Anda di halaman 1dari 38

Laporan Kasus

dr. Meriana S.Ked


Dokter Internship RS Bhayangkara

SUPERVISOR : dr. I Nyoman Darsana, M.Biomed, Sp.S

RS BHAYANGKARA DENPASAR
Senin 25 Oktober 2021
LAPORAN KASUS
• Vertigo Vestibular Tipe Perifer
• TTH ( Tension Type Headache )
PENDAHULUAN
Vertigo berasal dari bahasa latin “vertere” yaitu memutar. Vertigo ialah adanya
sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh seperti rotasi (memutar) tanpa sensasi
peputaran yang sebenarnya, dapat sekelilingnya terasa berputar atau badan yang
berputar.

Vertigo merupakan keluhan yang umum ditemukan pada klinik, hingga mencapai
20-30%. Angka prevalensi vertigo pada dewasa usia 18-79 tahun dalam seumur
hidupnya mencapai 7.4% dengan angka insidensi 1 tahun 1.4%. Angka kejadian
lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria. 

Tension-type headache (TTH) adalah nyeri kepala bilateral yang menekan,


mengikat, tidak berdenyut, tidak dipengaruhi dan tidak diperburuk oleh aktivitas
fisik, bersifat ringan hingga sedang, berlangsung selama beberapa menit hingga
berhari – hari serta disertai fotofobia atau fonofobia.

Data epidemiologi menunjukkan bahwa tension type headache (TTH) merupakan


tipe nyeri kepala dari nyeri kepala primer yang tersering.
Secara Global Sebuah penelitian tahun 2007, menyatakan bahwa 46% populasi
global mengalami nyeri kepala, dengan prevalensi global dari tension type
headache (TTH) merupakan yang terbesar yaitu 42% pada orang dewasa. Studi
Global Burden of Diseases, Injuries, and Risk Factors (GBD) studies pada 2016
menyatakan bahwa terdapat 1,89 juta orang di dunia yang menderita TTH pada
tahun 2016.
Di ndonesia Tidak banyak data epidemiologi mengenai tension type
headache (TTH). Sebuah penelitian di Bali yang dilakukan pada mahasiswa senior
fakultas kedokteran, melaporkan bahwa TTH ditemukan pada 60,3% dari 73
IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. ER
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 48 tahun
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Denpasar
Tanggal Pemeriksaan : 25 Oktober 2021
No. Rekam Medis : 07.48.73
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri Kepala
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RS Bhayangkara pada pukul 15:00 dengan keluhan pusing berputar
saat berdiri terasa ingin tumbang disertai mual keluhan tersebut muncul saat pasien
mengangkat kepala dari posisi menunduk. Sebelumnya pasien mengatakan Sebelumnya
pasien mengatakan nyeri kepala bagian belakang menyebar ke sisi kanan dan kiri hingga
depan. Nyeri kepala terasa tegang seperti terikat, dan disertai rasa tegang pada leher hingga
bahu.
Keluhan nyeri berdenyut maupun tertusuk disangkal.
Pasien mengatakan nyeri muncul pada pukul 09:00 pagi dikarenakan semalaman pasien
sedang banyak pikiran. Pasien mengatakan pasien memikirkan suatu pekerjaan yang harus
diselesaikan keesokan harinya dan membuat pasien tidak dapat tertidur semalaman. Pasien
juga mengatakan keluhan nyeri kepala ini biasa muncul dalam 1 bulan muncul 1 x keluhan
yang sama namun tertangani dengan obat. Keluhan ini dirasakan sudah sekitar 3 tahun
belakangan ini. Keluhan melihat ganda, nyeri pada telinga, telinga berdenging disangkal oleh
pasien. Pasien menyangkal adanya lemah pada seluruh tubuh. Demam (-), sesak (-), jantung
berdebar-debar (-). Keluhan sensoris seperti tebal pada wajah dan ekstremitas tubuh
disangkal. Keluhan seperti sulit bicara, sulit menelan disangkal.
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Dahulu
○ Pasien menderita vertigo sejak 2019 dirawat di rumah sakit selama 4 hari dan pulang.
○ pasien menderita depresi ringan 2015 dengan pengobatan dari dokter hingga 2
tahun.
○ Pasien Mengatakan pernah menderita darah tinggi dan putus obat selama 2 bulan.
○ pasien pernah terjatuh dari kursi yang membuat kepala pasien terbentur dan pingsan
pada tahun 2009 namun pasien tidak ke rumah sakit maupun berobat..
Riwayat Pengobatan
Lisinopril 1 x 5 mg.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit asma, sesak nafas, tuberculosis, penyakit gangguan pernafasan, dan
penyakit sistemik lainnya disangkal.
Riwayat Sosial
Pasien merupakan ibu rumah tangga dan memiliki 3 orang anak.
Diskusi 1
Permasalahan :
• Pusing berputar saat berdiri terasa ingin tumbang disertai mual keluhan tersebut muncul saat pasien
mengangkat kepala dari posisi menunduk.
Pembahasan :
• Pada pasien didapatkan keluhan pusing berputar. Pusing berputar merupakan ciri khas gangguan yang
disebabkan vestibularis. Gangguan vestibularis dapat dibagi menjadi dua yaitu sentral dan perifer.
Perbedaan khas yang ditemukan pada gejala perifer adalah pusing yang berhubungan dengan perubahan
posisi kepala secara mendadak. Menurut definisinya sendiri vertigo merupakan sensasi gerakan atau rasa
gerak dari tubuh seperti rotasi (memutar) tanpa sensasi peputaran yang sebenarnya, dapat sekelilingnya
terasa berputar atau badan yang berputar.
• Pada pasien juga mual dan rasa sempoyongan yang mengakibatkan pasien ingin tumbang saat berdiri
maupun berjalan, dimana berkaitan dengan gejala pada vertigo. Gejala vertigo dapat dibagi menjadi 2
yaitu subjektif dan objektif. Gejala subjektif dapat berupa Pusing, sakit kepala ringan , Rasa terapung,
terayun , Mual. Sedangkan Gejala obkjektif dapat berupa keringat dingin , Pucat , Muntah ,
Sempoyongan waktu berdiri atau berjalan dan Nistagmus.

Sumber : Buku Prociding PIN PERDOSSI 2020. Volume 4


Diskusi 2
Permasalahan :
• Sebelumnya pasien mengatakan nyeri kepala bagian belakang menyebarke sisi kanan dan kiri
hingga depan. Nyeri kepala terasa tegang seperti terikat, dan disertai rasa tegang pada leher
hingga bahu.
Pembahasan :
• Pada pasien sebelumnya nyeri kepala belakang hingga difuse disertai tegang dan seperti terikat,
nyeri kepala tersebut dikaitkan dengan nyeri kepala tipe tegang. Pada nyeri kepala tipe tegang
memiliki karakteristik bilateral, rasa menekan atau mengikat dengan intensitas ringan sampai
sedang. Nyeri tidak bertambah pada aktifitas fisik rutin, tidak didapatkan mual tapi bisa ada
fotofobia atau fonofobia.
• Lokasi nyeri pada awalnya dirasakan pasien pada leher bagian belakang kemudian menjalar ke
kepala bagian belakang selanjutnya menjalar ke bagian depan. Selain itu, nyeri ini juga dapat
menjalar ke bahu.
• Sifat nyeri kepala dirasakan seperti berat di kepala, pegal, rasa kencang pada daerah bitemporal
dan bioksipital, atau seperti diikat di sekeliling kepala. Nyeri kepalanya tidak berdenyut.
Sumber : Panduan Praktis Klinis Neurologi. PERDOSSI 2016
Diskusi 3
Permasalahan :
• Pasien mengatakan nyeri muncul pada pukul 09:00 pagi dikarenakan semalaman pasien sedang
banyak pikiran. Pasien mengatakan pasien memikirkan suatu pekerjaan yang harus diselesaikan
keesokan harinya dan membuat pasien tidak dapat tertidur semalaman. Pasien juga mengatakan
keluhan nyeri kepala ini biasa muncul dalam 1 bulan muncul 1 x keluhan yang sama namun
tertangani dengan obat. Keluhan ini dirasakan sudah sekitar 3 tahun belakangan ini. saat ini
keluhan lebih berat dari biasanya.
Pembahasan :
• Pada TTH yang kronis biasanya merupakan manifestasi konflik psikologis yang mendasarinya
seperti kecemasan dan depresi.
• Pada pasien nyeri kepala dapat timbul tiap bulan sekali dan terkadang membaik dengan
pengobatan. Namun saat ini keluhan disertai lebih memberat. Berdasarkan pembagiannya TTH
dibagi menjadi nyeri kepala TTH Episodik frekuen yang terjadi sedikitnya 10 episode timbul
selama 1–14 hari/bulan selama paling tidak 3 bulan (12–180 hari/tahun) atau TTH kronik bila
nyeri kepala timbul > 15 hari per bulan, berlangsung > 3 bulan (≥180 hari/tahun).
PEMERIKSAAN FISIK (25/10/2021)

Tanda Tanda Vital:


● Keadaan Umum : Kesan sakit Ringan
● Kesadaran : Compos mentis (GCS E4V5M6)
● VAS : 5/10
● Tekanan darah : 170/100 mmHg
● Nadi : 98 kali/menit
● Respirasi : 22 kali/menit
● Spo2 : 97%
● Suhu aksila : 36,4 ºC
● Tinggi badan : 160 cm
● Berat badan : 50 kg
● BMI : 22,02 kg/m2
PEMERIKSAAN FISIK (06/10/2021)
Status Generalis
 Kepala : Normocephali
 Mata : Conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil +/+ isokor 3 mm/3 mm
 THT : Telinga : Discharge (-/-)
Hidung : Rhinorrhea (-/-)
Tenggorokan : Hiperemis (-)
 Leher : JVP ± 0 cmH2O, nyeri tekan (-), jejas (-), pembesaran KGB (-)
 Thorax : Simetris, retraksi (-), jejas (-)
 Cor :

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat


Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V MCL sinistra
Perkusi : Batas jantung kanan : ICS IV PSL dextra,
Batas jantung kiri ICS V MCL sinistra
Auskultasi : S1 S2 tunggal regular, murmur (-)

 Pulmo :

Inspeksi : gerak nafas simetris, jejas (-).


Palpasi : krepitasi (-)
Perkusi : sonor | sonor
Auskultasi : vesikuler +/+ , rhonki +/+ , wheezing +/+
PEMERIKSAAN FISIK (06/10/2021)
Status Generalis
Abdomen :
Inspeksi : Distensi (-), jejas (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) normal
Perkusi : Tympanic (+), Shifting Dullness (-), Undulation (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), defans muscular (-)
Liver : Tidak teraba
Spleen : Tidak teraba
Genital-Perineum : Tidak dievaluasi
Rectal Toucher : Tidak dievaluasi
Ekstrimitas: Akral hangat, edema (-), Nyeri tekan (-), CRT < 2 det.
PEMERIKSAAN DEXTRA SINISTRA
     
Nervus Olfactorius (N. I)  
     
Daya penghidu Tidak dilakukan Tidak dilakukan
     
Nervus Opticus (N. II)  
     
Visus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lapang pandang normal normal
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
     
Occulomotorius (N. III,IV,VI)
     
Ptosis (-) (-)
Gerak mata ke superior Dapat dilakukan Dapat dilakukan
Gerak mata ke inferior Dapat dilakukan Dapat dilakukan
Gerak mata ke medial Dapat dilakukan Dapat dilakukan
Pupil (bentuk & ukuran) Bulat, Ø 3 mm Bulat, Ø 3 mm
Refleks cahaya langsung (+) (+)
Refleks cahaya tak langsung (+) (+)
Strabismus divergen (-) (-)
Gerak mata ke lateroinferior Dapat dilakukan Dapat dilakukan
Strabismus konvergen - -
Nervus Trigeminus(N.V)
Sensorik (cabang    
ophtalmicus, maxillaris, mandibularis Dapat Dapat
Motorik    
- Membuka mulut, Dapat Dapat
- Menggerakan rahang, Dapat Dapat
- Menggigit Dapat Dapat
  Nervus Fascialis (N. VII)  
     
Kerutan kulit dahi Dapat Dapat
Mengangkat alis Dapat Dapat
Sulcus nasolabialis Sudut sudut
    tidak tertinggal tidak tertinggal
Menggembungkan pipi Dapat Dapat
   
Menyeringai Dapat Dapat
  Berbicara Normal Normal
  Nervus Vestibulo-Cochlearis (N. VIII)
     
Test pendengaran Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Test penala Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Test romberg Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nistagmus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nervus Glossopharyngeus (N.IX)

Palatum mole Normal


Arkus Faring Di tengah
Uvula Di tengah
Disfagia -
Nervus Vagus (N.X)
Arkus faring Normal
Bersuara Normal
Menelan dan Mengejan Dapat
Nervus Accesorius (N. XI)
Menoleh kanan-kiri Dapat Dapat
Mengangkat bahu Dapat Dapat

Nervus Hipoglosus (N.XII)


Tremor lidah -
Atrofi papil lidah -
Pergerakan lidah Simetris
Kedudukan lidah :  
Didalam mulut Simetris
Dijulurkan Simetris
 Pemeriksaan Motorik
o Trofi otot : Eutrofi Eutrofi - Pemeriksaan Sensorik
Eutrofi Eutrofi
Ekseroseptif: sensasi nyeri, raba halus,
o Tonus otot : Normotonus Normotonus
dan suhu normal
Normotonus Normotonus
- Telunjuk Hidung ( Dapat )
o Kekuatan : 4444 5555
5555 5555
- Romberg Tidak di pertajam (+)
4444 5555
5555 5555
o Refleks Fisiologis - Dix Hall Pike Manuver (+)
- Biceps :+/+
- Triceps :+/+
- Patella :+/+
- Achilles :+/+
o Refleks Patologis
- Hoffman-Tromner :-/-
- Babinski :-/-
- Chaddock :-/-
- Oppenheim :-/-
- Gordon :-/-
- Schaefer :-/-
MANAGEMENT
● Terapi Khusus
○ Terapi saat di IGD : Captopril 25 mg -> tensi menjadi 130/90 evaluasi dalam 30 menit.

Betahistin 5 mg 1 tab
○ Konsul DPJP Spesialis Saraf :
- Betahistin 6 mg 3 x1 tab pc
- Flunarizine 5 mg 2 x 1 tab pc
- Methylcobal 500 mcg 2 x 1 cap pc
- Aspilet 80 mg 1 x 1 tab pc
- Lisinopril 5 mg 1 x 1 tab pc
● Rencana Diagnosis:
○ Darah rutin, elektrolit, kadar gula darah,dll (atas indikasi untuk menyingkirkan penyebab
sekunder)
○ Radiologi : atas indikasi (untuk menyingkirkan penyebab sekunder).
DAFTAR MASALAH/DIAGNOSA
• Diagnosa Kerja : Vertigo
• Diagnosis Topis : Sistem Vestibular
• Diagnosis Etiologi                  : Vertigo Vestibular tipe Perifer
• Diagnosis Tambahan            : TTH ( Tension Type Headache / Nyeri
Kepala Tipe Tegang)
• Diagnosis Banding : Vertigo Vestibular Tipe Sentral
TINJAUA PUSTAK
N A
Definisi Vertigo
Vertigo berasal dari bahasa latin “vertere” yaitu memutar. Vertigo ialah
adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh seperti rotasi
(memutar) tanpa sensasi peputaran yang sebenarnya, dapat
sekelilingnya terasa berputar atau badan yang berputar.
Epidemiologi Vertigo
• Vertigo merupakan keluhan yang umum ditemukan pada klinik,
hingga mencapai 20-30%. Angka prevalensi vertigo pada dewasa usia
18-79 tahun dalam seumur hidupnya mencapai 7.4% dengan angka
insidensi 1 tahun 1.4%. Angka kejadian lebih tinggi pada wanita
dibandingkan pria. 
Klasifikasi vertigo
• Berdasarkan persepsi :
• Vertigo vestibular adalah rasa berputar yang timbul pada gangguan vestibular.
• Primer : motion sickness, benign postional vertigo, meniere disease, neuronitis vestibuler,
drug induced.
• Sekunder : migren vertebrobasiler, insufiesiensi vertobrobasiler, neuroma akustik.
• Vertigo non vestibular adalah rasa goyang, melayang, mengambang yang timbul pada
gangguan sistem proprioseptif atau sistem visual. Misalnya : Gangguan serebellar,
hiperventilasi, psikogenik, dll.
• Berdasarkan letak lesi :
• Vertigo vestibular perifer. Terjadi pada lesi di labirin dan nervus vestibularis
• Vertigo vestibular sentral. Timbul pada lesi di nucleus vestibularis batang otak, thalamus
sampai ke korteks serebri.
Etiologi Vertigo
Penyebab vertigo dapat dibagi menjadi 5 yaitu:
1. Otologi : Otologi merupakan 24-61 kasus vertigo (paling sering), dapat disebabkan oleh BPPV (benign
paroxysmal positional vertigo), penyakit Meniere, parase N. VIII (vestibulokoklearis) maupun
otitis media.
2. Neurologis : Merupakan 23-30% , misalnya : Gangguan serebrovaskular batang otak, serebelum,
Ataksia karena neuropati, Gangguan visus, Gangguan serebelum , Seklerosis multiple yaitu suatu penyakit
saat sistem kekebalan tubuh menggerogoti lapisan pelindung saraf, Malformasi chiari, yaitu anomaly bawaan
di mana serebelum dan medulla oblongata menjorok ke medulla spinalis melalui foramen magnum. , Vertigo
servikal.
3. Interna : Kurang lebih 33% dari keseluruhan kasus terjadi karena gangguan kardiovaskuler.
Penyebabnya biasanya berupa tekanan darah yang naik atau turun, aritma kordis, penyakit jantung koroner,
infeksi, hipoglikemia, serta intoksikasi obat, misalnifedipin, benzodiazepine, Xanax.
4. Psikiatrik : Terdapat pada lebih dari 50% kasus vertigo. Biasanya pemeriksaan klinis dan laboratoris
menunjukkan hasil dalam bebas normal. Penyebabnya biasanya berupa depresi, fobia, ansietas, serta
psikosomatis.
5. Fisiologis : Misalnya, vertigo yang timbul ketika melihat ke bawah saat kita berada di tempat tinggi
Tanda Dan Gejala Vertigo
Perbedaan Vertigo Vestibular Dengan Non Vestibular
• Gejala Vertigo vestibular Vertigo Nonvestibular
• Sifat vertigo Rasa berputar Melayang, goyang
• Serangan Episodik Kontinu/ konstan
• Mual/ muntah + -
• Gangguan pendengaran +/- -
• Gerakan pencetus Gerakan kepala -
• Situasi pencetus - Gerakan obyek visual keramaian, lalu lintas
Tanda Dan Gejala Vertigo
• Perbedaan Vertigo Vestibular Perifer Dengan Sentral
• Gejala Perifer Sentral
• Bangkitan Lebih mendadak Lebih lambat
• Derajat vertigo Berat Ringan
• Pengaruh gerakan kepala ++ +/-
• Mual/ muntah/ keringatan ++ +
• Gangguan pendengaran +/- +/-
• Tanda fokal otak - +/-
Diagnosis Vertigo
• Anamnesa : Pusing yang dikeluhkan dapat berupa sakit kepala, rasa goyang, pusing berputar, rasa tidak stabil atau
melayang.
a. Bentuk serangan vertigo: Pusing berputar atau rasa goyang atau melayang.
b. Sifat serangan vertigo: Periodik. kontinu, ringan atau berat.
c. Faktor pencetus atau situasi pencetus dapat berupa:
• Perubahan gerakan kepala atau posisi.
• Situasi: keramaian dan emosional
• Suara
d. Gejala otonom yang menyertai keluhan vertigo: Mual, muntah, keringat dingin ; Gejala otonom berat atau ringan.
e. Ada atau tidaknya gejala gangguan pendegaran seperti : tinitus atau tuli.
f. Obat-obatan yang menimbulkan gejala vertigo seperti: streptomisin, gentamisin, kemoterapi.
g. Tindakan tertentu: temporal bone surgery, transtympanal treatment.
h. Penyakit yang diderita pasien: DM, hipertensi, kelainan jantung.
i. Defisit neurologis: hemihipestesi, baal wajah satu sisi, perioral numbness, disfagia, hemiparesis, penglihatan ganda,
ataksia serebelaris.
Pemeriksaan neurologis
1. Kesadaran : kesadaran baik untuk vertigo vestibuler perifer dan vertigo non vestibuler, namun dapat menurun pada
vertigo vestibuler sentral.
2. Nervus kranialis : pada vertigo vestibularis sentral dapat mengalami gangguan pada nervus kranialis III, IV, VI, V sensorik,
VII, VIII, IX, X, XI, XII.
3. Motorik : kelumpuhan satu sisi (hemiparesis).
4. Sensorik : gangguan sensorik pada satu sisi (hemihipestesi).
5. Keseimbangan (pemeriksaan khusus neuro-otologi
• Tes nistagmus: Nistagmus disebutkan berdasarkan komponen cepat, sedangkan komponen lambat menunjukkan
lokasi lesi: unilateral, perifer, bidireksional, sentral.
• Tes Rhomberg : Jika pada keadaan mata terbuka pasien jatuh, kemungkinan kelainan pada serebelum. Jika pada mata
tertutup pasien cenderung jatuh ke satu sisi, kemungkinan kelainan pada system vestibuler atau proprioseptif.
• Tes rhomberg dipertajam (Sharpen Rhomberg): Jika pada keadaan mata terbuka pasien jatuh, kemungkinan kelainan
pada serebelum. Jika pada mata tertutup pasien cenderung jatuh ke satu sisi, kemungkinan kelainan pada system
vestibuler atau proprioseptif.
• Tes jalan tandem: pada kelainan serebelar, pasien tidak dapat melakukan jalan tandem dan jatuh ke satu sisi. Pada
kelaianan vestibuler, pasien akan mengalami deviasi.
• Tes Fukuda, dianggap abnormal jika deviasi ke satu sisi lebih dari 30 derajat atau maju mundur lebih dari satu meter.
• Tes past pointing, pada kelainan vestibuler ketika mata tertutup maka jari pasien akan deviasi ke arah lesi. Pada
kelainan serebelar akan terjadi hipermetri atau hipometri.
Tatalaksana Vertigo
• BrandDaroff ( Vertibular Exercise )
Pasien duduk tegak di pinggir tempat
tidur dengan kedua tungkai tergantung,
dengan kedua mata tertutup baringkan
tubuh dengan cepat ke salah satu sisi,
pertahankan selama 30 detik. Setelah itu
duduk kembali. Setelah 30 detik,
baringkan dengan cepat ke sisi lain.
Pertahankan selama 30 detik, lalu duduk
kembali. Lakukan latihan ini 3 kali pada
pagi, siang dan malam hari
masingmasing diulang 5 kali serta
dilakukan selama 2 minggu atau 3
minggu dengan latihan pagi dan sore
hari.
Medikamentosa
1. Antihistamin (dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin)
• Dimenhidrinat lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Obat dapat diberi per oral atau parenteral (suntikan
intramuskular dan intravena), dengan dosis 25 mg – 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari.
• Difenhidramin HCl. Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1 kapsul) – 50 mg, 4 kali
sehari per oral.
• Senyawa Betahistin (suatu analog histamin):
a) Betahistin Mesylate dengan dosis 12 mg, 3 kali sehari per oral.
b) Betahistin HCl dengan dosis 8-24 mg, 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet dibagi dalam beberapa dosis.
2. Kalsium Antagonis
• Cinnarizine, mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular dan dapat mengurangi respons terhadap akselerasi
angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15-30 mg, 3 kali sehari atau 1x75 mg sehari.
• Fenotiazine (pada kemoresptor trigger zone dan pusat muntah di M.Oblongata). Chlorpromazine 3 x 25 mg/hr.
3. Benzoadiazepine (Diazepam menurunkan resting activity neuron pada n.vestibularis) 3x2-5 mg/hr.
Definisi TTH ( Tension Type Headache)
Tension Headache atau Tension Type Headache (TTH) atau nyeri kepala tipe tegang adalah bentuk
sakit kepala yang paling sering dijumpai dan sering dihubungkan dengan jangka waktu dan
peningkatan stres. Nyeri kepala memiliki karakteristik bilateral, rasa menekan atau mengikat dengan
intensitas ringan sampai sedang. Nyeri tidak bertambah pada aktifitas fisik rutin, tidak didapatkan
mual tapi bisa ada fotofobia atau fonofobia.
Epidemiologi TTH ( Tension Type Headache)

Secara Global Sebuah


penelitian tahun
Di ndonesia Tidak
banyak data
Data 2007, menyatakan
bahwa 46% populasi epidemiologi
epidemiologi global mengalami mengenai tension
menunjukkan nyeri kepala, dengan type
prevalensi global
bahwa tension dari tension type
headache (TTH).
type headache (TTH) Sebuah penelitian
merupakan yang di Bali yang
headache (TTH terbesar yaitu 42% dilakukan pada
) merupakan pada orang dewasa. mahasiswa senior
tipe nyeri Studi Global Burden
fakultas
of Diseases, Injuries,
kepala dari and Risk Factors kedokteran,
nyeri kepala (GBD) studies pada melaporkan
2016 menyatakan bahwa TTH
primer yang bahwa terdapat 1,89 ditemukan pada
tersering. juta orang di dunia
60,3% dari 73
yang menderita TTH
pada tahun 2016. orang. 
Diagnosis TTH ( Tension Type Headache)
Anamnesis
• Nyeri tersebar secara difus, intensitas nyerinya mulai dari ringan sampai sedang.
• Waktu berlangsungnya nyeri kepala selama 30 menit hingga 1 minggu penuh. Nyeri timbul sesaat atau terus
menerus.
• Lokasi nyeri pada awalnya dirasakan pasien pada leher bagian belakang kemudian menjalar ke kepala bagian
belakang selanjutnya menjalar ke bagian depan. Selain itu, nyeri ini juga dapat menjalar ke bahu.
• Sifat nyeri kepala dirasakan seperti berat di kepala, pegal, rasa kencang pada daerah bitemporal dan
bioksipital, atau seperti diikat di sekeliling kepala. Nyeri kepalanya tidak berdenyut.
• Pada nyeri kepala ini tidak disertai mual ataupun muntah.
• Pada TTH yang kronis biasanya merupakan manifestasi konflik psikologis yang mendasarinya seperti
kecemasan dan depresi.
Kriteria Diagnostik Tension Type Headache

Disebut sebagai nyeri kepala TTH Episodik frekuen bila terjadi sedikitnya 10 episode yang timbul selama 1–14 hari/bulan
selama paling tidak 3 bulan (12– 180 hari/tahun) atau TTH kronik bila nyeri kepala timbul > 15 hari per bulan,
berlangsung > 3 bulan (≥180 hari/tahun).
Pemeriksaan Tension Type Headache
• Laboratorium: darah rutin, elektrolit, kadar gula darah,dll (atas indikasi untuk menyingkirkan penyebab
sekunder)
• Radiologi : atas indikasi (untuk menyingkirkan penyebab sekunder).
Tatalaksana Tension Type Headache
Pada serangan akut tidak boleh lebih dari 2 hari/minggu, yaitu dengan:
Analgetik:
1. Aspirin 1000 mg/hari,
2. Asetaminofen 1000 mg/hari,
3. NSAIDs (Naproxen 660-750 mg/hari, Ketoprofen 25-50 mg/hari, asam mefenamat, ibuprofen 800
mg/hari, diklofenak 50-100 mg/hari).
4. Kafein (analgetik ajuvan) 65 mg.
5. Kombinasi: 325 aspirin, asetaminofen + 40 mg kafein.
Sedangkan pada tipe kronis, adalah dengan:
1. Antidepresan : Jenis trisiklik: amytriptiline, sebagai obat terapeutik maupun sebagai pencegahan
tension-type headache.
2. Antiansietas : Golongan benzodiazepin dan butalbutal sering dipakai. Kekurangan obat ini bersifat
adiktif, dan sulit dikontrol sehingga dapat memperburuk nyeri kepalanya.
Tatalaksana Non-Farmakologi TTH
Terapi nonfarmakologis pada tension-type headache pilihannya adalah:
1. Kontrol diet
2. Terapi fisik
3. Hindari pemakaian harian obat analgetik, sedatif dan ergotamin
4. Behaviour treatment
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai