1, Oktober 2016
ANALISA POSTUR KERJA DENGAN NORDIC BODY MAP & REBA PADA
TEKNISI PAINTING DI PT. JAKARTA TEKNOLOGI UTAMA MOTOR
PEKANBARU
ABSTRAK
PT. Jakarta Teknologi Utama Motor Pekanbaru adalah perusahaan perbaikan body kendaraan. Dalam
pelaksanaan pekerjaannya terdapat keluhan yang dirasakan teknisi khususnya bagian painting, yaitu keluhan
rasa sakit pada punggung dan bagian tubuh lain yang disebabkan oleh kesalahan postur kerja atau ketidak
ergonomisan fasilitas kerja yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan, produktivitas serta kualitas hasil
kerja. Berdasarkan penilaian dengan metode REBA (Rapid Entire Body Assesment) menunjukkan bahwa
aktivitas pengecatan (a) termasuk kategori high risk artinya perlu perbaikan segera. Aktivitas pengamplasan
(b) termasuk kategori very high risk artinya perlu perbaikan sekarang. Sedangkan aktivitas pendempulan (c)
termasuk dalam kategori medium risk yang berarti diperlukan perbaikan pada postur ini. Rekomendasi yang
diberikan agar dapat mengurangi resiko cedera pada teknisi yaitu perlu ada perbaikan posisi kerja dan
penambahan peralatan kerja.
FMIPA-UMRI 87
Vol. 7 No.1, Oktober 2016 Jurnal Photon
88 FMIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 7 No.1, Oktober 2016
FMIPA-UMRI 89
Vol. 7 No.1, Oktober 2016 Jurnal Photon
90 FMIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 7 No.1, Oktober 2016
FMIPA-UMRI 91
Vol. 7 No.1, Oktober 2016 Jurnal Photon
Dapat dilihat posisi lengan atas teknisi Dapat dilihat bahwa posisi lengan bawah
pada aktivitas (a) berada pada range 45°-90° teknisi pada ketiga aktivitas berada pada range
terhadap pusat tubuh, maka skor untuk aktivitas sudut >100°. Sehingga skor untuk posisi lengan
ini adalah 3. Sedangkan untuk aktivitas (b) bawah teknisi adalah 2.
berada pada range 45°-90° dan terlihat bahwa
bahu sedikit ditinggikan untuk menyesuaikan 3. Step 9. Posisi Pergelangan Tangan
posisi permukaan yang ingin diamplas, Pemberian skor untuk posisi pergelangan
sehingga skor ditambahkan 1. Sehingga skor tangan adalah dengan membandingkan foto
untuk aktivitas (b) adalah 4. Dan aktivitas (c) postur pergelangan tangan teknisi (a, b, c)
berada pada range 20°-45° terhadap pusat dengan gambar range pergerakan pergelangan
tubuh, maka skor untuk aktivitas ini adalah 2. tangan di bawah.
92 FMIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 7 No.1, Oktober 2016
FMIPA-UMRI 93
Vol. 7 No.1, Oktober 2016 Jurnal Photon
Aktivitas
pergeseran postur yang cepat dari posisi awal.
Kesimpu
Activity
Score A
Score C
Score B
Score
Score
Final
lan
Tabel 22. Klasifikasi Activity Score
Activity Score
+1 Jika (a) 6 4 7 1 8 high risk
+1 Jika very high
+1 Jika 1 pengulangan
gerakan (b) 8 6 10 1 11 risk
atau lebih gerakan dalam
menyebabkan
bagian rentang waktu medium
perubahan
tubuh singkat, (c) 5 3 4 1 5 risk
atau
statis, diulang lebih
pergeseran
ditahan dari 4 kali per Hasil penilaian postur kerja teknisi
postur yang
lebih dari 1 menit (tidak dengan REBA untuk aktivitas (a) adalah
cepat dari
menit termasuk termasuk kategori high risk yang berarti
posisi awal
berjalan) diperlukan tindakan perbaikan segera. Adapun
high risk pada aktivitas ini dipengaruhi oleh
Tabel 23. Pemberian Skor Aktivitas posisi punggung yang memiliki skor 4 dan juga
Step 13 Aktivitas Aktivitas Aktivitas posisi lengan atas yang tidak ergonomis. Hasil
(a) (b) (c) penilaian postur kerja teknisi dengan REBA
Skor (7+1) (10+1) (4+1) untuk aktivitas (b) adalah termasuk kategori
Aktivitas very high risk yang berarti diperlukan tindakan
Skor 8 11 5 perbaikan sekarang. Adapun high risk pada
aktivitas ini dipengaruhi oleh posisi punggung
Setelah mendapatkan skor akhir, maka yang memiliki skor 5, posisi lengan atas,dan
langkah selanjutnya adalah menentukan pergerakan lengan yang tidak ergonomis. Jadi,
aktivitas tersebut termasuk dalam kategori perlu ada perbaikan sekarang pada posisi posisi
sesuai dengan tabel resiko sebagai berikut. punggung dan pergerakan lengan. Sedangkan
untuk aktivitas (c) termasuk dalam kategori
Tabel 24. Tabel Resiko Ergonomi Metode medium risk yang berarti diperlukan perbaikan
REBA pada postur ini. Postur kerja yang kurang baik
Skor Risk Tindakan tersebut dilakukan dalam intensitas yang cukup
REBA Level tinggi dalam satu hari. Jika hal ini dibiarkan saja
1 Diabaikan Tidak Diperlukan secara terus menerus, maka potensi resiko
2-3 Low Mungkin teknisi menderita cedera tulang belakang dan
Diperlukan cedera pada bagian punggung dan lengan akan
4-7 Medium Diperlukan semakin tinggi.
8-10 High Segera Berdasarkan hasil penilaian ergonomi
Diperlukan dengan cara analisa postur kerja, hasilnya
11-15 Very High Diperlukan berada pada kondisi yang tidak ergonomis.
Sekarang Terbukti bahwa indikasi tempat kerja atau
posisi kerja yang tidak ergonomis adalah ketika
teknisi mengeluhkan adanya nyeri atau sakit
94 FMIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 7 No.1, Oktober 2016
FMIPA-UMRI 95
Vol. 7 No.1, Oktober 2016 Jurnal Photon
beralih menggunakan amplas kering (dry 2. Mengurutkan penggunaan grid amplas dari
sanding) secara menyeluruh. Selain yang paling kasar hingga yang paling halus
berfungsi untuk mengurangi tenaga yang saat melakukan pengamplasan, hal ini
harus dikeluarkan saat melakukan dapat mempercepat proses pengerjaan dan
pengamplasan, dry sanding juga lebih memperoleh hasil permukaan yang baik
mempercepat penyelesaian pekerjaan dan halus.
karena dipadukan dengan alat bantu berupa 3. Menggunakan alat pelindung seperti
Sander. Alat tersebut bisa seperti gambar masker wajah dan sarung tangan.
dibawah ini:
B. Pengendalian administratif
Pengendalian administratif yang dapat
dilakukan oleh manajemen PT. Jakarta
Teknologi Utama Motor Pekanbaru adalah
dengan :
1. Mempertegas aturan kerja atau Standard
Operational Prosedur (SOP) sesuai
dengan aturan yang sebenarnya, sebab
dalam prakteknya SOP pada bagian
Gambar 8. Contoh Alat Bantu Dry Sanding produksi ini sering kali diabaikan oleh para
Adapun sistem kerja alat tersebut adalah teknisi. SOP yang benar berguna untuk
dengan berputar dibantu oleh tenaga angin menekan keluhan MSDs dan menghindari
(pneumatic) dari kompresor sehingga teknisi postur kerja yang tidak nyaman dan tidak
hanya perlu menempatkan alat tersebut pada aman.
permukaan yang ingin diratakan atau 2. Penjadwalan waktu istirahat sebanyak 5
dihaluskan tanpa perlu melakukan gerakan menit tiap jam juga dibutuhkan untuk
tangan berulang dan mengeluarkan tenaga lebih memberikan kesempatan teknisi melepas
dikarenakan alat tersebut berputar otomatis lelah.
meratakan dan menghaluskan permukaan panel 3. Selain itu, manajemen hendaknya peduli
kendaraan. Teknisi juga bisa menyesuaikan dengan kesehatan teknisi dengan
posisi kerja yang dirasa aman dan nyaman memberikan jaminan kesehatan dan
sebab alat ini hanya perlu di tempelkan pada keselamatan kerja.
permukaan panel kendaraan. Berikut ini gambar
contoh penggunaan alat sander tersebut: 4. KESIMPULAN
Dari penelitian yang dilakukan maka
dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
a. Berdasarkan rekapitulasi hasil pengolahan
data jenis keluhan dengan Nordic Body
Map, diketahui bahwa rata-rata jenis
keluhan bernilai 3 (Sakit) pada bagian
tubuh nomor 1, 3, 5, 7, 8 dan 15 yang
berarti seluruh teknisi merasakan sakit
pada bagian leher bawah, bahu kanan,
punggung, pinggang, pinggul dan
pergelangan tangan kanan. Selain itu
terdapat 14 bagian tubuh lainnya yang
dirasa agak sakit oleh teknisi.
Gambar 10. Contoh Penggunaan Sander
96 FMIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 7 No.1, Oktober 2016
FMIPA-UMRI 97