Anda di halaman 1dari 7

1

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN


MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA PENGANGKUT JERUK
DI DESA BARU KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2020

Isra Rahmayani1

ISRA RAHMAYANI: PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


STIKES ALIFAH PADANG Jl. Khatib Sulaiman No. 52 B Padang 25136

Abstrak

Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari
keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Banyak nya pekerja pengangkut jeruk (57,1%) yang mengatakan beban
yang di angkut lebih dari 50 kg, dan (85,7%) pekerja pengangkut jeruk terlihat posisi kerjanya dengan sikap tubuh
yang dipaksakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan
muskuloskeletal pada pekerja pengangkut jeruk di Desa Baru Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2020. Jenis penelitian
adalah kuantitatif dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Baru Kabupaten Pasaman
Barat pada tanggal 16- 18 September 2020. Jumlah sampel sebanyak 31 orang. Data yang digunakan adalah data
primer dan data sekunder. Alat ukur yang digunakan kuesioner. Data di analisis secara univariat dan bivariate dengan
menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian ditemukan 64,5% responden yang beresiko muskuloskelektal, 41,9%
masa kerjanya baru, 58,1% yang beban kerjanya berat dan 51,6% yang sikap kerjanya beresiko. Terdapat hubungan
beban kerja (Pvalue = 0,021) dan sikap kerja (Pvalue=0,017) dengan keluhan musculoskeletal pada pekerja
pengangkut jeruk. Sedangkan masa kerja tidak ada hubungan dengan keluhan muskuloskeletal (1,000). Terdapat
hubungan yang signifikan antara sikap kerja dan beban kerja dengan keluhan muskuloskeletal. Untuk mencegah
terjadinya muskuloskelektal di sarankan kepada pihak unit untuk lebih memperhatikan beban kerja karyawan dan
sikap kerja karyawan agar terhindar dari resiko muskuloskelektal. Dengan cara memberi alat bantu untuk proses
pengangkatan buah jeruk menggunakan gerobak, untuk mengurangi resiko sikap kerja yang tidak ergonimis pada
pekerja.

Kata kunci: Beban Kerja, Masa Kerja, Muskuloskeletal, Sikap Kerja

Abstract

Musculoskeletal complaints are complaints on parts of the skeletal muscle felt by a person ranging from very mild to
very sick complaints. Number of orange transport workers (57.1%) which says the carrying load is more than 50 kg,
and (85.7%) orange transporter workers are seen in their working positions with a forced body attitude. This research
aims to find out the factors related to musculoskeletal complaints in orange transport workers in The New Village of
West Pasaman 2020. This type of research is quantitative with cross sectional study design. This research was
conducted in Desa Baru of West Pasaman Regency on September 16- 18, 2020. The sample count is 31 people. The
data used is primary data and secondary data. The measuring instrument used by the questionnaire. The data was
analyzed univariate and bivariate using the Chi Square test. The results found 64.5% of respondents were at risk of
musculoskelektal, 41.9% of new working life, 58.1% whose workload was heavy and 51.6% whose work attitude was
at risk. There is a relationship of workload (Pvalue = 0.021) and work attitude (Pvalue=0.017) with musculoskeletal
complaints on orange transport workers. While the working period has nothing to do with musculoskeletal complaints
(1,000). There is a significant relationship between work attitudes and workloads with work stress. To prevent
musculoskelektal, it is recommended that the unit pay more attention to employee workload and employee work
attitude to avoid musculoskelecttal risk. By providing tools for the process of lifting citrus fruits using carts, to reduce
the risk of ungoniist work attitudes in workers.

Keywords: Muskuloskeletal, Tenure, Work attitude, Workload

Affiliasi penulis : 1. Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat PENDAHULUAN


2.STIKes Alifah Padang
Korespondensi : isra ahmayani@Gmail.com Telp: 083181885764 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga
kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13
tahun 2003. Meskipun dalam ketentuan mengenai
kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur
2

sedemikian rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti Keluhan muskuloskeletal dalam pekerjaan akan
yang diharapkan. Faktor yang terjadi dilapangan yang menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan dalam
mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja bekerja. Hal ini dapat memicu stres atau
seperti faktor manusia, lingkungan dan psikologis. ketidakpuasan dalam bekerja, penurunan
Masih banyak perusahaan yang tidak memenuhi produktivitas, ketidakmampuan menyelesaikan
1
standar keselamatan dan kesehatan kerja . kewajiban pekerjaan, bahkan kesulitan dalam
5
Di berbagai industri masih banyak pekerjaan yang beraktivitas di rumah .
harus dilakukan secara manual yang memerlukan Sikap kerja merupakan salah satu unsur ergonomi,
tuntutan dan tekanan secara fisik yang berat. dimana sikap tubuh yang menggambarkan bagaimana
Pemindahan satu barang dari satu tempat ke tempat posisi badan, kepala badan, tangan dan kaki baik
lain merupakan salah satu aktivitas yang sering dalam hubungan antar bagian-bagian tersebut
dilakukan oleh manusia. Untuk melakukan maupun letak pusat gravitasinya. Sikap tubuh saat
pemindahan itu, manusia biasanya menggunakan bekerja sangat ditentukan oleh jenis pekerjaan yang
tenaga sendiri atau dengan memanfaatkan tenaga dilakukan, dimana setiap posisi kerja memiliki
6
mesin. Pemindahan dengan mengandalkan tenaga pengaruh yang berbeda-beda terhadap tubuh .
manusia tanpa menggunakan mesin disebut Manual Seseorang yang bekerja sebagai petani jeruk lebih
Material Handling (MMH). Akibat yang ditimbulkan dari dari 5 tahun meningkatkan risiko terjadinya keluhan
aktivitas MMH yang tidak benar salah satunya adalah nyeri punggung bawah dibandingkan kurang dari 5
2
keluhan muskoloskeletal . tahun, petani dengan usia lebih dari 5 tahun dimana
Low Back Pain adalah rasa nyeri yang dirasakan pada paparan mengakibatkan rongga diskus menyempit
area costae terbawah hingga lipatan gluteus bawah secara permanen dan juga mengakibatkan degenerasi
yaitu pada area tungkai sampai kaki dengan berbagai tulang belakang yang akan menyebabkan nyeri
macam penyebab yang belum diketahui (Safitri, 2012). punggung bawah kronis. Nyeri punggung bawah
Nyeri yang dirasakan penderita low back pain terjadi adalah penyakit kronis yang membutuhkan waktu
karena adanya spasme otot sehingga dapat lama untuk berkembang dan bermanifestasi. Jadi
mempengaruhi ketidak seimbangan otot, maka akan semakin lama waktu bekerja atau semakin lama
terjadi stabilitas pada otot perut dan juga punggung seseorang terpajan faktor risiko ini maka semakin
bawah yang menurun yang akan mengakibatkan besar pula risiko untuk mengalami nyeri punggung
aktivitas fungsional yang menurun, dan juga bawah.
3
keterbatasan mobilitas pada lumbal .
Keluhan muskuloskeletal merupakan masalah METODE
kesehatan yang paling sering terjadi dalam dunia Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang
pekerjaan. Berdasarkan data dari European Agency bersifat deskriptif analitik dengan rancangan penelitian
for Safety and Health at Work (EASHW) dalam cross sectional dimana pengumpulan data baik untuk
Santoso (2014) disebutkan bahwa banyak pekerja variabel sebab (independent variabel) maupun
yang mengalami keluhan muskuloskeletal. Pada 27 variabel akibat (dependent variabel) dilakukan dalam
negara di Uni Eropa didapatkan sekitar 25% dari waktu bersamaan. Penelitian dilaksanakan di Desa
pekerjanya mengeluh sakit punggung, 23% dilaporkan Baru Kabupaten Pasaman Barat. Waktu penelitian
adanya nyeri otot. World Health Organization (WHO) pada tanggal 16 -18 September tahun 2020.
juga menyatakan bahwa di negara industri tiap tahun Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja
tercatat 2 - 5% mengalami Nyeri Punggung Bawah pengangkut jeruk di Desa Baru Kabupaten Pasaman
(NPB). Kemudian National Safety Council melaporkan Barat berjumlah 31 orang. Sampel pada penelitian ini
bahwa sakit akibat kerja dengan frekuensi kejadian berjumlah 31 orang. Teknik pengambilan sampel total
yang paling tinggi adalah sakit/nyeri pada punggung populasi yaitu seluruh populasi dijadikan sampel.
4
bawah, yaitu 22% dari 1.700.000 kasus .
3

Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu Tabel 4.4


kuesioner yang berisi pertanyaan tentang Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Sikap pada Pekerja Pengangkut Jeruk di Desa
musculoskeletal dan masa kerja.
Baru Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2020

HASIL DAN PEMBAHASAN Sikap f %


Beresiko 16 51,6
Analisis Univariat Tidak beresiko 15 48,4
Total 31 100
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari 31
Keluhan Muskoskeletal pada Pekerja Pengangkut responden, 16 responden (51,6%) yang sikap kerjanya
Jeruk di Desa Baru Kabupaten Pasaman Barat
beresiko.
Tahun 2020

Keluhan Analisis Bivariat


f %
Muskoskeletal
Tabel 4.5
Beresiko 20 64,5
Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan
Tidak beresiko 11 35,5 Muskuloskeletal pada Pekerja Pengangkut Jeruk di
Total 31 100 Desa Baru Kabupaten Pasaman BaratTahun 2020

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 31


responden, 20 responden yang keluhan Keluhan
muskuloskeletalnya beresiko (64,5%).. Muskuloskeletal
Masa Jumlah P
Kerja Tidak value
Tabel 4.2 Beresik
Beresik
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan o
o
Masa Kerja pada Pekerja Pengangkut Jeruk di
f % f % F %
Desa Baru Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2020
61, 38,
Lama 8 5 13 100
Masa Kerja f % 5 5
Lama 13 41,9 66, 33, 1,000
Baru 18 58,1 Baru 12 6 18 100
7 3
Total 31 100
64, 35,
Jumlah 20 11 31 100
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 31 5 5
responden, 18 responden yang masa kerjanya baru
(58,1%). Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa keluhan
muskuloskeletal beresiko banyak terjadi pada
Tabel 4.3 responden masa kerja baru sebanyak 12 orang
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan (66,7%) dibandingkan pada responden masa kerja
Beban Kerja pada Pekerja Pengangkut Jeruk di
lama sebanyak 8 orang (61,5%). Dari hasil uji statistik
Desa Baru Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2020
Chi-Square didapatkan P value 1,000 (P>0,05), dapat

Beban Kerja f % disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan


Berat 18 58,1 antara masa kerja dengan keluhan muskuloskeletal
Ringan 13 41,9 pada pekerja pengangkut jeruk didesa Baru
Total 31 100 Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2020.

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 31


responden, 18 responden yang memiliki beban kerja
berat (58,1%)
4

Tabel 4.6
Hubungan Beban Kerja dengan Keluhan Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa keluhan
Muskuloskeletal pada Pekerja Pengangkut Jeruk di muskuloskeletal beresiko banyak terdapat pada
Desa Baru Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2020
responden sikap kerja beresiko sebanyak 14 orang
(87,5%) dibandingkan pada responden beban kerja
Keluhan
Muskuloskeletal tidak beresiko sebanyak 6 orang (40,0%). Dari hasil uji
Beban Jumlah P statistik Chi-Square didapatkan P value 0,017
Kerja Tidak value
Beresiko (P<0,05), dapat disimpulkan ada hubungan yang
Beresiko
signifikan antara sikap kerja dengan keluhan
f % f % f %
muskuloskeletal pada pekerja pengangkut jeruk
83, 16, 10 didesa Baru Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2020.
Berat 15 3 18
3 7 0

38, 61, 10 0,021 PEMBAHASAN


Ringan 5 8 13
5 5 0

64, 35, 10 Hubungan Beban Kerja dengan Keluhan


Jumlah 20 11 31
5 5 0 Muskuloskelektal Pada Pekerja Pengangkut Jeruk
di Desa Baru Kabupaten Pasaman Barat Tahun
2020
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa keluhan
muskuloskeletal beresiko banyak terdapat pada
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada
responden beban kerja berat sebanyak 15 orang
hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan
(83,3%) dibandingkan pada responden beban kerja
keluhan muskuloskeletal pada pekerja pengangkut
ringan sebanyak 5 orang (38,5%). Dari hasil uji
jeruk didesa Baru Kabupaten Pasaman Barat Tahun
statistik Chi-Square didapatkan P value 0,021
2020. Hal ini sama dengan teori yang dikemukanan
(P<0,05), dapat disimpulkan ada hubungan yang
Tarwaka (2015), Beban kerja merupakan sesuatu
signifikan antara beban kerja dengan keluhan
yang muncul dari interaksi antara tuntutan tugas-
muskuloskeletal pada pekerja pengangkut jeruk
tugas, lingkungan kerja dimana digunakan sebagai
didesa Baru Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2020.
tempat kerja, keterampilan, perilaku dan persepsi dari
pekerja.
Tabel 4.7
Hubungan Sikap Kerja dengan Keluhan Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Muskuloskeletal pada Pekerja Pengangkut Jeruk di yang dilakukan oleh Widyastuti (2018) yang
Desa Baru Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2020 menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara
beban kerja dengan keluhan musculoskeletal pada
Keluhan buruh angkut sayur di jalan Pedamaran Pasar Johar
Muskuloskeletal
Jumlah Semarang.
Sikap P
Kerja Tidak value Setiap manusia memiliki kemampuan
Beresiko
Beresiko mengangkat beban yang berbeda-beda tergantung
f % f % f % dari kondisi masing-masing. Kondisi demikian
menggambarkan tidak adanya keserasian antara
87, 12, 10
Beresiko 14 2 16 ukuran sarana kerja sehingga terjadi pembebanan
5 5 0
setempat yang berlebihan di daerah musculoskeletal
Tidak 40, 60, 10 0,017
6 9 15 Menurut asumsi peneliti tentang hubungan
beresiko 0 0 0
beban kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada
64, 35, 10
Jumlah 20 11 31 pekeja pengangkut jeruk diakeranakan pembebanan
5 5 0
yang tidak sesuai pada pekerja pengangkut jeruk
sehingga para pekerja memaksakan melakukan
pekerjaannya yang pada akhirnya berdampak pada
keluhan muskuloskelatal, yang kalau dibiarkan terus-
5

menerus akan berdampak kepada kesehatan pekerja untuk bekerja maka seseorang tersebut semakin
dikemudian hari dan juga berdampak untuk besar risiko untuk mengalami musculoskeletal.
produktivitas pekerjaannya. Untuk mengatasi Menurut asumsi peneliti mengenai masa kerja,
terjadinya keluhan muskuloskelektal yang disebabkan dimana resiko musculoskeletal pada peteni buah jeruk
oleh beban kerja pada pekerja pengangkut jeruk, perlu tidak dipengaruhi oleh lama dia bekerja sebagai
adanya perhatian dari pemilik kebun jeruk agar petani, karena ada faktor lain yang lebih berpengaruh
pekerja terhindar dari keluhan muskuluskelektal. terhadap kejadian musculoskeletal pada petani jeruk
seperti beban kerja dan sikap kerja. Karena
Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan berdasarkan teori semakin lama seseorang bekerja
Muskuloskelektal Pada Pekerja Pengangkut Jeruk
semakin tinggi factor risiko untuk terkena
di Desa Baru Kabupaten Pasaman Barat Tahun
2020 muskuloskeletal.

Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada


hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan Hubungan Sikap Kerja dengan Keluhan
Muskuloskelektal Pada Pekerja Pengangkut Jeruk
keluhan muskuloskeletal pada pekerja pengangkut
di Desa Baru Kabupaten Pasaman Barat Tahun
jeruk didesa Baru Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2020
2020.. Tidak adanya hubungan antara masa kerja
dengan keluhan muskuloskeletal dikarenakan masa Sikap kerja dalam penelitian ini adalah posisi
kerjanya relatif baru dan sedikit kemungkinan untuk tubuh (kepala, badan, lengan, pergelangan tangan
terkena keluhan musculoskeletal. dan kaki) saat pekerja melakukan aktivitas
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian pengangkutan jeruk. Salah satu faktor penyebab
yang dilakukan oleh Sari (2017) mengenai hubungan terjadinya keluhan muskuloskeletal adalah sikap kerja
antara umur dan masa kerja dengan keluhan yang tidak alamiah. Menurut Grandjean (2010) sikap
muskuloskeletal disorderspada pekerja laundry yang kerja yang tidak alamiah adalah sikap kerja yang
menyatakan bahwa dari 30 responden yang memiliki menyebabkan bagian tubuh bergerak menjauhi posisi
masa kerja tidak berisiko (<5 tahun) ada 18 responden alamiahnya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari
(51,5%) yang mengalami muskuloskeletal disorders. pusat gravitasi, maka semakin tinggi pula
Artinya, proporsi muskuloskeletal pada responden kemungkinan terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap
yang memeiliki masa kerja berisiko lebih kecil kerja yang tidak alamiah biasanya terjadi akibat
daripada proporsi muskuloskeletal pada responden ketidaksesuaian pekerjaan dengan kemampuan
yang memiliki masa kerja tidak berisiko. Nilai p=0,630 pekerja dalam melakukan pekerjaannya.
> α= 0,05 yang berarti bahwa tidak ada hubungan Pedoman penilaian sikap kerja dalam penelitian
antara masa kerja dengan keluhan musculoskeletal ini diambil menggunakan alat ukur OWAS. Sikap kerja
pada pekerja laundrydi jalan Prof. Dr. Soepomo dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 kategori
Janturan Yogyakarta. yaitu ergonomis dan tidak ergonomis. Sikap kerja yang
Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh ergonomis jika hasil kalkulasi lembar penilaian OWAS
Budiono (2015) yang menyatakan semakin lama masa berada pada level aksi 0,1 dan2, sedangkan sikap
kerja seseorang dapat berpengaruh terhadap nyeri kerja yang tidak ergonomis jika hasil kalkulasi lembar
leher karena merupakan akumulasi pembebanan pada penilaian OWAS berada pada level aksi 3 dan 4.
otot leher akibat aktivitas mengangkat dan Hasi analisis penelitian ini menunjukkan ada
mengangkut sehari-hari. Dimana nantinya Masa kerja hubungan yang signifikan antara sikap kerja dengan
dapat mempengaruhi seseorang mempunyai risiko keluhan muskuloskeletal pada pekerja pengangkut
terkena muskuloskeletal terutama pada pekerja yang jeruk didesa Baru Kabupaten Pasaman Barat Tahun
menggunakan kekuatan kerja yang tinggi. 2020. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat
Dikarenakan masa kerja mempunyai hubungan disimbulkan bahwa, sikap kerja memiliki hubungan
dengan keluhan otot. Semakin lama waktu seseorang dengan keluhan muskuloskeletal karena sikap kerja
6

dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan kelelahan 4. Lebih dari separuh pekerja pengangkut jeruk
jika dipertahankan untuk jangka waktu yang lama. (51,6%) yang sikap kerjanya beresiko di Desa
Kemudian sikap kerja yang salah, canggung dan diluar Baru Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2020
dari kebiasaan akan menambah risiko cidera pada 5. Tidak ada hubunga masa kerja dengan keluhan
bagian sistem musculoskeletal serta pekerjaan yang muskuloskelektal pada pekerja pengangkut jeruk
dilakukan dengan gerakan berulang dan terus di Desa Baru Kabupaten Pasaman Barat Tahun
menerus juga berpengaruh pada keluhan 2020
muskuloskeletal. 6. Terdapat hubunga sikap kerja dengan keluhan
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian muskuloskelektal pada pekerja pengangkut jeruk
yang dilakukan oleh Winarto (2016) yang menyatakan di Desa Baru Kabupaten Pasaman Barat Tahun
bahwa dari 40 responden yang memiliki postur kerja 2020
berisiko terdapat 32 responden (80,0%) mengalami 7. Tidak ada hubunga beban kerja dengan keluhan
keluhan musculoskeletal disorders. Hasil analisis data muskuloskelektal pada pekerja pengangkut jeruk
uji Fisher's Exact Testmenunjukkan nilai p=0,003 di Desa Baru Kabupaten Pasaman Barat Tahun
(p<0,005) ini berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. 2020.
Dapat diinterpretasikan bahwa ada hubungan postur
kerja dengan keluhan musculoskeletal disorderspada
pekerja pabrik tahu Kelurahan Bara-Baraya Timur SARAN
Kecamatan Makassar Kota Makassar Tahun 2016.
Menurut asumsi peneliti risiko postur pada 1. Bagi Peneliti Selanjutnya
pekerja yang tidak ergonomis yang dikarenakan sikap Bagi peneliti selanjutnya agar dapat melakukan
kerja yang tidak sesuai dapat menimbulkan keluhan penelitian faktor lain yang berhubungan dengan
musculoskeletal pada pekerja yang kalau dibiarkan muskuloskelektal seperti usia, jenis kelamin,
terus-menerus akan berdampak pada kesehatan kesegaran jasmani, ukuran tubuh, aktifitas
pekerja dikemudian hari. Untuk mengatasi hal tersebut berulang, tekanan dan getaran.
dapat dikurangi dengan beberapa langkah. Salah 2. Bagi Unit Petani Jeruk
satunya dengan cara memberikan informasi kepada Untuk mencegah terjadinya muskuloskelektal di
para pekerja pengangkut jeruk mengenai cara sarankan kepada pihak unit untuk lebih
mengangkat, mendorong, berdiri dan memegang yang memperhatikan beban kerja karyawan dan sikap
ergonomis, sehingga mengurangi terbentuknya postur kerja karyawan agar terhindar dari resiko
janggal. Selain itu, pekerja pengangkut jeruk dapat muskuloskelektal. Dengan cara memberi alat
melakukan stretchings sebelum dan sesudah bekerja bantu untuk proses pengangkatan buah jeruk
ntuk meregangkan otot yang tegang. menggunakan gerobak, untuk mengurangi resiko
sikap kerja yang tidak ergonimis pada pekerja..

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
1. Lebih dari separuh pekerja pengangkut jeruk
(64,5%) mengalami keluhan muskuloskelektal di 1. Sucipto. 2014. Keselamatan dan Kesehatan
Desa Baru Kabupaten Pasaman Barat Tahun
Kerja. PT. Pustaka Binaman Persindo,
2020
Jakarta
2. Lebih dari separuh pekerja pengangkut jeruk
2. Sumiati. 2015. Analisis Risiko Low Back
(58,1%) yang masa kerjanya baru di Desa Baru
Pain (LBP) pada perawat unit Darurat dan
Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2020
3. Lebih dari separuh pekerja pengangkut jeruk Ruang Operasi di RS. Prikasi Jakarta
(58,1%) yang beban kerjanya berat di Desa Baru Selatan. Jurnal Skripsi Fakultas Kesehatan
Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2020 Masyarakat UI.
7

3. Santoso. 2013. Ergonomi Terapan. Jakarta


: Prestasi Pustaka Publisher.
4. Suma’mur. 2013. Higiene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta :
Gunung Agung.
5. Tarwaka. 2015. Ergonomi untuk
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Produktivitas. Surakarta : UNIBA Press.
6. Winarto, V.T. 2016. Faktor yang
Berhubungan dengan Keluhan
Musculoskeletal Disorders(MSDs) pada
Pekerja Pabrik Tahu Kelurahan Bara-
Baraya Timur Kecamatan Makassar Kota
Makassar Tahun 2016. Skripsi. Makassar:
Universitas Hasanuddin.
7. Widyastuti. 2010. Faktor yang Berhubungan
dengan Keluhan Muskuloskeletal pada
Buruh Angkut Sayur di Jalan Pedamaran
Pasar Johar. Skripsi. Semarang: Universitas
Negeri Semarang
8. Purwanto. 2008. Hernia Nukleus Pulposus,
Dalam : Nyeri Punggung Bawah. Jakarta.
Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf
Indonesia (PERDOSSI).
9. Nurmianto. 2014. Ergonomi Konsep Dasar
dan Aplikasinya. Surabaya : Prima Printing.
10. Sari, E.N. 2017. Hubungan Antara Umur
dan Masa Kerja dengan Keluhan
Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada
Pekerja Laundry.Skripsi.Universitas Ahmad
Dahlan. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai