Abstract
Background: Musculoskeletal Disorders (MSDs) are a group of disorders related to mus-
cle tissue, tendons, ligaments, cartilage, nervous system, bone structure and blood vessels.
Wood carving craftsmen have a risk of musculoskeletal complaints. The purpose of this
study was to determine the factors associated with the incidence of musculoskeletal com-
plaints in wood carving craftsmen.
Methods: this type of research is descriptive quantitative with a cross sectional approach
using purposive sampling method that is a number of 80 workers, the instruments used are
measuring instruments, observations and questionnaires. Data were analyzed using chi-
square test. The study was conducted in March-April 2021.
Results: the results of the study showed that the variables related to the incidence of mus-
culoskeletal complaints were age (p=0.000), years of service (p=0.000), work attitude
(p=0.000), workload (p=0.000) =0.000). There was no relationship with the incidence of
musculoskeletal complaints, namely length of work (p = 0.822), nutritional status (p =
1,000), sports activities (p = 0.270) and vibration (p = 0.091).
Conclusion: the conclusion in this study is that there is a relationship between age, tenure,
work attitude, workload, and there is no relationship between length of work, nutritional
status, sports activities, and vibration with the incidence of musculoskeletal complaints.
Correspondence Address: pISSN 2798-4265
Universitas Negeri Semarang, Indonesia. eISSN 2776-9968
Email : junioagam9@gmail.com
618
Junio Agam Mahendra, Anik Setyo Wahyuningsih / Faktor yang Berhubungan / IJPHN (1) (3) (2021)
619
Junio Agam Mahendra, Anik Setyo Wahyuningsih / Faktor yang Berhubungan / IJPHN (1) (3) (2021)
disorders selain disebabkan oleh faktor sampel menggunakan rumus slovin, sehingga
lingkungan kerja juga disebabkan oleh faktor diperoleh sampel minimal sebanyak 73 orang.
individu seperti usia, masa kerja, sikap kerja, Untuk menghindari terjadinya drop out atau
kebiasaan merokok dan kebiasaan olahraga. missing jawaban responden maka jumlah
Kurangnya perhatian dan penanganan yang sampel dilebihkan sebesar 10% sehingga
tepat terhadap kasus musculoskeletal disorders jumlah sampel keseluruhan menjadi 80 orang.
pada pekerja akan menyebabkan permasalahan Teknik pengambilan sampel
yang lebih serius (Mayasari & Saftarina, 2016). menggunakan purposive sampling dengan
Berdasarkan studi penelitian dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah
kepada 10 orang responden di Sentra Ukir ditetapkan agar karakteristik sampel tidak
Jepara pada tanggal 5 Maret 2020 menunjukkan menyimpang dari populasinya. Kriteria
7 responden mengalami gangguan inklusi dalam penelitian ini yaitu responden
muscoloskeletal, bagian tubuh yang terasa sakit merupakan pekerja ukiran di Sentra Ukir
antara lain sakit pada leher, sakit pada bahu Mulyoharjo Jepara, responden berjenis kelamin
kiri dan kanan, sakit di lengan atas kanan dan laki-laki, mau diwawancarai. Sedangkan
kiri, sakit di bagian punggung, sakit di bagian kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu
bokong, sakit pada kedua pergelangan tangan, tidak bersedia diwawancarai, responden dalam
sakit pada jari-jari tangan kiri dan kanan, sakit keadaan sakit pada saat dilakukan wawancara,
di bagian kaki seperti paha, lutut, dan betis. Dari sehingga tidak dapat menjawab pertanyaan
ke 7 responden tersebut usianya antara 35 tahun dengan baik.
sampai 60 tahun dan bekerja sebagai pengrajin Teknik pengambilan data menggunakan
ukiran sudah lebih dari 3 tahun. Sedangkan 3 teknik wawancara, observasi dan pengukuran.
responden lainnya tidak mengalami keluhan Sumber data dalam penelitian ini yaitu data
muskuloskeletal, 2 orang responden berusia 18 primer dan data sekunder. Sumber data
tahun dan 1 orang responden berusia 25 tahun, primer diperoleh secara langsung di lapangan
ketiga responden tersebut bekerja sebagai melalui wawancara, pengisian kuesioner, dan
pengrajin ukiran kurang dari 2 tahun. pengukuran. Sumber data sekunder didapat
Perbedaan penelitian ini dengan tidak secara langsung dari objek penelitian.
penelitian sebelumnya yaitu membahas Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang
mengenai gambaran faktor yang berhubungan dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai
dengan terjadinya musculoskeletal pada cara atau metode baik secara komersial maupun
pengrajin ukiran kayu di sentra ukir Jepara. non komersial. Data sekunder dalam penelitian
Dan variabel yang diteliti adalah usia, masa ini meliputi gambaran umum tempat kerja,
kerja, lama kerja, status gizi, sikap kerja, proses kerja pada pembuatan ukiran kayu,
aktivitas olahraga, beban kerja dan getaran. Badan Pusat Statistik Jawa Tengah tahun 2019
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang keluhan musculoskeletal dan literature-
faktor yang berhubungan dengan kejadian literatur yang menunjang penelitian ini.
keluhan musculoskeletal pada pengrajin ukiran Teknik analisis data yang digunakan
kayu. adalah analisis univariat dan bivariate dengan
uji statistic chi-square untuk mengetahui
Metode hubungan dua variabel yaitu variabel bebas
Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan variabel terikat. Penelitian ini melibatkan
deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross manusia sehingga wajib memiliki ethical
sectional. Penelitian dilakukan di Sentra Ukir clearance, no register ethical clearance
Kayu Jepara pada bulan Maret 2021. Variabel penelitian ini yaitu 044/KEPK/EC/2021.
dalam penelitian ini adalah usia, masa kerja,
lama kerja, sikap kerja, status gizi, aktivitas Hasil dan Pembahasan
olahraga, beban kerja, dan getaran. Populasi Hasil penelitian yang telah dilakukan
dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja diketahui bahwa keluhan musculoskeletal yang
atau pengrajin ukiran kayu di Sentra Ukir paling banyak dirasakan oleh responden yaitu
Jepara yang berjumlah 264 orang. Perhitungan pada bagian tangan kanan sebanyak 78 pekerja
620
Junio Agam Mahendra, Anik Setyo Wahyuningsih / Faktor yang Berhubungan / IJPHN (1) (3) (2021)
(97,5%), pergelangan tangan kanan sebanyak Kategori status gizi tidak normal dengan hasil
77 pekerja (96,25%), lengan bawah kanan IMT ≥25,0 dan kategori status gizi normal
sebanyak 76 pekerja (95%), lengan atas kanan dengan hasil IMT 18,5 – 24,9. Variabel sikap
sebanyak 71 pekerja (88,75%) dan keluhan kerja diketahui terdapat 48 responden (60%)
paling sedikit sebanyak 7 pekerja (8,75%) yaitu memiliki sikap kerja tidak normal, sedangkan
pada siku kanan dan kaki kiri. Sedangkan bagian 32 responden (40%) memiliki sikap kerja
yang tidak mengalami keluhan musculoskeletal normal. Kategori sikap tidak normal dengan
paling banyak yaitu pada bagian kaki kiri dan hasil skor REBA 8-15, sedangkan kategori sikap
siku kanan sebanyak 73 pekerja (91,25%). kerja normal dengan hasil skor REBA 1-7.
Pada tabel 1 berdasarkan hasil penelitian Variabel aktivitas olahraga diketahui bahwa
menunjukkan variabel usia terdapat 40 terdapat 38 responden (47,5%) melakukan
responden (50%) berusia ≥30 tahun, begitu aktivitas olahraga <30 menit dan ≤3 kali
juga terdapat 40 responden (50%) berusia perminggu, sedangkan 42 responden (52,5%)
<30 tahun. Variabel masa kerja diketahui melakukan aktivitas olahraga ≥30 menit dan
terdapat 52 responden (65%) memiliki masa >3 kali perminggu. Variabel beban kerja
kerja >5 tahun, sedangkan 28 responden dengan menggunakan teknik perhitungan
(35%) memiliki masa kerja ≤5 tahun. Variabel cardiovascular diketahui terdapat 21 responden
lama kerja diketahui terdapat 45 responden (26,25%) memiliki beban kerja >80% CVL,
(56,25%) dengan lama kerja >8 jam perhari, sedangkan 59 responden (73,75%) memiliki
sedangkan 35 responden (43,75%) dengan beban kerja ≤80% CVL. Variabel getaran
lama kerja ≤8 jam perhari. Variabel status gizi diketahui bahwa terdapat 16 responden
dengan menggunakan teknik perhitungan (20%) terdapat getaran pada alat kerja >6 m/
IMT diketahui terdapat 29 responden (36,25%) s2, sedangkan 64 responden (80%) terdapat
dengan hasil IMT tidak normal, sedangkan 51 getaran pada alat kerja ≤6 m/s2.
responden (63,75%) dengan hasil IMT normal.
Tabel 1. Hasil Analisis Univariat
Karakteristik Responden Kategori Frekuensi Presentase(%)
Usia ≥30 tahun 40 50%
<30 tahun 40 50%
Masa Kerja >5 tahun 52 65%
≤5 tahun 28 35%
Lama Kerja >8 jam 45 56,25%
≤8 jam 35 43,75%
Status Gizi Tidak Normal 29 36,25%
Normal 51 63,75%
Sikap Kerja Tidak Normal 48 60%
Normal 32 40%
Aktivitas Olahraga <30 menit dan ≤3 kali perminggu 38 47,5%
≥30 menit dan >3 kali perminggu 42 52,5%
Beban Kerja >80% CVL 21 26,25%
≤80% CVL 59 73,75%
Getaran >6 m/s2 16 20%
≤6 m/s2 64 80%
Hasil analisis bivariat yang ditunjukkan (p-value = 0,000). Sedangkan tidak terdapat
pada tabel 2 diperoleh dari hasil uji chi square hubungan antara lama kerja (p-value = 0,713),
yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan status gizi (p-value = 0,847), aktivitas olahraga
antara variabel yang berhubungan dengan (p-value = 0,248), getaran (p-value = 0,057)
kejadian keluhan muskuloskeletal yaitu usia dengan kejadian keluhan musculoskeletal pada
(p-value = 0,000), masa kerja (p-value = 0,000), pengrajin ukiran kayu di Sentra Ukir Jepara.
sikap kerja (p-value = 0,000), beban kerja Analisis hubungan antara usia dengan
621
Junio Agam Mahendra, Anik Setyo Wahyuningsih / Faktor yang Berhubungan / IJPHN (1) (3) (2021)
622
Junio Agam Mahendra, Anik Setyo Wahyuningsih / Faktor yang Berhubungan / IJPHN (1) (3) (2021)
7 pekerja (8,75%) berisiko tinggi mengalami Hasil ini sejalan dengan penelitian
keluhan musculoskeletal, dan terdapat 21 yang dilakukan oleh (Belayana et al., 2014)
pekerja (26,25%) yang memiliki masa kerja mengatakan bahwa hasil analisis menggunakan
≤5 tahun berisiko rendah mengalami keluhan uji Chi-square dengan alpha = 0,05
muskuloskeletal. menunjukkan lama kerja pengrajin ukiran kayu
Hasil penelitian ini sejalan juga dengan mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,550
penelitian yang dilakukan oleh (Wirakesuma et (sig>0,05) yang berarti tidak ada perbedaan.
al., 2019) menunjukkan masa kerja responden Dengan tidak ada perbedaan yang diperoleh
memiliki rerata 22,64 tahun. Dengan masa dari hasil analisis yang telag dilaksanakan ini
kerja terendah 2 tahun dan masa kerja berarti tidak ada hubungan antara lama kerja
tertinggi 50 tahun. Masa kerja yang tinggi dengan keluhan nyeri tengkuk pada pengrajin
diakibatkan pekerjaan yang telah ditekuni ukiran kayu di Banjar Cebaang, Desa Serongga,
secara turun-temurun di wilayah tersebut. Kecamatan Gianyar itu karena pekerja yang
Analisis menggunakan Independent-samples tidak formal umumnya tidak mempunyai waktu
T Test menunjukkan bahwa terdapat hubungan terjadwal atau waktu tetap dalam melakukan
yang signifikan antara masa kerja dengan pekerjaan.
keluhan nyeri punggung bawah. Rerata masa Peneliltian ini sejalan dengan
kerja yang memiliki keluhan nyeri punggung penelitian yang dilakukan oleh (Artana, 2016)
bawah sebesar 24,86 tahun, sedangkan rerata menunjukkan hasil uji statistik dengan Regresi
masa kerja yang tidak memiliki keluhan nyeri Logistik Ganda pada α 0,05 didapatkan nilai
punggung bawah sebesar 9,5 tahun. Hasil ini p (0,134)>0,05 pada variabel usia. Nilai p
menunjukkan bahwa semakin tinggi masa (0,053)>0,05 pada variabel lama bekerja.
kerja pengrajin ukir kayu, maka keluhan nyeri Sehingga tidak ada hubungan yang signifikan
punggung bawah semakin berisiko. usia dan lama bekerja dengan kejadian Low
Analisis hubungan antara lama kerja Back Pain (LBP) pada pemahat kayu di Banjar
dengan kejadian keluhan musculoskeletal Samu Singapadu Kaler.
pada pengrajin ukiran kayu di Sentra Ukir Semua pengrajin ukiran kayu bekerja
Jepara menggunakan uji statistik uji chi-square tanpa paksaan karena tidak ada aturan resmi
dengan menggunakan α = 0,05 dan Confidence terutama yang berhubungan dengan waktu
Interval (CI) sebesar 95% menunjukkan hasil kerja, pengrajin bekerja atas dasar kesadaran
p-value > 0,05 (0,713) yang artinya tidak sendiri sesuai dengan waktu yang tersedia
terdapat hubungan bermakna antara lama terutama bagi pengrajin yang mengambil
kerja dengan kejadian keluhan musculoskeletal pekerjaan dengan sistem borongan. Dan jika
pada pengrajin ukiran kayu di Sentra Ukir bekerja lembur pengrajin ukiran kayu tidak
Jepara. Tidak terdapatnya hubungan yang melebihi 10 jam atau penambahan waktu
bermakna secara statistik antara lama kerja kerja kurang lebih 2 jam supaya tidak berisiko
dengan kejadian keluhan musculoskeletal mengalami keluhan nyeri tengkuk (Belayana et
pada pengrajin ukiran kayu dibuktikan dengan al., 2014).
hasil penelitian yang dilakukan kepada 80 Analisis hubungan antara status gizi
responden. Terdapat 25 pekerja (31,25%) dengan kejadian keluhan musculoskeletal
yang memiliki lama kerja >8 jam berisiko pada pengrajin ukiran kayu di Sentra Ukir
tinggi mengalami keluhan muskuloskeletal, Jepara menggunakan uji statistik uji chi-square
dan terdapat 20 pekerja (25%) yang memiliki dengan menggunakan α = 0,05 dan Confidence
lama kerja >8 jam berisiko rendah mengalami Interval (CI) sebesar 95% menunjukkan hasil
keluhan muskuloskeletal. Kemudian pada p-value > 0,05 (0,847) yang artinya tidak
pekerja yang memiliki lama kerja ≤8 jam terdapat hubungan bermakna antara status gizi
terdapat 18 pekerja (22,5%) berisiko tinggi dengan kejadian keluhan musculoskeletal pada
mengalami keluhan musculoskeletal, dan pengrajin ukiran kayu di Sentra Ukir Jepara.
terdapat 17 pekerja (21,25%) yang memiliki Tidak terdapatnya hubungan yang bermakna
lama kerja ≤8 jam berisiko rendah mengalami secara statistik antara status gizi dengan kejadian
keluhan muskuloskeletal. keluhan musculoskeletal pada pengrajin ukiran
623
Junio Agam Mahendra, Anik Setyo Wahyuningsih / Faktor yang Berhubungan / IJPHN (1) (3) (2021)
kayu dibuktikan dengan hasil penelitian yang keluhan musculoskeletal pada pengrajin ukiran
dilakukan kepada 80 responden. Terdapat 16 kayu dibuktikan dengan hasil penelitian yang
pekerja (20%) yang memiliki status gizi tidak dilakukan kepada 80 responden. Terdapat 42
normal berisiko tinggi mengalami keluhan pekerja (52,5%) yang memiliki sikap kerja tidak
muskuloskeletal, dan terdapat 13 pekerja normal berisiko tinggi mengalami keluhan
(16,25%) yang memiliki status gizi tidak muskuloskeletal, dan terdapat 6 pekerja (7,5%)
normal berisiko rendah mengalami keluhan yang memiliki sikap kerja tidak normal berisiko
muskuloskeletal. Kemudian pada pekerja yang rendah mengalami keluhan muskuloskeletal.
memiliki status gizi normal terdapat 27 pekerja Kemudian pada pekerja yang memiliki sikap
(33,75%) berisiko tinggi mengalami keluhan kerja normal terdapat 1 pekerja (1,25%) berisiko
musculoskeletal, dan terdapat 24 pekerja (30%) tinggi mengalami keluhan musculoskeletal, dan
yang memiliki status gizi normal berisiko terdapat 31 pekerja (38,75%) yang memiliki
rendah mengalami keluhan muskuloskeletal. sikap kerja normal berisiko rendah mengalami
Penelitian ini sejalan dengan penelitian keluhan muskuloskeletal.
yang dilakukan oleh (Handayani, 2011), Berdasarkan penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa dari 12 responden yang oleh (Kawi et al., 2020) dengan hasil uji analisis
dikategorikan kurus dan yang mengalami spearman’n rho mengenai hubungan antara
MSDs sebanyak 9 orang (75%). Sedangkan posisi kerja dengan kejadian nyeri punggung
responden yang memiliki IMT normal yang bawah non spesifik pada pengrajin ukiran
mengalami keluhan MSDs sebanyak 29 orang kayu di UD. Murjayadi Style/Ukir Kayu Stil
dari 43 pekerja (67,4%). Berdasarkan hasil Bali Kabupaten Gianyar menunjukkan bahwa
uji statistic diperoleh p value sebesar 0,348 terdapat hubungan yang signifikan dengan
(p value > 0,05) sehingga dapat disimpulkan hasil nilai p yaitu sebesar 0,000 (p<0,05).
bahwa tidak ada hubungan antara indeks masa Penelitian ini sejalan dengan penelitian
tubuh dengan keluhan MSDs yang dialami oleh yang dilakukan oleh (Wirakesuma et al., 2019)
pekerja pada bagian polishing di PT. Surya Toto menyatakan bahwa sikap kerja responden
Indonesia. menunjukkan sebesar 85,5% pengrajin bekerja
Hasil penelitian ini sesuai dengan dengan posisi membungkuk. Pengrajin yang
penelitian yang dilakukan oleh (Miyamoto et bekerja dengan posisi duduk membungkuk
al., 2008) yang menyebutkan bahwa pekerja memiliki risiko 42,56 kali untuk mengalami
yang mengalami low back pain dan yang tidak keluhan nyeri punggung bawah dibandingkan
mengalami low back pain (LBP) sama-sama dengan pengrajin dengan posisi duduk tegak.
mempunyai IMT normal. Sehingga tidak ada Analisis hubungan antara aktivitas
hubungan antara IMT dengan kejadian LBP olahraga dengan kejadian keluhan
pada pekerja. Penelitian ini juga didukung musculoskeletal pada pengrajin ukiran kayu di
oleh (Arwinno, 2018) yang menyatakan bahwa Sentra Ukir Jepara menggunakan uji statistik
tidak ada hubungan bermakna antara status uji chi-square dengan menggunakan α = 0,05
gizi (IMT) dengan terjadinya keluhan low back dan Confidence Interval (CI) sebesar 95%
pain. menunjukkan hasil p-value > 0,05 (0,248) yang
Analisis hubungan antara sikap kerja artinya tidak terdapat hubungan bermakna
dengan kejadian keluhan musculoskeletal antara aktivitas olahraga dengan kejadian
pada pengrajin ukiran kayu di Sentra Ukir keluhan musculoskeletal pada pengrajin ukiran
Jepara menggunakan uji statistik uji chi-square kayu di Sentra Ukir Jepara. Tidak terdapatnya
dengan menggunakan α = 0,05 dan Confidence hubungan yang bermakna secara statistik
Interval (CI) sebesar 95% menunjukkan hasil antara aktivitas olahraga dengan kejadian
p-value < 0,05 (0,000) yang artinya terdapat keluhan musculoskeletal pada pengrajin ukiran
hubungan bermakna antara sikap kerja kayu dibuktikan dengan hasil penelitian yang
dengan kejadian keluhan musculoskeletal pada dilakukan kepada 80 responden. Terdapat
pengrajin ukiran kayu di Sentra Ukir Jepara. 23 pekerja (28,75%) yang melakukan
Terdapatnya hubungan yang bermakna secara aktivitas olahraga <30 menit dan ≤3 kali
statistik antara sikap kerja dengan kejadian perminggu berisiko tinggi mengalami keluhan
624
Junio Agam Mahendra, Anik Setyo Wahyuningsih / Faktor yang Berhubungan / IJPHN (1) (3) (2021)
muskuloskeletal, dan terdapat 15 pekerja Jepara menggunakan uji statistik uji chi-square
(18,75%) yang melakukan aktivitas olahraga dengan menggunakan α = 0,05 dan Confidence
<30 menit dan ≤3 kali perminggu berisiko Interval (CI) sebesar 95% menunjukkan hasil
rendah mengalami keluhan muskuloskeletal. p-value < 0,05 (0,000) yang artinya terdapat
Kemudian pada pekerja yang melakukan hubungan bermakna antara beban kerja
aktivitas olahraga ≥30 menit dan >3 kali dengan kejadian keluhan musculoskeletal pada
perminggu terdapat 20 pekerja (25%) berisiko pengrajin ukiran kayu di Sentra Ukir Jepara.
tinggi mengalami keluhan musculoskeletal, Terdapatnya hubungan yang bermakna secara
dan terdapat 22 pekerja (27,5%) yang statistik antara beban kerja dengan kejadian
melakukan aktivitas olahraga ≥30 menit dan keluhan musculoskeletal pada pengrajin ukiran
>3 kali perminggu berisiko rendah mengalami kayu dibuktikan dengan hasil penelitian yang
keluhan muskuloskeletal. dilakukan kepada 80 responden. Terdapat
Penelitian ini sejalan dengan penelitian 20 pekerja (25%) yang memiliki beban kerja
yang dilakukan oleh (Fajri, 2015), berdasarakan >80% CVL berisiko tinggi mengalami keluhan
hasil analisis univariat antara kesegaran jasmani muskuloskeletal, dan terdapat 1 pekerja (1,25%)
dengan keluhan muskuloskeletal didapatkan yang memiliki beban kerja >80% CVL berisiko
hasil bahwa mayoritas pekerja laundry tidak rendah mengalami keluhan muskuloskeletal.
rutin melakukan kebiasaan berolah raga yaitu Kemudian pada pekerja yang memiliki
sebanyak 44 pekerja (88%). Berdasarkan beban kerja ≤80% CVL terdapat 23 pekerja
hasil uji statistik antara kesegaran jasmani (28,75%) berisiko tinggi mengalami keluhan
dengan keluhan muskuloskeletal diperoleh musculoskeletal, dan terdapat 36 pekerja (45%)
hasil bahwa tidak ada hubungan antara dua yang memiliki beban kerja ≤80% CVL berisiko
variabel. Hasil nilai r = 0,129 menunjukan rendah mengalami keluhan muskuloskeletal.
bahwa kedua variabel tersebut mempunyai Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
hubungan yang sangat lemah, artinya sering penelitian (Michael Dwi Cahyono et al., 2017)
tidaknya melakukan kebiasaan olah raga terdapat hubungan yang bermakna antara
tidak meningkatkan munculnya keluhan beban kerja dengan keluhan muskuloskeletal
muskuloskeletal. pada petani di Desa Ahuhu Kecamatan Meluhu
Penelitian ini juga sejalan Kabupaten Konawe.
dengan penelitian yang dilakukan oleh Penelitian ini juga sesuai dengan
(Tjahayuningtyas, 2019), berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Putra, 2015)
analisis penelitian yang telah dilakukan pada tenaga kerja angkat-angkut di PT
menunjukkan sebagian besar yaitu 29 Bahama Lasaka Ceper Klaten menunjukkan
responden tidak memiliki kebiasaan olahraga hubungan antara Masa Kerja dan Beban
dan hanya 9 pekerja saja yang memiliki Kerja dengan Keluhan Muskuloskeletal pada
kebiasaan berolahraga. Berdasarkan tingkat Pengrajin Gerabah di Desa Pulutan Kecamatan
keluhan, diketahui bahwa tingkat keluhan Remboken Kabupaten Minahasa bahwa
MSDs pada kategori yang tinggi paling banyak terdapat hubungan antara beban kerja fisik
dialami oleh pekerja yang tidak memiliki dengan keluhan muskuloskeletal.
kebiasaan berolahraga sebanyak 4 responden. Adapun penelitian lain yang dilakukan
Hasil analisis diperoleh nilai sig=0,297 (α=0,05) pada pekerja keramik di Nesyabur, Provinsi
yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang Khorasan, Iran oleh (Kattang, 2018)
berarti antara kebiasaan olahraga pekerja di dengan mencari hubungan antara keluhan
industri Pembuatan Tahu dengan kejadian muskuloskeletal dengan beban kerja. Melalui
keluhan MSDs yang dirasakan. Nilai coeff studi potong lintang dengan melakukan uji
(Cramer’s) =0,253 yang berarti bahwa kekuatan korelasi pearson dan beberapa uji lainnya
hubungan antara kebiasaan olahraga dengan yang dilaksanakan pada enam puluh lima
keluhan muskuloskeletal memang rendah. pekerja keramik, menunjukkan bahwa terdapat
Analisis hubungan antara beban kerja hubungan yang signifikan antara beban
dengan kejadian keluhan musculoskeletal kerja dengan keluhan muskuloskeletal yang
pada pengrajin ukiran kayu di Sentra Ukir didasarkan pada nilai p value kurang dari taraf
625
Junio Agam Mahendra, Anik Setyo Wahyuningsih / Faktor yang Berhubungan / IJPHN (1) (3) (2021)
626
Junio Agam Mahendra, Anik Setyo Wahyuningsih / Faktor yang Berhubungan / IJPHN (1) (3) (2021)
627
Junio Agam Mahendra, Anik Setyo Wahyuningsih / Faktor yang Berhubungan / IJPHN (1) (3) (2021)
628