Anda di halaman 1dari 31

HUBUNGAN POSISI KERJA DAN BEBAN KERJA FISIK

TERHADAP KELUHAN NYERI LEHER PADA PEKERJA


BANGUNAN
Narrative Review

ALAMSYAH NUR ARSYI


1610301235

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2020
MAGNITUDE OF THE PROBLEM

Internasional Nasional Lokal


• Di Kanada, sebanyak 54% • Di Indonesia, • Data survei yang
dari total penduduk pernah dilakukan oleh
mengalami nyeri di daerah setiap tahun Rahadini (2006)
leher sekitar 16,6% terhadap karyawan di
• WHO tahun 2003 populasi orang tujuh kantor perusahaan
melaporkan gangguan otot nasional di Bandung
rangka (musculoskeletal dewasa
dan Yogyakarta. Dari
disorders) adalah penyakit mengeluhkan rasa sekitar 200 kuesioner
akibat kerja yang paling tidak enak di kembali, ditemukan
banyak terjadi dan
diperkirakan mencapai leher, bahkan tingkat prevalensi
60% dari semua penyakit 0,6% bermula keluhan sistem otot
akibat kerja. Gangguan rangka terbesar ada
dari rasa tidak pada bagian leher
otot rangka dapat terjadi
pada berbagai bagian enak di leher (68,7%), bagian
tubuh seperti bagian menjadi nyeri punggung (62,1%), dan
pinggang, leher, bahu, leher yang berat bagian tulang belakang
siku, lengan, dan (60%).
pergelangan (Huldani, 2013).
tangan/tangan.
SERIOUSNESS OF THE PROBLEM

• Gangguan tidur
• Mati rasa/sensasi terbakar pada leher
diikuti dengan rasa tidak nyaman
Nyeri Leher • Rasa sakit kepala
• Menurunnya kemampuan leher
• Nyeri leher akan memicu menurunnya
produktifitas kerja dan efisiensi kerja
COMMUNITY CONCERN

Penderita
• sikap kerja atau posisi kerja yang tidak ergonomis
dan beban kerja fisik yang tinggi pada akhirnya
dapat menimbulkan keluhan nyeri leher. Nyeri
leher akan memicu menurunnya produktifitas kerja
dan efisiensi kerja
Peran Fisioterapi
• Fisioterapi berperan dalam mengurangi keluhan
penderita dengan menggunakan modalitas.
POLITICAL CONSERN

Sebagai bentuk kepedulian dan perhatian akan nasib pekerja di Indonesia,


pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden No 7 Tahun 2019 tentang
Penyakit Akibat Kerja. Pekerja yang didiagnosis menderita penyakit akibat
kerja berdasarkan surat keterangan dokter berhak atas manfaat jaminan
kecelakaan kerja. Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan
oleh pekerjaan dan atau lingkungan kerja.
INTERKONEKSI ISLAM

Berdasarkan ayat diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang tidak mau
berusaha merubah keadaan mereka sendiri, maka Allah tidak akan merubah
keadaan orang tersebut. Begitu pula untuk orang yang sakit, apabila mereka
ingin sembuh, haruslah mereka berusaha untuk berobat dan mencegahnya
kembali. Begitu pula pada penderita nyeri leher, apabila mereka tidak
berusaha untuk melakukan pekerjannya sesuai posisi kerja yang ergonomi
dan beban kerja yang tinggi maka mereka akan sering mengalami nyeri
leher. (QS: Ar-Ra'd Ayat: 11).
Rumusan Masalah
1.Apakah ada hubungan posisi kerja terhadap keluhan
nyeri leher pada pekerja bangunan?

2.Apakah ada hubungan beban kerja fisik terhadap


keluhan nyeri leher pada pekerja bangunan?
Tujuan Penelitian
1.Untuk mengetahui hubungan posisi kerja terhadap
keluhan nyeri leher pada pekerja bangunan.

2.Untuk mengetahui hubungan beban kerja fisik


terhadap keluhan nyeri leher pada pekerja
bangunan.
MANFAAT PENELITIAN

Manfaat
Penelitian

Bidang Keilmuan

Bagi Fisioterapis
KEASLIAN PENELITIAN

“Hubungan antara Sikap Kerja terhadap keluhan


Nyer Leher pada Petani Karet di Desa Wonorejo
Tiyas Masaid (2017) Kecamatan Juai Kabupaten Balangan Provinsi
Kalimantan Selatan”

Heru Septiawan “Faktor Berhubungan Keluhan Nyeri Punggung


Bawah pada Pekerja Bangunan PT Mikroland
(2013) Semarang”

“Hubungan sikap kerja duduk dengan keluhan


nyeri leher pada pekerja menggunakan rapid upper
Ghensar et al (2015) limb assessment (rula) di PT Tunas Alfin TBK”
TINJAUAN PUSTAKA

Nyeri Leher (Neck Pain)


• Definisi • Patofisiologi
Menurut American College of Nyeri akibat proses kimiawi dapat terjadi karena
Rheumatology (2012) nyeri leher adalah rasa kelelahan, trauma dan iskemia pada otot. Proses mekanik yang
sakit di leher yang bisa dilokalisasi pada tulang memicu nyeri dapat berakibat dari peregangan ataupun tekanan
belakang leher atau dapat menyebar ke lengan pada otot (Yunus, 2015).
bawah (radikulopati).
• Tanda & gejala
• Etiologi
Gejala berupa nyeri, kaku pada leher atau tengkuk atau
Spasme otot-otot cervical dapat menjadi sekitar pundak, pusing atau migraine, nyeri yang dirasakan
penyebab terjadinya nyeri leher karena iskemik terus menerus atau hilang timbul, nyeri pegal atau tajam
dari otot tersebut yang menekan pembuluh (seperti ditusuk jarum) pada bagian leher atau pundak atas,
darah sehingga aliran darah akan menghambat nyeri saat menggerakkan leher seperti menunduk, menengok
dan juga terjadi penurunan mobilitas toleransi atau mendongak (Anggriyani, 2014).
jaringan terhadap suatu renggangan (Irfan,
2008).
PEKERJA BANGUNAN

Pekerja bangunan merupakan


tenaga kerja paling terdepan yang
terlibat dan berhadapan langsung
dengan pelaksanaan suatu
pekerjaan konstruksi. Sebagai
pelaksana pekerjaan teknis di
lapangan, pekerja bangunan
sebaiknya memiliki spesialisasi dan
keterampilan pada bidang tertentu
dan bersertifikasi (Ari, 2017).
ERGONOMI DAN POSISI KERJA

• Ergonomi
Menurut Sritomo Wingjosoebroto (2008) ergonomic atau ergonomics
sebenarnya berasal dari bahasa Yunani ergos yang berarti kerja dan nomos yang
berarti hukum. Dengan demikian ergonomi merupakan suatu studi ilmiah yang
meneliti tentang manusia dengan lingkungan kerjanya

• Posisi Kerja
Posisi kerja adalah posisi tubuh pekerja pada saat melakukan aktivitas kerja
yang biasanya terkait dengan desain area kerja dan persyaratan kegiatan kerja.
Postur kerja mencerminkan hubungan antara dimensi tubuh pekerja dan dimensi
alat pada tempat kerjanya (Bridger, 1995).
BEBAN KERJA FISIK
• Definisi
Beban Kerja fisik adalah beban kerja yang memerlukan energi fisik otot manusia
sebagai sumber tenaganya (power). Kerja fisik akan mengeluarkan energi yang
berhubungan erat dengan konsumsi energi.
• Pengukuran Beban Kerja Fisik

Teknik pengukurannya menggunakan metode 10 denyut, dimulai dengan menekan


tombol on pada stopwatch pada saat tepat bersamaan dengan denyut pertama dan
mematikan stopwatch tepat pada denyut ke 10 (Tarwaka, 2004).
Dari hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan denyut nadi maksimum dengan
perhitungan %CVL (Tarwaka, 2004).
KERANGKA KONSEP
Buruh Bangunan

Faktor Pekerjaan

Posisi Kerja Beban Kerja

Penilaian Metode REBA Perhitungan


(Rapid Entry Body Cardiovasculer
Asesment) Load

Ergonomis Tidak Ergonomis Berat Ringan

Nyeri Leher
(Neck pain)
HIPOTESIS

1. Ada hubungan posisi kerja terhadap keluhan nyeri


leher pada pekerja bangunan.
2. Ada hubungan beban kerja fisik terhadap keluhan
nyeri leher pada pekerja bangunan.
METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penelitian = Narrative review

• Narrative Review merupakan suatu metode penelitian dengan menilai,


mengidentifikasi, dan meringkas apa yang telah diterbitkan sebelumnya,
menghindari duplikasi dan mencari studi baru yang belum ditangani
(Ferrari, 2015).

METODE PENCARIAN LITERATUR = PICO

• PICO merupakan metode yang dapat digunakan untuk memudahkan


pencarian literature. Menurut Emmanuel (2010), PICO merupakan akronim
dari 4 komponen: P (Population or Problem), I (Interventionor treatment), C
(Comparator or Control), O (Outcome).

Sumber Literatur Jurnal Penelitian

• PubMed
• ScientDirect
• Google Scholar
JALANNYA PENELITIAN
1. Mengidentifikasi Pertanyaan Narrative Review
P I (Interventionor C O (Outcome)
(Population or treatment) (Comparator or
Problem) Control)
Pekerja Posisi kerja dan - Keluhan nyeri
bangunan beban kerja fisik leher

2. Mengidentifikasi Kata Kunci Dan Membuat Strategi Pencarian Dalam Data Base
PICO ELEMEN KEYWORD SEARCH ITEM SEARCH STRATEGIES
P (Population or Pekerja bangunan Pekerja bangunan Construction workers
Problem)
I (Intervention or Posisi kerja dan Posisi kerja dan Body posture
treatment) beban kerja fisik beban kerja fisik /ergonomics dan
work load / physical
load
C (Comparator or -    
Control)
O (Outcome) Keluhan nyeri leher Nyeri leher Neck pain /
musculoskeletal
disorders/
musculoskeletal pain
JALANNYA PENELITIAN

3. Menentukan Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi


a. Artikel yang berisi full text a. Artikel yang dipublish sebelum
b. Artikel nasional maupun 2010
internasional b. Artikel yang di publish dalam
c. Artikel yang membahas hubungan bentuk naskah publikasi
posisi kerja (ergonomi) dengan c. Tidak berisi full text
nyeri leher pada pekerja bangunan d. Artikel berbayar
d. Artikel yang membahas beban kerja e. Artikel dalam bentuk
fisik dengan nyeri leher pada Laporan dan yang dipublish dalam
pekerja bangunan bentuk Artikel review
e. Research Artikel
4. Melakukan pencarian dan seleksi jurnal dalam data base
Scient Direct
(n=27)

Artikel yang sudah dipilih


(n=33)

Artikel yang dikurangi


berdasarkan kriteria
inklusi dan eksklusi
(n=20)

Total artikel untuk


Narrative Review
(n=13)
5. Ekstraksi Data

Penulis menggolongkan beberapa hal yang diamati pada artikel yang telah dipilih, yaitu:
 Hubungan posisi kerja terhadap nyeri leher pada pekerja bangunan. (8 JURNAL)
 Hubungan beban kerja fisik terhadap nyeri leher pada pekerja bangunan. (5 JURNAL)
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hubungan Posisi Kerja terhadap Nyeri Leher pada Pekerja Bangunan
Judul, Tahun, Tempat Tujuan Penelitian Jenis dan Responden Hasil
Pengarang Penelitian Metode (Populasi dan
Penelitian Sampel)
Prevalence of Musculoskeletal Pain in Arab Saudi Mengetahui prevalensi, Penelitian deskriptif Sampel Delapan puluh (48,5%) dari pekerja
Construction Workers in Saudi Arabia karakteristik, dan cross-sectional. terdiri dari 165 pekerja menanggapi memiliki rasasakit di leher,
distribusi nyeri konstruksi laki-laki . bahu, punggung bawah, tangan, lutut,
(Ahmad Alghadir &Shahnawaz muskuloskeletal di kelompok usia18-60 tahun atau pergelangan kaki. Dapat
Anwer, 2015) antara pekerja disimpulkan dari penelitian ini bahwa
konstruksi di Arab prevalensi nyeri muskuloskeletal di
Saudi kalangan pekerja konstruksi di Arab
Saudi tinggi.
Risk factors for neck pain among Swedia Untuk menguji paparan jangka Studi kohort Empat ratus dua Empat puluh sembilan persen dari
forklifttruck operators: a retrospective panjang pada posisi leher yang retrospektif puluh sembilan kuesioner operator forklift melaporkan mengalami
cohortstudy tidak alami diantara operator diposting ke semua pekerja sakit leher dibandingkan dengan 30%
(B. Rolander et al, 2018) forklift sebagai faktor risiko di alamat rumah mereka pekerja kantor. Menjadi operator
untuk sakit leher. pada Mei 2014 forklift dikaitkan dengan peningkatan
risiko nyeri leher (OR = 5,1, 95% CI 1,4
- 18.2). Memegang kepala dalam posisi
yang tidak wajar mengakibatkan
peningkatan risiko sakit leher yang
signifikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Judul, Tahun, Tempat Tujuan Penelitian Jenis dan Responden Hasil


Pengarang Penelitian Metode (Populasi dan
Penelitian Sampel)
The Study Of Correlation Iran Untuk menyelidiki hubungan Studi korelasi cross- Empat puluh enam subjek Sudut toraks dan CV tinggi berkorelasi positif
BetweenForward Head antara beberapa faktor yang sectional tanpa nyeri dengan adanya nyeri leher hanya pada posisi
Posture And Neck Pain In berhubungan dengan pekerjaan leher dan 55 dengan nyeri kerja (p <0,05). Dalam posisi memandang ke
Iranian Office Workers dan individu, seperti postur leher diperiksa menggunakan depan, tidak ada perbedaan yang signifikan
(Parisa Nejati et al, 2015) tubuh yang buruk, dengan nyeri metode fotografi. secara statistik antara 2 kelompok (p> 0,05).
  leher pada karyawan

Use of Ergonomic Measures Belanda Untuk mengevaluasi Survei Kami secara acak Pada tindak lanjut, tingkat respons adalah
Related to Musculoskeletal penggunaan langkah- memilih 4.500 pekerja 63% (713 / 1.130).
Complaintsamong langkah ergonomis konstruksi Belanda, 500 di Setelah penerpan langkah-langkah ergonomi
Construction Workers: A 2- terkait dengan setiap pekerjaan. yang benar maka proporsi pekerja yang
year Follow-up Study gangguan melaporkan keluhan bahu menurun (28%,
(Julitta S. Boschman et al, muskuloskeletal 176/638, hal ¼ 0,02). Meringankan beban
2015) (MSDs) di antara fisik dilaporkan menjadi alasan utama untuk
pekerja konstruksi. menggunakan prinsip ergonomi.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Judul, Tahun, Tempat Tujuan Penelitian Jenis dan Responden Hasil


Pengarang Penelitian Metode (Populasi dan
Penelitian Sampel)
Factors influencing construction India Untuk mengidentifikasi dan Survei berbasis Sampel 220 pekerja Sendi yang menciptakan
ergonomic performance in India mengenali pengaruh faktor- kuesioner   konstruksi dari yang 49 ketidaknyamanan di kalangan tukang
( Ratri Parida et al, 2015) faktor utama yang adalah tukang batu, 84 adalah pergelangan tangan, leher, bahu,
  mempengaruhi kinerja adalah tukang batu dan 87 tulang belakang. Karena bahan pembawa
ergonomis pekerja konstruksi adalah tukang kayu. berulang, seperti batu bata, pasir, mortar,
yang mengarah ke sejumlah dll. dari satu tempat ke tempat
gangguan muskuloskeletal. lain.Dengan cara lain, tukang kayu
merasakan sakit di tulang belakang, leher
dan bahu mereka karena posisi
peregangan dan berdiri.
Work-Related musculoskeletal Arab Saudi Untuk menyelidiki Penelitian deskriptif 540 pekerja Jumlah substansial pekerja konstruksi
symptoms among building gejala muskuloskeletal konstruksi bangunan bangunan mengembangkan gejala
construction workers in Riyadh, Saudi terkait pekerjaan di muskuloskeletal termasuk nyeri leher 29
Arabia(Sultan A. Meoet al, 2013) antara pekerja (7,5%), nyeri bahu 41 (10,5%), nyeri
  konstruksi bangunan. punggung atas 24 (6,2%), nyeri
punggung bawah 64 (16,5%), nyeri kaki
93 (23,9%) ), nyeri kaki 52 (13,4%),
kepala berat 44 (11,3%) dan kelelahan
seluruh tubuh 78 (20,1%).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Judul, Tahun, Tempat Tujuan Penelitian Jenis dan Responden Hasil
Pengarang Penelitian Metode (Populasi dan
Penelitian Sampel)
Ergonomics Risk Assessment Malaysia Untuk Formulir survei Jumlah benders Ada hubungan yang signifikan (p
Among Infrastructure mengidentifikasi Self-Assessment bar di lokasi <0,05) antara faktor risiko
Construction Workers In Kuala bagian tubuh Musculoskeletal konstruksi ergonomis dan nyeri tubuh di mana
Lumpur pekerja dengan Pain, Initial adalah 161 punggung bagian atas dan bawah
(Dian D et al, 2019) keluhan nyeri dan Ergonomic Risk sedangkan secara signifikan lebih tinggi
  ketidaknyamanan Assessment, Rapid jumlah tukang dengan faktor risiko ergonomis.
tertinggi.. Entry Body kayu dan Nyeri tubuh memiliki hubungan
Assesment pekerja umum yang signifikan (p <0,05) dengan
masing-masing faktor sosiodemografi seperti
adalah 143 dan kewarganegaraan, jam kerja dan
48. jam istirahat.
Risk Factors for Musculoskeletal Indonesia Untuk meninjau literatur Tinjauan Literatur Mesin pencari berikut Tinjauan literatur sistematis ini
Symptoms of Construction Workers: secara sistematis yang Sistematik digunakan: Pubmed, Web menunjukkan hubungan sebab akibat
A Systematic Literature Review melaporkan bukti faktor risiko of Science, Science Direct, antara faktor-faktor risiko
(Wyke Kusmasari et al, 2018) untuk gejala muskuloskeletal dan Taylor and Francis seperti individu, psikososial, dan fisik.
dalam pekerjaan konstruksi. Online. Sebanyak 1204 Postur yang canggung, gaya,
abstrak disaring pengulangan, getaran, penanganan
manual,tekukan dan puntir, dan suhu
ekstrem diklasifikasikan sebagai Faktor
Risiko Ergonomis (ERF) / faktor risiko
fisik /biomekanis / fisik. Ulasan ini
mensintesis bukti faktor risiko untuk
gejala muskuloskeletal dalam pekerjaan
konstruksi berdasarkan hasil kuantitatif
HASIL DAN PEMBAHASAN

Gangguan muskuloskeletal adalah masalah kesehatan terkait pekerjaan yang paling umum dan merupakan penyebab
penting gangguan fungsi dan kecacatan di antara pekerja konstruksi bangunan (Meo S.A et al, 2013).
Dalam penelitian Nejati Parisa et al (2014) postur kepala yang salah, tulang belakang leher dan dada berhubungan
dengan nyeri leher dalam posisi kerja yang dialami pekerja bangunan. Pada peneitian Wyke Kusmasari et al (2018)
juga menegaskan bahwa postur yang canggung, gaya, pengulangan, getaran, penanganan manual, tekukan dan
puntir, dan suhu ekstrem diklasifikasikan sebagai Faktor Risiko Ergonomis (ERF).
Pada jurnal penelitian oleh Christopher Edet Ekpenyong & Udoinyang Clement Inyang (2014) juga menyebutkan
hal yang sama bahwa postur tubuh yang canggung, gerakan kepala dan lengan yang canggung, bekerja melawan
kekuatan atau getaran, kecepatan kerja cepat, secara signifikan terkait dengan WMSD (Work-Related
Musculoskeletal Disorders) di antara pekerja bangunan. Tingkat prevalensi keseluruhan WMSD adalah 39,3% dan
dikaitkan dengan faktor risiko terkait individu dan tempat kerja. Faktor fisik merupakan risiko terbesar
(41,6%),diikuti oleh faktor psikososial (29,5%) dan individu (28,9%). Selanjutnya, 48,2% sampel mengalami gejala
WMSD di tubuh bagian atas, termasuk leher; 25,3% mengalami gejala di batang tubuh,sementara 26,5% memiliki
gejala di tubuh bagian bawah; dan 36,8% memiliki gejala di beberapa lokasi.
Sehingga sangat penting untuk menyebutkan bahwa intervensi ergonomis diperlukan untuk dilaksanakan
berdasarkan prioritas untuk mempertahankan kemampuan kerja diantara para pekerja bangunan dan meminimalkan
insiden cedera dan kecelakaan dalam berbagai pekerjaan konstruksi ( Ratri Parida et al, 2015).
HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Hubungan Beban Kerja Fisik terhadap Nyeri Leher pada Pekerja Bangunan
Judul, Tahun, Tempat Tujuan Penelitian Jenis dan Responden Hasil
Pengarang Penelitian Metode (Populasi dan
Penelitian Sampel)
A Survey of Work-Related Pain Hongkong Menyelidiki sejauh Studi kasus- Sebanyak 2.021 pekerja Studi ini menunjukkan bahwa pria
Prevalence Among Construction mana insiden nyeri kontrol konstruksi diwawancarai di memilikitoleransi nyeri yang lebih tinggi
Workers in Hong Kong:A Case- muskuloskeletal tempat dalam survei dari daripada wanita. Lima situs nyeri umum
Control Study mereka di tempat kerja Desember 2017 hingga adalah area penahan berat tubuh. Hasil
(JoanneW.Y. Chung et al, 2019) Desember 2018. survei mengungkapkan bahwa prevalensi
nyeri dari subyek dalam 24 jam terakhir
adalah 10,6%.

Associations Between Worker Nigeria Studi ini menilai hubungan Sebuah studi cross- Subjek Prevalensi keseluruhan
Characteristics, antara karakteristik pekerja, sectional dilakukan ( n = 1200 laki-laki), WMSD (Work-RelatedMusculoskeletal
Workplace Factors, and Work-Related faktor tempat kerja, dan antara Maret dan berusia 18–55 tahun, diisi Disorders) adalah 39,25%.
Musculoskeletal Disorders: A Cross- gangguan muskuloskeletal Desember 2011.   dengan kuesioner
Sectional Studyof Male Construction terkait kerja (WMSD)di muskuloskeletal Nordic
Workers in Nigeria industri konstruksi Nigeria.
(Christopher Edet Ekpenyong &
Udoinyang Clement Inyang, 2014)
 
HASIL DAN PEMBAHASAN
Judul, Tahun, Tempat Tujuan Penelitian Jenis dan Responden Hasil
Pengarang Penelitian Metode (Populasi dan
Penelitian Sampel)
Assessing the Risk Factors for Iran Untuk mengevaluasi Studi analitik Populasi statistik Berat tertinggi adalah dalam
Musculoskeletal Disorders in faktor risiko gangguan deskriptif terdiri dari 420 kelompok kurang dari 5kg.
Construction Workers Using muskuloskeletal di sectional, Data pekerja. Sebanyak Cengkeraman yang kuat diamati pada
PATH, Case Study: antara pekerja deskriptif dan 391 pekerja setuju 64,5% kasus. Sehingga beban kerja
Construction Project konstruksi uji Chi-square. untuk berpartisipasi fisik yang tinggi erat kaitannya
(Shabnam Parhamet al, 2016) menggunakan Postur, dalam penelitian ini dengan muskuloskeletal disorders
  Alat Kegiatan dan sebagai sampel.
Penanganan (PATH).
Work-Related Israel Meninjau pengetahuan saat ini Tinjauan Literatur PubMed, Google Prevalensi WMSDs tinggi, dengan
Musculoskeletal terkait dengan prevalensi, Sistematik Cendekia dan prevalensi seumur hidup yang
Disorders Among faktor risiko dan pencegahan database PEDro dilaporkan 55-91%, dan prevalensi 12
Physical Therapists: A work-related musculoskeletal bulan berkisar 40-91,3% , dan nyeri
Comprehensive disorders (WMSD) leher dan punggung bawah sebagai
Narrative Review yang paling sering terkena, dengan
perkiraan prevalensi seumur hidup
(Mohammad
berkisar 26-79,6%.
Milhemet al, 2016)
Important Work Demands For Swedia Tujuan dari penelitian ini Penelitian ini adalah 4.567 pekerja dengan nyeri Jumlah hari sakit yang lebih tinggi ditemukan
Reducing Sickness Absence adalah untuk menyelidiki studi prospektif. 2010, leher atau punggung bagian pada pekerja yang melaporkan paparan
Among Workers With Neck paparan apa terhadap tuntutan 2012 dan 2014. atas. terhadap pengangkatan ≥ 15 kg dan postur
Or Upper Back Pain: A pekerjaan fisik. kerja yang condong ke depan.
Prospective Cohort
Study
(Stefan Oliv et al, 2019)
 
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada research article oleh Joanne W.Y. Chung et al (2019) menyebutkan nyeri leher yang dirasakan pekerja
konstruksi tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh kekuatan otot yang tidak seimbang. Lima situs nyeri umum
adalah area penahan berat seperti bahu, leher, lutut kanan dan kiri, punggung. Kekuatan otot tidak seimbang yang
disebabkan oleh pengangkatan berat yang tinggi atau pekerjaan manual yang membutuhkan pengerahan tenaga fisik
berulang pada anggota tubuh bagian atas. Dalam jurnal tersebut juga disebutkan bahwa mengangkat dan menahan
beban berat sebagai sumber gangguan muskuloskeletal yang melibatkan leher di antara pekerja konstruksi.
Fitur umum yang berhubungan dengan beban fisik di antara pekerja ini adalah pemuatan statis atau aktivitas
berkelanjutan. Karenanya, otot harus menahan tubuh dalam satu posisi untuk waktu yang lama. Dalam postur seperti
itu, sirkulasi darah berkurang dan ketegangan otot meningkat sehingga menyebabkan nyeri. Penelitian tersebut
semakin memperkuat adanya hubungan beban kerja fisik terhadap nyeri leher di lingkungan pekerja konstruksi
(Christopher Edet Ekpenyong & Udoinyang Clement Inyang, 2014).
Pada penelitian Stefan Oliv et al (2019) para pekerja yang memiliki beban pengangkatan kurang dari 15 kilogram
memiliki intensitas nyeri leher yang rendah dibandingkan dengan pekerja yang memiliki beban pengangkatan diatas
15 kilogram. Sehingga berkonsentrasi pada penggunaan alat bantu dan peralatan seperti lift dan lembaran geser
perlu digunakan untuk menggurangi beban kerja fisik para pekerja bangunan yang besar yang mengakibatkan
musculoskeletal pain (Mohammad Milhemet al, 2016).
KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1.  Ada hubungan posisi kerja terhadap keluhan nyeri leher pada pekerja bangunan.

2. Ada hubungan beban kerja fisik terhadap keluhan nyeri leher pada pekerja bangunan.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai