Anda di halaman 1dari 47

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH RELAKSASI GENGGAM JARI TERHADAP


KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI BENIGNA PROSTAT
HIPERPLASIA (BPH) DI RUANG INSTALASI BEDAH
SENTRAL (IBS) RSUD DR. DRADJAT PRAWIRANEGARA
KAB. SERANG

OLEH :
ALWAN SURYADI
NIM. 191030100465

STIKES WIDYA DARMA HUSADA TANGERANG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Penelitian dengan judul :


“Pengaruh Relaksasi Genggam Jari Terhadap Kecemasan Pasien Pre-Operasi
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) di Ruang Instalasi Bedah Sentral (IBS)
RSUD dr. Dradjat Prawiranegara Kab. Serang”

Telah disetujui untuk diujikan di hadapan Dewan Penguji Proposal Penelitian


Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Widya Dharma Husada Tangerang

Pamulang, November 2020


Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Riris Andriati, S.Kep., M.Kep. Fenita Purnama Sari Indah, MKM., M.Kes.
Mengetahui,
Ketua Program Studi S.1 Keperawatan

Ns. Dewi Fitriani, S.Kep, M.Kep.

KATA PENGANTAR

ii
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. atas segala kuasa dan karunia
yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal penenelitian yang
berjudul “Pengaruh Relaksasi Genggam Jari Terhadap Kecemasan Pasien Pre-
Operasi Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) di Ruang Instalasi Bedah Sentral
(IBS) RSUD dr. Dradjat Prawiranegara Kab. Serang”. Proposal penelitian ini
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
Keperawatan pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Widya Dharma
Husada Tangerang.
Dalam menyelesaikan Proposal penelitian ini penulis menyadari bahwa banyak
mendapat bantuan berupa bimbingan, arahan dan saran dari berbagai pihak.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Dr. (HC) Drs. H. Darsono, selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Widya Dharma Husada Tangerang.
2. Ns. Riris Andriati, S.Kep., M.Kep. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Widya Dharma Husada Tangerang.
3. Dr. Rahmat Setiadi, MARS, selaku direktur RSUD dr. Dradjat Prawiranegara
Kab. Serang.
4. Dr.H M Hasan, SKM, M.Kes, selaku Wakil Ketua I Bidang Akademik
STIKes Widya Dharma Husada Tangerang.
5. Novy Siti Romlah, SST., M.Epid, selaku Wakil Ketua II Bidang Akademik
dan selaku pembimbing teknis yang telah memberikan bimbingan dan arahan
dalam penulisan yang baik dan benar.
6. Ida Listiana. SST, M.Kes, selaku Wakil Ketua III Bidang Akademik STIKes
Widya Dharma Husada Tangerang.
7. Ns. Dewi Fitriani, S.Kep, M.Kep, selaku Ka.Prodi S1 Keperawatan STIKes
Widya Dharma Husada Tangerang.
8. Ns. Riris Andriati, S.Kep., M.Kep, selaku Pembimbing materi yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan Propsal penelitian.
9. Seluruh dosen dan staf tata usaha STIKes Widya Dharma Husada Tangerang
yang telah memberikan bimbingan dan pengetahuan serta fasilitas dalam
mengikuti pendidikan hingga penyelesaian Proposal penelitian ini.

iii
Dengan berbagai keterbatasan dalam pembuatan Proposal penelitian ini, penulis
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan laporan
penelitian ini. Akhir kata semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat
bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan profesi keperawatan
khususnya.
Pamulang, Oktober 2020

Alwan Suryadi

DAFTAR ISI

Halaman

iv
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………. i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Pertanyaan Penelitian ........................................................................ 5
D. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
1. Tujuan Umum ............................................................................... 6
2. Tujuan Khusus .............................................................................. 6
E. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6
1. Manfaat Teoritis .......................................................................... 6
2. Manfaat Praktis............................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 8


A. Konsep Teori...................................................................................... 8
1. Konsep Dasar Perioperatif ........................................................... 7
2. Kecemasan Pra Operasi ............................................................... 14
3. Terapi Relaksasi Massase Punggung ............................................ 21
B. Penelitian Terkait................................................................................ 24
C. Kerangka Teori Penelitian.................................................................. 25

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN


HIPOTESIS...................................................................................... 27
A. Kerangka Konsep .............................................................................. 27
B. Definisi Operasional........................................................................... 27
C. Hipotesis............................................................................................. 29

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN..................................................... 30


A. Desain Penelitian ............................................................................... 30
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 30
C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 31
D. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data ............................................ 33
E. Pengolahan Data dan Analisa Data.................................................... 36
F. Etika Penelitian .................................................................................. 39
G. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tanda dan gejala kecemasan 15

vi
Tabel 2.2 SOP Relaksasi Genggam Jari 19
Tabel 3.1 Definisi Operasional 24

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Rentang kecemasan 17

vii
Bagan 2.2 Kerangka teori 22
Bagan 3.1 Kerangka Konsep 23
Bagan 4.1 Desain Pretest dan Posttest Group Design 26

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tehnik finger hold relaxation 20

viii
DAFTAR LAMPIRAN

ix
Lampiran 1 : Informed Consent
Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian

x
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kecemasan akan timbul karena adanya sesuatu yang tidak jelas atau tidak
diketahui sehingga muncul perasaan yang tidak tenang rasa khawatir atau
ketakutan (Rachmat, 2017). Banyak pasien pre operasi yang mengalami
gangguan, antara lain peningkatan tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh,
dan penurunan daya tahan tubuh (Stuart, 2017). Kecemasan juga sering
timbul pada pasien pre operasi, misalnya pada pasien dengan pre operasi
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH), hal ini dikarenakan pada operasi
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) hanya dilakukan sekali seumur hidup,
sehingga mampu menyebabkan kecemasan. Selain itu, kecemasan yang
terjadi pada pasien dengan pre operasi Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)
dapat menyebabkan tindakan operasi itu tertunda, semakin lamanya proses
pemulihan, meningkatnya rasa sakit pasca operasi, mengurangi kekebalan
seseorang terhadap infeksi, meningkatkan pemberian analgesik pasca operasi,
dan juga bertambahnya waktu rawat inap yang dijalani. (Utomo, 2016).

Di dunia, diperkirakan jumlah penderita BPH sebesar 30 juta, jumlah ini


hanya pada kaum pria karena wanita tidak mempunyai kalenjar prostat
(Emedicine, 2019). Di Amerika Serikat, terdapat lebih dari setengah (50%)
pada laki laki usia 60-70 th mengalami gejala BPH dan antara usia 70-90 th
sebanyak 90% mengalami gejala gejala BPH (Suharyanto, 2013). Data
prevalensi tentang BPH secara mikroskopi dan anatomi sebesar 40%dan 90%
terjadi pada rentang usia 50-60 tahun dan 80-90 tahun (Amalia, 2016). Di
Indonesia BPH merupakan kelainan urologi kedua setelah batu saluran kemih
yang dijumpai di klinik Urologi dan diperkirakan 50% pada pria berusia
diatas 50 tahun. Angka harapan hidup di Indonesia rata-rata mencapai 65

1
2

tahun sehingga diperkirakan 2,5 juta laki-laki di Indonesia menderita BPH.


(Pakasi, 2019).

Dari data di Banten khususnya di Kabupaten Serang survai yang dilakukan


adalah berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium (PA) dan (USG)
mencapai 104 pasien yang didiagnosa penyakit pembesaran prostat jinak
(Dinkes Kab. Serang, 2020). Adanya hiperplasia ini akan menyebabkan
terjadinya obstruksi saluran kemih dan untuk mengatasi obstruksi ini dapat
dilakukan dengan berbagai cara mulai dari tindakan yang paling ringan yaitu
secara konservatif atau non operatif sampai tindakan yang paling berat yaitu
operasi. Terapi sedini mungkin sangat dianjurkan untuk mengurangi gejala,
meningkatkan kualitas hidup dan menghindari komplikasi akibat obstruksi
yang berkepanjangan. Tindakan bedah masih merupakan terapi utama untuk
hiperplasia prostat atau lebih dari 90% kasus (Andre, 2018).

Tindakan pembedahan ini sering menimbulkan dampak yang luas dan


pengaruh psikologis terhadap pasien preoperasi (Smeltzer & Bare, 2011).
Pengaruh psikologis terhadap tindakan pembedahan dapat berbeda-beda,
namun sesungguhnya selalu timbul rasa ketakutan dan kecemasan yang
umum di antaranya karena anestesi sesuatu yang tidak diinginkan pada saat
pembedahan, nyeri akibat luka operasi, terjadi perubahan fisik menjadi buruk
atau tidak berfungsi normal, operasi gagal, mati dan lain (Smeltzer & Bare,
2011). Hal tersebut merupakan reaksi bagi pasien dan termasuk dalam bentuk
kecemasan sebelum operasi (Muttaqin dan Sari, 2011).

Kecemasan sendiri merupakan suatu pertanda yang menyadarkan atau


memperingatkan tentang adanya bahaya yang mengancam dan dapat
membuat seseorang mengambil suatu tindakan untuk mengatasi ancaman
tersebut (Ibrahim, 2013). Kecemasan dapat menyebabkan perubahan secara
fisik maupun psikologis yang ditandai dengan frekuensi nafas bertambah,
detak jantung meningkat, tekanan darah naik, dan secara umum mengurangi
3

tingkat energi klien, sehingga mampu merugikan individu itu sendiri dan hal
tersebut dapat menyebabkan tindakan operasi itu tertunda (Ibrahim, 2013).

Teknik relaksasi merupakan upaya untuk meningkatkan kendali dan percaya


diri serta mengurangi stres yang dirasakan (Stuart, 2017). Salah satu teknik
relaksasi yang digunakan adalah teknik relaksasi genggam jari. Menurut
Pinandita et al. (2012), mengemukakan bahwa relaksasi genggam jari
merupakan sebuah teknik relaksasi yang sangat sederhana dan mudah
dilakukan. Menggenggam jari disertai dengan menarik nafas dalam-dalam
dapat mengurangi ketegangan fisik dan emosi, karena genggaman jari akan
menghangatkan titik-titik masuk dan keluarnya energi pada meridian (saluran
energi) yang berhubungan dengan organ-organ di dalam tubuh yang terletak
pada jari tangan. Titik-titik refleksi pada tangan memberikan rangsangan
secara refleks (spontan) pada saat genggaman.

Rangsangan tersebut akan mengalirkan semacam gelombang kejut atau listrik


menuju otak kemudian diproses dengan cepat dan diteruskan menuju saraf
pada organ tubuh yang mengalami gangguan, sehingga sumbatan di jalur
energi menjadi lancar. Relaksasi genggam jari dapat mengendalikan dan
mengembalikan emosi yang akan membuat tubuh menjadi rileks. Ketika
tubuh dalam keadaan rileks, maka ketegangan pada otot berkurang yang
kemudian akan mengurangi kecemasan (Yuliastuti, 2015).

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pinandita (2012),


tentang pengaruh teknik relaksasi genggam jari terhadap penurunan intensitas
nyeri pada pasien post operasi laparatomi di RS PKU Muhammadiyah
Gombong, hasil penelitian tersebut yaitu ada pengaruh teknik relaksasi
genggam jari terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post operasi
laparatomi di RS PKU Muhammadiyah Gombong.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui observasi pada tanggal 21


September 2020 kepada pasien yang akan menjalani operasi BPH yang
4

berkisar di atas 40 tahun, rata – rata pasien mengalami kecemasan sebelum


dilakukan tindakan operasi, pasien merasa sangat cemas karena baru pertama
kali akan menjalani operasi mengatakan susah tidur, gelisah, keringat dingin,
sedangkan dua pasien mengatakan tidak terlalu cemas karena sebelumnya
pernah menjalani operasi. Berdasarkan masalah diatas, peneliti tertarik
melakukan penelitian mengenai “Pengaruh relaksasi genggam jari terhadap
kecemasan pasien pre operasi Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) di ruang
Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUD dr. Dradjat prawiranegara Kab. Serang”.

B. Rumusan Masalah

Kecemasan menjadi salah satu perasaan yang paling sering dialami oleh
pasien yang akan menjalani operasi. Terapi non farmakologi sering
digunakan untuk mengurangi tingkat kecemasan, salah satu tehnik relaksasi
untuk mengurangi kecemasan adalah tehnik relaksasi genggam jari.
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah yang diangkat adalah
“Pengaruh relaksasi genggam jari terhadap kecemasan pasien pre operasi
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) di ruang Instalasi Bedah Sentral (IBS)
RSUD dr. Dradjat prawiranegara Kab. Serang?”

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merumuskan pertanyaan penelitian


sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik responden (jenis kelamin, usia) yang ada di
rumah sakit dr. Dradjat Prawiranegara Kab. Serang?
2. Bagaimana tingkat kecemasan responden dari sebelum dilakukan tehnik
relaksasi genggam jari?
3. Bagaimana tingkat kecemasan responden dari sesudah dilakukan tehnik
relaksasi genggam jari?
5

4. Bagaimana pengaruh relaksasi genggam jari terhadap kecemasan pasien


pre operasi Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) di ruang Instalasi Bedah
Sentral (IBS) RSUD dr. Dradjat prawiranegara Kab. Serang?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh relaksasi genggam jari terhadap kecemasan pasien
pre operasi Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) di ruang Instalasi Bedah
Sentral (IBS) RSUD dr. Dradjat prawiranegara Kab. Serang.

2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden (jenis kelamin, usia) yang
ada di rumah sakit dr. Dradjat Prawiranegara Kab. Serang.
b. Mengidentifikasi tingkat kecemasan responden dari sebelum
dilakukan tehnik relaksasi genggam jari.
c. Mengidentifikasi tingkat kecemasan responden dari sesudah dilakukan
tehnik relaksasi genggam jari.
d. Mengidentifikasi adakah pengaruh relaksasi genggam jari terhadap
kecemasan pasien pre operasi Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) di
ruang Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUD dr. Dradjat prawiranegara
Kab. Serang.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan tentang kecemasan
pasien pre – operasi dan salah satu factor yang mengurangi kecemasan
adalah dengan tehnik Relaksasi Genggam Jari.
6

2. Manfaat Praktis
a. Manfaat Bagi Rumah Sakit
Dapat mengimplementasikan hasil yang telah di lakukan oleh peneliti
kepada pasien yang mengalami kecemasan sebelum melakukan
tindakan operasi.
b. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan referensi ilmu pengetahuan bagi mahasiswa dan
dosen tentang tehnik non farmakologi untuk mengurangi tingkat
kecemasan salah satu nya dengan tehnik Relaksasi Genggam Jari.
c. Manfaat Bagi Profesi Keperawatan
Memberikan tambahan pengetahuan kepada perawat tentang metode
mengurangi kecemasan dengan metode Relaksasi Genggam Jari
dimana adalah tindakan legal yang dilakukan oleh keperawatan
d. Manfaat Bagi Peneliti
Dapat menjadi data dasar bagi penelitian selanjutnya jika ada peneliti
yang ingin memperdalam penelitian tentang tehnik mengurangi
kecemasan khususnya dengan melakukan tehnik relaksasi genggam
jari.
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Konsep Penyakit Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)


a. Pengertian
Benigna prostat hyperplasia (BPH) merupakan pembesaran jinak dari
kelanjar prostat, yang dikarenakan hiperplasia oleh beberapa atau
semua dari komponen prostat yang terdiri dari jaringan kelenjar /
jaringan fibromuskuler yang mampu membuat tersumbatnya uretra
pars prostatika (Jitowiyono, 2010).
Benigna prostat hyperplasia (BPH) merupakan suatu kondisi
patologis yang paling lazim pada usia lansia yang merupakan
penyebab kedua yang paling sering diberikan intervensi medis pada
pria diatas usia 60 tahun (Padila, 2012). Dari pengertian di atas maka
penulis menyimpulkan bahwa Benigna Prostat Hyperplasia
(BPH)adalah pembesaran dari prostat yang biasanya terjadi pada
orang berusia lebih dari 50 tahun yang mendesak saluran perkemihan.

b. Penyebab
Penyebab terjadinya benigna prostat hyperplasia (BPH) belum
diketahui secara pasti. Namun, faktor dari terjadinya Benigna Prostat
Hyperplasia (BPH) adalah karena hormon endokrin dan faktor usia.
Jatiwiyono (2014) menyatakan karena faktor penyebab dari benigna
prostat hiperplasia(BPH) yang kurang jelas, maka terdapat berbagai
hipotesa penyebabnya yaitu :
1) Hipotesis Dihidrotestosteron (DHT)
Dimana terjadi peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor
androgen yang akan menyebabkan epitel dan stroma pada kelenjar
prostat yang mengalami hiperplasia.

7
8

2) Ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan testosteron.


Faktor bertambahnya usia menyebabkan terjadi peningkatan
hormon estrogen dan penurunan hormon testosteron pada laki –
laki yang menyebabkan terjadinya hiperplasia stroma.
3) Interaksi stroma – epitel
Terjadinya peningkatan epidermal gorwth faktor atau fibroblas
gorwth faktor serta penurunan transforming gorwth faktor beta
menyebabkan hiperplasia stroma dan epitel
4) Penurunan sel yang mati
Estrogen yang meningkat dapat menyebabkan peningkatan lama
hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat.
5) Teori Stem Cell
Sel stem yang meningkat dapat menyebabkan proliferasi pada sel
transit.

c. Patofisiologi
Bertambahnya usia pada laki – laki, maka kelenjar prostat akan
mengalami hiperplasia, jika prostat membesar akan meluas ke atas
(bladder), yang akan mempersempit saluran prostatika dan
menghambat aliran urine. Dimana dalam keadaan ini akan
meningkatkan tekanan intravesikal. Sehingga sebagai kompensasi
terhadap tahanan uretra prostatika, maka otot detrusor dan buli – buli
berkontraksi lebih kuat untuk memompa urine keluar dari buli – buli.

Kontraksi yang terjadi secara terus menerus akan menyebabkan


perubahan anatomi pada buli – buli berupa : hipertropi otot detrusor,
trabekulasi, terbentuknya selula, sekula, dan difertikel buli – buli.
Perubahan struktur pada buli – buli dirasakan oleh klien sebagai
keluhan pada saluran kencing bagian bawah (Jitowiyono, 2010).
Dalam fase awal dari Benigna Prostat Hyperplasia (BPH),
kompensasi oleh muskulus detrusor berhasil dengan sempurna.
9

Artinya tidak terjadi perubahan banyak pada pola dan kualitas dari
miksi klien. Pada fase seperti ini disebut Prostate Hyperplasia
Compensata. Lama kelamaan kemampuan dari kompensasi akan
berkurang sehingga pola dan kualitas dari miksi berubah, kekuatan
serta lamanya kontraksi dari otot detrusor menjadi tidak adekuat yang
nantinya akan membuat urine tersisa dalam buli – buli saat miksi
berakhir hal ini biasanya ditambah dengan kompensasi dari klien
dengan mengejan saat miksi, sehingga tidak jarang disertai hernia dan
haemoroid.
Pada puncak kegagalan saat kompensasi mengejan maka terjadi
ketidakberhasilan melakukan ekspulsi urine dan terjadi retensi urine,
keadaan ini disebut dengan Prostate Hyperplasia Decompensata. Pada
fase decompensata yang masih akut akan menimbulkan rasa nyeri dan
dalam beberapa hari menjadi kronis sehingga terjadi inkontinensia
urine secara berkala dan akan mengalir sendiri tanpa dapat
dikendalikan, sedangkan kondisi buli – buli tetap penuh. Hal ini
terjadi karena buli – buli tidak sanggup menampung urine lagi.
Puncak dari kegagalan kempensasi akan terjadi ketidakmampuan otot
– otot detrusor memompa urine dan menjadi retensi urine. Retensi
urine yang kronis dapat menyebabkan kemunduran fungsi dari ginjal
(Jitowiyono, 2010).

d. Manifestasi Klinis
Padila, (2012) manifestasi klinis dari Benigna Prostat Hiperplasia
(BPH) adalah sebagai berikut :
1) Gejala obstruksi benigna prostat hiperplasia(BPH)
a) Hesistensi
Keadaan dimana klien harus mengejan saat miksi dan
memulai kencing dalam waktu yang lama, ini disebabkan
karena otot detrusor buli – buli membutuhkan waktu beberapa
10

lama untuk meningkatkan tekanan intravesikal untuk


mengatasi adanya tekanan pada uretra prostatika.
b) Pancaran waktu miksi lemah
Melemahnya kekuatan dan kaliber pancaran detrusor
memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra.
c) Intermitten
Kondisi dimana terputus – putusnya aliran kencing yang
disebabkan karena ketidakmampuan otot detrusor dalam
mempertahankan tekanan intravesika sampai dengan
berakhirnya miksi.
d) Miksi tidak puas
e) Terminal dribling
Dimana urine tetap menetes pada saat akhir miksi.
2) Gejala iritasi benigna prostat hiperplasia(BPH)
a) Urgency
Dimana timbul perasaan ingin miksi yang sulit ditahan.
b) Frekuensi
Frekuensi miksi lebih sering dari biasanya, miksi juga dapat
terjadi pada malam hari (nocturia) dan pada siang hari.
c) Dysuria
Klien merasakan nyeri pada saat miksi.

e. Derajat Penyakit
Menurut Jitowiyono, (2010), Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)
dibagi dalam 4 derajat yang sesuai dengan gangguan klinisnya :
1) Derajat satu, ditemukan penonjolan pada prostat sekitar 1-2 cm,
sisa urine kurang 50cc, pancaran miksi lemah, nocturia, berat ±20
gram.
2) Derajat dua, terjadi keluhan dimana miksi terasa panas, sakit,
disuria, nocturia bertambah berat, demam sampai menggigil, nyeri
11

daerah pinggang, prostat lebih menonjol, batas atas masih teraba,


sisa urine 50 – 100 cc, dan berat ±20 – 40 gram.
3) Derajat tiga, gangguan yang dirasakan lebih berat dari derajat dua,
batas sudah tidak teraba, sisa urine lebih dari 100cc, penonjolan
prostat 3 – 4 cm, beratnya lebih dari 40 gram.
4) Derajat empat, inkontinensia, penonjolan prostat lebih dari 4 cm,
adanya penyulit di ginjal seperti gagal ginjal, atau hidronefrosis.

f. Komplikasi
Saferi (2013) komplikasi yang dapat terjadi pada benigna prostat
hyperplasia (BPH) adalah :
1) Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesiko – ureter,
hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal.
2) Proses kerusakan ginjal akan dipercepat bila terjadi infeksi saat
miksi.
3) Hernia / haemoroid
4) Hematuria
5) Sistitis / dan pielonefritis
Batu saluran kemih karena penumpukan / sisa urine dalam vesika
urinary

2. Konsep Kecemasan
a. Pengertian
Kecemasan merupakan penjelmaan dari berbagai proses emosi yang
bercampur baur, yang terjadi manakala seseorang sedang mengalami
berbagai tekanan-tekanan atau ketengangan (stress) seperti perasaan
(frustasi) dan pertentangan batin (konflik batin). Perasaan ini timbul
oleh karena dua sebab, pertama dari apa yang disadari seperti rasa
takut, terkejut, tidak berdaya, rasa bersalah/berdosa merasa terancam,
dan sebagainya. Kedua yang terjadi diluar kesadaran dan tidak mampu
12

menghindari perasaan yang tidak menyenangkan. Rasa cemas itu


terdapat dalam semua gangguan dan penyakit jiwa, dan bentuknya
pun bermacam - macam (Hawari, 2011).
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) ansietas atau
kecemasan ialah kondisi dan pengalaman subyektif individu
terhadap objek yang tidak jelaskan spesifik akibat antisipasi
bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk
menghadapi.

Kecemasan pada pasien pre operatif merupakan suatu respon


antisipasi terhadap suatu pengalaman baru yang dapat dianggap pasien
sebagai suatu ancaman terhadap perannya dalam hidup atau bahkan
kehidupannya itu sendiri. Pasien yang telah mengalami kecemasan
telah mendapatkan intervensi untuk menurunkan tingkat kecemasan
hanya saja belum optimal, kondisi ini menyebabkan pasien kurang
mendapatkan keterampilan tentang bagaimana cara mengontrol
kecemasan (Fetty, 2013).

b. Penyebab Kecemasan
Pasien yang menghadapi pembedahan dilingkupi oleh rasa takut
antara lain takut akan ketidaktahuan, kematian, takut dengan anastesi,
kanker, kekhawatiran kehilangan pekerjaan, tanggung jawab terhadap
keluarga dan ancaman ketidakmampuan permanen (Brunner &
Suddarth 2010, dalam Fetty , 2013).

c. Faktor – faktor yang mempengaruhi kecemasan


Menurut Smeltzer, (2006) ada beberapa hal hal yang menyebabkan
kecemasan yaitu yang berasal dari faktor eksternal (lingkungan, takut
dengan operasi, takut dengan anestesi) dan faktor internal (umur, jenis
kelamin, pengetahuan, pendidikan dan pekerjaan).
13

1) Faktor Internal
a) Umur
Menurut Kaplan dan Sadock (2007 ,dalam Fetty, 2013),
kecemasan dapat terjadi pada semua usia, lebih sering pada
usia dewasa dan lebih banyak pada wanita. Sebagian besar
kecemasan terjadi pada umur 21 – 45 tahun.
b) Jenis Kelamin
Menurut Prasetyo (2010), kecemasan dapat dialami oleh setiap
individu, pasien yang akan menjalani operasi dan masuk ke
kamar operasi akan mengalami cemas. Jumlah wanita yang
mengalami kecemasan dua kali lipat dari pria.
c) Pendidikan
Menurut Stuart & Sundeen (2006, dalam Fetty, 2013),
pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap kemampuan
berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin
mudah berfikir rasional dan semakin mudah menangkap
informasi baru termasuk dalam menguraikan permasalahan
baru.
d) Pengetahuan
Pasien pre operatif akan merasa cemas oleh karena
ketidaktahuannya baik karena prosedur pembedahan maupun
anastesi, maka untuk mengurangi dan mengatasi rasa cemas
dengan memberikan pengetahuan kepada pasien dengan
penyuluhan pre operatif (Dalayon, 2006).
e) Pekerjaan
Pembedahan dapat menyebabkan perubahan fisik yang
membuat pasien tidak bisa kembali bekerja dan bahkan
kehilangan pekerjaan karena ketidakmampuannya, maka
perawat perlu mengkaji riwayat pekerjaan pasien untuk
mengantisipasi efek pada masa pemulihan yang mungkin
14

terjadi akibat pembedahan dan penampilan pasien saat bekerja


kembali (Potter, 2006).
f) Ketidaktahuan ( unknow )
Cemas pada hal-hal yang belum diketahui sebelumnya adalah
suatu hal yang umum terjadi. Ini disebabkan karena kurangnya
informasi tentang pembedahan (Dalayon, 2006).
2) Faktor Eksternal
a) Lingkungan
Lingkungan baru merupakan faktor yang dapat menimbulkan
stress. Pada individu yang akan menjalani operasi, kamar
operasi merupakan lingkungan baru atau asing bagi individu
tersebut, sehingga bila individu masuk ke kamar operasi akan
mengalami cemas karena desain atau tata ruang di kamar
operasi sangat berbeda dengan lingkungan di rumah. Di kamar
operasi terdapat alat untuk operasi, lampu operasi, dan petugas
team operasi semua itu merupakan sesuatu yang asing bagi
pasien dan menyebabkan cemas (Tarwoto dan Wartonah,
2006).
b) Takut Dengan Operasi
Operasi merupakan sesuatu yang membuat individu menjadi
cemas, jika seorang mengalami sakit divonis untuk operasi
kadang mengalami cemas karena luka dan nyeri yang dialami
pasien, bila seseorang membayangkan “Penyayatan Otot” dan
jaringan dibawahnya oleh dokter bedah dan kemudian dijahit
kembali (Roper, 2005).
c) Takut Dengan Anastesi
Setiap individu yang akan menjalani operasi, anastesi
merupakan sesuatu yang menyebabkan cemas. Karena dengan
anastesi pasien berfikir akan mati, tidur terus tidak bangun
kembali (Tarwoto dan Wartonah, 2006).
d) Kematian ( death )
15

Cemas akan kematian disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :


ketika pasien mengetahui bahwa operasi yang akan dilakukan
akan mempunyai resiko yang cukup besar pada tubuh sehingga
akan menyebabkan kematian.(Dalayon, 2006).
e) Kerusakan atau Kecacatan ( mutilation )
Cemas akan terjadi kerusakan atau perubahan bentuk tubuh
merupakan salah satu faktor bukan hanya ketika dilakukan
amputasi tetapi juga pada operasi-operasi kecil. Hal ini sangat
dirasakan oleh pasien sebagai suatu yang sangat mengganggu
body image.
f) Nyeri dan Ketidaknyamanan ( pain and discomfort ) Suatu
yang umum dan biasa terjadi pada pasien pre operatif akibat
pembedahan. Petugas memberikan informasi dan
menyakinkan kepada pasien bahwa pembedahan tidak akan
dilakukan tanpa diberi anastesi terlebih dahulu. Pada
pembedahan akan timbul reaksi nyeri pada daerah luka dan
pasien merasa takut untuk melakukan gerakan tubuh atau
latihan ringan akibat nyeri pada daerah perlukaan. Faktor
tersebut akan menimbulkan cemas pada pasien pre operatif
(Prasetyo, 2010).

d. Tanda dan gejala kecemasan


Menurut tim pokja SDKI DPP PPNI (2016), tanda dan gejala
kecemasan adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Tanda dan gejala kecemasan
1) Tanda dan gejala mayor kecemasan
Subjektif Objektif
Merasa Bingung Tampak Gelisah
Merasa khawatir dengan akibat dari Tampak tegang
kondisi yang dihadapi
Sulit berkonsentrasi Sulit tidur
2) Tanda dan gejala mayor kecemasan
Subjektif Objektif
16

Mengeluh Pusing Frekuensi nafas meningkat


Anoreksia Frekuensi nadi meningkat
Palpitasi Tekanan dara meningkat
Merasa tidak berdaya Diaphoresis
Tremor
Muka tampak pucat
Suara bergetar
Kontak mata buruk
Sering berkemih
Berorientasi pada masa lalu
Sumber : SDKI, Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016

e. Tingkat Kecemasan
Kecemasan memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek
membahayakan, yang bergantung pada tingkat kecemasan, lama
kecemasan yang dialami, dan seberapa baik individu melakukan
koping terhadap kecemasan. Menurut Stuart (2008 dalam Fetty,
2013), mengidentifikasi empat tingkat kecemasan dan
menggambarkan efek pada tiap individu.
1) Tingkat kecemasan ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam tingkat ini seseorang lebih waspada dan lapangan
persepsinya meningkat seperti, mendengar dan gerakan
menggenggam lebih kuat. Tingkatan ini dapat memotivasi untuk
belajar dan meningkatkan perkembangan serta kreativitas
seseorang. Pada tingkat ini biasanya muncul tanda dan gejala
seperti jantung berdebar-debar, gelisah, lebih banyak bicara dari
biasanya dalam tangannya gemetar.
2) Tingkat kecemasan sedang
Seseorang pada tingkat ini biasanya pikirannya akan terfokus pada
apa yang dilihatnya sesegera mungkin dan terhalangi dengan
lingkungan luarnya. Lapangan persepsinya menurun seperti
penglihatan, pendengaran dan gerakan menggenggam kurang.
Pada tahap ini disertai tanda dan gejala seperti mulut kering,
anoreksia, badan gemetar, ekspresi wajah ketakutan, gelisah, tidak
17

mampu bersikap rileks, sukar tidur, banyak bicara dan suara yang
keras.
3) Tingkat Kecemasan Berat
Pada tingkat kecemasan yang berat, seseorang individu biasanya
akan mengalami lapangan persepsi yang menyempit, lebih
memperhatikan hal-hal yang lebih spesifik dan tidak memikirkan
hal yang lain. Tanda dan gejala yang muncul biasanya seperti
memainkan atau meremas jari, kecewa, tidak berdaya, merasa
bodoh terhadap tindakan yang dilakukan dan merasa tidak
berharga.
4) Tingkat Kecemasan Sangat Berat / Panik
Tingkat kecemasan ini berhubungan dengan perasaan takut dan
cemas. Pada tingkatan ini hak spesifik tidak lagi profesional
karena seorang telah kehilangan kontrol, tidak dapat melakukan
hal-hal tertentu meskipun dengan bimbingan. Tanda dan gejalanya
seperti jantung berdebar-debar, penglihatan berkunang-kunang,
sakit kepala, sulit bernafas, perasaan mau muntah, otot tubuh
merasa tegang dan mengalami kelemahan.
Bagan 2.1 Rentang Kecemasan

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Ringan Sedang Berat Panik

3. Konsep Relaksasi Genggam Jari


18

a. Pengertian
Relaksasi adalah kebebasan fisik dan mental dari stress dan juga
ketegangan individu, karena menjadikan persepsi kognitif serta
motivasi afektif seseorang berubah. Teknik relaksasi dapat membuat
pasien mampu mengontrol diri mereka saat merasa nyeri, stress fisik
dan ketidaknyamanan Menurut Pinandita (2012) Relaksasi genggam
jari adalah sebuah teknik relaksasi yang sangat sederhana dan mudah
dilakukan oleh siapapun yang berhubungan dengan jari tangan serta
aliran energi di dalam tubuh kita. Hill (2011) Teknik genggam jari
disebut juga finger hold. Teknik menggenggam jari adalah salah satu
teknik Jin Shin Jyutsu. Jin Shin Jyutsu merupakan teknik akupresur
Jepang. Teknik ini adalah suatu seni dengan menggunakan
pernafasan dan sentuhan tangan yang sederhana untuk membuat
energi yang ada sdidalam tubuh menjadi seimbang.

b. Mekanisme Relaksasi Genggam Jari


Tangan merupakan alat sederhana dan ampuh untuk menyelaraskan
dan membawa tubuh menjadi seimbang. Setiap jari tangan
berhubungan dengan sikap sehari-hari. Ibu jari berhubungan dengan
perasaan khawatir, jari telunjuk berhubungan dengan etakutan, jari
tengah berhubungan dengan kemarahan, jari manis berhubungan
dengan kesedihan, dan jari kelingking berhubungan dengan rendah
diri dan kecil hati. Perasaan yang tidak seimbang, seperti khawatir,
takut, marah, kecemasan, dan kesedihan dapat menghambat aliran
energi yang mengakibatkan rasa nyeri. Relaksasi genggam jari
digunakan untuk memindahkan energi yang terhambat menjadi
lancar (Hill, 2011).

Pinandita (2012) perlakuan relaksasi genggam jari akan


menghasilkan impuls yang dikirim melalui serabut saraf aferen non
19

nosiseptor. Serabut saraf non nosiseptor mengakibatkan “pintu


gerbang” tertutup sehingga stimulus nyeri terhambat atau berkurang.

Jenis relaksasi genggam jari sangat mudah dilakukan oleh siapapun,


yang berhubungan dengan jari – jari tangan dan aliran energi yang
ada dalam tubuh kita, apabila individu mempersepsikan tentang
sentuhan sebagai stimulus untuk rileks, maka akan muncul respon
relaksasi (Potter & Perry, 2015).

Menggenggam jari sambil menarik nafas dalam – dalam dapat


mengurangi bahkan menyembuhkan ketegangan fisik atau emosi,
teknik relaksasi genggam jari ini nantinya akan dapat
menghangatkan titik – titik keluar dan masuknya energi pada
meridian (jalan energi dalam tubuh) yang terletak pada jari – jari
tangan, sehingga nantinya mampu memberikan sebuah efek
rangsangan secara spontan pada saat dilakukan genggaman,
kemudian rangsangan tersebut nantinya akan mengalir menuju ke
otak, kemudian dilanjutkan ke saraf pada organ tubuh yang
mengalami gengguan, sehingga diharapkan sumbatan jalur energi
menjadi lancar (Indrawati, 2017).

c. Pelaksanaan Tehnik Relaksasi Genggam Jari


Prosedur pelaksanaan teknik relaksasi genggam jari adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.2 SOP Relaksasi Genggam Jari
Tahap Tindakan
Persiapan 1. Jelaskan pada pasien tentang tindakan dan
tujuan dari tindakan yang dilakukan serta
menanyakan kesediaannya.

Tindakan 2. Posisikan pasien pada posisi berbaring, serta


20

anjurkan pasien untuk mengatur nafas dan


merilekskan semua otot.
3. Perawat duduk di samping pasien, relaksasi
dimulai dengan menggenggam ibu jari pasien
dengan tekanan lembut, genggam sampai nadi
pasien terasa berdenyut.
4. Anjurkan pasien untuk mengatur pola nafas
dengan hitungan teratur.
5. Genggam ibu jari kurang lebih selama 3-5
menit dengan tambahan nafas dalam,
kemudian lanjutkan ke jari – jari yang lain satu
persatu dengan durasi yang sama.
6. Setelah kurang lebih 15 menit, lakukan
relaksasi genggam jari ke jari tangan yang lain.
Terminasi 7. Setelah selesai, tanyakan bagaimana respon
pasien terhadap kecemasan yang dirasakan.
8. Rapikan pasien dan tempat tidur kembali.

Gambar 2.1 Teknik finger hold relaxation (Henderson, 2007)

B. Penelitian Terkait

Jurnal penelitian yang menjadi acuan dari penelitian ini adalah penelitian dari
Adji Bagus Sasmito (2018) dengan judul penelitian “Pengaruh Relaksasi
Genggam Jari Terhadap Kecemasan Pasien Pre Operasi Benigna Prostat
Hiperplasia (BPH) Di Paviliun Mawar RSUD Jombang”. Penelitian yang
dilakukan kepada 27 responden yang akan melakukan operasi BPH
menggunakan kuesioner DASS-21 menggunakan uji data Wilcoxon. Hasil
21

dari penelitian yang dilakukan ini adalah hamper seluruh responden sebelum
dilakukan elaksasi genggam jari mengalami kecemasan sedang (96,3%) dan
seteah dilakukan relaksasi genggam jari hamper setengah reponden
mengalami kecemasan ringan(48,1%), hamper setengahnya tidak mengalami
kecemasan (44%). Hasil uji statistic dengan menggunakan Uji Wilcoxon
menunjukkan p-value sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi genggam jari
adalah (0.000) dengan nilai α=0,05, sehingga H 1 diterima. Kesimpulan nya
ada pengaruh pemberian relaksasi genggam jari terhadap kecemasan pasien
pre operasi benigna prostat hyperplasia.

Jurnal penelitian yang selanjutnya adalah jurnal penelitian yang dilakukan


oleh Revi Diana Kurnia Sari (2016), dengan judul “Pengaruh Teknik
Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Pasien Pre
Operasi Sectio Caesarea”. Penelitian yang dilakukan kepada pasien pre
operasi dengan sampel sebanyak 16 pasien yang diberikan teknik relaksasi
genggam jari, Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis paired
sample t-test dan independen sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan
pada kelompok kontrol sebelum dilakukan perlakuan, sebagian besar dengan
tingkat kecemasan ringan dan setelah dilakukan perlakuan sebagian besar
dengan tingkat kecemasan ringan dan sedang. Pada kelompok perlakuan
sebelum dilakukan pemberian teknik relaksasi genggam jari, sebagian besar
dengan tingkat kecemasan ringan dan sedang dan setelah perlakuan sebagian
besar pasien dengan tingkat kecemasan ringan dan tidak ada kecemasan.
Hasil uji t membuktikan ada pengaruh signifikan pengaruh teknik relaksasi
genggam jari terhadap penurunan kecemasan pada pasien pre operasi Sectio
Caesarea.

C. Kerangka Teori
22

Bagan 2.2 Kerangka Teori

Pre Operasi BPH Kecemasan

Penatalaksanaan
Kecemasan

Farmakologi : Non Farmakologi :


1. Obat 1. Distraksi
antiinflamasi 2. Tehnik
nonsteroid Relaksasi
(NSAID) Genggam Jari
2. Analgesik 3. Imajinasi
narkotik terbimbing
4. Hypnosis
5. Sentuhan
terapeutik

Sumber: (Anggraeni, 2016), (Astutik & Kurlinawati, 2017), (Hayati, 2014),


(Novarenta, 2013), (Anantasari, Dwi, & Gunawan, 2012), dan (Mumpuni,
Nurulhuda, & Roselina, 2014).

BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
23

A. Kerangka Konsep

Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal


yang khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi, maka konsep tidak
dapat langsung diamati atau diukur. Konsep hanya dapat diamati atau diukur
melalui konstruksi atau yang lebih dikenal dengan nama variabel. Variabel
adalah simbol atau lambang yang menunjukan nilai atau bilangan dari
konsep. Variabel adalah sesuatu yang bervariasi (Notoatmodjo, 2010).
Dalam penelitian yang berjenis quasi experimental ini variabel penelitian
terdiri dari variabel tehnik relaksasi genggam jari (independent) terhadap
variabel kecemasan pre operatif (dependent).
Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Independent Dependent Independent

Kecemasan Sebelum Tehnik Relaksasi Kecemasan Sesudah


Relaksasi Genggam Genggam Jari Relaksasi Genggam
Jari Jari

Keterangan :
: Area yang di teliti

: Mencari pengaruh

B. Definisi Operasional

Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel – variabel yang


diamati atau diteliti, perlu sekali variabel – variabel tersebut di beri batasan
atau definisi operasional mendefinisikan variabel secara operasional berdasar
karakteristik yang diamati ketika melakukan pengukuran secara cermat
23
terhadap suatu objek atau fenomena dengan menggunakan parameter yang
jelas (Hidayat, 2010).
Tabel 3.1
24

Definisi Operasional
Definisi
Variabel Indikator Alat Ukur cara Ukur Skala ukur
Operasional
Variabel Dependent
Kecemasan Kecemasan 0:tidak ada Terdiri dari 14 Dikategori Ordinal
merupakan (tidak ada pertanyaan kan
reaktivitas gejala sama kuisioner menurut
emosional sekali) dengan Hars
berlebihan, 1.Ringan(satu menggunakan 6-
depresi yang gejala dari skala linker 14:cemas
tumpul, atau pilihan yg ada) 1. Ringan ringan
konteks 2.Sedang(sepa 2. Sedang 15-27
sensitif, ruh gejala yg 3. Berat sedang
respon ada) 28-56
emosional 3.Berat(lebih berat.
(Clift, 2011) dari separuh
yg ada)
4.
Variabel Independent
Tehnik Suatu 1. Gerakan SOP relaksasi
Relaksasi intervensi 2. Pernafasan genggam jari
Genggam dengan cara dalam
Jari menggenggam
jari pasien
sambil
menarik nafas
dalam ± 15
menit
sehingga
aliran energy
akan masuk ke
tubuh

C. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari pertanyaan penelitian yang telah


dirumuskan dalam rencana penelitian (Notoadmodjo, 2010). Berdasarkan
rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka hipotesis dalam penelitian ini
sebagai berikut:

Ha : Ada Pengaruh relaksasi genggam jari terhadap kecemasan pasien


pre operasi Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) di ruang Instalasi
Bedah Sentral (IBS) RSUD dr. Dradjat prawiranegara Kab. Serang.

Ho : Tidak ada Pengaruh relaksasi genggam jari terhadap kecemasan


25

pasien pre operasi Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) di ruang


Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUD dr. Dradjat prawiranegara Kab.
Serang.

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
26

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental dengan pre-


eksperimental. Penelitian eksperimental adalah penelitian yang digunakan
untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu dengan adanya keterlibatan
penelitian dalam melakukan manipulasi terhadap variabel bebas (Nursalam,
2016).
Desain penelitian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam suatu
penelitian, yang memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi akurasi suatu hasil (Nursalam, 2016). Penelitian ini
menggunakan desain penelitian one group pre-post test design, dimana
penelitian ini akan mengungkapkan pengaruh antara variabel dengan cara
melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek akan diobservasi
sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi kembali setelah
dilakukan intervensi (Nursalam, 2016).

Bagan 4.1 Desain Pretest dan Posttest group design


Pre Test Intervensi Post Test
P1 X1 P2
Sumber : Dharma, 2011
Keterangan :
P1 : Pre test sebelum perlakuan
P2 : Post Test setelah perlakuan
X1 : Intervensi pada kelompok

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


26
Penelitian ini akan dilaksanakan di ruang Instalasi Bedah Sentral (IBS)
RSUD dr. Dradjat Prawiranegara Kab. Serang berkisar pada bulan
September-Desember tahun 2020.
27

C. Populasi dam Sampel

1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan jumlah yang meliputi objek atau subjek,
yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sujarweni, 2014). Populasi
pada penelitian ini adalah seluruh pasien pre operasi benigna prostat
hiperplasia(BPH) di ruang persiapan Instalasi Bedah Sentral RSUD dr.
Dradjat Prawiranegara Kab. Serang.

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan
sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2016). Sampel
pada penelitian ini adalah pasien pre operasi Benigna Prostat
Hyperplasia (BPH) yang ditemui oleh peneliti dalam proses penelitian
selama 1 bulan.

3. Sampling
Sampling merupakan proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara yang ditempuh
dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar – benar
sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2016). Teknik
sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah consecutive
sampling, dimana teknik sampling ini adalah pemilihan sampel dengn
menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam
penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah responden yang
diperlukan terpenuhi (Nursalam, 2016).
a. Kriteria inklusi :
28

Kriteria inklusi adalah kriteria yang apabila terpenuhi dapat


mengakibatkan calon objek menjadi objek penelitian (Hajijah, 2012).
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
1) Pasien rencana operasi elektif BPH yang berada di ruang
persiapan Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUD dr. Dradjat
Prawiranegara Kab. Serang.
2) Pasien yang setuju untuk dilakukan penelitian di buktikan
dengan bersedia untuk menandatangani persetujuan atau
informed consent.
3) Pasien yang kooperatif
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria eksklusi yaitu kriteria di luar kriteria inklusi (Hajijah, 2012).
Kriteria eksklusi adalah kriteria yang apabila dijumpai menyebabkan
objek tidak dapat digunakan dalam penelitian. Kriteria eksklusi pada
penelitian ini adalah :
1) Pasien yang bukan rencana operasi BPH yang berada di ruang
persiapan Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUD dr. Dradjat
Prawiranegara Kab. Serang.
2) Keluarga pasien yang menolak menjadi objek penelitian atau
yang tidak bersedia menandatangani informed consent.
3) Pasien yang menolak menjadi objek penelitian atau yang tidak
bersedia menandatangani informed consent.

D. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data

1. Instrumen pengumpulan data


29

Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk


mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah atau
mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara
sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau
menguji suatu hipotesis (Arikunto, 2013). Alat ukur yang digunakan pada
penelitian ini adalah lembar kuesioner.
Sugiyono (2016) mengatakan kuesioner merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Peneliti ini
menggunakan instrumen skala ukur tingkat kecemasan Hamilton Rating
Scale for Anxiety (HRS-A) yang sudah dikembangkan oleh kelompok
Psikiatri Biologi Jakarta (KPBJ) dalam bentuk Anxiety Analog Scale
(Iskandar, 2016).
Skala HARS yang terdiri atas 14 komponen telah dibuktikan memiliki
validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk pengukuran kecemasan pada
penelitian trial clinic yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan
bahwa pengukuran kecemasan dengan menggunakan skala HARS akan
diperoleh hasil yang valid dan reliable (Nursalam, 2003). Cara penilaian
HRS-A dengan sistem skoring nol sampai empat pada tiap komponen,
bila jumlah skor pada 14 komponen kurang dari 14 sama dengan tidak
ada kecemasan, skor 14 sampai 20 sama dengan kecemasan ringan, skor
21 sampai 27 sama dengan kecemasan sedang, skor 28 sampai 41 sama
dengan kecemasan berat, dan bila skor 42 sampai 56 sama dengan panik
(Hawari, 2014).
Pada penelitian ini skoring sudah mengalami perubahan untuk
disesuaikan dengan kondisi lingkungan, rentang kurang dari 14 termasuk
kecemasan ringan, skor 15 sampai dengan 27 masuk kategori kecemasan
sedang dan dari nilai 28 sampai dengan 56 masuk dalam ketegori
kecemasan berat.

2. Jenis Data
30

a. Data Primer
Data primer adalah data yang di peroleh langsung dari subjek
penelitian dengan alat pengukuran atau alat pengambilan data,
langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang di cari (Ummi
Kalsum, 2016). Untuk data primer setelah mendapat izin kepada
kepala ruangan untuk penelitian, maka peneliti juga meminta izin
kepada pasien yang akan dilakukan operasi di ruang persiapan
Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUD dr. Dradjat Prawiranegara Kab.
Serang.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data
kepada peneliti, misalnya penelitian harus melalui orang lain atau
mencari melalui dokumen (Sugiyono, 2016). Pada penelitian ini,
peneliti memperoleh data sekunder melalui studi literatur yang
dilakukan terhadap banyak buku dan diperoleh berdasarkan catatan-
catatan yang berhubungan dengan penelitian.

3. Tehnik Pengumpulan Data


Agar diperoleh hasil yang optimal, peneliti menyusun langkah-langkah
antara lain sebagai berikut:
a. Secara Administratif :
1) Mengajukan surat ijin penelitian ditujukan kepada Direktur
RSUD dr. Dradjat Prawiranegara Kab. Serang.
2) Menentukan sampel penelitian yang ditemui oleh peneliti setiap
bulan nya.
3) Mengajukan surat penjelasan penelitian serta lembar persetujuan
atau informed consent. Pada tahap ini peneliti memberikan
penjelasan tentang teknis penelitian serta memberikan surat
penjelasan penelitian dan lembar persetujuan menjadi responden
serta menjadi peserta pendidikan kesehatan (informed consent).
b. Secara Teknis :
31

1) Melakukan pengumpulan data tahap pertama (pretest)


Pengumpulan data tahap pertama (pretest) pada penelitian ini
dimulai dengan pengisian kuesioner pengukuran kecemasan oleh
responden sebelum diberikan perlakuan (intervensi).
2) Melakukan intervensi
Setelah pengisian kuesioner pertama (pretest) dilanjutkan dengan
intervensi tehnik relaksasi genggam jari. Adapun langkah-langkah
dalam pendidikan kesehatan ialah:
3) Mengumpulkan data tahap kedua (posttest)
Pengumpulan data tahap kedua (posttest) dilakukan langsung
setelah 30 menit diberikan intervensi tehnik relaksasi genggam
jari. Pada bagian ini akan terlihat apakah terdapat pengaruh dari
terapi tehnik relaksasi genggam jari terhadap tingkat kecemasan
pasien pre operatif.

E. Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Pengolahan Data
Dalam penelitian ini variabel data yang terkumpul melalui metode
kuesioner kemudian diolah sebagai berikut :
a. Editing (mengedit data)
Merupakan pengecekan atau pengoreksian data yang telah terkumpul.
Sebelum data diolah, data tersebut perlu diedit terlebih dahulu,
sehingga terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
mengedit data yaitu kelengkapan, kejelasan dan kesempurnaan data,
dalam arti bahwa pertanyaan harus terjawab atau terisi dan jelas. Data
pengisian responden sebelum diolah, dilakukan pengecekan terlebih
dahulu kelengkapan karakteristik dan setiap pernyataan pada
instrumen, kemudian data dimasukan ke dalam perangkat komputer
(microsoft excel) untuk diolah menggunakan komputerisasi, setelah itu
akan dilakukan pengolahan data menggunakan Software Statistik.
32

b. Coding (pemberian kode)


Merupakan pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk
dalam kategori yang sama. Data yang dikumpulkan dapat berupa
angka atau kalimat,untuk memudahkan pengolahan jawaban tersebut
perlu diberi kode. Dalam penelitian ini pengkodean diberikan untuk
karakteristik responden seperti pendidikan kode 0 untuk pendidikan
rendah, kode 1 untuk pendidikan tinggi.
c. Processing (memproses data)
Setelah data terisi penuh dan sudah melewati pengkodingan secara
lengkap, langkah selanjutnya adalah memproses data agar dapat
dianalisis. Pengolahan data dilakukan dengan cara memasukan data ke
dalam perangkat komputer.
d. Cleaning (pembersihan data)
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukan
untuk melihat ada tidaknya kesalahan pemasukan data, dan
selanjutnya dilanjutkan tabulasi data yaitu mengelompokan data
kedalam tabel menurut kategorinya, sehingga data siap dilakukan
analisis baik secara univariat atau bivariat.

2. Analisa Data
Analisa data dibagi menjadi tiga macam yaitu analisa univariat, analisa
bivariat dan analisa multivariat (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini
hanya dilakukan dua analisis data yaitu analisa univariat dan bivariat.
a. Analisa Univariat
Analisa data univariat dilakkan terhadap variabel independent dan
variabel dependent. Analisa univariat pada variabel yang berbentuk
kategorik (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan)
menggunakan analais proporsi dan dituangkan dalam tabel distribusi
frekuensi, sedangkan untuk data variabel dengan data yang berbentuk
numerik (pengetahuan) dianalisis dengan menggunakan mean, median
dan standar deviasi.
33

Selanjutnya data tabulasi dideskripsikan dengan menggunakan skala


yang diadopsi dari Arikunto (2012), yaitu :
1% - 19% : Sangat sedikit responden
20% - 39% : Sebagian kecil responden
40% - 59% : Hampir sebagian besar responden
60% - 79% : Sebagian besar responden
80% - 99% : Hampir seluruh responden
100% : Seluruh responden

Adapun cara perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus menurut


Arikunto (2013) sebagai berikut :

F
P= x 100 %
N

Keterangan :
P = Persentase
F = Jumlah Frekuensi
N = Jumlah Populasi

b. Analisis Bivariat
Analisa bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara kedua variabel, yaitu variabel independen dan
variabel dependen. Karena dalam penelitian ini memiliki dua variabel
yang sama, yaitu data ordinal (kategori), maka metode yang tepat
untuk menganalisis hubungan antara dua variabel ini adalah
menggunakan uji non parametrik, yaitu uji chi square. Metode chi
square pada penelitian ini diolah dengan menggunakan bantuan
komputer program SPSS 21 for windows. Adapun rumus yang
digunakan dalam uji chi quare adalah sebagai berikut :
34

2 (fo-fe ) 2
X =∑
fe
Keterangan :
X2 = Nilai chi square
fo = Nilai hasil pengamatan untuk tiap kategori (frekuensi empiris)
fe = Nilai hasil yang diharapkan untuk tiap kategori (frekuensi
teoritis)

Kesimpulan uji statistik sebagai berikut:

1) Jika didapatkan nilai P value ≤ 0,05, maka H0 ditolak dan Ha


diterima, artinya menunjukkan kedua variabel tersebut ada hubungan.
2) Jika didapatkan nilai P value > 0,05, maka H0 diterima dan Ha
ditolak, artinya menunjukkan kedua variabel tersebut tidak ada
hubungan.

F. Etika Penelitian

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan Penelitian)


Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden pengaruh
Relaksasi Genggam Jari terhadap tingkat kecemasan di Ruang IBS RSUD
dr. Dradjat Prawiranegara Kab. Sempak. Responden mempunyai hak
untuk berpartisipasi atau menolak. Lembar persetujuan ini diberikan
kepada responden yang berpartisipasi untuk diteliti dan ada juga responden
yang menolak untuk menjadi responden, peneliti tidak memaksa tetap
menghormati hak pasien untuk menolak menjadi responden.
2. Anonimity (Tanpa Nama)
Dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada
lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan
data atau penelitian yang akan disajikan (Hidayat,2013). Untuk menjaga
35

kerahasian peneliti tidak mencantumkan nama responden, tetapi pada


lembar akan diberikan kode nomer tertentu untuk dapat membedakan
responden. Menurut Notoadmodjo (2010) dalam Desmiwati (2013)
bahwa identitas responden penelitian diganti dengan pemberian kode pada
data sebagai pengganti identitas.
3. Confidentialy (Kerahasiaan)
Peneliti wajib merahasiakan data-data yang sudah dikumpulkan.
Kerahasian ini bukan tanpa alasan, sering kali subjek penelitian
menghendaki agar dirinya tidak diekspos kepada khalayak ramai (Wasis,
2012). Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset (Hidayat, 2013).

G. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini kemungkinan akan selalu ada hambatan ketika dilakukan,


peneliti memprediksi akan ada hambatan ketika dilakukan pengumpulan data.
Kondisi pasien yang berbeda beda akan menjadi salah satu pemicu dari
peneliti mengalami hambatan. Akan tetapi segala kemungkinan akan peneliti
siapkan demi terlaksananya pendataan akurat dalam pengumpulan data baik
primer maupun sekunder.
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, R. (2016). Faktor -faktro risiko terjadinya pembesaran prostat jinak.


Studi kasus di RS dr Kariadi, RS. Roemani dan RSI Sultan Agung
Semarang. Tesis, Semarang, Universitas Diponegoro.

Ibrahim, M.N. (2013). Gambaran Pengetahuan Pasien Tentang Mobilisasi Post


Operasi Appendisitis di Ruang Bedah RSUD Prof.Dr.H.Aloei.Saboe Kota
Gorontalo. 2839-2829-1-PB, (Online), Di akses dari
http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIKK/article/download/2839/2815
pada tanggal 21 Oktober 2020.

Jitowiyono, sugeng. (2010). Asuhan keperawatan post operasi. Yogyakarta :


Nuha Medika.

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. (2011). Asuhan Keperawatan Sistem


Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.

Padila. (2012). Buku Ajar: Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.

Pinandita dkk. (2012). Pengaruh teknik relaksasi genggam jari terhadap


penurunan intensitas nyeri pada pasien post operasi laparatomi. Jurnal
http://www.ejournal.Stikesmuhgombang.ac.id diakses tanggal 21
September 2020.

Rachmad, H. W. (2017). Kecemasan pada mahasiswa saat menghadapi ujian


skripsi ditinjau dari kepercayaan diri. Skripsi: Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Diakses pada tanggal 21
September 2020.

Rahardjo D, Birowo P, Pakasi L. (2019). Correlation Between Prostate Volume,


Prostate Specific Antigen Level, Prostate Specific Antigen Density And
Age In The Benign Prostate Hyperplasia Patients. Med J Indores;260.

Smeltzer, S, & Bare. (2011). Brunner & Suddarths Textbook of Medical Surgical
Nursing. Philadelpia : Lippin cott.

Stuart, G.W. (2013). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart,
edisi Indonesia. Elsevier. Jakarta.

Stuart, G.W., & Sundden, S.J. (2017). Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3.
EGC. Jakarta.

Suharyanto. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem


Perkemihan, Jakarta CV. Trans Info Medika.
Utomo, S. (2016). Pengaruh relaksasi dzikir terhadap penurunan kecemasan
pada pasein pre operasi turp di RS Roemani Muhammadiyah Semarang.
Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai