OLEH :
ALWAN SURYADI
NIM. 191030100465
Ns. Riris Andriati, S.Kep., M.Kep. Fenita Purnama Sari Indah, MKM., M.Kes.
Mengetahui,
Ketua Program Studi S.1 Keperawatan
KATA PENGANTAR
ii
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. atas segala kuasa dan karunia
yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal penenelitian yang
berjudul “Pengaruh Relaksasi Genggam Jari Terhadap Kecemasan Pasien Pre-
Operasi Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) di Ruang Instalasi Bedah Sentral
(IBS) RSUD dr. Dradjat Prawiranegara Kab. Serang”. Proposal penelitian ini
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
Keperawatan pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Widya Dharma
Husada Tangerang.
Dalam menyelesaikan Proposal penelitian ini penulis menyadari bahwa banyak
mendapat bantuan berupa bimbingan, arahan dan saran dari berbagai pihak.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Dr. (HC) Drs. H. Darsono, selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Widya Dharma Husada Tangerang.
2. Ns. Riris Andriati, S.Kep., M.Kep. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Widya Dharma Husada Tangerang.
3. Dr. Rahmat Setiadi, MARS, selaku direktur RSUD dr. Dradjat Prawiranegara
Kab. Serang.
4. Dr.H M Hasan, SKM, M.Kes, selaku Wakil Ketua I Bidang Akademik
STIKes Widya Dharma Husada Tangerang.
5. Novy Siti Romlah, SST., M.Epid, selaku Wakil Ketua II Bidang Akademik
dan selaku pembimbing teknis yang telah memberikan bimbingan dan arahan
dalam penulisan yang baik dan benar.
6. Ida Listiana. SST, M.Kes, selaku Wakil Ketua III Bidang Akademik STIKes
Widya Dharma Husada Tangerang.
7. Ns. Dewi Fitriani, S.Kep, M.Kep, selaku Ka.Prodi S1 Keperawatan STIKes
Widya Dharma Husada Tangerang.
8. Ns. Riris Andriati, S.Kep., M.Kep, selaku Pembimbing materi yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan Propsal penelitian.
9. Seluruh dosen dan staf tata usaha STIKes Widya Dharma Husada Tangerang
yang telah memberikan bimbingan dan pengetahuan serta fasilitas dalam
mengikuti pendidikan hingga penyelesaian Proposal penelitian ini.
iii
Dengan berbagai keterbatasan dalam pembuatan Proposal penelitian ini, penulis
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan laporan
penelitian ini. Akhir kata semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat
bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan profesi keperawatan
khususnya.
Pamulang, Oktober 2020
Alwan Suryadi
DAFTAR ISI
Halaman
iv
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………. i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Pertanyaan Penelitian ........................................................................ 5
D. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
1. Tujuan Umum ............................................................................... 6
2. Tujuan Khusus .............................................................................. 6
E. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6
1. Manfaat Teoritis .......................................................................... 6
2. Manfaat Praktis............................................................................. 6
v
DAFTAR TABEL
vi
Tabel 2.2 SOP Relaksasi Genggam Jari 19
Tabel 3.1 Definisi Operasional 24
DAFTAR BAGAN
vii
Bagan 2.2 Kerangka teori 22
Bagan 3.1 Kerangka Konsep 23
Bagan 4.1 Desain Pretest dan Posttest Group Design 26
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
Lampiran 1 : Informed Consent
Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecemasan akan timbul karena adanya sesuatu yang tidak jelas atau tidak
diketahui sehingga muncul perasaan yang tidak tenang rasa khawatir atau
ketakutan (Rachmat, 2017). Banyak pasien pre operasi yang mengalami
gangguan, antara lain peningkatan tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh,
dan penurunan daya tahan tubuh (Stuart, 2017). Kecemasan juga sering
timbul pada pasien pre operasi, misalnya pada pasien dengan pre operasi
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH), hal ini dikarenakan pada operasi
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) hanya dilakukan sekali seumur hidup,
sehingga mampu menyebabkan kecemasan. Selain itu, kecemasan yang
terjadi pada pasien dengan pre operasi Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)
dapat menyebabkan tindakan operasi itu tertunda, semakin lamanya proses
pemulihan, meningkatnya rasa sakit pasca operasi, mengurangi kekebalan
seseorang terhadap infeksi, meningkatkan pemberian analgesik pasca operasi,
dan juga bertambahnya waktu rawat inap yang dijalani. (Utomo, 2016).
1
2
tingkat energi klien, sehingga mampu merugikan individu itu sendiri dan hal
tersebut dapat menyebabkan tindakan operasi itu tertunda (Ibrahim, 2013).
B. Rumusan Masalah
Kecemasan menjadi salah satu perasaan yang paling sering dialami oleh
pasien yang akan menjalani operasi. Terapi non farmakologi sering
digunakan untuk mengurangi tingkat kecemasan, salah satu tehnik relaksasi
untuk mengurangi kecemasan adalah tehnik relaksasi genggam jari.
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah yang diangkat adalah
“Pengaruh relaksasi genggam jari terhadap kecemasan pasien pre operasi
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) di ruang Instalasi Bedah Sentral (IBS)
RSUD dr. Dradjat prawiranegara Kab. Serang?”
C. Pertanyaan Penelitian
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh relaksasi genggam jari terhadap kecemasan pasien
pre operasi Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) di ruang Instalasi Bedah
Sentral (IBS) RSUD dr. Dradjat prawiranegara Kab. Serang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden (jenis kelamin, usia) yang
ada di rumah sakit dr. Dradjat Prawiranegara Kab. Serang.
b. Mengidentifikasi tingkat kecemasan responden dari sebelum
dilakukan tehnik relaksasi genggam jari.
c. Mengidentifikasi tingkat kecemasan responden dari sesudah dilakukan
tehnik relaksasi genggam jari.
d. Mengidentifikasi adakah pengaruh relaksasi genggam jari terhadap
kecemasan pasien pre operasi Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) di
ruang Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUD dr. Dradjat prawiranegara
Kab. Serang.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan tentang kecemasan
pasien pre – operasi dan salah satu factor yang mengurangi kecemasan
adalah dengan tehnik Relaksasi Genggam Jari.
6
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat Bagi Rumah Sakit
Dapat mengimplementasikan hasil yang telah di lakukan oleh peneliti
kepada pasien yang mengalami kecemasan sebelum melakukan
tindakan operasi.
b. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan referensi ilmu pengetahuan bagi mahasiswa dan
dosen tentang tehnik non farmakologi untuk mengurangi tingkat
kecemasan salah satu nya dengan tehnik Relaksasi Genggam Jari.
c. Manfaat Bagi Profesi Keperawatan
Memberikan tambahan pengetahuan kepada perawat tentang metode
mengurangi kecemasan dengan metode Relaksasi Genggam Jari
dimana adalah tindakan legal yang dilakukan oleh keperawatan
d. Manfaat Bagi Peneliti
Dapat menjadi data dasar bagi penelitian selanjutnya jika ada peneliti
yang ingin memperdalam penelitian tentang tehnik mengurangi
kecemasan khususnya dengan melakukan tehnik relaksasi genggam
jari.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
b. Penyebab
Penyebab terjadinya benigna prostat hyperplasia (BPH) belum
diketahui secara pasti. Namun, faktor dari terjadinya Benigna Prostat
Hyperplasia (BPH) adalah karena hormon endokrin dan faktor usia.
Jatiwiyono (2014) menyatakan karena faktor penyebab dari benigna
prostat hiperplasia(BPH) yang kurang jelas, maka terdapat berbagai
hipotesa penyebabnya yaitu :
1) Hipotesis Dihidrotestosteron (DHT)
Dimana terjadi peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor
androgen yang akan menyebabkan epitel dan stroma pada kelenjar
prostat yang mengalami hiperplasia.
7
8
c. Patofisiologi
Bertambahnya usia pada laki – laki, maka kelenjar prostat akan
mengalami hiperplasia, jika prostat membesar akan meluas ke atas
(bladder), yang akan mempersempit saluran prostatika dan
menghambat aliran urine. Dimana dalam keadaan ini akan
meningkatkan tekanan intravesikal. Sehingga sebagai kompensasi
terhadap tahanan uretra prostatika, maka otot detrusor dan buli – buli
berkontraksi lebih kuat untuk memompa urine keluar dari buli – buli.
Artinya tidak terjadi perubahan banyak pada pola dan kualitas dari
miksi klien. Pada fase seperti ini disebut Prostate Hyperplasia
Compensata. Lama kelamaan kemampuan dari kompensasi akan
berkurang sehingga pola dan kualitas dari miksi berubah, kekuatan
serta lamanya kontraksi dari otot detrusor menjadi tidak adekuat yang
nantinya akan membuat urine tersisa dalam buli – buli saat miksi
berakhir hal ini biasanya ditambah dengan kompensasi dari klien
dengan mengejan saat miksi, sehingga tidak jarang disertai hernia dan
haemoroid.
Pada puncak kegagalan saat kompensasi mengejan maka terjadi
ketidakberhasilan melakukan ekspulsi urine dan terjadi retensi urine,
keadaan ini disebut dengan Prostate Hyperplasia Decompensata. Pada
fase decompensata yang masih akut akan menimbulkan rasa nyeri dan
dalam beberapa hari menjadi kronis sehingga terjadi inkontinensia
urine secara berkala dan akan mengalir sendiri tanpa dapat
dikendalikan, sedangkan kondisi buli – buli tetap penuh. Hal ini
terjadi karena buli – buli tidak sanggup menampung urine lagi.
Puncak dari kegagalan kempensasi akan terjadi ketidakmampuan otot
– otot detrusor memompa urine dan menjadi retensi urine. Retensi
urine yang kronis dapat menyebabkan kemunduran fungsi dari ginjal
(Jitowiyono, 2010).
d. Manifestasi Klinis
Padila, (2012) manifestasi klinis dari Benigna Prostat Hiperplasia
(BPH) adalah sebagai berikut :
1) Gejala obstruksi benigna prostat hiperplasia(BPH)
a) Hesistensi
Keadaan dimana klien harus mengejan saat miksi dan
memulai kencing dalam waktu yang lama, ini disebabkan
karena otot detrusor buli – buli membutuhkan waktu beberapa
10
e. Derajat Penyakit
Menurut Jitowiyono, (2010), Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)
dibagi dalam 4 derajat yang sesuai dengan gangguan klinisnya :
1) Derajat satu, ditemukan penonjolan pada prostat sekitar 1-2 cm,
sisa urine kurang 50cc, pancaran miksi lemah, nocturia, berat ±20
gram.
2) Derajat dua, terjadi keluhan dimana miksi terasa panas, sakit,
disuria, nocturia bertambah berat, demam sampai menggigil, nyeri
11
f. Komplikasi
Saferi (2013) komplikasi yang dapat terjadi pada benigna prostat
hyperplasia (BPH) adalah :
1) Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesiko – ureter,
hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal.
2) Proses kerusakan ginjal akan dipercepat bila terjadi infeksi saat
miksi.
3) Hernia / haemoroid
4) Hematuria
5) Sistitis / dan pielonefritis
Batu saluran kemih karena penumpukan / sisa urine dalam vesika
urinary
2. Konsep Kecemasan
a. Pengertian
Kecemasan merupakan penjelmaan dari berbagai proses emosi yang
bercampur baur, yang terjadi manakala seseorang sedang mengalami
berbagai tekanan-tekanan atau ketengangan (stress) seperti perasaan
(frustasi) dan pertentangan batin (konflik batin). Perasaan ini timbul
oleh karena dua sebab, pertama dari apa yang disadari seperti rasa
takut, terkejut, tidak berdaya, rasa bersalah/berdosa merasa terancam,
dan sebagainya. Kedua yang terjadi diluar kesadaran dan tidak mampu
12
b. Penyebab Kecemasan
Pasien yang menghadapi pembedahan dilingkupi oleh rasa takut
antara lain takut akan ketidaktahuan, kematian, takut dengan anastesi,
kanker, kekhawatiran kehilangan pekerjaan, tanggung jawab terhadap
keluarga dan ancaman ketidakmampuan permanen (Brunner &
Suddarth 2010, dalam Fetty , 2013).
1) Faktor Internal
a) Umur
Menurut Kaplan dan Sadock (2007 ,dalam Fetty, 2013),
kecemasan dapat terjadi pada semua usia, lebih sering pada
usia dewasa dan lebih banyak pada wanita. Sebagian besar
kecemasan terjadi pada umur 21 – 45 tahun.
b) Jenis Kelamin
Menurut Prasetyo (2010), kecemasan dapat dialami oleh setiap
individu, pasien yang akan menjalani operasi dan masuk ke
kamar operasi akan mengalami cemas. Jumlah wanita yang
mengalami kecemasan dua kali lipat dari pria.
c) Pendidikan
Menurut Stuart & Sundeen (2006, dalam Fetty, 2013),
pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap kemampuan
berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin
mudah berfikir rasional dan semakin mudah menangkap
informasi baru termasuk dalam menguraikan permasalahan
baru.
d) Pengetahuan
Pasien pre operatif akan merasa cemas oleh karena
ketidaktahuannya baik karena prosedur pembedahan maupun
anastesi, maka untuk mengurangi dan mengatasi rasa cemas
dengan memberikan pengetahuan kepada pasien dengan
penyuluhan pre operatif (Dalayon, 2006).
e) Pekerjaan
Pembedahan dapat menyebabkan perubahan fisik yang
membuat pasien tidak bisa kembali bekerja dan bahkan
kehilangan pekerjaan karena ketidakmampuannya, maka
perawat perlu mengkaji riwayat pekerjaan pasien untuk
mengantisipasi efek pada masa pemulihan yang mungkin
14
e. Tingkat Kecemasan
Kecemasan memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek
membahayakan, yang bergantung pada tingkat kecemasan, lama
kecemasan yang dialami, dan seberapa baik individu melakukan
koping terhadap kecemasan. Menurut Stuart (2008 dalam Fetty,
2013), mengidentifikasi empat tingkat kecemasan dan
menggambarkan efek pada tiap individu.
1) Tingkat kecemasan ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam tingkat ini seseorang lebih waspada dan lapangan
persepsinya meningkat seperti, mendengar dan gerakan
menggenggam lebih kuat. Tingkatan ini dapat memotivasi untuk
belajar dan meningkatkan perkembangan serta kreativitas
seseorang. Pada tingkat ini biasanya muncul tanda dan gejala
seperti jantung berdebar-debar, gelisah, lebih banyak bicara dari
biasanya dalam tangannya gemetar.
2) Tingkat kecemasan sedang
Seseorang pada tingkat ini biasanya pikirannya akan terfokus pada
apa yang dilihatnya sesegera mungkin dan terhalangi dengan
lingkungan luarnya. Lapangan persepsinya menurun seperti
penglihatan, pendengaran dan gerakan menggenggam kurang.
Pada tahap ini disertai tanda dan gejala seperti mulut kering,
anoreksia, badan gemetar, ekspresi wajah ketakutan, gelisah, tidak
17
mampu bersikap rileks, sukar tidur, banyak bicara dan suara yang
keras.
3) Tingkat Kecemasan Berat
Pada tingkat kecemasan yang berat, seseorang individu biasanya
akan mengalami lapangan persepsi yang menyempit, lebih
memperhatikan hal-hal yang lebih spesifik dan tidak memikirkan
hal yang lain. Tanda dan gejala yang muncul biasanya seperti
memainkan atau meremas jari, kecewa, tidak berdaya, merasa
bodoh terhadap tindakan yang dilakukan dan merasa tidak
berharga.
4) Tingkat Kecemasan Sangat Berat / Panik
Tingkat kecemasan ini berhubungan dengan perasaan takut dan
cemas. Pada tingkatan ini hak spesifik tidak lagi profesional
karena seorang telah kehilangan kontrol, tidak dapat melakukan
hal-hal tertentu meskipun dengan bimbingan. Tanda dan gejalanya
seperti jantung berdebar-debar, penglihatan berkunang-kunang,
sakit kepala, sulit bernafas, perasaan mau muntah, otot tubuh
merasa tegang dan mengalami kelemahan.
Bagan 2.1 Rentang Kecemasan
a. Pengertian
Relaksasi adalah kebebasan fisik dan mental dari stress dan juga
ketegangan individu, karena menjadikan persepsi kognitif serta
motivasi afektif seseorang berubah. Teknik relaksasi dapat membuat
pasien mampu mengontrol diri mereka saat merasa nyeri, stress fisik
dan ketidaknyamanan Menurut Pinandita (2012) Relaksasi genggam
jari adalah sebuah teknik relaksasi yang sangat sederhana dan mudah
dilakukan oleh siapapun yang berhubungan dengan jari tangan serta
aliran energi di dalam tubuh kita. Hill (2011) Teknik genggam jari
disebut juga finger hold. Teknik menggenggam jari adalah salah satu
teknik Jin Shin Jyutsu. Jin Shin Jyutsu merupakan teknik akupresur
Jepang. Teknik ini adalah suatu seni dengan menggunakan
pernafasan dan sentuhan tangan yang sederhana untuk membuat
energi yang ada sdidalam tubuh menjadi seimbang.
B. Penelitian Terkait
Jurnal penelitian yang menjadi acuan dari penelitian ini adalah penelitian dari
Adji Bagus Sasmito (2018) dengan judul penelitian “Pengaruh Relaksasi
Genggam Jari Terhadap Kecemasan Pasien Pre Operasi Benigna Prostat
Hiperplasia (BPH) Di Paviliun Mawar RSUD Jombang”. Penelitian yang
dilakukan kepada 27 responden yang akan melakukan operasi BPH
menggunakan kuesioner DASS-21 menggunakan uji data Wilcoxon. Hasil
21
dari penelitian yang dilakukan ini adalah hamper seluruh responden sebelum
dilakukan elaksasi genggam jari mengalami kecemasan sedang (96,3%) dan
seteah dilakukan relaksasi genggam jari hamper setengah reponden
mengalami kecemasan ringan(48,1%), hamper setengahnya tidak mengalami
kecemasan (44%). Hasil uji statistic dengan menggunakan Uji Wilcoxon
menunjukkan p-value sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi genggam jari
adalah (0.000) dengan nilai α=0,05, sehingga H 1 diterima. Kesimpulan nya
ada pengaruh pemberian relaksasi genggam jari terhadap kecemasan pasien
pre operasi benigna prostat hyperplasia.
C. Kerangka Teori
22
Penatalaksanaan
Kecemasan
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
23
A. Kerangka Konsep
Keterangan :
: Area yang di teliti
: Mencari pengaruh
B. Definisi Operasional
Definisi Operasional
Definisi
Variabel Indikator Alat Ukur cara Ukur Skala ukur
Operasional
Variabel Dependent
Kecemasan Kecemasan 0:tidak ada Terdiri dari 14 Dikategori Ordinal
merupakan (tidak ada pertanyaan kan
reaktivitas gejala sama kuisioner menurut
emosional sekali) dengan Hars
berlebihan, 1.Ringan(satu menggunakan 6-
depresi yang gejala dari skala linker 14:cemas
tumpul, atau pilihan yg ada) 1. Ringan ringan
konteks 2.Sedang(sepa 2. Sedang 15-27
sensitif, ruh gejala yg 3. Berat sedang
respon ada) 28-56
emosional 3.Berat(lebih berat.
(Clift, 2011) dari separuh
yg ada)
4.
Variabel Independent
Tehnik Suatu 1. Gerakan SOP relaksasi
Relaksasi intervensi 2. Pernafasan genggam jari
Genggam dengan cara dalam
Jari menggenggam
jari pasien
sambil
menarik nafas
dalam ± 15
menit
sehingga
aliran energy
akan masuk ke
tubuh
C. Hipotesis
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
26
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan jumlah yang meliputi objek atau subjek,
yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sujarweni, 2014). Populasi
pada penelitian ini adalah seluruh pasien pre operasi benigna prostat
hiperplasia(BPH) di ruang persiapan Instalasi Bedah Sentral RSUD dr.
Dradjat Prawiranegara Kab. Serang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan
sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2016). Sampel
pada penelitian ini adalah pasien pre operasi Benigna Prostat
Hyperplasia (BPH) yang ditemui oleh peneliti dalam proses penelitian
selama 1 bulan.
3. Sampling
Sampling merupakan proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara yang ditempuh
dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar – benar
sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2016). Teknik
sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah consecutive
sampling, dimana teknik sampling ini adalah pemilihan sampel dengn
menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam
penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah responden yang
diperlukan terpenuhi (Nursalam, 2016).
a. Kriteria inklusi :
28
2. Jenis Data
30
a. Data Primer
Data primer adalah data yang di peroleh langsung dari subjek
penelitian dengan alat pengukuran atau alat pengambilan data,
langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang di cari (Ummi
Kalsum, 2016). Untuk data primer setelah mendapat izin kepada
kepala ruangan untuk penelitian, maka peneliti juga meminta izin
kepada pasien yang akan dilakukan operasi di ruang persiapan
Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUD dr. Dradjat Prawiranegara Kab.
Serang.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data
kepada peneliti, misalnya penelitian harus melalui orang lain atau
mencari melalui dokumen (Sugiyono, 2016). Pada penelitian ini,
peneliti memperoleh data sekunder melalui studi literatur yang
dilakukan terhadap banyak buku dan diperoleh berdasarkan catatan-
catatan yang berhubungan dengan penelitian.
1. Pengolahan Data
Dalam penelitian ini variabel data yang terkumpul melalui metode
kuesioner kemudian diolah sebagai berikut :
a. Editing (mengedit data)
Merupakan pengecekan atau pengoreksian data yang telah terkumpul.
Sebelum data diolah, data tersebut perlu diedit terlebih dahulu,
sehingga terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
mengedit data yaitu kelengkapan, kejelasan dan kesempurnaan data,
dalam arti bahwa pertanyaan harus terjawab atau terisi dan jelas. Data
pengisian responden sebelum diolah, dilakukan pengecekan terlebih
dahulu kelengkapan karakteristik dan setiap pernyataan pada
instrumen, kemudian data dimasukan ke dalam perangkat komputer
(microsoft excel) untuk diolah menggunakan komputerisasi, setelah itu
akan dilakukan pengolahan data menggunakan Software Statistik.
32
2. Analisa Data
Analisa data dibagi menjadi tiga macam yaitu analisa univariat, analisa
bivariat dan analisa multivariat (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini
hanya dilakukan dua analisis data yaitu analisa univariat dan bivariat.
a. Analisa Univariat
Analisa data univariat dilakkan terhadap variabel independent dan
variabel dependent. Analisa univariat pada variabel yang berbentuk
kategorik (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan)
menggunakan analais proporsi dan dituangkan dalam tabel distribusi
frekuensi, sedangkan untuk data variabel dengan data yang berbentuk
numerik (pengetahuan) dianalisis dengan menggunakan mean, median
dan standar deviasi.
33
F
P= x 100 %
N
Keterangan :
P = Persentase
F = Jumlah Frekuensi
N = Jumlah Populasi
b. Analisis Bivariat
Analisa bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara kedua variabel, yaitu variabel independen dan
variabel dependen. Karena dalam penelitian ini memiliki dua variabel
yang sama, yaitu data ordinal (kategori), maka metode yang tepat
untuk menganalisis hubungan antara dua variabel ini adalah
menggunakan uji non parametrik, yaitu uji chi square. Metode chi
square pada penelitian ini diolah dengan menggunakan bantuan
komputer program SPSS 21 for windows. Adapun rumus yang
digunakan dalam uji chi quare adalah sebagai berikut :
34
2 (fo-fe ) 2
X =∑
fe
Keterangan :
X2 = Nilai chi square
fo = Nilai hasil pengamatan untuk tiap kategori (frekuensi empiris)
fe = Nilai hasil yang diharapkan untuk tiap kategori (frekuensi
teoritis)
F. Etika Penelitian
G. Keterbatasan Penelitian
Smeltzer, S, & Bare. (2011). Brunner & Suddarths Textbook of Medical Surgical
Nursing. Philadelpia : Lippin cott.
Stuart, G.W. (2013). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart,
edisi Indonesia. Elsevier. Jakarta.
Stuart, G.W., & Sundden, S.J. (2017). Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3.
EGC. Jakarta.