Howard Gardner
DISUSUN OLEH:
SURABAYA
2017
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN
1.1. Pokok Pemasalahan ....................... .......................................... 1
1.2. Pembahasan ............................. ................................................ 2
1.2.1 Macam-macam kecerdasan manusia menurut Gardner `2
1.2.2 Teori Multiple Intelligences (kecerdasan Majemuk) ... 9
1.2.3 Implementasi Teori Multiple Intelligences
dalam pendidikan ......................................................... 11
1.2.4 Belajar lebih efektif melalui kemampuan Intelektualnya 13
1.3. Penutup .................................................................................... 23
1.4. Daftar Pusaka .......................... ................................................ 23
I. POKOK PERMASALAHAN
Pada awal penelitian, Howard Gardner menemukan enam kecerdasan kemudian menjadi
tujuh kecerdasan, hingga akhirnya ia menambahkan dua kecerdasan lagi. Bukan tidak
mungkin akan berkembang lagi kecerdasan lainnya, sembilan kecerdasan yang dimaksud
tersebut yaitu:
Sering disebut dengan kecerdasan fisik yang mencakup bakat dalam mengendalikan
gerak tubuh dan keterampilan dalam menangani benda. Kecerdasan ini termasuk di dalamnya
kemampuan untuk menyatukan tubuh dan pikiran untuk menyempurnakan pementasan fisik.
Berawal dari kontrol refleks dan gerakan-gerakan sukarelawan, kemajuan inteligensi
kinestetik digunakan oleh tubuh dan mengubah tujuan menjadi aksi yang menawan. Seorang
atlet olahraga, penari, aktor dan pemain pantomim mengembangkan kemampuan mereka
dalam menggerakkan tubuh dan menguasai benda. Belajar mengoptimalkan seluruh anggota
tubuh jarang sekali dilakukan. Kita sering memanfaatkan tubuh hanya dalam beberapa
kepentingan dasar saja tanpa ada hasrat untuk mengembangkannya. Dengan latihan dan
pembiasaan, maka kita dapat mengasah keterampilan kita dalam menggerakkan tubuh dan
menguasai benda dengan anggota tubuh kita.
Musik adalah bentuk seni tertua yang menggunakan instrumen alami dan
menggunakan ekspresi diri. Musik lahir bersamaan dengan munculnya manusia di dunia.
Ketika dalam kandungan, kita hidup dengan irama detak jantung ibu selama sembilan bulan.
Kitapun hidup dengan irama detak jantung kita sendiri dan irama pernafasan. Ciri dasar dari
kecerdasan ini ialah kemampuan untuk menangkap, menghargai dan menciptakan irama dan
melodi melalui ritme dan nada. Kita tidak harus menjadi pemusik profesional untuk mampu
berpikir secara musikal. Kita dikelilingi oleh musik setiap hari dan menggunakan pikiran
musikal kita dalam perjalanan hidup sehari-hari. Tidak dapat dibayangkan jika dunia ini tidak
ada musik, pasti sepi dan membosankan. Di suatu tempat dalam benak kita, terdapat ribuan
ungkapan musikal yang menunggu isyarat untuk diaktifkan. Modal inilah yang
dikembangkan seorang musisi, komposer serta pembuat alat musik untuk menciptakan maha
karya yang berharga, musik.
h. Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan naturalis mampu mengenali dan memahami flora dan fauna dengan baik,
menikmati alam, mengenal tanaman dan binatang dengan baik, menyukai kegiatan outdoor
seperti camping, hiking, memancing, menyukai aktifitas belajar di luar kelas untuk
mengobservasi alam secara langsung, serta senang mengoleksi benda-benda alam seperti
batu-batuan, kulit kerang dan sebagainya. Kemampuan untuk mengerti flora dan fauna
dengan baik, menikmati alam, mengenal tanaman dan binatang dengan baik. Charles Darwin,
merupakan tokoh terkenal dengan kecerdasan Naturalist Intelligence.
i. Kecerdasan eksistensial
Individu mendapatkan kecerdasan tertentu bukan hanya karena faktor kelahiran semata,
melainkan juga karena perkembangan dan pengalamannya. Memang manusia dianugerahi
potensi (fitrah), namun perkembangan selanjutnya ditentukan oleh interaksi dengan
lingkungannya. Individu dan perkembangannya adalah produk dari hereditas dan lingkungan,
keduanya sama-sama berperan penting bagi perkembangan individu. Kecerdasan adalah
bahasa-bahasa yang dibicarakan oleh semua orang dan sebagian dipengaruhi oleh
kebudayaan di mana orang itu dilahirkan, merupakan alat untuk belajar, menyelesaikan
masalah dan menciptakan semua hal yang bisa digunakan manusia. Kecerdasan seseorang
bukan hanya prestasi akademik yang diukur berdasarkan nilai tes standar. Definisi kecerdasan
menurut Piaget sebagaimana dikutip Uno Hamzah adalah suatu tindakan yang menyebabkan
terjadinya perhitungan atas kondisi-kondisi yang secara optimal bagi organisme dapat hidup
berhubungan dengan lingkungan secara efektif. Sedangkan menurut Feldam dalam
Sukmadinata dan Nana S, kecerdasan merupakan kemampuan untuk memahami dunia,
berpikir secara rasional dengan menggunakan sumber-sumber atau referensi secara efektif
pada saat menghadapi sebuah tantangan. Raymond Cattel dan John Horn berpendapat bahwa
manusia mempunyai dua macam kecerdasan umum, yaitu kecerdasan cair dan kecerdasan
kristal. Kecerdasan cair adalah kecerdasan yang berbasis pada kecerdasan biologis.
Kecerdasan ini meningkat sesuai dengan perkembangan usia, mencapai puncak saat dewasa
dan menurun pada saat tua karena proses biologis tubuh. Kecerdasan kristal adalah
kecerdasan yang diperoleh dari proses pembelajaran dan pengalaman hidup. Kecerdasan ini
dapat terus meningkat tidak ada batas maksimal selama manusia mau dan bisa belajar.
Gardner sendiri mendefinisikan intelegensi tidak banyak berbeda dengan para ahli yaitu
kemampuan untuk menyelesaikan masalah atau menciptakan produk yang berharga dalam
satu atau beberapa lingkungan budaya dan masyarakat. Perkembangan selanjutnya,
kecerdasan individu akan mulai tampak terasah ketika dihadapkan pada interaksi sosial. Teori
kognitif sosialnya Albert Bandura serta Lev Vygotsky mengatakan bahwa perkembangan
anak ditentukan pula oleh interaksi mereka dengan teman sebaya dan lingkungannya. David
Perkins dari Harvard University berpendapat bahwa Kecerdasan dipengaruhi dan
dioperasikan oleh beberapa faktor dalam kehidupan yaitu sistem otak, pengalaman hidup, dan
kapasitas untuk pengaturan diri. Dalam bukunya Frame of Mind, tahun 1983, Howard
Gardner menampilkan Theory of Multiple Intelligences yang memperkuat perspektifnya
tentang kognisi manusia. Gardner mengatakan bahwa Intelligence is the ability to find and
solve problems and create Products of value in ones own culture. Menurut Gardner,
kecerdasan seseorang tidak diukur dari hasil tes psikologi standar, namun dapat dilihat dari
kebiasaan seseorang terhadap dua hal, yakni kebiasaan menyelesaikan masalah (problem
solving) secara mandiri dan kreativitas (creativity) menciptakan produk yang punya nilai
budaya. Tanpa sadar, orang tua dan guru justru membunuh sumber kecerdasan tersebut, yaitu
problem solving dan creativity. Secara bahasa Multiple Intelligences diartikan Kecerdasan
Majemuk. Ada juga yang mengartikan Kecerdasan Beragam. Awalnya Howard Gardner
menyusun daftar tujuh inteligensi yang dimiliki manusia dalam buku fenomenalnya, Frames
of Mind (1983), yakni kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan visual-
spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan gerak-badani/kinestetik, kecerdasan interpersonal,
kecerdasan intrapersonal. Pada bukunya Intelligence Reframed (2000), ia menambahkan
adanya dua kecerdasan baru, yaitu kecerdasan naturalis atau lingkungan dan kecerdasan
eksistensial. Akan tetapi, sebenarnya kecerdasan manusia tidak hanya sebatas pada sembilan
kecerdasan yang disebutkan di atas. Teori kecerdasan majemuk Gardner masih mungkin terus
berkembang sehingga pembahasan mengenai kecerdasan manusia akan selalu menarik. Maka
penilaian kecerdasan yang mengacu hanya pada ranah akademis sangat tidak tepat.
3. Implementasi teori Multiple Intelligences dalam pendidikan
Konsep tentang Multiple Intelligences yang digagas Gardner merupakan salah satu
perkembangan paling penting dan menjanjikan dalam pendidikan dewasa ini, berdasarkan
karya monumentalnya, Frames of Mind (1983). Howard Gardner selalu memaparkan tiga hal
yang berkaitan dengan MI, yaitu komponen inti, kompetensi, dan kondisi akhir terbaik. Tiga
hal tersebut berkaitan dengan dunia pendidikan. Setiap area dalam otak yang disebut lobus of
brain ternyata memiliki komponen inti berupa potensi kepekaan yang akan muncul apabila
diberi stimulus yang tepat, kepekaan inilah yang akan menghasilkan kompetensi. Apabila
kompetensi tersebut dilatih terus-menerus dalam silabus yang tepat, akan muncul kondisi
akhir terbaik dari seseorang. Menurut Haggerty, sebagaimana dikutip oleh Paul Suparno, ia
mengungkapkan beberapa prinsip umum pembelajaran untuk membantu mengembangkan
Multiple Intelligences pada peserta didik dapat berkembang sepanjang hidup asal terus dibina
dan ditingkatkan. Dengan demikian jelas sekali bahwa pendidikan dan teori kecerdasan
majemuk merupakan dua komponen yang sangat tepat untuk dipadukan. Dalam dunia
pendidikan, teori Multiple Intelligences bisa menjadi sebuah strategi pembelajaran untuk
materi apapun dalam semua bidang studi. Inti dari strategi pembelajaran ini adalah
bagaimana guru mengemas gaya mengajarnya agar mudah ditangkap dan dimengerti oleh
siswanya. Menurut Chatib, kesalahpahaman penerapan teori MI di sekolah dikarenakan guru
menganggap MI sebagai bidang studi atau sebagai kurikulum sekolah bukan sebagai strategi
pembelajaran. Strategi pembelajaran berdasarkan teori Multiple Intelligences sangat banyak,
apabila gurunya kreatif maka strategi pembelajarannya sangat tak terbatas. Langkah awal
dalam penerapan strategi pembelajaran yang baik ialah membatasi waktu bagi guru untuk
menjelaskan materi sekitar 30% dan yang 70% untuk siswa beraktivitas. Dengan aktivitas
tersebut maka secara otomatis siswa akan belajar. Menurut penelitian Dr. Venon Magnesen
dari Texas University, otak manusia lebih cepat menangkap informasi yang berasal dari
modalitas visual yang bergerak, seperti aktivitas tubuh, emosi, koordinasi dan segala jenis
gerak. Memori peserta didik akan lebih kuat mengingat praktek membuat tempe dalam mata
pelajaran biologi daripada pelajaran tersebut diterangkan guru di depan kelas. Dengan
menitikberatkan pembelajaran pada aktivitas anak, maka guru dapat memperhatikan
kecenderungan gaya belajar anak sekaligus kecerdasan yang dimilikinya. Apabila hal-hal
tersebut sudah teridentifikasi, guru akan lebih mudah untuk menerapkan strategi mana yang
akan diterapkan. Howard Gardner mempertanyakan gagasan bahwa kecerdasan adalah satu
kesatuan, yang dihasilkan dari satu faktor, dan hal itu dapat diukur hanya melalui tes IQ. Dia
juga telah menantang perkembangan kognitif Piaget. Membawa bukti ke depan untuk
menunjukkan bahwa pada suatu saat seorang anak mungkin berada pada tahap yang sangat
berbeda misalnya, dalam pengembangan jumlah dan pematangan spasial / visual, Howard
Gardner telah berhasil meruntuhkan gagasan bahwa pengetahuan pada tahap pengembangan
tertentu bergantung pada struktur yang terstruktur seluruh.
4. Anak dapat belajar dengan lebih efektif melalui kemampuan Intelektual
Karya Howard Earl Gardner telah ditandai oleh keinginan untuk tidak hanya
menggambarkan dunia tapi juga untuk membantu menciptakan kondisi untuk
mengubahnya. Skala kontribusi Howard Gardner dapat diukur dari komentar berikut dalam
pengantarnya ke edisi ulang tahun kesepuluh dari karya klasiknya Frames of Mind. Teori
multiple intelligences : Pada masa kejayaan era psikometri dan behavioris, pada umumnya
diyakini bahwa kecerdasan adalah satu kesatuan yang diwarisi; dan bahwa manusia - awalnya
sebuah batu tulis kosong - dapat dilatih untuk belajar sesuatu, asalkan itu disajikan dengan
cara yang tepat. Saat ini semakin banyak peneliti yang meyakini sebaliknya; bahwa ada
banyak kecerdasan, cukup independen satu sama lain; bahwa masing-masing kecerdasan
memiliki kekuatan dan batasan tersendiri; bahwa pikiran jauh dari tidak terbebani saat
lahir; dan bahwa secara tak terduga sulit untuk mengajarkan hal-hal yang bertentangan
dengan teori 'naif' awal yang menantang garis kekuatan alami di dalam kecerdasan dan
domain yang sesuai. (Gardner 1993: xxiii). Salah satu impet utama gerakan ini adalah karya
Howard Gardner. Dia telah, dalam istilah Smith dan Smith (1994), sebuah shifter
paradigma. Howard Gardner mempertanyakan gagasan bahwa kecerdasan adalah satu
kesatuan, yang dihasilkan dari satu faktor, dan hal itu dapat diukur hanya melalui tes IQ. Dia
juga telah menantang perkembangan kognitif Piaget. Membawa bukti ke depan untuk
menunjukkan bahwa pada suatu saat seorang anak mungkin berada pada tahap yang sangat
berbeda misalnya, dalam pengembangan jumlah dan pematangan spasial / visual, Howard
Gardner telah berhasil meruntuhkan gagasan bahwa pengetahuan pada tahap pengembangan
tertentu bergantung pada struktur yang terstruktur, seluruh. Pada artikel ini, kami
mengeksplorasi kontribusi Howard Gardner dan penggunaan yang telah dilakukan oleh
pendidik.
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan. Kami sadar masih terdapat banyak
kesalahan dalam penulisan kami ini. Untuk itu, saran, kritik dan evaluasi dari pembaca sangat
kami harapkan demi perkembangan karya kami selanjutnya. Semoga tulisan ini dapat
memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan bagi kami dan pembaca sekalian. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Linda dkk, Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, (Depok:
Intuisi Press, 2006)
Gardner, Howard, Kecerdasan Majemuk, Teori dalam Praktek, alih bahasa Alexander
Sindoro (Batam: Interaksara, 2003)