Anda di halaman 1dari 8

UJPH 2 (2) (2013)

Unnes Journal of Public Health


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph

FAKTOR PENYEBAB KELUHAN SUBYEKTIF PADA PUNGGUNG PEKERJA


TENUN SARUNG DESA WANAREJAN UTARA

Khaizun 

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Angka Prevalensi kejadian nyeri punggung yaitu 7,6% sampai 37% per tahun, masalah nyeri punggung pada
pekerja pada umumnya dimulai pada usia dewasa muda dengan puncak prevalensi kelompok usia 25-60 tahun.
Diterima Februari 2013
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor penyebab yang berhubungan dengan keluhan subjektif pada
Disetujui Februari 2013 punggung pekerja tenun sarung di Desa Wanarejan Utara Pemalang. Penelitian ini menggunakan pendekatan
cross sectional. Populasi penelitian meliputi pekerja tenun sarung berjumlah 92 pekerja. Dengan jumlah
Dipublikasikan Maret
sampel 46 pekerja. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner, lembar penilaian REBA dan meteran
2013 gulung. Hasil analisis hubungan tiap variabel bebas dengan keluhan subjektif pada punggung sebagai berikut:
________________ (1) usia (p=0,04, dengan OR=4,583); (2) masa kerja (p=0,02, dengan OR=5); (3) sikap kerja duduk dengan
(p=0,43); dan desain kursi kerja (p=0,02 dengan OR=10,3). Simpulan dari penlitian ini, factor penyebab
Keywords:
keluhan subjektif pada punggung pekerja tenun sarung di Wanarejan Utara yaitu usia, masa kerja dan desain
causative factors;
kursi kerja. Sedangkan faktor bukan penyebab keluhan subjektif pada punggung adalah sikap kerja duduk.
Subjective Complaints the
Rekomendasi pada pemilik usaha tenun sarung hendaknya memperhatikan kesejahteraan dan kenyamanan para
back pain; weaving Sarong
pekerja tenun sarung di Desa Wanarejan Utara Pemalang .
Workers
____________________

Abstract
___________________________________________________________________
The prevalence of low back pain are 7.6% to 37% per year, the problem of back pain in workers generally begins in
young adulthood with a peak prevalence age group 25-60 years. The purpose of this study to determine causal factors
associated with subjective complaints on the backs of workers in the village of weaving sarong Utara Wanarejan
Pemalang. This study used cross-sectional approach. The study population includes workers weaving gloves ATBM
amounted to 92 workers. With the number of samples 46 workers. The research instrument used was a
questionnaire,REBA asessment Sheet and the meter rolls. The results of the analysis the relationship at each
independent variable with subjective complaints on the back as follows: (1) age (p = 0.04, OR = 4.583 a), (2) tenure (p
= 0.02, with OR = 5); (3) sitting working posture (p = 0.43), and the design office chair (p = 0.02 to OR = 10.3). The
conclusion of this study, the factors cause subjective complaints on the backs of workers weaving sarong in
Wanarejan Utara ie age, years of service and design work chair. While subjective factors rather than the cause of
complaint is the attitude of the work on the back seat. Recommendations on business owners woven sarongs the
welfare and comfort of the workers in the village of weaving sarong Wanarejan Utara Pemalang.

© 2013 Universitas Negeri Semarang

ISSN 2252-6528

Alamat korespondensi:
Gedung F1 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: khaizun90@yahoo.co.id

1
Khaizun / Unnes Journal of Public Health 2 (2) (2013)
PENDAHULUAN otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu
25-65 tahun. Dimana keluhan pertama dirasakan
Riset yang dilakukan badan dunia ILO pada umur 35 tahun dan keluhan terus meningkat
bahwa, setiap hari rata-rata 6.000 orang seiring bertambahnya umur. Nyeri punggung
meninggal, setara dengan satu orang setiap 15 dapat merupakan akibat dari aktifitas kehidupan
detik, atau 2,2 juta orang per tahun akibat sakit sehari-hari khususnya dalam pekerjaan yang
atau kecelakan yang berkaitan dengan pekerjaan berkaitan dengan postur tubuh seperti mengemudi,
mereka. Sedangkan Anggaran untuk kecelakaan pekerjaan yang membutuhkan duduk yang terus
dan penyakit akibat kerja yang terbanyak yaitu menerus, atau yang lebih jarang nyeri punggung
penyakit muskuloskeletal sebanyak 40%, penyakit akibat dari beberpa penyakit lain. Sebagian besar
jantung 16%, kecelakaan 16%, dan 19% penyakit kasus nyeri punggung terkait dengan masalah
saluran pernafasan (ILO, 2003). mekanik sederhana, kurang dari 5% menandakan
Diperkirakan setidaknya 70% manusia nyeri akar saraf, dan kurang dari 2%
menderita sakit punggung, baik kronis maupun menggambarkan tulang patologi punggung yang
sporadis. Di Negara Inggris dan melaporkan 17,3 serius (Elanor Bull dan Graham Archard , 2007)
juta orang Inggris pernah mengalami nyeri Nyeri punggung yaitu nyeri yang berkaitan
punggung pada suatu waktu dan dari jumlah dengan tulang, ligament, dan otot punggung, yang
tersebut 1,1 juta mengalami kelumpuhan akibat terjadi dari akibat gerakan mengangkat,
nyeri punggung. di Indonesia diperkirakan angka membungkuk, atau mengejan dangan rasa yang
prevalensi 7,6% sampai 37%. Masalah nyeri timbul dan sesekali hilang, dan biasanya tidak
punggung pada pekerja pada umumnya dimulai menandakan kerusakan permanen apapun. Dalam
pada usia dewasa muda dengan puncak prevalensi banyak kasus nyeri punggung disebabkan oleh
pada kelompok usia 25-60 (Ai Cahyati, 2009). sikap badan yang salah tegang atau kejang otot
Jenis alat dan sarana kerja yang kurang (Kim Davies, 2007). Menurut A.M Sugeng
nyaman sering menimbulkan masalah-masalah budiono (2003) membagi 2 faktor yang ada pada
kesehatan pada pekerja yang menggunakanya, jika manusia keterkaitanya dengan aspek ergonomi
digunakan dalam jangka waktu yang lama dalam yang berpengaruh keluhan muskuloskeletal yaitu
per-harinya memberikan efek negatif pada faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari
kesehatan yang memicu timbulnya penyakit akibat dalam antara lain seperti usia, jenis kelamin,
hubungan kerja. Selain hal tersebut sikap kekuatan otot, bentuk dan ukuran tubuh dan lainya.
punggung yang membungkuk dalam bekerja, Sedangkan faktor dari luar seperti penyakit, status
membungkuk sambil menyamping, Posisi duduk gizi, lingkungan kerja, adat-istiadat dan lainya.
yang kurang baik dan di dukung dengan desain Waktu kerja sesorang menentukan
kursi yang buruk, beresiko menyebabkan penyakit kesehatan yang bersangkutan, efisiensi, efektivitas
akibat hubungan kerja berupa gangguan dan produktifitas kerjanya. Aspek terpenting dalam
musculoskeletal yang dapat menyebabkan hal waktu kerja meliputi lamanya sesorang mampu
kekakuan dan kesakitan pada punggung. Serta jika bekerja dengan baik, hubungan antara waktu kerja
sikap kerja dengan posisi duduk dengan frekuensi dan istirahat. Lamanya seseorang bekerja dengan
yang lama pada kursi yang kurang ergonomi akan baik dalam sehari pada umumnya 6-10 jam.
menimbulkan masalah kesehatan pada pekerja, Sisanya (14-18 jam) dipergunakan untuk
kontaksi otot akan menjadi statis the load pattern kehidupan dalam berkeluarga dan masyarakat.
lebih kuat dibanding kontraksi dinamis (Anies, Memperpanjang waktu kerja lebih dari
2005). kemampuan lama kerja tersebut biasanya tidak
Keluhan pada punggung atau keluhan disertai efisiensi, efektifitas dan produktifitas kerja
muskuloskeletal merupakan keluhan pada otot yang optimal, bahkan dalam waktu yang
skeletal yang dirasakan dengan intensitas nyeri berkepanjangan timbul kecenderungan untuk
yang berbeda-beda, dari nyeri yang ringan sampai terjadinya kelelahan, gangguan kesehatan,
nyeri yang sangat sakit. Pada umumnya keluhan penyakit dan kecelakaan. Maka dari itu, itirahat

2
Khaizun / Unnes Journal of Public Health 2 (2) (2013)
setengah jam setelah 4 jam bekerja terus menerus Jenis penelitian yang digunakan adalah
sangat penting asrtinya, baik untuk pemulihan explanatory, yaitu dengan menjelaskan ada
kemampuan fisik dan mental maupun pengisian tidaknya hubungan antar variabel, dalam penelitian
energi yang sumbernya berasal dari makanan. ini menjelaskan variabel bebas yaitu usia, masa
( Suma’mur PK, 2009). kerja, sikap kerja duduk, dan desain kursi kerja
Adapun proses dalam pembuatan sarun dengan variabel terikat yaitu keluhan subjektif
tenun di Desa Wanarejan Utara ada tiga tahapan, pada punggung pekerja tenun. Metode yang
yaitu Persiapan, Pembuatan dan tahap digunakan merupakan metode survei dengan
Pengemasan. Tahap awal atau tahap persiapan pendekatan cross sectional, yang mana observasi
dimulai dari pembuatan baki, yaitu pensusunan dan pengumpulan data dilakukan sekaligus dalam
benang berwarna putih yang membentang secara satu saat.
rapi, dimana baki ini sebagai dasar pembuatan pola Populasi dalam penelitian ini adalah
sarung yang akan di tenun, sesudah membuat pola keseluruhan subjek atau semua pengrajin tenun
pada baki, pola yang sudah jadi di cuci dan sarung di Desa Wanarejan Utara Pemalang
kemudian di jemur, setelah kering, baki tersebut sebanyak 92 orang, sedangkan sampel dalam
disusun untuk membuat dijadikan pakan. Tahap penelitian ini adalah data yang diambil dari
selanjutnya yaitu pembuatan, dimana benang keseluruhan objek yang dianggap mewakili
pakan tersebut disusun menggunakan mesin tenun populasi (Soekidjo Notoatmojo, 2002), dengan
untuk dijadikan sarung, setelah proses tersebut menggunakan teknik purposive sampling dalam
kemudian lanjut pada tahap pengemasan, dimana pengambilan sampel menggunakan kriteria: 1.
sarung yang sudah jadi dijahit pada tepinya agar Memilih sampel yang tidak mempunyai riwayat
menyatu dengan tepi lainya, dan kemudian penyakit yang berkaitan dengan nyeri punggung
dikemas dalam karung untuk dipasarkan. (Rheumatik, Osteoporosis, kifosis, dan lordosis)
Berdasarkan hasil obeservasi awal pada 9 karena penyakit tersebut berhubungan dengan sakit
April 2012 dengan menggunakan Nordic Body punggung, 2. Memilih sampel yang berjenis
Map (NBM) pada pekerja tenun Desa Wanarejan kelamin laki-laki karena jenis kelamin laki-laki
Utara dari 20 pekerja tenun 17 diantaranya memiliki resiko lebih sedikit mengalami nyeri
mengalami nyeri didaerah punggung setelah punggung dibanding dengan wanita, Laki-laki dan
bekerja selama sehari, dan jam kerja dimulai dari wanita berbeda dalam kemampuan fisiknya.
pukul 08.00 sampai pukul 16.00 WIB, dengan Kekuatan fisik tubuh wanita rata-rata 2/3 dari pria.
waktu istirahat selama 1 jam yaitu pada pukul Wanita mempunyai kekuatan 6,5% dalam
12.00-13.00 WIB. Penenunan sarung dilakukan mengangkat dibanding rata-rata pria. Hal ini
pekerja dengan posisi duduk terus menerus diatas disebabkan karena wanita mengalami siklus
kursi, yang menimbulkan rasa nyeri pada pekerja, biologi seperti haid, nifas, menyusui, dan
yang berpotensi mengakibatkan keluhan subjektif sebagainya. Sebagai gambaran kekuatan wanita
pada punggung. Karena pada dasarnya yang lebih jelas, wanita muda dan laki-laki tua
pelaksanaan pekerjaan yang tidak benar dan tidak kemungkinan dapat mempunyai kekuatan yang
sesuai dengan norma-norma ergonomi, dapat hampir sama (AM. Sugeng Budiono. 2003) 3.
menyebabkan kelelahan dan gangguan Memilih sampel yang tidak melakukan lembur
muskuloskletal, bila berlangsung terus menerus karena waktu kerja yang melebihi kemampuan
untuk waktu yang lama bisa timbul perubahan lama kerja kecenderungan terjadinya gangguan
bentuk tubuh Penelitian ini bertujuan untuk kesehatan dan 4. Memilih sampel yang tidak
mengetahui faktor Penyebab Keluhan Subjektif mempunyai cidera atau patah (fraktur) di bagian
pada Punggung Pekerja Tenun Sarung ATBM di tulang punggung, sehingga diperoleh sampel
Desa Wanarejan Utara Pemalang. dalam penelitian ini sebanyak 46 orang.
Dalam penelitian ini instrumen yang
METODE PENELITIAN digunakan adalah kuesioner, lembar penilaian
REBA, dan meteran gulung. Pengambilan data

3
Khaizun / Unnes Journal of Public Health 2 (2) (2013)
pada penelitian ini dilakukan dengan wawancara pada rentang usia 40-49 tahun sejumlah 5 responen
menggunakan kuesioner sebagai panduanya, serta (10,9%), sedangkan yang paling sedikit pada
pengukuran dengan meteran gulung sebagai alat rentang usia 50-60 tahun sebanyak 2 responden
ukurnya, sedangkan lembar penilain REBA (4,3%). Pada karakteristik masa kerja sebesar 26
digunakan untuk sikap kerja duduk pekerja tenun responden (56,5%) mempunyai masa kerja ≥ 4
sarung. Keuntungan REBA dalam Analisis tahun, dan 20 responden (43,5%) mempunyai msa
univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap kerja < 4 tahun. Responden sikap kerja duduk
variabel dari hasil penelitian. Analisis ini terbesar yaitu pada sikap kerja duduk yang
digunakan untuk mendeskripsikan semua variabel ergonomi dengan jumlah 30 responden (65%),
dalam bentuk table distribusi dan prosentase untuk sedangakan pada sikap kerja duduk yang tidak
memberikan gambaran mengenai usia, masa kerja, ergonomi yaitu 16 responden (35%). Responden
sikap kerja duduk, dan desain kursi kerja dengan desain kursi kerja yang dtidak ergonomi sebesar 38
keluhan subjektif pada punggung. Sedangkan responden (82,6%), sedangkan desain kursi
analisa bivariat dengan komputerisasi dengan ergonomi sebesar 8 responden (17,4%).
mengguanakan uji chi square karena skala dalam Karaktristik responden keluhan subjektif pada
penelitian ini adalah ordinal dan nominal. punggung bahwa sebanyak 28 responden (60%)
mengalami keluhan sedangkan 18 responden
HASIL DAN PEMBAHASAN (40%) tidak mengalami keluhan subjektif pada
punggung.
Sebanyak 46 responden dari penelitian ini,
diketahui bahwa karakteristik responden Analisa Hubungan Usia dengan Keluhan
berdasarkan usia maka diketahui frekuensi Subjektif pada Punggung
responden terbesar adalah pada rentang usia 25-39
tahun sejumlah 39 responden (84.8%), kemudian
Tabel 1. Hubungan antara usia dengan Keluhan Subjektif pada Punggung
Ada Keluhan Tidak ada keluhan α Ρ Value
Usia
∑ % ∑ %
Beresiko 22 73,4 8 26,6
Tidak 6 37,5 10 62,5
0,05 0,04
beresiko
Total 28 60,8 18 39,2

Dalam penelitian ini diketahui bahwa beresiko. Dalam penelitian Teguh prayugo (2012),
terdapat hubungan antara usia dengan keluhan bahwa usia memiliki hubungan yang bermakna
subjektif pada punggung pekerja tenun sarung dengan keluhan subjektif pada punggung dengan
Desa Wanarejan Utara Pemalang. Dengan jumlah nilai (OR 21, p value 0,02< α 0,05).
responden yang mengalami keluhan subjektif pada Usia berbanding langsung dengan
punggung sebanyak 22 responden dari 30 kapasitas fisik sampai batas tertntu dan mncapai
responden usia beresiko dan 10 responden dari 16 puncaknya pada usia 25-39 tahun, usia 50-60 tahun
responden usia tidak beresiko tidak mengalami kekuatan otot munurun 25%, kemampuan kerja
keluhan subjektif pada punggung. Hasil ini selaras fisik seseorang yang berusia <60 tinggal mencapai
dengan penelitian Penelitian ini sesuai dengan 50% dari orang usia 25 tahun. Dari hasil penelitian
penelitian Totok Budi S (2004), bahwa ada diketahui bahwa mayoritas responden pada usia
hubungan yang bermakna antara faktor usia beresiko. Pada umumnya nyeri keluhan pada
dengan keluhan pada punggung, dengan p Value muskuloskeletal mulai dirasakan pada usia kerja,
sebesar (0,01) < α (0,05) dimana usia yang yaitu 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya
beresiko memiliki resiko 2 kali lebih tinggi dirasakan pada umur 35 tahun dan tingkat keluhan
dibandingkan dengan usia muda atau usia tidak akan terus meningkat sejalan bertambahnya umur,

4
Khaizun / Unnes Journal of Public Health 2 (2) (2013)
hal ini dikarenakan kekuatan dan ketahanan otot
mulai menurun sehingga resiko terjadinya keluhan Analisa Hubungan Antara Masa Kerja dengan
muskuloskletal meningkat. Dari hal tersebut maka Keluhan Subjektif pada Punggung
usia mempengaruhi terjadinya keluhan subjektif
pada punggung.

Tabel 2. Hubungan antara Masa kerja dengan Keluhan Subjektif pada Punggung
Ada Keluhan Tidak ada keluhan α Ρ Value
Masa Kerja
∑ % ∑ %
Beresiko 20 76,9 6 23,1
Tidak 8 40.0 12 60,0
0,05 0,02
beresiko
Total 28 60,8 18 39,2

Dalam penelitian ini diketahui bahwa ada larut mengakibatkan memburuknya kesehatan
hubungan anatara masa kerja dengan keluhan yang disebut juga kelelahan klinis atau kronis
subjektif pada punggung Desa Wanarejan Utara kronis (A.M Sugeng Budiono dkk, 2005).
Pemalang. Dengan jumlah responden yang Semakin lama kerja seseorang dapat
mengalami keluhan subjektif pada punggung menyebabkan terjadinya kejenuhan pada daya
sebanyak 20 responden dari 26 responden masa tahan otot dan tulang secara fisik maupun psikis.
kerja beresiko dan 12 responden dari 20 responden Menurut hendra dan Suwandi Rahardjo Dalam
masa kerja tidak beresiko tidak mengalami keluhan jurnal nasional IX ergonomi (2009) bahwa pekerja
subjektif pada punggung. Hasil ini sesuai dengan yang mempunyai masa kerja lebih dari 4 tahun
penelitian yang di kemukakan oleh Wahyu P mempunyai resiko gangguan muskuloskeletal
(2012), yang menyatakan bahwa terdapat 2,775 kali lebih besar dibandingkan dengan
hubungan yang bermakna antara masa kerja pekerja dengan masa kerja ≤ 4 tahun. Sedangkan
dengan nyeri punggung pada operator komputer di menurut Boshuzen dalam Mayrika PH (2009:65)
Kecamatan Bandar Jaya Kabupaten Lampung, usia lebih dari lima tahun lebih tinggi terpapar
dengan nilai p value (0,04) < α (0,05) dengan OR nyeri punggung dibandingkan dengan responden
7,6. dengan masa kerja kurang dari lima tahun. Hal ini
Masa kerja merupakan akumulasi terjadi pada pekerja tenun sarung Desa Wanarejan
aktivitas kerja seseorang yang dilakukan dalam Utara pemalang, hal tersebut dikarenakan tingkat
jangaka waktu yang panjang. Apabila aktivitas endurane otot seiring digunakan untuk bekerja
tersebut dilakukan terus-menerus bertahun-tahun akan menurun seiring lamanya seseorang bekerja.
mengakibatkan gangguan pada tubuh. Tekanan Semakin lama bekerja, semakin tinggi resiko untuk
fisik pada suatu kurun waktu tertentu terjadinya keluhan subjektif pada punggung.
mengakibatkan berkurangnya kinerja otot, dengan
gejala makin rendahnya gerakan. Tekanan-tekanan Analisa Hubungan antara Sikap Kerja dengan
yang terakumulasi setiap harinya pada suatu masa Keluhan Subjektif pada Punggung
yang panjang, keadaan seperti ini yang berlarut-

Tabel 3. Hubungan antara Sikap Kerja dengan Keluhan Subjektif pada Punggung
Sikap kerja Ada Keluhan Tidak ada keluhan α Ρ Value
duduk ∑ % ∑ %
Ergonomi 8 50,0 8 50,0
Tidak 20 66,6 10 33,4
0,05 0,432
Ergonomi

5
Khaizun / Unnes Journal of Public Health 2 (2) (2013)
Total 28 60,8 18 39,2

Dalam penelitian ini diketahui bahwa tidak untuk meregangkan otot-otot tubuh jika sudah
ada hubungan anatara masa kerja dengan keluhan merasakan lelah dan kembali duduk, hal tersebut
subjektif pada punggung Desa Wanarejan Utara dilakukan untuk mengurangi rasa lelah pada
Pemalang dengan nilai p Value 0,432 > α 0,05. Hal punggung pekerja tenun sarung, selain itu sikap
ini tidak sesui dengan teori Tarwaka (2004) bahwa tubuh yang buruk sewaktu bekerja dan
kerja dengan posisi duduk secara terus menerus berlangsung lama menyebabkan adanya beban otot
kontraksi otot cepat menjadi statis dan the load dan efek negatife pada kesehatan (Komang Nelly
pattern menjadi lebih kuat dibandingkan dengan S, 2010).
kontraksi dinamis. Pekerjaan yang monoton, Adanya status gizi yang baik pada pekerja
ukuran sarana kerja dan antrophometri yang tidak tenun sarung Desa Wanarejan Utara berpengaruh
sesuai dapat menyebabkan sikap kerja yang tidak dengan kondisi kesehatan pekerja, karena pada
alamiah, memberikan beban kerja tambahan dan dasarnya status giziz yang baik dapat mencukupi
akhirnya dapat menyebabkan keluhan subjektif. zat-zat gizi yang dibututhkan oleh tubuh, hal ini
Pada penelitian dilapangan sikap kerja memungkinkan meningkatkan kemampuan
duduk tidak terdapat hubungan dikarenakan bekerja, dan kesehatan secara umum pada para
bekerja dengan sikap kerja duduk meminimalkan pekerja tenun sarung. Dalam penelitian ini sikap
beban yang ditopang oleh tubuh, mengurangi kerja duduk pekerja tenun sarung Desa Wanarejan
besarnya beban otot statis paa kaki, meregangkan Utara belum sepenuhnya berpengaruh dengan
otot sendi yang ada, drajat stabilitas yang tinggi, terjadinya keluhan subjektif pada pungggung tenun
serta sikap kerja duduk tidak membutuhkan energi sarung. Karena pada saat bekerja sesekali pekerja
yang banyak dibandingkan dengan sikap kerja tenun sarung melakukan peregangan otot dengan
berdiri (Eko Nurmianto, 2003). berdiri untuk mengurangi rasa lelah pada
Bekerja dengan sikap kerja duduk dapat punggungnya serta pengaruh dari status gizi
mengurangi terjadinya tekanan langsung pada pekerja yang baik memungkinkan pekerja tenun
jaringan otot lunak, misalnya pada posisi duduk sarung sarung tetap dalam kondisi yang terbaiknya
tulang punggung akan menopang tubuh dimana dalam bekerja.
otot lunak pada punggung tidak terjadi penekanan
langsung dari berat tubuh. Selain itu dalam Analisa Hubungan antara Desain Kursi dengan
penelitian dilapangan adanya kebiasaan pekerja Keluhan Subjektif pada Punggung
tenun sarung yang sesekali berdiri beberapa saat

Tabel 4. Hubungan antara Desain Kursi dengan Keluhan Subjektif pada Punggung
Desain Ada Keluhan Tidak ada keluhan α Ρ Value
Kursi ∑ % ∑ %
Ergonomi 26 56,5 12 31,5
Tidak 2 25,0 6 75,0
0,05 0,04
Ergonomi
Total 28 60,8 18 39,2

Dalam penelitian ini diketahui bahwa ada responden desain kursi ergonomi tidak mengalami
hubungan antara desain kursi dengan keluhan keluhan subjektif pada punggung. Hasil ini selaras
subjektif pada punggung Desa Wanarejan Utara dengan penelitian Slamet Riyadi (2009)
Pemalang. Dengan jumlah responden yang menyatakan adanya hubungan yang signifikan
mengalami keluhan subjektif pada punggung antara desain kursi kerja dengan keluhan subjektif
sebanyak 2 responden dari 8 responden desain pada punggung pada tenaga kerja YAKES telkom
kursi tidak ergonomi dan 12 responden dari 38 area Jateng, dengan p value (0,005), serta dengan

6
Khaizun / Unnes Journal of Public Health 2 (2) (2013)
desain kursi yang tidak ergonomi memiliki resiko memudahkan gerak untuk bekerja. 4. Harus ada
3,09 lebih tinggi untuk mengalami keluhan sandaran punggung.
subjektif pada punggung. Berdasarkan keadaan dilapangan diketahui
Desain kursi yang ergonomi dapat bahwa mayoritas responden menggunakan jenis
menghindari rasa sakit pada lutut, menghindarkan kursi yang ala kadarnya, dan hanya dilapisi busa
bentuk tidak baik pada tubuh bagian atas diatasnya untuk menjadikan alas kursi tidak terlalu
sedangkan desain kursi yang tidak ergonomi dapat keras jika dipakai dalam bekerja. Pada penelitian
menyebabkan ketidaknyamanan dan adanya ini desain kursi yang tidak ergonomi dapat
gangguan pendarahan serta perubahan bentuk pada menimbulkan adanya keluhan subjektif pada
tubuh, teutama pada bagian punggung. Desain punggung, hal tersebut dikarenakan pengguanaan
kursi kerja yang tidak ergonomi menyebabkan desain kursi yang sederhana hanya dilapisi busa
punggung melengkung, jika hal ini dibiarkan diatasnya, tdiak memperhatikan aspek ergonomi
dalam waktu yang lma menyebabkan tulang yang disesuaikna dengan alat kerja yang
lumbal tidak tersangga dengan baik (Emil Salim, digunakan.
2002).
Perancangan kursi kerja hasrus SIMPULAN
disesuaikan dengan jenis pekerjaan, postur yang
diakibatkan, karena desain kursi keraj ergonomi Berdasarkan hasil penelitian yang telah
memberikan kenyamanan pada pekerja, dilakukan mengenai faktor penyebab keluhan
meminimalkan adanya gangguan kesehatan, subjektif pdaa punggung pekerja tenun sarung
terutama pada bagian tulang belakang, adapun Desa Wanarejan Utara Pemalang, dapat
kriteria ukuran kursi ergonomi yang sesuai dengan disimpulkan bahwa ada hubungan antara usia,
ukuran antrophometri orang Asia menurut Emil masa kerja dan desain kursi kerja dengan keluhan
Salim (2002), yaitu dengan ukuran tinggi alas subjektif pada punggung pekerja tenun sarung
duduk yang diusulkan 34-45cm (diukur dari lantai Desa wanarejan Utara pemalang. Sedangkan untuk
sampai pada permukaan atas bagian depan alas sikap kerja duduk diketahui tidak ada hubungan
duduk), panjang alas duduk yang diusulkan 38- dengan keluhan subjektif pada punggung Pekerja
40cm, lebar alas duduk yang diusulkan 40-44cm tenun sarung Desa Wanarejan Utara Pemalang.
(dikur dari pertemuan garis proyeksi permukaan
depan sandaran duduk dengan permukaan atas alas DAFTAR PUSTAKA
duduk), sandaran punggung sebaiknya memiliki
lebar 33 cm dan tinggi 35 cm (bagian atas Ai Cahyati, 2012, Merawat TanpaNyeri Punggung
sandaran punggung tidak melebihi tepi ujung Bawah (NPB), Jakarta: Neraca
tulang belikat dan bagian bawahnya setinggi garis A.M Sugeng Budiono, dkk, 2003, Bunga Rampai
Hiperkes Dan Keselamatan Kerja, Semarang:
pinggul), dan sandaran lengan sebaiknya memiliki
Universitas Dipenogoro.
lebar 5cm, dan jarak antara keduanya 45-50 cm
Anies, 2005, Penyakit Akibat Kerja, Jakarta: Gramedia.
(Jarak antara tepi dalam kedua sandaran lengan Eko Nurmianto, 2003, Ergonomi, Konsep Dasar dan
lebih lebar dari lebar pinggul dan tidak melebihi Aplikasinya, Surabaya: Prima Printing.
lebar bahu), hal tersebut guna menunjang Ellanor Bull & Graham ARchard, 2007, Nyeri Punggung,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Terjemahan oleh Juwalita Surapsari, Jakarta:
Pada peraturan Menteri Perburuhan No.7 Erlangga.
Tahun 1964 tempat duduk harus memenuhi syarat Emil Salim, 2002, Green Company, Pedoman
Pengelolaan Lingkungan keselamatan dan
sebagai berikut: 1. arus memenuhi ukuran sesuai
Kesehatan Kerja, Jakarta:PT Astra Internationnal
dengan tubuh orang Indonesia umumnya dan
Tbk.
cocok dengan buruh yang memakainya. 2. Harus Hendra & Suwandi Rahardjo, 2009, Risiko Ergonomi
memebrikan kenyamanan duduk dan Dan Keluhan Muskuloskeletal Disorder Pada
menghindarkan ketengangan otot. 3. Harus Pekerja Panen Kelapa Sawit, Semarang:Undip

7
Khaizun / Unnes Journal of Public Health 2 (2) (2013)
ILO, 2003, International Labour Organitation for
Company, Bandung: Rajawali
Kim Davies, 2007, Nyeri Tulang Dan Otot,
diterjemahkan oleh Dina Mardiana, Jakarta:
Erlangga.
Mayrika, Bina Kurniawan & Martini, 2009, Beberapa
Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keluhan
Nyeri Punggung Pada Penjual Jamu
Gendong,Volume IV, No.1, Januari 2009, hlm
61-67.
Nikmah Kumala, 2002, Faktor Yang Berpengaruh Pada
Nyeri Punggung Di Poli Neurologi RSPAD Gatot
Subroto Jakarta Pusat, Skripsi: Universitas
pembangunan Nasional Veteran.
Slamet Riyadi, 2008, Hubungan Antara Desain Kursi
Dengan Keluhan Subektif Pada Punggung
Tenaga Kerja YAKES Telkom Area Jateng,
Skripsi: Universitas Sebelas Maret.
Soekidjo Notoatmodjo, 2002, Metodologi Penelitian
Kesehatan ,Jakarta: Rineke Cipta.
Tarawaka, 2004, Ergonomi Untuk Keselamatan,
Kesehatan dan Produktivitas, Surakarta: UNIBA
Press.
--------- , 2008, Keselamatan Dan Kesehatan Kerja,
Surakarta: Harapan Press.
Totok Budi S, 2004, Pengaruh Posisi Kerja Terhadap
Timbulnya Nyeri Punggung Bawah Pada
Pengrajin Rotan Di Desa Trangsan Kabupaten
Sukoharjo, Volume 8, No 1, September 2004,
hlm 1-15.
Peraturan Menteri Perburuhan 1964, Peraturan
penggunaan Kursi Ergonomi Untuk Perkantoran,
jakarta: Rineke Cipta
Wahyu P, 2012, Faktor Penyebab Nyeri Punggung Pada
Operator Komputer Kecamatan Bandar Jaya
Kabupaten Lampung, Skripsi: Universitas
Lampung

Anda mungkin juga menyukai