Anda di halaman 1dari 2

PAPER MATERI AGENDA 2 – ANTIKORUPSI

EVI NOVIANI, A.Md.Farm (NIP. 199311282020122007)

Peraturan-peraturan tentang pemberantasan korupsi silih berganti, selalu orang yang


belakangan yang memperbaiki dan menambahkan, namun korupsi dalam segala bentuknya
dirasakan masih tetap merajalela. Istilah korupsi sebagai istilah hukum pengertian korupsi adalah
perbuatan-perbuatan yang merugikan keuangan dan perekonomian Negara atau daerah atau
badan hukum lain yang mempergunakan modal atau kelonggaran yang lain dari masyarakat,
sebagai bentuk khusus daripada perbuatan korupsi. Oleh karena itu, Negara memandang bahwa
perbuatan atau tindak pidana korupsi telah masuk dan menjadi suatu perbuatan pidana korupsi
yang selama ini terjadi secara meluas, tidak hanya merugikan keuangan Negara dan daerah, tetapi
juga telah merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas,
sehingga tindak pidana korupsi perlu digolongkan sebagai kejahatan yang pemberantasannya
harus dilakukan secara luar biasa.
Masalah korupsi memang merupakan masalah yang besar dan menarik sebagai
persoalan hukum yang menyangkut jenis kejahatan yang rumit penanggulangannya, karena
korupsi mengandung aspek yang majemuk dalam kaitannya dengan (konteks) politik,
ekonomi, dan sosial-budaya. Rapuhnya moral dan rendahnya tingkat kejujuran dari aparat
penyelenggara negara menyebabkan terjadinya korupsi. Korupsi di Indonesia dewasa ini sudah
merupakan penyakit social yang sangat berbahaya yang mengancam semua aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Korupsi telah mengakibatkan kerugian materiil
keuangan negara yang sangat besar. Hal itu merupakan cerminan rendahnya moralitas dan rasa
malu, sehingga yang menonjol adalah sikap kerakusan dan kekuasaan.
Menurut saya banyak faktor pendorong terjadinya korupsi di Indonesia, yakni
diantaranya :
1. Konsentrasi kekuasan dipengambil keputusan yang tidak bertanggung jawab
langsung kepada rakyat
2. Gaji yang masih rendah
3. Kurang sempurnanya peraturan perundang-undangan
4. Administrasi yang lamban
5. Sikap mental para pegawai yang ingin cepat kaya dengan cara yang instan
6. Tidak ada kesadaran bernegara
7. Tidak ada pengetahuan pada bidang pekerjaan
8. Kurangnya transparansi di pengambilan keputusan pemerintah
9. Kampanye-kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran lebih besar dari
pendanaan politik yang normal
10. Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar
11. Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan
12. Rakyat yang apatis, masa bodoh, tidak tertarik, atau mudah dibohongi
13. Ketidakadaannya kontrol yang cukup untuk mencegah penyuapan.

Karena saya mengabdi dibidang kesehatan khususnya kefarmasian, menurut saya korupsi
masih membayangi penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Dampak buruknya merugikan
keuangan negara dan menurunkan kualitas pelayanan kesehatan yang juga secara langsung dapat
mengancam nyawa masyarakat. Korupsi terjadi di pembuat kebijakan hingga unit penyedia
layanan, seperti rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Pada tingkat pusat,
misalnya, sudah dua eks menteri kesehatan yang ditahan: Achmad Suyudi dan Siti Fadilah
Supari.
Pada tingkat daerah, beberapa kepala daerah ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) karena terlibat korupsi proyek dan anggaran kesehatan, antara lain Bupati Jombang Nyono
Suharli Wihandoko, Wali Kota Tegal Siti Mashita, dan mantan Gubernur Banten Atut Chosiyah.
Begitu pula tingkat penyedia pelayanan, tidak sedikit pemimpin atau pegawai rumah sakit dan
puskesmas yang berurusan akhirnya masuk bui karena korupsi.
Dari banyak celah korupsi, menurut saya pengadaan alat kesehatan dan obat merupakan dua
sektor paling rawan. Banyak factor penyebabnya diantaranya adalah
1. Alokasi anggaran yang besar yang menyebabkan adanya tindakan penyelewengan dana
pembelian
2. Alat kesehatan memiliki banyak substitusi. Satu jenis barang dengan fungsi dan
spesifikasi yang sama bisa diproduksi banyak perusahaan. Kualitas dan harga berbeda-
beda. Sebenarnya hal tersebut sangat lumrah dalam dunia bisnis. Namun, yang jadi
masalah adalah perbedaan harga sering kali dimanfaatkan sebagai peluang untuk korupsi.
Modus yang digunakan dengan mencari keuntungan dari selisih harga. Dalam pengusulan
anggaran, spesifikasi mengacu pada barang yang berkualitas tinggi akan tetapi,
realisasinya, barang yang dibeli berkualitas lebih rendah dengan harga yang jauh lebih
murah.
3. Lemahnya pengawasan. Selain jenisnya banyak, spesifikasi alat kesehatan umumnya lebih
rumit. Tidak semua orang bisa memahami dan membedakan antara alat berkualitas rendah
dan tinggi. Karena cukup rumit, tak banyak yang mau dan mampu mengawasi pengadaan
alat kesehatan. Akibatnya, berbagai manipulasi dan penyelewengan dengan mudah
dilakukan.
Hal serupa terjadi dalam pengadaan obat. Hampir semua aktivitas pelayanan kesehatan
berkaitan dengan obat. Walau sebagian besar harganya tidak semahal alat kesehatan, alokasi
anggaran yang disediakan hampir sama besar, jenisnya pun sangat banyak, dan jarang yang
mengetahui detail teknis atau spesifikasinya.
Langkah penting mempersempit ruang korupsi kesehatan, khususnya terkait alat
kesehatan dan obat, adalah mendorong penggunaan e-katalog dan e-purchasing. Selain
mempermudah, proses pengadaan pun tidak lagi berbelit-belit. Keduanya memberi kepastian
spesifikasi teknis dan acuan harga yang sesuai.
Jadi kita harus meyakini bahwa sebagian besar individu pada dasarnya adalah baik,
karena Allah telah meniupkan sifat-sifat agungnya dalam diri manusia sejak masih didalam
rahim. Didalam surat Qs. 15- al hijr; 29, yang artinya, maka apabila Aku telah
menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-ku, maka
tunduk kamu kepadanya dengan bersujud. Dapat disimpulkan bahwa pada awalnya manusia
semuanya memiliki sifat yang baik, akan tetapi sebagian orang yang menjadi koruptor itu
tentu karena pengaruh eksternal yang telah mengaburkan sifat-sifat baik tersebut. Yang
paling utama adalah pendidikan, kedua lingkungan dan ketiga media. Tiga hal ini akan
membangun suatu budaya, yakni suatu persepsi kolektif dalam masyarakat, apakah suatu hal itu
akan dianggap normal atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai