Anda di halaman 1dari 12

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA KASIR SWALAYAN


DI KOTA PONTIANAK

Ian Apriani Puji Lestari1, Elly Trisnawati2 dan Indah Budiastutik3


1
Mahasiswa Peminatan Kesehatan Lingkungan, Jurusan, Universitas
Muhammadiyah Pontianak, 2013
2,3
Dosen Tetap Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak

Abstrak
Pekerja kasir adalah profesi yang memiliki risiko keluhan musculoskeletal.
Lamanya jumlah jam bekerja mengakibatkan aktivitas pekerja kasir lebih banyak
dihabiskan dengan berdiri. Bekerja pada posisi berdiri dalam waktu yang lama
ditambah dengan pemakaian sepatu hak tinggi dapat menyebabkan terjadinya
musculoskeletal disorders (MSDs) yaitu berupa nyeri pada otot-otot punggung,
kaki dan leher yang dirasakan oleh pekerja kasir.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
musculoskeletal disorders (MSDs) pada kasir swalayan di Kota Pontianak. Jenis
penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan penelitian cross
sectional. Subyek penelitian adalah kasir swalayan di Kota Pontianak sebanyak
116 orang. Sampel diambil dengan teknik total sampling. Analisis data yang
digunakan adalah distribusi frekuensi untuk gambaran tiap variabel dan uji
statistik chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) untuk mengetahui
hubungan antara variabel.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara variabel sikap
kerja (P value = 0,000), lama berdiri (P value = 0,037), pemakaian sepatu hak
tinggi (P value = 0,000), waktu istirahat (P value = 0,023), masa kerja (P value =
0,000), umur (P value = 0,004), desain stasiun kerja (P value = 0,000) dengan
Musculoskeletal Disorders (MSDs). Tidak terdapat hubungan antara indeks massa
tubuh (P value = 0,079) dengan Musculoskeletal Disorders (MSDs).
Disarankan kepada pekerja kasir agar bekerja dengan sikap kerja yang ergonomis
yaitu dapat memperhatikan sikap berdiri selama bekerja. Kepada Perusahaan
sebaiknya membuat kebijakan untuk menggunakan desain stasiun kerja yang
sesuai dengan antropometri pekerjanya dan memberikan pelatihan kerja tentang
risiko ergonomi di tempat kerja serta tata cara bekerja yang sesuai dengan prinsip
ergonomi.

Kata kunci : Sikap kerja, lama berdiri, sepatu hak tinggi, stasiun kerja, (MSDs),
pekerja kasir, swalayan, Pontianak.

1
2

Abstract

Cashier is a profession that is at risk of musculoskeletal complaints. The length of


working hours leads them to stand more than to sit. Standing too long and
wearing high heels during working can induce musculoskeletal disorders
(MSDs), that is pain in the muscles of the back, legs, and neck.
This study aimed to figuring out the factors related to musculoskeletal disorders
(MSDs) among supermarket’s cashiers in Pontianak. An observational analytic
design and a cross sectional approach were carried out in this study. The number
of the samples was selected by using total sampling technique among 116
supermarket’s cahiers in Pontianak. The data were analyzed by employing
frequency distribution and a chi-square statistic test. The frequency distribution
was utilized to describe each variable. While the chi-square statistic test was used
to determine the correlation between variables.
The study revealed two findings. First, there was correlation of body position
during working (p value= 0,000), duration of standing (p value= 0,037), high
heels use (p value= 0,000), break time (p value= 0,023), working period (p
value= 0,000), age (p value= 0,004), working station design (p value= 0,000),
and musculoskeletal disorders (MSDs). Second, there was no correlation of body
mass index (p value= 0,079) and musculoskeletal disorders (MSDs).
From the findings, the supermarket’s cashiers are encouraged to implement
ergonomic body position during working. The owners of the supermarkets are
also recommended to make policy about appropriate working stations in
accordance with the worker’s anthropometry. Besides, it is also regarded essential
to provide job training on ergonomic risks at workplace and implement work
procedures based on the principles of ergonomics.

Key words : Body position, duration of standing, high heels, working station,
MSDs, cashiers, supermarket’s, Pontianak.

PENDAHULUAN yang tidak sehat. Pekerja dengan


gangguan kesehatan tidak hanya
Kesehatan kerja mutlak harus kurang produktif, tetapi juga dapat
dilaksanakan di dunia kerja dan di membahayakan diri sendiri maupun
dunia usaha, oleh semua orang yang teman kerja yang lain dan
berada di tempat kerja1. Kesehatan masyarakat2.
kerja adalah kesehatan total setiap Hasil studi Departemen Kesehatan
pekerja. Bekerja dapat berdampak tentang profil masalah kesehatan di
buruk terhadap kesehatan tapi juga Indonesia tahun 2005 menunjukkan
dapat memberikan keuntungan bagi bahwa sekitar 40,5% penyakit yang
kesehatan dan kesejahteraan. Status diderita pekerja berhubungan
kesehatan pekerja akan memberi dengan pekerjaannya, menurut studi
dampak terhadap pekerjaannya. yang dilakukan terhadap 9.482
Pekerja yang sehat lebih pekerja di 12 kabupaten/kota di
memungkinkan menjadi lebih Indonesia menunjukkan gangguan
produktif dibandingkan pekerja kesehatan yang dialami pekerja
3

umumnya berupa penyakit yaitu tekanan, getaran dan


musculoskeletal (16%), mikrolimat5. Pekerja kasir adalah
kardiovaskuler (8%), gangguan profesi yang memiliki faktor risiko
syaraf (6%), gangguan pernapasan keluhan musculoskeletal. Lamanya
(3%), dan gangguan THT (1,5%)3. jumlah jam bekerja mengakibatkan
Hasil dari Pusat Studi Kesehatan aktivitas para pekerja kasir lebih
dan Ergonomi ITB tahun 2006-2007 banyak dihabiskan dengan berdiri.
diperoleh data sebanyak 40%-80% Bekerja pada posisi berdiri dalam
pekerja melaporkan keluhan pada waktu yang lama ditambah dengan
bagian musculoskeletal sesudah pemakaian sepatu hak tinggi dapat
bekerja4. menyebabkan terjadinya
Keluhan musculoskeletal adalah musculoskeletal disorders (MSDs)
keluhan pada bagian-bagian otot yaitu berupa nyeri pada otot-otot
skeletal yang dirasakan oleh punggung, kaki dan leher yang
seseorang mulai dari keluhan sangat dirasakan oleh pekerja kasir.
ringan sampai sangat sakit. Apabila Berdasarkan hasil pemeriksaan
otot menerima beban statis secara palpasi oleh perawat pada 25 orang
berulang dan dalam waktu yang pekerja kasir ternyata terdapat 18
lama, akan dapat menyebabkan pekerja kasir mengalami keluhan
keluhan berupa kerusakan pada nyeri otot rangka leher, bahu kiri dan
sendi, ligament dan tendon. Keluhan kanan, pinggang dan merasa pegal-
hingga kerusakan inilah yang pegal pada bagian kaki yaitu betis
biasanya diistilahkan dengan kiri dan kanan, lutut kaki kiri dan
keluhan musculoskeletal disorders kanan, tumit kaki kiri dan kanan.
(MSDs) atau cedera pada sistem Keluhan itu terjadi pada saat mereka
musculoskeletal. Studi tentang bekerja atau sesudah bekerja.
MSDs pada berbagai jenis industri Keluhan yang dirasakan adalah
telah banyak dilakukan dan hasil keluhan ringan sampai keluhan berat.
studi menunjukkan bahwa bagian Dari permasalahan di atas peneliti
otot yang sering dikeluhkan adalah tertarik untuk mengetahui lebih
otot rangka (skeletal) yang meliputi mendalam tentang “Faktor-faktor
otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, yang berhubungan dengan
punggung, pinggang dan otot-otot Musculoskeletal Disorders (MSDs)
bagian bawah. Paparan dari faktor pada kasir swalayan di Kota
risiko ergonomi di tempat kerja Pontianak”.
dapat menyebabkan atau memberi
kontribusi bagi perkembangan METODE
musculoskeletal disorders. Faktor-
faktor penyebab MSDs yaitu faktor Jenis penelitian adalah
pekerjaan (peregangan otot yang observasional analitik dengan
berlebihan, aktivitas berulang dan rancangan cross sectional. Populasi
sikap kerja), faktor individu (umur, dalam penelitian ini adalah seluruh
jenis kelamin, kebiasaan merokok, kasir di swalayan Mitra Anda,
kesegaran jasmani, kemampuan Garuda Mitra, Ligo Mitra, Citra
kerja fisik, masa kerja dan indeks Siantan dan Kaisar Siantan yang
massa tubuh), faktor lingkungan berjumlah 116 orang. Sampel dalam
4

penelitian ini keseluruhan jumlah pengukuran lama berdiri, pemakaian


populasi. sepatu hak tinggi, indeks massa
Jenis data yang dikumpulkan dalam tubuh serta desain stasiun kerja dan
penelitian ini adalah data primer melakukan pemeriksaan palpasi
dari hasil wawancara secara yang dilakukan oleh perawat dengan
langsung pada pekerja kasir untuk cara menekan pada bagian-bagian
mengetahui umur, masa kerja serta yang terjadi Musculoskeletal
waktu istirahat, observasi secara disorders (MSDs). Uji statistik yang
langsung dengan melihat sikap kerja digunakan adalah Chi-Square
pekerja kasir melakukan (α=5%).

HASIL

Tabel 1
Analisis Univariat Sikap Kerja, Lama Berdiri, Pemakaian Sepatu Hak
Tinggi, Waktu Istirahat, Masa Kerja, Umur, Indeks Massa Tubuh, Desain
Stasiun Kerja dan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Kasir Swalayan
Di Kota Pontianak Tahun 2013
Variabel Kategori Frekuensi %
Sikap Kerja Salah 75 64,7
Benar 41 35,3
Berdiri dengan Posisi
yang Sama > 20 Menit 11 9,5
Lama Berdiri Berdiri dengan Posisi
yang Sama ≤ 20 Menit 105 90,5
Pemakaian Sepatu Hak Memakai 55 47,4
Tinggi
Tidak Memakai 61 52,6
Berisiko (≤ 45 menit) 107 92,2
Waktu Istirahat Tidak Berisiko (> 45
menit) 9 7,8
Masa Kerja Berisiko (> 2 tahun) 44 37,9
Tidak Berisiko (≤ 2
tahun) 72 62,1
Umur Berisiko (≥ 35 tahun) 12 10,3
Tidak Berisiko (< 35
tahun) 104 89,7
Indeks Massa Tubuh Gemuk (> 25,0 kg/m2) 4 3,4
2
Kurus (< 17,0-18,5 kg/m ) 39 33,6
Normal (>18,5-25,0 kg/m2) 73 62,9
5

Variabel Kategori Frekuensi %


Desain Stasiun Kerja Berisiko (Tinggi
landasan kerja 15-40 cm 82 70,7
di bawah tinggi siku)
Tidak Berisiko (Tinggi
landasan kerja 5-10 cm di
atas tinggi siku 34 29,3
Musculoskeletal Disorders
(MSDs) Keluhan Berat 11 9,5
Keluhan Ringan 81 69,8
Tidak Ada Keluhan 24 20,7
Sumber: Data primer, 2013

Berdasarkan tabel di atas berisiko (< 35 tahun) yaitu sebanyak


menunjukkan bahwa responden 104 orang (89,7%).
dengan sikap kerja yang salah yaitu Responden dengan indeks massa
sebanyak 75 orang (64,7%) dan tubuh yang normal (IMT 18,5-25,0)
responden dengan lama berdiri yaitu sebanyak 73 orang (62,9%)
dengan posisi yang sama ≤ 20 menit serta responden dengan desain
yaitu sebanyak 105 orang (90,5%). stasiun kerja yang tinggi landasan
Responden yang tidak memakai kerjanya 15-40 cm di bawah tinggi
sepatu hak tinggi yaitu sebanyak 61 siku yaitu sebesar 70,7%.
orang (52,6%) dan responden dengan Responden yang mengalami
waktu istirahat yang berisiko (≤ 45 Musculoskeletal Disorders (MSDs)
menit) yaitu sebanyak 107 orang dengan keluhan ringan yaitu sebesar
(92,2%). Responden dengan masa 69,8%, responden yang tidak ada
kerja yang tidak berisiko (≤ 2 tahun) keluhan yaitu sebesar 20,7% dan
yaitu sebanyak 72 orang (62,1%) dan responden dengan keluhan berat
responden dengan umur yang tidak yaitu sebesar 9,5%.

Tabel 2
Analisis Bivariat Hubungan Antara Sikap Kerja, Lama Berdiri, Pemakaian
Sepatu Hak Tinggi, Waktu Istirahat, Masa Kerja, Umur, Indeks Massa
Tubuh dan Desain Stasiun Kerja dengan Musculoskeletal Disorders (MSDs)
pada Kasir Swalayan Di Kota Pontianak Tahun 2013
No Variabel Bebas Variabel Terikat p value Makna
1 Sikap Kerja 0,000 Berhubungan
2 Lama Berdiri 0,037 Berhubungan
3 Pemakaian Musculoskeletal 0,000 Berhubungan
Sepatu Hak Tinggi
4 Waktu Istirahat Disorders 0,023 Berhubungan
5 Masa Kerja (MSDs) 0,000 Berhubungan
6 Umur 0,004 Berhubungan
7 Indeks Massa Tubuh 0,079 Tidak Berhubungan
8 Desain Stasiun Kerja 0,000 Berhubungan
Sumber: Data primer, 2013
6

PEMBAHASAN meningkatkan jumlah energi yang


1. Hubungan antara sikap kerja dibutuhkan untuk bekerja. Posisi
dengan Musculoskeletal janggal menyebabkan kondisi
Disorders (MSDs) pada Kasir dimana transfer tenaga dari otot
Swalayan di Kota Pontianak ke jaringan rangka tidak efisien
sehingga mudah menimbulkan
Hasil uji Chi-Square (Pearson lelah. Sikap kerja tidak alamiah
Chi-Square) diperoleh nilai p = ini pada umumnya karena
0,000 lebih kecil dari α = 0,05 karakteristik tuntutan tugas, alat
yang artinya Ho ditolak (Ha kerja dan stasiun kerja tidak
diterima), jadi dapat disimpulkan sesuai dengan kemampuan dan
bahwa ada hubungan antara sikap keterbatasan pekerja5.
kerja dengan Musculoskeletal Hasil penelitian ini sejalan dengan
Disorders (MSDs) pada Kasir penelitian yang dilakukan oleh
Swalayan di Kota Pontianak. Diana dengan hasil uji statistic p <
Hubungan tenaga kerja dalam 0,05 berarti dapat disimpulkan
sikap dan interaksinya terhadap bahwa ada hubungan antara sikap
sarana kerja akan menentukan kerja berdiri dengan keluhan
efisiensi, efektivitas dan musculoskeletal pada pekerja
produktivitas kerja. Semua sikap bagian weaving di PT. Delta
tubuh yang tidak alamiah dalam Merlin Dunia Textile
bekerja harus dihindarkan. Sikap Kebakkramat Karanganyar6.
kerja tidak alamiah adalah sikap
kerja yang menyebabkan posisi 2. Hubungan antara lama berdiri
bagian-bagian tubuh bergerak dengan Musculoskeletal
menjauhi posisi alamiah, misalnya Disorders (MSDs) pada Kasir
pergerakan tangan terangkat, Swalayan di Kota Pontianak
punggung terlalu membungkuk,
kepala terangkat, dan sebagainya. Hasil uji Chi-Square (Pearson
Semakin jauh posisi bagian tubuh Chi-Square) diperoleh nilai p =
dari pusat gravitasi tubuh, maka 0,037 lebih kecil dari α = 0,05
semakin tinggi pula resiko yang artinya Ho ditolak (Ha
terjadinya keluhan otot skeletal. diterima), jadi dapat disimpulkan
Sikap kerja tidak alamiah bahwa ada hubungan antara lama
merupakan sikap dalam proses berdiri dengan Musculoskeletal
kerja yang tidak sesuai dengan Disorders (MSDs) pada Kasir
anatomi tubuh, sehingga dapat Swalayan di Kota Pontianak.
terjadi pergeseran atau penekanan Berdiri merupakan sikap siaga
pada bagian penting tubuh seperti baik fisik maupun mental,
organ tubuh, syaraf, tendon dan sehingga aktivitas kerja yang
tulang sehingga keadaan menjadi dilakukan lebih cepat, kuat dan
tidak relaks dan dapat teliti. Namun demikian mengubah
menyebabkan keluhan posisi duduk ke berdiri dengan
Musculoskeletal Disorders. masih menggunakan alat kerja
Bekerja dengan posisi janggal yang sama akan melelahkan. Pada
7

dasarnya berdiri itu sendiri lebih yang artinya Ho ditolak (Ha


melelahkan dari pada duduk dan diterima), jadi dapat disimpulkan
energi yang dikeluarkan untuk bahwa ada hubungan antara
berdiri lebih banyak 10-15% pemakaian sepatu hak tinggi
dibandingkan dengan duduk. dengan Musculoskeletal
Berdiri dalam jangka waktu yang Disorders (MSDs) pada Kasir
lama, dengan posisi yang sama Swalayan di Kota Pontianak.
memiliki batas waktu 20 menit. Menggunakan sepatu hak tinggi
Jika lebih dari batas waktu menimbulkan perubahan sudut
tersebut, maka perlahan-lahan pada tulang panggul dan
elastisitas jaringan akan kelengkungan dari tulang
berkurang, otot menjadi tegang punggung bawah sehingga dapat
dan rasa tidak nyaman pada memprovokasi saraf di tulang
daerah punggung7. Apabila otot- punggung bawah hingga dapat
otot punggung tersebut menerima menimbulkan nyeri punggung
beban statis saat berdiri dalam bawah, nyeri lutut, dan nyeri kaki.
jangka waktu yang lama, maka Sehingga beresiko besar terhadap
dapat menyebabkan keluhan gangguan jalan akibat cidera otot,
berupa kerusakan pada sendi, cidera ligament di lutut dan kaki.
ligamen dan tendon. Keluhan Penggunaan sepatu hak tinggi
hingga kerusakan inilah yang mengakibatkan perubahan kerja
biasanya diistilahkan dengan dari otot panggul, tungkai dan
keluhan musculoskeletal disorders pergelangan kaki. Sepatu hak
(MSDs) atau cedera pada sistem tinggi membuat beban tubuh jatuh
muskuloskeletal5. ke depan sehingga memberikan
Masalah nyeri punggung yang stress yang besar pada postur dan
timbul akibat berdiri lama kurva tulang belakang sehingga
menjadi fenomena yang sering sepatu hak tinggi merupakan
terjadi pada pekerja khususnya faktor terbesar penyebab
pekerja kasir saat ini. Hasil pergeseran tulang belakang karena
penelitian dari Hartiyah adanya perubahan center of
menunjukkan bahwa ada gravity tubuh8.
hubungan berdiri lama dengan Hasil penelitian ini sejalan dengan
keluhan nyeri punggung bawah penelitian yang dilakukan oleh
miogenik pada pekerja kasir Jauhari yang menunjukkan bahwa
dengan nilai P value sebesar 0,0137. ada hubungan yang bermakna
antara perilaku penggunaan sepatu
3. Hubungan antara pemakaian hak tinggi dengan kejadian Low
sepatu hak tinggi dengan Back Pain. Berdasarkan hasil uji
Musculoskeletal Disorders Chi Square didapat p value =
(MSDs) pada Kasir Swalayan di 0,00019.
Kota Pontianak

Hasil uji Chi-Square (Pearson


Chi-Square) diperoleh nilai p =
0,000 lebih kecil dari α = 0,05
8

4. Hubungan antara waktu istirahat Disorders (MSDs) pada Kasir


dengan Musculoskeletal Swalayan di Kota Pontianak.
Disorders (MSDs) pada Kasir Masa kerja adalah faktor yang
Swalayan di Kota Pontianak berkaitan dengan lamanya
seseorang di suatu perusahaan.
Hasil uji Chi-Square (Pearson Terkait dengan hal tersebut,
Chi-Square) diperoleh nilai p = MSDs merupakan penyakit kronis
0,023 lebih kecil dari α = 0,05 yang membutuhkan waktu lama
yang artinya Ho ditolak (Ha untuk berkembang dan
diterima), jadi dapat disimpulkan bermanifestasi. Jadi semakin lama
bahwa ada hubungan antara waktu waktu bekerja atau semakin lama
istirahat dengan Musculoskeletal seseorang terpajan faktor risiko
Disorders (MSDs) pada Kasir MSDs ini maka semakin besar
Swalayan di Kota Pontianak. pula risiko untuk mengalami
Pemberian waktu istirahat secara MSDs11.
umum dimaksudkan untuk Berdasarkan penelitian Budi
mencegah terjadinya kelelahan Santoso (2004), bahwa posisi dan
yang berakibat pada penurunan sikap dalam bekerja dalam waktu
kemampuan fisik dan mental serta yang lama dengan lama kerja rata-
kehilangan efisiensi kerja, rata 8 (delapan) tahun
memberi kesempatan tubuh untuk menyebabkan keluhan nyeri
melakukan pemulihan dan punggung bawah pada sebagian
memberi kesempatan waktu untuk besar pengrajin rotan12.
melakukan kontak sosial5.
Hasil penelitian ini sejalan dengan 6. Hubungan antara umur dengan
penelitian yang dilakukan oleh Musculoskeletal Disorders
Firdausia yang menunjukkan (MSDs) pada Kasir Swalayan di
bahwa ada hubungan yang Kota Pontianak
bermakna antara lama kerja dalam
sehari dengan keluhan Hasil uji Chi-Square (Pearson
muskuloskeletal. Berdasarkan Chi-Square) diperoleh nilai p =
hasil uji Chi Square didapat p 0,004 lebih kecil dari α = 0,05
value = 0,00710. yang artinya Ho ditolak (Ha
diterima), jadi dapat disimpulkan
5. Hubungan antara masa kerja bahwa ada hubungan antara umur
dengan Musculoskeletal dengan Musculoskeletal
Disorders (MSDs) pada Kasir Disorders (MSDs) pada Kasir
Swalayan di Kota Pontianak Swalayan di Kota Pontianak.
Semakin lama seseorang bekerja
Hasil uji Chi-Square (Pearson dengan meningkatnya usia maka
Chi-Square) diperoleh nilai p = akan terjadi degenerasi yang
0,000 lebih kecil dari α = 0,05 berupa kerusakan jaringan,
yang artinya Ho ditolak (Ha penggantian jaringan menjadi
diterima), jadi dapat disimpulkan jaringan parut, pengurangan
bahwa ada hubungan antara masa cairan sehingga hal tersebut
kerja dengan Musculoskeletal menyebabkan stabilitas pada
9

tulang dan otot menjadi dengan masa tubuh > 29)


berkurang. Oleh karena itu usia mempunyai resiko 2,5 lebih tinggi
kerja merupakan faktor yang dibandingkan dengan yang kurus
berperan dalam Musculoskeletal (masa tubuh < 20), khususnya
Disorders. Pada umumnya untuk otot kaki5. Kaitan indeks
keluhan otot skeletal mulai massa tubuh dengan MSDs adalah
dirasakan pada usia kerja, yaitu semakin gemuk seseorang maka
25-65 tahun. Keluhan pertama bertambah besar risikonya untuk
biasanya dirasakan pada umur 35 mengalami MSDs. Hal ini
tahun dan tingkat keluhan akan dikarenakan seseorang dengan
terus meningkat sejalan dengan kelebihan berat badan akan
bertambahnya umur. Jadi semakin berusaha untuk menyangga berat
tua umur seseorang maka semakin badan dari depan dengan
besar risiko terjadinya gangguan mengontraksikan otot punggung
Musculoskeletal Disorders5. bawah. Dan bila ini berlanjut
Hasil penelitian Nurhikmah terus-menerus, akan menyebabkan
menyatakan bahwa terdapat penekanan pada bantalan saraf
hubungan yang signifikan antara tulang belakang yang
faktor individu (umur) dengan mengakibatkan hernia nucleus
musculoskeletal disorders pulposus.
(MSDs) pada pekerja furnitur di
Kecamatan Benda Kota 8. Hubungan antara desain stasiun
Tangerang dengan Pvalue sebesar kerja dengan Musculoskeletal
0,002 dimana (p<0,05)13. Disorders (MSDs) pada Kasir
Swalayan di Kota Pontianak
7. Hubungan antara indeks massa
tubuh dengan Musculoskeletal Hasil uji Chi-Square (Pearson
Disorders (MSDs) pada Kasir Chi-Square) diperoleh nilai p =
Swalayan di Kota Pontianak 0,000 lebih besar dari α = 0,05
yang artinya Ho ditolak (Ha
Hasil uji Chi-Square (Pearson diterima), jadi dapat disimpulkan
Chi-Square) diperoleh nilai p = bahwa ada hubungan antara
0,079 lebih besar dari α = 0,05 desain stasiun kerja dengan
yang artinya Ho diterima (Ha Musculoskeletal Disorders
ditolak), jadi dapat disimpulkan (MSDs) pada Kasir Swalayan di
bahwa tidak ada hubungan antara Kota Pontianak.
indeks massa tubuh dengan Pada desain stasiun kerja berdiri,
Musculoskeletal Disorders apabila tenaga keja harus bekerja
(MSDs) pada Kasir Swalayan di untuk periode yang lama, maka
Kota Pontianak. faktor kelelahan menjadi utama.
Walaupun pengaruhnya relatif Untuk meminimalkan pengaruh
kecil, berat badan, tinggi badan kelelahan dan keluhan subjektif
dan massa tubuh merupakan maka pekerjaan harus didesain
faktor yang dapat menyebabkan agar tidak terlalu banyak
terjadinya keluhan otot skeletal. menjangkau, membungkuk, atau
Bagi pasien yang gemuk (obesitas melakukan gerakan dengan posisi
10

kepala yang tidak alamiah. 3. Ada hubungan antara pemakaian


Tarwaka memberikan sepatu hak tinggi dengan
rekomendasi ergonomis tentang Musculoskeletal Disorders
ketinggian landasan kerja posisi (MSDs) pada Kasir Swalayan di
berdiri didasarkan pada ketinggian Kota Pontianak.
siku berdiri sebagai tersebut 4. Ada hubungan antara waktu
berikut ini. (a) Untuk pekerjaan istirahat dengan Musculoskeletal
memerlukan ketelitian dengan Disorders (MSDs) pada Kasir
maksud untuk mengurangi Swalayan di Kota Pontianak.
pembebanan statis pada otot 5. Ada hubungan antara masa kerja
bagian belakang, tinggi landasan dengan Musculoskeletal
kerja adalah 5-10 cm di atas tinggi Disorders (MSDs) pada Kasir
siku berdiri (b) Selama kerja Swalayan di Kota Pontianak.
manual, di mana pekerja sering 6. Ada hubungan anatara umur
memerlukan ruangan untuk dengan Musculoskeletal
paralatan, material dan container Disorders (MSDs) pada Kasir
dengan berbagai jenis, tinggi Swalayan di Kota Pontianak.
landasan kerja adalah 10-15 cm di 7. Tidak ada hubungan antara
bawah tinggi siku berdiri (c) indeks massa tubuh dengan
Untuk pekerjaan yang Musculoskeletal Disorders
memerlukan penekanan dengan (MSDs) pada Kasir Swalayan di
kuat, tinggi landasan kerja adalah Kota Pontianak.
15-40 cm di bawah tinggi siku 8. Ada hubungan antara desain
berdiri5. stasiun kerja dengan
Hasil penelitian Pamungkas Musculoskeletal Disorders
menunjukkan bahwa terdapat (MSDs) pada Kasir Swalayan di
hubungan yang bermakna antara Kota Pontianak.
disain stasiun kerja dengan
keluhan musculoskeletal pekerja Berdasarkan simpulan diatas, maka
bagian pengamplasan industri pada bagian terakhir dari penulisan
mebel dengan p value 0,002 skripsi ini ada beberapa saran yang
dimana (p<0,05)14. akan peneliti sampaikan, yaitu
sebagai berikut:
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Bagi pekerja kasir
a) Pekerja kasir sebaiknya
Berdasarkan hasil penelitian dan bekerja dengan sikap kerja
pembahasan, maka dapat yang ergonomis serta
disimpulkan sebagai berikut: mengubah posisi berdiri
1. Ada hubungan antara sikap kerja mereka secara teratur.
dengan Musculoskeletal b) Pekerja kasir sebaiknya
Disorders (MSDs) pada Kasir memakai alas kaki yang
Swalayan di Kota Pontianak. nyaman dan menggunakan
2. Ada hubungan antara lama sepatu dengan tinggi di
berdiri dengan Musculoskeletal bawah 5 cm.
Disorders (MSDs) pada Kasir c) Pekerja kasir sebaiknya
Swalayan di Kota Pontianak. melakukan istirahat selama
11

15 menit setelah bekerja (kepuasan kerja, stress dan


selama 1,5 – 2 jam untuk organisasi kerja).
mempertahankan
performansi dan efisiensi DAFTAR PUSTAKA
kerja.
2. Bagi perusahaan 1. Kurniawidjaja, Meily L. 2010.
a) Pihak perusahaan Teori Dan Aplikasi Kesehatan
diharapkan membuat Kerja. Universitas Indonesia.
kebijakan tentang standar Jakarta.
sepatu yang ergonomis yaitu 2. Jeyaratnam, J dan Koh, David.
sepatu dengan tinggi di 2009. Praktik Kedokteran Kerja.
bawah 5 cm. EGC. Jakarta.
b) Perusahaan diharapkan 3. Albugis, Dina Yasmin. 2009.
menyediakan waktu istirahat Tingkat Risiko (risk level)
pada pekerja kasir sesuai Musculoskeletal Disorders
dengan ketentuan (MSDs) di Workshop Steel Tower
perundang-undangan yang berdasarkan metode Rapid Entire
berlaku, seperti istirahat Body Assessment (REBA) di PT.
selama 1 jam setelah Bukaka Teknik Utama tahun
melakukan 4 jam kerja dan 2009. Skripsi. FKM Universitas
diselingi dengan istirahat Indonesia. Jakarta.
selama 15 menit setelah 1,5 4. Aprilia, Melissa. 2009. Tingkat
– 2 jam kerja. Risiko Ergonomi Terkait Keluhan
c) Perusahaan sebaiknya Musculoskeletal Disorders pada
menggunakan stasiun kerja Pekerja Konstruksi PT. Waskita
dengan tinggi landasan kerja Karya tahun 2009. Skripsi. FKM
5-10 cm di atas tinggi siku Universitas Indonesia. Jakarta.
berdiri untuk pekerja kasir, 5. Tarwaka, Dkk. 2004. Ergonomi
karena pekerjaan kasir Untuk Keselamatan, Kesehatan
memerlukan ketelitian. Kerja dan Produktivitas. Uniba
Press. Surakarta.
3. Bagi peneliti selanjutnya, 6. Diana, Riza Septa. 2012.
diharapkan dapat meneliti Hubungan Sikap Kerja Berdiri
variabel-variabel lain yang dengan Keluhan Muskuloskeletal
kemungkinan memiliki pada Pekerja Bagian Weaving di
hubungan yang signifikan PT. Delta Merlin Dunia Tekstil
dengan musculoskeletal Kebakkramat Karanganyar.
disorders (MSDs) yang tidak Skripsi. Fakultas Kedokteran.
diteliti pada penelitian ini, UNS. Surakarta.
seperti faktor pekerjaan 7. Hartiyah. 2008. Hubungan Berdiri
(aktivitas berulang), faktor Lama Dengan Keluhan Nyeri
individu (kesegaran jasmani), Punggung Bawah Miogenik Pada
faktor lingkungan (mikrolimat Pekerja Kasir. FIKES UMS.
atau paparan suhu di tempat Surakarta.
kerja) dan faktor psikososial
12

8. Louboutin. 2008. Stylish Women 2010. Skripsi. Fakultas


Love High Heeled Shoes. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
9. Jauhari, A. 2010. Hubungan UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Antara Pengetahuan, Sikap Dan 12. Budi Santoso, Totok. 2004.
Perilaku Penggunaan Sepatu Hak Pengaruh Posisi Kerja Terhadap
Tinggi Dengan Kejadian Low Timbulnya Nyeri Punggung
Back Pain Di Poliklinik Bawah Pada Pengrajin Rotan Di
Fisioterapi RSUD Dokter Desa Trangsan Kabupaten
Soedarso Pontianak. Skripsi. Sukoharjo.
FIKES Universitas 13. Nurhikmah. 2011. Faktor-Faktor
Muhammadiyah Pontianak. Yang Berhubungan Dengan
Pontianak. Musculoskeletal Disorders
10. Firdausia, Fara. 2011. Hubungan (MSDs) Pada Pekerja Furnitur Di
Antara Faktor Individu Dengan Kecamatan Benda Kota
Keluhan Muskuloskeletal pada Tangerang Tahun 2011. Skripsi.
Pekerja Kasir Di Salah Satu Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Hipermartket Di Surabaya. Kesehatan UIN Syarif
Skripsi. Fakultas Kesehatan Hidayatullah. Jakarta.
Masyarakat. Universitas 14. Pamungkas, Retno. 2007.
Airlangga. Hubungan Disain Stasiun Kerja
11. Maijunidah, Emi. 2010. Faktor- dan Gerakan Berulang dengan
Faktor Yang Mempengaruhi Keluhan Muskuloskeletal Pekerja
Keluhan Musculoskeletal Bagian Pengamplasan Industri
Disorders (MSDs) Pada Pekerja Mebel Simongan Semarang.
Assembling PT X Bogor Tahun

Anda mungkin juga menyukai