Anda di halaman 1dari 12

Perbedaan Pengaruh Posisi Kerja dan

Beban Kerja Fisik Terhadap Keluhan Nyeri


Leher pada Pekerja Bangunan Di Dusun
Mranggen Kidul Sleman

Alamsyah Nurarsyi
1610301235
PRODI S1 FISIOTERAPI
LATAR BELAKANG
(MAGNITUDE OF THE PROBLEM)

InternasionaL
• Di Kanada, sebanyak 54% dari total penduduk pernah mengalami nyeri di daerah leher
dalam 6 bulan
• WHO tahun 2003 melaporkan gangguan otot rangka (musculoskeletal disorders)
adalah penyakit akibat kerja yang paling banyak terjadi dan diperkirakan mencapai 60%
dari semua penyakit akibat kerja. Gangguan otot rangka dapat terjadi pada berbagai
bagian tubuh seperti bagian pinggang, leher, bahu, siku, lengan, dan pergelangan
tangan/tangan.

Nasional
• Di Indonesia, setiap tahun sekitar 16,6% populasi orang dewasa mengeluhkan rasa
tidak enak di leher, bahkan 0,6% bermula dari rasa tidak enak di leher menjadi nyeri
leher yang berat (Huldani, 2013).

Lokal
• Data survei yang dilakukan oleh Rahadini (2006) terhadap karyawan di tujuh kantor
perusahaan nasional di Bandung dan Yogyakarta. Dari sekitar 200 kuesioner kembali,
ditemukan tingkat prevalensi keluhan sistem otot rangka terbesar ada pada bagian
leher (68,7%), bagian punggung (62,1%), dan bagian tulang belakang (60%).
LATAR BELAKANG
(SERIOUSNESS OF THE PROBLEM)

gangguan tidur
mati rasa/sensasi terbakar pada leher
diikuti dengan rasa tidak nyaman
rasa tegang yang menekan
rasa sakit kepala

NYERI LEHER
(NECK PAIN) menurunnya kemampuan leher

nyeri leher akan memicu


menurunnya produktifitas kerja dan
efisiensi kerja
LATAR BELAKANG
(COMMUNITY CONSERN)

PENDERITA

• sikap kerja atau posisi kerja yang tidak ergonomis dan beban kerja fisik yang tinggi pada
akhirnya dapat menimbulkan keluhan nyeri leher (Neck Pain) (Manuaba, 1990). Hal ini
disebabkan kurangnya pengetahuan para pekerja tentang posisi kerja yang benar sesuai
ergonomi.

PERAN FISIOTERAPI

• Peran Fisioterapi pada kasus nyeri leher ini adalah memberikan latihan fisik, massage, latihan
otot-otot tubuh, heat packs, traksi, transentameous electro neuro stimulator (TENS),
electromagneti treatment, magnetic therapy, infrared light, ultrasound lasers, cooling spray dan
strecthing serta konsultasi atau edukasi ergonomi untuk usaha preventif (Samara, 2007).

PENELITIAN SEBELUMNYA

• Pada penelitian (Ghensar dkk, 2015) terdapat 35 pekerja mengalami keluhan nyeri leher akibat
posisi kerja yang tidak ergonomic dari klasifikasi tingkat nyeri leher rendah (20%), sedang
(45,7%), tinggi (31,4%) hingga nyeri leher sangat tinggi (2,9%). Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh (Dewayani,2006) bahwa beban kerja berperan dalam penyebab nyeri leher.
INTERKONEKSI ISLAM
Adapun Ayat Al-Qur’an Surah Ar-Ra’d Ayat 11 :
 

Berdasarkan ayat diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang tidak mau berusaha
merubah keadaan mereka sendiri, maka Allah tidak akan merubah keadaan orang tersebut.
Begitu pula untuk orang yang sakit, apabila mereka ingin sembuh, haruslah mereka berusaha
untuk berobat dan mencegahnya kembali. Begitu pula pada penderita nyeri leher, apabila
mereka tidak berusaha untuk melakukan pekerjannya sesuai posisi kerja yang ergonomi dan
beban kerja yang tinggi maka mereka akan sering mengalami nyeri leher. (QS: Ar-Ra'd Ayat: 11).
LATAR BELAKANG
(POLITICAL CONSERN)

Sebagai bentuk kepedulian dan perhatian akan nasib pekerja di


Indonesia, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden No 7
Tahun 2019 tentang Penyakit Akibat Kerja. Pekerja yang
didiagnosis menderita penyakit akibat kerja berdasarkan surat
keterangan dokter berhak atas manfaat jaminan kecelakaan
kerja. Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan
oleh pekerjaan dan atau lingkungan kerja.
RUMUSAN MASALAH

 Bagaimana perbedaan pengaruh posisi kerja dan beban


kerja fisik terhadap keluhan nyeri leher pada pekerja
bangunan di Dusun Mranggen Kidul Sleman ?
 Bagaimana pengaruh posisi kerja terhadap keluhan
nyeri leher pada pekerja bangunan di Dusun Mranggen
Kidul Sleman ?
 Bagaimana pengaruh beban kerja fisik terhadap
keluhan nyeri leher pada pekerja bangunan di Dusun
Mranggen Kidul Sleman ?
TUJUAN PENELITIAN

• Untuk mengetahui perbedaan pengaruh posisi

TUJUAN kerja dan beban kerja fisik terhadap keluhan

UMUM nyeri leher pada pekerja bangunan di Dusun


Mranggen Kidul Sleman.

• Untuk mengetahui pengaruh posisi kerja terhadap


keluhan nyeri leher pada pekerja bangunan di Dusun
TUJUAN Mranggen Kidul Sleman.
• Untuk mengetahui beban kerja fisik terhadap keluhan
KHUSUS nyeri leher pada pekerja bangunan di Dusun
Mranggen Kidul Sleman.
KEILMUAN

TEMPAT MANFAAT RESPONDEN


PENELITIAN PENELITIAN

PROFESI
FISIOTERAPI
RUANG LINGKUP PENELITIAN

Pada penelitian ini menganalisis posisi kerja dan beban kerja fisik
pekerja bangunan yang dapat menyebabkan nyeri leher dengan
metode penilaian posisi kerja REBA (Rapid Entire Body Assissment)
dan perhitungan beban kerja fisik CVL (Cardiovasculer load) yang
dapat menyebabkan intensitas skala nyeri leher pada pekerja
bangunan. Pengukuran skala nyeri dengan VAS (Visual Analog Scale).
Responden dalam penelitian ini sebanyak 30 responden pekerja
bangunan bertempat di Dusun Mranggen Kidul Sleman. Penelitian ini
akan dilakukan mulai bulan Januari – Maret 2020
Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Desain Penelitian Sampling Pengumpulan Analisis Data Hasil Penelitian Persamaan dan
Data Perbedaan
Heru Septiawan Faktor Berhubungan Survey analitik Responden Dengan penilaian Uji Chi-square Ada hubungan Persamaan =
(2013) Keluhan Nyeri dengan adalah pekerja beban kerja dan antar a sikap desain penelitian,
Punggung Bawah pendekatn cross- PT Mikrolan sikap kerja kerja (p value = metode Reba,
pada Pekerja sectional sebanyak 99 metode REBA, 0,020), IMT (p teknik sampling,
KEASLIAN PENELITIAN
Bangunan PT orang, teknik stopwatch, value = 0,030) analisis data
Mikroland Semarang pengambilan kuesioner dengan nyeri
sample adalah punggung Perbedaan =
random bawah, dan tidak responden, objek
sampling ada hubungan nyeri, tempat
dengan beban penelitian
kerja (p value
=1,0)

Ghensar dkk . Hubungan sikap Deskriptif analitik pekerja pada PT Penilaian sikap menggunakan Hasil uji korelasi Persamaan =
(2015) kerja duduk dengan dengan metode Tunas Alfin Tbk kerja duduk analisis didapatkan P- vaiabel terikat
keluhan nyeri leher cross sectional sebanyak 35 dengan metode univariat dan value = 0,000 < nyeri leher,
pada pekerja orang. RULA analisi bivariat 0,05 metode penelitian
menggunakan rapid Pearson menunjukkan
upper limb Product ada hubungan Perbedaan =
assessment (rula) di Moment. signifikan antara metode
pt tunas alfin tbk sikap kerja duduk pengumpulan
dengan keluhan data dan uji
nyeri leher. Nilai r analisis
adalah 0,654,

Tiyas Masaid Hubungan antara Deskriptif Analitik Petani Karet di Metode REBA dan Uji Spearman Hasil penelitian Persamaan =
(2017) Sikap Kerja dengan metode Desa Wonorejo kuesioner NBM Rho didapatkan nilai metode REBA,
terhadap keluhan cross sectional Kecamatan Juai signifakan 0,05 Variabel terikat
Nyer Leher pada Kabupaten sehinggan tidak
Petani Karet di Desa Balangan ada yang Perbedaan =
Wonorejo Provinsi menentang/ Variabel Bebas,
Kecamatan Juai Kalimantan hubungan antara Reponden, Uji
Kabupaten Balangan Selatan sikap kerja analisis data
Provinsi Kalimantan terhadap rasa
Selatan sakit petani karet
Subhaanakallohumma
wabihamdika
Asyhadu anlaa illaaha illa anta
Astagfiruka wa atuubu ilaika

Anda mungkin juga menyukai