Anda di halaman 1dari 18

No.

Register RS IbnuSina

Nama
Umur
JenisKelamin
Agama
Suku/Bangsa
Alamat
TanggalPemeriksaan
OlehAsisten/dr. Bangsal
Bangsal/Kamar
Masuk RS Tgl
Keluar RS. Tgl

DIAGNOSA MASUK
I.

: 090141
: Tn. Damar
: 40 tahun
: Laki-laki
: Islam
: Makassar
: Jalan Pampang 2 No.4
: 26 Februari 2015
: dr. Fuad Fajrin
: Poli Saraf RS Ibnu Sina
:
:
: Migren Tanpa Aura

ANAMNESA:
1. Keluhan utama :
Sakit Kepala Sebelah Kiri VAS 2-3
2. Anamnesa terpimpin:
Informasi mengenai keluhan utama :
Sakit kepala sebelah kiri sejak 1 bulan yang lalu, sakit kepala terasa

berdenyut sebelah kiri ,an mata seperti keluar air mata ( VAS 2-3 )
Informasi riwayat penyakit terdahulu ( penyakit yang mungkin mendasari
keluhan umum dan penyakit-penyakit yang pernah diderita ):
4 November 2014 : Pasien pernah mengalami keluhan yang sama, sakit
kepala sebelah kiri ,berdenyut dan keluar air mata sejak 2 tahun yang lalu
dan memberat saat 1 bulan terkhir dengan VAS 9 , nyeri berkurang dengan
Paracetamol 2 tab, waktu tidur tidak teratur dengan durasi 2 jam saja dan
mata kiri agak sedikit kabur
Diagnose : cephalgia Kronik ec Susp. Migrain
Terapi : PDAK 3 dd 1, sohobion 1 dd 1
15 November 2014 : pasien mengalamai keluhan yang sama dengan VAS
3
Diagnose : cephalgia Kronik ec Susp. Migrain
Terapi : PDAK 3 dd 1, sohobion 1 dd 1
18 Februari 2015 : pasien mengalami sakit kepala sebelah kiri sejak 1
bulan lalu, terasa berdenyut dan mata kiri seperti mau keluar
Diagnose : cephalgia Kronik ec Susp. Migrain
Terapi : PDAK 3 dd 1, neurodex 0-1-0

II.

Anamnesa sistematis:
Demam (-), Trauma (-), mual (-), muntah (-), BAB: biasa, BAK: biasa.
Anamnesa tentang pekerjaan/keluarga/hobi, dan sebagainya:
Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga tidak ada.

PEMERIKSAAN FISIS
PemeriksaanUmum
Kesan
: Sakit Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Gizi
: Cukup
TekananDarah: 120/80 mmHg
Nadi
: 68 x/menit

Sianosis

Suhu
: 36,50C
Pernapasan:20 x/menit
Anemi
:Ikterus
:-

:-

TORAKS
Paru-Paru
Inspeksi : Simetris (ka=ki), tidak menggunakan otot bantu napas,
hematom (-), jejas (-), jaringan sikatrik (-)
Palpasi : Massa tumor (-), nyeri tekan (-), vocal fremitus (ka=ki),
krepitasi (-)
Perkusi :
Sonor kiri kanan.
Batas paru hepar ICS VI dextra anterior
Batas kanan paru belakang vertebra thorakal X.
Batas kiri paru belakang vertebra thorakal XI.
Auskultasi
:
Bunyi Pernapasan: Vesikuler
Bunyi Tambahan:
Rhonki (Rh): - / Wheezing (Wh): - / -

Jantung :

Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak


Palpasi : Ictus Cordis tidak teraba
Perkusi :
Pekak relatif, batas jantung:
Kanan atas
Kiri atas
Kanan bawah
Kiri bawah

: ICS II linea parasternalis dextra


: ICS II linea parasternalis sinistra
: ICS V linea parasternalis dextra
: ICS V linea midclavicula sinistra

Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, bising jantung (-).


ABDOMEN:
Inspeksi
: Datar, ikut gerak napas, jejas (-).
Palpasi
: Lemas/Tegang (-), Massa tumor (-), nyeri tekan (-), Hepar (ttb),
Perkusi
Auskultasi

Lien (ttb)
: Timpani
: Peristaltik ada, Kesan Normal.

Pemeriksaan Psikiatris
Emosi dan effek : Baik
Proses berfikir
: Baik
Kecerdasan
: Baik
Psikomotor

Penyerapan
Kemauan

: Baik
: Baik

:Baik

Status Neurologis: GCS: E4 M5 V6


1. Kepala :
Posisi
Penonjolan

: Di tengah
:-

Bentuk/ukuran:Normocephal
Auskultasi
:-

2. Uratsarafkranial:
N.I (Olfaktorius) : Penghidu
N.II (Optikus) :
Ketajaman penglihatan :
Lapangan penglihatan :
Funduskopi :

OD
N
N
Tidak dilakukan

OS
N
N
Tidak dilakukan

N.III, IV, VI:


OD
OS
Celah kelopak mata
Ptosis:
N
N
Exoftalmus :
N
N
Ptosis bola mata
Pupil :
Ukuran/bentuk :
Bulat, 2,5 mm
Bulat 2,5 mm
Isokor/anisokor:
Isokor
Isokor
Refleks cahaya langsung/
Tak langsung :
+
+
Refleks akomodasi :
+
+
Gerakan bola mata
Parese kearah
Nistagmus
N.V (Trigeminus):
Sensibilitas
N.VI : +
N.V2 : +
N. V3 : +
Motorik
Inspeksi/palpasi(istirahat/menggigit) : Tidak Dilakukan
Refleks dagu/masseter
: Tidak dilakukan
Refleks kornea
: Tidak dilakukan
N. VII (Facialis):
Motorik
: m. frontalis
m. orbikularis okuli
Istirahat
:
N
N
Gerakan mimik:
N
N
Pengecap 2/3 lidah bagian depan : Tidak dilakukan
N.VIII (Auskultasi):
Pendengaran
: Normal
Tes Rinne/weber
:Tidakdilakukan
Fungsi vestibularis : Normal
N. IX/X (Glossopharingeus/vagus):

m. orbikularis oris
N
N

Posisi arkus pharinks (istirahat/AAH) : Di tengah


Reflex telan/muntah
: Tidak dilakukan
Pengecap 1/3 lidah bagian belakang : Tidak dilakukan
Suara
: Normal
Takikardi/bradikardi
: Tidak dilakukan
N. XI (Accecorius):
Memalingkan kepala dengan/tanpa tahanan : Normal
Angkat bahu
: Dapat dilakukan

3.

4.
5.

6.

N. XII (Hypoglosus):
Deviasi lidah : Tidak ada
Fasciculasi
: Tidak Ada
Atrofi
: Tidak Ada
Tremor
: Tidak Ada
Ataxia
:Leher:
Tanda-tanda perangsangan selaput otak :
Kaku kuduk : -/ Kernigs sign : -/Kelenjar limfe
: Tidak teraba
Arteri karotis
:
Palpasi
: Normal
Auskultasi
: Tidak Dilakukan
Kelenjar gondok
: Tidak Ada
Abdomen:
Refleks kulit dinding perut : +
Kolumna vertebralis :
Inspeksi
: Normal
Pergerakan
: Normal
Palpasi
: Normal
Perkusi
: Normal
Ekstremitas:
Superior
Kanan
Kiri
Motorik:
Pergerakan
:
N
N
Kekuatan
:
5
5
Tonus otot
:
N
N
Bentuk otot :
N
N
Otot yang terganggu: Refleks Fisiologik:
Biceps :
Triceps :
Klonus :

+
+

+
+

Inferior

KPR:
APR:

Kanan

Kiri

N
5
N
N

N
5
N
N

+
+

+
+

Lutut : Tidak Dilakukan


Kaki : Tidak Dilakukan

Refleks Patologik :
Hoffman-Tromner :

Babinski
Oppenheim

Sensibilitas:
*Ekstroseptif:
Nyeri :
+
+
Suhu : Tidak Dilakukan
Rasa raba halus: +
+
*Proprioseptif:
Rasa sikap :
+
+
Rasa nyeri dalam :+
+
*Fungsi kortikal :
Rasa diskriminasi:+
+
Stereognosis:
+
+
7. Pergerakan abnormal yang spontan : 8. Gangguan koordinasi :
Tes jari hidung : Tidak dilakukan
Tes pronasi supinasi : Tidak dilakukan
Tes tumit
: Tidak dilakukan
Tes pegang jari
: Tidak dilakukan
9. Gangguan keseimbangan :
Tes Romberg : 10. Tes Gait : Tidak dilakukan
11. Pemeriksaan fungsi luhur :
Memori
:Baik
Fungsi bahasa
:Baik
Visuospasial
:Baik
Fungsi eksekutif
:Baik
Fungsi psikomotorik (praksia):Baik
Kalkulasi
:Baik
Gnosis
: Baik

:
:

+
+

+
+

+
+

+
+

III.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah : Urin : Liquor cerebrospinalis: -

IV.

PEMERIKSAAN RADIOLOGIK DAN PEMERIKSAAN LAIN-LAIN:


-

V.

RESUME:

Seorang laki-laki 40 tahun dating ke poli saraf RS Ibnu Sina dengan keluhan sakit
kepala sebelah kiri sejak 2 hari yang lalu dengan VAS 2-3. Dirasakan berdenyut pada
kepala bagian kiri, mata seperti keluar air mata dan mata seakan mau keluar.
VI.

DIAGNOSA:
Kalau dapat ditetapkan
Diagnosa klinis
Topis
Etiologis

:
: cephalgia kronik
: vaskuler
: migrain tanpa aura

VII.

DIAGNOSA BANDING:
Cluster headache
VIII. TERAPI:
Paracetamol
3x1
Diazepam
3x1
Amitriptilin
3x1
Kafein
3x1
Nuerodex
0-1-0
IX.
X.

XI.

PROGNOSA:
qua ad vitam
: Bonam
qua ad sanationem: Dubia
ANJURAN:
- CT Scan Kepala
- Transcranial Dopler (TCD)
- Terapi relaksasi
- Edukasi life style
- Reflexology
- Pijat
- Hindari factor pencetus

DISKUSI

Pasien dalam kasus ini datang dengan keluhan Sakit kepala sebelah kiri sejak 1
bulan yang lalu, sakit kepala terasa berdenyut sebelah kiri dan mata seperti keluar air
mata ( VAS 2-3 ). Sebenarnya pasien sudah mengalami keluhan yang sama yakni
nyeri sudah dirasakan sejak 4 bulan lalu dan sudah 4 kali memeriksakan diri di poli
saraf RS yang sama, awalnya pasien datang dengan nyeri kepala hebat dengan VAS 9
setelah diterapi nyerinya berkurang namun pasien sering datang jika nyeri kepala
kambuh dan mendapat terapi yang Demam (-), Trauma (-), mual (-), muntah (-),
BAB: biasa, BAK: biasa.
Pasien dalam kasus ini berkeja di warung makan yang mana begadang dan
kesibukan menjadi salah satu faktor pemicu yang memperberat keluhan pasien. Nyeri
kepala sesisi, berdenyut dan berulanng. Serangan nyeri kepala berlangsung lama bila
tidak diobati dengan intensitas nyeri sedang atau berat, dan pada awalnya disertai
mual. Hal demikianlah yang mengarahkan kita pada diagnosis migren tanpa aura.
Berdasarkan Kriteria Diagnosis Migren tanpa aura
Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi criteria B-D
Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam (tidak diobati atau tidak

berhasil diobati)
Nyeri kepala mempunyai sedikitnya 2 diantara karakterisik berikut :
Lokasi unilateral
Kualitas berdenyut
Intensitas nyeri sedang atau berat
Keadaan bertambah berat oleh aktifitas fisik atau penderita menghidari akitifitas

fisik rutin ( seperti berjalan atau naik tangga )


Selama nyerberdenyuti kepala disertai salah satu dibawah ini:
Mual dan/atau muntah
Fotofobia dan fonofobia
Tidak berkaitan dengan kelainan lainnya

Dan menurut kriteria diagnosis, pasien memenuhi :


1. Serangan nyeri kepala yang berlangsung lama, terutama bila tidak diobati
2. Nyeri kepala sebelah kiri, berdenyut dengan intensitas yang awalnya berat, setelah
pengobatan menjadi sedang hingga ringan, dan nyeri kepala ini bertambah berat jika
pasien begadang dan kelelahan.
3. Pada awalnya pasien mual
4. Tidak di sertai riwayat trauma, atau riwayat lain

Dengan melihat VAS pada pasien semakin menurun dengan berlanjutnya terapi sehingga
terapi tetap dilanjutkandan pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan penunjang, kareana
cukup memenuhi kriteria diangnosis migren tanpa aura.
Terapi yang diberikan ialah terapi abortif dengan
paracetamol 250 mg 3 x1
diazepam 1mg 3 x1
amitriptilin 6,25mg 3 x 1
kafein 25 mg
3x1
Namun pasien dalam kasus ini dengan nyeri berulang dan sangat mengganggu
aktifitas boleh dianjurkan untuk menghindari faktor pencetus dari migren yang
dideritasnya yakni istrahat yang cukup dan tidak terlalu capek, namun pasien yang
bekerja sebagai pedangang di warung makan ini merasa sulit untuk memenuhi itu dan
sangat merasa terganggu dengan kambuhnya migren . Sehingga hal ini dapat merupakan

1.
2.
3.
4.

indikasi untuk ditambahkannya terapi profilaksis pada pasien


indikasi terapi profilaksis yakni :
Penyakit kambuh beberapa kali dalam sebulan
Penyakit berlangsung terus menerus selama beberapa minggu atau bulan
Penyakit sangat mengganggu kualitas dan gaya hidup penderita
Adanya kontraindikasi atau efek samping yan tidak dapat ditoleransi terhadap terapi

abortif
5. Kecenderungan pemakaian obat yang berlebihan pada terapi abortif.
Melihat indikasi 1-3 pasien memenuhi kriteria untuk diberikan terapi profilaksis,
sehingga pada kunjungan selanjutnya Sabtu 7 Maret 2015 pasien diberikan Flunarizin
5 mg 1x1 sebagai terapi profilaksis.
Namun pasien tetep harus diedukasi untuk sebisa mungkin menghidari faktor
resiko dari migren, mengubah life style dan menghidari makann atau minuman yang
dapat menyebabkan kambuhnya migren pada penderita

TINJAUAN PUSTAKA
MIGREN
A. Definisi
Nyeri kepala berulang dengan manifestasi serangan selama 4-72 jam. Karakteristik nyeri
kepala unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau berat, bertambah berat dengan aktifitas fisik
yang rutin dan diikuti dengan mual dan/atau fotofobia dan fonofobia.
B. Etiologi
Penyebab migren tidak diketahuai, namun 70-80% penderita migren memiliki anggota
keluarga dekat dengan riwayat migren juga. Risiko terkena migren meningkat 4 kali lipat pada
anggota keluarga para penderita migren dengan aura. Namun, dalam migren tanpa aura tidak ada
keterkaitan genetic yang mendasarinya, walaupun secara umum menunjukkan hubungan antara
riwayat migren dari pihak ibu. Migren juga meningkat frekuensinya pada orang-orang dengan
kelainan mitokondria seperti MELAS (mitochondrial myopathy, encephalopathy, lactid asidosis,
and stoke like episodes ). Pada pasien dengan kelainan genetic CADASIL ( cerebral autosomal
dominant arteriopathy with subcortical infarcts and leukoencephalopathy ) cenderung timbul
migren dengan aura.
C. Klasifikasi
Secara umum migren dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Migren dengan aura
Migren dengan aura disebut juga sebagai migren klasik. Diawali dengan adanya
gangguan pada fungsi saraf, terutama visual, diikuti oleh nyeri kepala unilateral, mual, dan
kadang muntah, kejadian ini terjadi berurutan dan manifestasi nyeri kepala biasanya tidak lebih
dari 60 menit yaitu sekitar 5-20 menit.
2. Migren tanpa aura

Migren tanpa aura disebut juga sebagai migren umum. Sakit kepalanya hampir sama
dengan migren dengan aura. Nyerinya pada salah satu bagian sisi kepala dan bersifat pulsatil
dengan disertai mual, muntah, fotofobia, dan fonofobia. Nyeri kepala berlangsung selama 4-72
jam.

D. Patofisiologi
Teori Vaskular
Vasokontriksi intracranial dibagian luar korteks berperan dalam terjadinya migren dengan
aura. Pendapat ini diperkuat dengan adanya nyeri kepala disertai denyut yang sama dengan
jantung. Pembuluh darah yang mengalami konstriksi terutama terletak diperifer otak akibat
aktivasi saraf nosiseptif setempat. Teori ini dicetuskan atas observasi bahawa pembuluh darah
ekstrakranial mengalami vasodilatasi sehingga akan teraba denyut jantung. Vasodilatasi ini akan
menstimulasi orang untuk merasakan sakit kepala. Dala keadaan yang demikian, vasokonstriktor
seperti ergotamine akan mengurangi sakit kepala, sedangkan vasodilator seperti nitrogliserin
akan memperburuk sakit kepala.
Teori Neurovaskular dan Neurokimia
Teori vascular berkembang menjadi teori neurovascular yang dianut oleh para
neurologist di dunia. Pada saat serangan migren terjadi, nervus trigeminus mengeluarkan CGRP
(calcitonin gene-related peptide ) dalam jumlah besar. Hal inila yang mengakibatkan vasodilatasi
pembuluh darah multiple, sehingga menimbulkan nyeri kepala. CGRP adalah peptide yang
tergolong dalam anggota keluarga calcitonin yang terdiri dari calcitonin, adrenomedulin dan
amilin. Seperti calcitonin, CGRP ada dalam jumlah yang besar di sel C dari kelenjar tiroid.
Namun CGRP juga terdistribusi luas dalam system saraf central dan perifer, sitem
kardiovaskular, system gastrointestinal, dan system urogenital. Ketika CGRP diinjeksikan ke
system saraf, CGRP dapat menimbulkan berbagai efek seperti hipertensi dan penekanan
pemberian nutrisi. Namun jika diinjeksikan ke sirkulasi sitemik maka yang akan terjadi adalah
hipotensi dan takikardia. CGRP adalah peptide yang memiliki aksi kerja sebagai vasodilator
protein . aksi kerja CGRP dimediasi oleh 2 reseptor yaitu CGRP 1 dan CGRP 2. Pada prinsipnya,
penderita migren yang sedang tidak mengalami serangn mengalami hipereksitabilitas neuron
pada korteks serebral, terutama dikorteks oksipital, yang diketahui dari rekaman MRI dan
stimulasi magnetic transkranial. Hiperksitabilitas ini menyebabkan penderita migren menjadi
rentan mendapat serangan, sebuah keadaan yang sama dengan para pengidap epilepsy.

Pendapat ini diperkuat fakta bahwa, pada saat serangan migren, sering terjadi alodinia
( hipersensitif nyeri ) kulit karena jalur trigeminotalamus ikut tersensitasi saat episode migren.
Mekanisme migren berwujud sebagai refleks trigeminal vascular yang tidak stabil dengan cacat
segmental pada jalur nyeri. Cacat segmental ini yang memasukkan aferen secara berlebihan yang
kemudian akan terjadi dorongan kortibular yang berlebihan. Dengan adanya rangsangan aferen
pada pembuluh darah, maka menimbulkan nyeri yang berdenyut.
Teori Cortical Spearing Depression (CSD)
Patofisiologi migren dengan aura dikenal dengan teori cortical spreading depression
(CSD). Aura terjadi karena terdapat eksitasi neuron disubstansia nigra yang menyebar dengan
kecepatan 2-6 mm/menit. Penyebaran ini diikuti dengan vasodilatasi yang diikuti dengan
vasokontriksi. Prinsip neurokimia CSD ialah pelepasan kalium atau asam amino eksitatorik
seperti glutamate dari jaringan neural sehingga terjadi depolarisasi dan pelepasan
neurotransmitter lagi.
CSD pada episode aura akan menstimulasi nervus trigeminalis nucleus caudatus,
memulai terjadinya migren. Pada migren tanpa aura, kejadian kecil di neuron juga mungkin
merangsang nucleus kaudalis kemudian menginisiasi migren. Nervus trigeminalis yang
teraktivasi akan menstimulasi pembuluh cranial untuk dilatasi. Hasilnya, senyawa-senyawa
neurokimia seperti calcitonin gene-related peptide (CGRP) dan substansi P akan dikeluarkan,
terjadilah ekstravasasi plasma. Kejadian ini akhirnya menyebabkan vasodilatasi yang lebih hebat,
terjadilah inflamasi steril neurogenik pada komplesks trigeminovaskular. Selain CSD, migren
juga terjadi akibat beberapa mekanisme lain, diantaranya aktivasi batang otak bagian rostral,
stimulasi dopaminergik, dan defisiensi magnesium di otak. Mekanisme ini bermanifestasi
pelepasan 5-hidroksitriptamin (5-HT) yang bersifat vasoktriktor. Pemberian antagonis dopamine,
misalnya Proklorperazin, dan antgonis 5-HT, misalnya Sumatripan dapat menghilangkan migren
dengan efektif.
E. Manifestasi Klinis
Migren tanpa Aura
Serangan dimulai dengan nyeri kepala berdenyut di satu sisi dengan durasi serangan
selama 4-72 jam. Nyeri bertambah berat dengan aktivitas fisik dan diikuti dengan nausea dan
atau fotofobia dan fonofobia.
Migren dengan Aura
Sekitar 10-30 menit sebelum sakit kepala dimulai ( suatu periode yang disebut aura),
gejala-gejala yang depresi, mudah tersinggung, gelisah, mual, atau hilangnya nafsu makan
muncul pada sekitar 20% penderita. Penderita yang lainnya mengalami hilangnya pengelihatan

pada daerah tertentu ( bintik buta atau skotoma ) atau melihat cahaya yang berkerlap-kerlip. Ada
juga penderita yang mengalami perubahan gambaran, seperti sebuah benda tampak lebih kecil
atau lebih besar dari sesungguhnya. Beberapa penderita merasakan kesemutan atau kelemahan
pada lengan dan tungkainya. Biasanya gejala-gejala tersebut menghilang sesaat sebelum sakit
kepala dimulai, tetapi kadang timbul bersamaan dengan munculnya sakit kepala, nyeri karena
igren bisa dirasakan pada salah satu sisi kepala atau seluruh kepala. Kadang tangan dan kaki
teraba dingin dan menjadi kebiru-biruan. Pada penderita yang memiliki aura, pola dan lokasi
sakit kepalanya pada setiap serangan migren adalah sama. Migren bisa sering terjadi selama
waktu yang panjang tetapi kemudian menghilang selama beberapa minggu, bulan bahkan tahun
Migren dengan aura dapat dibagi menjadi 4 fase, yaitu :
1. Fase Prodnormal
Sebanyak 50% pasien mengalami fase prodnormal ini yang berkembang pelan-pelan
selama 24 jam sebelum serangan. Gejalanya antara lain kepala terasa ringan, tidak nyaman,
bahkan memburuk bila makan, makanan tertentu seperti makanan manis, mengunyah terlalu kuat
sulit/malas bicara.
2. Fase II Aura
Berlangsung lebih kurang 30 menit, dan dapat memberikan kesempatan pada pasien
untuk menetukan obat yang digunakan untuk mencegah serangan yang dalam. Gejala dari
periode ini adalah gangguan pengelihatan (silau atau fotofobia), kesemutan, perasaan gatal pada
wajah dan tangan, sedikit lemah pada ekstremitas dan pusing.
Periode ini berhubungan erat dengan vasokontriksitanpa nyeri yang diawali dengan
perubahan fisiologis awal. Aliran darah serebral berkurang, dengan kehilangan autoregulasi
lanjut dan kerusakan responsivitas CO2.
3. Fase III Sakit Kepala
Fase sakit kepala berdenyut yang berat dan menjadikan tidak mampu yang dihubungkan
dengan fotofobia, mual dan muntah. Durasi keadaan ini bervariasi, beberapa jam, satu hari atau
beberapa hari.
4. Fase IV Pemulihan
Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan dengan sakit otot atau
ketegangan local. Kelelahan biasanya terjadi, dan pasien dapat tidur untuk waktu yang panjang.
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Dilakuakan untuk menyingkirkan sakit kepala yang diakibatkan oleh penyakit
structural, metabolic dan kausa lainnya yang memiliki gejala hampir sama dengan

migren. Selain itu, pemeriksaan laboratorium dapat menunjukkan apakah ada penyakit
komorbid yang dapat memperparah sakit kepala dan mempersulit pengobatannya.
b. Pencitraan
CT scan dan MRI dapt dilakukan dengan indikasi tertentu, seperti pasien baru
pertama mengalami sakit kepala, ada perubahan dalam frekuensi serta derajat keparahan
sakit kepala, pasien mengeluh sakit kepala hebat, sakit kepala persisten, adanya
pemeriksaan neurologis yang abnormal, pasien tidak berespon terhdap pengobatan, sakit
kepala unilateral selalu pada sisi yang sama disertai gejala neurolois kontralateral.
c. Pungsi Lumbal
Indikansinya adalah jika pasien baru pertama kali merasakan sakit kepala, sakit
kepala yang dirasakan adalah yang terburuk sepanjang hidupnya, sakit kepala rekuren,
onset cepat, progresif, kronik dan sulit disembuhkan. Sebelum dilakukan Lumbal Pungsi
seharusnya dilakuakan CT scan atau MRI terlebih dahulu untuk menyingkirkan adanya
massa lesi yang dapat meningkatkan tekanan intracranial.
G. Diagnosis
Migren tanpa aura
a. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi criteria B-D
b. Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam (tidak diobati atau tidak berhasil
diobati)
c. Nyeri kepala mempunyai sedikitnya 2 diantara karakterisik berikut :
1. Lokasi unilateral
2. Kualitas berdenyut
3. Intensitas nyeri sedang atau berat
4. Keadaan bertambah berat oleh aktifitas fisik atau penderita menghidari akitifitas
fisik rutin ( seperti berjalan atau naik tangga )
d. Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini:
1. Mual dan/atau muntah
2. Fotofobia dan fonofobia
e. Tidak berkaitan dengan kelainan lainnya
Migren dengan Aura
Aura tipikal dari gejala visual dan /atau sennsoris atau berbahasa, yang berkembang
secara bertahap, durasi tidak lebih daei 1 jam, bercampur gambaran positif dan negative,
kemudian menghilang sempurna, yang memenuhi criteria migren tanpa aura.
Kriteria diagnostic :
a. Sekurang-kurangnya terjadi 2 serangan yang memenuhi kriteria B-D
b. Adanya aura yang terdiri paling sedikit satu dari dibawah ini tapi tidak dijumpai
kelemahan motorik :
- Gangguan visual yang reversible seperti : positif ( cahaya berkerlap-kerlip ), bintikbintik atau garis-garis) dan negative ( hilangnya pengelihatan )

Gangguan sensoris yang reversible termasuk positif (pain and needles), da/atau

negatif (hilanganya rasa/baal)


- Gangguan bicara disfasia yang reversible
c. Paling sedikit 2 dari dibawah ini :
- Gejala visual homonym dan/atau gekjala sensoris unilateral
- Paling tidak timbul satu macam aura nsecara gradual >5 menit dan/atau jenis aura
lainnya >5 menit
- Masing-masing gejala berlangsung >5 menit dan <60 menit
d. Nyeri kepala memenuhi kriteria B-D
e. Tidak berkaitan dengan kelainan lainnya.
H. Tatalaksana
Medikamentosa
Terapi Abotif
1. Sumatriptan
Sumatriptan cukup efektif jika diberikan secara subkutan dengan dosis 4-6 mg.
dapat diulang sekali setelah 2 jam kemudoian jika dibutuhkan. Dosis maksimal 12 mg per
12 mg per 24 jam. Triptan merupakan serotonin 5-HT reseptor antagonis. Golongan obat
ini ditemukan dalam suatu penelitian mengenai serotonin dan migren yang mendapatkan
adanya suatu atypical 5-HT receptor. Aktivasi reseptor ini menyebabkan vasokontriksi
arteri yang berdilatasi. Sumatriptan uga terlihat menurunkan aktifitas saraf trigeminal.
Indikasi : migren akut dengan atau tanpa aura
Dosis dan cara pemberian :
Dapat diberikan secara subcutan dengan dosis 4-6 mg. dapat diulang sekali setelah 2 jam
kemudian jika dibutuhkan. Dosis maksimal 12 mg per 24
Efek samping : flusihing, lemah, mengantuk, mual, muntah, peningkatan tekanan darah
sementara
Kontraindikasi :
- Penyakit jantung iskemik
- Riwayat infark miokard
- Prinzmetals angina
- Hipertensi tidak terkontrol
2. Zolmitriptan
Zolmitriptan efektif untuk pengobatan akut dosis awal oral 5 mg. Gejala-gejala
berkurang dalam 1 jam. Obat ini dapat diulang sekali lagi setelah2 jam jika
diperlukan. Dosis maksimal adal 10 mguntuk 24 jam. Zolmitriptan juga dapat
digunakan untuk nasal spray.
Indikasi : untuk mengatasi serangan migren akut dengan atau tanpa aura pada dewasa.
Tidak ditujukan untuk terapi profilaksis migren atau untuktatalaksana migren
hemiplegic atau basilar

Dosis dan cara pemberian :


Pada uji klinis, dosis tunggal 1:2,5 dan 5 mg efektif mengatasi serangan akut. Pada
perbandingan dosis 2,5 dan 5 mg, hanya terjadi sedikit penambahan manfaat dari
dosis yang lebih besar, namun efek samping obat meningkat. Oleh karena itu, pasien
sebaiknya dimulai dari dosis 2,5 mg atau lebih rendah. Jika sakit terasa lagi dosis
dapat diulang setelah 2 jam dan tidak lebih dari 10 mg da;am periode 24 jam.
Efek samping : hiperetesia, parastesia, sensasi hangat dan dingin, nyeri dada, mulut
kering, dyspepsia, disfagia, nausea, mengantuk, vertigo, asthenia, mialgia, miestenia,
berkeringat
Kontraindikasi : pasien dengan oenyakit jantung iskemik ( angina pectoris, riwayat
infark miokard, coronary artery vasospasm, Prinzmetals angina ), hipersensitif.
3. Elektriptan
Dosis dan cara pemberian : 20-40 mg po saat onset berlangsung, dapat diulang 2 jam
kemudian sebanyak 1 kali. Dosis maksimum tidak melebihi 80 mg/24 jam.
Efek samping : parestesia, flusing, hangat, nyeri dada, rasa tidak enak pada perut,
mulut kering, dyspepsia, disfagia, nausea, pusing, sakit kepala, mengantuk.
4. Rizartriptan dengan dosis 5-10 mg po saat onset berlangsung, dapat diulang setiap 2
jam selama 2 kali. Dosis maksimum 30mg/24 jam.
5. Natriptan dengan dosis 1-2,5 mg po saat serangan migren akut boleh diulang setelah 4
jam. Dosis maksimum 5mg/24 jam
6. Amlotriptan dengan dosis 6,25-12,5 mg po saat onset berlangsung, dapat diulang
setelah 2 jam sebanyak sekali. Dosis maksimum 25 mg/24 jam
7. Frovatriptan dengan dosis 2,5 mg po saat onset berlangsung dapat diulang setelah 2
jam. Waktu paruh lebih panjang dari eletriptan sehingga sangat membantu bagi pasien
dengan serangan migren yang panjang. Dosis maksimum7,25 mg/24 jam
8. Analgesic seperti aspirin
9. Analgesic opioid seperti meperidin 100 mg IM atau buthorpanol tartat denagn nasal
spray 1 mg untuk setiap lunang hidung. Bisa diulang setelah 2 atau 4 jam berikutnya
10. Dehidroergotamin mesilat 0,5-1 mg IV atau 1-2 mg SC atau IM
11. Proklorperazin 25 mg rectal atau 10 mg IV
12. Cafergot yaitu kombinasi ergotamine tartat 1 mg dan kafein 100 mg. cafergot dapat
diberikan sebanyak 1-2 tablet yang diminum pada saat onset dan serangan atau ketika
gejala-gejala prodnormal berlangsung diikuti dengan 1 ablet per 30 menit. Cafergot
dapat diminum maksimal 6 tablet untuk setiap serangannamun tidak boleh
dkomsumsi lebih dari 10 hari perbulan. Ergotamine harus dihindariuntuk orang hamil
dan bagi orang yang beresiko stroke.

Terapi Profilaksis
Tujuan dari terapi profilaktif adalah untuk mengurani frekuensi berat dan lamanya
serangan, meningkatkan respon pasien terhadap pengobatan, serta pengurangan
disabilitas. Terapi preventif yang dilaksanakan mencakup pemakaian obat dimulai dengan
dosis rendah yang efektif dinaikkan pelan-pelan sampai dosis efektif. Efek klinik tercapai
setelah 2-3 bualn pengobatan, pemberian edukasi supaya pasien teratur memakai obat,
diskusi rasional tentang pengobatan, efek samping obat. Pasien juga dianjurkan untuk
menulis headache diary yang berguna untuk mengevaluasi serangan, frekuensi, lama,
beratnya serangan, disabilitas dan respon terhadap pengobatan yang diberiakan. Obatobatan yang sering diberikan :
a. Beta-blocker
- Propanolol yang dimulai dosis 10-20 mg 2-3 x 1 dan dapat ditingkatkan secara
gradual menjadi 240 mg/hari
- Atenolol 40-160 mg/hari
- Timolol 20-40 mg/hari
- Metoprolol 100-200 mg/hari
b. Calcium Chanel Blocker
- Verapamil 320-480 mg/hari
- Nifedipin 90-360 mg/hari
- Flunarizin 5-10 mg/hari
c. Antidepresan, misalnya amitriptilin 25-125 mg, antidepresan trisiklik yang terbukti
d.
e.

efektif untuk mencegah timbulnya migren


Antikonvulsan :
Asam valproat 250 mg 3-4 x 1
Topiramat
Methysergid, derivative ergot 2-6 mg/hari untuk beberpa minggu sampai bulan efektif

untuk mencegah serangan migren


Non Medikamentosa
Terapi Abotif
Para penderita migren pada umunya mencari tempat yang tenang dan gelap pada
saat serangan migren terjadi karena fotofobia dan fonofobia yang dialaminya. Serangan
juga akan sangat berkurang jika pada saat serangan penderita istriahat atau tidur
Terapi Profilaktif
Pasien harus memperhatikan pencetus dari serangan migren yang dialami, seperti
kurang tidur, setelah memakan makanan tertentu misalnya kopi, keju, coklat, MSG,
akibat stress, perubahan suhu ruangan dan cuaca, kepekaan terhadap cahaya terang, kelap
kelip, perubahan cuaca dan lain-lain. Selanjutnya , pasien diharapkan dapat menghidari

factor-faktor pencetus timbulnya serangan migren. Disamping itu, pasien dianjurkan


untuk berolahraga secara teratur untuk memperelancar aliran darah.

1.
2.
3.
4.

DAFTAR PUSTAKA
Adams and Victors Neurology
Gilroy, J. Basic Neurology. 3rd ed. Michigan: McGraw-Hill.2000.p 123-126
Srivasta S. Pathophysiology and treatment of migrein and related headache: 2010
Katzung, Bertran. Basic and Clinical Pharmacology. 10th edition. Boston:McGraw

5.
6.
7.
8.
9.

Hill.2007.p 289
Chawla J. Migrain Headache: Differential Diagnose dan Workup:2010
Current Diagnosis dan Treatment in Family Medicine
Gladstein, Migren Headache-Prognosis:2010
Blanda, M. Migrein Headache: 2010
Cawla J. Migraine Headache:2010

Anda mungkin juga menyukai