok 2 dengan induksi diet tinggi lemak dan diberikan isolat katekin
gambir dosis 20 mg/kgBB/hari selama 14 hari memiliki rerata glukosa darah 116 ±
5,63 mg/dl, hasil pengukuran ini lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok
perlakuan 1 walaupun belum terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok
perlakuan 1 dan perlakuan 2. Kelompok perlakuan 3 dengan induksi diet tinggi
lemak dan diberikan isolat katekin gambir dosis 40 mg/kgBB/hari selama 14 hari
memiliki rerata glukosa darah sebesar 107,37 ± 7,29mg/dl, hasil pengukuran ini
memiliki kadar paling rendah dan memenuhi syarat sebagai kategori glukosa darah

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 46


puasa normal pada tikus yaitu < 110 mg/dl.79 Perbandingan kelompok perlakuan 1
dan 3, maupun kelompok perlakuan 2 dan 3 juga menunjukkan perbedaan yang
bermakna,
Hasil penelitian menunjukkan ketiga kelompok perlakuan mengalami
penurunan kadar rerata glukosa darah. Hasil penelitian ini juga menunjukkan
kelompok perlakuan 3 dengan dosis 40 mg/kgBB/hari merupakan dosis optimal
pada penelitian ini untuk mengurangi kenaikan kadar glukosa darah dan mencegah
kondisi hiperglikemia.
Isolat katekin gambir dapat mempengaruhi kadar glukosa darah tikus.
Penelitian Ajie tahun 2015 menyatakan bahwa katekin yang merupakan salah satu
golongan flavonoid dapat menghambat fosfodiesterase sehingga meningkatkan
cAMP pada sel beta pankreas. Peningkatan cAMP akan menstimulasi pengeluaran
65
protein kinase A (PKA) yang merangsang sekresi insulin semakin meningkat .
Verena dkk pada tahun 2007 menyatakan bahwa katekin dengan gugus galloilnya
merupakan inhibitor tirosin kinase alamiah yang dapat memodifikasi aktivitas
berbagai macam signaling kinase diantaranya PI3K dan MAPK (Mitogen Activated
Protein Kinase) yang akan mempengaruhi sensitivitas insulin 65.
Berdasarkan penelitian Sazwi, et al. tahun 2013 dapat diketahui bahwa
gambir memiliki aktivitas antioksidan (IC50) yang sangat tinggi yaitu 6,4 μg/ml,
aktivitas mereduksi senyawa feron yang tinggi yaitu 5717,8 μmolFe(II)/mg, total
kandungan fenolik 1142,5 μgGAE/mg, serta aktivitas penghambatan lipid
peroksidasi sebesar 75,2%.98 Penelitian Shigenobu dkk tahun 2007 menyatakan
bahwa kadar antioksidan pada katekin dapat mereduksi kadar toksisitas dari LDL
teroksidasi pada sel endotel, sel otot polos dan makrofag serta menurunkan
degradasi oksidatif. Selain itu katekin meningkatkan kadar HDL yang berperan
dalam mengangkut kolesterol dari hati dari arteri dan kembali ke hati.99
Keterbatasan yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu pemeriksaan kadar glukosa
darah hanya dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan pada hewan coba.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 47


BAB 7
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh isolat katekin gambir
terhadap kadar glukosa darah tikus yang diinduksi diet tinggi lemak, dapat dibuat
kesimpulan, yaitu:
1. Rerata kadar glukosa darah tikus pada kelompok yang diberikan pakan
standar atau kelompok kontrol negatif lebih rendah dibandingkan kelompok
perlakuan lainnya yaitu 99,37 ± 17,03 mg/dl.
2. Rerata kadar glukosa darah tikus yang diinduksi diet tinggi lemak tanpa
pemberian isolate katekin gambir atau kelompok kontrol positif lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok perlakuan lain yaitu 136,78 ± 19,68 mg/dl.
3. Rerata kadar glukosa darah tikus pada kelompok perlakuan 1, perlakuan 2
dan perlakuan 3 berturut-turut sebesar dan 116 ± 5,63 mg/dl, 124,72± 9,46
mg/dl, 107,37 ± 7,29 mg/dl.
4. Terdapat perbedaan bermakna rerata kadar glukosa darah tikus kelompok
kontrol positif, perlakuan 1 dan perlakuan 2 dengan kelompok perlakuan 3,
namun tidak terdapat perbedaan bermakna dengan kelompok kontrol negatif
.

7.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan diatas,
disarankan untuk penelitian selanjutnya, sebagai berikut:
1. Pemeriksaan kadar glukosa darah tikus dilakukan sebelum, setelah dan
setiap minggu pada hewan coba, sehingga dapat diamati perubahan kadar
glukosa darah pada hewan coba yang sama dari waktu ke waktu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Irwan. Epidemiologi penyakit tidak menular. ed 1. Yogyakarta: Deepublish;
2016.
2. WHO. Noncommunicable diseases country profiles 2018. World health
organization. 2018.
3. GA Roth, D Abate, KH Abate, SM Abay, C Abbafati, N Abbasi, et al. Global,
regional, and national disability-adjusted life-years (DALYs) for 359
diseases and injuries and healthy life expectancy (HALE) for 195 countries
and territories, 1990-2017: A systematic analysis for the Global Burden of
Disease Study 2017. Lancet. 2018.
4. Forouzanfar MH, Alexander L, Bachman VF, Biryukov S, Brauer M, Casey
D, et al. Global, regional, and national comparative risk assessment of 79
behavioural, environmental and occupational, and metabolic risks or
clusters of risks in 188 countries, 1990-2013: A systematic analysis for the
Global Burden of Disease Study 2013. Lancet. 2015.
5 . WHO (2018). Unhealthy diet. https:// www.who.int /gho/ ncd/ risk_factors/
unhealthy_diet_text/en/- Diakses pada 13 April 2020.
6. Siswanto, dkk,editors. Buku Survei Konsumsi Makanan Individu dalam Studi
Diet Total 2014.Jakarta:Lembaga PenerbitanBadan Penelitian dan
Pengembangan KesehatanKementerian Kesehatan RI;2014.
7. Putri IN. Pengaruh Paparan Gelombang Elektromagnetik Terhadap Kadar
Kolesterol Total dan Trigliserida Serum. J Major. 2015; 4(7): (halaman).
8. Brownlee M. Biochemistry and molecular cell biology of diabetic
complications. Nature. 2001.
9. Hess-Fischl A. Hyperglycemia: When your blood glucose too high.
hyperglycemia.Endocrineweb. 2016.
10. Panchal SK, Poudyal H, Iyer A, Nazer R, Alam A, Diwan V. High-
Carbohydrate High-Fat Diet-Induced Metabolic Syndrome and
Cardiovascular Remodeling in Rats. Journal Of Cardiovascular
Pharmacology. 2011;57(1):51-64.
11. Kusmiyati Tjahjono, DK. Pengaruh pemberian asam lemak trans terhadap
mediator proinflamasi, kadar glukosa darah dan infiltrasi netrofil pada pulau
langerhans.Skripsi.Semarang. Universitas Diponegoro;2013.
12. Winarsih, Ekstrak Daun Kapulaga Menurunkan Indeks Aterogenik Dan
Kadar Gula Darah Tikus Diabetes Induksi Alloxan (Cardamom Extract
Leaves Decreased Atherogenic Indices and Blood Glucose Level of
Diabetes Rats Alloxan-Induced). Agritech. 2013.
13. Shashikala E, Motgi S, V RRBN, Sattar MA. IJBCP International Journal
of Basic & Clinical Pharmacology Original Research Article Study of lipid
lowering effects of oral antidiabetic drugs in type 2 diabetes mellitus
patients. 2020;7(1):126–32.
14. Nurmalinda AT, Wahyuni T, Bahtiar A. Effects of metformin on high-fat
diet-induced hyperlipidemic rats. Toxicology International. 2020 Jan
1;26(1):1-7.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 49


15. Dhalimi, A. Permasalahan gambir(Uncaria gambir) di Sumatera Barat dan
alternatif pemecahannya, Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian,2006; 5(1): 46-57.
16. Isnawati A, Raini M, Sampurno OD, Mutiatikum D, Widowati L, Gitawati
R. Karakteristik tiga jenis ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb) dari
Sumatera Barat. Bul Penelit Kesehatan. 2012;40(4):201-8.
17. Kurniatri AA, Sulistyaningrum N, Rustanti L. Purifikasi Katekin dari
Ekstrak Gambir (Uncaria gambir Roxb.). Media Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. 2019.
18. Yunarto N, Elya B, Konadi L. Potensi Fraksi Etil Asetat Ekstrak Daun
Gambir(Uncaria gambir Roxb.) sebagai Antihiperlipidemia. Jurnal
Kefarmasian Indonesia. 2015
19. Alioes Y, Sukma RR, Sekar SL. Effect of Gambir Catechin Isolate (Uncaria
Gambir Roxb.) Against Rat Triacylglycerol Level (Rattus norvegicus). In:
IOP Conference Series: Earth and Environmental Science.
2019;217(1):(halman)
20. Zebua EA, Silalahi J, Julianti E. Hypoglicemic activity of gambier (Uncaria
gambir robx.) drinks in alloxan-induced mice. In: IOP Conference Series:
Earth and Environmental Science. 2018;122(1):(halaman)
21. Martini A.Efek Pemberian Bersama antara Dexamethason dan Teh Hijau
(Camellia Sinensis l.) terhadap Kadar Gula Darah dan Histopatologi
Pankreas. Skripsi.Yogyakarta.Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta.2020.
22. Husni AA. Pengaruh Pemberian Isolat Katekin Gambir (Uncaria gambir
Roxb) terhadap Kadar Malondialdehid (MDA) Jaringan Hati Tikus (Rattus
Norvegicus) Galur Wistar dengan Induksi Diet Tinggi
Lemak.Skripsi.Padang:Universitas Andalas;2020.
23. Murray RK, Granner, DK, Rodwell, VW . Biokimia Harper Edisi 27. Igarss
2014. 2009.
24. Hartono A. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit Edisi 2. Buku Kedoteran
EGC. Jakarta : 2006; 140-147
25. Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama;2009.
26. Adam, JMF.Dislipidemia. editors. Buku Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3. 5th ed.
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia .2009.
27. Nurmeilis, Aprilia CA, Pradana MS, Suryanto I, Waloya T, Nuri Andarwulan
dan, et al. Penentuan Profil Lipid-Kolesterol Setelah Pemberian Ekstrak
Herba Kumis Kucing (Orthosiphon staminus). Alchemy. 2017.
28. Adam JMF .Dislipidemia. In Setiati dkk (ed). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2014. h. 2323-7.
29. Sudoyo AW, dkk. Insulin: Mekanisme Sekresi dan Aspek Metabolisme.
Dalam: Asman Manaf. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi V, Jilid III.
Jakarta: Internal Publishing; 2010.h.1896-9.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 50


30. Kwiterovich PO. The metabolic pathways of high-density lipoprotein, low-
density lipoprotein, and triglycerides: A current review. Am J Cardiol. 2000;
86(12):5-10.
31. Rader DJ, Hobbs HH. Disorders of lipoprotein metabolism. In: Fauci AS,
Braunwald E, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, Loscalzo J,
editors. Harrison's Principles of Internal Medicine. New York: McGraw Hill
Medical, 2008; p.2416-28.
32 Soelistijo SA, Lindarto D, Decroli E, Permana H, Sucipto KW, Kusnadi Y,
et al. Pedoman pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 dewasa
di Indonesia 2019.
33. Nabyl,RA.Cara Mudah Mencegah dan Mengobati Diabetes
Melitus.Yogyakarta.Genius Printika;2009.
34 Ding XS, Wu SS, Chen H, Zhao XQ, Li HW. High admission glucose levels
predict worse short-term clinical outcome in non-diabetic patients with
acute myocardial infraction: A retrospective observational study. BMC
Cardiovasc Disord. 2019;19:163.
35 Chawla, Jasvinder MD M. Hyperglycemia and Hypoglycemia in Stroke
Medscape. 2018.
36 Van Lieverloo JHM, de Roode M, Fox MB, Zwietering MH, Wells-Bennik
MHJ. Multiple regression model for thermal inactivation of Listeria
monocytogenes in liquid food products. Food Control. 2013.
37 Harsa MS. Effect Of Intaking High-Fat Diet On White Rat’s (Rattus
norvegicus)Blood Lipid Profil. J Ilmu Kedokteran Wijaya Kusuma. 2017.
38. Mawarti H, Ratnawati R, Lyrawati D. Epigallocatechin Gallate Menghambat
Resistensi Insulin pada Tikus dengan Diet Tinggi Lemak. J Kedokt
Brawijaya. 2012.
39. Chen Y, Cruzat VF, Newsholme P. β-Cell Metabolism, Insulin Production
and Secretion: Metabolic Failure Resulting in Diabetes. In: Molecular
Nutrition and Diabetes: A Volume in the Molecular Nutrition Series. 2016.
40. Opie LH. Cardiac Metabolism in Health and Disease. In: Cellular and
Molecular Pathobiology of Cardiovascular Disease. 2014.
41. Sudoyo, A.W. Setiyohadi B., Alwi I., Simadibrata M., Setiati S,.Ilmu
Penyakit Dalam.Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
KedokteranUniversitas Indonesia.2009.
42. Wilcox G. 1-20 Insulin and Insulin. Clin Biochem Rev. 2005;26(2):19-39.
43. Prabawati RK. Mekanisme Seluler dan Molekuler Resistensi Insulin. 2012.
44. Boden, G, Laakso M. Lipids and glucose in type 2 diabetes: What is the
cause and effect? Diabetes Care. 2004;27(9):2253-2259.
45. Thorens B, Mueckler M. Glucose transporters in the 21st Century. American
Journal of Physiology - Endocrinology and Metabolism.
2010;298(2)(halaman).
46. Sunaryo H, Rahmania RA, Dwitiyanti, Siska. Aktivitas Antioksidan
Kombinasi Ekstrak Jahe Gajah (Zingiber officinale Rosc.) dan Zink
Berdasarkan Pengukuran MDA, SOD dan Katalase pada Mencit
Hiperkolesterolemia dan Hiperglikemia dengan Penginduksi
Streptozotosin. J Ilmu Kefarmasian Indones. 2015

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 51


47. Kaunang HCP, Wangko S. Glut4 Jaringan Adiposa Fungsi Dan Disfungsi.
J Biomedik. 2013.
48. Griendling KK, Touyz RM, Zweier JL, Dikalov S, Chilian W, Chen YR, et
al. Measurement of Reactive Oxygen Species, Reactive Nitrogen Species,
and Redox-Dependent Signaling in the Cardiovascular System: A Scientific
Statement from the American Heart Association. Circulation Research.
2016.
49. Ameta C, Kumawat P, Tripathi A. Oxidation. In: Microwave-Assisted
Organic Synthesis: A Green Chemical Approach. 2014.
50. Khaira K. Menangkal Radikal Bebas dengan AntiOksidan. STAIN
Batusangkar Sumatera Barat. 2010.
51. Widayati, Eni. Oxidasi Biologi, Radikal Bebas, dan Antioxidant Eni. Maj
Ilm Sultan Agung. 2012.
52. Mega P, Wulansari T, Widyaningsih T, Jaya M. Aktivitas Antioksidan
Suplemen Herbal Daun Sirsak (Annona muricata L.) dan Kulit Manggis
(Garcinia mangostana L.): Kajian Pustaka. J Pangan dan Agroindustri.
2016.
53. Susantiningsih T. Obesitas dan Stres Oksidatif Obesity and Oxidative Stress.
J Kesehat Unila. 2015.
54. Schönfeld P, Wojtczak L. Fatty acids as modulators of the cellular production
of reactive oxygen species. Free Radical Biology and Medicine.
2008;45(3):231-41.
55. Shinmura K. Effects of caloric restriction on cardiac oxidative stress and
mitochondrial bioenergetics: Potential role of cardiac sirtuins. Oxidative
Medicine and Cellular Longevity. 2013.
56. Kawahito S, Kitahata H, Oshita S. Problems associated with glucose toxicity:
Role of hyperglycemia-induced oxidative stress. World Journal of
Gastroenterology. 2009.
57. Syarif RA, Muhajir M, Ahmad AR, Malik A. Identifikasi Golongan Senyawa
Antioksidan Dengan Menggunakan Metode Peredaman Radikal Dpph
Ekstrak Etanol Daun Cordia myxa L. J Fitofarmaka Indones. 2016.
58. Kumalaningsih S. Antioksidan Alami. Surabaya: Trubus Agrisarana; 2006.
59. Werdhasari A. Peran Antioksidan Bagi Kesehatan. J Biomedik Medisiana
Indonesia. 2014;3(2):59-68.
60. Droge W. Free radicals in the physiological control of cell function. Physiol
Rev. 2002;82(1):47-95.
61. Turan B. Role of Antioxidants in Redox Regulation of Diabetic
Cardiovascular Complications. Curr Pharm Biotechnol. 2010.
62. Sabarni. Teknik pembuatan gambir (Uncaria gambir Roxb) secara
tradisional. J Islam Sci Technol. 2015;53(1):25-33.
63. Sampurno, Ketut, R., Niniek, S. A., Evie, L., Sidik., Masjihoer., et.al. Acuan
Sediaan Herbal. Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik
dan Produk Komplemen. Badan POM RI, Jakarta. 2007.
64. Hernani. Teh Daun Gambir. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
2014;36(5):10-11.
65. Damanik, DD, Surbakti, N, Hasibuan, R. Ekstraksi Katekin (Uncaria
Gambir Roxb ) dengan Metode Maserasi. J Tek Kim USU. 2014.
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 52
66. Andre N. A Review of the Occurrence of Non-Alkaloid Constituents in
Uncaria Species and Their Structure-Activity Relationships. Am J Biomed
Life Sci. 2013.
67. Arakawa H, Masako M, Robuyusi S, Miyazaki. Role of hydrogen peroxide
in bactericidal action of catechin. Biological & Pharmaceutical Bulletin.
2004; 3227(27):227-8.
68. Adelina R. Mekanisme Katekin Sebagai Obat Antidislipidemia (Uji In
Silico). Buletin Penelitian Kesehatan. 2018;46(3):147-154.
69 . Ajie RB. White dragon fruit (hylocereus undatus) potential as diabetes
mellitus treatment. 2015;4:69–72.
70. Stangl V, Dreger H, Stangl K, Lorenz M. Molecular targets of tea
polyphenols in the cardiovascular system. Cardiovascular Research.
2007;73:348-358.
71. Liu Q, Chen L, Hu L, Guo Y, Shen X. Small molecules from natural sources,
targeting signaling pathways in diabetes. Biochimica et Biophysica Acta -
Gene Regulatory Mechanisms. 2010.
72. Dahlia D, Pangkahila WI, Aman IGM, Pangkahila JA, Suryadhi NT, Iswari
IS. Ekstrak Teh Putih (Camellia sinensis) Oral Mencegah Dislipidemia pada
Tikus (Rattus norvegicus) Jantan Galur Wistar yang Diberi Diet Tinggi
Lemak. J Anti Aging Med. 2017.
73. Babu PV, Liu D. Green Tea Catechins and Cardiovascular Health: An
Update. Curr Med Chem. 2008;15(18):1840-1850.
74. Braicu C, Ladomery MR, Chedea VS, Irimie A, Berindan-Neagoe I. The
relationship between the structure and biological actions of green tea
catechins. Food Chemistry. 2013.
75. Bernatoniene J, Kucinskiene DM. The Role of Catechins in Cellular
Responses to Oxidative Stress. Molecules. 2018;23(4):965.
76. T S. Panduan Penelitian Untuk Skripsi Kedokteran dan Kesehatan. In:
Salemba Medika. 2009.
77. Charan J, Kantharia AND. How to calculate sample size in animal studies?
J Pharmacol Pharmacother. 2013;4(4): 303-6.
78. Harahap AS, Herman RB, Yerizel E. Gambaran Glukosa Darah Setelah
Latihan Fisik pada Tikus Wistar Diabetes Melitus yang Diinduksi Aloksan.
J Kesehat Andalas. 2015.
79. Purnamasari E, Yerizel E, Efrida E. Pengaruh Pemberian Aspartam terhadap
Kadar Glukosa Darah Tikus Diabetes Melitus Diinduksi Aloksan. Jurnal
Kesehatan Andalas. 2014.
80. Permana Z. Konsumsi, kecernaan dan performa tikus putih (Rattus
norvegicus) yang diberi ransum disuplementasi biomineral cairan rumen.
Inst Pertan Bogor. 2010.
81. Wang CY, Liao JK. A mouse model of diet-induced obesity and insulin
resistance. Methods Mol Biol. 2012;821:421-433.
82. Buettner R, Schölmerich J, Bollheimer LC. High-fat diets: Modeling the
metabolic disorders of human obesity in rodents. Obesity. 2007;15(4):798-
808.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 53


83. Pierre-Marie Badin, Isabelle K. Vila, Katie Louche, Aline Mairal, Marie-
Adeline Marques, Virginie Bourlier,et al. High-Fat Diet-Mediated
Lipotoxicity and Insulin Resistance Is Related to Impaired Lipase
Expression in Mouse Skeletal Muscle.Endocrinology.2013;154(4):1444–
1453.
84. Haley MJ, Krishnan S, Burrows D, de Hoog L, Thakrar J, Schiessl I, et al.
Acute high-fat feeding leads to disruptions in glucose homeostasis and
worsens stroke outcome. J Cereb Blood Flow Metab. 2019;39(6):1026-
1037.
85. Sato A, Kawano H, Notsu T, Ohta M, Nakakuki M, Mizuguchi K,et al.
Diabetes. 2010; 59(10):2495-504.
86. K. G. M. M. Alberti, R. H. Eckel, S. M. Grundy. Harmonizing the metabolic
syndrome: a joint interim statement of the international diabetes federation
task force on epidemiology and prevention; National Heart, Lung, and
Blood Institute; American Heart Association; World Heart Federation;
International Atherosclerosis Society; and International Association for the
study of obesity. Circulation.2009;120(16):1640– 1645.
87. Suman RK, Ray Mohanty I, Borde MK, Maheshwari U, Deshmukh YA.
Development of an experimental model of diabetes co-existing
withmetabolic syndrome in rats. Adv Pharmacol Sci. 2016.
88. Purnamasari AW, Isnawati M. Pengaruh pemberian jus pare (Momordica
charantia l.) dan jus jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap kadar
kolesterol total tikus sprague dawley hiperkolsterolemia. Journal of nutrion
college. 2014;3(4):894-902.
89. Asdaq, S M B,Inamdar, M. N. Potential of Crocus sativus (saffron) and its
constituent, crocin, as hypolipidemic and antioxidant in rats. Applied
biochemistry and biotechnology, 2010;162(2):358-372.
90. Salomo, H., Busman.,H, Apriliana,E. Pengaruh Pemberian Metformin dan
Ekstrak Daun Teh Hijau pada Penurunan Berat Badan Tikus Putih (Rattus
norvegicus). Galur Sprague Dawley dengan diet tinggi Lemak. Jurnal
Majority, 2018;7(2):65-7.
91. Roji, Dhia Nurman . Pengaruh Pemberian Isolat Katekin Gambir (Uncaria
gambir Roxb.) terhadap Kadar LDL Tikus Hiperglikemia yang Diinduksi
Aloksan. Diploma thesis, Universitas Andalas.2019.
92. Saklar S, Ertas E, Ozdemir IS, Karadeniz B. Effects of different brewing
conditions on catechin content and sensory acceptance in Turkish green tea
infusions. J Food Sci Technol. 2015;52(10):6639-6646.
93. Nurminabari IS. Pengaruh Perbandingan Serbuk Kayu Manis (Cinnamomum
burmannii) Dengan Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) Dan Konsentrasi
Gula Stevia (Stevia rebaudiana B.) Terhadap Karakteristik Teh Celup Daun
Mengkudu (Morinda citrifolia L.). Pas Food Technol J. 2019.
94. Subiyono, Martsiningsih MA, Gabriela DE. Gambaran kadar glukosa darah
metode GOD-PAP (Glucose Oxsidase – Peroxidase Aminoantypirin)
sampel serum dan plasma EDTA (Ethylen Diamin Terta Acetat). J Teknol
Lab. 2016.
95. Trinder P. Glucose GOD/PAP stable liquid reagent. J clin pathol. 2013.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 54


96. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia. Kode Etik Kedokteran
Indonesia. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. 2012.
97. Hendra Stevani, S.Si., M.Kes. A. Pratikum Farmakologi Komprehensif.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2016.
98. Sazwi, NN, Nalina T, Z H A. Rahim. Antioxidant and cytoprotective
activities of Piper betle, Areca catechu, Uncaria gambirand betel quid with
and without calcium hydroxide. Journal BioMed Central Complementary
and Alternative Medicine. 2013.13 (351):1-12.
99. Inami S,Takano M, Yamamoto M. Tea catechin consumption reduces
circulating oxidized low-density lipoprotein. International Heart
Journal.2007;48:725-32.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 55


Lampiran 1

TIME SCHEDULE SKRIPSI


PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS

TIME SCHEDULE SKRIPSI.

N Bulan
Kegiatan
o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
1 Pengesahan Judul
Pembuatan
2 Proposal
3 Ujian Proposal
Revisi Proposal
4 dan Penelitian
5 Ujian Skripsi
6 Revisi Skripsi
7 Publikasi

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 56


Lampiran 2

ANGGARAN BIAYA

N JUML HARGA BIAYA


O KEGIATAN AH SATUAN (Rp) (Rp)
1 Transportasi 220,000
2 Tikus Wistar dan Kandang 30 ekor 1,825,000
Isolat Katekin Gambir 1
3 Terstandarisasi Tabung 500,000 500,000
4 Margarin 7000 7000
5 Biaya Pemeliharaan Makanan 4232000
Alat dan Bahan Pengambilan
6 Spesimen 1630000
7 Jarum Sonde 10 buah 25000 250000
30
8 Pemeriksaan Kadar Glukosa Sampel 20000 600000
9 Pengurusan Skripsi 500000
Total Biaya 9,764,000

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 57


Lampiran 3

KADAR GLUKOSA DARAH SEBELUM PERLAKUAN (mg/dl)


No K- K+ P1 P2 P3
1 65 63 91 74 69
2 56 55 71 95 69
3 56 58 69 78 74
4 56 63 73 84 62
5 56 74 71 82 78
6 74 60 82 74 66
Rerata 60,50 62,17 76,17 81,17 69,67
SD 7,53 6,56 8,59 7,91 5,68

KADAR GLUKOSA DARAH SETELAH PERLAKUAN (mg/dl)


No K- K+ P1 P2 P3
1 110,7 165,9 114,9 112,3 104,1
2 108,3 156,1 118,2 115,3 118,4
3 72,5 133,5 130,6 121,5 99,4
4 85,7 124,6 115,7 119 100,7
5 117,5 117,7 135,7 107 111,8
6 101,5 122,9 133,2 120,9 109,8
Rerata 99,37 136,78 124,72 116 107,37
SD 17,03 19,68 9,46 5,63 7,29

Keterangan:
K (-): Kelompok tikus normal dengan diet standar.
K (+): Kelompok tikus dengan diet tinggi lemak tanpa isolat katekin.
P (1): Kelompok tikus dengan diet tinggi lemak dan pemberian isolat
katekin 10 mg/kgBB/hari.
P (2): Kelompok tikus dengan diet tinggi lemak dan pemberian isolat
katekin 20 mg/kgBB/hari.
P (3) : Kelompok tikus dengan diet tinggi lemak dan pemberian isolat
katekin 40 g/kgBB/hari.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 58


Lampiran 4

RERATA BERAT BADAN TIKUS


Kelompok Jumlah Sebelum Setelah P value
Perlakuan Perlakuan

K- 6 226,2 231,7

K+ 6 234,2 273

P1 6 237,2 292

P2 6 234,5 272,5

P3 6 232,3 281,3

Rerata 233,0 270,1 0,012

*perbedaan signifikan (p<0,05)

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 59


Lampiran 5

ANALISA STATISTIK
Case Processing Summary

Jenis Cases
Kelompok Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


Kontrol
6 100,0% 0 ,0% 6 100,0%
Negatif
Kontrol
6 100,0% 0 ,0% 6 100,0%
Positif
Perlakuan 1 6 100,0% 0 ,0% 6 100,0%
Perlakuan 2 6 100,0% 0 ,0% 6 100,0%
Perlakuan 3 6 100,0% 0 ,0% 6 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error


Kontrol Mean
99,367 6,9527
Negatif
95% Lower Bound
Confidence
81,494
Interval for
Mean
Upper Bound
117,239
5% Trimmed Mean 99,852
Median 104,900
Variance 290,043
Std. Deviation 17,0306
Minimum 72,5
Maximum 117,5
Range 45,0
Interquartile Range 30,0
Skewness -,838 ,845
Kurtosis -,534 1,741
Kontrol Mean
136,783 8,0354
Positif
95% Lower Bound
Confidence
116,128
Interval for
Mean
Upper Bound
157,439
5% Trimmed Mean 136,226
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 60
Median 129,050
Variance 387,410
Std. Deviation 19,6827
Minimum 117,7
Maximum 165,9
Range 48,2
Interquartile Range 37,0
Skewness ,803 ,845
Kurtosis -1,353 1,741
Perlakuan 1 Mean 124,717 3,8616
95% Lower Bound
Confidence
114,790
Interval for
Mean
Upper Bound
134,643
5% Trimmed Mean 124,652
Median 124,400
Variance 89,470
Std. Deviation 9,4588
Minimum 114,9
Maximum 135,7
Range 20,8
Interquartile Range 18,3
Skewness ,065 ,845
Kurtosis -2,872 1,741
Perlakuan 2 Mean 116,000 2,2981
95% Lower Bound
Confidence
110,093
Interval for
Mean
Upper Bound
121,907
5% Trimmed Mean 116,194
Median 117,150
Variance 31,688
Std. Deviation 5,6292
Minimum 107,0
Maximum 121,5
Range 14,5
Interquartile Range 10,1
Skewness -,789 ,845
Kurtosis -,449 1,741
Perlakuan 3 Mean 107,367 2,9771
95% Lower Bound
Confidence
99,714
Interval for
MeanUniversita s Andalas
Fakultas Kedo kteran 61
Upper Bound
115,020
5% Trimmed Mean 107,196
Median 106,950
Variance 53,179
Std. Deviation 7,2924
Minimum 99,4
Maximum 118,4
Range 19,0
Interquartile Range 13,1
Skewness ,470 ,845
Kurtosis -,963 1,741

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Kelompok Statist
ic df Sig. Statistic df Sig.
Kontrol
,217 6 ,200(*) ,921 6 ,514
Negatif
Kontrol
,233 6 ,200(*) ,872 6 ,234
Positif
Perlakuan 1 ,255 6 ,200(*) ,840 6 ,129
Perlakuan 2 ,203 6 ,200(*) ,919 6 ,495
Perlakuan 3 ,173 6 ,200(*) ,943 6 ,684
* This is a lower bound of the true significance.
a Lilliefors Significance Correction

Test of Homogeneity of Variances

Rerata Kadar Glukosa Darah


Levene
Statistic df1 df2 Sig.
4,427 4 25 ,008

KRUSKAL WALLIS

Gula
Darah
Chi-
18,417
Square
Df 4
Asymp.
,001
Sig.
a Kruskal Wallis Test
b Grouping Variable: Kelompok
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 62
Mann-Whitney Test
Ranks

Mean Sum of
Kelompok N Rank Ranks
KN Kontrol
6 3,50 21,00
Negatif
Kontrol
6 9,50 57,00
Positif
Total 12

Test Statistics(b)

KN
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 21,000
Z -2,882
Asymp. Sig. (2-
,004
tailed)
Exact Sig. [2*(1-
,002(a)
tailed Sig.)]
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: Kelompok

Mann-Whitney Test
Ranks

Mean Sum of
Kelompok N Rank Ranks
KN Kontrol
6 3,83 23,00
Negatif
Perlakuan 1 6 9,17 55,00
Total 12

Test Statistics(b)

KN
Mann-Whitney U 2,000
Wilcoxon W 23,000
Z -2,562
Asymp. Sig. (2-
,010
tailed)
Exact Sig. [2*(1-
,009(a)
tailed Sig.)]
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: Kelompok
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 63
Mann-Whitney Test
Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks


KN Kontrol Negatif 6 4,33 26,00
Perlakuan 2 6 8,67 52,00
Total 12

Test Statistics(b)

KN
Mann-Whitney U 5,000
Wilcoxon W 26,000
Z -2,082
Asymp. Sig. (2-
,037
tailed)
Exact Sig. [2*(1-
,041(a)
tailed Sig.)]
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: Kelompok

Mann-Whitney Test
Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks


KN Kontrol Negatif 6 5,83 35,00
Perlakuan 3 6 7,17 43,00
Total 12

Test Statistics(b)

KN
Mann-Whitney U 14,000
Wilcoxon W 35,000
Z -,641
Asymp. Sig. (2-
,522
tailed)
Exact Sig. [2*(1-
,589(a)
tailed Sig.)]
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: Kelompok

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 64


Mann-Whitney Test
Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks


KP Kontrol Positif 6 7,67 46,00
Perlakuan 1 6 5,33 32,00
Total 12

Test Statistics(b)

KP
Mann-Whitney U 11,000
Wilcoxon W 32,000
Z -1,121
Asymp. Sig. (2-
,262
tailed)
Exact Sig. [2*(1-
,310(a)
tailed Sig.)]
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: Kelompok

Mann-Whitney Test
Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks


KP Kontrol Positif 6 9,00 54,00
Perlakuan 2 6 4,00 24,00
Total 12

Test Statistics(b)

KP
Mann-Whitney U 3,000
Wilcoxon W 24,000
Z -2,402
Asymp. Sig. (2-
,016
tailed)
Exact Sig. [2*(1-
,015(a)
tailed Sig.)]

a Not corrected for ties.


b Grouping Variable: Kelompok

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 65


Mann-Whitney Test
Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks


KP Kontrol Positif 6 9,33 56,00
Perlakuan 3 6 3,67 22,00
Total 12

Test Statistics(b)

KP
Mann-Whitney U 1,000
Wilcoxon W 22,000
Z -2,722
Asymp. Sig. (2-
,006
tailed)
Exact Sig. [2*(1-
,004(a)
tailed Sig.)]
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: Kelompok

Mann-Whitney Test
Ranks

Mean Sum of
Kelompok N Rank Ranks
P1 Perlakuan 1 6 7,83 47,00
Perlakuan 2 6 5,17 31,00
Total 12

Test Statistics(b)

P1
Mann-Whitney U 10,000
Wilcoxon W 31,000
Z -1,281
Asymp. Sig. (2-
,200
tailed)
Exact Sig. [2*(1-
,240(a)
tailed Sig.)]
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: Kelompo

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 66


Mann-Whitney Test
Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks


P1 Perlakuan 1 6 9,00 54,00
Perlakuan 2 6 4,00 24,00
Total 12

Test Statistics(b)

P1
Mann-Whitney U 3,000
Wilcoxon W 24,000
Z -2,402
Asymp. Sig. (2-
,016
tailed)
Exact Sig. [2*(1-
,015(a)
tailed Sig.)]
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: Kelompok

Mann-Whitney Test
Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks


P2 Perlakuan 2 6 8,67 52,00
Perlakuan 3 6 4,33 26,00
Total 12

Test Statistics(b)

P1
Mann-Whitney U 5,000
Wilcoxon W 26,000
Z -2,082
Asymp. Sig. (2-
,037
tailed)
Exact Sig. [2*(1-
,041(a)
tailed Sig.)]
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: Kelompok

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 67


Lampiran 6

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 68


Lampiran 7

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 69


Lampiran 8

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 70


Lampiran 9

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 71


Lampiran 10

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 72


Lampiran 11

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 73


Lampiran 12

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 74


Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 75
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 76
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 77

Anda mungkin juga menyukai