Anda di halaman 1dari 8

STRING (Satuan Tulisan Riset dan Inovasi Teknologi) p-ISSN: 2527 - 9661

Vol. 5 No. 1 Agustus 2020 e-ISSN: 2549 - 2837

IDENTIFIKASI BEBAN KERJA MELALUI PENERAPAN FISIOLOGIS


KERJA PADA PEKERJA SENTRA INDUSTRI SEPATU
Asep Erik Nugraha 1, Rianita Puspa Sari 2
Teknik Industri, Universitas Singaperbangsa Karawang
asep.erik@staff.unsika.ac.id rianita.puspasari@ft.unsika.ac.id

Submitted March 26, 2020; Revised June 27, 2020; Accepted July 6, 2020

Abstrak
Kondisi pekerjaan yang sehat, aman, dan nyaman perlu diciptakan untuk meningkatkan produktivitas
kerja, aspek ergonomis pada lingkungan kerja perlu dipertimbangkan agar pekerja melakukan
tugasnya secara optimal. Keluhan pekerja dapat mengindikasikan adanya beban kerja fisiologis yang
tidak seimbang, diperlukannya pengukuran beban kerja pada sentra industri. Sentra industri sepatu
merupakan salah satu sentra terbesar namun proses produksi masih konvesional, seluruh aktivitas
pekerja dilakukan dengan posisi duduk dan membungkuk Penelitian untuk dapat mengindentifikasi
beban kerja pekerja serta mengukur dan menganalisis tingkat kelelahan dengan pendekatan ergonomic
menggunakan metode fisiologis kerja dengan menghitung beban kerja Muscoletal Disorder’s (MSD)
mulai dari Nordic Body Map, Cardiovasiculer (%CVL), Konsumsi Energi (KE), hingga Konsumsi
Oksigen (Vo2). Hasil penelitian menunjukkan % CVL pekerja dalam kisaran 16,5% - 21,2% yang
menunjukkan tidak ada kelelahan pada pekerja, sedangkan Konsumsi Energi (KE) pekerja memiliki
nilai 1,265 yang menunjukkan klasifikasi beban kerja fisiologis sangat ringan, dengan konsumsi
oksigen (V02) dalam kisaran nilai 0,7-0,8 yang menunjukkan pekerjaan di pusat industri sepatu adalah
klasifikasi pekerjaan sedang.
Kata Kunci : Beban Kerja, Ergonomi, Fisiologis Kerja, MSD

Abstract
Healthy, safe and comfortable working conditions need to be created to increase work productivity,
ergonomic aspects of the work environment need to be considered so that workers perform their duties
optimally. Worker complaints can indicate that there is an unbalanced physiological workload, it is
necessary to measure workload at the industrial center. The shoe industry center is one of the largest
centers but the production process is still conventional, all work activities are carried out in a sitting
and bending position. The aim of this research to identify the workload of workers and measure and
analyze the level of fatigue using the ergonomic approach method physiologically workers. The results
showed the% CVL of workers in the range of 16.5% - 21.2% which indicates there is no fatigue in
workers, while the Energy Consumption (KE) of workers has a value of 1.265 which shows the
physiological workload classification is very light, with oxygen consumption (V02) in the range of
values 0.7-0.8 which indicates work in the shoe industry center is a medium work classification.
Key Words : Workloads, Ergonomics, Physiological Workload, Muscoletal Disrorder’s (MSD)

1. PENDAHULUAN gangguan pada punggung, pinggang dan


leher. Gangguan otot tersebut diduga
Produk sepatu merupakan produk yang
diakibatkan oleh fasilitas yang kurang
diminati konsumen, hingga hadirnya sentra
ergonomis, sehingga harus segera
industri sepatu pada suatu kawasan untuk
dilakukan upaya perancangan fasilitas
memenuhi permintaan lokal hingga
kerja secara ergonomis supaya tidak
mancanegara, pada pembuatan sepatu
menimbulkan adanya keluhan sakit otot
terdiri dari 4 proses yaitu pemolaan,
dan dapat bekerja secara aman, nyaman
penjahitan, pemasangan sole dan yang
dan sehat.
terakhir finishing. Pada sentra industri
sepatu, kerap kali pekerja mengeluhkan

37
STRING (Satuan Tulisan Riset dan Inovasi Teknologi) p-ISSN: 2527 - 9661
Vol. 5 No. 1 Agustus 2020 e-ISSN: 2549 - 2837

Sistem kerja yang efisien, nyaman, aman, Beban kerja sebagai respon dari perubahan
sehat, dan efektif dapat terbentuk dengan keseluruhan fungsi tubuh yang saling
melakukan perbaikan metode kerja, berhubungan dengan fungsi pernapasan,
perancangan sistem kerja maupun sirkulasi dan metabolisme untuk
perancangan alat bantu yang memenuhi menetapkan batas kinerja fisik seseorang.
aspek ergonomis pada lingkungan kerja[1]. Perubahan utama dalam fungsi fisiologis
Ada beberapa aspek pendekatan ergonomis dapat diukur dari konsumsi energi dan
yang harus dipertimbangkan dalam oksigin, aksi jantung dan pernapasan dari
perancangan stasiun kerja dalam industri, waktu istirahat hingga maksimal bekerja.
yaitu: sikap dan posisi kerja, kondisi HR detak jantung (indikator utama fungsi
lingkungan kerja, serta efisiensi ekonomi sirkulasi) dan konsumsi oksigen (mewakili
gerakan dan pengaturan fasilitas kerja[2]. konversi metabolik) memiliki hubungan
Aspek ergonomi merupakan kajian linier dan andal dalam rentang antara
hubungan optimal manusia dengan pekerjaan ringan dan berat [8]. Dari sudut
komponen sistem lingkungan yang akan pandang ergonomi, setiap beban kerja yang
menciptakan sistem kerja yang baik dan diterima oleh seseorang harus sesuai atau
peningkatan kinerja [3]. Menurut Mutia seimbang baik dalam kemampuan fisik,
(2014) [4] mengingat pekerja sebagai aset maupun kognitif, maupun keterbatasan
penting perusahaan, sehingga perusahaan manusia yang menerima beban tersebut.
haruslah selalu menjaga kenyamanan Kemampuan kerja seorang tenaga kerja
pekerja sehingga pekerja melakukan berbeda dari satu kepada yang lainnya dan
tugasnya dengan maksimal. Di tempat sangat tergantung dari tingkat ketrampilan,
kerja, pengusaha harus memperhatikan kesegaran jasmani,usia dan ukuran tubuh
tugas pekerjaan dengan hati-hati untuk dari pekerja yang bersangkutan [9].
menghindari keletihan yang berlebihan Berdasarkan penelitian terdahulu [3]; [7];
atau membebani kemampuan fisik individu [10], keluhan pada tubuh pekerja dapat
secara berlebihan. Kelelahan fisik sebagian berupa keluhan musculoskletal disorder
besar diakibatkan oleh penggunaan energi (MSDs) yang terjadi dikarenakan postur
yang berlebihan akibat kerja jangka pendek kerja yang salah, agar dapat meminimalisir
dan kebutuhan tubuh jangka Panjang [5]. beban yang diterima oleh segmen tubuh
Beban aktivitas pekerjaan yang ditanggung [7]. Keluhan musculoskletal disorder
oleh pekerja dalam menyelesaikan (MSDs) atau cedera pada system
pekerjaannya cenderung menimbulkan muskuloskletas merupakan keluhan pada
beban kerja secara fisiologis, apabila beban bagian otot skeletal yang dirasakan apabila
kerja tidak seimbang akan menimbulkan otot menerima beban statis secara berulang
dampak pada hasil pekerjaan maupun dan dalam waktu yang lama [3]. Masalah
kondisi fisk pekerja, sehingga beban kerja muskuloskeletal sangat dominan di negara-
harus sesuai dengan kapasitas pekerja [6]. negara industri karena mereka
Pengukuran kemampuan fisik manusia mempengaruhi sekitar 70-80% orang
dalam melakukan suatu pekerjaan dapat dewasa di beberapa titik dalam kehidupan
mengklasifikasikan berat atau ringannya mereka 6,7 Sebagian besar MSD
suatu pekerjaan, aktivitas pekerjaan yang mempengaruhi area seperti leher, shouler,
dilakukan secara manual seringkali dan punggung bawah. Organisasi
memiliki keluhan pada tubuh pekerja, Kesehatan Dunia (WHO) telah melaporkan
khususnya dibagian pinggang akibat fisik dan lingkungan kerja seseorang,
aktivitas pekerjaan yang dilakukan dengan bersama dengan risiko sosiologis dan
posisi membungkuk [7]. psikososial lainnya, dapat membantu MSD
terkait pekerjaan merekomendasikan

38
STRING (Satuan Tulisan Riset dan Inovasi Teknologi) p-ISSN: 2527 - 9661
Vol. 5 No. 1 Agustus 2020 e-ISSN: 2549 - 2837

hubungan antara MSD dan situasi kerja di 2. METODE PENELITIAN


antara para pekerja kantor [10]. Penelitian dilakukan pada Sentra Sepatu
Kuesioner Nordic Body Map (NBM) dapat Bandung, dengan pengumpulan data
dilakukan sebagai kajian awal dalam berupa data kuantitatif menggunakan
mengindentifikasi keluhan musculoskletal lembar pengematan check sheet, yaitu:
disorder yang dialami oleh pekerja akibat 1. Kuesioner Nordic Body Map
aktivitas pekerjaan yang membungkuk (NBM) untuk mengetahui keluhan-
maupun jongkok [11], [12]. NBM dapat keluhan para pekerja pada saat
mengetahui bagian otot yang mengalami duduk di kursi dan meja kerja.
keluhan dengan estimasi jenis dan tingkat 2. Observasi pengambilan data
keluhan otot yang dirasakan oleh pekerja dengan mengukur denyut jantung
dalam peta tubuh [3]. Selain kuesioner pekerja.
NBM, pengukuran beban kerja secara Setelah tahapan pengumpulan data, maka
fisiologis dapat dilakukan dengan dilakukan pengolahan data meliputi
pengukuran secara tidak langsung dengan beberapa hal sebagai berikut:
variabilitas denyut jantung selama bekerja
untuk menilai cardiovascular strain, A. Tingkat Beban Kerja Berdasarkan
maupun pengukuran secara langsung Kriteria Denyut Jantung
dengan mengukur konsumsi oksigem yang Pengukuran denyut jantung memiliki
dikeluarkan (energy expenditure), semakin keunggulan utama lain daripada konsumsi
berat beban kerja maka semakin banyak oksigen sebagai indikator proses
energi yang dikeluarkan [6], [9]. metabolisme: denyut jantung merespons
lebih cepat terhadap perubahan dalam
Menurut [13] diperlukannya memerhatikan tuntutan pekerjaan [9]. Pengukuran dengan
posisi pekerja agar mengurangi risiko kriteria denyut jantung, menurut Fithri dan
cedera yang akan berdampak pada Anisa (2017) [6] dapat dilakukan dengan
kesehatan. Berdasarkan pengamatan, setiap merasakan denyut jantungyang ada pada
proses pembuatan sepatu, seluruh aktivitas arteri radial pada pergelangan tangan atau
pekerja dilakukan dengan posisi duduk dan nadi pekerja, mengukur nadi pekerja
membungkuk, diakibatkan karena ukuran memberikan hasil yang cukup akurat, serta
meja kerja yang tidak sesuai dengan posisi tidak menganggu ataupun menyakiti
pekerja saat bekerja, serta tata letak setiap pekerja yang diperiksa. Selain mudah,
bagian yang tidak rapi sesuai dengan murah dan cepat serta berfungsi untuk
urutan kerja akan membuat aktifitas menilai berat atau ringannya beban kerja.
pekerja meningkat untuk pemindahan
material sehingga akan memicu kelelahan Pengukuran denyut jantung dalam
kerja dan produktivitas menurun. Maka mengetahui beban kerja dilakukan pada
dari itu, Penelitian ini bertujuan saat istirahat, selama bekerja hingga akan
mengidentifikasi beban kerja dengan pulang kerja. Mengukur denyut jantung
penerapan fisiologis kerja, sehingga dapat (heart rate) dapat dikalkulasikan dengan
mengetahui keluhan musculoskletal rumus berikut:[9], [12], [14]
disorders tiap bagian tubuh pekerja, serta
mengukur dan menganalisis tingkat (1)

kelelahan fisiologis pekerja sebelum dan


sesudah bekerja, karena dengan kondisi Perhitungan denyut nadi kerja kemudian
kerja aman, nyaman, tentram dan dibandingkan dibandingkan dengan denyut
menyenangkan, manusia sebagai pekerja nadi maksimum karena beban
akan mencapai produktivitas yang tinggi. kardiovaskuler (cardiovasiculair atau %

39
STRING (Satuan Tulisan Riset dan Inovasi Teknologi) p-ISSN: 2527 - 9661
Vol. 5 No. 1 Agustus 2020 e-ISSN: 2549 - 2837

CVL) untuk menentukan klasifikasi beban berdasarkan kriteria denyut jantung yang
kerja berdasarkan peningkatan denyut nadi digunakan serta dapat dilihat klasifikasi
kerja yang yang dihitung berdasarkan pada tabel 2: [8]
rumus di bawah ini: [4]–[6], [12], [15], (3)
[16]
(2) Hubungan linier energi dengan kecepatan
denyut jantung dengan model matematis,
Denyut nadi maksimum adalah 220 sebagai berikut: [6], [9]
dikurangi usia untuk laki-laki dan 200 (4)
dikurangi usia untuk wanita [5], [6], [16].
Dari perhitungan %CVL tersebut, Penyetaraan besaran bentuk energi pada
kemudian akan dibandingkan dengan kecepatan denyut jantung, maka konsumsi
klasifikasi yang telah ditetapkan pada tabel energi untuk kegiatan kerja tertentu dapat
1. dituliskan dalam bentuk sebagai berikut
Tabel 1. Klasifikasi CVL [6], [9]. Pengeluaran energi diperkirakan
dari rata-rata detak jantung selama istirahat
% CVL Klasifikasi % CVL
dan selama bekerja [16] serta dapat dilihat
< 30 % Tidak terjadi kelelahan klasifikasi pada tabel 2.
s
30 % /d < 60% Diperlukan perbaikan (5)

60 % s/d < 80% Kerja dalam waktu singkat


Formulasi untuk menentukan waktu
80 % s/d < 100% Diperlukan tindakan segera
istirahat (TR) sebagai kompensasi dari
≥ 100 % Tidak diperbolehkan istirahat pekerjaan fisik adalah sebagai berikut:[6]
Sumber : [5], [9], [11] (6)

B. Tingkat Beban Kerja Berdasarkan Tabel 2. Klasifikasi Beban Kerja Fisiologis


Kriteria Konsumsi Oksigen dan
Beban Kerja Konsumsi Konsumsi Energi
Konsumsi Energi Oksigen (KKal/Menit)
Denyut jantung memiliki hubungan linier
Light Work < 0.5 < 2.5 – 5.0
dengan konsumsi oksigen atau pekerjaan
yang dilakukan, indikator beban kerja Medium 0.5 - 1.0 5.0 – 7.5
Work
dapat diketahui oleh jumlah oksigen yang
digunakan dalam tubuh (VO2) [6], Heavy Work 1.0 – 1.5 7.5 – 10.0
sehingga data denyut jantung untuk Very Heavy 1.5 – 2.0 10 - 12.5
Work
memprediksi nilai konsumsi oksigen.
Berdasarkan kriteria fisiologi, energi yang Extremely > 2.0 >12.5
Heavy Work
dibutuhkan manusia untuk bekerja di
industri dengan 8 jam kerja tidak boleh Sumber : [6], [8], [12]

melebihi 30% - 40% dari kapasitas aerobik


maksimal (VO2 maks) dari pekerja terkait. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Fisik beban kerja yang dapat melebihi
Sentra industri sepatu yang menjadi obyek
batas tersebut akan menghasilkan sejumlah
penelitian memiliki 12 orang pekerja yang
efek buruk, misalnya: berkurang kinerja,
dijadikan sampel penelitian untuk
kelelahan berlebihan, termasuk potensi
mengindentifikasi beban kerja, adapun
cedera dan kecelakaan [12]. Berikut
hasil kuesioner NBM responden berusia
persamaan prediksi nilai VO2 yang
16-54 tahun, berjenis kelamin pria, dan
dikembangkan Soleman (2009)

40
STRING (Satuan Tulisan Riset dan Inovasi Teknologi) p-ISSN: 2527 - 9661
Vol. 5 No. 1 Agustus 2020 e-ISSN: 2549 - 2837

memiliki tingkat Pendidikan SD, dengan Tabel 4. Hasil Pengolahan Data %HRR
pengalaman kerja 1-10 tahun. Keluhan No %HRR1 %HRR2 %HRR3
yang dirasakan berdasarkan hasil kuesioner Responden
NBM yaitu pada bagian tubuh bagian
leher, pergelangan tangan, jari-jari tangan, 1 0,094 0,156 0,086
punggung, pinggang, bokong, pantat, dan 2 0,602 0,602 0,247
paha. Hal ini dapat mengganggu aktivitas 3 0,015 0,061 0,220
pekerja saat bekerja, sehingga di 4 0,121 0,182 0,129
indikasikan adanya beban kerja. 5 0,189 0,264 0,179
Pengumpulan data dilakukan dengan 6 0,152 0,190 0,067
lembar pengamatan untuk pengambilan 7 0,209 0,209 0,087
denyut nadi kerja pekerja, yang terbagi 8 0,288 0,252 0,270
pada 3 waktu, yaitu 30 menit setelah 9 0,237 0,305 0,271
bekerja (HRW1), 30menit sebelum 10 0,097 0,129 0,121
istirahat (HRW2) dan 30 menit sebelum 11 0,040 0,120 0,110
pulang kerja (HRW3), yang dapat dilihat 12 0,211 0,070 0,193
pada tabel 3.
Mean 0,188 0,212 0,165
Tabel 3. Data Denyut Jantung Responden St.dev 0,154 0,144 0,075
No HR HRW1 HRW2 HRW3 Range 158-173 50-78 12-120
Responden rest

Tabel 5. Hasil Pengolahan Data %HRR


1 72 84 92 83
2 72 128 128 95 No
%CVL1 %CVL2 %CVL3
3 68 68 76 97 Responden
4 64 80 88 81
1 9,4 15,6 8,6
5 64 84 92 83
2 60,2 60,2 24,7
6 92 108 112 99
3 1,5 6,1 22,0
7 80 104 104 90
4 12,1 18,2 12,9
8 76 108 104 106
5 18,9 26,4 17,9
9 72 100 108 104
6 15,2 19,0 6,7
10 80 92 96 95
7 20,9 20,9 8,7
11 80 80 92 91
8 28,8 25,2 27,0
12 88 112 96 110
9 23,7 30,5 27,1
Mean 75,7 95,7 99,0 94,5
10 9,7 12,9 12,1
St.dev 8,8 17,2 13,3 9,4
11 4,0 12,0 11,0
Range 18-55 158-173 50-78 12-120
12 21,1 7,0 19,3
Mean 18,8 21,2 16,5
selanjutnya dilakukan perhitungan St.dev 15,4 14,4 7,5
fisiologis kerja berupa %HRR pada tabel 4.
Range 158-173 50-78 12-120
Jika sudah diketahui % HRR maka,
selanjutnya dapat melakukan perhitungan
%CVL, yang ada pada tabel 5. Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa rata-rata
%CVL berkisar pada 16,5% hingga 21,2%
sehingga jika terlihat pada tabel 1
klasifikasi %CVL, menunjukkan tidak

41
STRING (Satuan Tulisan Riset dan Inovasi Teknologi) p-ISSN: 2527 - 9661
Vol. 5 No. 1 Agustus 2020 e-ISSN: 2549 - 2837

terjadi kelelahan, sehingga tidak 11 0,733 0,781 0,877 0,865


diperlukan perhitungan Biomekanika kerja, 12 0,685 0,973 0,781 0,949
adapun perhitungan konsumsi energi Mean 0,5 0,7 0,8 0,7
sebagai berikut: St.dev 0,2 0,2 0,2 0,2
Range 18-55 158-173 50-78 12-120

Dimana

4. SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dalam
Yrest atau Ei= 2,0852 kkal/menit
mengindentifikasi beban kerja pada
pekerja sentra industri sepatu, dapat
terlihat % CVL pekerja pada kisaran
Ywork atau Et = 3,3502 kkal/menit 16.5% - 21.2% yang mengindikasikan
tidak terjadi kelelahan, hal ini juga
Maka didapatkan Konsumsi Energi sebesar menunjukkan beban kerja di sentra industri
1,265 yang dinyatakan sebagai sangat sepatu pada level penerimaan, tidak
ringan dari reaksi fisiologis terhadap beban diperlukan upaya tindak lanjut. Adapun
kerja fisik yang dilihat dari Tabel 2, Konsumsi Energi (KE) pekerja memiliki
sehingga dirasa waktu istirahat yang nilai 1,265 yang menujukkan klasifikasi
diberikan sudah mencukupi dan tidak beban kerja secara fisiologis sangat ringan,
diperlukan perhitungan waktu istirahat dengan konsumsi oksigen (V02) berkisar
kembali. Adapun perhitungan konsumsi pada nilai 0,7-0,8 yang mengindikasikan
oksigen dapat terlihat pada tabel 6. pekerjaan di sentra industri sepatu
Dilihat pada tabel 6. nilai rata-rata merupakan klasifikasi kerja yang medium
konsumsi oksigen berkisar antara 0,7-0,8 atau medium work. Dengan demikian,
pada waktu kerja yang dilihat dari tabel 2 pekerjaan pada sentra indutstri sepatu
yang mengkategorikan kerja fisik pada bukanlah pekerjaan yang berat masih
beban kerjanya, maka mengindikasikan dalam kategori pekerjaan medium, dan
bahwa pekerjaan di sentra industri sepatu tidak menyebabkan kelelahan bekerja serta
sebagai Medium Work. tidak memakan konsumsi energi yang
berat, untuk peningkatan produktivitas
Tabel 6. Hasil Pengolahan Data V02 kerja penelitian selanjutnya dapat
melakukan penerapan ergonomic pada alat
No bantu kerja di sentra industri sepatu,
V02 R V02 1 V02 2 V02 3
Responden dikarenakan hasil NBM yang memiliki
keluhan MSDs cukup dominan pada area
1 0,403 0,547 0,643 0,535 pinggang.
2 0,349 1,021 1,021 0,625
3 0,337 0,361 0,433 0,685 UCAPAN TERIMAKASIH
4 0,451 0,643 0,739 0,655 Ucapan Terimakasih kami sampaikan
5 0,235 0,475 0,571 0,463 kepada Lembaga Penelitian dan
6 0,607 0,799 0,847 0,691 Pengabdian Universitas Singaperbangsa
7 0,517 0,805 0,805 0,637 Karawang melalui Hibah pendanaan
8 0,649 1,033 0,985 1,009 internal Penelitian Unggulan Program
9 0,511 0,847 0,943 0,895 Studi (PUPS) 2019.
10 0,553 0,697 0,745 0,733

42
STRING (Satuan Tulisan Riset dan Inovasi Teknologi) p-ISSN: 2527 - 9661
Vol. 5 No. 1 Agustus 2020 e-ISSN: 2549 - 2837

DAFTAR PUSTAKA Engineering/Ergonomics Fourth


Edition. 2010.
[1] M. A. Bora, “Usulan Desain
[9] L. Ruslani and Nurfajriah, “Analisis
Laboratorium Perancangan Sistem
Beban Kerja Fisiologi dan Psikologi
Kerja & Ergonomi di Program Studi
Karyawan Pembuatan Baju di PT
Teknik Industri STT Ibnu Sina
Jaba Garmindo Majalengka,” Bina
Batam,” J. Tek. Ibnu Sina, vol. 2,
Tek., vol. 11, no. 2, pp. 114–123,
no. 2, pp. 1–7, 2017.
2015.
[2] A. Kristanto and D. A. Saputra,
[10] A. Shariat, J. A. Cleland, M.
“Perancangan Meja dan Kursi Kerja
Danaee, M. Kargarfard, B.
yang Ergonomis pada Stasiun Kerja
Sangelaji, and S. B. M. Tamrin,
Pemotongan Sebagai Upaya
“Effects of stretching exercise
Peningkatan Produktivitas,” J. Ilm.
training and ergonomic
Tek. Ind., vol. 10, no. 2, pp. 78–87,
modifications on musculoskeletal
2011.
discomforts of office workers: a
[3] R. Z. Surya, R. Badruddin, and M.
randomized controlled trial,”
Gasali, “Aplikasi Ergonomic
Brazilian J. Phys. Ther., vol. 22, no.
Function Deployment (EFD) pada
2, pp. 144–153, 2018.
Redesign Alat Parut Kelapa untuk
[11] S. Siswiyanti and R. Rusnoto,
Ibu Rumah Tangga,” J. Optimasi
“Penerapan Ergonomi pada
Sist. Ind., vol. 13, no. 2, p. 771,
Perancangan Mesin Pewarna Batik
2016.
untuk Memperbaiki Postur Kerja,”
[4] M. Mutia, “Pengukuran Beban
J. Optimasi Sist. Ind., vol. 17, no. 1,
Kerja Fisiologis dan Psikologis pada
p. 75, 2018.
Operator Pemetikan Teh dan
[12] A. D. Sari, M. R. Suryoputro, M. D.
Operator Produksi Teh Hijau di
Pramaningtyas, P. S. Putra, and S.
PTMitra Kerinci,” J. Optimasi Sist.
B. Maulidyawati, “Work Physiology
Ind., vol. 13, no. 1, p. 503, 2016.
Evaluation of Laundry Workers,”
[5] T. Sumarningsih, M. A. Wibowo, S.
IOP Conf. Ser. Mater. Sci. Eng., vol.
Prabandiyani, and R. Wardani,
105, no. 1, pp. 0–6, 2016.
“International Journal of Science
and Engineering ( IJSE ) [13] H. S. Setiawan, “Pengaruh
Ergonomi dan Antropometri bagi
Ergonomics in Work Method to
User Gudang Bahan PT. MI guna
Improve Construction Labor
Meningkatkan Produktivitas Serta
Productivity,” Int. J. Sci. Eng., vol.
Kualitas Kerja,” STRING (Satuan
10, no. 1, pp. 30–34, 2016.
Tulisan Ris. dan Inov. Teknol., vol.
[6] P. Fithri and W. F. Anisa,
2, no. 2, p. 161, 2017.
“Pengukuran Beban Kerja
[14] R. Yilmaz, H. Eroğlu, H. Cihan, and
Psikologis dan Fisiologis Pekerja di
Y. Kayacan, “Determination of
Industri Tekstil,” J. Optimasi Sist.
Physiological Workloads of the
Ind., vol. 16, no. 2, p. 120, 2017.
Harvesting Workers: A Case Study
[7] N. A. Silviana, “Penilaian Postur
from Artvin,” Int. Cauc. For. Symp.,
Kerja PekerjaDengan Menggunakan
no. m, pp. 152–159, 2013.
Metode REBA dan Biomekanika,”
[15] P. Yoopat, P. Toicharoen, T.
no. 1, pp. 10–16, 2016.
Glinsukon, K. Vanwonterghem, and
[8] K. H. E. Kroemer, H. J. Kroemer,
V. Louhevaara, “Ergonomics in
and K. E. Kroemer Elbert,
practice: Physical workload and heat
Engineering Psysiology Bases of
stress in thailand,” Int. J. Occup.
Human Factors

43
STRING (Satuan Tulisan Riset dan Inovasi Teknologi) p-ISSN: 2527 - 9661
Vol. 5 No. 1 Agustus 2020 e-ISSN: 2549 - 2837

Saf. Ergon., vol. 8, no. 1, pp. 83–93,


2002.
[16] S. Borah, “Physiological Workload
of Hill Farm Women of Meghalaya,
India Involved in Firewood
Collection,” Procedia Manuf., vol.
3, no. Ahfe, pp. 4984–4990, 2015.

44

Anda mungkin juga menyukai