Anda di halaman 1dari 7

TUGAS INDIVIDUAL

Mata Kuliah :Filsafat Ilmu Kesehatan Masyarakat

Dosen :Prof. dr. Veni Hadju, M.Sc.,Ph.D.

MAKALAH

STATE OF THE ARTS

OLEH:

DEWI MULFIYANTI
(P1800216006)

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016
International Labour Organization (ILO) memperkirakan bahwa di seluruh
dunia setiap tahunnya 2,2 juta orang meninggal karena kecelakaan dan penyakit
akibat kerja. (Jaya et al., 2013). Hal ini dapat disebabkan karena postur kerja
yang tidak alamiah (tidak ergonomis), tenaga yang berlebihan, pengulangan
berkali- kali (repetitive motion), dan postur kerja statis (static posture),
waktu bekerja yang cukup lama, sifat pekerjaan yang monoton, dan sarana
prasarana kerja yang tidak sesuai dengan antropometri pekerja. (Wahyono
& Saloko, 2014).
Penyakit Akibat Kerja (PAK) yang disebabkan oleh keadaan yang tidak
ergonomis antara lain adalah gangguan Musculoskeletal Disorders (MSDs). (Jaya
et al., 2013). Gangguan muskuloskeletal dapat mengakibatkan penurunan
produktivitas, kehilangan waktu kerja, peningkatan risiko penyakit akibat
kerja (PAK) dan meningkatkan pengeluaran biaya untuk kompensasi pekerja.
(Wahyono & Saloko, 2014). Pada artikel yang ditulis oleh Putranto et al.,
(2014), berdasarkan data riset yang dilakukan oleh International Labour
Organization (2003) menemukan bahwa setiap hari rata-rata 6.000 orang
meninggal, setara dengan satu orang setiap 15 detik, atau 2,2 juta orang per
tahun akibat kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja.
Keluhan MSDs bersifat akumulatif seiring dengan masa kerja seseorang.
Masa kerja merupakan panjangnya waktu terhitung mulai pekerja masuk kerja
hingga penelitian berlangsung. Masa kerja memiliki hubungan yang kuat dengan
keluhan otot dan meningkatkan risiko MSDs. (Sang et al., 2013). Di antara
gejala yang berhubungan dengan MSDS, pada populasi umum, nyeri leher adalah
salah satu yang paling sering; tergantung pada definisi kasus individu dengan
'masalah muskuloskeletal', kejadian dapat berkisar dari 0,055 per 1.000 orang-
tahun (herniasi dengan radiculopathy) untuk 213 per 1000 orang (melaporkan
nyeri leher). (Korpinen et al., 2013). Kerja terkait gangguan muskuloskeletal
(WRMSD) didefinisikan sebagai cedera atau gangguan jaringan muskuloskeletal
terkait dengan faktor risiko kerja terkait. WRMSD juga dikenal sebagai gangguan
trauma kumulatif, cedera regangan berulang dan cedera berlebihan. WRMSD
spostur sakit, pekerjaan berulang-ulang dan kejengkelan sakit sebelumnya episode
sare dilaporkan untuk berkontribusi WRNP. (Darivemula et al., 2016). Gangguan
leher terkait Abstrak Work adalah masalah umum di kantor pekerja, terutama di
kalangan mereka yang pengguna komputer intensif. Hal ini umumnya sepakat
bahwa etiologi gangguan leher kerja terkait adalah multidimensi yang
berhubungan dengan, dan dipengaruhi oleh faktor individu, fisik dan
psikososial.(Cagnie et al., 2007). Ulasan dari Wong et al., (2015) menambahkan
bukti baru untuk Sakit Leher Task Force dan menunjukkan bahwa mobilisasi,
manipulasi, dan pijat klinis efektif intervensi untuk pengelolaan nyeri leher. Hal
ini juga menunjukkan bahwa electroacupuncture, strain-counterstrain, pijat
relaksasi, dan beberapa pasif modalitas fisik (panas, dingin, diathermy,
hidroterapi, ultrasound) tidak efektif dan tidak boleh digunakan untuk mengelola
nyeri leher.

Pusat Kesehatan Kerja menyatakan tiga pertimbangan utama terjadinya


gangguan leher pada waktu kerja, yaitu (1) beban pada struktur leher dalam
waktu yang lama berkaitan dengan tuntutan yang tinggi dari pekerjaan dan
kebutuhan stabilisasi daerah leher dan bahu dalam bekerja, (2) secara
psikologis pekerjaan dengan konsentrasi tinggi, tuntutan kwalitas dan kwantitas
secara umum mempengaruhi otot leher, (3) discus dan sendi pada leher sering
mengalami perubahan degeneratif yang prevalensinya meningkat sesuai umur.
(Fatmawati, 2013). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bedu et al., (2013)
menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap kerja dengan gangguan
muskuloskeletal. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Munandar (2008) pada 90 orang tenaga kerja bagian produksi PT. Kresna Duta
Agroindo Jambi dimana tenaga kerja yang melakukan kerja dengan sikap kerja
tidak alamiah lebih banyak mengalami gangguan muskuloskeletal (96%)
dibandingkan dengan tenaga kerja yang bekerja dengan sikap kerja alamiah
(4%). Dengan hasil uji statistik ada hubungan antara sikap kerja dengan MSDs.
Dan Hasil observasi yang diamati oleh Payuk et al., (2013) bahwa petani di Desa
Congko tidak ergonomis pada saat melakukan kegiatan menanam di sawah
dengan cara manual. Posisi tubuh yang sering membungkuk serta waktu istirahat
yang tidak memenuhi syarat menyebabkan peningkatan kerja jantung untuk
penyesuaian kerja.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sundari (2011) sikap tubuh yang
buruk (tidak fisiologis) sewaktu bekerja dan berlangsung lama juga dapat
menyebabkan adanya beban pada sistem muskuloskeletal dan berefek buruk pada
kesehatan, selain itu pekerja tidak mampu mengerahkan kemampuannya secara
optimal. Kurang produktif dan munculnya biaya-biaya pengeluaran tambahan
misalnya untuk biaya pengobatan, kehilangan upah kerja akibat ketidak hadiran
karena sakit. Sumber gejala sakit leher mekanik tidak sepenuhnya dipahami tetapi
telah diakui berkaitan dengan berbagai struktur anatomi, apophyseal terutama atau
sendi uncovertebral dari tulang belakang leher. (Phadke et al., 2016). Lingkungan
kerja fisik yang buruk dan penempatan yang buruk dari keyboard meningkatkan
risiko nyeri leher. Di antara faktor individu, jenis kelamin perempuan adalah
prediktor kuat. Merokok menunjukkan kecenderungan peningkatan risiko nyeri
leher. (Korhonen et al., 2003).

Menurut Hasil penelitian dari Johnston et al., (2008) Pekerja dengan nyeri
leher telah mengurangi berbagai rotasi dan peningkatan aktivitas dari fleksor
serviks dangkal selama uji fleksi craniocervical. Selama tugas koordinasi, pekerja
dengan nyeri menunjukkan aktivitas yang lebih besar pada otot CE bilateral. Pada
UT dan CE dominan dan AS otot menunjukkan ketidakmampuan untuk bersantai
pada pekerja dengan rasa sakit. Pada penelitian yang dilaakukan oleh Darivemula
et al., (2016) Wanita lebih terpengaruh dengan nyeri leher dibandingkan laki-laki.
Nyeri leher terkait kecacatan memiliki kesehatan dan dampak ekonomi baik di
perorangan dan tingkat masyarakat. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Murphy et al., (2007) Anak-anak yang yang mengalami sakit dengan nyeri
punggung, nyeri leher, dan nyeri pinggang dilaporkan secara signifikan.

Postur tubuh atau posisi tubuh saat bekerja tidak ergonomi akan
meningkatkan resiko kejadian musculoskeletal disorder dalam bentuk nyeri
punggung bawah. Gabungan antara beberapa faktor resiko seperti durasi,
frekuensi, intensitas, repetitif, dan adanya intervensi stressor dari
lingkungan.(Silviyani et al., 2013).

Meskipun tingkat aktivitas EMG rendah, prevalensi tinggi bahu dan nyeri
leher dengan lokasi yang termasuk otot trapezius dilaporkan. Diperdebatkan,
aktivitas trapezius EMG tidak mungkin menjadi faktor risiko significant nyeri
bahu untuk para pekerja ini. (Westgaard et al., 2001). Menurut penelitan yang
dilakukan oleh Autenrieth et al., (2016) pekerja susu AS menderita cedera dan
penyakit pada tingkat lebih tinggi dari rata-rata kerja nasional . Pengaruh faktor
psikososial lebih menonjol pada wanita, yang bisa menjadi hasil dari faktor
biologis serta isu-isu gender. Hasil ini menunjukkan bahwa intervensi yang
bertujuan untuk mengurangi terjadinya nyeri leher dan pundak harus mencakup
kedua faktor mekanik dan psikososial.(Ostergren et al., 2005)

REFERENSI

Cagnie, B., Danneels, L., Van Tiggelen, D., De Loose, V., & Cambier, D. (2007).
Individual and Work Related Risk Factors For Neck Pain Among Office
Workers: A Cross Sectional Study. European Spine Journal, 16(5), 679686.
https://doi.org/10.1007/s00586-006-0269-7

Darivemula, S. B., Goswami, K., Gupta, S. K., Salve, H., Singh, U., & Goswami,
A. K. (2016). Work-related Neck Pain Among Desk Job Workers of Tertiary
Care Hospital in New Delhi, India: Burden and Determinants. Indian J
Community Med, 41(1), 5054. https://doi.org/10.4103/0970-0218.170967

Fatmawati, V. (2013). The Decreasing Pain and Disability With Integrated


Neuromuscular Inhibition Techniques (Init ) and Massage Effleuragge in
Myofacial Trigger Point of Upper Trapezius Muscle. Sport and Fitness
Journal, 1(1), 6071. Retrieved from
http://ojs.unud.ac.id/index.php/sport/article/view/6084/4576

Jaya, I., Furqaan, N., & Awaluddin. (2013). Keluhan Musculoskeletal Disoders
Pada Aktivitas Manual Handling Oleh Karyawan CV. Camar Makassar, 42.

Korhonen, T., Ketola, R., Toivonen, R., Luukkonen, R., Hkknen, M., & Viikari-
Juntura, E. (2003). Work related and individual predictors for incident neck
pain among office employees working with video display units.
Occupational and Environmental Medicine, 60(7), 475482.
https://doi.org/10.1136/oem.60.7.475
Korpinen, L., Paakkonen, R., & Gobba, F. (2013). Self-Reported Neck Symptoms
And Use of Personal Computers, Laptops and Cell Phones Among Finns
Aged 18-65. Ergonomics, 56(7), 11341146.
https://doi.org/10.1080/00140139.2013.802018

Ostergren, P.-O., Hanson, B. S., Balogh, I., Ektor-Andersen, J., Isacsson, A.,
Orbaek, P., Isacsson, S.-O. (2005). Incidence of Shoulder And Neck Pain
In a Working Population: Effect Modification Between Mechanical and
Psychosocial Exposures at Work? Results From a One Year Follow up of the
Malm Shoulder and Neck Study cohort. Journal of Epidemiology and
Community Health, 59(9), 7218. https://doi.org/10.1136/jech.2005.034801

Phadke, A., Bedekar, N., Shyam, A., & Sancheti, P. (2016). Effect of Muscle
Energy Technique and Static Stretching On Pain and Functional Disability in
Patients With Mechanical Neck Pain: A Randomized Controlled Trial. Hong
Kong Physiotherapy Journal, 35, 511.
https://doi.org/10.1016/j.hkpj.2015.12.002

Sang, A., Djajakusli, R., Russeng, S. S., Masyarakat, F. K., Kerja, P., & Sawit, P.
K. (2013). Hubungan Risiko Postur Kerja Dengan Keluhan Musculoskeletal
Disoders (MSDs) Pada Pemanen Kelapa Sawit Di PT. Sinerrgi Perkebunan
Nusantara, 114. Retrieved from
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/8615

Silviyani, V., Susanto, T., & Asmaningrum, N. (2013). Hubungan Posisi Bekerja
Petani Lansia dengan Resiko Terjadinya Nyeri Punggung Bawah di Wilayah
Kerja Puskesmas Sumberjambe Kabupaten Jember ( The Correlation
Between The Position Of Elderly Farmers Working With The Risk Of Low
Back Pain In The Working Are. Retrieved from
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/60740/Velina
Silviyani.pdf?sequence=1

Wahyono, Y., & Saloko, E. (2014). Pengaruh Worplace Exercise Terhadap


Keluhan Muskuloskeletal Pada Ekerja Di Bagian Szewing Cv. Cahyo
Nugroho Jati Sukoharjo. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, 3, 197203.
Retrieved from http://jurnal.poltekkes-
solo.ac.id/index.php/Int/article/view/104/94

Westgaard, R. H., Vasseljen, O., & Holte, K. a. (2001). Trapezius Muscle Activity
as a Risk Indicator For Shoulder And Neck Pain In Female Service Workers
With Low Biomechanical Exposure. Ergonomics, 44(3), 33953.
https://doi.org/10.1080/00140130119649

Anda mungkin juga menyukai