• Gangguan tidur
• Mati rasa/sensasi terbakar pada leher
diikuti dengan rasa tidak nyaman
Nyeri Leher • Rasa sakit kepala
• Menurunnya kemampuan leher
• Nyeri leher akan memicu menurunnya
produktifitas kerja dan efisiensi kerja
COMMUNITY CONCERN
Penderita
• sikap kerja atau posisi kerja yang tidak ergonomis
dan beban kerja fisik yang tinggi pada akhirnya
dapat menimbulkan keluhan nyeri leher. Nyeri
leher akan memicu menurunnya produktifitas kerja
dan efisiensi kerja
Peran Fisioterapi
• Fisioterapi berperan dalam mengurangi keluhan
penderita dengan menggunakan modalitas.
POLITICAL CONSERN
Berdasarkan ayat diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang tidak mau
berusaha merubah keadaan mereka sendiri, maka Allah tidak akan merubah
keadaan orang tersebut. Begitu pula untuk orang yang sakit, apabila mereka
ingin sembuh, haruslah mereka berusaha untuk berobat dan mencegahnya
kembali. Begitu pula pada penderita nyeri leher, apabila mereka tidak
berusaha untuk melakukan pekerjannya sesuai posisi kerja yang ergonomi
dan beban kerja yang tinggi maka mereka akan sering mengalami nyeri
leher. (QS: Ar-Ra'd Ayat: 11).
Rumusan Masalah
1.Apakah ada hubungan posisi kerja terhadap keluhan
nyeri leher pada pekerja bangunan?
Manfaat
Penelitian
Bidang Keilmuan
Bagi Fisioterapis
KEASLIAN PENELITIAN
• Ergonomi
Menurut Sritomo Wingjosoebroto (2008) ergonomic atau ergonomics
sebenarnya berasal dari bahasa Yunani ergos yang berarti kerja dan nomos yang
berarti hukum. Dengan demikian ergonomi merupakan suatu studi ilmiah yang
meneliti tentang manusia dengan lingkungan kerjanya
• Posisi Kerja
Posisi kerja adalah posisi tubuh pekerja pada saat melakukan aktivitas kerja
yang biasanya terkait dengan desain area kerja dan persyaratan kegiatan kerja.
Postur kerja mencerminkan hubungan antara dimensi tubuh pekerja dan dimensi
alat pada tempat kerjanya (Bridger, 1995).
BEBAN KERJA FISIK
• Definisi
Beban Kerja fisik adalah beban kerja yang memerlukan energi fisik otot manusia
sebagai sumber tenaganya (power). Kerja fisik akan mengeluarkan energi yang
berhubungan erat dengan konsumsi energi.
• Pengukuran Beban Kerja Fisik
Faktor Pekerjaan
Nyeri Leher
(Neck pain)
HIPOTESIS
• PubMed
• ScientDirect
• Google Scholar
JALANNYA PENELITIAN
1. Mengidentifikasi Pertanyaan Narrative Review
P I (Interventionor C O (Outcome)
(Population or treatment) (Comparator or
Problem) Control)
Pekerja Posisi kerja dan - Keluhan nyeri
bangunan beban kerja fisik leher
2. Mengidentifikasi Kata Kunci Dan Membuat Strategi Pencarian Dalam Data Base
PICO ELEMEN KEYWORD SEARCH ITEM SEARCH STRATEGIES
P (Population or Pekerja bangunan Pekerja bangunan Construction workers
Problem)
I (Intervention or Posisi kerja dan Posisi kerja dan Body posture
treatment) beban kerja fisik beban kerja fisik /ergonomics dan
work load / physical
load
C (Comparator or -
Control)
O (Outcome) Keluhan nyeri leher Nyeri leher Neck pain /
musculoskeletal
disorders/
musculoskeletal pain
JALANNYA PENELITIAN
Penulis menggolongkan beberapa hal yang diamati pada artikel yang telah dipilih, yaitu:
Hubungan posisi kerja terhadap nyeri leher pada pekerja bangunan. (8 JURNAL)
Hubungan beban kerja fisik terhadap nyeri leher pada pekerja bangunan. (5 JURNAL)
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hubungan Posisi Kerja terhadap Nyeri Leher pada Pekerja Bangunan
Judul, Tahun, Tempat Tujuan Penelitian Jenis dan Responden Hasil
Pengarang Penelitian Metode (Populasi dan
Penelitian Sampel)
Prevalence of Musculoskeletal Pain in Arab Saudi Mengetahui prevalensi, Penelitian deskriptif Sampel Delapan puluh (48,5%) dari pekerja
Construction Workers in Saudi Arabia karakteristik, dan cross-sectional. terdiri dari 165 pekerja menanggapi memiliki rasasakit di leher,
distribusi nyeri konstruksi laki-laki . bahu, punggung bawah, tangan, lutut,
(Ahmad Alghadir &Shahnawaz muskuloskeletal di kelompok usia18-60 tahun atau pergelangan kaki. Dapat
Anwer, 2015) antara pekerja disimpulkan dari penelitian ini bahwa
konstruksi di Arab prevalensi nyeri muskuloskeletal di
Saudi kalangan pekerja konstruksi di Arab
Saudi tinggi.
Risk factors for neck pain among Swedia Untuk menguji paparan jangka Studi kohort Empat ratus dua Empat puluh sembilan persen dari
forklifttruck operators: a retrospective panjang pada posisi leher yang retrospektif puluh sembilan kuesioner operator forklift melaporkan mengalami
cohortstudy tidak alami diantara operator diposting ke semua pekerja sakit leher dibandingkan dengan 30%
(B. Rolander et al, 2018) forklift sebagai faktor risiko di alamat rumah mereka pekerja kantor. Menjadi operator
untuk sakit leher. pada Mei 2014 forklift dikaitkan dengan peningkatan
risiko nyeri leher (OR = 5,1, 95% CI 1,4
- 18.2). Memegang kepala dalam posisi
yang tidak wajar mengakibatkan
peningkatan risiko sakit leher yang
signifikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Use of Ergonomic Measures Belanda Untuk mengevaluasi Survei Kami secara acak Pada tindak lanjut, tingkat respons adalah
Related to Musculoskeletal penggunaan langkah- memilih 4.500 pekerja 63% (713 / 1.130).
Complaintsamong langkah ergonomis konstruksi Belanda, 500 di Setelah penerpan langkah-langkah ergonomi
Construction Workers: A 2- terkait dengan setiap pekerjaan. yang benar maka proporsi pekerja yang
year Follow-up Study gangguan melaporkan keluhan bahu menurun (28%,
(Julitta S. Boschman et al, muskuloskeletal 176/638, hal ¼ 0,02). Meringankan beban
2015) (MSDs) di antara fisik dilaporkan menjadi alasan utama untuk
pekerja konstruksi. menggunakan prinsip ergonomi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gangguan muskuloskeletal adalah masalah kesehatan terkait pekerjaan yang paling umum dan merupakan penyebab
penting gangguan fungsi dan kecacatan di antara pekerja konstruksi bangunan (Meo S.A et al, 2013).
Dalam penelitian Nejati Parisa et al (2014) postur kepala yang salah, tulang belakang leher dan dada berhubungan
dengan nyeri leher dalam posisi kerja yang dialami pekerja bangunan. Pada peneitian Wyke Kusmasari et al (2018)
juga menegaskan bahwa postur yang canggung, gaya, pengulangan, getaran, penanganan manual, tekukan dan
puntir, dan suhu ekstrem diklasifikasikan sebagai Faktor Risiko Ergonomis (ERF).
Pada jurnal penelitian oleh Christopher Edet Ekpenyong & Udoinyang Clement Inyang (2014) juga menyebutkan
hal yang sama bahwa postur tubuh yang canggung, gerakan kepala dan lengan yang canggung, bekerja melawan
kekuatan atau getaran, kecepatan kerja cepat, secara signifikan terkait dengan WMSD (Work-Related
Musculoskeletal Disorders) di antara pekerja bangunan. Tingkat prevalensi keseluruhan WMSD adalah 39,3% dan
dikaitkan dengan faktor risiko terkait individu dan tempat kerja. Faktor fisik merupakan risiko terbesar
(41,6%),diikuti oleh faktor psikososial (29,5%) dan individu (28,9%). Selanjutnya, 48,2% sampel mengalami gejala
WMSD di tubuh bagian atas, termasuk leher; 25,3% mengalami gejala di batang tubuh,sementara 26,5% memiliki
gejala di tubuh bagian bawah; dan 36,8% memiliki gejala di beberapa lokasi.
Sehingga sangat penting untuk menyebutkan bahwa intervensi ergonomis diperlukan untuk dilaksanakan
berdasarkan prioritas untuk mempertahankan kemampuan kerja diantara para pekerja bangunan dan meminimalkan
insiden cedera dan kecelakaan dalam berbagai pekerjaan konstruksi ( Ratri Parida et al, 2015).
HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Hubungan Beban Kerja Fisik terhadap Nyeri Leher pada Pekerja Bangunan
Judul, Tahun, Tempat Tujuan Penelitian Jenis dan Responden Hasil
Pengarang Penelitian Metode (Populasi dan
Penelitian Sampel)
A Survey of Work-Related Pain Hongkong Menyelidiki sejauh Studi kasus- Sebanyak 2.021 pekerja Studi ini menunjukkan bahwa pria
Prevalence Among Construction mana insiden nyeri kontrol konstruksi diwawancarai di memilikitoleransi nyeri yang lebih tinggi
Workers in Hong Kong:A Case- muskuloskeletal tempat dalam survei dari daripada wanita. Lima situs nyeri umum
Control Study mereka di tempat kerja Desember 2017 hingga adalah area penahan berat tubuh. Hasil
(JoanneW.Y. Chung et al, 2019) Desember 2018. survei mengungkapkan bahwa prevalensi
nyeri dari subyek dalam 24 jam terakhir
adalah 10,6%.
Associations Between Worker Nigeria Studi ini menilai hubungan Sebuah studi cross- Subjek Prevalensi keseluruhan
Characteristics, antara karakteristik pekerja, sectional dilakukan ( n = 1200 laki-laki), WMSD (Work-RelatedMusculoskeletal
Workplace Factors, and Work-Related faktor tempat kerja, dan antara Maret dan berusia 18–55 tahun, diisi Disorders) adalah 39,25%.
Musculoskeletal Disorders: A Cross- gangguan muskuloskeletal Desember 2011. dengan kuesioner
Sectional Studyof Male Construction terkait kerja (WMSD)di muskuloskeletal Nordic
Workers in Nigeria industri konstruksi Nigeria.
(Christopher Edet Ekpenyong &
Udoinyang Clement Inyang, 2014)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Judul, Tahun, Tempat Tujuan Penelitian Jenis dan Responden Hasil
Pengarang Penelitian Metode (Populasi dan
Penelitian Sampel)
Assessing the Risk Factors for Iran Untuk mengevaluasi Studi analitik Populasi statistik Berat tertinggi adalah dalam
Musculoskeletal Disorders in faktor risiko gangguan deskriptif terdiri dari 420 kelompok kurang dari 5kg.
Construction Workers Using muskuloskeletal di sectional, Data pekerja. Sebanyak Cengkeraman yang kuat diamati pada
PATH, Case Study: antara pekerja deskriptif dan 391 pekerja setuju 64,5% kasus. Sehingga beban kerja
Construction Project konstruksi uji Chi-square. untuk berpartisipasi fisik yang tinggi erat kaitannya
(Shabnam Parhamet al, 2016) menggunakan Postur, dalam penelitian ini dengan muskuloskeletal disorders
Alat Kegiatan dan sebagai sampel.
Penanganan (PATH).
Work-Related Israel Meninjau pengetahuan saat ini Tinjauan Literatur PubMed, Google Prevalensi WMSDs tinggi, dengan
Musculoskeletal terkait dengan prevalensi, Sistematik Cendekia dan prevalensi seumur hidup yang
Disorders Among faktor risiko dan pencegahan database PEDro dilaporkan 55-91%, dan prevalensi 12
Physical Therapists: A work-related musculoskeletal bulan berkisar 40-91,3% , dan nyeri
Comprehensive disorders (WMSD) leher dan punggung bawah sebagai
Narrative Review yang paling sering terkena, dengan
perkiraan prevalensi seumur hidup
(Mohammad
berkisar 26-79,6%.
Milhemet al, 2016)
Important Work Demands For Swedia Tujuan dari penelitian ini Penelitian ini adalah 4.567 pekerja dengan nyeri Jumlah hari sakit yang lebih tinggi ditemukan
Reducing Sickness Absence adalah untuk menyelidiki studi prospektif. 2010, leher atau punggung bagian pada pekerja yang melaporkan paparan
Among Workers With Neck paparan apa terhadap tuntutan 2012 dan 2014. atas. terhadap pengangkatan ≥ 15 kg dan postur
Or Upper Back Pain: A pekerjaan fisik. kerja yang condong ke depan.
Prospective Cohort
Study
(Stefan Oliv et al, 2019)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada research article oleh Joanne W.Y. Chung et al (2019) menyebutkan nyeri leher yang dirasakan pekerja
konstruksi tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh kekuatan otot yang tidak seimbang. Lima situs nyeri umum
adalah area penahan berat seperti bahu, leher, lutut kanan dan kiri, punggung. Kekuatan otot tidak seimbang yang
disebabkan oleh pengangkatan berat yang tinggi atau pekerjaan manual yang membutuhkan pengerahan tenaga fisik
berulang pada anggota tubuh bagian atas. Dalam jurnal tersebut juga disebutkan bahwa mengangkat dan menahan
beban berat sebagai sumber gangguan muskuloskeletal yang melibatkan leher di antara pekerja konstruksi.
Fitur umum yang berhubungan dengan beban fisik di antara pekerja ini adalah pemuatan statis atau aktivitas
berkelanjutan. Karenanya, otot harus menahan tubuh dalam satu posisi untuk waktu yang lama. Dalam postur seperti
itu, sirkulasi darah berkurang dan ketegangan otot meningkat sehingga menyebabkan nyeri. Penelitian tersebut
semakin memperkuat adanya hubungan beban kerja fisik terhadap nyeri leher di lingkungan pekerja konstruksi
(Christopher Edet Ekpenyong & Udoinyang Clement Inyang, 2014).
Pada penelitian Stefan Oliv et al (2019) para pekerja yang memiliki beban pengangkatan kurang dari 15 kilogram
memiliki intensitas nyeri leher yang rendah dibandingkan dengan pekerja yang memiliki beban pengangkatan diatas
15 kilogram. Sehingga berkonsentrasi pada penggunaan alat bantu dan peralatan seperti lift dan lembaran geser
perlu digunakan untuk menggurangi beban kerja fisik para pekerja bangunan yang besar yang mengakibatkan
musculoskeletal pain (Mohammad Milhemet al, 2016).
KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan posisi kerja terhadap keluhan nyeri leher pada pekerja bangunan.
2. Ada hubungan beban kerja fisik terhadap keluhan nyeri leher pada pekerja bangunan.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH