SKRIPSI
OLEH :
Febriana Maizura
NIM : 1111101000106
JAKARTA
1437 H / 2015 M
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
i
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Skripsi, Desember 2015
Febriana Maizura, NIM : 1111101000106
ABSTRAK
Nyeri Punggung Bawah (NPB) adalah suatu keadaan dengan rasa tidak
nyaman atau nyeri akut pada daerah ruas lumbalis kelima dan sarkalis (L5-S1),
NPB merupakan salah satu gangguan musculoskeletal yang disebabkan oleh
aktivitas tubuh yang kurang baik. Keluhan NPB pada pekerja dapat
mempengaruhi performance kerja, produktivitas, dan meningkatkan risiko
terjadinya kecelakaan kerja. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di PT.
Bakrie Metal Industries terhadap 10 orang pekerja pada bagian fabrikasi dan 10
orang pekerja pada bagian office, diketahui bahwa 90% pekerja pada bagian
fabrikasi dan 70% pekerja pada bagian office memiliki keluhan MSDs dan pekerja
mengalami keluhan sakit terbanyak pada bagian pinggang (45%) dan punggung
(30%).
Penelitian ini berlangsung dari periode April – Desember 2015 dengan
menggunakan desain Cross Sectional Study, bertujuan untuk mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan keluhan NPB pada pekerja di bagian fabrikasi
dan office dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 76 orang. Uji statistik yang
digunakan adalah Chi Square, T-test dan Kruskal Wallis. Variabel pada penelitian
ini adalah skor leher, skor badan, skor kaki, skor lengan, skor akhir REBA, usia,
jenis kelamin, merokok, riwayat NPB, kebiasaan olahraga, berat badan, ukuran
lingkar pinggang, tinggi badan, sitting height, persen lemak tubuh, masa kerja dan
pencahayaan.
Hasil penelitian diperoleh pekerja yang mengalami keluhan NPB sebanyak
49 orang (64.5%). Hasil uji statistik menunjukkan variabel yang berhubungan
dengan keluhan NPB adalah skor leher, skor badan, skor akhir REBA, jenis
kelamin, tinggi badan, persen lemak tubuh, sitting height, dan pencahayaan.
Untuk mengurangi risiko keluhan NPB pekerja disarankan beristirahat
ketika sudah mulai merasakan keluhan pada otot tubuh, dan pekerja mengikuti
senam pagi. Perusahaan sebaiknya memberikan pelatihan mengenai risiko
pekerjaan dan tata cara bekerja yang sesuai dengan prinsip ergonomi,
menyediakan bantalan, dan memberikan sumber pencahayaan buatan pada area
dan ruang kerja serta melakukan tindakan pemeliharaan sumber cahaya
ii
ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY
Thesis, December 2015
Febriana Maizura, NIM : 1111101000106
Factors Associated With Low Back Pain (LBP) Complaints of Workers in PT.
Bakrie Metal Industries Year 2015.
xvi + 274 page, 24 tabels, 20 images, 5 attachments
ABSTRACT
Low Back Pain (LBP) is a condition with discomfort or acute pain in the
fifth lumbalis and sarkalis area(L5-S1), LBP is one of the musculoskeletal
disorder caused by poorly activity of the body. LBP complaints on worker can
reduce work performances, productivity, and also increase the risk of
accidents.The results of preliminary study in PT. Bakrie Metal Industries on 10
fabrication workers and 10 office workers, had been showed that 90% fabrication
workers and 70% office workers have a MSDs complaints and the most of
workers had complaints of pain at the lumbar (45%) and back (30%).
This study is held on April – December 2015 and uses a cross sectional
study design. That studys aims to determine the factors associated with complaints
of LBP in workers in the fabrication and office with 76 samples. The statistical
test that used are Chi Square, T-test and Kruskal Wallis. Variables of this studies
are neck scores, trunk scores, leg scores, arm scores, the final score REBA, age,
gender, smoking habits, disease of history LBP, physical fitness, weight, waist
circumference, height, sitting height, percent of body fat, periode of employment,
and lighting.
The results showed that workers with LBP complaints were 49 people
(64.5%). Statistical analysis showed variables that have association to LBP
complaints are neck scores, trunk scores, the final score REBA, gender, height,
percent of body fat, sitting height, and lighting.
To reduce risk of LBP complaints, workers are suggested to take a rest
when they begin to feel the complaints in the muscles, and they are suggested to
do morning exercises. Company should provide training on occupational risks and
procedures of work that is compatible with the principles of ergonomics, provide
cushion, and surficial artificial lighting in the area and work area, and doing
maintenance light source.
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi
Disusun Oleh:
Febriana Maizura
NIM. 1111101000106
2015
iv
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Personal
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Pendidikan Formal
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillah, seluruh puji serta syukur selalu dilantunkan ke hadirat
Allah SWT, Sang Pemilik Pengetahuan, yang dengan rahmat dan inayahNYA
jualah maka penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-faktor
yang Berhubungan dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (NBP) pada
Pekerja di PT. Bakrie Metal Industries Tahun 2015”.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad
Rasulullah SAW, yang atas perkenan Allah, telah mengantarkan umat manusia ke
pintu gerbang pengetahuan Allah yang Maha luas.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Keluarga tercinta, ibu, ayah, aida dan aan yang dengan doa, restu serta
dukungan yang diberikan tanpa mengenal batas waktu.
2. Prof. Dr. H. Arif Sumantri SKM., M.Kes. selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Fajar Ariyanti SKM, M.Kes, Ph.D, selaku Kepala Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dr. Iting Shofwati ST, MKKK dan ibu Minsarnawati, SKM, MKM,
selaku dosen pembimbing skripsi, yang sentiasa memberikan waktu,
dukungan, ilmu, dan kesabarannya untuk membimbing penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Meilani M. Anwar, yang senantiasa memotivasi, membimbing,
meluangkan waktu, pikiran dan kesabaran serta doanya kepada penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS, Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS, dan
Bapak Rulyenzi Rasyid, MKKK selaku Penguji Sidang Skripsi yang telah
memberikan saran dan masukkan dalam penempurnaan skripsi ini.
vii
7. Dosen-dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat dan Peminatan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
telah memberikan ilmu yang bermanfaat.
8. Bapak I.P Danan Setiawan selaku QHSE Coordinator PT. Bakrie Metal
Industries.
9. Pak Kaisar, Pak Tris, Pak Fadri, Mas Angga, Mas Oka dan Mba Friska
selaku staff departemen QHSE PT. Bakrie Metal Industries yang telah
banyak membantu selama penelitian.
10. Pak Adi, Bu Merti, dan Mba Lina selaku staff HRD yang membatu penulis
dalam memperoleh data dan pengurusan surat menyurat.
11. Seluruh karyawan PT Bakrie Metal Industries yang telah secara sukarela
membantu penulis ketika membutuhkan informasi yang diperlukan dalam
penyusunan skripsi.
12. Mba ita, Icha, Uni dan Ab yang telah memberikan motivasi dalam semua
kegiatan
13. Kawan-kawan seperjuangan peminatan K3 2011, terimakasih atas
semangat dan dukungan kalian.
14. Dan teman-teman seperjuangan Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta 2011.
Semangaaaaaat!!!!
Dan akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis panjatkan doa dan harap,
semoga kebaikan mereka dicatat sebagai amal shaleh di hadapan Allah SWT dan
menjadi pemberat bagi timbangan kebaikan mereka kelak. Penulis menyadari
bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan saran perbaikan dari pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ix
2. Anatomi Tulang Belakang (Lumbal Spine) ............................. 15
3. Penyebab NPB ......................................................................... 18
4. Gejala NPB .............................................................................. 19
5. Patofisiologi NPB .................................................................... 20
6. Faktor RisikoNPB ................................................................... 23
7. Metode Penilaian Risiko Faktor Pekerjaan ............................. 52
C. Analisis Statistik ............................................................................... 79
1. Analisis Univariat .................................................................... 79
2. Analisis Bivariat ...................................................................... 81
D. Kerangka Teori ................................................................................ 85
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL . 87
A. Kerangka Konsep ............................................................................ 87
B. Definisi Operasional ........................................................................ 94
C. Hipotesis .......................................................................................... 101
BAB IV METODE PENELITIAN ......................................................... 103
A. Desain Penelitian ............................................................................. 103
B. Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................................... 103
C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 103
D. Instrumen Penelitian ........................................................................ 105
E. Pengumpulan Data ........................................................................... 109
F. Pengolahan Data ............................................................................... 119
G. Analisis Data ................................................................................... 120
BAB V HASIL .......................................................................................... 122
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian .............................................. 122
1. Sejarah Singkat PT. Bakrie Metal Industries .......................... 122
2. Visi dan Misi PT. Bakrie Metal Industries ............................. 123
3. Gambaran Proses Produksi di PT. Bakrie Metal Industries .... 124
B. Analisis Univariat ............................................................................ 135
1. Gambaran Keluhan NPB pada Pekerja di PT. Bakrie Metal
Industries Tahun 2015 ............................................................ 135
x
2. Gambaran Faktor Pekerjaan pada Pekerja di PT. Bakrie
Metal Industries Tahun 2015 ................................................. 135
3. Gambaran Faktor Individu (Usia, Jenis Kelamin, Kebiasaan
Merokokk, Riwayat NPB, Kebiasaan Olahraga, Berat
Badan, Ukuran Lingkar Pinggang, Tinggi Badan, Sitting
Height, Persen Lemak Tubuh, dan Masa Kerja) dan Faktor
Lingkungan (Pencahayaan) pada Pekerja di PT. Bakrie
Metal Industries Tahun 2015 ................................................. 137
C. Analisis Bivariat .............................................................................. 143
1. Hubungan antara Faktor Pekerjaan dengan Keluhan NPB
pada Pekerja di PT. Bakrie Metal Industries Tahun 2015 ..... 143
2. Hubungan antara Usia, Jenis Kelamin, Kebiasaan Merokok,
Riwayat NPB dan Kebiasaan Olahraga dengan Keluhan
NPB pada Pekerja di PT. Bakrie Metal Industries Tahun
2015 ........................................................................................ 147
3. Hubungan antara Berat Badan, Ukuran Lingkar Pinggang,
Tinggi Badan, Sitting Height, Persen Lemak Tubuh, Masa
Kerja dan Pencahayaan dengan Keluhan NPB pada Pekerja
di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015 ............................ 149
BAB VI PEMBAHASAN ........................................................................ 153
A. Keterbatasan Penelitian ................................................................... 153
B. Keluhan Nyeri Punggung Bawah (NPB) pada Pekerja PT. Bakrie
Metal Industries Tahun 2015 ........................................................... 154
C. Hubungan antara Faktor Pekerjaan dengan Keluhan NPB pada
Pekerja PT. Bakrie Metal Industries Tahun 2015 ............................ 157
D. Hubungan antara Usia, Jenis Kelamin, Kebiasaan Merokok,
Riwayat NPB dan Kebiasaan Olahraga dengan Keluhan NPB pada
Pekerja di PT. Bakrie Metal Industries Tahun 2015 ....................... 169
1. Hubungan Usia dengan Keluhan NPB .................................... 169
2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Keluhan NPB .................... 173
3. Hubungan Merokok dengan Keluhan NPB ............................ 175
4. Hubungan Riwayat NPB dengan Keluhan NPB ..................... 180
5. Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Keluhan NPB ........... 182
xi
E. Hubungan antara Berat Badan, Ukuran Lingkar Pinggang, Tinggi
Badan, Sitting Height, Persen Lemak Tubuh, Masa Kerja dan
Pencahayaan dengan Keluhan NPB pada Pekerja di PT. Bakrie
Metal Industries Tahun 2015 ........................................................... 187
1. Hubungan Berat Badan dengan Keluhan NPB ....................... 187
2. Hubungan Ukuran Lingkar Pinggang dengan Keluhan NPB . 189
3. Hubungan Tinggi Badan dengan Keluhan NPB ..................... 192
4. Hubungan Sitting Height dengan Keluhan NPB ..................... 194
5. Hubungan Persen Lemak Tubuh dengan Keluhan NPB ......... 196
6. Hubungan Masa Kerja dengan dengan Keluhan NPB ............ 199
7. Hubungan Pencahayaan dengan Keluhan NPB ...................... 203
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 207
A. Simpulan .......................................................................................... 207
B. Saran ................................................................................................ 210
1. Bagi Pekerja ............................................................................ 210
2. Bagi Perusahaan ...................................................................... 210
3. Bagi Peneliti Selanjutnya ........................................................ 211
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 213
LAMPIRAN ............................................................................................ 222
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi Persen Lemak Tubuh pada Laki-laki dan
Perempuan ....................................................................... 45
Tabel 2.2 Ilustrasi Posisi Badan dan Skoring ................................. 62
Tabel 2.3 Ilustrasi Posisi Leher dan Skoring ................................... 64
Tabel 2.4 Ilustrasi Posisi Kaki dan Skoring ..................................... 65
Tabel 2.5 Skoring A REBA ............................................................. 66
Tabel 2.6 Skor untuk Beban atau Force .......................................... 66
Tabel 2.7 Ilustrasi Posisi Lengan dan Skoring ................................. 68
Tabel 2.8 Ilustrasi Posisi Lengan Bawah dan Skoring .................... 69
Tabel 2.9 Ilustrasi Posisi Pergelangan Tangan dan Skoring ............ 70
Tabel 2.10 Skor B REBA ................................................................... 70
Tabel 2.11 Skor untuk Jenis Pegangan .............................................. 71
Tabel 2.12 Skor C REBA ................................................................... 72
Tabel 2.13 Skoring untuk Aktivitas Otot ........................................... 73
Tabel 2.14 Kategori Tingkat Risiko ................................................... 74
Tabel 2.15 Kelebihan dan Kekurangan Metode Penilaian Faktor
Pekerjaan Risiko NPB ..................................................... 76
Tabel 3.1 Definisi Operasional ....................................................... 94
Tabel 4.1 Skala Penilaian Intensitas Nyeri Berdasarkan Numeric
Rating Scale ..................................................................... 110
Tebel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan NPB pada
Pekerja di PT. Bakrie Metal Industries Tahun 2015 ........ 135
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pekerjaan
pada Pekerja di PT. Bakrie Metal Industries Tahun 2015 136
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin,
Kebiasaan Merokok, Riwayat NPB dan Kebiasaan
Olahraga pada Pekerja di PT. Bakrie Metal Industries
Tahun 2015 ...................................................................... 138
xiii
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Berat Badan, Ukuran
Lingkar Pinggang, Tinggi Badan, Sitting Height, Persen
Lemak Tubuh, Masa Kerja dan Pencahayaan pada
Pekerja di PT. Bakrie Metal Industries Tahun 2015 ........ 140
Tabel 5.5 Analisis Hubungan Faktor Pekerjaan dengan Keluhan
NPB pada Pekerja Fabrikasi di PT. Bakrie Metal
Industries Tahun 2015...................................................... 144
Tabel 5.6 Analisis Hubungan Usia, Jenis Kelamin, Kebiasaan
Merokok, Riwayat NPB, dan Kebiasaan Olahraga
dengan Keluhan NPB pada Pekerja Fabrikasi di PT.
Bakrie Metal Industries Tahun 2015 ............................... 147
Tabel 5.7 Analisis Hubungan Berat Badan, Ukuran Lingkar
Pinggang, Tinggi Badan, Sitting Height, Persen Lemak
Tubuh, Masa Kerja dan Pencahayaan dengan Keluhan
NPB pada Pekerja Fabrikasi di PT. Bakrie Metal
Industries Tahun 2015 ..................................................... 150
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Tulang Belakang Manusia ............................................... 16
Gambar 2.2 Ruas Pergerakan Tulang Belakang .................................. 16
Gambar 2.3 Vertebra Lumbar Dilihat dari Atas dan Samping ............ 17
Gambar 2.4 Vertebra Endplates yang Terletak pada Vertebra Tubuh
yang Berdekatan dengan Cakram .................................... 17
Gambar 2.5 Lumbar Motion Monitor .................................................. 55
Gambar 2.6 Output yang Dihasilkan Menggunakan Software LMM . 55
Gambar 2.7 Tiga Dimensi Model Menggunakan 3DSSPP ................. 57
Gambar 2.8 Diagram Alur Penilaian Dengan Metode REBA ............. 72
Gambar 2.9 Skema Kerangka Teori .................................................... 86
Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep ................................................. 93
Gambar 4.1 Kris Digital Scale ............................................................. 106
Gambar 4.2 OD 235 OneMed .............................................................. 106
Gambar 4.3 Sitting Height Scale ......................................................... 107
Gamber 4.4 Sctature Scale .................................................................. 107
Gambar 4.5 OMRON Body Fat Monitor ............................................. 107
Gambar 4.6 Kamera Nikon Coolpix S33 ............................................ 108
Gambar 4.7 Lux Meter Krisbow Model: KW06-291 ........................... 108
Gambar 5.1 Bagan Proses Produksi pada PT. Bakrie Metal Industries 124
Gambar 5.2 Bagan Proses Pembuatan Produk Konstruksi .................. 133
Gambar 5.3 Bagan Proses Pembuatan Produk Fabrikasi ..................... 134
xv
DAFTAR ISTILAH
IT : Information Technology
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mempunyai risiko bahaya kesehatan yang besar bagi pekerja agar bekerja
Salah satu aspek kesehatan kerja yang harus diperhatikan adalah penyakit
akibat kerja (PAK). PAK merupakan risiko yang diterima pekerja dalam
Indonesia dan pertambahan tenaga kerja. PAK adalah setiap penyakit yang
sejumlah faktor namun ada sebagian yang berasal dari tempat kerja, dan
penyakit gaya hidup yang disebabkan oleh satu atau beberapa faktor risiko
gaya hidup. Selain itu pekerja juga berisiko terkena cedera akibat kecelakaan
1
2
2,3 juta orang meninggal akibat PAK dan kecelakaan kerja. Selain itu setiap
harinya lebih dari 160 juta orang menderita PAK dan yang berhubungan
dengan pekerjaan (Lingga, 2011). Salah satu PAK yang disebabkan oleh
(MSDs). Nyeri Punggung Bawah (NPB) atau Low Back Pain (LBP)
aktivitas tubuh yang kurang baik (Maher, Salmond dan Pellino, 2002).
Nyeri Punggung Bawah (NPB) adalah suatu keadaan dengan rasa tidak
nyaman atau nyeri akut pada daerah ruas lumbalis kelima dan sarkalis (L5-S1)
(Pheasant, 1991). Work-Related Low Back Pain adalah rasa nyeri dalam
konteks pekerjaan dan secara klinis mungkin disebabkan oleh pekerjaan atau
dapat diperburuk oleh aktifitas pekerjaan (Beeck dan Hermans, 2000). LBP
merupakan kesakitan yang sangat umum. Sekitar dua pertiga dari populasi
orang dewasa di Amerika Serikat (AS) menderita LBP pada suatu saat dalam
Sebanyak 36% dari gangguan MSDs di Amerika Serikat berjenis back pain
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh European Agency for Safety
and Health at Work pada 235 juta pekerja di 31 negara Eropa pada tahun
2007, diperoleh hasil sebanyak 25% pekerja mengalami nyeri punggung dan
23% nyeri otot (European Agency for Safety and Health at Work, 2008). Hasil
3
merasakan nyeri pada bagian kaki dan 17,3% pekerja merasakan nyeri pada
pekerja operator alat berat atau pabrik mengalami keluhan LBP, 16% pekerja
kantor PT. Krakatau Steel diketahui bahwa sebanyak 40% pekerja mengalami
terjadinya NPB yaitu faktor pekerjaan, faktor psikososial, faktor individu, dan
Whole body vibration, Slipping and falling (Beeck dan Hermans, 2000).
beban kerja, job control, dukungan sosial di tempat kerja dan kepuasan kerja
(Beeck dan Hermans, 2000). Faktor Individu yaitu usia, merokok, riwayat
NPB, jenis kelamin, antopometri, kebiasaan olahraga, masa kerja dan jam
kerja (Beeck dan Hermans, 2000; Marras dan Karwowski, 2006) dan Faktor
Terdapat dua jenis produksi pada PT. Bakrie Metal Industries, yaitu proses
4
pembersihan komponen dari sisa-sisa sambungan las atau dari kotoran lainnya
terlebih dahulu dengan cara cold proses, hot proses dan proses menggunakan
bahaya termasuk bahaya risiko NPB. Tidak hanya pada proses produksinya
saja, namun pada pekerja yang bekerja di bagian office juga memiliki bahaya
risiko NPB. Pekerja pada bagian office bekerja dengan posisi duduk selama
kurang lebih 7 jam setiap harinya, sehingga bila terlalu lama duduk dengan
posisi yang salah memiliki bahaya risiko NPB. Adapun jumlah pekerja tetap
pada bagian fabrikasi adalah sejumlah 50 orang dan pekerja tetap pada bagian
terhadap 10 orang pekerja pada bagian fabrikasi dan 10 orang pekerja pada
bagian office PT. Bakrie Metal Industries dengan menggunakan Nordic Body
Map (NBM), diketahui bahwa pada bagian fabrikasi sebanyak 90% pekerja
memiliki keluhan MSDs dan pada bagian office sebanyak 70% pekerja
punggung (30%).
yang terkait dengan keluhan NPB di PT. Bakrie Metal Industries, maka
B. Rumusan Masalah
Body Map (NBM), diketahui bahwa hampir setengah pekerjanya baik pada
Punggung Bawah (NPB) pada pekerja. Oleh karena itu peneliti tertarik
keluhan Nyeri Punggung Bawah (NPB) di PT. Bakrie Metal Industries tahun
2015.
C. Pertanyaan Penelitian
lengan dan skor akhir REBA) pada pekerja di PT. Bakrie Metal
sitting height, persen lemak tubuh, kebiasaan olahraga dan masa kerja)
lengan dan skor akhir REBA) dengan keluhan NPB pada pekerja di
11. Adakah hubungan antara berat badan, ukuran lingkar pinggang, tinggi
badan, sitting height, dan persen lemak tubuh dengan keluhan NPB
12. Adakah hubungan antara masa kerja dengan keluhan NPB pada
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
tahun 2015.
8
2. Tujuan Khusus
lengan dan skor akhir REBA) pada pekerja di PT. Bakrie Metal
sitting height, persen lemak tubuh, kebiasaan olahraga dan masa kerja)
kaki, lengan dan skor akhir REBA) dengan keluhan NPB pada pekerja
tinggi badan, sitting height, dan persen lemak tubuh dengan keluhan
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
keberhasilan
Bawah (NPB)
10
institusi lain.
3. Bagi Peneliti
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi peneliti lain yang akan
sesungguhnya
pada bulan April sampai Desember 2015 di PT. Bakrie Metal Industries, Jl.
Jalan Raya Kaliabang Bungur No. 86, Bekasi Utara. Penelitian ini dilakukan
Populasi penelitian adalah seluruh pekerja tetap pada bagian fabrikasi dan
office PT. Bakrie Metal Industries dengan jumlah sampel sebanyak 100
pekerja. Data penelitian diperoleh dengan cara pengambilan data sekunder dan
11
NPB dengan Nordic Body Map (NBM) dan pengukuran risiko faktor
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kesehatan Kerja
kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan yang
besar bagi pekerja agar bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri
Nomor 23 Tahun 1992 pasal 23). Salah satu aspek kesehatan kerja yang harus
12
13
Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan salah satu penyakit akibat kerja
(PAK) yang disebabkan oleh keadaan yang tidak ergonomis. NPB atau LBP
14
1. Definisi NPB
Nyeri punggung bawah (NPB) atau low back pain (LBP) adalah
suatu keadaan dengan rasa tidak nyaman atau nyeri akut pada daerah
ruas lumbalis kelima dan sarkalis (L5-S1). Nyeri pada punggung bawah
dirasakan oleh penderita dapat terjadi secara jelas atau samar serta
punggung, bokong, atau kaki. Mati rasa dan/atau nyeri yang menjalar
Gallagher, 2008). Work-related low back pain adalah rasa nyeri dalam
2000).
Nyeri pinggang bawah atau LBP adalah rasa nyeri yang terdapat
tulang iga dengan bagian atas tungkai bawah. Keluhan ini merupakan
kaku, menetap dan menjalar ke bagian bawah pantat, tungkai, dan kaki.
15
yang terjadi karena otot dan ligamen tertarik saat mengangkat benda,
atau gerakan yang tiba-tiba) atau cedera yang nyata dan kadang juga
Sehingga NPB adalah rasa sakit atau nyeri yang terdapat pada
bagian tulang belakang, antara tulang rusuk sampai sekitar tulang ekor
dan dapat juga menjalar ke daerah lain seperti pada bagian punggung
bagian atas atau pangkal paha serta rasa sakit atau nyeri tersebut
2002).
sering terlibat dalam NPB karena tulang ini memiliki pengaruh dari
besarnya berat badan dan tekanan yang akan dirasakan oleh tulang
16
belakang manusia.
yang terdiri dari dua tulang dan cakram tulang belakang (disebut
tulang belakang bisa menanggung berat badan tapi tidak akan mampu
cakram, ada lapisan tulang rawan dengan tebal sekitar 0,04 yang
belakang (gambar 2.4). Cakram yang datar, struktur bulat dengan cincin
luar yang keras dari jaringan yang disebut annulus fibrosis. Bentuknya
3. Penyebab NPB
bagian karena tidak lengkap pada saat lahir. Hal ini dapat
ringan.
(Soeharso, 1978).
4. Gejala NPB
Gejala klinis yang utama pada NPB adalah nyeri. Nyeri dapat
bersifat sementara atau menetap dan lokal atau menjalar. Nyeri juga
dapat bersifat dangkal atau dalam. Hal ini bergantung pada penyebab
Cianflocco (2013):
a. Nyeri lokal
terasa sampai ke kaki atau hanya sampai lutut. Nyeri yang menjalar
tertekan, maka akan timbul rasa seperti ditusuk jarum, atau bahkan
pencernaan.
c. Referred Pain
dirasakan pada lengan kiri, nyeri jenis ini pada NPB bersifat sakit
5. Patofisiologi NPB
karena duduk statis terlalu lama atau posisi kerja yang kurang
ergonomis.
bawah antara lain: tulang, ligamen, tendon, diskus, otot dan saraf
korpus vertebra, akar saraf, dan kartilago dari facet joint. Banyak dari
kontraksi otot lumbal dapat bergabung dengan tekanan beban dan dapat
dapat menerobos annulus fibrosus yang robek. Serat paling dalam dari
dari n.sinuvertebral dan aspek lateral dari diskus disafi pada bagian
23
tepinya oleh cabang dari rami anterior dan gray rami communicants
(Everett, 2010).
lain umur, jenis kelamin, indeks masa tubuh (IMT), jenis pekerjaan dan
juga turut berperan untuk terjadinya LBP atau NPB (Samara, dkk,
2005).
LBP, yaitu:
24
a. Faktor pekerjaan
d) Frekuensi tugas
e) Faktor lingkungan
sama lain antara bagian tubuh yang lain. Postur dan pergerakan
ketinggian bahu
pertengahan paha
d) Berputar
b. Faktor Psikososial
jauh lebih kecil dari penelitian yang berfokus pada beban fisik
1) Job content
2008).
Hermans, 2000).
3) Job control
5) Kepuasan kerja
c. Faktor Individu
Marras, 2006):
1) Usia
pada usia lebih dari 55 tahun (Paoli, 1997 dalam Beeck dan
terjadinya kekakuan pada otot dan sendi. Selain itu juga terjadi
saat usia muda. Hal ini dapat menyebabkan nyeri pada tulang
2) Status pendidikan
3) Merokok
20% untuk tiap 10 batang rokok per hari. Mereka yang telah
(Xiao, 2012).
4) Riwayat NPB
5) Jenis kelamin
yang lebih tinggi dari gangguan yang lebih parah pada laki-laki,
sekitar dua pertiga dari kekuatan otot pria, sedangkan daya tahan
2004).
60% dari kekuatan otot pria, keluhan otot juga lebih banyak
6) Antropometri
a) Berat Badan
(Purnamasari, 2010).
c) Tinggi Badan
(Heuch, 2015).
d) Sitting Height
berasal dari satu suku atau ras yang sama namun ukuran
seseorang berbeda-beda.
Tabel 2.1
Klasifikasi Persen Lemak Tubuh pada Laki-laki dan
Perempuan
Tingkat Laki-laki (%) Perempuan (%)
Atletik 6 – 10 1 - 15
Baik 11 – 14 16 – 19
Masih Normal 15 – 18 20 – 25
Overweight 19 – 24 26 – 29
Obesitas 25 atau lebih 30 atau lebih
2012).
7 Kebiasaan Olahraga
daya tahan otot tubuh. Hal ini dapat dilihat karena adanya
2007).
menit ini bisa dibagi selama enam hari (setiap harinya hanya
(McCarthy, 1995).
8 Masa Kerja
MSDs, diantaranya pada bagian bahu kanan dan kiri, leher dan
punggung bawah.
49
9 Jam Kerja
jam yang terbagi dalam lima atau enam hari kerja, maksimum
d. Faktor Lingkungan
1) Getaran
2) Pencahayaan
kerja yang tidak baik. Tingkat stres tinggi bisa memicu dan
3) Kebisingan
kepala, tekanan darah tinggi dan nyeri punggung dan leher akan
maka tugas dapat diterima. Jika berat aktual melebihi MPL (dihitung
sebagai tiga kali AL), risiko yang signifikan dari tugas harus
presentase angka yang lebih besar. NIOSH yang telah direvisi dapat
Keterangan:
pegangan beban).
2006).
(Stanton, 2006).
55
kecil, kecil, menengah dan besar). Hal ini penting untuk memastikan
Risiko juga dapat dihitung untuk suatu tugas atau pekerjaan yang
atas (upper limb). RULA digunakan untuk menilai postur, beban dan
tubuh seperti:
a) Lengan atas
b) Lengan bawah
c) Pergelangan tangan
d) Leher
e) Badan
f) Kaki
4) Menentukan skor penggunan otot (muscle use) dan
(Tarwaka, 2010).
59
seperti:
a) Punggung
b) Lengan
c) Kaki
4) Menghitung untuk setiap kode posisi, kategori risiko yang
tubuh pekerja. Metode ini merupakan hasil kerja kolaboratif oleh tim
analisis secara bersama dari posisi yang terjadi pada anggota tubuh
tubuh, seperti beban atau force atau gaya yang dilakukan, jenis
langkah berikutnya.
61
Tabel 2.2
Ilustrasi Posisi Badan dan Skoring
Skor Posisi
1 Posisi badan tegak lurus
Posisi badan fleksi : antara 0-200 dan
2
ekstensi antara 0-200
Posisi badan fleksi: antara 20-600 dan
3
ekstensi >200
4 Posisi badan membungkuk fleksi >600
Posisi badan membungkuk dan atau
+1
memutir secara lateral
Tabel 2.3
Ilustrasi Posisi Leher dan Skoring
Skor Posisi
1 Posisi leher fleksi : antara 0-200
2 Posisi leher fleksi atau ekstensi >200
Posisi leher menunduk dan atau memutir
+1
secara lateral
Tabel 2.4
Ilustrasi Posisi Kaki dan Skoring
Skor Posisi
Posisi kedua kaki tertopang dengan baik di
1
lantai dalam keadaan berdiri maupun berjalan
Salah satu kaki tidak tertopang di lantai dengan
2
baik atau terangkat
Salah satu atau kedua kaki ditekuk fleksi antara
+1
30-600
Salah satu atau kedua kaki ditekuk fleksi antara
+2
>600
tabel 2.5.
Tabel 2.5
Skor A REBA
Leher
1 2 3
Badan
Kaki Kaki Kaki
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6
2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7
3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8
4 3 5 6 7 5 6 7 9 6 7 8 9
5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
(5) Mengobservasi dan menentukan skor beban
(force)
Tabel 2.6
Skor untuk beban atau Force
Skor Posisi
+0 Beban atau force < 5 kg
+1 Beban atau force antara 5 – 10 kg
+2 Beban atau force > 10 kg
Pembebanan atau force secara tiba-tiba
+1
atau mendadak
(6) Menjumlahkan skor postur A dengan skor beban
lengan
Tabel 2.7
Ilustrasi Posisi Lengan dan Skoring
Skor Posisi
Posisi lengan fleksi atau ekstensi antara
1
0-200
Posisi lengan fleksi antara 21-450 atau
2
ekstensi >200
3 Posisi lengan fleksi antara 46-900
4 Posisi lengan fleksi >900
Jika bahu diangkat atau lengan diputar
+1
atau dirotasi
+1 Jika lengan diangkat menjauh dari badan
Jika berat lengan ditopang untuk
-1
menahan gravitasi
lengan bawah
Tabel 2.8
Ilustrasi Posisi Lengan Bawah dan Skoring
Skor Posisi
1 Posisi lengan bawah fleksi antara 60-1000
2 Posisi lengan fleksi < 600 atau >1000
pergelangan tangan
2.9.
70
Tabel 2.9
Ilustrasi Posisi Pergelangan Tangan dan
Skoring
Skor Posisi
Posisi pergelangan tangan fleksi atau
1
ekstensi antara 0-150
Posisi pergelangan tangan fleksi atau
2
ekstensi >150
Pergelangan tangan pada saat bekerja
+1 mengalami torsi atau deviasi baik ulnar
maupun radial
Tabel 2.10
Skor B REBA
Lengan Bawah
1 2
Lengan
Pergelangan Tangan Pergelangan Tangan
1 2 3 1 2 3
1 1 2 2 1 2 3
2 1 2 3 2 3 4
3 3 3 4 4 5 5
4 4 5 5 5 6 7
5 6 7 8 7 8 8
6 7 8 8 8 9 9
(5) Mengobservasi dan menentukan skor untuk jenis
pegangan
71
Tabel 2.11
Skoring untuk Jenis Pegangan
Skor Posisi
Pegangan Bagus (Pegangan kontainer
+0 baik dan kekuatan pegangan berada
pada posisi tengah)
Pegangan Sedang (Pegangan tangan
dapat diterima, tetapi tidak ideal atau
+1 pegangan optimum yang dapat diterima
untuk menggunakan bagian tubuh
lainnya)
Pegangan Kurang Baik (Pegangan ini
+2 mungkin dapat digunakan tetapi tidak
diterima)
Pegangan Jelek (Pegangan ini terlalu
dipaksakan, atau tidak ada pegangan
+3 atau genggaman tangan, pegangan
bahkan tidak dapat diterima untuk
menggunakan bagian tubuh lainnya.
Tabel 2.12
Skor C REBA
Skor Skor B
A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7
2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8
3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8
4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9
5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9
6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10
7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11
8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11
9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12
10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12
11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12
12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Tabel 2.13
Skoring untuk Jenis Aktivitas Otot
Skor Posisi
Satu atau lebih bagian tubuh dalam
+1 keadaan statis, misalnya ditopang untuk
lebih dari 1 menit
Gerakan berulang-ulang terjadi, misalnya
+1 repetisi lebih dari 4 kali per menit (tidak
termasuk berjalan)
Terjadi perubahan yang signifikan pada
+1 postur tubuh atau postur tubuh tidak
stabil selama bekerja
(9) Menjumlahkan skor C dengan jenis aktivitas otot
Tabel 2.14
Kategori Tingkat Risiko
Skor Action Tingkat Tindakan Perbaikan
REBA Level Risiko
Tidak ada tindakan yang
1 0 Sangat rendah
diperlukan
Mungkin diperlukan
2-3 1 Rendah
tindakan
4–7 2 Sedang Diperlukan tindakan
Diperlukan tindakan
8 - 10 3 Tinggi
segera
Diperlukan tindakan
11 - 15 4 Sangat tinggi
sesegera mungkin
3) Kelebihan dan Kekurangan REBA
mengevaluasi risiko
psikososial
pandang.
Tabel 2.15
Kelebihan dan Kelemahan Metode Penilaian Faktor Pekerjaan Risiko NPB
No. Metode Penilaian Risko Kelebihan Kelemahan
4. Rapid Upper Limb 1. Menilai sebuah angka perbedaan postur 1. Hanya terfokus pada faktor-faktor risiko
Assessment (RULA) selama putaran dalam bekerja untuk terpilih yang dievaluasi
menyiapkan sebuah profil dari beban otot 2. Hanya untuk pekerjaan dengan postur kerja
2. Untuk dijadikan sebagai pedoman dalam duduk terus-menerus dan berdiri statis,
melakukan intervensi lebih lanjut dari kurang cocok untuk pekerjaan dengan
tindakan perbaikan gerakan yang dinamis
3. Pemberian skor pada RULA terperinci, 3. Metode ini tidak bisa mengukur gerakan
misalnya penambahan sudut drajat pada tangan menggenggam, meluruskan,
setiap postur, gaya, dan beban mendapatkan memutar dan memerlukan tekanan pada
tambahan nilai satu telapak tangan
4. Mudah digunakan, cepat, praktis, dapat 4. Metode ini tidak mengukur antropometri
dikombinasikan dengan metode lainnya tempat kerja yang dapat menyebabkan
5. Dapat digunakan untuk menilai secara teliti terjadinya postur janggal
pekerjaan atau postur untuk satu pekerja atau (Tarwaka, 2010)
kelompok
(Karwowski dan Marras, 2006)
5. Ovako Working Analysis 1. Banyak digunakan dan didokumentasikan 1. Tidak menilai secara detail tingkat
System (OWAS) 2. Mudah digunakan, cepat praktis dan dapat keparahan pada masing-masing posisi
dikombinasikan dengan metode lainnya 2. Tidak memisahkan bagian kanan atau kiri
(Tarwaka, 2010) pada tubuh ekstremitas atas; tidak ada
penilaian leher dan siku atau pergelangan
tangan
3. Tidak mempertimbangkan penggulangan
atau durasi postur
(Tarwaka, 2010)
Tabel 2.14 Lanjutan
6. Rapid Entire Body 1. Merupakan metode yang sangat sensitif untuk 1. Hanya menilai aspek postur dari pekerja
Assessment (REBA) mengevaluasi risiko 2. Tidak mempertimbangkan kondisi yang
2. Membagi segmen-segmen tubuh yang akan dialami oleh pekerja terutama yang
diberi kode secara individu, dan berkaitan dengan faktor psikososial
mengevaluasi baik anggota badan bagian atas 3. Tidak menilai kondisi lingkungan kerja
maupun badan, leher dan kaki terutama yang berkaitan dengan vibrasi,
3. Metode ini digunakan untuk menganalisis temperatur, dan jarak pandang
pengaruh pada beban postural selama (Karwowski dan Marras, 2006)
penanganan kontainer yang dilakukan dengan
tubuh atau bagian tubuh lainnya
4. Dapat digunakan untuk postur tubuh yang
stabil maupun tidak stabil
5. Skor akhir dapat digunakan dalam
menyelesaikan masalah, untuk menentukan
prioritas penyelidikan dan perubahan yang
perlu dilakukan
(Karwowski dan Marras, 2006)
79
antara lain:
C. Analisis Statistik
kemudian menganalisis data dari hasil yang sudah ada pada tahap hasil
1. Analisis Univariat
79
80
numerik digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan standar deviasi.
dapat dibuat dalam beberapa jenis, yaitu sebagai berikut (Prasetyo, 2008):
a. Distribusi frekuensi
kategori tertentu.
b. Ukuran pemusatan
1) Modus
2) Rata-rata (Mean)
3) Median
1) Range (Jangkauan)
2) Variance (Variasi)
pengamatan.
2. Analisis Bivariat
b. Analisis dari hasil uji statistik (Chi-square test, Z-test, T-test dan
tidak bermakna. Dari hasil uji statistik ini dapat terjadi, misalnya
diuji.
bivariat adalah tingkat pengukuran dari setiap variabel dan arah hubungan
dari kedua variabel tersebut sehingga analisis ini kemudian lebih dikenal
dan berkaitan dengan ukuran asosiasi dan ukuran korelasi. Ukuran asosiasi
c. Regresi linier
dependen.
berhubungan (independen).
f. Uji t (T-test)
g. Chi-Square
atau juga menguji perbedaan anatara dua kelompok pada data dua
menentukan:
test)
frequency <1 dan tidak ada expected frequency <5 sebesar >20%
D. Kerangka Teori
NPB, yaitu faktor pekerjaan, faktor psikososial, faktor individu, dan faktor
Slipping and falling (Beeck dan Hermans, 2000). Faktor psikososial antara
lain job content, tekanan waktu atau mengintensifkan beban kerja, job
control, dukungan sosial di tempat kerja dan kepuasan kerja (Beeck dan
Hermans, 2000). Faktor Individu antara lain usia, status pendidikan, merokok,
dan jam kerja (Beeck dan Hermans, 2000; Karwowski dan Marras, 2006) dan
Faktor Individu
a. Usia
b) Status pendidikan
c) Merokok
d) Riwayat NPB
e) Jenis kelamin
f) Antropometri
g) Kebiasaan olahraga
h) Masa kerja
i) Jam kerja
Faktor Pekerjaan
a) Heavy manual labor
b) Manual material handling
c) Awkward postures
d) Static work
e) Whole body vibration Keluhan Nyeri
f) Slipping and falling Punggung Bawah
Faktor Lingkungan
a) Getaran
Faktor Lingkungan
a) Pencahayaan
b) Kebisingan
Faktor Psikososial
a) Job content
b) Tekanan waktu atau
mengintensifkan beban
kerja
Sumber : Beeck dan Hermans, 2000;
c) Job control
d) Dukungan sosial Karwowski dan Marras, 2006; Spaulding,
A. Kerangka Konsep
keluhan Nyeri Punggung Bawah (NPB) pada pekerja di PT. Bakrie Metal
Industries tahun 2015. Variabel dependen pada penelitian ini adalah keluhan
berikut:
1. Faktor pekerjaan
cedera pada otot atau jaringan tubuh adalah awkward postur adalah
dari pusat gravitasi, semakin tinggi pula keluhan otot skeletal dan
sedikit, bersama dengan postur yang terbatas dan tidak aktif yang
87
88
2. Usia
otot dan sendi dan sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi
3. Jenis Kelamin
Kekuatan otot wanita hanya 60% dari kekuatan otot pria, keluhan
Kekuatan otot wanita hanya sekitar dua pertiga dari kekuatan otot
dengan wanita.
4. Merokok
5. Riwayat NPB
6. Kebiasaan olahraga
ligamen.
7. Berat Badan
risiko timbulnya nyeri pinggang akan lebih besar, karena beban pada
9. Tinggi Badan
Semakin besar sudut lengkung yang terjadi, maka kontraksi otot dan
tulang belakang.
kuat dengan keluhan otot karena semakin lama masa kerja seseorang
13. Pencahayaan
bisa membuat pekerja stres karena lingkungan kerja yang tidak baik.
Tingkat stres tinggi bisa memicu dan meningkatkan rasa nyeri NPB
pada pekerja. Selain itu, bekerja dalam kondisi cahaya yang buruk,
itu terjadi dalam waktu yang lama akan meningkatkan tekanan pada
kerja tidak diteliti karena jam kerja yang diterapkan kepada seluruh pekerja
mengintensifkan beban kerja, job control, dukungan sosial di tempat kerja dan
pengaruh faktor psikososial kerja teradap keluhan NPB masih jauh lebih
sedikit dari penelitian yang berfokus pada faktor pekerjaan. Sehingga belum
didapatkan penelitian dan fakta-fakta yang jelas serta belum adanya alat ukur
atau uji yang akurat, untuk saat ini alat ukur masih dalam tahap pengujian dan
dikarenakan faktor stres kerja tidak diteliti dan getaran tidak diteliti karena
jenis pekerjan yang dilakukan tidak memiliki risiko whole body vibration
(WBV) serta keterbatasan alat ukur. Adapun skema kerangka konsep dapat
Faktor Pekerjaan
Usia
Jenis Kelamin
Merokok
Riwayat NPB
Kebiasaan Olahraga
Tinggi Badan
Sitting Height
Masa Kerja
Pencahayaan
B. Definisi Operasional
Definisi opersional adalah definisi yang menjelaskan variabel-varibel yang menjadi unsur penting dalam melakukan
penelitian. Definisi ini menjelaskan secara jelas pengertian dari tiap-tiap variabel dengan maksud agar pembaca dapat mengerti
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1. Keluhan NPB Merupakan rasa nyeri Kuesioner Nordic Body Maps 1. Ada keluhan, jika memenuhi Ordinal
yang terdapat pada dan (NBM) semua hal dibawah ini:
bagian tulang Observasi a. Merasakan ketidaknyamanan
belakang (pada daerah dalam satu tahun terakhir
ruas lumbalis kelima b. Rasa ketidaknyamanan
dan sarkalis (L5-S1) dirasakan setelah bekerja pada
yang pernah dirasakan pekerjaan saat ini
oleh pekerja c. Tidak ada kecelakaan atau
(Pheasant, 1991). trauma sendi sebelumnya
d. Rasa ketidaknyamanan
berlangsung lebih dari satu
minggu, atau terjadi lebih dari
3 kali pada tahun sebelumnya
2. Tidak ada keluhan, jika memenuhi
semua hal dibawah ini:
a. Merasakan ketidaknyamanan
kurang dari satu tahun terakhir
95
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
b. Rasa ketidaknyamanan
dirasakan sebelum bekerja
pada pekerjaan saat ini
c. Memiliki kecelakaan atau
trauma sendi sebelumnya
d. Rasa ketidaknyamanan
berlangsung kurang dari satu
minggu, atau terjadi kurang
dari 3 kali pada tahun
sebelumnya.
(NIOSH, 2005 dalam Stanton, 2006)
2. Faktor pekerjaan
a. Postur leher Sikap atau posisi Observasi Form REBA, 1. Berisiko, jika memiliki skor leher Ratio
tubuh responden pada kamera, dan MB 2-3
saat bekerja berupa Ruler 2. Tidak berisiko, jika memiliki skor
penyimpangan atau leher 1
deviasi dari posisi (Karwowski dan Marras, 2006)
normal yang
dipertahankan dalam
jangka waktu tertentu
pada bagian leher
yang berisiko terhadap
NPB.
b. Postur badan Sikap atau posisi Observasi Form REBA, 1. Berisiko, jika memiliki skor Ratio
tubuh responden pada badan 3 - 5
96
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
saat bekerja berupa kamera, dan MB d. Tidak berisiko, jika memiliki skor
penyimpangan atau Ruler badan 1- 2
deviasi dari posisi (Karwowski dan Marras, 2006)
normal yang
dipertahankan dalam
jangka waktu tertentu
pada bagian badan
yang berisiko terhadap
NPB.
c. Postur kaki Sikap atau posisi Observasi Form REBA, 1. Berisiko, jika memiliki skor kaki Ratio
tubuh responden pada kamera, dan MB 3–4
saat bekerja berupa Ruler 2. Tidak berisiko, jika memiliki skor
penyimpangan atau kaki 1 – 2
deviasi dari posisi
normal yang (Karwowski dan Marras, 2006)
dipertahankan dalam
jangka waktu tertentu
pada bagian kaki yang
berisiko terhadap
NPB.
d. Postur lengan Sikap atau posisi Observasi Form REBA, 1. Berisiko, jika memiliki skor Ratio
tubuh responden pada kamera, dan MB lengan 4 – 6
saat bekerja berupa Ruler 2. Tidak berisiko, jika memiliki skor
penyimpangan atau lengan 1 – 3
deviasi dari posisi (Karwowski dan Marras, 2006)
normal yang
97
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
dipertahankan dalam
jangka waktu tertentu pada
bagian lengan yang
berisiko terhadap NPB.
e. Skor akhir Skor akhir dari hasil Observasi Form REBA, 1. Diperlukan tindakan, jika
REBA mengidentifikasi postur kamera, dan MB memiliki skor akhir REBA 4 – 15
pekerja dengan Ruler 2. Mungkin diperlukan tindakan,
menggunakan metode jika memiliki skor akhir REBA 1
REBA –3
(Karwowski dan Marras, 2006)
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
7. Kebiasaan Kegiatan melakukan Wawancara Kuesioner 1. Kurang; jika melakukan olahraga Ordinal
olahraga olahraga dalam dengan total waktu < 150
seminggu. menit/minggu
2. Cukup; jika melakukan olahraga
dengan total waktu ≥ 150
menit/minggu
(Janssen, 2013)
8. Berat badan Ukuran tubuh yang Pengukuran Timbangan Kilogram Ratio
ditimbang dalam langsung
keadaan tanpa
perlengkapan apapun
dalam satuan
kilogram.
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
10 Tinggi badan Panjang badan dari Pengukuran Body Measurement Centimeter Ratio
kepala sampai kaki pada langsung Instruments
saat penelitian dilakukan.
11 Sitting Height Sitting height pekerja Pengukuran Body Measurement Centimeter Ratio
pada saat duduk tegak, langsung Instruments
dihitung dari jarak
vertikal antara
permukaan tempat duduk
dengan puncak kepala.
12 Persen lemak Perbandingan dalam Pengukuran Body Fat Monitor Persentase Ratio
tubuh persen yang diukur langsung
dengan Body Fat
Monitor dari bobot masa
lemak jaringan tubuh
terhadap total berat
badan (Santrock, 2007).
13 Masa Kerja Lamanya pekerja bekerja Wawancara Kusioner Tahun Ratio
di PT. Bakrie Metal
Industries.
100
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1. Ada hubungan antara faktor pekerjaan (postur badan, leher, kaki, lengan dan
skor akhir REBA) dengan keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal
2. Ada hubungan antara usia dengan keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie
3. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan NPB pada pekerja di PT.
4. Ada hubungan antara merokok dengan keluhan NPB pada pekerja di PT.
5. Ada hubungan antara riwayat NPB dengan keluhan NPB pada pekerja di PT.
6. Ada hubungan antara kebiasaan olahraga dengan keluhan NPB pada pekerja
7. Ada hubungan antara berat badan dengan keluhan NPB pada pekerja di PT.
8. Ada hubungan antara ukuran lingkar pinggang dengan keluhan NPB pada
9. Ada hubungan antara tinggi badan dengan keluhan NPB pada pekerja di PT.
10. Ada hubungan antara sitting height dengan keluhan NPB pada pekerja di PT.
101
102
11. Ada hubungan antara persen lemak tubuh dengan keluhan NPB pada pekerja
12. Ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan NPB pada pekerja di PT.
13. Adanya hubungan antara pencahayaan dengan keluhan NPB pada pekerja di
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metal Industries yang beralamat di Jl. Jalan Raya Kaliabang Bungur No. 86 RT.
04 RW. 02, Kelurahan Harapan Jaya, Kecamatan Bekasi Utara, Bekasi 17124.
Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja tetap di PT. Bakrie Metal
menggunakan rumus Lemeshow untuk uji hipotesis beda dua proporsi berikut ini
(Ariawan, 1998):
√ √
103
104
Keterangan:
n : besar sampel
P : rata-rata P1 dan P2
√ √
n’ = 20 sampel
Sehingga total sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini berjumlah 40 sampel.
Industries
Kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu pekerja tidak bersedia mengikuti
penelitian ini.
yang meliputi 49 pekerja tetap bagian fabrikasi dari total 50 pekerja dan 27
pekerja tetap bagian office dari total 65 pekerja. Jumlah sampel ini juga telah
D. Instrumen Penelitian
height, persen lemak tubuh, dan masa kerja yang akan ditanyakan
Nordic body map digunakan untuk mengetahui bagian tubuh yang dirasa
4. Timbangan
5. Pita pengukur
8. Kamera digital
Kamera digital yang digunakan adalah Nikon Coolpix S33 (gambar 4.6).
9. MB Ruler
versi 5.0.1.10.
pekerja pada saat bekerja. Lux meter yang digunakan adalah Krisbow
E. Pengumpulan Data
Metal Industries dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner, Nordic Body
Measurements Instrument, Body Fat Monitor, kamera digital dan Luxmeter serta
perusahaan, dan dokumen jumlah pekerja bagian fabrikasi dan office serta data
bagian tubuh yang dirasa nyeri. Kuesioner ini diberikan kepada seluruh
sampel yang terdapat pada bagian fabrikasi dan office. Penilaian akan
4.1, yaitu:
110
Tabel 4.1
Skala penilaian intensitas nyeri berdasarkan Numeric Rating
Scale
No. Skor Skala
1. 0 Tidak nyeri
4. 7 – 10 Nyeri parah
sebelumnya.
NPB pada bagian tubuh tertentu (badan, leher, kaki, lengan dan skor
a. Persiapan pengukuran
NPB
b. Pelaksanaan pengukuran
lainnya.
3. Variabel Umur
berikut:
a. ≥ 30 tahun
b. 20 - 30 tahun
a. Perempuan
b. Laki-laki
5. Variabel Merokok
a. Merokok
a. Ada
b. Tidak ada
berikut:
8. Variabel Antropometri
sebagai berikut:
Ujung lengkung
tulang pangkal
paha atau
panggul
pengukuran.
geser
116
Instrument
tergantung bebas
kepala responden
d. Sitting Height
Puncak kepala
Permukaan
tempat duduk
instrument.
responden
START
10. Pencahayaan
sebagai berikut:
F. Pengolahan Data
Seluruh data yang telah dikumpulkan baik primer maupun sekunder akan
di lapangan.
sebagai berikut:
berdasarkan klasifikasi.
G. Analisis Data
data diberi nilai dan dimasukkan (entry), data kemudian dianalisa dengan
yaitu:
1. Analisi Univariat
Variabel tersebut meliputi variabel risiko NPB pada faktor pekerjaan dan
2. Analisis Bivariat
secara statistik dan P value > 0,05 berarti tidak ada hubungan yang
P value > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada
variabel.
pinggang, tinggi badan, sitting height, persen lemak tubuh, masa kerja
digunakan uji T-test. Jika data tidak berdistribusi normal maka digunakan
tinggi badan, sitting height, persen lemak tubuh, masa kerja dan
pencahayaan tidak berdistribusi normal > 0,05 maka uji yang dipakai
badan, lingkar pinggang, tinggi badan, sitting height, persen lemak tubuh,
HASIL
PT. Bakrie Metal Industries (PT. BMI) adalah salah satu unit kerja dari
antara ARMCO Australia dan PT. Bakrie & Brother’s yang didirikan pada
tahun 1981 dan berlokasi di Jalan Raya Kaliabang Bungur No. 86 RT. 04
RW. 02, Kelurahan Harapan Jaya, Kecamatan Bekasi Utara, Bekasi 17124,
yang kemudian pada tahun 1984 keseluruhan saham perusahaan ini dimiliki
sepenuhnya oleh PT. Bakrie & Brother’s. Pada tahun 1987 perusahaan ini
berubah nama menjadi PT. Bakrie Corrugated Metal Industry (PT. BCMI)
dan pada tahun 2008 menjadi PT. Bakrie Metal Industries (PT. BMI) yang
merupakan salah satu perusahaan dari kelompok usaha Bakrie yang bergerak
Kapasitas produksi dari PT. Bakrie Metal Industries adalah 19.200 ton
per tahun, yang terdiri dari produk Nestable Flange, Multi Plate, Guard Rail,
Bridge Deck, Steel Fabrication dan Steel Bridge (Jembatan Baja). Pada saat
ini produk PT. BMI telah dipakai di seluruh Indonesia dan negara-negara
122
123
lain Asia dan Australia. PT. BMI memiliki pekerja sebanyak 332 orang,
dengan dibantu oleh tenaga-tenaga yang profesional tersebut, PT. BMI siap
bergelombang (Prosedur ISO 9001: 2008 Manual Mutu PT. Bakrie Metal
Industries).
Visi dan misi PT. Bakrie Metal Industreis adalah sebagai berikut:
Visi Perusahaan
Misi Perusahaan
pertumbuhan perusahaan.
produksi pada PT. Bakrie Metal Industries, yaitu Proses Pembuatan Produk
bagan proses produksi pada PT. Bakrie Metal Industries (gamber 5.1):
Pengendalian
Persiapan Kualitas Selama
Schedule
Produksi Proses
Proses Fabrikasi
(Proses Pembuatan
Produk Fabrikasi)
Gambar 5.1 Bagan Proses Produksi pada PT. Bakrie Metal Industries
Sumber: PT. Bakrie Metal Industries
Tahap proses produksi pada PT. Bakrie Metal Industri meliputi:
a. Schedule
b. Persiapan Produksi
c. Proses
(corner notching).
(bending).
127
hidraulic.
j) Proses Galvanizing
2) Proses Fabrikasi
a) Proses Cutting
gerinda potong.
direncanakan.
d) Proses Welding
berkualitas.
f) Proses Blasting
g) Proses Painting
memungkinkan.
Dua jenis produksi pada PT. Bakrie Metal Industries secara keseluruhan
memiliki proses yang hampir sama namun pada proses pembuatan produk
tahapan proses produksi tersebut dapat dilihat pada gambar 5.2 dan gambar
5.3.
133
SPM Store
No
Laporan Harian Check QC
Press Shop
Fabrication Process
Product Store (WIP) Degreasing
Movement Rinsing
Pickling
Rerinsing
Hot water Rinsing
Pre-fluxing
Hot Deep Galvanizing
Quencing
Laporan Harian No
Galvanize
Check QC
Yes
FGTN
Store (Finished
Gambar 5.2 Bagan Proses Pembuatan Produk Konstruksi
Sumber: PT. Bakrie Metal Industries
134
SPM Store
Fabrication Process
Cutting
Weekly Punching/Boring
Fabrication Fitt-Up
Report Assembling
Fab. Product Daily
Welding
Record (interndal
data) Metal Finish Not OK
To PPC Check QC
OK
FGTN Stamping
(Identifikasi Produk)
Finishing ?
Yes
No
Finishing/Coating
Blasting
Painting
Galvanizing
No
Check QC
Yes
Store (Finished Goods)
B. Analisis Univariat
variabel yang diteliti. Pada analisis univariat ini ditampilkan distribusi frekuensi
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan NPB pada Pekerja di PT.
Bakrie Metal Industries Tahun 2015
Ada keluhan Tidak ada keluhan
Keluhan NPB Jumlah %
Jumlah % Jumlah %
Fabrikasi 38 77.6 11 22.4 49 100
bahwa tidak semua pekerja mengalami keluhan NPB. Pada pekerja fabrikasi
bagian tubuh leher, badan, kaki dan lengan. Adapun hasil yang diperoleh
136
mengenai faktor pekerjaan pada responden pada pekerja PT. Bakrie Metal
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pekerjaan pada Pekerja di
PT. Bakrie Metal Industries Tahun 2015
Fabrikasi Office %
Variabel Jumlah
Jumlah % Jumlah %
Berisiko 42 89.4 5 10.6 47 100
Postur leher
Tidak berisiko 7 24.2 22 75.8 29 100
Diperlukan 100
46 62.8 24 37.2 70
tindakan
Skor Akhir
Mungkin
REBA 100
diperlukan 3 50.0 3 50.0 6
tindakan
Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan distribusi faktor pekerjaan pada
tidak berisiko. Sedangkan untuk untuk postur lengan pada pekerja office
Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa pada pekerja fabrikasi dengan
lingkar pinggang, tinggi badan, sitting height, persen lemak tubuh dan masa
Bakrie Metal Industries tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 5.3.
138
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Kebiasaan
Merokok, Riwayat NPB, dan Kebiasaan Olahraga pada Pekerja di PT.
Bakrie Metal Industries Tahun 2015
Fabrikasi Office %
Variabel Jumlah
Jumlah % Jumlah %
≥ 30 tahun 38 65.5 20 34.4 58 100
Usia
< 30 tahun 11 61.1 7 38.9 18 100
pekerja (34.4%). Variabel jenis kelamin pekerja PT. Bakrie Metal Industries
yaitu pada pekerja fabrikasi semua pekerja berjenis kelamin laki-laki yaitu
(64.6%) pada bagian fabrikasi yang tidak memiliki riwayat NPB, sedangkan
NPB. Serta untuk variabel kebiasaan olahraga pekerja PT. Bakrie Metal
kurang.
pekerja yang memiliki berat badan terendah adalah 42.4 kg dan terbesar
yaitu 95.7 kg, dengan rata-rata berat badan pekerja adalah 64.82 kg. Variabel
terkecil yaitu 62 cm dan terbesar 107 cm, dengan rata-rata lingkar pinggang
pekeerja adalah 81.82 cm. Distribusi tinggi badan diketahui bahwa pekerja
yang memiliki tinggi badan terendah yaitu 155 cm dan tertinggi yaitu 180
cm, dengan rata-rata tinggi badan adalah 168.43 cm. Variabel sitting height
diketahui bahwa pekerja yang memiliki sitting height terendah yaitu 79.00
cm dan tertinggi yaitu 102.00 cm, dengan rata-rata sitting height pekerja
adalah 89.47 cm. Sedangkan untuk variabel persen lemak tubuh diketahui
bahwa pekerja yang memiliki persen lemak tubuh terendah yaitu 5.3% dan
tertinggi yaitu 33.4%, dengan rata-rata persen lemak tubuh adalah 21.11%.
140
Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Berat Badan, Ukuran Lingkar Pinggang, Tinggi Badan, Sitting
Height, Persen Lemak Tubuh, Masa Kerja dan Pencahayaan pada Pekerja di PT. Bakrie Metal
Industries Tahun 2015
Fabrikasi Office Min-Max
No Variabel Mean SD
Mean SD Min-Max Mean SD Min-Max
1. Berat Badan 64.82 1.16 42.40 – 95.70 71.24 1.36 48.70 – 105.0 67.10 1.27 42.40 - 105.0
3. Tinggi Badan 168.43 6.60 155.0-180.0 166.48 7.18 155.0– 187.0 167.74 6.83 155.0 - 187.0
4. Sitting Height 89.47 5.60 79.0-102.0 88.63 5.59 79.0 – 99.0 89.17 5.57 79.0 - 102.0
5. %Lemak 21.11 6.53 5.3 -33.4 27.83 6.36 12.7 – 48.0 23.50 7.20 5.30 - 48.0
6. Masa Kerja 92.98 75.27 23 - 307 132.48 103.88 12 - 299 107.01 87.91 12 - 307
7. Pencahayaan 230.45 64.16 176 - 445 107.59 19.72 51 - 105 186.80 79.19 51 - 445
Pada bagian office pekerja yang memiliki berat badan terendah
adalah 48.70 kg dan terbesar yaitu 105.00 kg, dengan rata-rata berat
adalah 92.41 cm. Distribusi tinggi badan diketahui bahwa pekerja yang
memiliki tinggi badan terendah yaitu 155 cm dan tertinggi yaitu 187 cm,
dengan rata-rata tinggi badan adalah 166.48 cm. Variabel sitting height
adalah 88.63 cm. Sedangkan untuk variabel persen lemak tubuh diketahui
bahwa pekerja yang memiliki persen lemak tubuh terendah yaitu 12.7%
dan tertinggi yaitu 48%, dengan rata-rata persen lemak tubuh adalah
27.83%.
berat badan terendah yaitu 42.4 kg dan terbesar yaitu 105 kg, dengan
rata-rata berat badan pekerja adalah 67.10 kg. Variabel lingkar pinggang
adalah 85.58 cm. Distribusi tinggi badan diketahui bahwa pekerja yang
memiliki tinggi badan terendah yaitu 155 cm dan tertinggi yaitu 187 cm,
dengan rata-rata tinggi badan pekerja adalah 167.74 cm. Variabel sitting
yaitu 79 cm dan tertinggi yaitu 102 cm, dengan rata-rata sitting height
141
142
pekerja adalah 89.17 cm. Sedangkan untuk variabel persen lemak tubuh
yaitu 5.3% dan tertinggi yaitu 48%, dengan rata-rata persen lemak tubuh
adalah 23.5%.
Industries yaitu pada bagian fabrikasi pekerja yang memiliki masa kerja
terendah adalah 23 bulan dan pekerja yang memiliki masa kerja terlama
adalah 307 bulan (25 tahun 7 bulan), dengan rata-rata masa kerja pekerja
pekerja memiliki masa kerja terendah adalah 12 bulan dan pekerja yang
memiliki masa kerja terlama adalah 299 bulan (24 tahun 11 bulan),
dengan rata-rata masa kerja pekerja adalah 132.48 bulan (11 tahun 1
memiliki masa kerja terendah adalah selama 12 bulan dan pekerja yang
memiliki masa kerja terlama adalah 307 bulan (25 tahun 7 bulan), dengan
Industries yaitu pada bagian fabrikasi tempat kerja pekerja yang memiliki
pencahayaan terendah adalah 176 Lux dan tempat kerja pekerja yang
pada tempat kerja pekerja adalah 107.59 Lux. Distribusi dari kedua
C. Analisis Bivariat
Square, uji T-test dan Kruskal Wallis. Uji T-test digunakan untuk variabel
berat badan, lingkar pinggang, tinggi badan, dan persen lemak tubuh terhadap
variabel faktor pekerjaan, usia, merokok, riwayat NPB, jenis kelamin, dan
jika mempunyai p ≤ 0,05 dan dikatakan tidak bermakna jika mempunyai nilai
P > 0,05.
Tabel 5.5
Analisis Hubungan antara Faktor Pekerjaan dengan Keluhan NPB pada
Pekerja di PT. Bakrie Metal Industries Tahun 2015
Keluhan NPB
Jumlah P value
Variabel Ada Tidak ada
n % n % n %
Postur Berisiko 36 76.6 11 23.4 47 100 0.002
leher Tidak berisiko 12 41.4 17 58.6 29 100
Postur Berisiko 45 69.2 20 30.8 65 100 0.008
badan Tidak berisiko 3 27.3 8 72.7 11 100
Postur Berisiko 25 56.8 19 43.2 44 100 0.179
kaki Tidak berisiko 23 71.9 9 28.1 32 100
Postur Berisiko 4 80.0 1 20.0 5 100 0.646
lengan Tidak berisiko 44 62.0 27 38.0 71 100
Diperlukan
45 64.3 25 35.7 70 100
Skor tindakan
Akhir Mungkin 0.002
REBA diperlukan 3 50.0 3 50.0 6 100
tindakan
Total 48 63.2 28 36.2 76 100
NPB
tahun 2015.
145
NPB
2015.
NPB
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara postur kaki dengan
2015.
146
NPB
tahun 2015.
Keluhan NPB
2015.
NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015 dapat dilihat
Tabel 5.6
Analisis Hubungan Usia, Jenis Kelamin, Kebiasaan Merokok, Riwayat NPB, dan
Kebiasaan Olahraga dengan Keluhan NPB pada Pekerja di PT. Bakrie Metal
Industries Tahun 2015
Keluhan NPB
Jumlah P value
Variabel Ada Tidak ada
n % n % n %
≥ 30 tahun 36 62.1 22 37.9 58 100 0.724
Usia
< 30 tahun 12 66.7 6 33.3 18 100
Jenis Perempuan 2 28.6 5 71.4 7 100 0.046
Kelamin Laki-laki 46 66.7 23 33.3 69 100
Merokok 39 68.4 18 31.6 57 100
Kebiasaan Tidak 0.099
Merokok merokok atau 9 47.4 10 52.6 19 100
telah berhenti
Riwayat Ada 6 54.5 5 45.4 11 100 0.522
NPB Tidak ada 42 64.6 23 35.4 65 100
Kebiasaan Kurang 40 62.5 24 37.5 64 100 0.784
Olahraga Cukup 8 66.7 4 33.3 12 100
Total 48 63.2 28 36.8 76 100
a. Hubungan antara Usia dengan Keluhan NPB
0.724 (p value > 0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
diperoleh p value sebesar 0.099 (p value > 0.05) yang berarti tidak
tahun 2015.
149
chi square diperoleh p value sebesar 0.522 (p value > 0.05) yang
value > 0.05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara
lingkar pinggang, tinggi badan, sitting height, persen lemak tubuh, masa
150
kerja dan pencahayaan dengan keluhan NPB pada responden dapat dilihat
Tabel 5.7
Analisi Hubungan Berat Badan, Ukuran Lingkar Pinggang, Tinggi
Badan, Sitting Height, Persen Lemak Tubuh, Masa Kerja dan
Pencahayaan dengan Keluhan NPB pada Pekerja di PT. Bakrie Metal
Industries Tahun 2015
Variabel Keluhan NPB n Mean SD P value
Ada 48 67.19 12.74
Berat badan 0.932
Tidak ada 28 66.94 12.91
Lingkar Ada 48 84.79 11.63
0.436
pinggang Tidak ada 28 86.93 11.18
Ada 48 169.65 6.71
Tinggi badan 0.001
Tidak ada 28 164.46 5.80
Ada 48 22.13 6.65
% Lemak 0.030
Tidak ada 28 25.83 7.62
Ada 48 42.52
Sitting height 0.037
Tidak ada 28 31.1
Ada 48 37.03
Masa kerja 0.448
Tidak ada 28 41.02
Ada 48 42.12
Pencahayaan 0.042
Tidak ada 28 32.29
a. Hubungan antara Berat Badan dengan Keluhan NPB
masa kerja dengan keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015. Penelitian ini
tidak dari segala arah tetapi hanya pada arah yang memungkinkan
apakah telah lebih dari 30 hari atau belum dan untuk riwayat
mengingat kembali.
153
154
sampel.
B. Keluhan Nyeri Punggung Bawah (NPB) pada Pekerja PT. Bakrie Metal
Industres Tahun 2015
Nyeri punggung bawah (NPB) atau Low Back Pain (NPB) adalah suatu
keadaan dengan rasa tidak nyaman atau nyeri akut pada daerah ruas lumbalis
kelima dan sarkalis (L5-S1). Nyeri pada punggung bawah dirasakan oleh
penderita dapat terjadi secara jelas atau samar serta menyebar atau terlokalisir
penyakit akibat kerja (PAK) yang disebabkan oleh keadaan yang tidak
disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik (Maher, Salmond dan
Pellino, 2002). Hal tersebut dapat terjadi karena gaya berat tubuh terutama
dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan dapat mengakibatkan rasa nyeri pada
punggung dan dapat menimbulkan komplikasi pada bagian tubuh yang lain,
155
misalnya genu valgum, genu varum, dan coxa valgum (Soeharso, 1987).
yang lama juga dapat mengakibatkan terjadinya LBP atau NBP (Klooch,
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa 63.2%
Hasil penelitian diatas sesuai dengan penelitian yang telah dilakuan oleh
sebanyak 46,3% pekerja operator alat berat atau pabrik mengalami keluhan
LBP, 16% pekerja mekanik mengalami keluhan LBP, dan 3,2% pekerja
keluhan NPB pada bagian fabrikasi lebih banyak dibandingkan pada bagian
office dikarenakan pada bagian fabrikasi tidak memiliki alat bantu berupa
meja kerja. Meja kerja yang biasa digunakan untuk memudahkan dalam
penelitian, pada bagain fabrikasi untuk skor leher dan skor badan lebih
berisiko terhadap tejadinya keluhan NPB dan berdasarkan skor akhir REBA
156
dirasa besar mungkin disebabkan oleh posisi kerja yang statis dan posisi
pada pekerja office mungkin disebabkan oleh posisi kerja yang statis saat
dalam Bernard dkk (1997) dalam Beeck dan Hermans (2000), postur kerja
statis termasuk posisi dimana gerakan yang terjadi sangat sedikit, bersama
dengan postur yang terbatas dan tidak aktif yang menyebabkan beban statis
pada otot. Postur kerja statis juga termasuk dalam postur janggal jika
dilakukan dalam rentang waktu yang lama. Postur kerja statis meningkatkan
risiko low back pain dan hernia pada diskus. Sering membungkuk dan
cedera. Aktivitas tersebut diketahui menjadi pemicu LBP atau NPB (Barry,
Tidak hanya disebabkan oleh posisi kerja keluhan NPB dapat juga
dipengaruhi oleh beban kerja dan masa kerja, beban kerja pada pekerja
fabrikasi dirasa lebih besar dibandingkan dengan pekerja pada bagian office,
untuk bekerja lebih ekstra untuk memenuhi target pesanan ditambah lagi
dengan penggunaan alat kerja yang memilik beban yang cukup berat.
memang lebih rendah dari pada masa kerja pekerja pada bagian office, namun
pada bagian farikasi terdapat pekerja yang telah bekerja selama 307 bulan (25
tahun 7 bulan) dan masa kerja terendah pada bagain fabrikasi adalah 23 bulan
masa kerja terlama adalah 299 bulan (24 tahun 11 bulan) dan terendah 12
bulan. Dimana seseorang dengan masa kerja yang semakin lama maka
tentunya akan menerima risiko lebih besar jika dibandingkan dengan pekerja
(1993) menyatakan bahwa salah satu penyebab terjadinya keluhan LBP atau
NPB yaitu sikap kerja atau posisi kerja yang tidak alamiah. Sikap kerja tidak
menjauhi posisi alamiahnya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat
gravitasi, semakin tinggi pula terjadi keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak
Hasil yang didapatkan dari tabel 5.5 bahwa dari 47 pekerja dengan skor
postur leher yang berisiko dan mengalami keluhan NPB adalah sebesar 36
pekerja (76.6%), sedangkan dari 29 pekerja dengan skor postur leher tidak
Berdasarkan hasil uji chi-square (tabel 5.5) diperoleh p value 0.002 (p value
terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara postur leher dengan
keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries Tahun 2015.
89.4% pekerja memperoleh skor postur leher yang berisiko dan pada pekerja
office diperoleh sebanyak 75.8% pekerja memperoleh skor postur leher tidak
berisiko. Pada pekerja fabrikasi sebagian besar posisi kerja pekerja yang statis
pekerja office sebagain besar posisi kerja yang statis saat melakukan
pekerjaan, hal tersebut yang dapat memungkinkan skor postur leher pada
Posis kerja pada bagain fabrikasi memerlukan ketelitian yang lebih (seperti
untuk bekerja dengan posisi janggal yang berisiko untuk menyebabkan NPB
seperti posisi leher yang ekstensi atau fleksi melebihi 200, menunduk, dan
memutir secara lateral dengan durasi lebih dari 10 detik serta terdapat
beberapa pekerja yang bekerja dengan postur janggal yang berisiko untuk
menyebabkan NPB seperti posisi leher yang ekstensi atau fleksi melebihi 200,
menunduk, dan memutir secara lateral. Hal tersebut sesuai dengan hasil
hubungan yang signifikan antara beban otot statis dengan keluhan pada
bagian leher. Beban otot statis ditimbulkan akibat otot dalam keadaan tegang
tanpa menghasilkan gerakan dan ketika postur tubuh dalam kondisi tidak
alamiah, dalam hal ini adalah leher melakukan fleksi (menunduk) (Dewayani,
2006). Namun hasil penelitian tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Mutiah dkk (2013), yang menyatakan bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat risiko pada bagian leher
dengan keluhan MSDs, dengan nilai p value pada penelitian tersebut sebesar
The BRIEF Survey dan juga adanya perbedaan sampel dalam penelitian
Hasil yang didapatkan dari tabel 5.5 bahwa dari 65 pekerja dengan skor
postur badan yang berisiko dan mengalami keluhan NPB adalah sebesar 45
pekerja (69.2%), sedangkan dari dari 11 pekerja dengan skor postur badan
(27.3%). Berdasarkan hasil uji chi-square (tabel 5.5) diperoleh p value 0.008
berarti terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara postur badan
dengan keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries Tahun
2015.
73.9% pekerja memperoleh skor postur badan yang berisiko dan pada pekerja
office diperoleh sebanyak 26.1% pekerja memperoleh skor postur badan yang
fabrikasi minimal melakukan satu posisi tidak alamiah antara lain berupa
posisi tubuh eksetensi >200 atau fleksi >600, membungkuk, berputar, posisi
tubuh membungkuk dilakukan dalam durasi panjang (>10 detik). Hal yang
sama juga dapat dijumpai pada pekerja pada bagian office. Lama dan
kedua bagian tersebut juga melebihi kriteria normal (< dua jam dan satu-tiga
kali/menit), yaitu posisi tubuh ekstensi >200 atau fleksi >600, membungkuk,
berputar, dan posisi tubuh membungkuk dengan durasi tujuh jam dan
adalah ≥10 detik, dengan frekuensi ≥dua kali/menit. Jika melebihi batas
NPB).
tersebut juga sesuai dengan temuan Bureau of Labor Statistic (BLS) bahwa di
Amerika Serikat tahun 2001 terjadi 69.724 kasus MSDs yang disebabkan
Statistic, 2007). Hasil tersebut juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan
bawah, dengan nilai p value pada penelitian tersebut sebesar 0.000 (p value ≤
0.05).
istirahat pendek disaat sudah mulai merasakan keluhan pada otot tubuh
selama 5-10 menit di sela-sela waktu kerja untuk relaksasi agar otot
sikap kerja yaitu tidak mempertahankan postur leher secara menunduk dan
postur badan secara membungkuk dalam waktu yang lama. Hal tersebut
sesuai dengan teori yang disebutkan dalam Parkes dkk (2005), bahwa otot
yang tegang dapat dipulihkan apabila ada jeda waktu istirahat yang digunakan
Hasil yang didapatkan dari tabel 5.5 bahwa dari 44 pekerja dengan skor
postur kaki yang berisiko dan mengalami keluhan NPB adalah sebesar 25
162
pekerja (56.8%), sedangkan dari dari 32 pekerja dengan skor postur badan
(71.9%). Berdasarkan hasil uji chi-square (tabel 5.5) diperoleh p value 0.178
(p value > 0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis ditolak yang
berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara postur
kaki dengan keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries Tahun
2015.
100% pekerja memperoleh skor postur kaki tidak berisiko yaitu pekerja
bekerja dengan posisi kaki tertopang dengan baik dilantai dalam keadaan
berdiri maupun berjalan atau disertai dengan salah satu atau kedua kaki
ditekuk fleksi antara >600 dan pada pekerja office diperoleh sebanyak 77.6%
pekerja memperoleh skor postur kaki yang berisiko yaitu pekerja bekerja
dengan posisi kaki tertopang dengan baik di lantai dalam keadaan berdiri
maupun berjalan serta salah satu atau kedua kaki ditekuk fleksi antara >600.
pekerjaannya dengan posisi duduk atau kaki ditekuk fleksi >600, sehingga
Hasil tersebut sesuai dengan Soeharso (1987) dan Klooch (2006) dalam
Shocker (2008), gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan
valgum, genu varum, dan coxa valgum (Soeharso, 1987). Beberapa pekerjaan
163
yang mengaharuskan berdiri dan duduk dalam waktu yang lama juga dapat
satu pemicu nyeri punggung adalah posisi duduk atau berdiri dalam jangka
waktu lama, atau suatu gerakan yang sama dilakukan terus menerus, yang
mengakibatkan otot kaku (spasme) (Arda, 2007). Berdiri lama dengan posisi
yang salah akan menyebabkan otot-otot punggung menjadi tegang dan dapat
akan menimbulkan rasa pegal (dull ache), misalnya sikap duduk, tidur,
berjalan, atau berdiri yang salah. Keadaan tegang mental juga akan
menyebabkan nyeri otot yang dikenal sebagai nyeri myogenik, yaitu nyeri
yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf serta dermatom
darah pada saat otot-otot yang bekerja, memaksa jantung untuk memompa
darah lebih banyak. Saat berdiri lama, otot cenderung bekerja statis, kerja otot
statis ini ditandai oleh kontraksi otot yang lama yang biasanya sesuai dengan
sikap tubuh. Tidak dianjurkan untuk meneruskan kerja otot statis dalam
jangka waktu yang lama karena akan menimbulkan rasa nyeri (Effendi,
2007).
otot statis pada kaki, serta kerja duduk tidak membutuhkan energi yang
Hasil yang didapatkan dari tabel 5.5 bahwa dari 5 pekerja dengan skor
postur lengan yang berisiko dan mengalami keluhan NPB adalah sebesar 4
pekerja (80.0%), sedangkan dari dari 71 pekerja dengan skor postur lengan
(62.0%). Berdasarkan hasil uji chi-square (tabel 5.5) diperoleh p value 0.646
(p value > 0. 05) sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis ditolak yang
berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik postur lengan
dengan keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries Tahun
2015.
62.0% pekerja memperoleh skor postur lengan tidak berisiko yaitu pekerja
bekerja dengan posisi lengan fleksi atau ekstensi antara >200 atau posisi
pekerja memperoleh skor lengan tidak berisiko yaitu pekerja bekerja dengan
posisi lengan fleksi atau ekstensi antara >200 atau posisi lengan fleksi 21-900.
memiliki skor lengan tidak berisiko atau data yang didapatkan homogen.
Dalam penelitian ini, gerakan postur lengan pekerja cenderung pada posisi 0-
450 atau ekstensi >200 serta beban badan ditopang untuk menahan gravitasi.
165
orang bertambah pendek karena otot trapesius berorigo pada spina servikal
maka skapula yang tertekan memberi tegangan pada otot leher. Foramen
intervetebra lebih menutup pada postur lordotik sevikal yang meningkat dan
akar syaraf tertekan. Kontraksi isometrik yang telalu kuat dapat menyebabkan
robekan serabut otot serta edem. Kontraksi otot yang berkepanjangan akan
2008). Namun hasil penelitian tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Mutiah dkk (2013), yang menyatakan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat risiko pada bagian tangan dengan
keluhan MSDs, dengan nilai p value pada penelitian tersebut adalah 0.276 (p
Hasil yang didapatkan dari tabel 5.5 bahwa dari 70 pekerja yang
adalah sebesar 3 pekerja (50.0%). Berdasarkan hasil uji chi-square (tabel 5.5)
statistik antara faktor pekerjaan (skor akhir REBA) dengan keluhan NPB
fabrikasi dengan tingkat risiko yang diperlukan tindakan sebanyak 62.8% dan
berisiko menimbulkan NPB yang dilakukan oleh pekerja antara lain postur
badan yang membungkuk fleksi antara 20-600 atau ekstensi >600, posisi leher
fleksi atau ekstensi > 200, kaki tidak tertopang baik, jongkok dan ditekuk
fleksi, postur lengan fleksi >900, dengan beban kerja > 5 kg. Keadaan di atas
terjadi karena pada area kerja fabrikasi belum memiliki meja kerja sehingga
ketika bekerja posisi kerja mereka dapat berisiko untuk menimbulkan keluhan
NPB. Selain postur kerja yang tidak alamiah, keluhan NPB akan meningkat
oleh Hendra dan Raharjo (2008) bahwa 83,7% pekerja merasakan keluhan
MSDs pada leher dan punggung bawah dengan skor risiko pekerjaan (REBA)
8-10/high risk. Namun hasil penelitian tersebut tidak sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Ekawati (2014), yang menyatakan bahwa tidak terdapat
Kerja ststis (Static work), Getaran seluruh tubuh (Whole body vibration), dan
Tergelincir dan jatuh (Slipping and falling). Salah satu penyebab terjadinya
keluhan NPB yang paling sering ditemui pada saat pemantauan dilapangan
yaitu posisi janggal atau sikap kerja tidak alamiah. Sikap kerja tidak alamiah
adalah sikap kerja yang menyebabkan bagian tubuh bergerak menjauhi posisi
alamiahnya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi, semakin
tinggi pula terjadi keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah pada
(Grandjean, 1993).
untuk terkena NPB lebih tinggi dibandingkan dengan risiko NPB pada bagian
office. Hal tersebut dikarenakan pada pekerjaan di bagian fabrikasi tidak ada
pekerjaan yang tidak memiliki risiko, apalagi jenis pekerjaan yang ada adalah
dasar dari baja sehingga diperlukan tenaga yang ekstra dan ketahanan fisik
Oleh karena itu, melihat besarnya dampak yang muncul maka perusahaan
satu waktu dalam periode jam kerjanya disaat pekerja sudah mulai merasakan
keluhan pada otot tubuh. Hal tersebut sesuai dengan teori yang disebutan
dalam Parkes dkk (2005) bahwa otot yang tegang dapat dipulihkan apabila
ada jeda waktu istirahat yang digunakan untuk peregangan otot. Secara
pada pekerja mengenai risiko pekerjaan dan tata cara bekerja yang sesuai
dengan prinsip ergonomi serta pihak perusahaan dapat membuat SOP yang
dapat digunakan oleh pekerja untuk menciptakan sistem kerja yang aman,
senam pagi secara rutin. Olahraga yang teratur juga memperbaiki kualitas
pada awalnya untuk menghindari cedera pada otot dan sendi (Kurniawidjaja,
2011).
169
dan kebiasaan olahraga dengan keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie
dialami seseorang pada usia kerja yaitu 24-65 tahun (Karwowski dan
Hasil analisi hubungan antara faktor usia dengan keluhan NPB pada
berusia < 30 tahun sebesar 66.7%. Berdasarkan hasil uji statistik (tabel
5.6) diperoleh p value 0.724 (p value > 0. 05) hal ini menunjukan bahwa
hipotesis ditolak yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
secara statistik antara usia pekerja dengan keluhan NPB yang dialami
30 tahun dan sisanya yaitu 34.4% pekerja fabrikasi berusia < 30 tahun.
juga masa kerja pekerja pada bagian office rata-ratanya sebesar 132.48
bulan (11 tahun 1 bulan). Dikarenakan dengan masa kerja yang telah
cukup lama tersebut maka pekerja pada kedua bagian tersebut telah
memiliki usia ≥ 30 tahun. Hal tersebut didukung dengan data Pusat Data
memiliki usia dibawah umur rata-rata untuk terkena keluhan NPB (30
tahun) dan juga lebih banyak pekerja yang memiliki masa kerja dibawah
66.7% pekerja yang bekerja lebih dari 15 tahun telah mengalami NPB.
Selain itu, terdapat pekerja yang berumur <30 tahun telah mengalami
keluhan NPB. Sebaliknya, terdapat pekerja yang berumur ≥30 tahun akan
terjadi degenerasi pada tulang dan keadaan ini mulai terjadi di saat
dan sendi. Selain itu juga terjadi penyempitan dari ruang antar tulang
seperti saat usia muda. Hal ini dapat menyebabkan nyeri pada tulang
cairan sehingga hal tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot
menjadi ≥ 35 tahun dan < 35 tahun juga adanya perbedaan sampel dalam
penelitian tersebut dan juga tidak sesuai dengan hasil penelitian yang
menjadi 23-35 tahun, 36-45tahun dan > 45 tahun, dan juga adanya
MSDs pada setiap sektor tubuh, dengan nilai p value pada penelitian
tersebut sebesar 0.434 (p value > 0.05). Hasil penelitian tersebut juga
173
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zulfiqor (2010), yang
lebih rendah daripada pria (Karwowski dan Marras, 2006). Astrand dan
dua pertiga dari kekuatan otot pria, sedangkan daya tahan otot pria lebih
yang memiliki keluhan NPB dan berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar
66.7%. Berdasarkan hasil uji statistik (tabel 5.6) diperoleh p value 0.046
berarti bahwa ada hubungan yang bermakna secara statistik antara jenis
kelamin dengan keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industies
tahun 2015.
174
bahwa pada sektor pekerjaan produksi lebih didominasi oleh tenaga kerja
hanya sekitar dua pertiga dari kekuatan otot pria, sedangkan daya tahan
hanya 60% dari kekuatan otot pria, keluhan otot juga lebih banyak
berhenti merokok lebih dari tiga puluh hari. Berdasarkan hasil analisis
fabrikasi adalah 72.0% pekerja yang merokok dan pekerja yang tidak
yaitu sebanyak 28.0% dan dan pekerja yang tidak merokok atau jika telah
hanya pada bagian fabrikasi pada bgaian office pun ditemui pekerja yang
namun tidak dapat dipungiri bahwa masih saja ada pekerja yang merokok
Indonesia naik dari tahun ke tahun. Presentase pada penduduk berumur >
(66.0% berjenis kelamin laki laki dan 6.7% berjenis kelamin perempuan),
artinya adalah dua diantara tiga laki-laki adalah perokok aktif (Kemenkes
RI, 2013).
tekanan intradiscal (Hales dan Bernard, 1996 dalam Beeck dan Hermans,
0.099 (P value > 0.05), hal ini menunjukan bahwa hipotesis ditolak yang
berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara
pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015. Melihat data diatas
karena adanya bias recall yaitu bias dalam mengingat kembali kapan
disediakan area untuk merokok yang diletakan terpisah dari area kerja.
tersebut.
178
keluhan MSDs pada setiap sektor tubuh, dengan nilai p value pada
tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Defriyan
dengan nilai p value pada penelitian tersebut sebesar 1.000 (p value >
0.05).
179
lama dan tingkat kebiasaan merokok. Risiko meningkat 20% untuk tiap
10 batang rokok per hari. Mereka yang telah berhenti merokok selama
setahun memiliki risiko NPB sama dengan mereka yang tidak merokok.
tenaga, maka akan mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah
memicu adanya keluhan LBP atau NPB. Pada perokok lebih merasakan
dari area kerja. Hasil temuan lainnya, terdapat beberapa pekerja yang
disebabkan mereka terpapar asap rokok dari rekan kerja atau lingkungan
tempat kerjanya atau tempat tinggalnya. Oleh karena itu, bagi pekerja
Hasil analisis hubungan antara faktor riwayat NPB dengan keluhan NPB
181
NPB yaitu sebesar 54.5%, sedangan pekerja yang memiliki keluhan NPB
dan tidak memiliki riwayat NPB yaitu sebesar 64.6%. Berdasarkan hasil
uji statistik (tabel 5.6) diperoleh p value 0.522 (p value > 0.05) hal ini
keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industies tahun 2015.
ini yaitu sebanyak 46.1% dimana sisanya yaitu 53.9% tidak memiliki
tulang. Hal ini disebabkan karena salah satu manfaat dari olahraga adalah
keluhan otot lebih jarang ditemukan pada seseorang yang dalam aktivitas
aktivitas fisik yang cukup. Tingkat keluhan otot juga sangat dipengaruhi
(diakumulasikan) selama 150 menit selama satu minggu. 150 menit ini
bisa dibagi selama enam hari (setiap harinya hanya perlu olahraga 25
menit atau satu hari berolahraga selama 150 menit (Janssen dan Clarke,
bekerja. Kegiatan senam pagi juga tidak diikuti oleh sebagian pekerja
malas untuk mengikuti senam pagi yang memang didominasi diikuti oleh
pekerja office.
memerlukan tenaga besar dan tidak cukup istirahat akan lebih sering
184
mengalami keluhan otot. Aktivitas fisik yang cukup dan dilakukan secara
hal ini menunjukkan bahwa hipotesis ditolak yang berarti bahwa tidak
pekerja dengan keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries
tahun 2015. Dari hasil diatas didapatkan bahwa paling banyak pekerja
yang cukup melakukan olahraga tetapi tidak memiliki keluhan NPB yaitu
meningkatkan daya tahan otot tubuh. Hal ini dapat dilihat karena adanya
185
tersebut juga tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Munir
dan part supply. Namun hasil penelitian tersebut sesuai dengan hasil
dengan p value pada penelitian tersebut sebesar 0.171 (p value > 0.005).
rendah pada awalnya untuk mengindari cedera pada otot dan sendi
kelamaan otot tubuh akan menjadi kuat dan menambah daya tahan serta
tulang yang kuat dan stabil serta mencegah terjadinya cedera. Hal
benar akan dicapai tingkat kesegaran jasmani yang baik dan merupakan
dan memberikan sanksi jika ada pekerja yang tidak melaksanakan. Selain
sitting height, persen lemak tubuh, masa kerja dan pencahayaan dengan
keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015 adalah
sebagai berikut:
postur tubuh juga berubah meski tetap mampu berdiri tegak. Contohnya
terbesar yaitu 95.7 kg, dengan rata-rata berat badan pekerja adalah 64.82
kg. Pada bagian office diperoleh berat badan terendah adalah 48.7 kg dan
terbesar yaitu 105 kg, dengan rata-rata berat badan pekerja adalah 71.24
value > 0.05), hal ini menunjukan bahwa hipotesis ditolak yang berarti
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara berat
badan dengan keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries
tahun 2015.
terdapat pada usia 35-59 tahun pada laki-laki maupun perempuan. Hal
tersebut sesuai dengan proporsi usia pada pekerja fabrikasi maupun office
kelebihan berat badan relatif lebih tinggi terdapat pada usia 35-59 tahun
dengan pekerja fabrikasi, hal itu juga dapat dilihat dari besarnya berat
badan pada pekerja bagian office dimana pekerja pada bagian office
2010).
kerja lumbal akan bertambah untuk menopang beban. Ketika berat badan
pinggang pekerja adalah 81.82 cm. Pada bagian office diperoleh pekerja
value > 0.05), hal tersebut menunjukan bahwa hipotesis ditolak sehingga
terdapat pada usia 35-59 tahun pada laki-laki maupun perempuan. Hal
tersebut sesuai dengan proporsi usia pada pekerja fabrikasi maupun office
kurang. Jika dilihat dari status sosialnya pekerja pada pekerja office PT
191
dibandingkan dengan pekerja fabrikasi, hal itu juga dapat terlihat dari
yang membuncit adalah > 80 cm untuk ukuran wanita dan > 90 cm untuk
Prevalensi kelebihan berat badan relatif lebih tinggi terdapat pada usia
dilihat dari status ekonominya pakerja pada bagian office PT. Bakrie
dibandinggkan dengan pekerja fabrikasi, hal itu juga dapat dilihat dari
budaya, sikap, perilaku dan gaya hidup serta peningkatan ekonomi (sosial
192
satu individu dengan individu lainnya. Walaupun berasal dari satu suku
atau ras yang sama namun ukuran proporsi tubuh tersebut dapat berbeda.
memiliki tinggi badan terendah yaitu 155 cm dan tertinggi yaitu 180 cm,
dengan rata-rata tinggi badan adalah 168.43 cm. Pada bagian office
diketahui bahwa pekerja yang memiliki tinggi badan terendah yaitu 155
cm dan tertinggi yaitu 187 cm, dengan rata-rata tinggi badan adalah
berarti bahwa ada hubungan yang bermakna secara statistik antara tinggi
badan dengan keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries
Semakin besar sudut lengkung yang terjadi, maka kontraksi otot dan
sikap kerja. Hal tersebut sesuai dengan teori yang disebutkan oleh Parkes
dkk (2005), bahwa otot yang tegang dapat dipulihkan apabila ada jeda
penggunanya. Jika alat-alat tersebut tidak sesuai, maka tenaga kerja akan
merasa tidak nyaman dan akan lebih lamban dalam bekerja yang dapat
menimbulkan kelelahan kerja atau gejala penyakit otot yang lain akibat
individu dengan individu lainnya. Walupun berasal dari satu suku atau
ras yang sama namun ukuran proporsi tubuh tersebut dapat berbeda. Hal
diadaptasi dari Juergens (1990), didapatkan bahwa pada suku atau ras
Asia sendiri memiliki variasi ukuran tubuh yang berbeda (Grandjean dan
Kroemer, 2000). Pada pria Asia Utara memiliki rata-rata tinggi badan
tinggi badan yang sama namun proporsi ukuran tubuh seseorang berbeda-
beda.
yaitu 79 cm dan tertinggi yaitu 102 cm, dengan rata-rata sitting height
pekerja adalah 89.47 cm. Pada bagian office diketahui bahwa pekerja
cm, dengan rata-rata sitting height pekerja adalah 88.63 cm. Berdasarkan
proporsi tubuh yang seimbang antara tinggi badan dan sitting height.
value ≤ 0.05), hal ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima yang berarti
195
bahwa ada hubungan yang bermakna secara statistik antara sitting height
dengan keluhan NPB pada pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun
hubungan yang signifikan antara tinggi badan dan sitting height dengan
sikap kerja. Hal tersebut sesuai dengan teori yang disebutkan oleh Parkes
dkk (2005), bahwa otot yang tegang dapat dipulihkan apabila ada jeda
penggunanya. Jika alat-alat tersebut tidak sesuai, maka tenaga kerja akan
196
merasa tidak nyaman dan akan lebih lamban dalam bekerja yang dapat
menimbulkan kelelahan kerja atau gejala penyakit otot yang lain akibat
masa tubuh tanpa lemak. Komposisi tubuh seseorang yang meliputi masa
Pada orang yang kekurangan simpanan lemak tubuh dalam jangka waktu
2004).
tubuh terendah yaitu 5.3% dan tertinggi yaitu 33.4%, dengan rata-rata
persen lemak tubuh adalah 21.11%. Pada bagian office diperoleh pekerja
yang memiliki persen lemak tubuh terendah yaitu 12.7% dan tertinggi
yang kurang. Jika dilihat dari status sosialnya pekerja pada pekerja office
tinggi dibandingkan dengan pekerja fabrikasi, hal itu juga dapat terlihat
dari besarnya persen lemak tubuh pada pekerja bagian office dimana
fabrikasi dan juga persen lemak tubuh tertinggi juga ditemui pada bagian
office.
dengan pekerja pada bagian fabrikasi dan juga persen lemak tubuh
tertinggi juga ditemui pada bagian office. Persen lemak tubuh pada
bagian office masih ditemui persen lemak yang melebihi kadar normal
yaitu 15-18% pada pria dan 20-25% pada wanita (Williams, 2002).
dengan VO2 max (Depkes, 2001). Wanita mempunyai VO2 max 15-30%
lebih rendah dari laki-laki dalam hal pekerjaan fisik (Larry, 2002).
diantara gaya otot paraspinal dengan proteksi gaya berat tubuh. Kualitas
ruas vertebrae berubah sehingga postur tubuh juga berubah meski tetap
senam pagi secara rutin dan lebih memperhatikan pola makan dan jenis
otot dan sendi (Kurniawidjaja, 2011). Serta keuntungan lain dari olahraga
terlihat pada senam aerobik selama 50 menit tiga kali seminggu dapat
nyeri pada leher dan bahu dengan masa kerja yang bergantung pada usia
dapat dilihat bahwa pada bagian fabrikasi pekerja yang memiliki masa
kerja terendah adalah 23 bulan dan pekerja yang memiliki masa kerja
terlama adalah 307 bulan (25 tahun 7 bulan), dengan rata-rata masa kerja
200
office pekerja memiliki masa kerja terendah adalah 12 bulan dan pekerja
yang memiliki masa kerja terlama adalah 299 bulan (24 tahun 11 bulan),
dengan rata-rata masa kerja pekerja adalah 132.48 bulan (11 tahun 1
memiliki masa kerja terendah adalah selama 12 bulan dan pekerja yang
memiliki masa kerja terlama adalah 307 bulan (25 tahun 7 bulan), dengan
fabrikasi dengan rata-rata masa kerja pekerja adalah 92.98 bulan (7 tahun
dengan rata-rata masa kerja pekerja adalah 132.48 bulan (11 tahun 1
masa kerja yang telah cukup lama tersebut maka pekerja pada kedua
(Pusdatinaker) Kota Bekasi tahun 2012, pekerja dengan usia 15-34 tahun
pekerja yang berusia ≥ 30 tahun lebih banyak dari pada pekerja yang
Masa kerja merupakan faktor risiko dari suatu pekerjaan yang terkait
dengan lama bekerja. Dapat berupa masa kerja dalam suatu perusahaan
dan masa kerja dalam suatu profesi tertentu. Masa kerja merupakan
201
risiko terjadinya NPB. Berdasarkan hasil analisis antara faktor masa kerja
bulan). Hasil diatas sesuai dengan teori dari Ohlsson dkk (1989), bahwa
0.448 (P value > 0.05) hal ini menunjukkan hipotesis ditolak yang berarti
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara masa
kerja dengan keluhan NPB pada pekerja di bagian Fabrikasi PT. Bakrie
bahwa sebesar 66,7% pekerja yang telah bekerja lebih dari 15 tahun telah
mengalami MSDs, diantaranya pada bagian bahu kanan dan kiri, leher
pekerja belum terasa atau belum ada pada saat penelitian dilakukan.
bagian bahu kanan dan kiri, leher dan punggung bawah. Sehingga dapat
lama seseorang bekerja tentunya akan menerima risiko lebih besar jika
antara masa kerja dengan keluhan MSDs, dengan nilai p value pada
dengan nilai p value pada penelitian tersebut sebesar 0.434 (p value >
antara masa kerja dengan keluhan MSDs pada bagian bahu, pinggang dan
kaki.
bisa membuat pekerja stres karena lingkungan kerja yang tidak baik.
Tingkat stres tinggi bisa memicu dan meningkatkan rasa nyeri NPB pada
pekerja. Selain itu, bekerja dalam kondisi cahaya yang buruk, akan
membuat tubuh beradaptasi untuk mendekati cahaya. Jika hal itu terjadi
dalam waktu yang lama akan meningkatkan tekanan pada otot bagian
atas tubuh (Bridger, 2003). Berdasarkan tabel hasil 5.4, dapat dilihat
pencahayaan terendah adalah 176 Lux dan tempat kerja pekerja yang
pada tempat kerja pekerja adalah 107.59 Lux. Distribusi dari kedua
Intensitas cahaya di ruang kerja untuk jenis pekerjaan kasar dan terus
kerja yang tidak sesuai dengan intensitas cahaya minimal di ruang kerja.
hanya masuk melalui pintu yang terbuka dan tidak dilengkapi dengan
berada pada office 2 dimana pada tempat kerja tersbut letaknya disudut
cahaya tidak dapat masuk ke dalam ruangan tersebut. Pada bagian office
diterima yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna secara statistk
Jika hal itu terjaadi dalam waktu yang lama akan meningkatkan tekanan
menyediakan penerangan yang cukup bagi pekerja baik itu untuk pekerja
pada bagian fabrikasi atau office. Dimana penerangan yang buruk dapat
dapat lebih optimal, sehingga tidak ada sudut dan bagian area kerja yang
cahaya lebih optimal dan tidak ada sudut dan bagian area kerja yang
gelap.
BAB VII
A. Simpulan
2. Faktor Pekerjaan
berisiko.
berisiko.
berisiko.
207
208
3. Faktor Individu
perempuan.
f. Antopometri
cm.
209
cm.
cm.
yaitu 48%.
pekerjaan (skor leher, skor badan, dan skor akhir REBA), jenis
B. Saran
1. Bagi Pekerja
2. Bagi Perusahaan
dan tata cara bekerja yang sesuai dengan prinsip ergonomi serta
DAFTAR PUSTAKA
Anies. 2005. Penyakit Akibat Kerja. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Ariawan, I. 1998. Besar dan Metode pada Sampel Penelitian Kesehatan. Jurusan
Biostatistik dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.
Asriadi. dkk. 2011. Karyawan PT. International Nickel Indonesia, Tbk Terkena
Low Back Pain? Bagaimana Karakteristiknya?. Jurnal MKMI, 7, 1, 52-60.
Beeck, R., dan Hermans, V. 2000. Research Work-Related Low Back Disorder.
Begium: European Agency for Safety and Health at Work.
Bureau of Labor Statistic. 2007. Musculoskeletal Disorders and Days Away From
Work in 2007. USA: News Release.
214
Depkes RI. 2001. Pedoman Pengukurn Kesegaran Jasmani. Jakarta: Depkes RI.
Dewayani, M. 2006. Hubungan Antara Beban Otot Statis dengan Nyeri Leher
pada Penjahit di Sentra Industri Konveksi Kec. Pendan, Klaten. Skripsi.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponogoro Semarang.
Ehrlich, G. 2003. Low Back Pain. Bulletin of the Wordl Health Organization
2003, 81 (9), 671 – 679.
Ekawati, Rivai, dan Jayanti. 2014. Hubungan Tingkat Risiko Ergonomi dan Masa
Kerja dengan Keluhan Muskuloskeletal pada Pekerja Pemecah Batu. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 2, 3, 227-231.
Evans, W. 1996. Reversing Sarcopenia: How Weight Training Can Build Strength
and Vitality. Geriatrics. Diakses dari :
http://www.ergoweb.com/forum/index.cfm?page=topic&topicID=5022 pada
tanggal 17 Mei 2015.
215
Grandjean, E. 1993. 4th Edition. Fitting The Task to The Man. Taylor & Francis.
Inc: London.
Grandjean, E dan Kroemer, K. 2009. Fitting the Task to the Human, Fifth Edition.
Philadelphia: Taylor&Francies-Library.
Granner Dk, dkk. 2003. Biokimia Herper Edisi 25. Jakarta: EGC.
Haldeman, S. dkk. 2002. An Atlas of Back Pain. USA: The Parthenon Publishing
Group.
Halim, F dan Tana, L.,. 2011. Determinan Nyeri Pinggang pada Tenaga
Paramedis di Beberapa Rumah Sakit di Jakarta. Jurnal Indonesia Medical
Association, 61, 4, 155 – 160.
Hastono, S., dan Sabri, L. 2008. Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajawali Press.
Heuch I, Heuch I, Hagen K, dan Zward JA. 2015. Association Between Body
Height and Chronic Low Back Pain: A Follow-up in The Nord-Trøndelag
Health Study. BMJ, 5, 1-6.
Hidayat, Hidayati, dan Irawan. 2006. Obesitas pada Anak. Buletin Pediatrik
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Surabaya.
216
Idyan, Z. 2008. Hubungan Lama Duduk Saat Perkuliahan dengan Keluhan Low
Back Pain. Diakses: http://inna-ppni.or.id./ pada tanggal 15 Mei 2015.
Inoue, G. dkk. 2015. The Prevalence and Characteristics of Low Back Pain
Among Sitting Workers in a Japanese Manufacturing Company. Journal of
Orthopaedic Science, 20, 23-30.
Koesyanto, H. 2013. Masa Kerja dan Sikap Duduk Terhadap Nyeri Punggung.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 9, 1.
Larry AT dan Marshall JK. 2002. Dietary Fat and Body Fat: a Multivariate Study
of 205 Adult Females. Am J Clin Nutr, 56, 4, 616-622.
Loscocco, KA dan Spitze, G. 2000. Working Condirions, Social Support, and The
Well-Being of Female and Male Factory Workers. Journal of Health and
Social Behavior, 31, 4, 313-327.
Maher, Salmond dan Pellino. 2002. Low Back Syndrome. Philadelpia: FA Davis
Company.
McCaffery, M & Beebe, A. 1993. Pain: Clinical Manual for Nursing Practice.
Baltimore: V.V Mosby Company.
McCarthy, A. 1995. Kiat Menjadi Ramping dan Tetap Bugar: Petunjuk Praktis
untuk Hidup Sehat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
North American Spine Society. 2009. Chronic Low Back Pain. North American:
NASS.
Ohlsson K, dkk. 1989. Self-Report Symptoms in the Neck and The Upper Limbs
of Female Assembly Workers. Scand J Work Environ Health, 15, 1, 75 –
80.
Parkes, KR. dkk. 2005. Musculoskeletal Disorders, Mental Health and The Work
Environment. Department of Experimental: Psychology, University Oxford.
Paryono. 2012. Postur pada Wanita Hamil. Jurnal Litbang Pengendalian Penyakit
Berumber Binatang Banjarnegara, 8, 1, 26-29.
(BMI/I/MM/01).
Purnamasari, H. 2010. Overweight sebagai Faktor Risiko Low Back Pain pada
Pasien Poli Saraf Prof. Dr, Margono Soekarjo Purwokerto. Mandala of
Health, 4, 26-32.
Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan (Pusdatinaker). 2012. Penduduk Usia
Kerja Menurut Golongan Umur dan Daerah. Diakses:
http://pusdatinaker.balitfo.depnakertrans.go.id pada tanggal 17 November
2015.
Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan (Pusdatinaker). 2012. Penduduk yang
Bekerja menurut Jenis Pekerjaan/Jabatan dan Jenis Kelamin. Diakses:
http://pusdatinaker.balitfo.depnakertrans.go.id pada tanggal 17 November
2015.
Riyadina W., Suharyanto, F., dan Tana, L. 2008. Keluhan Nyeri Muskulpskeletal
pada Pekerja Industri di Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta. Journal of
The Indonesian Medical Association, 58, 8-12.
Samara. dkk. 2005. Duduk Statis sebagai Faktor Risiko Terjadinya Nyeri
Punggung Bawa pada Pekerja Perempuan. Universa Medicina, 24, 2, 73 –
79.
Stanton, N,. dkk. 2006. Handbook of Human factors and Ergonomics Methods.
Washington: CDC Press.
Subagya, A. 2010. Pengaruh Stasiun Kerja Terhadap Keluhan Otot-Otot Skeletal
Pekerja Laki-laki pada Kantor Administrasi Dokumen Building PT.
Krakatau Steel Cilegon. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Suma’mur, P.K, 1992. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT.
Gunung Agung.
Tulaar, A. 2008. Nyeri Leher dan Punggung. Majalah Kedokteran Indonesia, 58,
5, 169-180.
LAMPIRAN
223
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 Kuesioner ............................................................. 224
Lampiran 1.1 Kuesioner Penelitian ............................................ 224
Lampiran 1.2 Gambar Nordic Body Maps (NBM) ..................... 228
Lampiran 1.3 Form REBA ......................................................... 231
Lampiran 2 Postur Tubuh Pekerja ........................................... 232
Lampiran 2.1 Postur Tubuh Pekerja pada Bagian Fabrikasi ...... 232
Lampiran 2.2 Postur Tubuh Pekerja Pada Bagian Office ........... 238
Lampiran 3 Denah Titik Sampel Pengukuran Faktor
Lingkungan (Pencahayaan) .................................. 241
Lampiran 3.1 Denah Ruang QHSE (Office) ............................... 241
Lampiran 3.2 Denah Ruang Foreman Galvanize (Office) ......... 241
Lampiran 3.3 Denah Ruang Security (Office) ............................ 242
Lampiran 3.4 Denah Ruang Storage(Office) .............................. 242
Lampiran 3.5 Denah Office 1 ..................................................... 243
Lampiran 3.6 Denah Office 2 ..................................................... 244
Lampiran 3.7 Denah Fabrikasi 2 ................................................ 245
Lampiran 3.8 Denah Fabrikasi 3 ................................................ 247
Lampiran 3.9 Hasil Pengukuran Faktor Lingkungan
(Pencahayaan) pada Ruang Kerja Pekerja di PT.
Bakrie Metal Industries ........................................ 249
Lampiran 4 Output Analisis Data ............................................ 251
Lampiran 4.1 Output Analisis Data Univariat ............................ 251
Lampiran 4.2 Output Analisi Data Bivariat ............................... 263
Lampiran 5 Surat Izin penelitian dan Pengambilan Data ........ 274
224
Lampiran 1
KUESIONER
Lampiran 1.1
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN
NYERI PUNGGUNG BAWAH (NPB) PADA PEKERJA DI PT. BAKRIE
METAL INDUSTRIES TAHUN 2015
Oleh
Nama : Febriana Maizura
NIM : 1111101000106
Assalamualaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera
Saya mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sedang melakukan penelitian. Hasil
penelittian ini merupakan tugas akhir dari peneliti untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).
Sehubungan dengan hal tersebut, saya memohon dengan segala kerendahan
hati agar kiranya Bapak/Saudara bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi
pertanyaan berikut. Kejujuran Bapak/Saudara dalam menjawab pertanyaan sangat
saya hargai.
Ucapan terimakasih yang sebesarnya saya ucapkan atas bantuan dan
partisispasi Bapak/Saudara dalam mengisi kuesioner ini.
A. Karakteristik Responden
1. Nama :
3. Tanggal Lahir :
4. No. HP :
5. Pabrik/Office :
6. Bagian/Divisi :
B. Masa Kerja
C. Kebiasaan Merokok
Kode (diisi oleh
No. Pertanyaan/Pernyataan Jawaban
peneliti)
Apakah anda perokok?
a. Ya
1. b. Pernah (sudah berhenti C1 [ ]
merokok)
c. Tidak pernah (SELESAI)
Berapa batang rokok yang anda
2. Batang C2 [ ]
habiskan setiap hari?
Dalam seminggu, rata-rata anda
merokok?
a. Setiap hari e. 3 hari
3. C3 [ ]
b. 6 hari f. 2 hari
c. 5 hari g. 1 Hari
d. 4 hari
minggu/
4. Sudah berapa lama anda merokok? C4 [ ]
bulan
D. Kebiasaan Olahraga
Kode (diisi oleh
No. Pertanyaan/Pernyataan Jawaban
peneliti)
Apakah anda selalu melakukan
olahraga di rumah/tempat tinggal (di
1. luar perusahaan)? D1 [ ]
a. Ya
b. Tidak
Apakah anda mengikuti senam pagi di
Perusahaan?
2. D2 [ ]
a. Ya
b. Tidak
Dalam sehari, berapa lama anda
3. melakukan olahraga di rumah/tempat Menit/hari D3 [ ]
tinggal?
Dalam seminggu, berapa kali anda
4. melakukan olahraga di rumah/tempat Kali D4 [ ]
tinggal?
227
E. Keluhan NPB
Kode (diisi oleh
No. Pertanyaan/Pernyataan Jawaban
peneliti)
1. Apakah sebelum anda bekerja di PT.
Bakrie Metal Industries, anda pernah
mengalami masalah pada otot dan
E1 [ ]
tulang?
a. Ya, pernah (SELESAI)
b. Tidak pernah
2. Apakah saat anda bekerja di PT.
Bakrie Metal Industries, anda pernah
mengalami masalah pada otot dan
E2 [ ]
tulang?
a. Ya, pernah
b. Tidak pernah
3. Sebutkan pada bagian apa saja
(LIHAT LAMPIRAN 2)
228
Lampiran 1.2
Lampiran 1.3
FORM REBA
232
Lampiran 2
POSTUR TUBUH PEKERJA
Lampiran 2.1
POSTUR TUBUH PEKERJA PADA BAGIAN FABRIKASI
1. 2. 3.
Proses Fit Up
Proses Punching & Drilling
Proses Punching & Drilling
4. 5. 6.
Proses Cutting
Proses Cutting
Proses Welding
Proses Welding
16. 17. 18.
Proses Welding
Proses Pengukuran
Material
Proses Pengukuran Material
234
Proses Welding
27. 28. 29.
Proses Welding
Proses Welding
Proses Welding
Proses Fit Up
34. 35. 36.
Proses Welding
236
Proses Welding
Lampiran 2.2
POSTUR TUBUH PEKERJA PADA BAGIAN OFFICE
20. 24. 32.
Department
Department Procurement
Finance&Accounting Department Procurement
56. 57. 58.
Department Commercial
Department HRD
Department Maintenance
62. 63. 64.
Department IT
Department IT
Department Procurement
65. 66. 67.
Department Procurement
Department Store Department Store
74. 75. 76.
Department Procurement
Department Store
Department IT
*penomoran berdasarkan nomor sampel
241
Lampiran 3
Lampiran 3.1
Skala 1:100
Lampiran 3.2
Skala 1:100
242
Lampiran3.3
Skala 1:100
Lampiran 3.4
Skala 1:200
243
Lampiran 3.5
DENAH OFFICE 1
Skala 1:100
244
Lampiran 3.6
DENAH OFFICE 2
Skala 1:150
245
Lampiran 3.7
DENAH FABRIKASI 2
Skala 1:350
246
247
Lampiran 3.8
DENAH FABRIKASI 3
Skala 1:250
248
249
Lampiran 3.9
PENGUKURAN RATA-
No LOKASI PENGUKURAN/TITIK
I II III RATA
FABRIKASI 2
1. Pekerja 1 182 180 175 179
2. Pekerja 6 181 181 179 180
3. Pekerja 7 183 181 182 182
4. Pekerja 8 301 305 309 305
5. Pekerja 9 186 184 185 185
6. Pekerja 10 184 186 185 185
7. Pekerja 12 206 204 205 205
8. Pekerja 13 190 176 183 189
9. Pekerja 14 211 200 189 200
10. Pekerja 15 182 186 184 184
11. Pekerja 16 190 188 186 188
12. Pekerja 17 183 183 180 182
13. Pekerja 18 179 179 179 179
14. Pekerja 19 179 181 180 180
15. Pekerja 21 172 176 180 176
16. Pekerja 22 176 175 177 176
17. Pekerja 26 215 200 218 211
18. Pekerja 28 173 175 180 176
19 Pekerja 29 180 178 179 179
20. Pekerja 30 213 211 212 212
21. Pekerja 31 211 211 211 211
22. Pekerja 33 282 281 280 281
23. Pekerja 34 303 302 304 203
24. Pekerja 35 196 194 195 195
25. Pekerja 36 209 210 214 211
26. Pekerja 37 314 315 316 315
27. Pekerja 38 292 291 293 292
28. Pekerja 39 254 256 252 254
29. Pekerja 40 221 221 221 221
30. Pekerja 41 181 179 180 180
31. Pekerja 43 199 201 200 200
32. Pekerja 44 198 201 201 200
33. Pekerja 45 248 244 246 246
34. Pekerja 46 187 185 183 185
35. Pekerja 47 205 207 206 206
36. Pekerja 49 202 202 202 202
FABRIKASI 3
37. Pekerja 2 292 294 293 293
38. Pekerja 3 175 176 174 175
39. Pekerja 4 178 174 176 176
40. Pekerja 5 445 444 446 445
41. Pekerja 11 400 401 399 400
42. Pekerja 23 315 315 315 315
43. Pekerja 25 316 317 315 316
250
PENGUKURAN RATA-
No LOKASI PENGUKURAN/TITIK
I II III RATA
44. Pekerja 27 307 306 305 306
45. Pekerja 42 312 312 311 312
46. Pekerja 48 299 301 300 300
47. Pekerja 50 189 189 189 189
48. Pekerja 51 290 290 290 290
49. Pekerja 52 179 181 180 180
OFFICE 1
50. Pekerja 55 51 50 52 51
51. Pekerja 59 101 102 100 101
52. Pekerja 60 107 107 107 107
53. Pekerja 67 127 126 128 127
OFFICE 2
54. Pekerja 20 107 106 107 107
55. Pekerja 54 100 101 102 102
56. Pekerja 56 99 98 97 98
57. Pekerja 57 105 105 104 105
58. Pekerja 58 102 102 102 102
59. Pekerja 62 107 106 107 107
60. Pekerja 63 108 107 106 107
61. Pekerja 64 95 95 95 95
62. Pekerja 68 102 101 103 102
63. Pekerja 75 103 102 103 103
RUANG FOREMAN GALVANIZE
64. Pekerja 24 106 108 107 107
RUANG QHSE
65. Pekerja 53 103 107 105 105
66. Pekerja 72 105 105 104 105
67. Pekerja 73 106 105 105 105
68. Pekerja 74 68 68 68 68
RUANG STORAGE
69. Pekerja 32 126 125 126 126
70. Pekerja 61 117 117 117 117
71. Pekerja 69 121 120 120 120
72. Pekerja 70 117 117 116 117
73. Pekerja 71 114 112 113 113
RUANG SECURITY
74. Pekerja 65 150 149 150 150
75. Pekerja 66 91 90 89 90
76. Pekerja 76 150 150 150 150
251
Lampiran 4
a. Keluhan NPB
NPBfixbaru
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada keluhan 48 63.2 63.2 63.2
Tidak ada keluhan 28 36.8 36.8 100.0
Total 76 100.0 100.0
NPBfixbaru
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada keluhan 38 77.6 77.6 77.6
Tidak ada keluhan 11 22.4 22.4 100.0
Total 49 100.0 100.0
NPBfixbaru
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada keluhan 10 37.0 37.0 37.0
Tidak ada keluhan 17 63.0 63.0 100.0
Total 27 100.0 100.0
b. Skor Leher
SkorLeher2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Berisiko 47 61.8 61.8 61.8
Tidak berisiko 29 38.2 38.2 100.0
Total 76 100.0 100.0
SkorLeher2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Berisiko 42 85.7 85.7 85.7
Tidak berisiko 7 14.3 14.3 100.0
Total 49 100.0 100.0
SkorLeher2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Berisiko 5 18.5 18.5 18.5
252
c. Skor Badan
Skorbadan2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Berisiko 65 85.5 85.5 85.5
Tidak berisiko 11 14.5 14.5 100.0
Total 76 100.0 100.0
Skorbadan2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Berisiko 48 98.0 98.0 98.0
Tidak berisiko 1 2.0 2.0 100.0
Total 49 100.0 100.0
Skorbadan2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Berisiko 17 63.0 63.0 63.0
Tidak berisiko 10 37.0 37.0 100.0
Total 27 100.0 100.0
d. Skor Kaki
SkorKaki2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Berisiko 44 57.9 57.9 57.9
Tidak berisiko 32 42.1 42.1 100.0
Total 76 100.0 100.0
SkorKaki2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Berisiko 17 34.7 34.7 34.7
Tidak berisiko 32 65.3 65.3 100.0
Total 49 100.0 100.0
SkorKaki2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Berisiko 27 100.0 100.0 100.0
253
e. Skor Lengan
SkorLengan2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Berisiko 5 6.6 6.6 6.6
Tidak berisiko 71 93.4 93.4 100.0
Total 76 100.0 100.0
SkorLengan2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Berisiko 5 10.2 10.2 10.2
Tidak berisiko 44 89.8 89.8 100.0
Total 49 100.0 100.0
SkorLengan2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak berisiko 27 100.0 100.0 100.0
REBA2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 46 93.9 93.9 93.9
2 3 6.1 6.1 100.0
Total 49 100.0 100.0
REBA2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 24 88.9 88.9 88.9
2 3 11.1 11.1 100.0
Total 27 100.0 100.0
254
g. Usia
KategoriUsia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid >= 30 tahun 58 76.3 76.3 76.3
< 30 tahun 18 23.7 23.7 100.0
Total 76 100.0 100.0
KategoriUsia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid >= 30 tahun 38 77.6 77.6 77.6
< 30 tahun 11 22.4 22.4 100.0
Total 49 100.0 100.0
KategoriUsia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid >= 30 tahun 20 74.1 74.1 74.1
< 30 tahun 7 25.9 25.9 100.0
Total 27 100.0 100.0
h. Jenis Kelamin
Jenis Kelamin :
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Perempuan 7 9.2 9.2 9.2
Laki-laki 69 90.8 90.8 100.0
Total 76 100.0 100.0
Jenis Kelamin :
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 49 100.0 100.0 100.0
Jenis Kelamin :
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Perempuan 7 25.9 25.9 25.9
Laki-laki 20 74.1 74.1 100.0
Total 27 100.0 100.0
255
i. Kebiasaan Merokok
KebiasaanRokok
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Merokok 57 75.0 75.0 75.0
Tidak merokok atau telah
19 25.0 25.0 100.0
berhenti
Total 76 100.0 100.0
KebiasaanRokok
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Merokok 41 83.7 83.7 83.7
Tidak merokok atau telah
8 16.3 16.3 100.0
berhenti
Total 49 100.0 100.0
KebiasaanRokok
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Merokok 16 59.3 59.3 59.3
Tidak merokok atau telah
11 40.7 40.7 100.0
berhenti
Total 27 100.0 100.0
j. Riwayat NPB
RiwayatNPB
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 11 14.5 14.5 14.5
Tidak 65 85.5 85.5 100.0
Total 76 100.0 100.0
RiwayatNPB
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 7 14.3 14.3 14.3
Tidak 42 85.7 85.7 100.0
Total 49 100.0 100.0
RiwayatNPB
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 4 14.8 14.8 14.8
Tidak 23 85.2 85.2 100.0
Total 27 100.0 100.0
256
k. Kebiasaan Olahraga
KategoriOR
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 64 84.2 84.2 84.2
Cukup 12 15.8 15.8 100.0
Total 76 100.0 100.0
KategoriOR
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 41 83.7 83.7 83.7
Cukup 8 16.3 16.3 100.0
Total 49 100.0 100.0
KategoriOR
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 23 85.2 85.2 85.2
Cukup 4 14.8 14.8 100.0
Total 27 100.0 100.0
Median 23.8000
Variance 51.866
Std. Deviation 7.20178
Minimum 5.30
Maximum 48.00
Range 42.70
Interquartile Range 9.33
Skewness .059 .276
Kurtosis 1.138 .545
A13 Pencahayaan : Mean 186.80 9.085
95% Confidence Interval for Lower Bound 168.70
Mean
Upper Bound 204.90
5% Trimmed Mean 182.70
Median 181.00
Variance 9.273E3
Std. Deviation 79.199
Minimum 51
Maximum 445
Range 394
Interquartile Range 102
Skewness .859 .276
Kurtosis .684 .545
B2 Sudah berapa lama anda Mean 107.01 10.085
bekerja di PT. Bakrie Metal 95% Confidence Interval for Lower Bound 86.92
Industries? Mean
Upper Bound 127.10
5% Trimmed Mean 101.41
Median 65.00
Variance 7.730E3
Std. Deviation 87.918
Minimum 12
Maximum 307
Range 295
Interquartile Range 107
Skewness 1.100 .276
Kurtosis -.061 .545
Bagian Fabrikasi
Descriptives
Median 89.00
Variance 31.379
Std. Deviation 5.602
Minimum 79
Maximum 102
Range 23
Interquartile Range 7
Skewness .219 .340
Kurtosis -.441 .668
A11 %Lemak : Mean 21.1102 .93322
95% Confidence Interval for Lower Bound 19.2338
Mean
Upper Bound 22.9866
5% Trimmed Mean 21.2937
Median 21.9000
Variance 42.674
Std. Deviation 6.53252
Minimum 5.30
Maximum 33.40
Range 28.10
Interquartile Range 9.75
Skewness -.310 .340
Kurtosis -.155 .668
A13 Pencahayaan : Mean 230.45 9.165
95% Confidence Interval for Lower Bound 212.02
Mean
Upper Bound 248.88
5% Trimmed Mean 223.89
Median 202.00
Variance 4.116E3
Std. Deviation 64.157
Minimum 176
Maximum 445
Range 269
Interquartile Range 109
Skewness 1.408 .340
Kurtosis 1.623 .668
B2 Sudah berapa lama anda Mean 92.98 10.753
bekerja di PT. Bakrie Metal 95% Confidence Interval for Lower Bound 71.36
Industries? Mean
Upper Bound 114.60
5% Trimmed Mean 85.38
Median 64.00
261
Variance 5.666E3
Std. Deviation 75.272
Minimum 23
Maximum 307
Range 284
Interquartile Range 72
Skewness 1.630 .340
Kurtosis 1.921 .668
Bagian Office
Descriptives
NPBfixbaru
Tidak ada
Ada keluhan keluhan Total
SkorLeher2 Berisiko Count 36 11 47
% within SkorLeher2 76.6% 23.4% 100.0%
% within NPBfixbaru 75.0% 39.3% 61.8%
% of Total 47.4% 14.5% 61.8%
Tidak berisiko Count 12 17 29
% within SkorLeher2 41.4% 58.6% 100.0%
% within NPBfixbaru 25.0% 60.7% 38.2%
% of Total 15.8% 22.4% 38.2%
Total Count 48 28 76
264
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 9.559a 1 .002
b
Continuity Correction 8.105 1 .004
Likelihood Ratio 9.550 1 .002
Fisher's Exact Test .003 .002
Linear-by-Linear Association 9.433 1 .002
b
N of Valid Cases 76
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,68.
b. Computed only for a 2x2 table
NPBfixbaru
Tidak ada
Ada keluhan keluhan Total
Skorbadan2 Berisiko Count 45 20 65
% within Skorbadan2 69.2% 30.8% 100.0%
% within NPBfixbaru 93.8% 71.4% 85.5%
% of Total 59.2% 26.3% 85.5%
Tidak berisiko Count 3 8 11
% within Skorbadan2 27.3% 72.7% 100.0%
% within NPBfixbaru 6.2% 28.6% 14.5%
% of Total 3.9% 10.5% 14.5%
Total Count 48 28 76
% within Skorbadan2 63.2% 36.8% 100.0%
% within NPBfixbaru 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 63.2% 36.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 7.118a 1 .008
b
Continuity Correction 5.429 1 .020
Likelihood Ratio 6.900 1 .009
Fisher's Exact Test .015 .011
Linear-by-Linear Association 7.024 1 .008
b
N of Valid Cases 76
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,05.
265
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 7.118a 1 .008
b
Continuity Correction 5.429 1 .020
Likelihood Ratio 6.900 1 .009
Fisher's Exact Test .015 .011
Linear-by-Linear Association 7.024 1 .008
b
N of Valid Cases 76
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,05.
b. Computed only for a 2x2 table
NPBfixbaru
Tidak ada
Ada keluhan keluhan Total
SkorKaki2 Berisiko Count 25 19 44
% within SkorKaki2 56.8% 43.2% 100.0%
% within NPBfixbaru 52.1% 67.9% 57.9%
% of Total 32.9% 25.0% 57.9%
Tidak berisiko Count 23 9 32
% within SkorKaki2 71.9% 28.1% 100.0%
% within NPBfixbaru 47.9% 32.1% 42.1%
% of Total 30.3% 11.8% 42.1%
Total Count 48 28 76
% within SkorKaki2 63.2% 36.8% 100.0%
% within NPBfixbaru 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 63.2% 36.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 1.805a 1 .179
b
Continuity Correction 1.216 1 .270
Likelihood Ratio 1.832 1 .176
Fisher's Exact Test .231 .135
Linear-by-Linear Association 1.781 1 .182
b
N of Valid Cases 76
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,79.
b. Computed only for a 2x2 table
266
NPBfixbaru
Tidak ada
Ada keluhan keluhan Total
SkorLengan2 Berisiko Count 4 1 5
% within SkorLengan2 80.0% 20.0% 100.0%
% within NPBfixbaru 8.3% 3.6% 6.6%
% of Total 5.3% 1.3% 6.6%
Tidak berisiko Count 44 27 71
% within SkorLengan2 62.0% 38.0% 100.0%
% within NPBfixbaru 91.7% 96.4% 93.4%
% of Total 57.9% 35.5% 93.4%
Total Count 48 28 76
% within SkorLengan2 63.2% 36.8% 100.0%
% within NPBfixbaru 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 63.2% 36.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .652a 1 .419
b
Continuity Correction .108 1 .743
Likelihood Ratio .712 1 .399
Fisher's Exact Test .646 .388
Linear-by-Linear Association .644 1 .422
b
N of Valid Cases 76
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,84.
b. Computed only for a 2x2 table
NPBfixbaru
Tidak ada
Ada keluhan keluhan Total
REBA2 Dierlukan tindakan Count 45 25 70
% within REBA2 64.3% 35.7% 100.0%
% within NPBfixbaru 93.8% 89.3% 92.1%
% of Total 59.2% 32.9% 92.1%
Mungkin diperlukan Count 3 3 6
% within REBA2 50.0% 50.0% 100.0%
% within NPBfixbaru 6.2% 10.7% 7.9%
% of Total 3.9% 3.9% 7.9%
Total Count 48 28 76
% within REBA2 63.2% 36.8% 100.0%
267
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 9.881a 1 .002
Continuity Correctionb 8.354 1 .004
Likelihood Ratio 11.005 1 .001
Fisher's Exact Test .002 .001
Linear-by-Linear Association 9.751 1 .002
b
N of Valid Cases 76
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,21.
b. Computed only for a 2x2 table
NPBfixbaru
Tidak ada
Ada keluhan keluhan Total
KategoriUsia >= 30 tahun Count 36 22 58
% within KategoriUsia 62.1% 37.9% 100.0%
% within NPBfixbaru 75.0% 78.6% 76.3%
% of Total 47.4% 28.9% 76.3%
< 30 tahun Count 12 6 18
% within KategoriUsia 66.7% 33.3% 100.0%
% within NPBfixbaru 25.0% 21.4% 23.7%
% of Total 15.8% 7.9% 23.7%
Total Count 48 28 76
% within KategoriUsia 63.2% 36.8% 100.0%
% within NPBfixbaru 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 63.2% 36.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .125a 1 .724
b
Continuity Correction .005 1 .941
Likelihood Ratio .126 1 .723
Fisher's Exact Test .786 .476
Linear-by-Linear Association .123 1 .726
b
N of Valid Cases 76
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,63.
b. Computed only for a 2x2 table
268
NPBfixbaru
Tidak ada
Ada keluhan keluhan Total
Jenis Kelamin : Perempuan Count 2 5 7
% within Jenis Kelamin : 28.6% 71.4% 100.0%
% within NPBfixbaru 4.2% 17.9% 9.2%
% of Total 2.6% 6.6% 9.2%
Laki-laki Count 46 23 69
% within Jenis Kelamin : 66.7% 33.3% 100.0%
% within NPBfixbaru 95.8% 82.1% 90.8%
% of Total 60.5% 30.3% 90.8%
Total Count 48 28 76
% within Jenis Kelamin : 63.2% 36.8% 100.0%
% within NPBfixbaru 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 63.2% 36.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 3.964a 1 .046
b
Continuity Correction 2.496 1 .114
Likelihood Ratio 3.818 1 .051
Fisher's Exact Test .093 .060
b
N of Valid Cases 76
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,58.
b. Computed only for a 2x2 table
NPBfixbaru
Tidak ada
Ada keluhan keluhan Total
KebiasaanRokok Merokok Count 39 18 57
% within
68.4% 31.6% 100.0%
KebiasaanRokok
% within NPBfixbaru 81.2% 64.3% 75.0%
% of Total 51.3% 23.7% 75.0%
Tidak merokok atau Count 9 10 19
telah berhenti
% within
47.4% 52.6% 100.0%
KebiasaanRokok
% within NPBfixbaru 18.8% 35.7% 25.0%
% of Total 11.8% 13.2% 25.0%
Total Count 48 28 76
% within
63.2% 36.8% 100.0%
KebiasaanRokok
269
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 2.714a 1 .099
b
Continuity Correction 1.885 1 .170
Likelihood Ratio 2.649 1 .104
Fisher's Exact Test .110 .086
Linear-by-Linear Association 2.679 1 .102
N of Valid Casesb 76
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,00.
b. Computed only for a 2x2 table
NPBfixbaru
Tidak ada
Ada keluhan keluhan Total
RiwayatNPB Ada Count 6 5 11
% within RiwayatNPB 54.5% 45.5% 100.0%
% within NPBfixbaru 12.5% 17.9% 14.5%
% of Total 7.9% 6.6% 14.5%
Tidak Count 42 23 65
% within RiwayatNPB 64.6% 35.4% 100.0%
% within NPBfixbaru 87.5% 82.1% 85.5%
% of Total 55.3% 30.3% 85.5%
Total Count 48 28 76
% within RiwayatNPB 63.2% 36.8% 100.0%
% within NPBfixbaru 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 63.2% 36.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .410a 1 .522
b
Continuity Correction .091 1 .762
Likelihood Ratio .401 1 .526
Fisher's Exact Test .521 .374
Linear-by-Linear Association .405 1 .525
b
N of Valid Cases 76
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,05.
b. Computed only for a 2x2 table
270
NPBfixbaru
Tidak ada
Ada keluhan keluhan Total
KategoriOR Kurang Count 40 24 64
% within KategoriOR 62.5% 37.5% 100.0%
% within NPBfixbaru 83.3% 85.7% 84.2%
% of Total 52.6% 31.6% 84.2%
Cukup Count 8 4 12
% within KategoriOR 66.7% 33.3% 100.0%
% within NPBfixbaru 16.7% 14.3% 15.8%
% of Total 10.5% 5.3% 15.8%
Total Count 48 28 76
% within KategoriOR 63.2% 36.8% 100.0%
% within NPBfixbaru 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 63.2% 36.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .075a 1 .784
b
Continuity Correction .000 1 1.000
Likelihood Ratio .076 1 .782
Fisher's Exact Test 1.000 .528
Linear-by-Linear Association .074 1 .785
b
N of Valid Cases 76
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,42.
b. Computed only for a 2x2 table
UJI NORMALITAS
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
A7 Berat Badan : .097 76 .077 .972 76 .094
A8 Lingkar Perut : .067 76 .200* .976 76 .160
A9 Tinggi Badan : .090 76 .200* .980 76 .268
A10 Sitting Height : .104 76 .040 .979 76 .232
A11 %Lemak : .083 76 .200* .980 76 .265
A13 Pencahayaan : .152 76 .000 .911 76 .000
B2 Sudah berapa lama anda
bekerja di PT. Bakrie Metal .202 76 .000 .830 76 .000
Industries?
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
271
Ranks
Test Statisticsa,b
B2 Sudah
berapa lama
anda bekerja di A13
A10 Sitting PT. Bakrie Metal Pencahayaan
Height : Industries? :
Chi-Square 4.339 .577 3.516
df 1 1 1
Asymp. Sig. .037 .448 .042
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: NPBfixbaru
274
Lampiran 5
275