ABSTRAK
Postur kerja merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produktifitas kerja, karena kerja
dengan postur janggal dapat menyebabkan masalah-masalah ergonomi terutama cedera otot pada tenaga kerja.
Konveksi Otvit Depok, Jawa Barat merupakan industri konveksi yang bekerja dengan memberikan support dari
hulu ke hilir produksi sehingga banyak aktivitas dilakukan dengan berbagai macam postur kerja yang dapat
menyebabkan cedera otot. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis hasil penilaian postur kerja
menggunakan metode Nordic Body Map (NBM), Rapid Upper Limb Assessment (RULA), dan Rapid Entire Body
Assessment (REBA) pada tenaga kerja. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik, dengan populasi
berjumlah 30 tenaga kerja. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode total sampling.
Berdasarkan analisis yang dilakukan menggunakan metode NBM, RULA, dan REBA masih ditemukan adanya
risiko tinggi pada hasil penilaian menggunakan metode REBA. Postur kerja yang dinilai menggunakan metode
REBA rata-rata dikategorikan berisiko. Oleh karena itu, peneliti menyarankan agar dapat melakukan upaya
pengendalian ergonomi sehingga dampak cedera otot akibat postur janggal dapat menurun serta dapat
meningkatkan produktifitas tenaga kerja.
ABSTRACT
Work posture is one of the factors that can affect work productivity because working with awkward postures can
cause ergonomic problems, especially muscle injuries in the workforce. Otvit Convection Depok, West Java is a
convection industry that works by providing support from upstream to downstream production so that many
activities are carried out with various work postures that can cause muscle injury. This study aims to determine
the analysis of the results of the work posture assessment using the Nordic Body Map (NBM), Rapid Upper Limb
Assessment (RULA), and Rapid Entire Body Assessment (REBA) methods on the workforce. This research is a
descriptive-analytic study, with a population of 30 workers. Sampling was done by using the total sampling
method. Based on the analysis conducted using the NBM, RULA, and REBA methods, it was still found that there
was a high risk in the results of the assessment using the REBA method. The average work posture assessed using
the REBA method is categorized as risky. Therefore, the researchers suggest that efforts to control ergonomics
can be carried out so that the impact of muscle injury due to awkward postures can be decreased and can increase
labor productivity.
dengan pekerja. Postur tubuh tenaga kerja mempengaruhi anggota badan yang lebih
yang tidak baik saat berinteraksi dengan rendah mencapai 28% (26,7 hari hilang per
peralatan dan bahan produksi juga dapat kasus) (HSE, 2020).
menimbulkan bahaya ergonomi yang Berdasarkan observasi awal, masih
kemudian akan mempengaruhi ditemukan postur-postur janggal pada
produktifitas tenaga kerja. tenaga kerja seperti adanya aktivitas
Dalam menghadapi persaingan monoton dan aktivitas repetitive yang
industri, suatu perusahaan dituntut untuk dilakukan dengan postur janggal di
dapat meningkatkan produktivitas. Salah Konveksi Otvit Depok, Jawa Barat. Kondisi
satu faktor yang dapat menurunkan tersebut menarik untuk diteliti lebih lanjut
produktivitas adalah terjadinya karena postur kerja yang kurang ergonomis
musculoskeletal disorders (Podniece, dkk, tersebut dapat menyebabkan berbagai
2008, dalam Revadi dkk, 2019). Gangguan masalah baru, seperti kurangnya
sistem gerak tubuh (Musculoskeletal produktifitas kerja, cedera otot akibat kerja
Disorders) telah menjadi penyumbang dan sebagainya.
tertinggi angka morbiditas penyakit yang Postur kerja merupakan titik penentu
berhubungan dengan tempat kerja. dalam menganalisa keefektifan dari suatu
Musculoskeletal Disorders (MSDs) pekerjaan. Apabila postur kerja yang
merupakan gangguan dan atau terjadinya dilakukan oleh operator sudah baik dan
kerusakan pada sistem otot dan rangka ergonomis maka dapat dipastikan hasil
tubuh manusia yang diakibatkan oleh yang diperoleh oleh operator tersebut akan
ketidakseimbangan beban aktivitas baik. Akan tetapi bila postur kerja operator
terhadap kemampuan otot dan rangka yang tersebut tidak ergonomis maka operator
secara signifikan langsung maupun tidak tersebut akan mudah kelelahan. Apabila
langsung mengurangi produktifitas bekerja operator mudah mengalami kelelahan maka
(Laksana & Srisantyorini, 2019). hasil pekerjaan yang dilakukan operator
Sebagian besar gangguan tersebut juga akan mengalami penurunan
muskuloskeletal terkait pekerjaan statistik dan tidak sesuai dengan yang diharapkan
ini mempengaruhi tungkai atas atau leher, (Susihono, 2012, dalam Sulaiman & Sari,
44% atau punggung, 37% dengan sisa 19% 2016).
kasus yang mempengaruhi tungkai bawah. Secara garis besar keluhan otot dapat
Namun, kondisi tersebut kembali mewakili dikelompokkan menjadi dua, yaitu
proporsi yang relatif lebih rendah dari hari (Tarwaka, 2010):
kerja yang hilang daripada prevalensi relatif 1. Keluhan sementara (reversible), yaitu
rasa sakit tersebut. Dari semua hari kerja keluhan otot yang terjadi pada saat otot
yang hilang akibat gangguan menerima beban statis, namun demikian
muskuloskeletal, kondisi yang keluhan tersebut akan segera hilang
mempengaruhi bagian belakang hanya apabila pembebanan dihentikan.
mencapai 22% di antaranya diperkirakan 2. Keluhan menetap (persistent), yaitu
hilang 11,2 hari per kasus. Ini dibandingkan keluhan otot yang bersifat menetap.
dengan kondisi yang mempengaruhi Walaupun pembebanan kerja telah
tungkai atas dan leher itu menyumbang dihentikan, namun rasa sakit pada otot
50% dari hari kerja yang hilang, (20,8 hari masih terus berlanjut.
hilang per kasus) dan kondisi yang
pada tenaga kerja yang berkaitan dengan Tabel 1 Hasil Tingkat Keluhan NBM
penilaian postur kerja. Penilaian NBM Tingkat Keluhan N %
No Jenis
dilakukan dengan cara men-checklist setiap . Keluhan A S
TS S
keluhan otot yang dirasakan oleh tenaga S S
Leher
kerja, keluhan tersebut terdapat didalam 0 Bagian 19 7 4 0 45 4%
kuesioner yang dibagikan kepada setiap Atas
Leher
tenaga kerja. 1 Bagian 19 9 2 0 43 4%
Hasil dari penilaian postur kerja Bawah
2 Bahu Kiri 20 10 0 0 40 4%
tersebut dapat dikategorikan kedalam 2 Bahu
3 20 9 1 0 41 4%
kategori, yaitu pertama berkategori tidak Kanan
Lengan
berisiko jika hasil dari RULA, REBA dan 4 26 4 0 0 34 3%
Atas Kiri
NBM berkategori tidak terdapat risiko 5 Punggung 21 7 1 1 42 4%
Lengan
hingga risiko rendah, dan yang kedua 6 Atas 26 4 0 0 34 3%
berkategori berisiko jika hasil dari RULA, Kanan
7 Pinggang 14 12 3 1 51 5%
REBA dan NBM berkategori risiko sedang 8 Bokong 26 2 2 0 36 4%
hingga risiko sangat tinggi. 9 Pantat 25 4 1 0 36 4%
10 Siku Kiri 27 3 0 0 33 3%
Berdasarkan hasil analisis data yang Siku
11 28 2 0 0 32 3%
di dapat dari penyebaran kuesioner dan Kanan
Lengan
pengambilan video kepada 30 responden 12 Bawah 27 3 0 0 33 3%
karyawan, didapatkan hasil terkait penilaian Kiri
Lengan
NBM, RULA dan REBA dengan kegiatan 13 Bawah 29 1 0 0 31 3%
dan nama responden sebagai berikut: Kanan
Pergelang
14 an Tangan 28 1 1 0 33 3%
1. Metode Nordic Body Map (NBM) Kiri
Pergelang
Bekerja dalam posisi yang sama 15 an Tangan 29 0 1 0 32 3%
untuk jangka waktu Panjang secara terus Kanan
Tangan
menerus dapat menyebabkan kaki sakit, 16 26 3 1 0 35 3%
Kiri
pembengkakan pada kaki, varises, Tangan
17 24 5 1 0 37 4%
Kanan
kelelahan otot, nyeri pada pinggang serta 18 Paha Kiri 27 3 0 0 33 3%
kekakuan pada leher dan bahu. Hal ini 19
Paha
29 1 0 0 31 3%
Kanan
diakibatkan oleh tubuh dipengaruhi 20 Lutut Kiri 27 2 1 0 34 3%
pengaturan daerah kerja yang tidak 21
Lutut
27 2 1 0 34 3%
Kanan
ergonomis sehingga posisi-posisi tubuh 22 Betis Kiri 24 5 1 0 37 4%
pekerja dalam beraktivitas merasa dibatasi, 23
Betis
23 7 0 0 37 4%
Kanan
sehingga menimbulkan masalah-masalah Pergelang
pada tubuh seperti tubuh pekerja terlalu 24 an Kaki 27 3 0 0 33 3%
Kiri
membungkuk mengakibatkan nyeri pada Pergelang
punggung pekerja. Berdiri terlalu lama 25 an Kaki 26 3 1 0 35 3%
Kanan
membuat otot-otot menjadi kaku sehingga 26 Kaki Kiri 25 4 1 0 36 4%
dapat mengurangi suplai darah ke otot-otot. 27
Kaki
25 4 1 0 36 4%
Kanan
Hal ini mengakibatkan kelelahan yang 69 12 2 101 100
TOTAL 2
sangat cepat dan merasa nyeri pada bagian- 4 0 4 4 %
bagian tubuh tertentu.
Hasil pada tabel diatas sudah 31 atau 11%. Hasil analisis NBM dari tiap
dikategorikan menjadi 4, yaitu tidak sakit, responden menyatakan tingkat risiko dari
agak sakit, sakit dan sangat sakit. Diketahui keluhan postur kerja tersebut adalah risiko
bahwa keluhan yang banyak dialami rendah atau belum diperlukan adanya
pekerja dengan 30 respoden berdasarkan tindakan pengendalian, namun penilaian-
Nordic Body Map, yaitu pada pinggang (51 penilaian keluhan tersebut dapat dijadikan
atau 5%); leher bagian atas (45 atau 4%), sebagai acuan dalam peninjauan cara
leher bagian bawah (43 atau 4%), punggung maupun tempat kerja sehingga dilakukan
(42 atau 4%), bahu kanan (41 atau 4%), perbaikan lebih lanjut kepada tenaga kerja
bahu kiri (40 atau 4%); tangan kanan, betis dan lingkungan kerja.
kiri, dan betis kanan (37 atau 4%); bokong, Menurut hasil penelitian Wijaya
pantat, kaki kiri, dan kaki kanan (36 atau (2019), tingkat keluhan yang memiliki
4%); dan 15 keluhan lainnya (<36 atau 3%). resiko terjadi cidera pada otot yaitu bagian
Dari hasil penilaian responden NBM, bahu kiri, bah kanan, lengan atas kiri dan
nilai risiko NBM tertinggi adalah responden pergelangan tangan kanan, hal ini terjadi
ke-28 dengan nilai 48 dan responden ke-22 karena pekerja operator sablon, dengan skor
dengan nilai 45. Dari hasil tersebut, penilaian >50, sehingga termasuk dalam
didapatkan rata-rata dari setiap bagian, kategori risiko sedang.
yaitu pada bagian office sebesar 37 atau
13%, cutting sebesar 32 atau 11%, helper 2. Metode Rapid Upper Limb Assessment
sebesar 35 atau 12%, sewing sebesar 32 atau (RULA)
11%, adm loading sebesar 33 atau 12%, Berdasarakan hasil observasi
finishing sebesar 35 atau 12%, laser cut diperoleh postur tubuh pekerja pada saat
sebesar 48 atau 17%, dan packing sebesar melakukan pekerjaan:
pada tabel 3, didapatkan rata-rata dari setiap Menurut penelitian Tiogana &
bagian, yaitu pada bagian cutting sebesar 7 Hartono (2020), pekerja memiliki beberapa
atau 23%, adm loading sebesar 3 atau 11%, postur tubuh yang tidak ideal, sehingga
finishing sebesar 5 atau 18%, laser cut dapat tergolong dalam kategori risiko
sebesar 8 atau 28%, dan packing sebesar 6 bahaya yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh
atau 21%. posisi pegangan yang terlalu rendah, bentuk
Dari hasil penilaian REBA, pegangan yang tidak ideal dan beban yan
didapatkan 6 responden dengan kategori terlalu besar.
beragam. Nilai risiko REBA tertinggi
adalah responden ke-3 dengan nilai 8 dan Kesimpulan
responden ke-28 dengan nilai 8. Dari hasil Berdasarkan hasil penelitian, terlihat
tersebut, didapatkan rata-rata dari setiap bahwa penilaian postur kerja menggunakan
bagian, yaitu pada bagian cutting sebesar 7 metode NBM berada pada tingkat risiko
atau 23% dengan kategori berisiko sedang rendah, namun terdapat keluhan-keluhan
atau dibutuhkan penyelidikan lebih lanjut yang perlu peninjauan lebih lanjut. Pada
dan perubahan segera, adm loading sebesar penilian menggunakan metode RULA
3 atau 11% dengan kategori berisiko rendah dengan kategori risiko rendah bagian helper
atau perubahan mungkin diperlukan, (25%), sewing (25%) dan finishing (23%),
finishing sebesar 5 atau 18% dengan sedangkan kategori sedang pada bagian
kategori berisiko sedang atau dibutuhkan office (28%). Untuk penilaian
penyelidikan lebih lanjut dan perubahan menggunakan metode REBA terdapat
segera, laser cut sebesar 8 atau 28% dengan kategori berisiko rendah pada bagian adm
kategori berisiko tinggi atau dibutuhkan loading (11%), kategori risiko sedang pada
perubahan investigasi dan implementasi, bagian cutting (23%), finishing (18%) dan
dan packing sebesar 6 atau 21% dengan packing sebesar 21%, sedangkan kategori
kategori berisiko sedang atau dibutuhkan berisiko tinggi pada bagian lacer cut
penyelidikan lebih lanjut dan perubahan sebesar 28%.
segera.
DAFTAR PUSTAKA
Arifah, Hikmah Nurul. 2018. Gambaran Laksana, Aditya Jaka & Srisantyorini,
Postur Kerja Petani Bawang Merah Triana. 2019. Analisis Risiko
Dengan Metode OWAS (Ovako Musculoskeletal Disorders (MSDs)
Working Posture Analysis System) Di Pada Operator Pengelasan (Welding)
Kelurahan Tanete Kecamatan Bagian Manufakturing di PT X Tahun
Anggeraja Kabupaten Enrekang. 2019. AN-Nur: Jurnal Kajian dan
Skripsi: UIN Alauddin Makassar. Pengembangan Kesehatan Masyarakat,
Health and Safety Executive (HSE). 2020. Vol. 01 Nomor 01 Agustus 2020: 64 –
Work related musculoskeletal disorder 73.
statistics (WRMSDs) in Great Britain Masruri, Ahmad Ansyori & Patradhiani,
2020. Annual Statics: Data up to March Rurry. 2019. Faktor Ergonomi Terkait
2020. Kenyamanan Ruang Kelas Fakultas