Anda di halaman 1dari 10

IAKMI Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 2, No.

2, Agustus 2021
Journal Homepage : http://jurnal.iakmi.id/index.php/IJKMI
ISSN 2721-9437 (Media Online)

GAMBARAN TINGKAT RISIKO MUSCULOSKELETAL


DISORDERS (MSDs) PADA PERAWAT SAAT
MELAKUKAN AKTIVITAS KERJA DI IGD RSUD
KEMBANGAN TAHUN 2020

Annisa Sholihah Dilakarop1,*, Rini Handayani2


1,*Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Esa Unggul, Indonesia
Email: 1dilakarop@gmail.com
2Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Esa Unggul, Indonesia

ABSTRAK
Postur kerja yang tidak benar yaitu bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiahnya dan
berpotensi menyebabkan keluhan muskuloskeletal berupa kerusakan pada sendi, ligamen
dan tendon. Perawat memiliki tingkat risiko tertinggi terhadap keluhan muskuloskeletal
karena pekerjaan yang dilakukan adanya postur janggal. Penelitian ini bertujuan
mengetahui gambaran tingkat risiko keluhan muskuloskeletal pada perawat saat melakukan
aktivitas kerja di IGD RSUD Kembangan. Penelitian berlangsung dari periode Januari-
Februari 2020 dengan jenis penelitian deskriptif analitik desain cross sectional. Penilaian
tingkat risiko MSDs menggunakan metode Rapid Entire Body Assesment (REBA). Populasi
dalam penelitian ini yaitu aktivitas kerja yang dilakukan perawat IGD dengan pengambilan
sampel pada tujuh aktivitas kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas kerja yang
memiliki tingkat risiko sedang yaitu mengukur tekanan darah dengan tensimeter air raksa,
melakukan elektrokardiogram, melakukan flebotomi, dan memasang akses intra vena
perifer. Tingkat risiko rendah antara lain mengukur tekanan darah dengan tensimeter digital
dan memasang naso gastric tube, sedangkan memberikan obat intra vena perifer termasuk
risiko yang dapat diterima. Upaya pengendalian risiko ergonomi perlu dilakukan perubahan
terhadap cara kerja dan postur perawat serta penyediaan alat bantu kerja.
Kata kunci : keluhan muskuloskeletal, perawat IGD, postur kerja, REBA.

ABSTRACT
Improper work posture is where the body moves away from its natural position and has the potential
to cause musculoskeletal complaints in the form of damage to joints, ligaments and tendons. Nurses
have the highest level of risk for musculoskeletal complaints because the work they do has an awkward
posture. This study aims to describe the level of risk of musculoskeletal complaints in nurses when
carrying out work activities in the ER Kembangan Hospital. The study took place from the period
January-February 2020 with the type of descriptive analytic research with cross sectional design.
MSDs risk level assessment using the Rapid Entire Body Assessment (REBA) method. The population
in this study is the work activities carried out by emergency room nurses by taking samples of seven
work activities. The results showed that work activities that had a moderate level of risk were
measuring blood pressure with a mercury sphygmomanometer, performing an electrocardiogram,
performing a phlebotomy, and installing peripheral intravenous access. Low risk levels include
measuring blood pressure with a digital sphygmomanometer and inserting a naso gastric tube, while
giving peripheral intravenous drugs is an acceptable risk. Ergonomics risk control efforts need to be
made changes to the workings and posture of nurses as well as the provision of work aids.
Keywords: work posture, musculoskeletal complaints, emergency room nurse, REBA.

DOI: https://doi.org/10.46366/ijkmi.2.2.73-82
IAKMI Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 2, No. 2, Agustus 2021
Journal Homepage : http://jurnal.iakmi.id/index.php/IJKMI
ISSN 2721-9437 (Media Online)

1. PENDAHULUAN berulang dan dalam jangka waktu yang


Karakteristik rumah sakit merupakan lama dapat menyebabkan keluhan berupa
tempat kerja yang padat modal, padat kerusakan pada sendi, ligamen dan
teknologi, padat karya, dan padat risiko tendon (Tarwaka, 2014).
kesehatan. Salah satu potensi bahaya yang Studi tentang MSDs pada berbagai
ada di rumah sakit yaitu risiko ergonomi jenis industri telah banyak dilakukan dan
seperti posisi statis, manual handling dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian
mengangkat beban (Kementerian otot yang sering dikeluhkan adalah otot
Kesehatan RI 2016). Perawat merupakan rangka yang meliputi otot leher, bahu,
tenaga kesehatan yang memiliki tingkat lengan, tangan, jari, punggung, pinggang
risiko tertinggi terhadap keluhan dan otot-otot bagian bawah (Tarwaka
muskuloskeletal karena mereka 2014). Prevalensi MSDs pada perawat di
merupakan kelompok terbesar yang Rumah Sakit Wilayah Haiphong, Vietnam
bekerja di rumah sakit dan memberikan tahun 2017 sebanyak 881 (74,7%) dari
pelayanan keperawatan selama 24 jam. 1.179 perawat dengan keluhan di bagian
Risiko potensi bahaya ergonomi akan punggung bawah (44,4%), leher (44,1%),
meningkat dengan tugas monoton, punggung atas (32,7%) dan bahu (29,7%)
berulang atau kecepatan tinggi, postur (Luan et al. 2018).
tidak netral, bila terdapat pendukung Hasil laporan Labour Force Survey
yang kurang sesuai dan bila kurang tahun 2017/2018 di Britania Raya
istirahat yang cukup (International diperkirakan sekitar 6,6 juta hari kerja
Labour Organization 2013). Hasil hilang disebabkan oleh MSDs dengan
penelitian pada perawat di IGD RSUD rata-rata 14 hari kerja hilang untuk setiap
Bayu Asih bahwa postur kerja dapat kasusnya dan menyumbang sekitar 24%
menyebabkan keluhan MSDs. Hal ini dari semua hari kerja yang hilang yang
dikarenakan perawat melakukan aktivitas disebabkan oleh penyakit akibat kerja
kerja dengan posisi membungkuk seperti (Health and Safety Executive, 2018). Hasil
saat melakukan tindakan menginfus, penelitian terdahulu ada hubungan
memasukkan obat, mengambil sampel signifikan antara keluhan MSDs dan
darah, dan tindakan hecting dimana produktivitas kerja dimana dalam bekerja
tindakan tersebut dilakukan dengan semakin tinggi risiko sehingga dapat
durasi lebih dari 4 menit (Gowi 2018). menyebabkan cepat lelah yang
Ketidaksesuaian penerapan teknologi mempengaruhi rendahnya produktivitas
dengan kemampuan dan keterbatasan (Arfiasari, 2014).
manusia baik fisik maupun mental akan Metode Rapid Entire Body Assasment
mengakibatkan kesalahan dalam postur dibuat untuk menilai postur tubuh secara
kerja dan umumnya disertai gejala cepat melalui pengambilan data postur
musculoskeletal disorders berupa rasa nyeri pekerja, selanjutnya dilakukan
(Alhamda & Sriani, 2015). Faktor risiko penentuan sudut pada batang tubuh,
ergonomi perawat IGD banyak leher, kaki, lengan atas, lengan bawah,
melakukan aktivitas dengan posisi berdiri dan pergelangan tangan (McAtamney
statis, membungkuk dan memutar saat and Hignett 2000).
mengambil peralatan yang dilakukan
berulang–ulang. Hal ini bisa
mengakibatkan nyeri punggung dan
kelelahan (Manengkey et al. 2016).
Keluhan muskuloskeletal adalah
keluhan yang dirasakan pada bagian otot
rangka seseorang mulai dari keluhan
sangat ringan sampai sangat sakit, ketika
otot menerima beban statis secara

74
IAKMI Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 2, No. 2, Agustus 2021
Journal Homepage : http://jurnal.iakmi.id/index.php/IJKMI
ISSN 2721-9437 (Media Online)

Hasil survei awal di IGD diketahui Aktivitasnya antara lain mengukur


bahwa 4 perawat (80%) memiliki keluhan tekanan darah menggunakan tensimeter
muskuloskeletal dengan keluhan yang digital dan tensimeter air raksa, melakukan
dominan di leher sebanyak tiga orang elektrokardiogram, melakukan flebotomi,
(75%), di punggung sebanyak dua orang memasang akses intravena perifer, dan
(50%) dan di bahu sebanyak dua orang memberikan obat intravena perifer, dan
(50%). Berdasarkan tingkat keluhan memasang Naso Gastric Tube (NGT).
sebanyak satu orang dengan tingkat Pengukuran tingkat risiko MSDs
risiko rendah dan risiko sedang sebanyak menggunakan lembar kerja Rapid Entire
tiga orang. Tujuan penelitian ini yaitu Body Assesment (REBA). Lembar kerja
mengetahui gambaran tingkat risiko REBA diisi dengan memberikan skor pada
MSDs pada perawat saat melakukan setiap faktor pekerjaan (postur kerja,
aktivitas kerja di IGD RSUD Kembangan beban, genggaman, durasi dan frekuensi)
tahun 2020. dan ada tabel penilaian. Teknik analisis
yang digunakan adalah univariat untuk
2. METODE PENELITIAN mengetahui gambaran dari tingkat risiko
Penelitian ini merupakan jenis MSDs.
deskriptif dengan disain cross sectional,
melalui observasi terhadap aktivitas kerja 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
perawat. Variabel penelitian yaitu tingkat Dari hasil penelitian didapatkan
risiko musculoskeletal disorders pada tujuh gambaran postur perawat yang dapat
aktivitas kerja. berisiko terhadap timbulnya MSDs seperti
pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pengukuran Tingkat Risiko Musculoskeletal Disorders


berdasarkan Metode REBA pada Perawat di IGD RSUD Kembangan Tahun 2020

Pengukuran
Aktivitas Kerja Postur Postur Postur Postur Postur Postur Skor
Perawat leher punggung kaki Beban lengan lengan Pergelang Gengg Aktivitas REBA
atas bawah an tangan aman

Mengukur
tekanan darah 1 3 2 0 2 1 1 0 0 3
menggunakan Rendah
tensimeter digital
Mengukur
tekanan darah 7
tensimeter air 2 4 3 0 3 1 1 0 0 Sedang
raksa
Melakukan 2 4 1 0 3 1 1 0 1 5
elektrokardiogram Sedang
Melakukan 1 4 2 0 2 1 1 0 0 4
flebotomi Sedang
Memasang akses 2 4 1 0 2 1 1 0 1 5
intravena perifer Sedang
Memberikan obat 1
intravena perifer 2 1 1 0 1 1 1 0 0 Dapat
diterima
Memasang Naso 2
Gastric Tube 1 3 1 0 1 1 1 0 1 Rendah

76
IAKMI Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 2, No. 2, Agustus 2021
Journal Homepage : http://jurnal.iakmi.id/index.php/IJKMI
ISSN 2721-9437 (Media Online)

MSDs Mengukur Tekanan Darah tingkat risiko sedang. Postur janggal yang
dengan Tensimeter Digital ada yaitu saat perawat melihat hasil
Nilai skor REBA pada aktivitas tekanan darah pada alat tensimeter air
mengukur tekanan darah dengan raksa didapatkan postur leher fleksi 400
tensimeter digital adalah tiga yang dan punggung membungkuk sebesar 420
artinya memiliki tingkat risiko rendah. serta miring dari vertikal tubuh
Postur janggal pada leher dan punggung dikarenakan posisi mata perawat harus
mempengaruhi skor akhir REBA pada sejajar dengan alat ukur air raksa, akan
aktivitas ini. Postur janggal yaitu posisi tetapi perawat meletakkan tensimeter di
bagian tubuh yang menyimpang dari samping tubuh sehingga perawat
posisi netral, deviasi yang signifikan kesulitan untuk melihat hasil
terhadap posisi normal ini akan pengukuran.
meningkatkan beban kerja otot sehingga Postur lengan atas membentuk sudut
jumlah tenaga yang dibutuhkan lebih 80 pada bagian kanan dan kiri yang
0

besar (Kurniawidjaja, 2012). diangkat menuju ke arah depan dada


Hasil penghitungan postur kerja dikarenakan tangan perawat terhalang
pada aktivitas mengukur tekanan darah pembatas samping tempat tidur pasien.
dengan tensimeter digital didapatkan Lengan atas termasuk posisi berisiko
postur leher fleksi 200 dan punggung apabila posisi mengangkat membentuk
membungkuk 300 saat perawat sudut sebesar ≥ 450 dari arah vertikal
memasang manset tensimeter pada sumbu tubuh (McAtamney and Hignett
lengan atas pasien di tempat tidur. Postur 2000).
janggal pada leher dan punggung yaitu Tingkat risiko sedang pada aktivitas
jika leher dan punggung ke arah depan ini memerlukan adanya tindakan
membentuk sudut ≥ 200 dari garis vertikal perbaikan (McAtamney and Hignett
tubuh dan ini dilakukan pekerja jika 2000). Walaupun risiko ini termasuk risiko
obyek yang sedang dikerjakannya berada sedang, tetapi apabila pekerja terpajan
lebih dari > 200 di bawah pandangan risiko secara terus-menerus posisi tidak
mata (Cohen et al., 1997). Pada penelitian alamiah maka gangguan ini dapat
sebelumnya posisi janggal terjadi saat memengaruhi otot, saraf, tendon, sendi,
melakukan beberapa intervensi dan tulang rawan di anggota tubuh
keperawatan seperti pada saat mengukur bagian atas dan bawah, leher, dan
tanda-tanda vital karena perawat tidak punggung bagian bawah (NIOSH 2019).
mengatur ketinggian tempat tidur pasien Postur janggal yaitu posisi bagian
(Prapti et al., 2018). tubuh yang menyimpang dari posisi
Tingkat risiko MSDs aktivitas ini netral, deviasi yang signifikan terhadap
sesuai dengan hasil penelitian posisi normal ini akan meningkatkan
sebelumnya pada perawat di Instalasi beban kerja otot sehingga jumlah tenaga
Rawat Darurat Rumah Sakit Udayana yang dibutuhkan lebih besar
didapatkan saat melakukan kegiatan (Kurniawidjaja 2012). Terkadang posisi
mengukur tanda-tanda vital salah janggal juga terjadi saat perawat tidak
satunya mengukur tekanan darah memposisikan dengan baik peralatan
memiliki tingkat risiko rendah (Prapti et yang dibawa (Prapti, Nurhesti, and
al., 2018). Tingkat risiko rendah mungkin Tirtayasa 2018).
diperlukan adanya tindakan perbaikan
(McAtamney & Hignett, 2000). MSDs Melakukan Elektrokardiogram
Nilai akhir REBA pada aktivitas ini
MSDs Mengukur Tekanan Darah adalah lima yang artinya memiliki tingkat
dengan Tensimeter Air Raksa risiko sedang. Adanya postur janggal
Nilai akhir REBA pada aktivitas ini pada proses memasang elektroda di
adalah tujuh yang artinya memiliki tubuh pasien postur leher mengalami
77
IAKMI Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 2, No. 2, Agustus 2021
Journal Homepage : http://jurnal.iakmi.id/index.php/IJKMI
ISSN 2721-9437 (Media Online)

fleksi 250 dikarenakan posisi tempat tidur pada leher ≥ 200 dikarenakan objek kerja
lebih rendah dari postur perawat. Fleksi berada
lebih dari > 200 di bawah pandangan mata (Dewi 2019).
(Cohen et al. 1997). Tingkat risiko MSDs aktivitas ini
Selain itu, postur punggung juga sesuai dengan hasil penelitian
membungkuk 450 dan ada gerakan sebelumnya pada perawat di Instalasi
repetitif berputar > 4x per menit saat Rawat Darurat Rumah Sakit Udayana
memasang elektroda dikarenakan didapatkan saat melakukan kegiatan
perawat tidak meletakkan elektroda di perekamaan EKG memiliki tingkat risiko
tempat yang mudah dijangkau. sedang (Prapti, Nurhesti, and Tirtayasa
Membungkuk adalah posisi tubuh ke arah 2018). Tingkat risiko sedang terjadinya
depan sehingga antara sumbu badan keluhan muskuloskeletal sehingga
bagian atas akan membentuk sudut ≥ diperlukan tindakan perbaikan postur
20°dengan garis vertikal dan adanya (McAtamney and Hignett 2000).
rotasi pada tulang punggung saat
memindahkan barang dari satu sisi ke sisi MSDs Melakukan Flebotomi
lainnya dari tubuh pekerja tanpa Nilai akhir REBA pada aktivitas ini
memperhitungkan berapa derajat adalah empat yang artinya memiliki
besarnya sudut yang dibentuk termasuk tingkat risiko sedang. Adanya postur
postur janggal (Cohen et al. 1997). janggal punggung membungkuk kearah
Postur lengan atas bagian kanan dan depan dengan sudut 750 dikarenakan
kiri mengalami fleksi 650 saat memasang posisi lengan atas pasien berada dibawah
elektroda pada bagian kiri tubuh pasien. pandangan perawat. Membungkuk
Selain itu postur lengan bawah kanan dan merupakan gerakan postur janggal
kiri juga fleksi ke arah depan dada sebesar punggung dimana posisi tubuh ke arah
900. Hal ini dikarenakan posisi perawat depan sehingga antara sumbu badan
terhalang pembatas samping tempat tidur bagian atas akan membentuk sudut ≥
pasien sehingga jangkauan tangan lebih 20°dengan garis vertikal. Posisi ini terjadi
jauh. Lengan atas termasuk posisi berisiko apabila benda berada jauh di depan tubuh
apabila posisi mengangkat membentuk atau dibawah. (Cohen et al. 1997).
sudut sebesar ≥ 450 dari arah vertikal Postur membungkuk saat
sumbu tubuh (Cohen et al. 1997). pengambilan darah tidak lebih dari satu
Penambahan skor aktivitas menit sehingga tidak ada penambahan
dikarenakan adanya frekuensi punggung skor postur statis. Postur statis ialah jika
berputar > 4x per menit merupakan postur satu atau lebih anggota tubuh mengalami
janggal terkait dengan terjadinya repetitive posisi yang sama dan pergerakan otot
motion dalam melakukan pekerjaan. yang sangat minimal selama > 1 menit
Frekuensi gerakan faktor janggal ≥ 2 kali / (McAtamney and Hignett 2000).
menit merupakan faktor risiko terhadap Tingkat risiko sedang pada aktivitas
pinggang. Pekerjaan yang dilakukan ini tidak sesuai dengan penelitian
berulang-ulang dapat menyebabkan rasa sebelumnya. Hasil penelitian sebelumnya
lelah bahkan nyeri pada otot oleh karena pada perawat di Instalasi Rawat Darurat
adanya akumulasi produk sisa berupa Rumah Sakit Udayana didapatkan saat
asam laktat pada jaringan (Bridger 2003). melakukan kegiatan flebotomi memiliki
Hal ini sejalan dengan penelitian tingkat risiko tinggi (Prapti, Nurhesti, and
sebelumnya bahwa semua pekerjaan di Tirtayasa 2018). Hal ini dikarenakan
IGD dilakukan secara berulang-ulang yang adanya perbedaan hasil pengukuran pada
dapat menyebabkan rasa lelah. Gerakan postur punggung, leher, dan penambahan
repetitive pada punggung, leher, lengan dan pada skor aktivitas.
bahu merupakan faktor penyebab Tingkat risiko sedang terjadinya
terjadinya risiko musculoskeletal disorders keluhan muskuloskeletal memerlukan

78
IAKMI Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 2, No. 2, Agustus 2021
Journal Homepage : http://jurnal.iakmi.id/index.php/IJKMI
ISSN 2721-9437 (Media Online)

tindakan perbaikan postur (McAtamney Hignett 2000).


and Hignett 2000). Pada analisis keeratan Tingkat risiko sedang diperlukan
hubungan sikap kerja dan keluhan tindakan perbaikan postur pada aktivitas
muskuloskeletal menunjukkan responden pemasangan infus (McAtamney and
yang bekerja dengan kategori sikap kerja Hignett 2000). Hal ini sejalan dengan hasil
tidak ergonomi memiliki peluang 8.52 kali analisis keeratan hubungan sikap kerja
berisiko mengalami keluhan MSDs dan keluhan muskuloskeletal
dibandingkan pada responden dengan menunjukkan responden yang bekerja
kategori risiko sikap kerja ergonomi dengan kategori sikap kerja tidak
(Sandri 2017). ergonomi memiliki peluang 8.52 kali
beresiko mengalami keluhan
MSDs Memasang Akses Intravena muskuloskeletal dibandingkan pada
Perifer responden dengan kategori risiko sikap
Nilai akhir REBA pada aktivitas ini kerja ergonomi (Sandri 2017).
adalah lima yang artinya memiliki tingkat
risiko sedang. Adanya postur janggal pada MSDs Memberikan Obat Intravena Perifer
punggung yang membungkuk 450 ke arah Nilai akhir REBA pada aktivitas ini
depan menjauhi garis vertikal tubuh dan adalah satu yang artinya tingkat risiko
berputar saat perawat melakukan fiksasi dapat diterima. Walaupan adanya postur
lokasi penyuntikan, selain itu postur ini janggal pada leher yang fleksi 400 tetapi
dilakukan selama tiga menit. tidak dilakukan dalam waktu > 1 menit
Membungkuk, merupakan posisi tubuh ke sehingga tidak memberikan skor yang
arah depan sehingga antara sumbu badan signifikan.
bagian atas akan membentuk sudut ≥ Postur punggung saat memberikan
20°dengan garis vertikal dan adanya rotasi obat tegak lurus dimana tidak ada deviasi
pada tulang punggung saat memindahkan dari garis vertikal tubuh. Postur netral
barang dari satu sisi ke sisi lainnya dari yaitu postur dimana seluruh bagian tubuh
tubuh pekerja tanpa memperhitungkan berada pada posisi yang sewajarnya atau
berapa derajat besarnya sudut yang seharusnya dan kontraksi otot tidak
dibentuk termasuk postur janggal (Cohen berlebihan sehingga bagian organ tubuh,
et al. 1997). saraf jaringan lunak dan tulang tidak
Postur kedua kaki yang lurus dengan mengalami pergeseran, penekanan,
punggung membungkuk menjadikan ataupun kontraksi yang berlebih (Bridger
posisi ini tidak menjaga kestabilan tubuh 2003).
ketika bekerja karena punggung Postur berdiri pada kedua kaki tegak
membungkuk > 30 tanpa tahanan dalam
0 lurus dan tidak membentuk sudut. Postur
posisi yang sama dan pergerakan otot berdiri dengan berat tubuh bertopang
yang sangat minimal akan meningkatkan pada kedua kaki yang lurus dapat
beban otot dan tendon, sehingga aliran digunakan untuk mengerahkan kekuatan,
darah pada otot terhalang dan berdiri mengurangi aktivitas otot, dan
menimbulkan kelelahan serta rasa kebas kekuatan otot-otot tulang belakang saat
dan nyeri (Kurniawidjaja 2012). posisi berdiri dua kali lebih besar daripada
Postur membungkuk dilakukan posisi semi berdiri ataupun duduk
selama tiga menit karena perawat sulit (Bridger 2003).
menemukan pembuluh darah perifer Postur lengan atas bagian kanan dan
pasien untuk pasang infus mengakibatkan kiri tegak lurus dari garis vertikal tubuh
adanya postur statis. Postur statis ialah atau < 200. Selain itu postur lengan bawah
jika satu atau lebih anggota tubuh kanan dan kiri fleksi ke arah depan dada
mengalami posisi yang sama dan sebesar 700. Postur tersebut termasuk
pergerakan otot yang sangat minimal postur netral dikarenakan lengan atas
selama > 1 menit (McAtamney and fleksi tidak ≥ 450 dan fleksi terkuat lengan
79
IAKMI Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 2, No. 2, Agustus 2021
Journal Homepage : http://jurnal.iakmi.id/index.php/IJKMI
ISSN 2721-9437 (Media Online)

bawah sebesar 900 (Cohen et al. 1997). adanya postur janggal dan statis pada
Pergelangan tangan saat melakukan aktivitas ini sehingga mungkin diperlukan
penyuntikan fleksi 150. Postur fleksi pada adanya tindakan perbaikan postur
sudut ini tidak berisiko ergonomi (McAtamney and Hignett 2000). Hasil
(McAtamney and Hignett 2000). Jenis penelitian sebelumnya postur kerja tidak
genggaman pada spuit termasuk kategori ergonomi dapat disebabkan oleh posisi
baik. Pinch grip dimana objek ditahan tempat tidur pasien yang lebih rendah
dengan ujung ibu jari dan satu atau lebih dari postur perawat yang mengharuskan
jari lain, pegangan ini memberikan kontrol perawat mengatur posisi lebih rendah
lebih karena sambungan ibu jari sangat dengan tempat tidur pasien agar dapat
mudah digerakkan untuk durasi pendek, melakukan tindakan (Gowi 2018).
kekuatan rendah, dan tugas-tugas presisi
karena mereka membutuhkan pengerahan 4. KESIMPULAN
tenaga yang minimal tetapi tinggi (Steiner, Kesimpulan dari penelitian ini yaitu
Torma-Krajewski, and Moore 2011). aktivitas memberikan obat intravena
Tingkat risiko yang dapat diterima perifer memiliki tingkat risiko
tidak perlu adanya tindakan perbaikan musculoskeletal disorders yang dapat
tindakan perbaikan postur pada aktivitas diterima sehingga tidak diperlukan adanya
pemberian obat intravena perifer tindakan perbaikan. Tingkat risiko rendah
(McAtamney and Hignett 2000). terdapat pada aktivitas mengukur tekanan
darah menggunakan alat tensimeter digital
MSDs Memasang Naso Gastric Tube dan memasang NGT dimana mungkin
Nilai akhir REBA pada aktivitas ini diperlukan tindakan perbaikan.
adalah dua yang artinya tingkat risiko Sedangkan mengukur tekanan darah
rendah. Postur janggal ditemukan pada menggunakan alat tensimeter air raksa,
postur leher fleksi 200. Postur janggal melakukan elektrokardiogram, melakukan
menunduk jika leher membentuk sudut ≥ flebotomi, memasang akses intravena
200 dari garis vertikal dengan ruas tulang perifer memiliki tingkat risiko sedang
leher karena obyek yang sedang sehingga diperlukan tindakan perbaikan
dikerjakannya berada lebih dari > 200 di postur kerja.
bawah pandangan mata (Cohen et al., Saran yang diberikan peneliti bagi
1997). RSUD Kembangan berupa tindakan
Postur punggung yang membungkuk korektif antara lain melakukan modifikasi
300 ke arah depan menjauhi garis vertikal Standar Prosedur Operasional (SPO)
tubuh selama dua menit saat melakukan dengan langkah kerja menyesuaikan
pemasangan selang pada pasien. ketinggian tempat tidur pasien setinggi
Membungkuk, merupakan posisi tubuh ke pinggang perawat agar obyek tidak berada
arah depan sehingga antara sumbu badan lebih dari > 200 di bawah pandangan mata
bagian atas akan membentuk sudut ≥ 200 sehingga tidak ada postur janggal pada
(Cohen et al. 1997). leher. Melakukan sosialisasi tentang cara
Postur membungkuk dilakukan kerja ergonomi yaitu menempatkan alat
selama dua menit karena perawat sulit kerja di tempat yang mudah dijangkau dan
memasukkan selang ke dalam memanfaatkan alat kerja sesuai fungsinya.
tenggorokan pasien mengakibatkan
adanya postur statis. Postur statis ialah DAFTAR PUSTAKA
jika satu atau lebih anggota tubuh Alhamda, S., & Sriani, Y. (2015). Buku Ajar
mengalami posisi yang sama dan Ilmu Kesehatan Masyarakat. Padang:
pergerakan otot yang sangat minimal Deepublish.
selama > 1 menit (McAtamney and Arfiasari, A. D. (2014). Hubungan Postur
Hignett 2000). Kerja dengan Keluhan Muskuloskeletal
Tingkat risiko rendah disebabkan dan Produktivitas Kerja pada Pekerja

80
IAKMI Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 2, No. 2, Agustus 2021
Journal Homepage : http://jurnal.iakmi.id/index.php/IJKMI
ISSN 2721-9437 (Media Online)

Bagian Pengepakan di PT. Djitoe Kurniawidjaja, L. M. (2012). Teori dan


Indonesia Tobako (Universitas Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta: UI
Muhammadiyah Surakarta). Press.
Retrieved from Kuswana, W. S. (2014). Ergonomi dan K3.
http://eprints.ums.ac.id Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Bridger, R. S. (2003). Introduction to Luan, H. D., Hai, N. T., Xanh, P. T.,
Ergonomics. In Journal of Chemical Giang, H. T., Van Thuc, P., Hong, N.
Information and Modeling. M., & Khue, P. M. (2018).
https://doi.org/10.1017/CBO978110 Musculoskeletal Disorders: Prevalence
7415324.004 and Associated Factors among District
Cohen, A. L., Gjessing, C. C., Fine, L. J., Hospital Nurses in Haiphong, Vietnam.
Bernard, B. P., & McGlothlin, J. D. In BioMed Research International (Vol.
(1997). Elements of Ergonomics 2018).
Programs; A Primer Based on https://doi.org/10.1155/2018/31625
Workplace Evaluations of 64
Musculoskeletal Disorders. In NIOSH. Manengkey, O. K., Josephus, J., &
Retrieved from Pinontoan, O. R. (2016). Analisis
http://www.cdc.gov/niosh/homep Faktor-Faktor Risiko yang
age.html berhubungan dengan keluhan
Dewi, N. F. (2019). Risiko Musculoskeletal muskuloskeletal pada Perawat
Disorders (MSDs) pada Perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUP
Instalasi Gawat Darurat (IGD). Journal Prof. DR. R. D. Kandou Manado
of Vocational Program University of (Universitas Sam Ratulangi).
Indonesia, 7. Retrieved from
Gowi, A. (2018). Faktor-Faktor yang https://ejournalhealth.com
Berhubungan dengan Kejadian McAtamney, L., & Hignett, S. (2000).
Muskuloskeletal Disorders ( MSDs ) Rapid Entire Body Assessment.
Pada Perawat IGD Tahun 2018 Handbook of Human Factors and
(STIKes Kharisma Karawang). Ergonomics Methods.
Retrieved from Middlesworth, M. (2015). A Step-by-Step
https://www.researchgate.net Guide Rapid Entire Body Assessment
Health and Safety Executive. (2018). Work (REBA). In A Step-by-Step Guide
related musculoskeletal disorders in Rapid Entire Body Assessment (
Great Britain ( WRMSDs ), 2018. REBA ). Retrieved from www.ergo-
Annual Statistics, (October). plus.com
Retrieved from NIOSH, C. for D. C. and P. (2019).
www.hse.gov.uk/statistics/ Program Musculoskeletal Disorder.
International Labour Organization. Retrieved from
(2013). Keselamatan dan Kesehatan https://www.cdc.gov
Kerja Sarana untuk Produktivitas. Permata, E. G., & Husni, A. (2016).
https://doi.org/10.1016/j.cll.2012.10 Analisis Gangguan Muskuloskeletal
.002 Terhadap Perawat Berdasarkan Tingkat
Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Paparan dengan Menggunakan Metode
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Movement and Assistance of Hospital
Nomor 66 Tahun 2016 Tentang Patients (mapo) Index (Studi kasus:
Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau).
Rumah Sakit. , (2016). Jurnal Teknik Industri: Jurnal Hasil
Kroemer, K. . H. E., & Grandjean, E. Penelitian Dan Karya Ilmiah Dalam
(1997). Fitting The Task to The Human Bidang Teknik Industri, 2(1`), 54.
5th Edition. Retrieved from https://doi.org/10.24014/jti.v2i1.50
http://edclinux.eng.cam.ac.uk 63
81
IAKMI Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 2, No. 2, Agustus 2021
Journal Homepage : http://jurnal.iakmi.id/index.php/IJKMI
ISSN 2721-9437 (Media Online)

Prapti, N. K. G., Nurhesti, P. O. Y., &


Tirtayasa, K. (2018). Kajian Ergonomi
Pada Tindakan Keperawatan di IRD RS
Universitas Udayana , Badung , Bali.
Jurnal Keperawatan Respati
Yogyakarta, 5(September), 414–419.
RSUD Kembangan. (2018). Profil RSUD
Kembangan. Jakarta.
Sandri, J. F. (2017). Analisis Risiko Patient
Handling dengan Keluhan
Muskuloskeletal pada Perawat di Unit
Rawat Inap RSUD DR. RM. Djoelham
Binjai. Universitas Sumatera Utara.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth (8th ed.).
Jakarta: EGC.
Stanton, N., Hedge, A., Brookhuis, K.,
Salas, E., & Hendrick, H. (2005).
Handbook of Human Factors and
Ergonomics Methods. In Evaluation of
Human Work, 3rd Edition. USA: CRC
Press LLC.
Steiner, L. J., Torma-Krajewski, J., &
Moore, S. M. (2011). Practical
Demonstrations of Ergonomic
Principles. Report of Investigations.
Retrieved from www.cdc.gov/niosh
Suma’mur. (2009). Higiene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja. Jakarta: CV. Sagung
Seto.
Susanti, L., & Zadry, H. (2015). Pengantar
Ergonomi Industri. Padang: Andalas
University Press.
Tarwaka. (2014). Ergonomi Industri : Dasar-
Dasar Pengetahuan Ergonomi dan
Aplikasi di Tempat Kerja (Revisi Edi).
Solo: Harapan Press Solo.
Tarwaka, HA.Bakri, S., & Sudiajeng, L.
(2004). Ergonomi untuk Kesehatan,
Keselamatan & Produktivitas (1st ed.).
Surakarta: UNIBA Press.

82

Anda mungkin juga menyukai