Anda di halaman 1dari 68

FAKTOR RISIKO MORTALITAS PASIEN GERIATRI YANG DIRAWAT

DI ICU RSUP SARDJITO YOGYAKARTA

Tesis
Program Pendidikan Dokter Spesialis I
Bidang Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif

Diajukan oleh :
MAIJONI HENDRA
18/437797/PKU/17760

DEPARTEMEN ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF


FAKULTAS KEDOKTERAN KESEHATAN MASYARAKAT KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang
merupakan salah satu syarat akademis dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis I
Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan
Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada / RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Dr. Med. dr. Untung Widodo, SpAn, KIC dan dr. Akhmad Yun Jufan, M.Sc, Sp.An,
KIC sebagai pembimbing materi dan metodologi yang telah memberikan bimbingan
dan motivasi dalam penyusunan penelitian penulis.
2. Dr. dr. Djayanti Sari, Sp.An, M.Kes, KAP, sebagai Ketua Program Studi Anestesi dan
Terapi Intensif FKKMK UGM/RSUP Dr. Sardjito dan penguji serta pembimbing
akademik yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama
masa pendidikan dalam bidang akademik.
3. Dr. dr. Sudadi, Sp.An, KNA, KAR, sebagai penguji yang telah banyak memberikan
masukan dan saran untuk tesis ini.
4. dr. Yunita Widyastuti, M.Kes, Sp.An, KAP, Ph.D sebagai Kepala Departemen
Anestesiologi dan Terapi Intensif FKKMK UGM / RSUP Dr. Sardjito.
5. Seluruh Staf Pengajar, Staf Administrasi, Penata dan Perawat Departemen
Anestesiologi dan Terapi Intensif FKKMK UGM / RSUP Dr. Sardjito.
6. Dekan Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK)
Universitas Gadjah Mada beserta staf yang telah memberikan fasilitas selama
pendidikan.
7. Direktur RSUP Dr. Sardjito beserta staf yang telah memberikan tempat dan fasilitas
pendidikan dan penelitian.
8. Ayahanda Herman dan almh. Asmiana beserta keluarga besar yang selalu
memberikan dukungan dan motivasi selama ini.
9. Risma, istri beserta anak-anakku Syafiqah Adzdzikra Rishendra Putri dan Lutfi
Alhafizy Rishendra Putra yang selama ini telah berkorban dari jauh memberikan doa
dan dukungan serta semangat, mendampingi penulis dalam menyelesaikan
pendidikan spesialis ini.
10. Seluruh rekan residen Anestesiologi dan Terapi Intensif FKKMK UGM / RSUP Dr.
Sardjito untuk bantuan dan kerja samanya.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, karena itu saran
dan kritik dari semua pihak untuk perbaikan sangat penulis harapkan. Penulis berharap
semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua.

Yogyakarta, 10 Agustus 2022

Maijoni Hendra
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERNYATAAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR SINGKATAN x
DAFTAR LAMPIRAN xii
INTISARI xiii
ABSTRACT xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
1. Latar Belakang ................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah .............................................................................. 3
3. Pertanyaan Penelitian ........................................................................ 3
4. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
5. Manfaat Penelitian ............................................................................. 3
6. Keaslian Penelitian ............................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
1. Geriatri ............................................................................................... 5
1.1 Epidemiologi .............................................................................. 5
1.2 Perubahan Fisiologis Pada Geriatri ............................................ 5
2. Mortalitas dan Pelayanan Terapi Intensif Geriatri ............................. 9
3. Identifikasi Faktor Risiko Mortalitas Geriatri di ICU ....................... 12
4. Kerangka Teori ................................................................................... 15
5. Kerangka Konsep ............................................................................... 16
6. Hipotesis ............................................................................................ 16
BAB III METODE PENELITIAN 17
1. Rancangan Penelitian ........................................................................ 17
2. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 17
3. Kriteria Subjek Penelitian .................................................................. 17
4. Identifikasi dan Pengukuran Variabel ............................................... 18
5. Definisi Operasional Penelitian ......................................................... 18
6. Prosedur Penelitian ............................................................................ 20
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 22
1. Analisa Hasil ..................................................................................... 22
2. Pembahasan ....................................................................................... 32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 39
1. Kesimpulan ....................................................................................... 39
2. Saran ................................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka teori 15


Gambar 2. Kerangka konsep penelitian 16
Gambar 3. Alur Penelitian 20
Gambar 4. Sampel Penelitian 22
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penelitian yang serupa mengenai mortalitas pasien di ICU 4


Tabel 2. Perubahan sistem saraf pusat pada geriatri 6
Table 3. Perubahan kardiovaskuler pada geriatri 6
Tabel 4. Perubahan respirasi pada geriatri 7
Table 5. Perubahan renal pada geriatri 8
Tabel 6. Karakteristik sampel penelitian 24
Table 7. Uji bivariat faktor risiko kematian geriatri di ICU 29
Tabel 8. Uji regresi logistik faktor risiko mortalitas geriatri di ICU 31
DAFTAR SINGKATAN

ACS Acute Coronary Syndrome


AKI Acute Kidney Injury
APACHE Acute Physiology And Chronic Health Evaluation
BMI Body Mass Index
CCI Chronic Critical Illness
CKD Chronic Kidney Disease
CKMB Creatinine Kinase Myocardial Band
CNS Central Nervous System
CPB Cardiopulmonary Bypass
CRP C Reactive Protein
CSOFA Customized Sequential Organ Failure Assessment
Diklat Pendidikan dan Pelatihan
Dr Dokter
EKG Elektro Kardiografi
GCS Glasgow Coma Scale
GFR Glomerular Filtration Rate
HHS Hyperosmolar Hyperglicemic State
ICU Intensive Care Unit
IMT Indeks Massa Tubuh
IPPV Intermitent Positive Pressure Ventilation
KAD Keto Asidosis Diabetikum
MDR Multi Drugs Resistant
MSOFA Modified Sequential Organ Failure Assesment
NYHA New York Heart Association
PICS Persistent Inflammatory Immunosuppressed Catabolic Syndrome
PMV Prolonged Mechanical Ventilation
qSOFA quick Sequential Organ Failure Assesment
ROSC Return of Spontaneus Circulation
RRT Renal Replacement Therapy
RSUP Rumah Sakit Umum Pusat
SAPS Simplified Acute Physiology Score
SOFA Sequential Organ Failure Assesment
SPSS Statistical Product and Service Solutions
STEMI ST Elevated Myocard Ischemia
TBW Total Body Water
UOP Urine Output
US United State
UU Undang-Undang
VDRL Venereal Disease Research Labarotory
WHO World Health Organization
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Pengambilan Data Penelitian


Lampiran 2. Ethical Clearance
Lampiran 3. Izin Penelitian dari Diklit RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
INTISARI

Latar Belakang : Pasien geriatri semakin banyak yang membutuhkan pelayanan terapi
intensif. Pada perawatan intensif pasien geriatri akan menunjukkan sindrom geriatri
seperti delirium, gangguan sensoris dan frailty yang erat kaitannya dengan morbiditas dan
mortalitas. Sampai saat ini di Indonesia belum ada penelitian khusus yang meneliti
tentang risiko mortalitas pasien geriatri yang dirawat di ICU.

Tujuan : Mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap mortalitas


pasien geriatri di ICU, sebagai bahan acuan dalam tatalaksana pasien geriatri di ICU.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional kohort retrospektif. Sampel


penelitian sebanyak 162 pasien yang dirawat di ICU RSUP Dr. Sardjito dalam kurun
waktu 1 Januari 2020 hingga 31 Desember 2020. Faktor risiko yang telah diidentifikasi
tersebut kemudian dianalisis dan diuji dengan uji student’s t-test untuk data numerik dan
chi square test untuk data kategorikal. Hasil analisis dengan p<0.25 selanjutnya dilakukan
uji regresi logistik. Variabel dengan nilai p<0.05 pada analisis multivariat dianggap
bermakna. Data dianalisis secara statistik dengan aplikasi SPSS 25.0.

Hasil: Faktor yang teridentifikasi sebagai faktor risiko mortalitas pasien geriatri di ICU
RSUP Dr. Sardjito adalah komorbid ginjal berupa acute kidney injury dan chronic kidney
disease (p=0.019, OR 0.364), penggunaan obat inotropik vasopresor yaitu dopamin,
dobutamin, norepinefrin, epinefrin, vasopresin baik salah satu ataupun kombinasi
(p=0.003, OR 0.277) dan mendapat bantuan ventilasi mekanis (p=0.004, OR 0.890)
merupakan variabel yang memiliki pengaruh paling signifikan secara simultan terhadap
mortalitas pasien geriatri di ICU.

Kesimpulan: Pasien geriatri yang memiliki komorbid ginjal, ventilasi mekanis invasif
dan penggunaan obat-obat inotropik vasopresor merupakan faktor risiko mortalitas pasien
geriatri di ICU RSUP Dr. Sardjito.

Kata kunci : geriatri, ICU, mortalitas, faktor risiko


ABSTRACT

Background : More geriatric patients require intensive therapy services. In intensive


care, geriatric patients generally will show geriatric syndromes such as delirium, sensory
disturbances and frailty, closely related to patient morbidity and mortality. However, until
now in Indonesia there has been no specific study that examines the risk of mortality in
geriatric patients treated in the ICU.

Objective : To identify the risk factors that influence the mortality of geriatric patients in
the ICU which can be used as reference material in the management of geriatric patients
in the ICU.

Methods : This study was a retrospective cohort observational study. The study sample
consisted of 162 patients who were treated in the ICU of Dr. Sardjito Hospital in the
period January 1, 2020 to December 31, 2020. The identified risk factors were then
analyzed and tested with the student's t-test for numerical data and the chi square test for
categorical data. The results of the analysis with p<0.25 were then carried out with a
logistic regression test. Variables with p<0.05 in multivariate analysis were considered
significant. The data were analyzed statistically with the SPSS 25.0 application.

Results : Factors identified as risk factors for mortality in geriatric patients in the ICU
Dr. Sardjito Hospital are kidney comorbidities either acute kidney injury and chronic
kidney disease (p=0.019, OR 0.364), used of vasopressor inotropic drugs, namely
dopamine, dobutamine, norepinephrine, epinephrine, vasopressin either one or a
combination (p=0.003, OR 0.277) and received mechanical ventilation assistance
(p=0.004, OR 0.890) considered the most significant effect on the mortality of geriatric
patients in the ICU.

Conclusion : Geriatric patients who have renal comorbidities, either acute kidney injury
or chronic kidney disease, prolonged invasive mechanical ventilation and used of
vasopressor inotropic drugs are risk factors for mortality in geriatric patients in the ICU
Dr.Sardjito Hospital.

Keywords : geriatrics, ICU, mortality, risk factors


BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Peningkatan perekonomian yang terjadi beberapa dekade terakhir menyebabkan
pergeseran angka kelahiran dan kematian. Proporsi masyarakat yang berusia lanjut
(geriatri) semakin bertambah disertai penurunan angka kelahiran dan usia muda. Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia menyebutkan geriatri
adalah seseorang dengan usia 60 tahun ke atas (UU Nomor 13 tahun 1998). Menurut
WHO, pada tahun 2013 angka harapan hidup masyarakat global adalah 71 tahun. Di
sebagian negara maju menetapkan geriatri dengan batasan usia 65 tahun, namun hal ini
tidak berlaku di sebagian besar negara berkembang dimana angka harapan hidup lebih
rendah (Oliviera and Maerz, 2018).
Secara global populasi geriatri selama dua abad terakhir telah mengalami
perubahan yang dramatis sebagai konsekuensi transisi demografis. Perubahan ini terjadi
sebagai akibat dari pergeseran tingginya tingkat kelahiran dan kematian ke arah
rendahnya angka kelahiran dan kematian. Peningkatan angka harapan hidup penduduk
kelompok yang berusia lebih dari 60 tahun memiliki tingkat pertumbuhan tahunan
terbesar di tingkat global (3,2 persen per tahun), hampir tiga kali lipat dari populasi secara
keseluruhan. Pada 2015, Perserikatan Bangsa-Bangsa melaporkan secara global
penduduk yang berusia lebih dari 60 tahun mencakup hampir 12 persen dari populasi
dunia. Diperkirakan pada tahun 2050, jumlah geriatri di dunia akan lebih besar dari
jumlah individu muda (Oliviera and Maerz, 2018).
Seiring dengan bertambahnya populasi geriatri dan angka harapan hidup yang
semakin meningkat, proporsi geriatri yang mendapatkan layanan terapi intensif juga
meningkat (Poulakou et.al., 2019; Guidet et.al., 2018). Peningkatan kebutuhan layanan
perawatan intensif untuk pasien geriatri juga disertai dengan penggunaan sumber daya
yang sangat tinggi. Studi di Kanada menunjukkan rata-rata biaya perawatan ICU pada
pasien 80 tahun atau lebih dapat mencapai $31.679 (Guidet et.al., 2018). Dalam sebuah
penelitian di rumah sakit Bandung, rata-rata biaya yang dihabiskan satu pasien sekitar
Rp13,8 juta. Biaya ini akan meningkat seiring bertambahnya hari rawatan, terapi suportif
dan penggunaan antibiotik yang mahal. Sayangnya biaya yang besar tidak selalu diiringi
dengan outcome yang memuaskan (Vera et.al., 2011; Chin-Yee et.al., 2017).
Secara fisiologis, setiap organ tubuh akan mengalami perubahan seiring
bertambahnya usia baik struktural, fungsional, maupun molekuler (Alvis and Hughes,
2015). Penyakit penyerta dan jumlah komorbid juga meningkat. Komorbid yang paling
umum ditemukan pada geriatri antara lain hipertensi, diabetes, penyakit paru obstruktif
kronik, gagal jantung, kanker dan gangguan kognitif. Komorbiditas ini sangat terkait
dengan meningkatnya jumlah kematian geriatri terutama di ICU (Guidet et.al., 2018).
Perubahan fisiologis dan adanya komorbid tersebut akan menimbulkan kondisi fisiologis
kompleks dan perlu menjadi pertimbangan dalam perawatan pasien geriatri pada
perawatan intensif (Alvis and Hughes, 2015).
Pada perawatan intensif, pasien geriatri cenderung lebih kompleks dibanding pasien
usia muda. Terlebih lagi 10-50% pasien yang dirawat di ICU merupakan pasien geriatri
meskipun dalam rentang usia yang sama hanya 12% dari keseluruhan populasi (Oliviera
and Maerz, 2018). Sayangnya disiplin ilmu mengenai geriatri dan perawatan intensif
belum ada sehingga perawatan geriatri di ICU sering disamakan dengan perawatan kritis
pasien lain pada umumnya. Meskipun para ahli intensif mungkin secara intuitif
menyesuaikan praktik klinis perawatan geriatri untuk mengatasi kompleksitas ini
(Brummell and Ferrante, 2018).
Penelitian yang dilakukan Belayachi et.al., terhadap 179 pasien geriatri di ICU
tahun 2012, menyebutkan kematian pasien geriatri di ICU sebesar 40,7% terutama
dipengaruhi oleh tingkat keparahan dari penyakit, syok dan pneumonia (Belayachi et.al.,
2012). Penelitian yang dilakukan oleh El Said tahun 2013 menyimpulkan bahwa tingkat
kematian pada pasien geriatri yang dirawat di ICU sebesar 43,6% (El Said, 2013).
Penelitian lain menyebutkan kematian pada pasien geriatri di ICU mencapai 48%,
terutama disebabkan oleh malnutrisi dan kurangnya kemandirian secara fungsional
(Giannasi et.al., 2018).
Disiplin ilmu lain telah mengembangkan ilmu khusus geriatri dan telah dapat
menurunkan mortalitas, komplikasi dan lama rawat inap pasien (Brummell and Ferrante,
2018; Setiati, 2013; Dodson et.al., 2017). Pada umumnya penelitian yang sudah ada
tentang perawatan dan risiko mortalitas pasien geriatri di ICU menggunakan skoring
APACHE III, SOFA, SAPS III. Perbandingan validitas sistem penilaian ini sebagai
prediktor mortalitas pasien yang dirawat di ICU sudah pernah diteliti dan menunjukkan
CSOFA atau MSOFA memiliki kemampuan yang paling baik sebagai prediktor
mortalitas dan lebih cost effective dan efisien bila dibanding dengan APACHE II dan
SOFA (Andrias et.al., 2017).
Namun demikian, sampai saat ini di Indonesia belum ada penelitian khusus yang
meneliti tentang risiko mortalitas pasien geriatri yang dirawat di ICU. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui faktor risiko mortalitas pada pasien geriatri di layanan terapi
intensif atau ICU.

2. Rumusan Masalah
Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi mortalitas pasien geriatri di ICU RSUP
Dr Sardjito Yogyakarta belum teridentifikasi.

3. Pertanyaan Penelitian
Faktor-faktor risiko apa saja yang mempengaruhi mortalitas pasien geriatri di ICU
RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.

4. Tujuan Penelitian
Mengetahui faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap mortalitas pasien
geriatri di ICU RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.

5. Manfaat Penelitian
a. Manfaat bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menghasilkan suatu data yang dapat menggambarkan
karakteristik dan faktor risiko yang berpengaruh terhadap mortalitas pasien geriatri yang
digunakan sebagai bahan acuan dalam tatalaksana pasien geriatri di ICU.
b. Manfaat bagi Institusi
Penelitian ini bermanfaat bagi institusi dalam upaya peningkatan luaran pasien
geriatri yang menjalani perawatan di ICU.
6. Keaslian Penelitian
Di RSUP Sardjito belum pernah dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor risiko
mortalitas pasien geriatri di ICU.

Tabel 1. Penelitian yang serupa mengenai mortalitas pasien di ICU

Desain
No Peneliti Tahun Sampel Hasil
Penelitian

1. Grissom 2010 1770 Penelitian MSOFA sebagai prediktor


et.al sampel retrospektif mortalitas sama kuatnya
dengan SOFA dan lebih
mudah digunakan
2. Belayachi 2012 179 Penelitian Kematian pasien geriatri di
et.al pasien retrospektif ICU terutama dipengaruhi
usia ≥65 oleh tingkat keparahan dari
tahun penyakit, syok dan pneumonia
2. El Said 2013 202 Cross Kejadian mortalitas pasien di
pasien sectional ICU lebih tinggi pada pasien
usia >60 study dengan rawatan yang lama
dan hyponatremia
3. Giannasi 2018 249 Penelitian Berkurangnya kemandirian
et.al pasien prospektif dan malnutrisi merupakan
usia >65 faktor yang kuat terhadap
tahun mortalitas geriatri di ICU
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Geriatri
1.1 Epidemiologi
Beberapa dekade terakhir, angka harapan hidup secara global terus mengalami
peningkatan. Pada 2015, Perserikatan Bangsa-Bangsa melaporkan secara global
penduduk yang berusia lebih dari 60 tahun mencakup hampir 12 persen dari populasi
dunia. Diperkirakan pada tahun 2050, jumlah geriatri di dunia akan lebih besar dari
jumlah individu muda (Oliviera and Maerz, 2018). Di Inggris diperkirakan populasi usia
di atas 65 tahun akan meningkat menjadi 24,7% di tahun 2046 (Chan et.al., 2019). Di
Singapura juga terjadi peningkatan lebih dari 100% untuk pasien berusia di atas 85 tahun
(Lee et.al., 2020). Di Indonesia sendiri terjadi pergeseran dimana angka harapan hidup
meningkat menjadi 73,6 tahun, dengan jumlah 36 juta penduduk pada tahun 2025. Jumlah
ini mengalami peningkatan dua kali lipat dibandingkan periode yang sama pada tahun
2010 (Setiati, 2013).
Di Amerika Serikat penduduk berusia di atas 65 tahun memiliki tingkat
pertumbuhan hampir enam kali lipat lebih tinggi dibanding usia lebih muda. Lebih dari
setengah pasien yang diadmisikan ke ICU merupakan kelompok usia ini. Peningkatan
jumlah admisi pasien geriatri di ICU juga terlihat di negara lain yaitu lebih dari 10%-20%
untuk admisi ICU (Brummel and Ferrante, 2018; Poulakou et.al., 2019). Meski telah
banyak kemajuan dalam bidang perawatan medis dan bedah, angka kematian untuk
pasien geriatri yang dirawat di ICU masih sangat tinggi (Oliviera and Maerz, 2018).

1.2 Perubahan fisiologis pada geriatri


Perubahan sistem saraf pusat
Perubahan neurofisiologis pada geriatri di antaranya pengurangan volume otak,
penurunan neurotransmiter, pengurangan plastisitas sinaptik, peningkatan permeabilitas
sawar darah otak dan penurunan aliran darah mikrovaskuler. Hal-hal ini akan
berpengaruh terhadap atrofi otak akibat dari kematian sel saraf yang dimulai setelah usia
40 tahun dan mempengaruhi korteks prefrontal, hipokampus dan otak kecil. Perubahan
fisiologis pada sistem saraf pusat geriatri bermanifestasi sebagai perubahan kognisi,
termasuk penurunan memori, lebih rentan terhadap gangguan neurologis akut yang
menyebabkan perubahan patologis lebih lanjut seperti ketidakseimbangan
neurotransmiter, cedera saraf, neurodegenerasi. Disfungsi otak akut atau delirium atau
kondisi koma telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian setelah beberapa hari
admisi ICU atau setelah sedasi dihentikan selain peningkatan lama perawatan, biaya
perawatan yang lebih tinggi, dan readmisi (McGrane et.al., 2018).

Tabel 2. Perubahan sistem saraf pusat pada geriatri (Alvis and Hughes, 2015)
Penurunan volume otak Peningkatan permeabilitas blood brain barrier
Penurunan level dopamin Peningkatan ketebalan dinding arteri
Penurunan cerebral metabolic rate Peningkatan aktifitas monoamine oxidase

Perubahan kardiovaskuler
Perubahan primer pada fungsi jantung terjadi seiring dengan bertambahnya usia.
Perubahan morfologi termasuk penurunan jumlah miosit, peningkatan rasio kolagen-
elastin, penebalan dinding ventrikel kiri, dan penurunan kepadatan serat konduksi dan
jumlah sinus sel simpul. Aktivitas dan reseptor adrenergik juga berubah seiring
bertambahnya usia. Perubahan ini akan mempengaruhi fungsi jantung, menyebabkan
penurunan kontraktilitas, peningkatan kekakuan miokard, peningkatan tekanan pengisian
ventrikel, dan penurunan sensitivitas adrenergik yang akan bermanifestasi pada penyakit
jantung iskemik, gagal jantung, atrium fibrilasi, hipertensi, penyakit katup jantung,
hipertensi pulmonal, dan penyakit pembuluh darah perifer seperti stroke atau iskemik
pada ekstremitas (Pauldine, 2018).

Tabel 3. Perubahan kardiovaskuler pada geriatri (Alvis and Hughes, 2015)


Perubahan pada jantung Perubahan pada pembuluh darah
Berat jantung meningkat Ketebalan dinding arteri bertambah
Jumlah cardiomyocyte menurun Jumlah elastin menurun
Ikatan silang kolagen meningkat Pemecahan elastin meningkat
Early diastolic filling menurun Distensibilitas arteri menurun
End diastolic filling meningkat Kecepatan aliran nadi meningkat
Respon chronotropic β-agonis menurun Resistensi perifer meningkat
Respon inotropic β-agonis menurun Fungsi endotel menurun
Perubahan respirasi
Penyakit pernapasan pada pasien geriatri merupakan penyebab paling banyak yang
menyebabkan admisi ke perawatan intensif unit (ICU). Insiden gagal napas akut
meningkat secara dramatis dengan bertambahnya usia. Seiring dengan pertambahan usia,
terjadi perubahan pola pernapasan yang ditandai dengan penurunan kekuatan otot-otot
pernapasan, penurunan elastisitas paru, dan penurunan komplians dinding dada.
Cadangan ventilasi menurun secara substansial sebagai akibat dari beberapa faktor yang
saling terkait secara fisiologis antara lain osteoporosis, kyphosis, dan penurunan mobilitas
sendi (misalnya, artikulasi iga). Akibatnya perubahan ini akan menyebabkan penurunan
volume dan compliance paru (Siner and Pisani, 2018).
Kondisi penyakit pernapasan pada geriatri juga akan menyebabkan peningkatan
dari lamanya penggunaan ventilator mekanik yang berakibat pada tingginya angka
kematian dan lama perawatan di ICU. Di Amerika Serikat, dari 300.000 pasien
menggunakan ventilator mekanik dengan rerata pemakaian yaitu 4 hari dan hanya 3-7%
pasien yang bertahan hidup. Hal ini juga berlaku pada geriatri dimana sering terjadi
reintubasi dan gagal ekstubasi karena sekret yang berlebihan yang selanjutnya akan
berakibat pada prolonged mechanical ventilation (PMV) (Siner and Pisani, 2018).

Tabel 4. Perubahan respirasi pada geriatri (Siner and Pisani, 2018; Alvis and Hughes,
2015)
Penurunan kapasitas vital
Penurunan volume ekspirasi paksa dalam 1 detik
Peningkatan kapasitas residu fungsional
Peningkatan volume residu
Penurunan elastisitas paru-paru
Penurunan tekanan parsial oksigen arteri
Peningkatan gradien O2 arterial-alveolar
Peningkatan kekakuan dinding dada, kyphoscoliosis
Penurunan kekuatan otot pernafasan
Penurunan sensitivitas pusat pernapasan terhadap hipoksia dan hiperkarbia
Perubahan sistem renal
Perubahan sistem renal terkait usia akan bermanifestasi pada nefron baik secara
struktural ataupun fungsional. Secara fungsional, pembuluh darah ginjal akan
menunjukkan penurunan kapasitas sel endotel terhadap produksi oksida nitrat, serta
peningkatan sensitivitas terhadap endotelin-1 dan angiotensin II. Akibatnya akan terjadi
peningkatan tekanan darah sistolik disertai dengan pelebaran tekanan nadi. Secara
struktural penuaan mengakibatkan berkurangnya massa ginjal setelah dekade keempat.
Pada usia 80 tahun, massa rata-rata ginjal kurang dari 300 gram (Geller and Crowley,
2018).

Tabel 5. Perubahan renal pada geriatri (Alvis and Hughes, 2015)


Penurunan jumlah nefron Sekresi tubuler menurun
Laju GFR menurun Kemampuan menahan natrium menurun
Penurunan aliran darah ke ginjal Penurunan jumlah TBW
Kemampuan memekatkan urin menurun Persepsi terhadap rasa haus menurun

Perubahan metabolisme dan kebutuhan nutrisi


Gangguan nutrisi dan metabolisme sering terjadi pada pasien geriatri di ruang
perawatan intensif (ICU) dan penting untuk dikenali karena banyaknya komplikasi yang
timbul baik pada saat masuk maupun selama rawat inap. Penurunan asupan nutrisi seiring
bertambahnya usia dikaitkan dengan berkurangnya rasa lapar dan rasa kenyang lebih
awal, serta penurunan indra penciuman dan rasa. Konsekuensinya terjadi peningkatan
keterbatasan fungsional yang menjadi predisposisi terhadap peningkatan risiko
morbiditas geriatri. Sindrom malnutrisi merupakan faktor risiko utama untuk sindrom
katabolik immunosupresi inflamasi persisten (PICS), yang sebagian besar terkait dengan
geriatri dan memiliki angka kematian yang tinggi disamping juga frailty (Torres et.al.,
2018).

Perubahan sistem muskuloskeletal


Perubahan fisiologis dan anatomis terjadi pada geriatri berpengaruh terhadap pola
cedera dan kemampuan tubuh untuk pulih dari trauma besar. Kelemahan yang berkorelasi
longgar dengan usia terbukti sebagai prediktor utama terhadap outcome pasca trauma.
Fungsi neurologis juga menurun seiring bertambahnya usia, menyebabkan
ketidakstabilan gaya berjalan dan insiden jatuh pada pasien geriatri. Perubahan kognitif,
penglihatan, refleks, kekuatan otot, dan proprioseptif juga berkontribusi terhadap
kejadian cedera (Lui and Davis, 2018).

Perubahan sistem hematologi dan tranfusi darah


Penuaan dikaitkan dengan perubahan pada seluleritas sumsum tulang yang ditandai
dengan pengurangan bertahap pada populasi sel hematopoietik. Akibatnya, frekuensi
gangguan hematologi yaitu anemia meningkat seiring bertambahnya usia, sementara
kapasitas sumsum tulang untuk merespon tekanan hematologis dengan meningkatkan
produksi sel darah merah (eritrosit) sebagai respon terhadap perdarahan akan menurun.
Konsekuensi klinis perubahan ini akan muncul peningkatan infeksi dan komplikasinya
dapat berupa sepsis. Sepsis pada geriatri akan berakibat hasil perawatan yang lebih buruk
termasuk risiko kematian yang lebih tinggi. Transfusi telah diteliti pada pasien ICU dan
berpengaruh terhadap penurunan risiko kematian dalam waktu 30 hari pada pasien yang
memiliki kadar hemoglobin lebih rendah saat masuk ICU. Sebaliknya beberapa penelitian
lain menyebutkan pasien yang mendapatkan tranfusi darah mengalami risiko infeksi yang
lebih tinggi dan hari rawatan yang lebih lama (Shander et.al., 2018).

Perubahan sistem imun


Proses penuaan disertai dengan penurunan berbagai aktivitas fisiologis, tidak
terkecuali dengan sistem imun. Pada pasien geriatri, infeksi merupakan sumber utama
morbiditas dan mortalitas. Pada geriatri, kemampuan untuk merespons terhadap
organisme yang sebelumnya dihadapi tetap utuh, sedangkan aktivasi sistem kekebalan
ketika dihadapkan dengan patogen baru berkurang dari waktu ke waktu. Penurunan
respons sistem imun juga berimplikasi terhadap vaksinasi dengan cara pemberian dosis
yang lebih tinggi, penggunaan booster rutin, optimalisasi adjuvant vaksin, dan mengubah
rute pemberian vaksin (Bryan and Sarwari, 2018).
2. Mortalitas Dan Pelayanan Terapi Intensif Pada Pasien Geriatri
Jumlah geriatri yang membutuhkan perawatan ICU semakin meningkat dari waktu
ke waktu. Tidak hanya membutuhkan biaya yang besar tetapi juga membutuhkan sumber
daya yang signifikan (Poulakou et.al., 2019).
Pada pasien geriatri, komorbiditas merupakan hal yang lazim dijumpai. Jumlah
komorbiditas atau penyakit penyerta pada geriatri berkisar antara 2,6 ± 2,2 pada pasien
berusia 65-84 tahun dan 3,6 ± 2,3 pada pasien 85 tahun atau lebih. Penyakit penyerta yang
paling umum adalah hipertensi, diabetes, penyakit paru obstruktif kronik, gagal jantung,
keganasan dan gangguan kognitif. Komorbiditas ini sangat terkait dengan meningkatnya
jumlah kematian geriatri terutama di ICU (Guidet et.al., 2018).
Selain itu perubahan-perubahan yang terjadi secara fisiologis pada geriatri juga
memegang peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi mortalitas ini. Pada pasien
geriatri yang dirawat di ICU, komorbid ini merupakan faktor utama kejadian sepsis di
ICU. Sebuah studi melaporkan insiden sepsis di ICU dikaitkan dengan riwayat dasar
penyakit paru-paru kronis, penyakit arteri perifer, penyakit ginjal kronis, infark miokard,
diabetes melitus, stroke, trombosis vena dalam, penyakit arteri koroner, hipertensi,
fibrilasi atrium dan dislipidemia (Guidet et.al., 2018; Poulakou et.al., 2019).
Penelitian lain di Australia yang melibatkan 4.137 pasien berusia di atas 80 tahun
yang dirawat di ICU menyebutkan beberapa komorbid yang paling umum ditemui adalah
penyakit kardiovaskular kronis (9,5%), diikuti oleh penyakit pernapasan kronis (7,3%)
dan diabetes mellitus tipe I (4,8%) (Poulakou et.al., 2019).
Manajemen pasien geriatri yang dirawat di ICU dengan lebih dari satu komorbid
sangat sulit. Dalam sebuah laporan meta analisis dari berbagai strategi intervensi dalam
perawatan primer hanya menemukan perbedaan kecil dalam hasil klinis. Banyaknya
komorbid dan polifarmasi sering dikaitkan dengan perubahan yang terjadi pada presentasi
klinis pasien kritis (Beil et.al., 2021).
Polifarmasi dan medikasi tidak tepat pada pasien geriatri di ICU merupakan
permasalahan tersendiri. Di ICU selama perawatan pasien menerima rata-rata lebih dari
30 macam obat yang berbeda. Kondisi ini mengharuskan dokter membuat keputusan
penting terkait dosis dan rute pemberian obat karena risiko untuk kejadian reaksi yang
merugikan dari obat-obatan lebih besar. Beberapa faktor yang menyebabkannya antara
lain obat yang dikonsumsi sebelum masuk rumah sakit, BMI yang lebih rendah, disfungsi
organ terkait usia dan riwayat penyakit kronis sebelumnya (Devlin and Barletta, 2008).
Pasien geriatri di ICU memiliki masalah yang kompleks dan sering mengalami
sindrom geriatri seperti delirium, gangguan sensoris dan frailty. Dalam beberapa keadaan,
faktor-faktor tersebut sering tumpang tindih dan menimbulkan efek yang merugikan
hingga kematian (Brummel and Ferrante, 2018). Frailty didefinisikan sebagai kerentanan
individu dalam menghadapi stressor akut. Selain mortalitas, frailty juga dikaitkan dengan
risiko jatuh, mobilitas yang kurang dan perawatan yang lama. Dari sebuah studi meta
analisis disimpulkan frailty merupakan salah satu faktor yang menyebabkan readmisi ke
ICU dan masa perawatan yang lama di samping mortalitas (Guidet et.al., 2018).
Pasien geriatri di ICU dapat mengalami gangguan kognitif hingga 6%-43%.
Gangguan ini merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya delirium dan erat
hubungannya dengan mortalitas (Guidet et.al., 2018). Delirium di ICU dilaporkan dapat
terjadi pada 70%-80% pasien. Sekitar 67% di antaranya luput dari pemantauan petugas
kesehatan di ICU. Delirium sering salah didiagnosis seperti demensia, depresi, penyakit
kejiwaan, atau hal yang normal pada geriatri. Dari sebuah penelitian disimpulkan bahwa
delirium di ICU erat kaitannya dengan mortalitas yang tinggi meskipun variabel dasar
penyakit sudah dapat dikendalikan (Pisani et.al., 2003).
Delirium pada pasien ICU disebabkan oleh disfungsi akut pada otak. Konsekuensi
klinis yang paling sering ditemukan adalah kesulitan dalam menyapih ventilasi mekanis
dan masa perawatan yang lebih lama. Akibatnya biaya perawatan di rumah sakit menjadi
meningkat di samping peningkatan risiko kematian. Di Amerika Serikat, pasien terkait
dengan delirium menghabiskan biaya lebih dari 160 miliar US dollar (McGrane et.al.,
2018).
Prevalensi malnutrisi pada populasi geriatri yang mendapat perawatan di rumah
sakit berkisar antara 6,6% hingga 85%, tergantung pada metode diagnosis yang
digunakan (Shpata et.al., 2015). Sumber lain menyebutkan angka 12%-45% pasien
geriatri mengalami malnutrisi (Guidet et.al., 2018). Malnutrisi pada pasien geriatri
merupakan masalah penting karena banyak faktor perubahan pada geriatri yang dapat
memicu malnutrisi, di antaranya adalah penyakit kronis, gangguan organik, interaksi
obat, cacat fisik, gaya hidup, faktor sosial, dan faktor psikologis. Kejadian malnutrisi
sangat umum terjadi pada pasien geriatri yang dirawat di ICU. Risiko yang mungkin dapat
terjadi akibat malnutrisi ini antara lain kejadian infeksi yang lebih tinggi, masa perawatan
yang lebih lama hingga penigkatan angka kematian (Shpata et.al., 2015).
Pasien kritis yang telah melalui fase akut akan mengalami kegagalan multi organ
yang persisten dan memerlukan perawatan intensif yang lama. Keadaan ini disebut
Chronic Critical Illness (CCI) (Khan et.al., 2015). Di Amerika Serikat, lebih dari 100.000
pasien dengan CCI dan di beberapa negara lain jumlahnya diperkirakan jauh lebih besar.
Dari catatan yang ada, jumlahnya berkisar antara 5% dan 10% dari total jumlah pasien
ICU dewasa secara keseluruhan atau 34,4 per 100.000 pasien (Carson and Bach, 2002).
Insidennya bervariasi secara substansial seiring bertambahnya usia, memuncak pada usia
75-79 tetapi kemudian menurun bertepatan dengan peningkatan kematian sebelum hari
ke-8 dengan angka mortalitas 30,9% (Khan et.al., 2015).
Pasien geriatri yang membutuhkan perawatan intensif untuk berbagai masalah
bedah sering kali terlambat penanganannya dikarenakan waktu admisi yang lama untuk
masalah bedahnya. Oleh karena itu, komorbiditas medis yang baru didiagnosis sering
tidak terkontrol dengan baik dan membuat manajemen proses penyakit bedah yang ada
jauh lebih banyak dan lebih sulit.
Ahli intensif harus mampu melakukan manajemen perawatan terhadap pasien
geriatri di ICU karena pasien geriatri cenderung lebih kompleks dibanding pasien usia
muda (Brummel and Ferrante, 2018). Perawatan intensif yang terintegrasi sangat
diperlukan karena admisinya di ICU berkisar antara 10-50% (Oliviera and Maerz, 2018).
Sayangnya disiplin ilmu mengenai geriatri dan perawatan intensif belum ada sehingga
perawatan geriatri di ICU sering disamakan dengan perawatan kritis pasien lain pada
umumnya. Meskipun para ahli intensif mungkin secara intuitif menyesuaikan praktik
klinis perawatan geriatri untuk mengatasi kompleksitas ini (Brummell and Ferrante,
2018).

3. Identifikasi Faktor Risiko Mortalitas Geriatri di ICU


Beberapa faktor risiko yang menyebabkan mortalitas didapatkan dengan
melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan melihat riwayat penyakit pasien. Faktor
risiko ini juga tercakup dari beberapa komponen model skoring mortalitas di ICU seperti
pada APACHE, SAPS, SOFA, dan sistem skoring lainnya.
Pada tahun 2012 Fuchs et.al., melakukan penelitian terhadap 7.265 pasien geriatri
yang diadmisikan ke ICU dari tahun 2001 sampai dengan 2008. Dari penelitian ini
didapatkan angka kematian di ICU meningkat secara signifikan seiring bertambahnya
usia sehingga usia disimpulkan sebagai faktor risiko independen terhadap mortalitas
pasien di ICU (Fuchs et.al., 2012).
Faktor risiko lain yaitu jenis kelamin diteliti oleh Lat et.al., tahun 2021. Dari
penelitian ini disebutkan laki-laki yang dirawat di ICU lebih banyak daripada wanita dan
umumnya menggunakan lebih banyak sumber daya. Meskipun tingkat kelangsungan
hidup tidak jauh berbeda antara laki-laki dan perempuan, outcome perawatan secara
fungsional lebih baik pada pasien laki-laki daripada perempuan (Lat et.al., 2021).
Variabel lain yaitu indeks massa tubuh yang mencakup berat badan dan tinggi
badan pasien. Penelitian Sanaie et al., pada tahun 2021, dari 502 pasien ICU didapatkan
BMI sangat terkait dengan peningkatan risiko kematian. Namun, setelah disesuaikan
dengan usia dan jenis kelamin sebagai faktor perancu, BMI tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kematian (Sanaie et.al., 2021).
Komorbid juga merupakan salah satu faktor resiko yang cukup banyak diteliti dan
terkait dengan kematian di ICU. Penelitian Puchades et.al., pada tahun 2015 terhadap 202
pasien geriatri menyebutkan admisi ICU karena penyakit kardiovaskuler merupakan
faktor risiko independen terhadap mortalitas di ICU (Puchades et.al., 2015). Selanjutnya
tahun 2016, Li et.al., melakukan penelitian menggunakan data dari uji thromboprofilaksis
multisenter. Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa jenis kelamin lelaki, skor
APACHE II yang lebih tinggi saat admisi, gagal jantung kronis, dan riwayat dialisis
secara independen merupakan faktor risiko terhadap kematian pasien pneumonia di ICU
(Li et.al., 2016).
Pada tahun 2018, Nik et.al., melakukan penelitian dengan membandingkan
penurunan GCS dengan model skoring APACHE II dalam memprediksi kematian pada
125 pasien dengan cedera otak traumatik yang masuk ke ICU di salah satu rumah sakit di
Iran. Dari penelitian ini ditemukan bahwa penurunan GCS berhubungan dengan kejadian
kematian dengan perbedaan yang bermakna dengan p<0.001 (Nik et.al., 2018).
Lai et.al., tahun 2019 juga melakukan penelitian komorbid pasien ICU dan
pengaruhnya terhadap mortalitas pasien di ICU. Pada penelitian ini didapatkan beberapa
faktor risiko yang berpengaruh terhadap kematian, yaitu usia > 75 tahun, lama rawat ICU
> 28 hari, skor APACHE II ≥ 25, status hemodinamik tidak stabil (termasuk penggunaan
vasopresor), gagal ginjal, gagal hepar, perdarahan traktus gastrointestinal masif, dan
penggunaan fraksi inspirasi O2 tinggi ≥ 40% (termasuk penyebabnya karena gagal nafas).
Komorbid yang didapatkan terkait dengan kematian pada penelitian ini adalah usia, lama
rawat, penggunaan vasopressor, gagal nafas dan gagal ginjal (Lai et.al., 2019).
Sepsis merupakan salah satu faktor risiko yang dianggap erat dengan kematian di
ICU. Driessen et.al., pada tahun 2020 menjelaskan pada hasil penelitiannya bahwa
kematian dini pasien di ICU sering terjadi dan terutama disebabkan karena kegagalan
organ multipel, iskemik mesenterika dan akibat resusitasi kardiopulmoner yang tidak
berhasil (Driessen et.al., 2020). Penelitian lain oleh Vincent et.al., tahun 2018, didapatkan
mortalitas ICU pada pasien sepsis sangat tinggi yaitu mencapai 37.3% (Vincent et.al.,
2019).
Keganasan atau kanker juga merupakan salah satu faktor risiko yang diduga
memiliki kaitan dengan kematian di ICU. Dari penelitian Junior et.al., beberapa faktor
antara lain metastasis padat, keganasan hematologi, penggunaan vasopresor, ventilasi
mekanis dan terapi hemodialisa secara independen terkait dengan peningkatan mortalitas
di ICU (Junior et.al., 2020). Dari penelitian kohort retrospektif observasional yang
dilakukan oleh Díaz-Díaz et.al., pada tahun 2018 didapatkan bahwa sekitar sepertiga
pasien kanker sakit kritis meninggal saat admisi ke ICU (Díaz-Díaz et.al., 2018).
Khusus pada populasi pasien SICU, beberapa faktor risiko terkait variabel operasi
perlu diteliti. Beberapa yang ditelaah antara lain tipe dari operasi, apakah cito atau elektif,
transfusi darah, ataupun penggunaan vasopressor/inotropik selama operasi. Pasien
geriatri yang menjalani operasi darurat, terutama intra abdominal, memiliki angka
kematian yang tinggi. Transfusi darah pada penelitian tersebut tercatat 0.61 (95% CI; 0.37
- 1.00, p = 0.026) setelah 1 hingga 3 unit darah dan 0.49 (95% Cl; 0.23 - 1.03, p = 0.03)
setelah 4 hingga 6 unit darah dibandingkan dengan pasien anemis yang tidak ditransfusi
(Hebert et.al., 1997).
Pada umumnya penelitian yang sudah ada tentang perawatan dan risiko mortalitas
pasien geriatri di ICU menggunakan skoring APACHE III, SOFA, SAPS III.
Perbandingan validitas sistem penilaian ini sebagai prediktor mortalitas pasien yang
dirawat di ICU sudah pernah diteliti dan menunjukkan CSOFA atau MSOFA memiliki
kemampuan yang paling baik sebagai prediktor mortalitas dan lebih cost effective dan
efisien bila dibanding dengan APACHE II dan SOFA (Andrias et.al., 2017).
Dari uraian beberapa penelitian yang sudah disebutkan sebelumnya dan dari
beberapa komponen sistem skoring pasien ICU, dirumuskan beberapa variabel yang akan
diteliti pada penelitian ini yaitu :
1. Variabel demografis : umur, jenis kelamin, berat badan, BMI.
2. Variabel komorbid : komorbid kardiovaskuler, komorbid neurologis, komorbid
respirasi, komorbid renal, sepsis atau infeksi, keganasan, kritis sebelum perawatan.
3. Variabel lain : jenis operasi, urgensi operasi, topangan (penggunaan vasopressor),
tranfusi darah, penggunaan ventilator mekanik, skor MSOFA.
4. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka teori


5. Kerangka Konsep

PASIEN GERIATRI ICU

- Umur Komorbid - Penggunaan


- Jenis kelamin - Kardiovaskuler vasopressor/
- IMT (BMI) - Neurologis inotropik
- Respirasi - Jenis operasi
- Gagal ginjal - Ventilator
- Sepsis/infeksi
MSOFA Score - Keganasan
- Kritis pre admisi

MORTALITAS
PASIEN
GERIATRI
ICU

Gambar 2. Kerangka konsep penelitian

6. Hipotesis Penelitian
Usia yang lebih tua, jenis kelamin laki-laki, operasi mayor, operasi cito, obesitas,
penggunaan ventilator yang lama, mendapat obat vasopressor dan tranfusi darah,
memiliki komorbid (kardiovaskuler, neurologis, respirasi, gagal ginjal, sepsis, keganasan
dan kejadian kritis preadmisi) dan MSOFA score lebih tinggi merupakan faktor risiko
kematian pasien geriatri yang dirawat di ICU RSUP Dr Sardjito.
BAB III
METODE PENELITIAN

1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian observasional kohort retrospektif
dengan mengambil data dari rekam medis pasien yang bertujuan untuk melakukan
identifikasi faktor risiko mortalitas pasien geriatri yang dirawat di RSUP Dr Sardjito.

2. Populasi dan Sampel Penelitian


a. Populasi penelitian
Populasi target pada penelitian ini adalah semua pasien geriatri yang dirawat di ICU
RSUP Dr Sardjito. Populasi terjangkau adalah pasien geriatri yang dirawat di ICU RSUP
Dr Sardjito dalam rentang waktu 1 Januari 2020 – 31 Desember 2020.
b. Sampel penelitian
Sampel yang dikehendaki dalam penelitian ini adalah subyek yang memenuhi
kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang diambil dari populasi terjangkau. Sampel pada
penelitian ini adalah semua pasien geriatri yang dirawat di ICU RSUP Dr Sardjito
Yogyakarta dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

3. Kriteria Subjek Penelitian


Kriteria inklusi:
a. Pasien yang menjalani di rawat di ICU RSUP Dr Sardjito dalam rentang waktu 1
Januari 2020 – 31 Desember 2021.
b. Usia pasien ≥ 60 tahun.
Kriteria eksklusi:
• Data yang menjadi variabel pada rekam medis tidak lengkap.
• Palliative care sebelum masuk ICU.
4. Identifikasi dan Pengukuran Variabel
a. Variabel tergantung
Variabel tergantung pada penelitian ini adalah kematian geriatri di ICU RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta.
b. Variabel bebas
1. Variabel demografi : umur, jenis kelamin, BMI.
2. Variabel komorbiditas: mempunyai penyakit kardiovaskuler, gangguan
neurologis, komorbid respirasi, gangguan ginjal, sepsis/infeksi, keganasan, kritis
sebelum perawatan.
3. Variabel lain : jenis operasi, urgensi operasi, topangan (penggunaan
vasopressor), penggunaan ventilator mekanik, skor MSOFA.

5. Definisi Operasional Penelitian


a. Mortalitas : kematian geriatri di ICU.
b. Geriatri : pasien usia ≥ 60 tahun.
c. Umur : umur pasien dalam tahun.
d. Jenis kelamin : jenis kelamin pasien, laki-laki atau perempuan.
e. BMI/IMT (Body Mass Index/Indeks Massa Tubuh) : berat badan pasien dalam
kilogram (kg) dibagi tinggi badan pasien dalam meter kuadrat.
f. Gangguan ginjal
• Acute kidney injury (AKI) : penurunan mendadak (dalam 48 jam) fungsi
ginjal, didefinisikan dengan peningkatan kreatinin serum absolut setidaknya
26,5 μmol/L (0,3 mg/dL) atau dengan peningkatan persentase kreatinin serum
≥50% (nilai 1,5x garis dasar) atau oleh penurunan urine output
(didokumentasikan oliguria <0,5 cc/kgBB/jam selama lebih dari 6 jam).
• Chronic Kidney Disease (CKD) : riwayat cuci darah rutin, oliguria dan anuria
yang bermakna klinis dan kronis.
g. Penyakit kardiovaskuler : infark miokardium, STEMI, riwayat kateterisasi,
didapatkan dengan anamnesis riwayat pasien sebelumnya, dengan tanda klinis
ACS beserta penunjang, peningkatan marker kardiak (troponin, CKMB),
perubahan gelombang EKG yang spesifik, gagal jantung sesuai klasifikasi
NYHA yang ditetapkan dari diagnosis dokter penanggung jawab, hipertensi,
stroke.
h. Gangguan respirasi : adanya gagal nafas tipe I (hipoksemik atau pO2 kurang dari
60 mmHg) atau gagal nafas tipe 2 (hiperkarbi atau pCO2 lebih dari 50 mmHg),
dibuktikan dengan pemeriksaan analisa gas darah, penyakit paru infeksi atau
obstruksi menahun, membutuhkan alat bantu napas mekanik.
i. Gangguan neurologis : penurunan kesadaran (berdasarkan skala GCS) karena
penyebab organik (trauma/tumor, dibuktikan dengan pemeriksaan radiologis),
infeksi (infeksi di daerah CNS seperti meningoensefalitis, ensefalitis, meningitis
yang dilihat dari parameter infeksi darah rutin, procalsitonin, kultur, atau VDRL)
atau metabolik (imbalans elektrolit, HHS, KAD, sindrom uremikum).
j. Sepsis : kondisi yang berpotensi mengancam jiwa yang disebabkan oleh respon
tubuh terhadap infeksi sistemik, dibuktikan dengan skor qSOFA dan kultur yang
menunjukkan infeksi fokal penyebab sepsis.
k. Keganasan : penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan dan penyebaran
jaringan secara abnormal, yang dibuktikan dengan adanya pemeriksaan patologi
anatomi, atau pemeriksaan penunjang serologik marker dan radiologis.
l. Kejadian kritis sebelum admisi di ICU : sudden death yang dicegah (ROSC),
pijat jantung luar preoperatif, ventilasi mekanik, penggunaan inotropik.
m. Urgensi operasi: elektif atau emergensi.
n. Jenis operasi : operasi mayor atau minor.
o. Riwayat tranfusi : riwayat transfusi selama operasi atau perawatan di ICU.
p. Topangan : penggunaan inotropik atau vasopressor selama operasi atau
perawatan di ICU. Yang termasuk di sini adalah dopamine, dobutamine,
vasopressin, norepinefrin dan epinefrin.
q. Penggunaan ventilator mekanik : mendapatkan bantuan ventilasi mekanik lebih
dari 4 hari.
6. Prosedur Penelitian
a. Etika penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan setelah mendapat rekomendasi dari Komite Etik
Penelitian Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat Dan Keperawatan Universitas
Gadjah Mada dan izin dari Rumah Sakit Dr Sardjito.

Alur Penelitian

Data rekam medis pasien geriatri


yang menjalani perawatan di ICU
RSUP Dr. Sardjito

Pelacakan

Mortalitas

Faktor
risiko

Lembar penelitian

Analisis data

Laporan penelitian

Gambar 3. Alur Penelitian

b. Cara Kerja
1. Mengajukan rekomendasi dari Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran
Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada.
2. Mengajukan rekomendasi ijin penelitian (pengambilan data) dari Bagian Diklit
RS Sardjito.
3. Data diperoleh dari sistem pencatatan dan pelaporan bagian rekam medik,
administrasi pasien di Ruang ICU mulai dari 1 Januari 2020 sampai 31
Desember 2020.
4. Data pasien dicatat di blangko data penelitian.
5. Data dimasukkan dalam sistem SPSS versi 25.0.
6. Analisis data.
7. Dilakukan pembahasan dan pelaporan.

c. Analisis Data dan Uji Statistik


Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian analitik. Penelitian analitik
bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel (Dahlan, 2018). Analisis deskriptif
yang dilakukan untuk melihat karakteristik variabel yaitu usia, jenis kelamin, indeks
massa tubuh, komorbid kardiovaskuler, komorbid neurologis, kejadian gagal napas, gagal
ginjal, sepsis, keganasan, kejadian kritis pre admisi, skor MSOFA, penggunaan
vasopressor, jenis operasi, transfusi selama perawatan, lama perawatan dan penggunaan
ventilator. Data yang diambil dari sampel penelitian ini adalah data yang didapatkan dari
hari pertama pasien masuk ICU. Untuk populasi pasien SICU yang diadmisikan ke ICU,
data yang diambil adalah data pasien saat preoperatif.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kategorik dan numerik. Data
demografis yang berupa variabel numerik disajikan dalam bentuk rerata dan standar
deviasi. Sedangkan data berupa kategorikal disajikan dalam bentuk persen. Variabel yang
diduga mempunyai hubungan dengan kematian akan diuji dengan uji bivariat dengan
menggunakan t-test jika data numerik, sedangkan bila data kategorikal/dikotomus
menggunakan uji chi square. Untuk mengetahui kekuatan hubungan antar variabel
diketahui dengan odds ratio (OR). Odds ratio pada data numerik dan data kategorikal
lebih dari dua komponen dihitung dengan regresi logistik dan data kategorikal dengan
dua komponen dihitung dengan uji chi square. Hasil analisis data yang didapatkan dari
penelitian ini selanjutnya disajikan dalam tabel dan narasi. (Hendrawati, 2015; Dahlan,
2018).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Analisa Hasil
Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta dengan mengambil data
pasien geriatri ICU di Instalasi Catatan Medik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, pada bulan
Juni 2022. Penelitian dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari Komisi Etik
Penelitian Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas
Gadjah Mada serta persetujuan dari bagian Pendidikan dan Penelitian (Diklit) RSUP Dr.
Sardjito.
Data yang dikumpulkan dari rekam medis pasien berupa variabel-variabel yang
dinilai memiliki pengaruh terhadap kematian geriatri di ICU, disesuaikan dengan
penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya.
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data pada rekam medik 184 pasien
geriatri berusia ≥60 tahun yang dirawat di ICU RSUP Dr.Sardjito, pada rentang waktu 1
Januari 2020 sampai dengan 31 Desember 2020.
Dari 184 data pasien tersebut terdapat 162 pasien yang memenuhi kriteria inklusi
dan sisanya 22 pasien dieksklusi karena data yang menjadi variabel pada rekam medis
tidak lengkap dan rencana paliatif dari ruangan. Ketidaklengkapan disebabkan oleh
karena data pada rekam medis untuk variabel penelitian tidak mecukupi. Selanjutnya 162
pasien ini diproses lebih lanjut sebagai sampel pada penelitian ini sesuai dengan gambar
4.
Pasien ICU Geriatri
n = 184

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi


n = 162 Data rekam medis tidak lengkap
Rencana paliatif
n = 22
Kematian
n = 121

Identifikasi faktor risiko

Gambar 4. Sampel Penelitian


Penelitian dilaksanakan dengan mengambil data di Instalasi Catatan Medik (ICM)
RSUP Dr Sardjito Yogyakarta pada Juni 2022. Subyek penelitian adalah pasien geriatri
usia ≥60 tahun yang dirawat di ICU RSUP Sardjito sepanjang tahun 2020 secara
retrospektif. Dari 578 pasien yang dirawat di ICU sepanjang tahun 2020, 184 di antaranya
merupakan pasien geriatri atau 31.83% dari semua pasien ICU. Dari 184 pasien tersebut
didapatkan data 162 pasien yang menjadi populasi sampel memenuhi kriteria inklusi
dengan 121 pasien mengalami kematian. Karakteristik subyek secara umum dan klinis
disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Karakteristik Sampel Penelitian
Karakteristik Mean + SD N %
Usia, tahun 67.81 + 6.915
60-69 th 112 69.1
70-79 th 34 21.0
>80 th 16 9.9
Jenis kelamin Laki-laki 103 63.6
Perempuan 59 36.4
IMT, kg/m2 22.23 + 3.35
<25 130 80.2
25-30 27 16.7
>30 5 3.1
MSOFA 9.65 + 3.946
1-7 48 29.6
8-11 38 23.5
>12 76 46.9
Lama rawat, hari 8.57 + 8.348
<7 hari 95 58.6
>7 hari 67 41.4
Outcome Hidup SICU 31 19.1
MICU 10 6.2
Jumlah 41(432) 25.3(7.09)
Meninggal SICU 70 43.2
MICU 51 31.5
Jumlah 121(146) 74.7(20.93)
Komorbid Kardiovaskuler Ya 60 37
Tidak 102 63
Komorbid Respirasi Ya 92 56.8
Tidak 70 43.2
Komorbid Neuro Ya 56 34.6
Tidak 106 65.4
Komorbid Renal Ya 98 60.5
Tidak 64 39.5
Komorbid Sepsis/infeksi Ya 81 50
Tidak 81 50
Komorbid Keganasan Ya 36 22.2
Tidak 126 77.8
Komorbid Kritis Preadmisi Ya 78 48.1
Tidak 84 51.9
Vasopressor/inotropic Ya 111 68.5
Tidak 51 31.5
Jenis operasi Mayor 89 54.9
Minor 12 7.4
Urgensi operasi Cito 54 33.3
Elektif 47 29
Transfusi darah Ya 85 52.5
Tidak 77 47.5
On ventilator 8.12 + 8,348
<4 hari 55 34
>4 hari 107 66
Keterangan : IMT : Indeks Massa Tubuh, MICU : Medical Intensive Care Unit, SICU :
Surgical Intensive Care Unit, ICU : Intensive Care Unit, MSOFA score :
Modified Sequential Organ Failure Assesment
Rerata pasien pada penelitian ini berusia 67.8 tahun dengan simpangan 6.91 tahun
dengan pasien berusia rentang 60-69 merupakan populasi yang paling banyak yaitu
69.1%. Sebagian besar penelitian yang sudah ada mendapatkan rerata usia pasien geriatri
yang dirawat di ICU lebih dari 70 tahun. Dari data yang yang dikumpulkan oleh Badan
Pusat Statistik Indonesia tahun 2020, hasil ini tidak jauh berbeda dengan umur harapan
hidup Indonesia yaitu 69,59 tahun untuk laki-laki dan 73,46 tahun untuk perempuan (BPS,
2021).
Dari 162 pasien yang menjadi subyek penelitian diketahui lebih dari separuh
populasi adalah laki-laki sejumlah 103 pasien (63.6%). Hal ini sesuai dengan analisis
dimana pasien laki-laki dirawat di ICU lebih banyak daripada wanita dan umumnya
menggunakan lebih banyak sumber daya (Giannasi et.al., 2017; Lat et.al., 2021). Namun
dari beberapa penelitian lain disebutkan jumlah admisi pasien perempuan lebih banyak
dari laki-laki meskipun persentasenya tidak jauh berbeda (Belayachi et.al., 2012; El Said,
2013).
Indeks masssa tubuh dari data didapatkan 22,23 dengan simpangan 3,35, paling
banyak ditemukan dengan IMT <25 yaitu 130 pasien (80.2%). Rendahnya BMI pada
geriatri terutama disebabkan oleh penurunan asupan nutrisi seiring bertambahnya usia
dikaitkan dengan berkurangnya rasa lapar dan rasa kenyang lebih awal, serta penurunan
indra penciuman dan rasa (Torres et.al., 2018). Penelitian tentang BMI dan status
fungsional pada pasien geriatri menyatakan BMI yang rendah dan BMI tinggi merupakan
faktor risiko ketergantungan fungsional pada geriatri. Semakin ekstrim nilai BMI (baik
lebih tinggi atau lebih rendah), semakin besar risiko gangguan fungsional yang terjadi
dimana status fungsional yang buruk umumnya ditemukan pada geriatri dengan BMI >35
atau 40 kg/m2 (Bahat et.al., 2012).
Skor MSOFA pada data didapatkan rerata 9,65 dengan simpangan 3,946. Sebagian
besar didapatkan skor MSOFA >12 pada 76 pasien (46.9%). Dari penelitian Grissom
et.al., didapatkan risiko mortalitas yang lebih tinggi pada pasien dengan skor MSOFA
>11 dan sistem skoring ini lebih mudah diterapkan pada kondisi yang memiliki sumber
daya terbatas (Grissom et.al., 2010).
Dari data penelitian di atas didapatkan jumlah hari rawatan pasien geriatri di ICU
RSUP Dr Sardjito dengan rerata 8.57 dan simpangan 8.348. Penelitian dari Iran oleh
Orooji et.al., didapatkan jumlah hari rawatan pasien geriatri di ICU yaitu 8.11 dengan
simpangan 13.97 (Orooji et.al., 2021). Nilai ini tidak jauh berbeda dari yang didapatkan
dari penelitian ini. Namun penelitian lain menyebutkan di negara maju hari rawatan
pasien geriatri di ICU lebih rendah yaitu dengan rerata 3.49 dan simpangan 5.07
(Abuhasira et.al., 2022).
Selanjutnya dari data penelitian ini didapatkan jumlah kematian geriatri di ICU
sebanyak 121 pasien dari 162 pasien yang menjadi subyek penelitian, yaitu sekitar 74.7%
dari subyek penelitian, banyak ditemukan di SICU (43.2%). Bila dikalkulasikan secara
keseluruhan pasien yang dirawat di ICU RSUP Dr Sardjito, kematian pasien geriatri
sekitar 20.93% dari jumlah total 578 pasien ICU RSUP Dr Sardjito pada tahun yang sama.
Beberapa penelitian yang sudah ada dari beberapa negara di dunia, tingkat mortalitas
pasien geriatri di ICU berkisar antara 20% hingga 40% (Abuhasira et.al., 2022).
Tingginya tingkat kematian yang didapatkan pada penelitian ini diperkirakan oleh karena
banyaknya komorbid yang diderita pasien sebelum diadmisikan ke ICU.
Dari analisis data komorbid didapatkan komorbid kardiovaskuler 37%, komorbid
respirasi 56,8%, komorbid neurologis 34,6%, komorbid renal 60,5%, komorbid sepsis
dan atau infeksi 50%, komorbid keganasan 22,2%, dan komorbid kritis preadmisi 48,1%.
Didapatkan nilai yang cukup besar untuk komorbid respirasi, renal dan sepsis infeksi serta
kritis preadmisi. Hal ini disebabkan sebagian besar pasien sudah mendapatkan bantuan
pernapasan melalui ventilator mekanis sebelum masuk ke ICU. Dari beberapa penelitian
terdapat hubungan yang bermakna di antara beberapa faktor ini (Poston and Koyner, 2019;
Lai et.al., 2019).
Dari semua subyek penelitian, pasien yang mendapatkan terapi vasopressor dan
atau inotropik sebanyak 111 pasien (68.5%). Terapi ini diberikan terkait sepsis yang
diderita pasien dan pemberian obat sedasi pada pasien yang mendapatkan bantuan
ventilasi mekanis. Penelitian Song et.al., tahun 2021 pada 910 pasien sepsis menemukan
53.6% pasien mendapatkan vasopresor atau inotropik dalam 6 (enam) jam pertama masuk
rumah sakit (Song et al., 2021). Keet et.al., tahun 2017 menyimpulkan penggunaan obat
inotropik atau vasopressor diperlukan untuk mendukung fungsi peredaran darah terkait
dengan penambahan sedasi analgesi pada pasien yang mendapatkan bantuan ventilasi
tekanan positif intermiten (IPPV) (Keet et.al., 2017). Selain itu terapi ini juga
berhubungan dengan kejadian hipotensi pada saat operasi. Sebuah penelitian
menyebutkan sekitar 80.4% persen pasien menerima terapi vasopresor intraoperatif
(Kristiansson et.al., 2018).
Untuk kasus pasien geriatri sendiri masih didominasi kasus post operatif yaitu
sebanyak 101 kasus (62.3%), 88.1% di antaranya merupakan operasi mayor dan 54 pasien
menjalani operasi cito. Banyaknya kasus operasi yang ditemukan juga berpengaruh
terhadap pemberian obat-obat vasopressor inotropik karena secara fisiologis geriatri
rentan terhadap perubahan hemodinamik durante operasi (Butterworth et.al., 2018).
Pasien geriatri yang menjadi sampel pada penelitian ini mendapatkan perawatan
dengan ventilasi mekanis dengan rerata 8,12 hari dengan simpangan 8,348. Enam puluh
enam persen di antaranya mendapatkan bantuan ventilasi mekanis lebih dari 4 (empat)
hari. Giannasi et.al., dalam penelitiannya menyebutkan semua pasien subyek penelitian
membutuhkan bantuan ventilasi mekanis lebih dari 48 jam dengan rata-rata durasi 10 hari
(Giannasi et.al., 2018). Tidak jauh berbeda dengan yang didapatkan pada penelitian ini.
Selama perawatan pasien yang mendapatkan tranfusi darah sebanyak 85 pasien
(52.5%). Selain karena penyakit yang sudah ada, anemia yang berujung pada tranfusi
darah juga disebabkan oleh perubahan fisiologis pada geriatri. Namun selain berpengaruh
terhadap penurunan mortalitas pasien geriatri di ICU, tranfusi juga dikaitkan dengan
risiko infeksi yang lebih tinggi dan hari rawatan yang lebih lama (Shander et.al., 2018).
Semua variabel-variabel yang diduga mempunyai hubungan dengan kematian pada
pasien geriatri ini kemudian diuji dengan uji bivariat dengan menggunakan t-test untuk
data numerik dan uji chi square untuk data kategorikal. Berdasarkan pada jenis data yang
ada, variabel yang diuji dengan t-test yaitu variabel usia, indeks massa tubuh, skor
MSOFA, lama ventilasi mekanis dan lama rawat inap ICU. Sedangkan variabel yang diuji
dengan uji chi Square yaitu jenis kelamin, komorbid kardiovaskuler, komorbid neurologis,
komorbid respirasi, komorbid renal, keganasan, sepsis/infeksi, operasi cito, operasi
mayor, penggunaan vasopresor/inotropik dan transfusi darah.
Pada variabel usia, sampel penelitian dikelompokkan menjadi rentang usia 60-70
tahun, 70-80 tahun dan >80 tahun. Untuk indeks massa tubuh juga dikelompokkan yang
terdiri dari <25, 25-30 dan >30. Sedangkan skor MSOFA dikelompokkan menjadi 0-7,
8-11 dan >11. Lama ventilator mekanis dikelompokkan menjadi <4 hari dan ≥4 hari.
Untuk lama rawatan dikelompokkan <7 hari dan ≥7 hari. Karena masing-masing data
tersebut merupakan data katerogikal, semua data diuji dengan uji chi square. Apabila
hasil p<0.25 akan dilanjutkan dengan uji regresi logistik univariabel masing-masing
variabel. Pada tabel 7 digambarkan hasil uji bivariat masing-masing variabel tersebut.
Tabel 7. Uji Bivariat Faktor Risiko Kematian Geriatri di ICU
Hidup (n=41) Meninggal (n=121)
Karakteristik p value
Mean+SD / n (%) Mean+SD / n (%)
Usia 67,73 + 7,02 67,84 + 6,90 0,929
60-69 th 30 (18,51) 82 (50,61)
70-79 th 9 (5,55) 25 (15,43) 0,463
>80 th 2 (1,23) 14 (8,64)
Jenis kelamin Laki-laki 20 (12,34) 83 (51,23) 0,023
Perempuan 21 (12,96) 38 (23,45)
Lama rawat 6,61 + 6,06 9,24 + 8,91 0,081
<7 hari 29 (17,90) 66 (40,74) 0,069
>7 hari 12 (7,40) 55 (33,95)
IMT 22.17 + 3.34 22.41 + 3.40 0.693
<25 31 (19,13) 99 (61,11)
25-30 9 (5,55) 18 (11,11) 0,565
>30 1 (0,61) 4 (2,46)
MSOFA 7,78 + 3,86 10,28 + 3,78 0,000
1-7 19 (11,72) 29 (17,90)
8-11 11 (6,79) 27 (16,66) 0,006
>12 11 (6,79) 65 (40,12)
Komorbid Kardiovaskular Ya 12 (7,40) 48 (29,62) 0,233
Tidak 29 (17,90) 73 (45,06)
Komorbid Respirasi Ya 20 (12,34) 72 (44,44) 0,231
Tidak 21 (12,96) 49 (30,24)
Komorbid Neuro Ya 17 (10,49) 39 (24,07) 0,283
Tidak 24 (14,81) 82 (50,61)
Komorbid Renal Ya 15 (9,25) 83 (51,23) 0,000
Tidak 26 (16,04) 38 (23,45)
Komorbid Sepsis/infeksi Ya 11 (6,79) 70 (43,20) 0,001
Tidak 30 (18,51) 51 (31,48)
Komorbid keganasan Ya 9 (5,55) 27 (16,66) 0,961
Tidak 32 (19,75) 94 (58,02)
Komorbid Kritis Preadmisi Ya 16 (9,87) 62 (38,03) 0,176
Tidak 25 (15,43) 59 (36,41)
a
Vasopressor/inotropik Ya 19 (11,72) 92 (56,79) 0,000
Tidak 22 (13,58) 29 (17,90)
Jenis operasi Mayor 27 (16,66) 62 (38,27) 0,125
Minor 4 (2,46) 8 (4,93)
Urgensi operasi Cito 15 (9,25) 39 (24,07) 0,098
Elektif 16 (9,87) 31 (19,13)
b
Transfusi darah Ya 21 (12,96) 64 (39,50) 0,853
Tidak 20 (12,34) 57 (35,18)
Durasi ventilator 4,80 + 5,192 9,24 + 8,91 0,003
<4 hari 22 (13,58) 33 (20,37) 0,002
>4 hari 19 (11,72) 88 (54,32)
p : nilai yang dihitung menggunakan uji student t-test, atau uji chi square dengan CI 95%
a
: vasopressor/inotropik = dobutamin, dopamin, epinefrin, norepinefrin, atau vasopressin
b
: tranfusi packed red cell, fresh frozen plasma, thrombocyte concentrate
ICU : Intensive Care Unit, MSOFA score : Modified Sequential Organ Failure Assesment

Dari tabel 7 didapatkan nilai p<0,25 pada variabel jenis kelamin, skor MSOFA,
komorbid kardiovaskuler, komorbid respirasi, komorbid renal, sepsis/infeksi, kritis
preadmisi, jenis operasi, urgensi operasi, ventilator mekanis, penggunaan obat inotropik
vasopressor, dan lama rawat di ICU. Variabel-variabel tersebut selanjutnya diolah dengan
uji regresi logistik univariat. Variabel-variabel lain dengan nilai p>0,25 tidak dilanjutkan
pengolahan datanya. Apabila pada uji regresi logistik univariabel didapatkan nilai p<0.05
maka variabel tersebut akan dilanjutkan pengolahan data melalui uji analisis regresi
logistik multivariat dan dianggap bermakna bila nilai p < 0.05. Hasil uji regresi logistik
univariabel dan multivariabel dijelaskan pada tabel 8.
Tabel 8. Uji Regresi Logistik Faktor Risiko Mortalitas Geriatri di ICU
Uji Univariat Uji Multivariat
Variabel
P OR CI 95% P OR CI 95%
Jenis kelamin Laki-laki 0.024* 2.293 1.113-4.725 0.141 0.536 0.233-1.229
Perempuan
Skor MSOFA rerata 0.001* 0.852 0.777-0.935 0.913 0.983 0.718-1.345
Skor MSOFA >11 0.002* 1.958 1.280-2.995 0.621 1.346 0.415-4.369
8-11
0-7
Komorbid kardiovaskuler Ya 0.235 1.589 0.739-3.415 Tidak dilakukan pengujian
Tidak
Komorbid respirasi Ya 0.233 1.543 0.757-3.144 Tidak dilakukan pengujian
Tidak
Komorbid renal Ya 0.001* 3.786 1.802-7.955 0.019# 0.364 0.156-0.850
Tidak
Sepsis/infeksi Ya 0.001* 3.743 1.717-8.161 0.093 0.469 0.194-1.136
Tidak
Kritis preadmisi Ya 0.178 1.642 0.798-3.379 Tidak dilakukan pengujian
Tidak
Operasi Mayor Ya 0.107 0.545 0.261-1.139 Tidak dilakukan pengujian
Tidak
Urgensi operasi Cito 0.148 0.731 0.477-1.118 Tidak dilakukan pengujian
Tidak
Lama ventilator rerata 0.003* 0.894 0.829-0.964 0.004# 0.890 0.823-0.963
Ventilasi mekanis ≥4 hari 0.003* 3.088 1.484-6.425 0.468 0.658 0.212-2.041
<4 hari
Inotropik vasopresora Ya 0.001* 3.673 1.749-7.717 0.003# 0.277 0.120-0.640
Tidak
Lama rawat rerata 0.084 0.951 0.898-1.007 Tidak dilakukan pengujian
Lama rawat >7 hari 0.072 2.014 0.940-4.315 Tidak dilakukan pengujian
≤7 hari

p : nilai yang dihitung menggunakan uji regresi logistik, OR: odds ratio, CI: confidence
interval
a
: vasopressor/inotropik = dobutamin, dopamin, epinefrin, norepinefrin, vasopressin
*: p< 0.05, variabel signifikan pada uji logistik regresi univariabel dan dilanjutkan ke uji
regresi logistik multivariabel
#
: p< 0.05, variabel signifikan pada uji logistik regresi multivariabel

Dari tabel 8 pada uji regresi logistik univariabel didapatkan nilai p<0.05 pada
variabel jenis kelamin, skor MSOFA rerata dan kategori, komorbid renal, sepsis/infeksi,
lama penggunaan ventilator mekanis rerata dan kategori, dan pemberian obat-obatan
vasopresor atau inotropik. Variabel-variabel ini selanjutnya diolah dengan uji regresi
logistik multivariabel.
Dari uji regresi logistik multivariabel diketahui faktor yang berpengaruh terhadap
mortalitas pasien geriatri di ICU secara langsung adalah adanya komorbid renal (p=0.019,
OR 0.364, CI 95% 0.156-0.850), mendapat perawatan dengan ventilator mekanik
(p=0.004, OR 0.890, CI 95% 0.823-0.963), dan mendapatkan terapi inotropik atau
vasopressor (p=0.003, OR 0.277, CI 95% 0.120-0.640). Variabel-variabel lain yaitu jenis
kelamin, skor MSOFA dan sepsis infeksi tidak bermakna secara statistik karena
didapatkan nilai p>0.05.

2. Pembahasan
Seiring perkembangan dunia kesehatan, kelompok usia lanjut atau geriatri juga
mulai mengalami peningkatan. Hal ini seiring juga dengan bertambahnya jumlah
pelayanan terhadap pasien geriatri di antaranya di ruang perawatan ICU. Dari beberapa
penelitian sebelumnya kematian geriatri di ICU cukup besar mencakup 20-30% dari
jumlah pasien ICU secara keseluruhan.
Beberapa penelitian antara lain penelitian yang dilakukan oleh El Said tahun 2013
menyimpulkan bahwa tingkat kematian pada pasien geriatri yang dirawat di ICU sebesar
32,5% (El Said, 2013). Penelitian lain menyebutkan kematian pada pasien geriatri di ICU
mencapai 52%, terutama disebabkan oleh malnutrisi dan kurangnya kemandirian secara
fungsional (Giannasi et.al., 2018). Penelitian lain pada tahun 2012, menyebutkan
kematian pasien geriatri di ICU terutama dipengaruhi oleh tingkat keparahan dari
penyakit, syok dan pneumonia (Belayachi et al., 2012).
Faktor-faktor seperti keparahan penyakit, status fungsional sangat menentukan
prognosis pasien geriatri di ICU. Selain itu morbiditas yang sudah ada sebelumnya seiring
dengan bertambahnya usia juga dikaitkan erat dengan peningkatan angka kematian pasien
geriatri di ICU (Nielsson, et.al., 2014).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kematian atau mortalitas pasien geriatri di ICU. Data yang didapatkan dari rekam medis
pasien kemudian diuji dengan uji bivariat, dilanjutkan dengan uji regresi logistik
univariabel dan uji multivariabel. Faktor risiko yang teridentifikasi tersebut dapat
bermanfaat untuk perencanaan alokasi sumber daya manusia dan logistik ICU dalam
rangka perawatan pasien geriatri di ICU sehingga kualitas pelayanan dapat ditingkatkan
dan pengambilan keputusan medis terhadap pasien dapat dilakukan lebih cepat dan tepat.
Beberapa penelitian sebelumnya juga membahas tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi mortalitas pasien di ICU. Lai et al., pada tahun 2019 melakukan penelitian
terhadap 1.189 pasien ICU, didapatkan beberapa faktor risiko mortalitas yaitu usia > 75
tahun, lama rawat ICU > 28 hari, skor APACHE II ≥ 25, status hemodinamik yang tidak
stabil, gagal ginjal, gagal hepar, perdarahan traktus gastrointestinal masif, dan
penggunaan fraksi inspirasi O2 tinggi ≥ 40% (Lai et.al., 2019).
Penelitian lain dari Belayachi et al., tahun 2012 terhadap 1.072 pasien geriatri yang
dirawat di ICU didapatkan beberapa faktor risiko mortalitas geriatri antara lain
penyalahgunaan alkohol, pneumonia, syok, dehidrasi, urine output ≤0,5 cc/kg/jam, serum
urea >16,6 mmol/L, creatinine serum > 159 µmol/L dan abnormalitas pada rontgen
thorak. Selain itu kematian pasien geriatri di ICU terjadi dalam 5 (lima) hari rawatan
(Belayachi et al., 2012).
Penelitian oleh Li et.al., tahun 2020 terhadap 107 pasien geriatri yang dirawat di
ICU COVID 19 di China, didapatkan beberapa faktor yang paling berpengaruh terhadap
mortalitas adalah AKI (OR = 33.74; 95% CI = 3.34–341.29; p = 0.003), syok sepsis,
ventilasi mekanis invasif dan indeks oksigenasi (Li et.al., 2021).
Sejalan dengan beberapa penelitian di atas, pada penelitian ini juga didapatkan
variabel yang bermakna yaitu adanya komorbitas ginjal baik berupa acute kidney injury
yang ditandai dengan peningkatan creatinine serum hingga gagal ginjal kronis, ventilasi
mekanis invasif yang lama dan penggunaan obat-obat inotropik vasopresor.
Faktor lain yang sebelumnya diduga sebagai faktor risiko mortalitas geriatri seperti
usia yang lebih tua, jenis kelamin laki-laki, operasi mayor, operasi cito, obesitas, tranfusi
darah, memiliki komorbid (kardiovaskuler, neurologis, respirasi, sepsis, keganasan dan
kejadian kritis preadmisi) dan MSOFA score lebih tinggi tidak terbukti secara statistik
sebagai faktor yang berpengaruh terhadap mortalitas geriatri di ICU RSUP Dr Sardjito
Yogyakarta.
Gagal ginjal baik akut maupun kronis dikenal memiliki banyak komplikasi yang
terkait dengan kematian, beberapa di antaranya adalah anemia yang disebabkan karena
defisiensi erythropoietin sebagai salah satu substansi yang dihasilkan ginjal. Kerusakan
ginjal juga dapat berimbas gangguan di sistem jantung koroner. Hipertensi dan kelebihan
cairan juga merupakan hal yang dapat menyebabkan perberatan kerja jantung yang dapat
berujung pada gagal jantung kongestif. Dislipidemia menjadi salah satu faktor juga yang
terkait kerusakan ginjal yang berakibat kemungkinan terjadinya gangguan vaskuler,
seperti infark miokard maupun stroke. Gagal ginjal juga terkait dengan gangguan sindrom
uremikum, gangguan elektrolit, seperti retensi kalium dan asidosis metabolik yang juga
dapat berakibat fatal. (Bello et.al., 2017; Thomas et.al., 2008).
Prevalensi kejadian gagal ginjal cukup tinggi pada populasi rawat inap (4,9%-7,2%),
terutama di unit perawatan intensif (ICU). Terlepas dari semua kemajuan teknis dan
terapeutik yang telah diterapkan dalam beberapa tahun terakhir dalam beberapa dekade
terakhir, angka kematian pasien dengan kegagalan ginjal secara keseluruhan tetap tinggi,
mencapai 80% pada pasien ICU. Beberapa kondisi predisposisi pasien antara lain usia,
sepsis, operasi, dan komorbiditas, seperti hipertensi arteri sistemik, diabetes mellitus,
penyakit jantung, neoplasia, dan penyakit ginjal kronis. Usia ditekankan karena kemajuan
di bidang kesehatan yang menyebabkan peningkatan harapan hidup seiring dengan
peningkatan permintaan geriatri terhadap pelayanan kesehatan. Namun pada saat yang
sama, geriatri merupakan kelompok usia dengan predisposisi yang lebih besar untuk
perkembangannya, baik karena penurunan fungsi ginjal ataupun karena prevalensi
komorbiditas lain seperti penggunaan kontras dan obat-obatan (Yokota et.al., 2018).
Penelitian tahun 2015 terhadap 3245 pasien bedah jantung menemukan insiden AKI
sekitar 39,9% dengan angka harapan hidup yang lebih rendah dibandingkan dengan
pasien non AKI bahkan setelah pemulihan fungsi ginjal selama 2 tahun setelah intervensi
(Xu et.al., 2015).
Selain itu, beberapa penelitian mendukung pernyataan bahwa geriatri merupakan
kelompok usia yang paling berisiko tinggi terhadap kejadian gagal ginjal dengan angka
kematian yang cukup besar yaitu 15%–40%. Penelitian terhadap 200 pasien geriatri
didapatkan kejadian acute kidney injury sekitar 27% dengan etiologi utamanya adalah
sepsis (48.1%) (Yokota et.al., 2017). Lain halnya dengan penelitian Pongsittisak et.al.,
tahun 2020, baik pasien geriatri ataupun non geriatri di ICU menunjukkan angka harapan
hidup yang tidak jauh berbeda meskipun kelompok geriatri berisiko lebih tinggi untuk
RRT (Pongsittisak et.al., 2020).
Sepsis sebagai penyebab utama pada gagal ginjal akut tidak berbeda secara
signifikan baik pada pasien muda ataupun pasien geriatri di ICU. Pada geriatri, gagal
ginjal akut ini bersifat multifaktorial, dengan presentasi yang tidak khas dan gabungan
dari prerenal, renal dan post renal atau obstruktif (Yokota et.al., 2017).
Obat vasoaktif dan inotropik sangat penting untuk manajemen syok septik. Namun,
obat-obatan ini juga dikaitkan dengan efek kardiovaskular yang merugikan, seperti
aritmia, iskemia jantung dan perifer, dan hipertensi/hipotensi, yang dapat berakibat fatal
pada pasien kritis (Song et.al., 2021). Khusus pada pasien geriatri, beberapa perubahan
fisiologis mempengaruhi farmakodinamik dan farmakokinetik termasuk penurunan
fungsi ginjal, penurunan aliran darah hepatik, peningkatan lemak tubuh dan penurunan
massa otot, cairan yang berlebih akan mempengaruhi distribusi, metabolisme, dan
eliminasi kardiovaskular dan obat nonkardiovaskular. Selain itu, perubahan terkait usia
pada target organ akan mempengaruhi respon obat (Damluji et.al., 2020).
Inotropik didefinisikan sebagai substansi yang mempengaruhi kerja otot jantung,
sementara vasopresor didefinisikan sebagai substansi yang mempengaruhi atau
menyebabkan kontriksi dari pembuluh darah. Agen ini digunakan apabila terjadi
ketidakstabilan hemodinamik sehingga dicapai kondisi hemodinamik yang diharapkan.
Substansi yang merupakan inotropik dan vasopressor umumnya merupakan golongan
katekolamin. Katekolamin ini kemudian mempengaruhi beberapa reseptor simpatik pada
tubuh, terutama reseptor α dan reseptor β. Kedua reseptor ini memiliki beberapa subtype
yang akan berefek terhadap otot jantung atau pembuluh darah. Reseptor α1 adrenergik
terletak pada otot polos vaskuler (sirkulasi perifer, renal dan koroner) dan jika terpicu
menyebabkan vasokonstriksi dan meningkatkan tahanan vaskuler sistemik. Reseptor β1
adrenergik terletak di jantung dan jika terpicu bisa menyebabkan peningkatan denyut
jantung dan peningkatan kontraktilitas jantung (peningkatan cardiac output). Reseptor β2
adrenergik terletak di otot polos vaskuler (perifer dan renal), yang jika terpicu akan
mencetuskan vasodilatasi atau penurunan tahanan vaskuler sistemik. (Benham-Hermetz
et.al., 2012).
Beberapa agen inotropik dan vasopressor diketahui memiliki sifat agonis terhadap
reseptor yang disebutkan tadi. Norepinefrin bersifat agonis pada reseptor α1 tetapi
memiliki sedikit efek agonis pada reseptor β1. Epinefrin dan dobutamin memiliki efek
agonis terhadap α1 dan β1, namun pada epinefrin dosis tinggi, agonis terhadap α1 lebih
dominan dan kuat. Dopamin memiliki efek sesuai dosisnya, dosis rendah 1-3 µg/kg/min
memiliki efek agonis terhadap reseptor dopamin, dosis sedang 3-10 µg/kg/min bersifat
agonis terhadap β1, dan dosis tinggi di atas 10 µg/kg/min bersifat agonis terhadap reseptor
α1. Selain obat yang disebutkan tadi, ada obat lain yang bersifat vasopressor yaitu
vasopresin. Vasopresin merupakan hormon endogen yang sering juga disebut hormon
anti diuretik yang juga dihasilkan oleh hipofisis posterior. Obat ini bekerja pada reseptor
V1 pada otot polos vaskuler dengan meningkatkan jumlah kalsium intraseluler yang
menyebabkan vasokonstriksi dan peningkatan tahanan perifer sistemik (Benham-
Hermetz et.al., 2012)
Sepsis didefinisikan sebagai disfungsi multi organ yang mengancam jiwa,
disebabkan oleh disregulasi respon host terhadap infeksi. Syok septik didefinisikan
sebagai bagian dari sepsis dimana terdapat kelainan peredaran darah, seluler, dan
metabolisme yang menimbulkan risiko lebih besar mortalitas daripada sepsis sendiri.
Definisi Sepsis-3 terbaru merekomendasikan penggunaan sistem skoring qSOFA untuk
pasien dengan prognosis buruk di luar perawatan intensif. Skor ini menggunakan tiga
kriteria yaitu tekanan darah rendah (tekanan darah sistolik ≤100 mmHg), frekuensi napas
≥22 kali/menit, dan perubahan status mental (GCS:<15). Skor qSOFA positif apabila
ditemukan ≥2 poin. Penelitian Song et.al., tahun 2021 pada 910 pasien sepsis menemukan
53.6% pasien mendapatkan vasopresor atau inotropik dalam 6 (enam) jam pertama masuk
rumah sakit. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kematian antara lain usia yang
lebih tua, syok septik yang berulang, skor SOFA yang lebih tinggi, kadar laktat,
procalsitonin dan C-reactive protein (CRP) yang lebih tinggi (Song et al., 2021).
Penelitian Maillet et.al. tahun 2003 yang melibatkan 325 pasien post operasi
jantung yang diadmisikan ke ICU di salah satu rumah sakit swasta non pendidikan,
menemukan bahwa operasi non elektif, durasi CPB dan penggunaan
vasopressor/inotropik intraoperatif signifikan mempengaruhi kadar laktat post operasi.
Pada penelitian ini, laktat di atas 3 mmol/L pada saat admisi ICU terkait dengan
peningkatan morbiditas dan mortalitas di ICU (Maillet et.al., 2003).
Pada penelitian lain vasopresor juga ditemukan sebagai faktor resiko yang terkait
dengan kematian post operatif. Kristansson et.al. pada tahun 2018 meneliti pada 967
pasien post operasi fraktur panggul dan mendapatkan sekitar 80.4% persen pasien
menerima terapi vasopresor intraoperatif. Dari penelitian ini ditemukan bahwa pemberian
terapi vasopresor ≥ 3 jam secara signifikan meningkatkan kejadian kematian
(Kristiansson et.al., 2018).
Sejalan dengan beberapa penelitian di atas, pada penelitian ini juga ditemukan
penggunaan obat vasopressor atau inotropik berpengaruh secara signifikan terhadap
mortalitas geriatri di ICU RSUP Sardjito Yogyakarta (p=0.003, OR 0.277, CI 95% 0.120-
0.640).
Berbeda halnya dengan meta analisis yang dilakukan oleh Belletti et.al., tahun 2015,
menyimpulkan tidak ada perbedaan yang bermakna pengaruh pemberian obat vasopresor
atau inotropik terhadap kematian dengan p=0.23, RR 0.98 (Belletti et.al., 2015). Senada
juga dengan penelitian Keet et.al., tahun 2017 di Selandia Baru, menyimpulkan
penggunaan obat inotropik atau vasopressor tidak bisa digunakan sebagai prediktor
terhadap mortalitas karena kegagalan kardiovaskular. Menariknya dari penelitian ini
vasopresor lebih diperlukan untuk mendukung fungsi peredaran darah terkait dengan
penambahan sedasi analgesi pada pasien yang mendapatkan bantuan ventilasi tekanan
positif intermiten (IPPV). Namun karena jumlah sampel yang sedikit, peneliti
menyatakan mungkin saja terdapat bias terhadap hal tersebut (Keet et.al., 2017).
Variabel terakhir dalam penelitian ini yang signifikan adalah penggunaan ventilasi
mekanik atau ventilator. Ventilator adalah mesin yang menghasilkan tekanan yang
diperlukan untuk mengalirkan gas/udara sehingga meningkatkan volume paru. Indikasi
penggunaan ventilasi mekanik adalah gagal napas baik tipe I atau tipe II. Gagal napas tipe
I atau hipoksemia ditandai dengan ketidakmampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan
oksigen tubuh atau mampu melakukannya namun tidak adequat sehingga dapat
mengakibatkan gangguan metabolik dan/atau hemodinamik. Gagal napas tipe II atau
hiperkapnia terjadi karena ketidakmampuan pompa ventilasi untuk memenuhi kebutuhan
ventilasi yang mungkin disebabkan oleh depresi pernapasan sentral, kelemahan
neuromuskular, deformitas dinding dada bilateral, kelainan paru atau obstruksi jalan
napas yang parah. Selain hal di atas, intubasi endotrakeal atau trakeostomi mungkin
diperlukan untuk perlindungan jalan nafas dan pengeluaran sekret. Kedua keadaan
tersebut dapat terjadi pada kasus penurunan kesadaran atau paska operasi. Selain itu
masalah metabolik paska operasi seringkali terjadi sehingga menjadi dasar penggunaan
ventilasi mekanik paska operasi (Collins et.al., 2002).
Pada penelitian Giannasi et.al., terhadap 249 pasien usia ≥65 tahun yang dirawat di
ICU, semua pasien membutuhkan bantuan ventilasi mekanis lebih dari 48 jam dengan
rata-rata durasi 10 hari (Giannasi et.al., 2018). Tidak jauh berbeda dengan yang
didapatkan pada penelitian ini yaitu 8.12 + 8,348 hari.
Penelitian oleh Anon et.al., tahun 2013 menyebutkan pasien yang berusia 75 tahun
dengan pneumonia, sepsis atau trauma memiliki mortalitas di ICU yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pasien yang lebih muda (Anon et.al., 2013). Hal yang tidak jauh
berbeda disebutkan dalam penelitian Ma et.al., tahun 2021 dimana pasien geriatri yang
mendapatkan bantuan ventilasi mekanis memiliki tingkat mortalitas yang lebih tinggi (Ma
et.al., 2021). Hal yang sama juga disebutkan dari penelitian meta analisis oleh Cruz et.al.,
dimana disebutkan usia tua atau pasien geriatri memiliki risiko mortalitas yang lebih
tinggi (Cruz et.al., 2019).
Pada penelitian ini didapatkan mortalitas lebih banyak terjadi setelah mendapatkan
tindakan intubasi dan ventilasi mekanis (p=0.004, OR 0.890, CI 95% 0.823-0.963).
Berbeda dengan hasil yang didapatkan oleh Al Saeed et.al., dimana dari 140 pasien, 136
di antaranya mengalami kematian dan 50.7% dari kematian itu terjadi pada 24 jam
pertama setelah mendapatkan bantuan ventilasi mekanis (Al Saeed et.al., 2021). Pada
penelitian lain disebutkan kejadian VAP terjadi setelah 2 (dua) hari pemasangan ventilasi
mekanis invasif. Risiko mortalitas pada pasien yang mendapatkan ventilator sebesar 38%
(Saied et.al., 2019).
Namun demikian, penelitian retrospektif ini memiliki kekurangan karena hanya
mengambil sampel dari data sekunder rekam medis pasien. Data yang didapatkan
mungkin tidak mencerminkan secara keseluruhan karakteristik populasi pasien ICU di
rumah sakit di Indonesia. Selain itu, data rekam medis yang tidak lengkap juga menjadi
penghambat lain dalam pengumpulan data sehingga tidak semua pasien yang bisa
dijadikan sampel dalam penelitian ini.
Oleh karena itu, kedepannya perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui
faktor mana saja yang paling mempengaruhi mortalitas geriatri di ICU dengan jumlah
sampel yang lebih besar dengan menggali lebih banyak faktor risiko lain seperti
penggunaan antibiotik, renal replacement therapy dan lain sebagainya. Diharapkan
dengan penambahan faktor lain tersebut didapatkan suatu rumusan yang dapat menjadi
pertimbangan dalam efektifitas dan efisiensi bagi rumah sakit terkait manajemen
pelayanan khususnya pasien geriatri yang menjalani perawatan di ICU.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian ini, pasien geriatri yang memiliki komorbid ginjal baik
acute kidney injury ataupun chronic kidney disease, menggunakan ventilasi mekanis
invasif dan penggunaan obat-obat inotropik vasopresor merupakan faktor risiko
mortalitas pasien geriatri di ICU RSUP Dr.Sardjito. Namun karena besaran risiko yang
didapatkan cukup kecil maka disimpulkan faktor-faktor di atas bukan merupakan faktor
predominan tunggal untuk kejadian mortalitas pasien geriatri di ICU.

2. Saran
Dilakukan penelitian lebih lanjut dengan data sampel yang didapatkan dari data
primer prospektif dengan sampel lebih besar, heterogenitas subyek penelitian yang lebih
banyak, variabel yang lebih bervariasi sehingga hasil yang didapatkan lebih
mencerminkan populasi umum pasien geriatri di ICU.
DAFTAR PUSTAKA

Abuhasira, R., Anstey, M., Novack, V., Bose, S., Talmor, D., Fuchs, L., 2022. Intensive
Care Unit Capacity And Mortality In Older Adults: A Three Nations Retrospective
Observational Cohort Study. Annals of Intensive Care. 12:20.

Alvis, B.D., Hughes, CG., 2015. Physiology Considerations In The Geriatric Patients.
Anesth Clin. 33(3):447–56.

Al Saeed, M., Almoosawi, B.M., Al Awainati, M., Al Barni, M., Abbas, F., 2021.
Characteristics And Outcomes Of Mechanically Ventilated Elderly Patients In The
Absence Of An End-Of-Life Care Policy: A Retrospective Study From Bahrain.
Ann Saudi Med : 222-31.

Andrias., Hanafie, A., Wijaya, D.W., 2017. Perbandingan Validitas Sistem Penilaian
APACHE II, SOFA, dan CSOFA Sebagai Prediktor Mortalitas Pasien yang Dirawat
di Instalasi Rawat Intensif Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.
Jurnal Anestesi Perioperatif JAP. 5(1):17-23.

Anon, J.M., Gómez-Tello, V., González-Higueras, E., Córcoles, V., Quintana, M., de
Lorenzo, A.G., Onoro, J.J., Martín-Delgado, C., García-Fernández, A., Marina, L.,
Gordo, F., Choperena, G., Díaz-Alersi, R., Montejo, J.C., López-Martínez, J., 2013.
Prognosis Of Elderly Patients Subjected To Mechanical Ventilation In The ICU.
Med Intensiva. 37(3):149-155.

Bahat, G., Tufan, F., Saka, B., Akin, S., Ozkaya, H., Yucel, N., Erten, N., Karan, M.A.,
2012. Which Body Mass Index (BMI) Is Better In The Elderly For Functional
Status?. Archives of Gerontology and Geriatrics. 54(1):78-81.

Beil, M., Flaatten, H., Guidet, B., Sviri, S., Jung, C., de Lange, D., Leaver, S., Fjølner, J.,
Szczeklik, W., van Heerden, P.V., 2021. The Management Of Multi-Morbidity
In Elderly Patients: Ready Yet For Precision Medicine In Intensive Care?. Crit
Care. 25:330.
Belayachi, J., El Khayari, M., Dendane, T., Madani, N., Abidi, K., Abouqal, R.,
Zeggwagh, A.A., 2012. Factors Predicting Mortality In Elderly Patients Admitted
To a Moroccan Medical Intensive Care Unit. S Afr J Crit Care. 28(l):22-27.

Belletti, A., Castro, M. L., Silvetti, S., Greco, T., Biondi-Zoccai, G., Pasin, L., Zangrillo,
A., Landoni, G., 2015. The Effect Of Inotropes And Vasopressors On Mortality: A
Meta-Analysis Of Randomized Clinical Trials. British Journal of Anaesthesia. 115
(5): 656–75.

Bello, A.K., Alrukhaimi, M., Ashuntantang, G.E., Basnet, S., Rotter, R.C., 2017.
Complications Of Chronic Kidney Disease: Current State, Knowledge Gaps, And
Strategy For Action. Kidney International Supplements. 7:122–129.

Benham-Hermetz, J., Lambert, M., Stephens, R.C.M., 2012. Cardiovascular Failure,


Inotropes And Vasopressors. British Journal of Hospital Medicine. 73(5).

BPS, 2021. Angka Harapan Hidup (AHH) Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin (Tahun)
2019-2021. Diakses dari https://www.bps.go.id/indicator/40/501/1/angka-
harapan-hidup-ahh-menurut-provinsi-dan-jenis-kelamin.html tanggal 28 Mei
2022.

Brummel, NE., Ferrante, LE., 2018. Integrating Geriatric Principles Into Critical Care
Medicine: The Time Is Now. Ann Am Thorac Soc. 15(5):518–22.

Bryan, N., Sarwari, A.R., 2018. Immune Response and Infections in the Elderly in
Principles Of Geriatric Critical Care. Cambridge, University Printing House.
p138-46.

Butterworth, J.F., Mackey, D.C., Wasnick, J.D., 2018. Geriatric Anesthesia in Morgan &
Mikhail’s Clinical Anesthesiology, 6th Ed. McGraw-Hill Education.

Carson, S.S., Bach, P,B., 2002. The Epidemiology And Costs Of Chronic Critical Illness.
Crit Care Clin. 18:461 – 76.

Chan, S.P., Ip K.Y., Irwin, M.G., 2019. Perioperative Optimisation Of Elderly And Frail
Patients: a Narrative Review. Anaesthesia. 74(1):80–9.
Chin-Yee, N., D’Egidio, G., Thavorn, K., Heyland, D., Kyeremanteng, K., 2017. Cost
Analysis Of The Very Elderly Admitted To Intensive Care Units. Critical Care.
21(1): 109.

Collins, T.C., Daley, J., Henderson, W.H., Khuri, S.F., 2002. Risk Factors for Prolonged
Length of Stay After Major Elective Surgery. Annals of Medicine and Surgery. 230
(1), 251–59.

Cruz, R.S., Villarejo, F., Figueroa, A., Cortes-Jofre, M., Gagliardi, J., Navarrete, M.,
2019. Mortality in Critically Ill Elderly Individuals Receiving Mechanical
Ventilation. Respir Care. 64(4):473–83.

Dahlan, M.S., 2018. Langkah Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran
dan Kesehatan, 2nd ed. Jakarta: CV. Segung Seto.

Damluji, A.A., Forman, D.E., Diepen, S.V., Alexander, K.P., Page II, R.L., Hummel,
S.L., Menon, V., Katz, J.N., Albert, N.M., Afilalo, J., Cohen, M.G., 2020. Older
Adults in the Cardiac Intensive Care Unit: Factoring Geriatric Syndromes in the
Management, Prognosis, and Process of Care. A Scientific Statement From the
American Heart Association. Circulation. 141:e6–e32.

Devlin, J.W., Barletta, J.F., 2008. Principles Of Drug Dosing In Critically Ill Patients In
Critical Care Medicine: Principles Of Diagnosis And Management In The Adult.
Mosby Elsevier, Philadelphia. P343-76.

Díaz-Díaz, D., Villanova, M.M., Palencia, H.E., 2018. Oncological Patients Admitted To
An Intensive Care Unit. Analysis Of Predictors Of In-Hospital Mortality. Med
Intensiva. 42:346-53.

Dodson, J.A., Matlock, D.D., Forman, D.E., 2017. Geriatric Cardiology: An Emerging
Discipline. Physiol Behav. 176(10):139–48.

Driessen, R.G.H., Heijnen, N.F.L., Hulsewe, R.P.M.G., Holtkamp, J.W.M., Winkens, B.,
Van de Poll, M.C.G., 2020. Early ICU-Mortality In Sepsis – Causes, Influencing
Factors And Variability In Clinical Judgement: A Retrospective Cohort Study.
Infectious Diseases. 53(1):61-8.
El Said, S.M.S., 2013. Geriatrics Intensive Care Unit: Outcome And Risk Factors For In
Hospital Mortality. Advances in Aging Research. 2:166-69.

Fuchs, L., Chronaki, C.E., Park, S., Novack, V., Baumfeld, Y., Scott, D., McLennan, S.,
Talmor, D., Celi, L., 2012. ICU Admission Characteristics And Mortality Rates
Among Elderly And Very Elderly Patients. Intensive Care Med. 38:1654–61.

Geller, D.S., Crowley, S.T., 2018. Electrolyte and Renal Disorders in the Critically Ill
Elderly in Principles Of Geriatric Critical Care. Cambridge, University Printing
House. p114-25.

Giannasi, S.E., Venuti, M.S., Midley, A.D., Roux, N., Kecskes, C., San Román, E., 2018.
Mortality Risk Factors In Elderly Patients In Intensive Care Without Limitation Of
Therapeutic Effort. Med Intensiva (Engl Ed). 42(8):482-89.

Grissom, C.K., Brown, S.M., Kuttler, K.G., Boltax, J.P., Jones, J., Jephson, A.R., Orme
Jr, J.F., 2010. A Modified Sequential Organ Failure Assessment Score for Critical
Care Triage. Disaster Medicine and Public Health Preparedness. Vol 4(4).

Guidet, B., Vallet, H., Boddaert, J., de Lange, D.W., Morandi, A., Leblanc, G., Artigas,
A., Flaatten, H., 2018. Caring For The Critically Ill Patients Over 80: a Narrative
Review. Ann Intensive Care. 8(1):1–15.

Hébert, P.C., Wells, G., Tweeddale, M., Martin, C., Marshall, J., Pham, B., 1997. Does
Transfusion Practice Affect Mortality In Critically Ill Patients? Transfusion
Requirements In Critical Care (TRICC) Investigators And The Canadian Critical
Care Trials Group. American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine.
155(5):1618–23.

Hendrawati, T., 2015. Kajian Metode Imputasi Dalam Menangani Missing Data, Seminar
Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2015, p. 6. Available at:
http://hdl.handle.net/11617/5804 (Accessed: 12 August 2021).
Ibn Saied, W., Mourvillier, B., Cohen, Y., Ruckly, S., Reignier, J., Marcotte, G., Siami,
S., Bouadma, L., Darmon, M., de Montmollin, E., Argaud, L., Kallel, H., Garrouste-
Orgeas, M., Soufir, L., Schwebel, C., Souweine, B., Glodgran-Toledano, D.,
Papazian, L., Timsit, J.F., 2019. A Comparison of the Mortality Risk Associated
With Ventilator-Acquired Bacterial Pneumonia and Nonventilator ICU-Acquired
Bacterial Pneumonia. Critical Car Medicine. 47(3):345-52.

Junior, A.P.N., Trevisani, M.d.S., Bettim, B.B., Zampieri, F.G., Carvalho, J.A.,. Silva,
A., de Freitas, F.G.R., Pinto, J.E.D.S.S., Romano, E., Ramos, S.R., Faria, G.B.A.,
Silva, U.V.A., Santos, R.C., Tommasi, E.O., de Moraes, A.P.P., da Cruz, B.A.,
Bozza, F.A., Caruso, P., Salluh, J.I.F., Soares, M., 2020. Elderly Patients With
Cancer Admitted To Intensive Care Unit: A Multicenter Study In A Middle-Income
Country. PLoS ONE. 15(8): e0238124.

Kahn, J.M., Lee, T., Angus, D.C., Cox, C.E., Hough, C.L., White, D.B., 2015. The
Epidemiology Of Chronic Critical Illness In The United States. Crit Care Med.
43(2):282–7.

Keet, O., Chisholm, S., Goodson, J., Browne, T., 2017. A Retrospective Observational
Study Of Mortality Rates In Elderly Patients With Shock In A New Zealand District
Hospital ICU. NZMJ. 130(1453).

Kristiansson, J., Olsen, F., Hagberg, E., Dutkiewicz, R., Nellgård, B., 2018. Prolonged
Vasopressor Support During Hip-Fracture Surgery Is A Risk Factor For Enhanced
Mortality. Acta Anaesthesiol Scand. 63(1):46-54.

Lai, C.C., Tseng, K.L., Ho, C.H., Chiang, S.R., Chen, C.M., Chan, K.S., Chao, C.M.,
Hsing, S.C., & Cheng, K.C., 2019. Prognosis Of Patients With Acute Respiratory
Failure And Prolonged Intensive Care Unit Stay. Journal of thoracic disease. 11(5):
2051–57.

Lat, T.I., McGraw, M.K., White, H.D., 2021. Gender Differences in Critical Illness and
Critical Care Research. Clin Chest Med. 42:543–55.
Li, G., Cook, D.J., Thabane, L., Friedrich, J.O., Crozier, T.M., 2016. Risk Factors For
Mortality In Patients Admitted To Intensive Care Units With Pneumonia.
Respiratory Research. 17:80.

Li, Q., Zhang, T., Li, F., Mao, M., Kang, H., Tao, L., Zhou, F., Cai, Y., 2021. Acute
Kidney Injury Can Predict In-Hospital Mortality in Elderly Patients with COVID-
19 in the ICU: A Single-Center Study. Clinical Interventions in Aging. 15:2095–
2107.

Lui, F.Y., Davis, K.A., 2018. Trauma and Musculoskeletal System Dysfunction in the
Critically Ill Elderly in Principles Of Geriatric Critical Care. Cambridge,
University Printing House. p126-37.

Ma, J.G., Zhu, B., Jiang, L., Jiang, Q., Xi, X.M., 2021. Clinical Characteristics And
Outcomes Of Mechanically Ventilated Elderly Patients In Intensive Care Units: A
Chinese Multicentre Retrospective Study. J Thorac Dis. 13(4):2148-59.

Maillet, J.M., Le Besnerais, P., Cantoni, M., Nataf, P., Ruffenach, A., Lessana, A., 2003.
Frequency, Risk Factors, and Outcome of Hyperlactatemia After Cardiac Surgery.
Chest. 123(5):1361–66.

McGrane, J,T., Pandharipande, P.P., Hughes, C.G., 2018. Neurocognitive Dysfunction


And Geriatric Neurocritical Care in Principles Of Geriatric Critical Care.
Cambridge, University Printing House. p65–90.

Nielsson, M.S., Christiansen, C.F., Johansen, M.B., Rasmussen, B.S., Tønnesen, E.,
Nørgaard, M., 2014. Mortality In Elderly ICU Patients: A Cohort Study. Acta
Anaesthesiol Scand. 58:19–26.

Nik, A., Andalibi, M.S.S., Ehsaei, M.R., Zarifian, A., Karimiani, E.G., Bahadoorkhan,
G., 2018. The Efficacy of Glasgow Coma Scale (GCS) Score and Acute Physiology
and Chronic Health Evaluation (APACHE) II for Predicting Hospital Mortality of
ICU Patients with Acute Traumatic Brain Injury. Bull Emerg Trauma. 6(2):141-45.
Oliveira, K., Maerz, L.L., 2018. Epidemiology of Critical Illness in the Elderly in
Principles Of Geriatric Critical Care. Cambridge, University Printing House. p1-
10.

Orooji, A., Nazar, E., Sadeghi, M., Moradi, A., Jafari, Z., Esmaily, H., 2021. Factors
Associated With Length Of Stay In Hospital Among The Elderly Patients Using
Count Regression Models. Med J Islam Repub Iran. 35:5.

Pauldine, R., 2018. Geriatric Cardiovascular Critical Care in Principles Of Geriatric


Critical Care. Cambridge, University Printing House. p81-101.

Pisani, M.A., McNicoll, L., Inouye, S.K., 2003. Cognitive Impairment In The Intensive
Care Unit. Clin Chest Med. 24(4):727–37.

Pongsittisak, W., Phonsawang, K., Jaturapisanukul, S., Prommool, S., Kurathong, S.,
2020. Acute Kidney Injury Outcomes of Elderly and Nonelderly Patients in the
Medical Intensive Care Unit of a University Hospital in a Developing Country.
Hindawi Critical Care Research and Practice.

Poston, J.T., Koyner, J.L., 2019. Sepsis Associated Acute Kidney Injury. BMJ;
364:k4891.

Poulakou, G., Lagou, S., Papadatos, S., Anagnostopoulos, I., Papatheodoridi, M.,
Dimopoulos, G., 2019. Infections In Elderly Intensive Care Unit Patients. J Emerg
Crit Care Med. 3:1–12.

Puchades, R., González, B., Contreras, M., Gullón, A., Miguel, R.D., Martín, D.,
Gutiérrez, C., Navarro, R., 2015. Cardiovascular Profile In Critically Ill Elderly
Medical Patients: Prevalence, Mortality And Length Of Stay. European Journal of
Internal Medicine. 26:49–55.

Sanaie, S., Hosseini, M.S., Karrubi, F., Iranpour, A., Mahmoodpoor, A., 2021. Impact of
Body Mass Index on the Mortality of Critically Ill Patients Admitted to the
Intensive Care Unit: An Observational Study. Anesth Pain Med. 11(1):e108561.
Setiati, S., 2013. Geriatric Medicine, Sarcopenia, Frailty And Geriatric Quality Of Life:
Future Challenge In Education, Research And Medical Service In Indonesia. eJKI.
1(3):234–42.

Shander, A., Syed, F., Javidroozi, M., 2018. Transfusion Therapy and Common
Hematologic Problems in the Critically Ill Elderly in the Elderly in Principles Of
Geriatric Critical Care. Cambridge, University Printing House. P147-67.

Shpata, V., Ohri, I., Nurka, T., Prendushi, X., 2015. The Prevalence And Consequences
Of Malnutrition Risk In Elderly Albanian Intensive Care Unit Patients. Clinical
Interventions in Aging. 10:481–86.

Siner, J.M., Pisani, M.A., 2018. Respiratory Critical Care in the Elderly in Principles Of
Geriatric Critical Care. Cambridge, University Printing House. p51-62.

Song, J., Cho, H., Park, D.W., Moon, S., Kim, J.Y., Ahn, S., Lee, S., Park, J., 2021.
Vasoactive-Inotropic Score as an Early Predictor of Mortality in Adult Patients with
Sepsis. J. Clin. Med. 10:495.

Thomas, R., Kanso, A., Sedor, J.R., 2008. Chronic Kidney Disease and Its Complications.
Prim Care Clin Office Pract. 35:329–44.

Torres, A.G., Grek, S., Fahy, B.G., 2018. Nutritional and Metabolic Derangements in the
Critically Ill Elderly Elderly in Principles Of Geriatric Critical Care. Cambridge,
University Printing House. P102-13.

Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Diakses dari
https://peraturan.bpk.go.id/ tanggal 2 Maret 2021.

Vera., Evacuasiany, E.,Richardo, Y., 2011. Characteristics of the Elderly Patients at the
Intensive Care Unit of Immanuel Hospital in Bandung. JKM. 10(2):110-19.

Vincent, J.L., Jones, G., David, S., Olariu, E., Cadwell, K.K., 2019. Frequency And
Mortality Of Septic Shock In Europe And North America: A Systematic Review
And Meta-Analysis. Critical Care. 23:196.
Xu, J.R., Zhu, J.M., Jiang, J., Ding, X.Q., Fang, Y., Shen, B., Liu, Z.H., Zou, J.Z., Liu,
L., Wang, C.S., Ronco, C., Liu, H., Teng, J., 2015. Risk Factors for Long-Term
Mortality and Progressive Chronic Kidney Disease Associated With Acute Kidney
Injury After Cardiac Surgery. Medicine. 94(45).

Yokota, L.G., Sampaio, B.M., Rocha, E.P., Balbi, A.L., Ponce, D., 2017. Acute Kidney
Injury In Elderly Intensive Care Patients From A Developing Country: Clinical
Features And Outcome. International Journal of Nephrology and Renovascular
Disease. 10:27–33.

Yokota, L.G., Sampaio, B.M., Rocha, E.P., Balbi, A.L., Prado, I.R.S., Ponce, D., 2018.
Acute Kidney Injury In Elderly Patients: Narrative Review On Incidence, Risk
Factors, And Mortality. International Journal of Nephrology and Renovascular
Disease. 11:217–24.
Lampiran 1. Formulir Penelitian

IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO MORTALITAS GERIATRI


DI ICU RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Peneliti : dr. Maijoni Hendra


Pembimbing : 1. Dr. Med. dr. Untung Widodo, SpAn, KIC
2. dr. Akhmad Yun Jufan, M.Sc, Sp.An, KIC

1. Data Pasien
a. Nomor sampel : ..……………………………………….............
b. ID pasien : ICUGERIMORT - ……………………………
c. Nomor RM : ..……………………………………………….
d. Usia :…….. Tahun
e. Jenis Kelamin : □ Laki-laki □ Perempuan

2. Data Karakteristik Pasien


a. Berat Badan :…….. kg
b. Tinggi Badan :……... cm
c. Indeks Masa Tubuh (IMT) :……... kg/m2
d. Diagnosis masuk ICU : ...………………………………………..
...………………………………………..
...………………………………………..
...………………………………………..
...………………………………………..
3. Outcome :
□ Meninggal
□ Hidup
Modified Sequential Organ Failure Assesment Score
Sistem Organ 1 2 3 4 5
SpO2/FiO2 >400 ≤400 ≤315 ≤235 ≤150
Liver Tidak Ikterik
ikterik
Kardiovaskuler Tidak MAP <70 Dopamin ≤5 Dopamin Dopamin
hipotensi mmhg atau >5, >15
dobutamine Epinefrin Epinefrin
≤0,1 >0,1
NE ≤0,1 NE >0,1
CNS, GCS 15 13-14 10-12 6-9 <6
Sistem Renal, <1,2 1,2-1,9 2,0-3,4 3,5-4,9 >5
Creatinin
Variabel Faktor Risiko Mortalitas
Usia 60-65 66-70 >70
Jenis kelamin Pria Wanita
Berat badan (BMI) BMI <25 BMI 25-30 BMI >30
Komorbid kardiovaskuler Ya Tidak
Komorbid respirasi Ya Tidak
Komorbid neurologis Ya Tidak
Komorbid renal Ya Tidak
Komorbid sepsis/infeksi Ya Tidak
Komorbid keganasan Ya Tidak
Komorbid kritis pre admisi Ya Tidak
Penggunaan vasopresor/inotropic Ya Tidak
Jenis Operasi Minor Mayor
Urgensi operasi Cito Elektif
Transfusi darah Ya Tidak
Penggunaan ventilator Ya Tidak
Meninggal Ya Tidak

Waktu pengambilan sampel (Jam/Tanggal) : ..……………..…………………………

Nama pengambil sampel : …………………………………………


Lampiran 2. Ethical Clearance

Lampiran 3. Izin Penelitian dari Diklit RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai