Anda di halaman 1dari 11

IJPHN 1 (3) (2021) 618-628

Indonesian Journal of Public Health and Nutrition


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/IJPHN

Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Keluhan Muskuloskeletal pada


Pengrajin Ukiran Kayu di Sentra Ukir Jepara

Junio Agam Mahendra, Anik Setyo Wahyuningsih


Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Article Info Abstrak


Article History: Latar Belakang: Musculoskeletal Disorders (MSDs) merupakan sekumpulan gangguan
Submitted 16 Agustus 2021 yang berkaitan dengan jaringan otot, tendon, ligamen, kartilago, system saraf, struk-
Accepted 11 Oktober 2021 tur tulang dan pembuluh darah. Pada pekerja pengrajin ukiran kayu memiliki risiko
Published 12 Oktober 2021
terjadinya keluhan musculoskeletal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui fak-
Keywords: tor yang berhubungan dengan kejadian keluhan musculoskeletal pada pengrajin ukiran
Carving Crafts, kayu.
Musculoskeletal Metode: jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sec-
tional menggunakan metode purposive sampling yaitu sejumlah 80 pekerja, instrumen
DOI: yang digunakan yaitu lembar alat ukur, observasi dan kuesioner. Data dianalisis meng-
https://doi.org/10.15294/ gunakan uji chi-square. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2021.
ijphn.v1i3.49167 Hasil: hasil peneiltian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan ke-
jadian keluhan muskuloskeletal adalah usia (p=0,000), masa kerja (p=0,000), sikap kerja
(p=0,000), beban kerja (p=0,000). Tidak terdapat hubungan dengan kejadian keluhan
muskuloskeletal adalah lama kerja (p=0,822), status gizi (p=1,000), aktivitas olahraga
(p=0,270) dan getaran (p=0,091).
Kesimpulan: simpulan pada penelitian ini adalah terdapat hubungan antara usia, masa
kerja, sikap kerja, beban kerja, dan tidak terdapat hubungan antara lama kerja, status
gizi, aktivitas olahraga, dan getaran dengan kejadian keluhan muskuloskeletal.

Abstract
Background: Musculoskeletal Disorders (MSDs) are a group of disorders related to mus-
cle tissue, tendons, ligaments, cartilage, nervous system, bone structure and blood vessels.
Wood carving craftsmen have a risk of musculoskeletal complaints. The purpose of this
study was to determine the factors associated with the incidence of musculoskeletal com-
plaints in wood carving craftsmen.
Methods: this type of research is descriptive quantitative with a cross sectional approach
using purposive sampling method that is a number of 80 workers, the instruments used are
measuring instruments, observations and questionnaires. Data were analyzed using chi-
square test. The study was conducted in March-April 2021.
Results: the results of the study showed that the variables related to the incidence of mus-
culoskeletal complaints were age (p=0.000), years of service (p=0.000), work attitude
(p=0.000), workload (p=0.000) =0.000). There was no relationship with the incidence of
musculoskeletal complaints, namely length of work (p = 0.822), nutritional status (p =
1,000), sports activities (p = 0.270) and vibration (p = 0.091).
Conclusion: the conclusion in this study is that there is a relationship between age, tenure,
work attitude, workload, and there is no relationship between length of work, nutritional
status, sports activities, and vibration with the incidence of musculoskeletal complaints.

© 2021 Universitas Negeri Semarang


Correspondence Address: pISSN 2798-4265
Universitas Negeri Semarang, Indonesia. eISSN 2776-9968
Email : junioagam9@gmail.com

618
Junio Agam Mahendra, Anik Setyo Wahyuningsih / Faktor yang Berhubungan / IJPHN (1) (3) (2021)

Pendahuluan gangguan muskuloskeletal menduduki


Permasalahan kesehatan dan peringkat ke 2 dari 10 penyakit terbanyak
keselamatan kerja merupakan permasalahan dengan jumlah kasus 33.142. Kemudian
global yang dihadapi oleh setiap Negara di pada tahun 2018 gangguan musculoskeletal
dunia. Berdasarkan data ILO tahun 2013, satu menduduki peringkat ke 3 dari 10 penyakit
pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik terbanyak dengan jumlah kasus 12.252 (BPS
karena kecelakaan kerja, 160 pekerja mengalami Provinsi Jawa Tengah, 2019).
sakit akibat kerja. Tahun sebelumnya (2012) Keberadaan sektor informal masih
ILO mencatat angka kematian dikarenakan memiliki standar kesejahteraan pekerja yang
kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK) rendah. Pekerja di sektor ini umum memiliki
sebanyak 2 juta kasus setiap tahun (Kemenkes beban dan waktu kerja berlebih, dan upah di
RI, 2014). bawah standar. Salah satu jenis penyakit akibat
Musculoskeletal Disorders merupakan kerja yang sering terjadi adalah kelelahan
gangguan kesehatan terkait kerja yang musculoskeletal. kelelahan musculoskeletal
dilaporkan secara konsisten oleh Self-reported pada berbagai jenis industri telah banyak
Work-related Illnes (SWI) di UK. Hasil terbaru dilakukan dan hasil studi menunjukkan bahwa
menunjukkan bahwa pada tahun 2009/2010 bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot
diperkirakan prevalensi 572.000 orang di rangka yang meliputi otot leher, bahu, lengan,
Inggris menderita gangguan Musculoskeletal tangan, jari, punggung, pinggang, dan otot-
disebabkan atau diperburuk oleh pekerjaannya otot bagian bawah (Hidayat et al., 2018).
di masa lalu. Data ini setara dengan 1900 per Keluhan muskuloskeletal
100.000 orang (1,9%) yang bekerja dalam (musculoskeletal disorders atau MSDs),
12 bulan terakhir di Inggris. Dari prevalensi merupakan salah satu dari banyak keluhan
tersebut, 248.000 orang diperkirakan menderita yang sering muncul dan berkaitan dengan
gangguan trauma pada punggung, 230.000 permasalahan ergonomi. Keluhan tersebut
orang mengalami gangguan pada tubuh bagian disebabkan atau diperburuk oleh kegiatan dan
atas atau leher, dan 94.000 orang mengalami kondisi pekerjaan, seperti gerakan mengangkat,
gangguan pada tubuh bagian bawah. Dari data gerakan berulang, postur tidak alami, gerakan
tersebut sekitar sepertiganya (188.000 orang) mendorong ataupun menarik, pekerjaan statis
merupakan kejadian baru (HES, 2011). dan bekerja di area yang terbatas (Shobur et al.,
Di Indonesia, Jepara merupakan pusat 2019).
industri mebel, industri mebel di kabupaten Keluhan pada sistem muskuloskeletal
Jepara yang terkenal unik dengan ukirannya adalah keluhan pada bagian otot rangka yang
merupakan salah satu kekayaan intelektual dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan
dengan kearifan lokal yang telah meningkatkan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila
nilai tambah produk industri furniture dan otot menerima beban statis secara berulang
kerajinan kayu tidak hanya di Kabupaten dan dalam waktu yang lama, akan dapat
Jepara, tetapi juga Provinsi Jawa Tengah menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada
dan Indonesia. Industri mebel Jepara telah sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga
menjadi ikon bagi produk ekspor dari Jawa kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan
Tengah dan Indonesia. Sektor ini telah mampu dengan keluhan Musculoskeletal Disorders
menciptakan kesempatan kerja yang tinggi dan (MSDs) atau cidera pada sistem muskuloskeletal
kesejahteraan baik bagi masyarakat, khususnya (Tarwaka, 2014).
masyarakat di Kabupaten Jepara. Berdasarkan Gejala yang paling umum ditimbulkan
laporan Statistik Kabupaten Jepara pada tahun dari gangguan muskuloskeletal yang
2016 terdapat sebanyak 5.993 unit usaha yang berhubungan dengan pekerjaan ini adalah rasa
bergerak pada bidang furniture. Jumlah unit nyeri, adapun gejala lain yang dapat timbul
usaha tersebut mampu menyerap tenaga kerja adalah terjadi kekakuan pada otot, kekakuan
sebanyak 77.187 orang. (Badan Pusat Statistik pada sendi, terjadi bengkak dan kemerahan
Kabupaten Jepara, 2017). pada daerah yang terkena (Bukhori, 2010).
Di Jawa Tengah pada tahun 2017 Terjadinya keluhan musculoskeletal

619
Junio Agam Mahendra, Anik Setyo Wahyuningsih / Faktor yang Berhubungan / IJPHN (1) (3) (2021)

disorders selain disebabkan oleh faktor sampel menggunakan rumus slovin, sehingga
lingkungan kerja juga disebabkan oleh faktor diperoleh sampel minimal sebanyak 73 orang.
individu seperti usia, masa kerja, sikap kerja, Untuk menghindari terjadinya drop out atau
kebiasaan merokok dan kebiasaan olahraga. missing jawaban responden maka jumlah
Kurangnya perhatian dan penanganan yang sampel dilebihkan sebesar 10% sehingga
tepat terhadap kasus musculoskeletal disorders jumlah sampel keseluruhan menjadi 80 orang.
pada pekerja akan menyebabkan permasalahan Teknik pengambilan sampel
yang lebih serius (Mayasari & Saftarina, 2016). menggunakan purposive sampling dengan
Berdasarkan studi penelitian dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah
kepada 10 orang responden di Sentra Ukir ditetapkan agar karakteristik sampel tidak
Jepara pada tanggal 5 Maret 2020 menunjukkan menyimpang dari populasinya. Kriteria
7 responden mengalami gangguan inklusi dalam penelitian ini yaitu responden
muscoloskeletal, bagian tubuh yang terasa sakit merupakan pekerja ukiran di Sentra Ukir
antara lain sakit pada leher, sakit pada bahu Mulyoharjo Jepara, responden berjenis kelamin
kiri dan kanan, sakit di lengan atas kanan dan laki-laki, mau diwawancarai. Sedangkan
kiri, sakit di bagian punggung, sakit di bagian kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu
bokong, sakit pada kedua pergelangan tangan, tidak bersedia diwawancarai, responden dalam
sakit pada jari-jari tangan kiri dan kanan, sakit keadaan sakit pada saat dilakukan wawancara,
di bagian kaki seperti paha, lutut, dan betis. Dari sehingga tidak dapat menjawab pertanyaan
ke 7 responden tersebut usianya antara 35 tahun dengan baik.
sampai 60 tahun dan bekerja sebagai pengrajin Teknik pengambilan data menggunakan
ukiran sudah lebih dari 3 tahun. Sedangkan 3 teknik wawancara, observasi dan pengukuran.
responden lainnya tidak mengalami keluhan Sumber data dalam penelitian ini yaitu data
muskuloskeletal, 2 orang responden berusia 18 primer dan data sekunder. Sumber data
tahun dan 1 orang responden berusia 25 tahun, primer diperoleh secara langsung di lapangan
ketiga responden tersebut bekerja sebagai melalui wawancara, pengisian kuesioner, dan
pengrajin ukiran kurang dari 2 tahun. pengukuran. Sumber data sekunder didapat
Perbedaan penelitian ini dengan tidak secara langsung dari objek penelitian.
penelitian sebelumnya yaitu membahas Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang
mengenai gambaran faktor yang berhubungan dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai
dengan terjadinya musculoskeletal pada cara atau metode baik secara komersial maupun
pengrajin ukiran kayu di sentra ukir Jepara. non komersial. Data sekunder dalam penelitian
Dan variabel yang diteliti adalah usia, masa ini meliputi gambaran umum tempat kerja,
kerja, lama kerja, status gizi, sikap kerja, proses kerja pada pembuatan ukiran kayu,
aktivitas olahraga, beban kerja dan getaran. Badan Pusat Statistik Jawa Tengah tahun 2019
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang keluhan musculoskeletal dan literature-
faktor yang berhubungan dengan kejadian literatur yang menunjang penelitian ini.
keluhan musculoskeletal pada pengrajin ukiran Teknik analisis data yang digunakan
kayu. adalah analisis univariat dan bivariate dengan
uji statistic chi-square untuk mengetahui
Metode hubungan dua variabel yaitu variabel bebas
Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan variabel terikat. Penelitian ini melibatkan
deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross manusia sehingga wajib memiliki ethical
sectional. Penelitian dilakukan di Sentra Ukir clearance, no register ethical clearance
Kayu Jepara pada bulan Maret 2021. Variabel penelitian ini yaitu 044/KEPK/EC/2021.
dalam penelitian ini adalah usia, masa kerja,
lama kerja, sikap kerja, status gizi, aktivitas Hasil dan Pembahasan
olahraga, beban kerja, dan getaran. Populasi Hasil penelitian yang telah dilakukan
dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja diketahui bahwa keluhan musculoskeletal yang
atau pengrajin ukiran kayu di Sentra Ukir paling banyak dirasakan oleh responden yaitu
Jepara yang berjumlah 264 orang. Perhitungan pada bagian tangan kanan sebanyak 78 pekerja

620
Junio Agam Mahendra, Anik Setyo Wahyuningsih / Faktor yang Berhubungan / IJPHN (1) (3) (2021)

(97,5%), pergelangan tangan kanan sebanyak Kategori status gizi tidak normal dengan hasil
77 pekerja (96,25%), lengan bawah kanan IMT ≥25,0 dan kategori status gizi normal
sebanyak 76 pekerja (95%), lengan atas kanan dengan hasil IMT 18,5 – 24,9. Variabel sikap
sebanyak 71 pekerja (88,75%) dan keluhan kerja diketahui terdapat 48 responden (60%)
paling sedikit sebanyak 7 pekerja (8,75%) yaitu memiliki sikap kerja tidak normal, sedangkan
pada siku kanan dan kaki kiri. Sedangkan bagian 32 responden (40%) memiliki sikap kerja
yang tidak mengalami keluhan musculoskeletal normal. Kategori sikap tidak normal dengan
paling banyak yaitu pada bagian kaki kiri dan hasil skor REBA 8-15, sedangkan kategori sikap
siku kanan sebanyak 73 pekerja (91,25%). kerja normal dengan hasil skor REBA 1-7.
Pada tabel 1 berdasarkan hasil penelitian Variabel aktivitas olahraga diketahui bahwa
menunjukkan variabel usia terdapat 40 terdapat 38 responden (47,5%) melakukan
responden (50%) berusia ≥30 tahun, begitu aktivitas olahraga <30 menit dan ≤3 kali
juga terdapat 40 responden (50%) berusia perminggu, sedangkan 42 responden (52,5%)
<30 tahun. Variabel masa kerja diketahui melakukan aktivitas olahraga ≥30 menit dan
terdapat 52 responden (65%) memiliki masa >3 kali perminggu. Variabel beban kerja
kerja >5 tahun, sedangkan 28 responden dengan menggunakan teknik perhitungan
(35%) memiliki masa kerja ≤5 tahun. Variabel cardiovascular diketahui terdapat 21 responden
lama kerja diketahui terdapat 45 responden (26,25%) memiliki beban kerja >80% CVL,
(56,25%) dengan lama kerja >8 jam perhari, sedangkan 59 responden (73,75%) memiliki
sedangkan 35 responden (43,75%) dengan beban kerja ≤80% CVL. Variabel getaran
lama kerja ≤8 jam perhari. Variabel status gizi diketahui bahwa terdapat 16 responden
dengan menggunakan teknik perhitungan (20%) terdapat getaran pada alat kerja >6 m/
IMT diketahui terdapat 29 responden (36,25%) s2, sedangkan 64 responden (80%) terdapat
dengan hasil IMT tidak normal, sedangkan 51 getaran pada alat kerja ≤6 m/s2.
responden (63,75%) dengan hasil IMT normal.
Tabel 1. Hasil Analisis Univariat
Karakteristik Responden Kategori Frekuensi Presentase(%)
Usia ≥30 tahun 40 50%
<30 tahun 40 50%
Masa Kerja >5 tahun 52 65%
≤5 tahun 28 35%
Lama Kerja >8 jam 45 56,25%
≤8 jam 35 43,75%
Status Gizi Tidak Normal 29 36,25%
Normal 51 63,75%
Sikap Kerja Tidak Normal 48 60%
Normal 32 40%
Aktivitas Olahraga <30 menit dan ≤3 kali perminggu 38 47,5%
≥30 menit dan >3 kali perminggu 42 52,5%
Beban Kerja >80% CVL 21 26,25%
≤80% CVL 59 73,75%
Getaran >6 m/s2 16 20%
≤6 m/s2 64 80%
Hasil analisis bivariat yang ditunjukkan (p-value = 0,000). Sedangkan tidak terdapat
pada tabel 2 diperoleh dari hasil uji chi square hubungan antara lama kerja (p-value = 0,713),
yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan status gizi (p-value = 0,847), aktivitas olahraga
antara variabel yang berhubungan dengan (p-value = 0,248), getaran (p-value = 0,057)
kejadian keluhan muskuloskeletal yaitu usia dengan kejadian keluhan musculoskeletal pada
(p-value = 0,000), masa kerja (p-value = 0,000), pengrajin ukiran kayu di Sentra Ukir Jepara.
sikap kerja (p-value = 0,000), beban kerja Analisis hubungan antara usia dengan

621
Junio Agam Mahendra, Anik Setyo Wahyuningsih / Faktor yang Berhubungan / IJPHN (1) (3) (2021)

kejadian keluhan musculoskeletal pada kemampuan kerja jaringan tubuh (otot,


pengrajin ukiran kayu di Sentra Ukir Jepara tendon, sendi, dan ligamen). Sejalan dengan
menggunakan uji statistik uji chi-square dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada
menggunakan α = 0,05 dan Confidence Interval tulang dan keadaan ini mulai terjadi di saat
(CI) sebesar 95% menunjukkan hasil p-value < seseorang berusia 30 tahun. Pada umumnya
0,05 (0,000) yang artinya terdapat hubungan keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada
bermakna antara usia dengan kejadian keluhan umur 30 tahun dan semakin meningkat pada
musculoskeletal pada pengrajin ukiran kayu umur 40 tahun ke atas (Rahayu, 2012).
di Sentra Ukir Jepara. Terdapatnya hubungan Hasil penelitian (Tambuwun et al., 2020)
yang bermakna secara statistik antara usia mendapatkan 17 responden berusia ≥30 dengan
dengan kejadian keluhan musculoskeletal pada keluhan sedang dan 36 responden dengan
pengrajin ukiran kayu dibuktikan dengan hasil keluhan berat; 12 responden yang berusia <30
penelitian yang dilakukan kepada 80 responden. tahun dengan keluhan sedang dan 3 responden
Terdapat 32 pekerja (40%) yang berusia ≥30 dengan keluhan berat. Pada usia 30 tahun
tahun yang berisiko tinggi mengalami keluhan mengalami kemunduran seperti regenerasi
muskuloskeletal, dan terdapat 8 pekerja (10%) jaringan ke jaringan parut, penurunan cairan,
yang berusia ≥30 tahun berisiko rendah dan kerusakan jaringan.
mengalami keluhan muskuloskeletal. Pada usia Terdapat alasan kenapa semakin tua
<30 tahun terdapat 11 pekerja (13,75%) berisiko usia seseorang berpengaruh terhadap keluhan
tinggi mengalami keluhan musculoskeletal, nyeri otot, karena pada usia 30 tahun an
dan terdapat 29 pekerja (36,25%) yang berusia seseorang mulai mengalami kemunduran
<30 tahun berisiko rendah mengalami keluhan seperti regenerasi jaringan ke jaringan parut,
musculoskeletal. penurunan cairan, dan kerusakan jaringan.
Hal ini sejalan dengan penelitian Hal itu mengakibatkan stabiIitas di otot dan
(Hidayat et al., 2018). Yang menyatakan bahwa tulang menurun. Semakin bertambahnya umur
terdapat hubungan yang bermakna antara individu, maka semakin tinggi risiko individu
faktor usia dengan keluhan muskuloskeletal. mengalami kemerosotan elastisitas di tulang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor sehingga memicu munculnya gejala (Santosa &
usia berkaitan erat dengan proses degeneratif Ariska, 2018).
yang terjadi pada otot, tulang dan sendi. Analisis hubungan antara masa kerja
Jaringan otot akan kehilangan elastisitasnya dan dengan kejadian keluhan musculoskeletal
sendi akan kehilangan cairan sendi sehingga pada pengrajin ukiran kayu di Sentra Ukir
berhubungan dengan terjadinya keluhan Jepara menggunakan uji statistik uji chi-square
muskuloskeletal. Karakteristik pekerjaan dengan menggunakan α = 0,05 dan Confidence
mebel ukir seperti mengangkat kayu, mengukir Interval (CI) sebesar 95% menunjukkan hasil
pola dengan sikap kerja yang tidak alamiah, p-value < 0,05 (0,000) yang artinya terdapat
dilakukan berulang-ulang dan menuntut hubungan bermakna antara masa kerja
pengerahan otot yang besar merupakan faktor dengan kejadian keluhan musculoskeletal pada
kombinasi antara umur dan faktor pekerjaan pengrajin ukiran kayu di Sentra Ukir Jepara.
yang sangat berisiko menyebabkan kelelahan Terdapatnya hubungan yang bermakna secara
muskuloskeletal. Selain itu sebagian besar statistik antara masa kerja dengan kejadian
pekerja berumur di atas 35 tahun dimana keluhan musculoskeletal pada pengrajin ukiran
responden yang berumur lebih atau sama kayu dibuktikan dengan hasil penelitian yang
dengan 35 tahun memiliki risiko 9 kali untuk dilakukan kepada 80 responden. Terdapat
mengalami keluhan muskuloskeletal. 36 pekerja (45%) yang memiliki masa
Menurut penelitian yang dilakukan oleh kerja >5 tahun berisiko tinggi mengalami
Rahayu, pada tahun 2012 pada pekerja dengan keluhan muskuloskeletal, dan terdapat 16
usia ≥ 30 memiliki risiko 4,4 kali mengalami pekerja (20%) yang memiliki masa kerja >5
keluhan muskuloskeletal tingkat tinggi tahun berisiko rendah mengalami keluhan
dibanding pekerja dengan usia < 30 tahun. muskuloskeletal. Kemudian pada pekerja
Pertambahan umur menyebabkan penurunan yang memiliki masa kerja ≤5 tahun terdapat

622
Junio Agam Mahendra, Anik Setyo Wahyuningsih / Faktor yang Berhubungan / IJPHN (1) (3) (2021)

7 pekerja (8,75%) berisiko tinggi mengalami Hasil ini sejalan dengan penelitian
keluhan musculoskeletal, dan terdapat 21 yang dilakukan oleh (Belayana et al., 2014)
pekerja (26,25%) yang memiliki masa kerja mengatakan bahwa hasil analisis menggunakan
≤5 tahun berisiko rendah mengalami keluhan uji Chi-square dengan alpha = 0,05
muskuloskeletal. menunjukkan lama kerja pengrajin ukiran kayu
Hasil penelitian ini sejalan juga dengan mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,550
penelitian yang dilakukan oleh (Wirakesuma et (sig>0,05) yang berarti tidak ada perbedaan.
al., 2019) menunjukkan masa kerja responden Dengan tidak ada perbedaan yang diperoleh
memiliki rerata 22,64 tahun. Dengan masa dari hasil analisis yang telag dilaksanakan ini
kerja terendah 2 tahun dan masa kerja berarti tidak ada hubungan antara lama kerja
tertinggi 50 tahun. Masa kerja yang tinggi dengan keluhan nyeri tengkuk pada pengrajin
diakibatkan pekerjaan yang telah ditekuni ukiran kayu di Banjar Cebaang, Desa Serongga,
secara turun-temurun di wilayah tersebut. Kecamatan Gianyar itu karena pekerja yang
Analisis menggunakan Independent-samples tidak formal umumnya tidak mempunyai waktu
T Test menunjukkan bahwa terdapat hubungan terjadwal atau waktu tetap dalam melakukan
yang signifikan antara masa kerja dengan pekerjaan.
keluhan nyeri punggung bawah. Rerata masa Peneliltian ini sejalan dengan
kerja yang memiliki keluhan nyeri punggung penelitian yang dilakukan oleh (Artana, 2016)
bawah sebesar 24,86 tahun, sedangkan rerata menunjukkan hasil uji statistik dengan Regresi
masa kerja yang tidak memiliki keluhan nyeri Logistik Ganda pada α 0,05 didapatkan nilai
punggung bawah sebesar 9,5 tahun. Hasil ini p (0,134)>0,05 pada variabel usia. Nilai p
menunjukkan bahwa semakin tinggi masa (0,053)>0,05 pada variabel lama bekerja.
kerja pengrajin ukir kayu, maka keluhan nyeri Sehingga tidak ada hubungan yang signifikan
punggung bawah semakin berisiko. usia dan lama bekerja dengan kejadian Low
Analisis hubungan antara lama kerja Back Pain (LBP) pada pemahat kayu di Banjar
dengan kejadian keluhan musculoskeletal Samu Singapadu Kaler.
pada pengrajin ukiran kayu di Sentra Ukir Semua pengrajin ukiran kayu bekerja
Jepara menggunakan uji statistik uji chi-square tanpa paksaan karena tidak ada aturan resmi
dengan menggunakan α = 0,05 dan Confidence terutama yang berhubungan dengan waktu
Interval (CI) sebesar 95% menunjukkan hasil kerja, pengrajin bekerja atas dasar kesadaran
p-value > 0,05 (0,713) yang artinya tidak sendiri sesuai dengan waktu yang tersedia
terdapat hubungan bermakna antara lama terutama bagi pengrajin yang mengambil
kerja dengan kejadian keluhan musculoskeletal pekerjaan dengan sistem borongan. Dan jika
pada pengrajin ukiran kayu di Sentra Ukir bekerja lembur pengrajin ukiran kayu tidak
Jepara. Tidak terdapatnya hubungan yang melebihi 10 jam atau penambahan waktu
bermakna secara statistik antara lama kerja kerja kurang lebih 2 jam supaya tidak berisiko
dengan kejadian keluhan musculoskeletal mengalami keluhan nyeri tengkuk (Belayana et
pada pengrajin ukiran kayu dibuktikan dengan al., 2014).
hasil penelitian yang dilakukan kepada 80 Analisis hubungan antara status gizi
responden. Terdapat 25 pekerja (31,25%) dengan kejadian keluhan musculoskeletal
yang memiliki lama kerja >8 jam berisiko pada pengrajin ukiran kayu di Sentra Ukir
tinggi mengalami keluhan muskuloskeletal, Jepara menggunakan uji statistik uji chi-square
dan terdapat 20 pekerja (25%) yang memiliki dengan menggunakan α = 0,05 dan Confidence
lama kerja >8 jam berisiko rendah mengalami Interval (CI) sebesar 95% menunjukkan hasil
keluhan muskuloskeletal. Kemudian pada p-value > 0,05 (0,847) yang artinya tidak
pekerja yang memiliki lama kerja ≤8 jam terdapat hubungan bermakna antara status gizi
terdapat 18 pekerja (22,5%) berisiko tinggi dengan kejadian keluhan musculoskeletal pada
mengalami keluhan musculoskeletal, dan pengrajin ukiran kayu di Sentra Ukir Jepara.
terdapat 17 pekerja (21,25%) yang memiliki Tidak terdapatnya hubungan yang bermakna
lama kerja ≤8 jam berisiko rendah mengalami secara statistik antara status gizi dengan kejadian
keluhan muskuloskeletal. keluhan musculoskeletal pada pengrajin ukiran

623
Junio Agam Mahendra, Anik Setyo Wahyuningsih / Faktor yang Berhubungan / IJPHN (1) (3) (2021)

kayu dibuktikan dengan hasil penelitian yang keluhan musculoskeletal pada pengrajin ukiran
dilakukan kepada 80 responden. Terdapat 16 kayu dibuktikan dengan hasil penelitian yang
pekerja (20%) yang memiliki status gizi tidak dilakukan kepada 80 responden. Terdapat 42
normal berisiko tinggi mengalami keluhan pekerja (52,5%) yang memiliki sikap kerja tidak
muskuloskeletal, dan terdapat 13 pekerja normal berisiko tinggi mengalami keluhan
(16,25%) yang memiliki status gizi tidak muskuloskeletal, dan terdapat 6 pekerja (7,5%)
normal berisiko rendah mengalami keluhan yang memiliki sikap kerja tidak normal berisiko
muskuloskeletal. Kemudian pada pekerja yang rendah mengalami keluhan muskuloskeletal.
memiliki status gizi normal terdapat 27 pekerja Kemudian pada pekerja yang memiliki sikap
(33,75%) berisiko tinggi mengalami keluhan kerja normal terdapat 1 pekerja (1,25%) berisiko
musculoskeletal, dan terdapat 24 pekerja (30%) tinggi mengalami keluhan musculoskeletal, dan
yang memiliki status gizi normal berisiko terdapat 31 pekerja (38,75%) yang memiliki
rendah mengalami keluhan muskuloskeletal. sikap kerja normal berisiko rendah mengalami
Penelitian ini sejalan dengan penelitian keluhan muskuloskeletal.
yang dilakukan oleh (Handayani, 2011), Berdasarkan penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa dari 12 responden yang oleh (Kawi et al., 2020) dengan hasil uji analisis
dikategorikan kurus dan yang mengalami spearman’n rho mengenai hubungan antara
MSDs sebanyak 9 orang (75%). Sedangkan posisi kerja dengan kejadian nyeri punggung
responden yang memiliki IMT normal yang bawah non spesifik pada pengrajin ukiran
mengalami keluhan MSDs sebanyak 29 orang kayu di UD. Murjayadi Style/Ukir Kayu Stil
dari 43 pekerja (67,4%). Berdasarkan hasil Bali Kabupaten Gianyar menunjukkan bahwa
uji statistic diperoleh p value sebesar 0,348 terdapat hubungan yang signifikan dengan
(p value > 0,05) sehingga dapat disimpulkan hasil nilai p yaitu sebesar 0,000 (p<0,05).
bahwa tidak ada hubungan antara indeks masa Penelitian ini sejalan dengan penelitian
tubuh dengan keluhan MSDs yang dialami oleh yang dilakukan oleh (Wirakesuma et al., 2019)
pekerja pada bagian polishing di PT. Surya Toto menyatakan bahwa sikap kerja responden
Indonesia. menunjukkan sebesar 85,5% pengrajin bekerja
Hasil penelitian ini sesuai dengan dengan posisi membungkuk. Pengrajin yang
penelitian yang dilakukan oleh (Miyamoto et bekerja dengan posisi duduk membungkuk
al., 2008) yang menyebutkan bahwa pekerja memiliki risiko 42,56 kali untuk mengalami
yang mengalami low back pain dan yang tidak keluhan nyeri punggung bawah dibandingkan
mengalami low back pain (LBP) sama-sama dengan pengrajin dengan posisi duduk tegak.
mempunyai IMT normal. Sehingga tidak ada Analisis hubungan antara aktivitas
hubungan antara IMT dengan kejadian LBP olahraga dengan kejadian keluhan
pada pekerja. Penelitian ini juga didukung musculoskeletal pada pengrajin ukiran kayu di
oleh (Arwinno, 2018) yang menyatakan bahwa Sentra Ukir Jepara menggunakan uji statistik
tidak ada hubungan bermakna antara status uji chi-square dengan menggunakan α = 0,05
gizi (IMT) dengan terjadinya keluhan low back dan Confidence Interval (CI) sebesar 95%
pain. menunjukkan hasil p-value > 0,05 (0,248) yang
Analisis hubungan antara sikap kerja artinya tidak terdapat hubungan bermakna
dengan kejadian keluhan musculoskeletal antara aktivitas olahraga dengan kejadian
pada pengrajin ukiran kayu di Sentra Ukir keluhan musculoskeletal pada pengrajin ukiran
Jepara menggunakan uji statistik uji chi-square kayu di Sentra Ukir Jepara. Tidak terdapatnya
dengan menggunakan α = 0,05 dan Confidence hubungan yang bermakna secara statistik
Interval (CI) sebesar 95% menunjukkan hasil antara aktivitas olahraga dengan kejadian
p-value < 0,05 (0,000) yang artinya terdapat keluhan musculoskeletal pada pengrajin ukiran
hubungan bermakna antara sikap kerja kayu dibuktikan dengan hasil penelitian yang
dengan kejadian keluhan musculoskeletal pada dilakukan kepada 80 responden. Terdapat
pengrajin ukiran kayu di Sentra Ukir Jepara. 23 pekerja (28,75%) yang melakukan
Terdapatnya hubungan yang bermakna secara aktivitas olahraga <30 menit dan ≤3 kali
statistik antara sikap kerja dengan kejadian perminggu berisiko tinggi mengalami keluhan

624
Junio Agam Mahendra, Anik Setyo Wahyuningsih / Faktor yang Berhubungan / IJPHN (1) (3) (2021)

muskuloskeletal, dan terdapat 15 pekerja Jepara menggunakan uji statistik uji chi-square
(18,75%) yang melakukan aktivitas olahraga dengan menggunakan α = 0,05 dan Confidence
<30 menit dan ≤3 kali perminggu berisiko Interval (CI) sebesar 95% menunjukkan hasil
rendah mengalami keluhan muskuloskeletal. p-value < 0,05 (0,000) yang artinya terdapat
Kemudian pada pekerja yang melakukan hubungan bermakna antara beban kerja
aktivitas olahraga ≥30 menit dan >3 kali dengan kejadian keluhan musculoskeletal pada
perminggu terdapat 20 pekerja (25%) berisiko pengrajin ukiran kayu di Sentra Ukir Jepara.
tinggi mengalami keluhan musculoskeletal, Terdapatnya hubungan yang bermakna secara
dan terdapat 22 pekerja (27,5%) yang statistik antara beban kerja dengan kejadian
melakukan aktivitas olahraga ≥30 menit dan keluhan musculoskeletal pada pengrajin ukiran
>3 kali perminggu berisiko rendah mengalami kayu dibuktikan dengan hasil penelitian yang
keluhan muskuloskeletal. dilakukan kepada 80 responden. Terdapat
Penelitian ini sejalan dengan penelitian 20 pekerja (25%) yang memiliki beban kerja
yang dilakukan oleh (Fajri, 2015), berdasarakan >80% CVL berisiko tinggi mengalami keluhan
hasil analisis univariat antara kesegaran jasmani muskuloskeletal, dan terdapat 1 pekerja (1,25%)
dengan keluhan muskuloskeletal didapatkan yang memiliki beban kerja >80% CVL berisiko
hasil bahwa mayoritas pekerja laundry tidak rendah mengalami keluhan muskuloskeletal.
rutin melakukan kebiasaan berolah raga yaitu Kemudian pada pekerja yang memiliki
sebanyak 44 pekerja (88%). Berdasarkan beban kerja ≤80% CVL terdapat 23 pekerja
hasil uji statistik antara kesegaran jasmani (28,75%) berisiko tinggi mengalami keluhan
dengan keluhan muskuloskeletal diperoleh musculoskeletal, dan terdapat 36 pekerja (45%)
hasil bahwa tidak ada hubungan antara dua yang memiliki beban kerja ≤80% CVL berisiko
variabel. Hasil nilai r = 0,129 menunjukan rendah mengalami keluhan muskuloskeletal.
bahwa kedua variabel tersebut mempunyai Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
hubungan yang sangat lemah, artinya sering penelitian (Michael Dwi Cahyono et al., 2017)
tidaknya melakukan kebiasaan olah raga terdapat hubungan yang bermakna antara
tidak meningkatkan munculnya keluhan beban kerja dengan keluhan muskuloskeletal
muskuloskeletal. pada petani di Desa Ahuhu Kecamatan Meluhu
Penelitian ini juga sejalan Kabupaten Konawe.
dengan penelitian yang dilakukan oleh Penelitian ini juga sesuai dengan
(Tjahayuningtyas, 2019), berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Putra, 2015)
analisis penelitian yang telah dilakukan pada tenaga kerja angkat-angkut di PT
menunjukkan sebagian besar yaitu 29 Bahama Lasaka Ceper Klaten menunjukkan
responden tidak memiliki kebiasaan olahraga hubungan antara Masa Kerja dan Beban
dan hanya 9 pekerja saja yang memiliki Kerja dengan Keluhan Muskuloskeletal pada
kebiasaan berolahraga. Berdasarkan tingkat Pengrajin Gerabah di Desa Pulutan Kecamatan
keluhan, diketahui bahwa tingkat keluhan Remboken Kabupaten Minahasa bahwa
MSDs pada kategori yang tinggi paling banyak terdapat hubungan antara beban kerja fisik
dialami oleh pekerja yang tidak memiliki dengan keluhan muskuloskeletal.
kebiasaan berolahraga sebanyak 4 responden. Adapun penelitian lain yang dilakukan
Hasil analisis diperoleh nilai sig=0,297 (α=0,05) pada pekerja keramik di Nesyabur, Provinsi
yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang Khorasan, Iran oleh (Kattang, 2018)
berarti antara kebiasaan olahraga pekerja di dengan mencari hubungan antara keluhan
industri Pembuatan Tahu dengan kejadian muskuloskeletal dengan beban kerja. Melalui
keluhan MSDs yang dirasakan. Nilai coeff studi potong lintang dengan melakukan uji
(Cramer’s) =0,253 yang berarti bahwa kekuatan korelasi pearson dan beberapa uji lainnya
hubungan antara kebiasaan olahraga dengan yang dilaksanakan pada enam puluh lima
keluhan muskuloskeletal memang rendah. pekerja keramik, menunjukkan bahwa terdapat
Analisis hubungan antara beban kerja hubungan yang signifikan antara beban
dengan kejadian keluhan musculoskeletal kerja dengan keluhan muskuloskeletal yang
pada pengrajin ukiran kayu di Sentra Ukir didasarkan pada nilai p value kurang dari taraf

625
Junio Agam Mahendra, Anik Setyo Wahyuningsih / Faktor yang Berhubungan / IJPHN (1) (3) (2021)

signifikansi. getaran ≤6 m/s2 berisiko rendah mengalami


Analisis hubungan antara getaran keluhan muskuloskeletal.
dengan kejadian keluhan musculoskeletal Penelitian ini sejalan dengan penelitian
pada pengrajin ukiran kayu di Sentra Ukir yang dilakukan oleh (Fajri, 2015), berdasarkan
Jepara menggunakan uji statistik uji chi-square hasil uji statistik antara getaran dengan
dengan menggunakan α = 0,05 dan Confidence keluhan muskuloskeletal diperoleh hasil tidak
Interval (CI) sebesar 95% menunjukkan hasil ada hubungan antara kedua variabel. Nilai
p-value < 0,05 (0,057) yang artinya terdapat hasil yang didapat r = 0,213 menunjukan
hubungan bermakna antara getaran dengan bahwa mempunyai arah hubungan yang
kejadian keluhan musculoskeletal pada sangat lemah, artinya semakin lemah getaran
pengrajin ukiran kayu di Sentra Ukir Jepara. yang diterima pekerja laundry maka semakin
Tidak terdapatnya hubungan yang bermakna tidak mempengaruhi tingginya keluhan
secara statistik antara getaran dengan kejadian muskuloskeletal.
keluhan musculoskeletal pada pengrajin ukiran Penelitian ini sejalan dengan penelitian
kayu dibuktikan dengan hasil penelitian yang yang dilakukan oleh (Cindyastira et al., 2014)
dilakukan kepada 80 responden. Terdapat menyatakan hasil analisis menggunakan uji
12 pekerja (15%) yang terpapar getaran >6 chi-square mengenai hubungan intensitas
m/s2 berisiko tinggi mengalami keluhan getaran dengan keluhan MSDs menunjukkan
muskuloskeletal, dan terdapat 4 pekerja bahwa tidak ada hubungan antara intensitas
(5%) yang terpapar getaran >6 m/s2 berisiko getaran dengan keluhan MSDs pada pekerja
rendah mengalami keluhan muskuloskeletal. paving block, hal tersebut dipengaruhi juga
Kemudian pada pekerja yang terpapar getaran bahwa tidak semua pekerja berada disekitar
≤6 m/s2 terdapat 31 pekerja (38,75%) berisiko sumber getaran, yaitu alat atau mesin press,
tinggi mengalami keluhan musculoskeletal, pekerja lebih banyak bekerja di bagian produksi
dan terdapat 33 pekerja (41,25%) yang terpapar dibanding bekerja di sekitar alat.
Tabel 2. Hasil Analisis Bivariat
Variabel Bebas P value Kesimpulan
Usia 0,000 Berhubungan
Masa Kerja 0,000 Berhubungan
Lama Kerja 0,713 Tidak berhubungan
Status Gizi 0,847 Tidak berhubungan
Sikap Kerja 0,000 Berhubungan
Aktivitas Olahraga 0,248 Tidak berhubungan
Beban Kerja 0,000 Berhubungan
Getaran 0,057 Tidak berhubungan

Kesimpulan Daftar Pustaka


Berdasarkan hasil penelitian dapat Artana, I. W. (2016). Hubungan Usia dan Lama
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara Bekerja Sebagai Pemahat Kayu dengan
variabel yang berhubungan dengan kejadian Kejadian Low Back Pain (LBP) di Banjar
keluhan muskuloskeletal yaitu usia (p-value Samu. Jurnal Dunia Kesehatan, 5(1),
54–56. https://media.neliti.com/media/
= 0,000), masa kerja (p-value = 0,000), sikap
publications/76569-ID-hubungan-usia-dan-
kerja (p-value = 0,000), beban kerja (p-value lama-bekerja-sebagai-p.pdf
= 0,000). Sedangkan tidak terdapat hubungan Arwinno, L. D. (2018). Keluhan Nyeri Punggung
antara lama kerja (p-value = 0,713), status Bawah pada Penjahit Garmen. Higeia Journal
gizi (p-value = 0,847), aktivitas olahraga Of Public Health Research And Development,
(p-value = 0,248), getaran (p-value = 0,057) 2(3), 406–416.
dengan kejadian keluhan musculoskeletal pada Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara. (2017).
pengrajin ukiran kayu di Sentra Ukir Jepara. Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara.
Belayana, I. B. G. B., Darmadi, I. G. W., & Mahayana,
I. M. B. (2014). Hubungan Faktor Waktu

626
Junio Agam Mahendra, Anik Setyo Wahyuningsih / Faktor yang Berhubungan / IJPHN (1) (3) (2021)

Kerja, Waktu Istirahat dan Sikap Kerja org/10.24843/mifi.2020.v08.i03.p11


terhadap Keluhan Nyeri Tengkuk pada Kemenkes RI. (2014). Pedoman Manajemen
Pengerajin Ukiran Kayu. Jurnal Kesehatan Pelayanan Kesehatan. In Jakarta:
Lingkungan, Volume 4(No. 1), 6–15. http:// Kementerian Kesehatan RI.
w w w. p oltek ke s - d e np as ar. a c . i d / f i l e s / Mayasari, D., & Saftarina, F. (2016). Ergonomi
JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN/Ida Sebagai Upaya Pencegahan Musculoskletal
Bagus Gde Bayu Belayana1, I Gede Wayan Disorders pada Pekerja. Jurnal Kedokteran
Darmadi2,.pdf Universitas Lampung, 1(2), 369–379. http://
BPS Provinsi Jawa Tengah. (2019). Provinsi juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/JK/
Jawa Tengah Dalam Angka 2019. article/view/1643
Provinsi Jawa Tengah Dalam Angka Michael Dwi Cahyono et al. (2017). Jurnal
2019, 557 halaman. https://jateng. ilmiah mahasiswa kesehatan masyarakat
bps.go.id/public at ion/2019/08/16/ vol. 2/no.6/mei 2017; issn 2502-731x,. J
fcb9efa7796cdbc491325688/provinsi-jawa- Kesimkesmas Jurnal Ilmiah Mahasiswaehatan
tengah-dalam-angka-2019.html Masyarakat, 2(6), 1–10. https://scholar.
Bukhori, E. (2010). Hubungan Faktor Risiko google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5
Pekerjaan Dengan Terjadinya Keluhan &q=ANALISIS+FAKTOR+YANG+BERH
Musculoskeletal Disorder (MSDs) Pada UBUNGAN+DENGAN+KEJADIAN+DIS
Tukang Angkat Beban Pnambang Emas Di MINOREA+PADA+REMAJA+PUTRI+D
Kecamatan Cilograng Kabupaten Lebak I+SMA+NEGERI+8+KENDARI+TAHUN
Tahun 2010. HUBUNGAN FAKTOR RISIKO +2016&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3D-
PEKERJAAN DENGAN TERJADINYA PUIgJODuy4J%0A%0A
KELUHAN MUSCULOSKELETAL Miyamoto, M., Konno, S., Gembun, Y., Liu, X.,
DISORDERS (MSDs) PADA TUKANG Minami, K., & Ito, H. (2008). Epidemiological
ANGKUT BEBAN PENAMBANG EMAS DI study of low back pain and occupational risk
KECAMATAN CILOGRANG KABUPATEN factors among taxi drivers. Industrial Health,
LEBAK TAHUN 2010, 1–93. 46(2), 112–117. https://doi.org/10.2486/
Cindyastira, D., Russeng, S., & Wahyuni, A. indhealth.46.112
(2014). Intensitas Getaran dengan Keluhan Putra, E. N. P. (2015). Muskuloskeletal Pada Tenaga
Musculoskeletal Disorders (MSDs). Media Kerja Angkat-Angkut Pt . Bahama Lasakka
Kesehatan Masyarakat Indonesia, 10(4), 234– Ceper Klaten.
240. http://journal.unhas.ac.id/index.php/ Rahayu, S. (2012). Analisis Beban Kerja Fisik Dengan
mkmi/article/view/506 Metode Pendekatan Fisiologis Pada Pekerja
Fajri, P. N. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Perbaikan Kapal Divisi Konstruksi Pt X,
Dengan Keluhan Muskuloskeletal Pekerja Wajok, Kalimantan Barat. Jurnal Kesehatan
Laundry Di Keluahan Muktiharjo Kidul Masyarakat Universitas Diponegoro, 2(1),
Semarang. 2015, 1–16. 18768.
Handayani, W. (2011). Faktor-faktor yang Santosa, A., & Ariska, D. K. (2018). Faktor-Faktor
berhubungan dengan keluhan. yang Berhubungan dengan Kejadian
HES. (2011). The Health and Safety Executive Annual Musculoskeletal Disorders pada Pekerja
Report and Accounts 2011/12. Batik di Kecamatan Sokaraja Banyumas.
Hidayat, R., Hariyono, W., & Sutomo, A. H. (2018). Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan, 16(1),
Causes of musculoskeletal complaint on 42–46.
carving crafters in Bantul. Berita Kedokteran Shobur, S., Maksuk, M., & Sari, F. I. (2019).
Masyarakat, 32(8), 251. https://doi. FAKTOR RISIKO MUSCULOSKELETAL
org/10.22146/bkm.9818 DISORDERS (MSDs) PADA PEKERJA
Kattang. (2018). Kesehatan Kerja Dalam Perspektif TENUN IKAT DI KELURAHAN TUAN
Hiperkes & Keselamatan Kerja. Jakarta: KENTANG KOTA PALEMBANG. Jurnal
Erlangga. Jurnal KESMA, 7, 4. Medikes (Media Informasi Kesehatan), 6(2),
Kawi, I. K. R. S. P., Saraswati, P. A. S., & Primayanti, 113–122. https://doi.org/10.36743/medikes.
I. D. A. I. D. (2020). Hubungan Posisi Kerja v6i2.188
Terhadap Kejadian Nyeri Punggung Bawah Tambuwun, J. H., Malonda, N. S. H., & Kawatu, P.
Non Spesifik Pada Pengrajin Ukiran Kayu A. T. (2020). Hubungan Antara Usia dan
Di Ud. Murjayadi Style/Ukir Kayu Stil Masa Kerja dengan Keluhan Muskulo-
Bali Kabupaten Gianyar. Majalah Ilmiah skeletal pada Pekerja Mebel di Desa Leilem
Fisioterapi Indonesia, 8(3), 24. https://doi. Dua Kecamatan Sonder. Medical Scope

627
Junio Agam Mahendra, Anik Setyo Wahyuningsih / Faktor yang Berhubungan / IJPHN (1) (3) (2021)

Journal, 1(2), 1–6. https://doi.org/10.35790/ Indonesian Journal of Occupational Safety


msj.1.2.2020.27201 and Health, 8(1), 1. https://doi.org/10.20473/
Tarwaka. (2014). Keselamatan Dan Kesehatan Kerja ijosh.v8i1.2019.1-10
(K3). Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Wirakesuma, P. N. D., Sawitri, A. A. S., & Sari, K. A.
(K3), 163. K. (2019). Hubungan antara perilaku duduk
Tjahayuningtyas, A. (2019). FAKTOR YANG pengrajin ukir kayu dengan nyeri punggung
MEMPENGARUHI KELUHAN bawah di Kecamatan Tegallalang, Gianyar,
MUSCULOSKELETAL DISORDERS Bali. Intisari Sains Medis, 10(3), 649–654.
(MSDs) PADA PEKERJA INFORMAL. The https://doi.org/10.15562/ism.v10i3.475

628

Anda mungkin juga menyukai