Anda di halaman 1dari 10

Hubungan Postur Kerja Dengan Keluhan Muscoloskeletal Disorder (Msds) Pada Nelayan

Pancing Di Desa Murante Kecamatan Suli Kabupaten Luwu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia banyak yang berkerja sebagai nelayan, kegiatan yang dilakukan oleh
nelayan harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-
masing individu sehingga harus ada keseimbangan antara keduanya karena akan
mempengaruhi kesehatan dan kinerja manusia, nelayan akan melakukan pekerjaan secara
terus menerus dan akan melakukan gerakan yang terus menerus dilakukan selama bekerja
sehingga mengalami kelelahan otot. Sikap kerja yang tidak fisiologis ini akan cepat
menimbulkan kelelahan dan berbagai gangguan pada sistem otot skeletal serta
memerlukan energi yang lebih besar dalam usaha yang sama seperti pada proses
penangkapan ikan sehingga kelelahan lebih cepat muncul. Kondisi seperti ini dapat
mengakibatkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Budiman 2015)
Menurut perkiraan terbaru yang dikeluarkan oleh Organisasi Perburuhan
Internasional (ILO), 2,78 juta pekerja meninggal setiap tahun karena kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja. Sekitar 2,4 juta (86,3 persen) dari kematian ini dikarenakan
penyakit akibat kerja, sementara lebih dari 380.000 (13,7 persen) dikarenakan kecelakaan
kerja (ILO 2018). Menurut data Labour Force Survei (LFS) Great Britain tahun 2017
kasus musculoskeletal disorders menempati urutan kedua dengan rata – rata prevalensi
469.000 kasus atau 34,54 % selama 3 tahun terakhir dari semua kasus penyakit akibat
kerja yang ada (Wiranto 2019).
Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (2018), prevalensi penyakit
muskuloskeletal di Indonesia yang pernah di diagnosis oleh tenaga kesehatan yaitu 11,9%
dan berdasarkan diagnosis atau gejala yaitu 24,7%. Jumlah penderita nyeri punggung
bawah di Indonesia tidak diketahui pasti, namun diperkirakan antara 7,6% sampai 37%.
Dan Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2018), terdapat 26,74% penduduk usia 15
tahun keatas yang bekerja mengalami keluhan dan gangguan kesehatan, hal ini
diakibatkan karena semakin bertambahnya usia kekuatan otot semakin menurun
(Kemenkes RI, 2019 dalam Kumbea 2021).
Menurut hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh peneliti pada aktivitas
yang memiliki tingkat resiko tertinggi yang menyebabkan keluhan musculoskeletal
disorders (MSDs) adalah proses menghadang arus balik karena pada proses ini postur
nelayan membungkukkan badan. Bagian tubuh yang paling banyak merasakan keluhan
dengan kategori sakit pada tubuh bagian atas adalah lengan atas kiri sebanyak 100%,
tubuh bagian tengah adalah punggung dan pinggang sebanyak 80% dan tubuh bagian
bawah adalah paha kiri dan kanan sebanyak 65% (Sunedi 2019) .
Sedangkan hasil temuan yang dilakukan oleh peneliti pada pengrajin batu bata
menunjukkan bahwa pengrajin batu bata mengalami risiko keluhan penyakit
Musculoskeletal Disorders (MSDs). 27 pekerja merasakan sakit punggung, terhitung
71,1% dari total, sedangkan keluhan pada pergelangan tangan kiri sedikitnya 1 pekerja
(2,6%) menderita Musculoskeletal Disorders (MSDs) (Mallapiang et al., 2019).
Nelayan adalah sebuah pekerjaan diatas permukaan perairan laut, payau, dan
perairan tawar dengan melakukan kegiatan antara lain penangkapan ikan, dimana nelayan
penangkap ikan berisiko tinggi untuk mengalami Kecelakaan Akibat Kerja ataupun
Penyakit Akibat Kerja (Rahman 2019). Di Indonesia banyak yang berkerja sebagai
nelayan, kegiatan yang dilakukan oleh nelayan harus sesuai dengan kondisi tubuh serta
tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu sehingga harus ada keseimbangan
antara keduanya karena akan mempengaruhi kesehatan dan kinerja manusia, nelayan
akan melakukan pekerjaan secara terus menerus dan akan melakukan gerakan yang terus
menerus dilakukan selama bekerja sehingga mengalami kelelahan otot. Sikap kerja yang
tidak fisiologis ini akan cepat menimbulkan kelelahan dan berbagai gangguan pada
sistem otot skeletal serta memerlukan energi yang lebih besar dalam usaha yang sama
seperti pada proses penangkapan ikan sehingga kelelahan lebih cepat muncul (Manuaba,
1990 dalam Budiman 2015).
Pengunaan alat pancing tradisional membuat nelayan harus melakukan aktivitas
membungkuk yang cukup lama dan berulang. Aktivitas yang membuat postur tubuh
janggal (tidak alamiah) seperti posisi punggung yang terlalu membungkuk, posisi leher
yang mendongak ke atas, dan posisi-posisi tidak ergonomis dapat menyebabkan
musculoskeletal disorders (MSDs) (Nurkhasanah 2007). Keluhan musculoskeletal
disorders (MSDs) merupakan keluhan pada bagianbagian otot rangka yang dirasakan oleh
seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit (Larenggam 2018).
Kegiatan yang dilakukan tidak ergonomis akan mengakibatkan ketidaknyamanan dan
performa kerja menurun sehingga hal ini mengakibatkan penurunan efisiensi dan daya
kerja (Tarwaka et al 2004 dalam Sunedi 2019)
Keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) merupakan keluhan pada bagian-
bagian otot rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan
sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam waktu
lama dan rasa sakit yang membuat seseorang sulit dalam pergerakan, akan dapat
mengurangi produktifitas dalam bekerja, dan dalam waktu yang lama, akan dapat
menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligament dan tendom. Keluhan
hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal
disorders (MSDs) (Tarwaka, 2015 )
Faktor risiko terhadap keluhan muskuloskeletal diantaranya: faktor individu (usia,
kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga, jenis kelamin, IMT dan masa kerja), faktor
pekerjaan (frekuensi, postur kerja, berat beban dan durasi ) dan faktor lingkungan
(getaran, paparan suhu). Postur kerja yang salah merupakan salah satu risiko ergonomi
yang paling berpengaruh terhadap terjadinya keluhan muskuloskeletal, untuk itu
diperlukan pengukuran risiko ergonomi (Krisdianto 2015).
Untuk mengetahui keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) yang dirasakan
oleh pekerja, pengukuran menggunakan Nordic Body Map (NBM) merupakan
pengukuran yang paling umum digunakan untuk menentukan ketidaknyamanan atau rasa
sakit manusia. Responden yang mengisi kuisioner diminta untuk menunjukkan apakah
terdapat hambatan pada bagian tubuh tersebut. Nordic Body Map (NBM) bertujuan untuk
mengetahui lebih detail bagian tubuh yang mengalami gangguan atau nyeri saat bekerja.
Nordic Body Map (NBM) juga dapat mengidentifikasi serta mengevaluasi keluhan nyeri
yang dialami (Atmojo 2020).
Dalam menilai postur kerja dengan menggunakan metode Rapid Entire Body
Assessment (REBA) pada nelayan pancing merupakan salah satu cara untuk mengetahui
angka keluhan otot yang pekerja rasakan pada seluruh bagian tubuh yang berhubungan
dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) dan metode Rapid Entire Body
Assesment (REBA) adalah metode yang digunakan untuk menilai postur pekerjaan
berisiko yang berhubungan dengan Musculoskeletal Disorders (MSDs) (Sulaiman 2016).
Data awal hasil observasi

Dengan masih ditemukannya keluhan musculoskeletal pada nelayan pancing. Hal


inilah yang menjadikan dasar atau acuan peneliti untuk melakukan penelitian terkait
“Hubungan postur kerja dengan keluhan Muscoloskeletal Disorder (MSDs) pada nelayan
pancing di Desa Murante kecamatan Suli kabupaten Luwu”.
Kerangka Teori

Kerngaka Teori

Faktor Pekerjaan:
Perenggangan Otot Berlebih (Berat
Beban)
Lama Kerja
Aktivitas berulang
Sikap/Postur kerja

Faktor Penyabab Sekunder (Lingkungan):


Tekanan Keluhan Musculoskeletal
Getaran Disorders
Mikroklimat (suhu dan kelembaban)

Faktor individu:
Umur
Jenis Kelamin
Kebiasaan Merokok
Indeks masa tubuh
Kebiasaan Olahraga

Sumber: modifikasi dari Tarwaka, 2015 dan Suma’mur, 2009


Kerangka Konsep

Postur Kerja

Umur

Keluhan Musculokeletas
Lama Kerja
Disorders (MSDs)

Kebiasaan
Merokok

Kebiasaaan
olahraga
Kajian pustaka
No Nama peneliti Judul Tujuan Karakteristik Variabel Hasil

Subjek Instrumen Metode

1 Fatmawaty The Untuk Sebanyak 42 Observasi Kuantitatif dengan Hasil penelitian di temukan
Mallapiang dkk. Relationship mengetahui sampel dan pendekatan bahwa seluruh responden
Tahun 2020 Of Posture hubungan antara kuesioner observasional (100%) mengalami keluhan
Working With postur kerja MSD, dari 37 (100%) responden
Musculoskelet dengan keluhan yang menganyam dengan postur
al Disorders musculoskeletal kerja berisiko sedang, terdapat
(Msds) In The disorders (MSDs) 10 (27,0%) responden
Weaver West pada penenun mengalami keluhan MSD
Sulawesi Lipa'Sa'be ringan, 21 (56,7%) keluhan
Indonesia Mandar. MSD sedang, dan 6 (16,2%)
mengalami keluhan MSDs yang
parah, 5 (100%) responden
yang menganyam dengan postur
kerja berisiko tinggi, dengan
keluhan MSDs ringan 1 (20%)
dan 4 (80,0%) berat. Hasil uji
chi-Square dengan=0,05, itu
keluhan MSD menunjukkan
adanya hubungan yang
signifikan antara postur kerja
dan keluhan MSDs

2 Adi K. Hubungan Untuk sebanyak 53 Merote cross sectional Posisi kerja untuk kategori
Larenggam dkk. Antara Posisi mengatahui orang Rapid Entire study resiko tinggi 27 Nelayan
Jurnal Kerja Dengan hubungan antara Body (50,9%) dan kategori resiko
KESMAS, Keluhan posisi kerja Assessment Sangat Tinggi sebanyak 26
Volume 7 Mukuloskeletl dengan keluhan (REBA) dan Nelayan (49,1%) dan tingkat
Nomor 4. Tahun Pada Nelayan muskuloskeletal Kuesioner keluhan rendah sebanyak 11
2018 Di Desa Alo pada Nelayan di Nordic Body Nelayan (20,8%) dan keluhan
Utara Desa Alo Utara Map (NBM) sedang sebanyak 42 Nelayan
Kecamatan Kecamatan Rainis (79,2%), terdapat hubungan
Rainis Kabupaten antara posisi kerja berdiri
Kabupaten Kepulauan dengan keluhan musculoskeletal
Kepulauan Talaud. pada Nelayan di Desa Alo Utara
Talaud Kecamatan Rainis Kabupaten
Kepulauan Talaud.

3 Ria Avilia Oley Hubungan Untuk Sebanyak 51 Kuesioner cross sectional Hasil penelitian menunjukan
dkk. Jurnal Antara Sikap mengetahui responden Nordic Body study bahwa sikap kerja (p=0,005) dan
KESMAS, Vol. Kerja Dan hubungan antara Map (NBM) masa kerja (p=0,044)
7 No. 5. Tahun Masa Kerja sikap kerja dan dan lembar berhubungan secara signifikan
2018 Dengan masa kerja kerja dengan keluhan
Keluhan dengan keluhan penilaian musculoskeletal.
Musculoskelet musculoskeletal Rapid Entire
al Pada pada nelayan di Body
Nelayan Di kelurahan Assessment
Kelurahan batukota (REBA)
Batukota kecamatan
Kecamatan lembeh utara kota
Lembeh Utara bitung
Kota Bitung

4 Novisca Keluhan Nyeri Untuk 44 nelayan. kuesioner, Deskriptif Hasil penelitian ini
Priscillya Punggung mendeskripsikan kamera, dan menunjukkan bahwa nelayan di
Kumbea dkk. Bawah Pada keluhan nyeri alat tulis Kelurahan Malalayang Timur 1
Journal of Nelayan punggung bawah menulis paling banyak pada kelompok
Public Health pada nelayan di usia 20-44 tahun dan 45-54
and Community kelurahan tahun, masa kerja selama 16-25
Medicine Malalayang 1 tahun, kategori risiko sikap kerja
Volume 2 Timur kota sangat tinggi dan sering
Nomor 1. Tahun Manado. mengalami keluhan nyeri
2021 punggung bawah. Hasil
penelitian ini juga menunjukkan
bahwa semakin tua usia,
semakin lama masa kerja dan
semakin berisiko sikap kerja
maka cenderung responden
lebih sering mengalami keluhan
nyeri punggung bawah.

5 Mohammad Penilaian Untuk Sebanyak 20 Kuesioner Observasi dan Hasil penelitian menunjukkan
Imron, dan Fis Postur Kerja mengidentifikasi orang nelayan dan wawancara bahwa postur kerja nelayan
Purwangka. Dan Risiko kondisi postur worksheet glass eel saat melakukan
Jurnal Akuatika Musculoskelet kerja nelayan RULA penangkapan adalah postur
Indonesia Vol. 4 al Disorders glass eel yang berdiri dan membungkuk.
No. 2. Tahun Pada Aktivitas dapat Kategori action level pada
2019 Penangkapan menyebabkan aktivitas penangkapan glass eel
Glass Eel keluhan terendah pada kategori 2 dan
musculoskeletal tertinggi pada kategori 3.
disorders dan Aktivitas yang memiliki
mengetahui kategori action level 3 pada
bagian anggota kedua bagian badan adalah
tubuh nelayan postur menghadang arus dengan
glass eel yang seser dan mengambil hasil
mengalami tangkapan. Keluhan terkait
keluhan musculoskeletal disorders
musculoskeletal tertinggi pada kategori sakit
disorders pada bagian atas, dirasakan oleh
nelayan pada bagian lengan atas
kiri dan pada badan bagian
bawah dirasakan pada punggung
dan pinggang..

6. Fatmawaty Analisis Postur Untuk 38 responden Kuesioner Deskriptif dengan Hasil penelitian menunjukkan
Mallapiang dkk. Kerja Dan Re- menganalisis dan pendekatan bahwa hubungan antara
Public Health Desain postur kerja worksheet observasional keterikatan aman dan jumlah
Science Journal Fasilitas Kerja dengan metode RULA kekerasan emosional yang
Volume 11, Pada Pengrajin RULA dan dialami oleh pasien dan
Nomor 1. Tahun Batu Bata Di melakukan pengunjung dimediasi oleh
2019 Kelurahan redesain fasilitas tingkat kepuasan kerja. Kami
Kalase’rena kerja dengan juga membahas implikasi
Kec. pengukuran potensial dari hasil ini dalam hal
Bontonompo antropometri penggunaan pelatihan staf untuk
Kab. Gowa pengrajinbatu mencegah dan mengelola
batadi Kelurahan kekerasan pasien dan
Kalase’rena pengunjung serta meningkatkan
Kecamatan keselamatan profesional
Bontonompo perawatan kesehatan. Hasil kami
Kabupaten Gowa. menunjukkan bahwa hubungan
antara keterikatan aman dan
jumlah kekerasan emosional
yang dialami pasien dan
pengunjung dimediasi oleh
tingkat kepuasan kerja

Anda mungkin juga menyukai