Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Photon Vol. 7 No.

1, Oktober 2016

ANALISA POSTUR KERJA DENGAN NORDIC BODY MAP & REBA PADA
TEKNISI PAINTING DI PT. JAKARTA TEKNOLOGI UTAMA MOTOR
PEKANBARU

Denny Astrie Anggraini, Nico Ciri Bati

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Riau


Jalan Tuanku Tambusai Ujung (Samping SKA) Pekanbaru
e-mail: d_nny0204@yahoo.com1, nicociribati@gmail.com2

ABSTRAK
PT. Jakarta Teknologi Utama Motor Pekanbaru adalah perusahaan perbaikan body kendaraan. Dalam
pelaksanaan pekerjaannya terdapat keluhan yang dirasakan teknisi khususnya bagian painting, yaitu keluhan
rasa sakit pada punggung dan bagian tubuh lain yang disebabkan oleh kesalahan postur kerja atau ketidak
ergonomisan fasilitas kerja yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan, produktivitas serta kualitas hasil
kerja. Berdasarkan penilaian dengan metode REBA (Rapid Entire Body Assesment) menunjukkan bahwa
aktivitas pengecatan (a) termasuk kategori high risk artinya perlu perbaikan segera. Aktivitas pengamplasan
(b) termasuk kategori very high risk artinya perlu perbaikan sekarang. Sedangkan aktivitas pendempulan (c)
termasuk dalam kategori medium risk yang berarti diperlukan perbaikan pada postur ini. Rekomendasi yang
diberikan agar dapat mengurangi resiko cedera pada teknisi yaitu perlu ada perbaikan posisi kerja dan
penambahan peralatan kerja.

Kata kunci: Postur Kerja, Keluhan, REBA

1. PENDAHULUAN pengecatan dan akhirnya dapat memulihkan


Produktivitas kerja adalah kemampuan kondisi kendaraan pelanggan.
pekerja dalam berproduksi dibandingkan Terkhusus untuk aktivitas-aktivitas
dengan input yang digunakan, seorang pekerja pekerjaan divisi painting secara umum
dapat dikatakan produktif apabila mampu berkaitan dengan pendempulan, pengamplasan
menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan dan juga pengecatan permukaan bodi
yang diharapkan. Di dalam proses produksi, kendaraan. Pendempulan adalah aktivitas
produktivitas ditopang oleh tiga pilar yaitu memulihkan bentuk permukaan dengan
Kuantitas (Quantity), Kualitas (Quality) dan memberikan bahan berupa dempul (Putty)
Keselamatan (Safety), apabila salah satu tidak dengan bantuan alat yang biasa disebut kape
tercapai maka produktivitas juga tidak akan atau spatula. Pengamplasan adalah aktivitas
tercapai. Keselamatan pekerja ini harus menghaluskan permukaan panel kendaraan
diperhatikan karena menyangkut manusia dengan cara menggosokkan lembaran amplas
sebagai pemegang peranan penting dalam secara manual. Amplas yang di gunakan
proses produksi. Sebagai salah satu yang disesuaikan dengan grid amplas dan kondisi
terlibat dalam proses produksi, pekerja permukaan. Pengecatan adalah aktivitas
memegang peranan sangat penting. Ketika memberikan identifikasi warna pada
seorang pekerja melakukan kerja secara permukaan bodi mobil sesuai dengan warna
berlebihan akan mengakibatkan terjadinya semula. Alat yang digunakan untuk
human error atau bahkan kecelakaan kerja yang menyemprotkan cat disebut spraygun
dapat menurunkan produktivitas. Pengecatan dilakukan di dalam ruangan khusus
PT. Jakarta Teknologi Utama Motor yang biasa disebut spraybooth.
Pekanbaru memperbaiki kendaraan yang
mengalami kerusakan pada bagian bodi (body
repair specialist). Kegiatan perbaikan yang
dilakukan meliputi beberapa tahapan sesuai
dengan tingkat kerusakan kendaraan. Tahapan
tersebut dimulai dari pengetokan hingga

FMIPA-UMRI 87
Vol. 7 No.1, Oktober 2016 Jurnal Photon

Tabel 1. Rekapitulasi Kuesioner Nordic Body


Map Berdasarkan Pengelompokan Jenis
Keluhan
Kategori Jenis Keluhan
Tidak sakit 9,10,13,17,21,24,26,27
Agak sakit 0,2,4,6,11,12,14,16,18,19,20,22,23,25
Sakit 1,3,5,7,8,15
Sangat sakit tidak ada
(a) Pengecatan (b) Pegamplasan
Metode Analisa Postur Kerja
REBA atau Rapid Entire Body Assessment
dikembangkan oleh Dr. Sue Hignett dan Dr.
Lynn Mc Atamney yang merupakan ergonom
dari universitas di Nottingham (University of
Nottingham’s Institute of OccuPT.aional
Ergonomic). Rapid Entire Body Assessment
adalah sebuah metode yang dikembangkan
(c) Pendempulan
dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan
secara cepat untuk menilai posisi kerja atau
Gambar 1. Aktivitas Pekerjaan Bagian postur leher, punggung, lengan pergelangan
Painting
tangan dan kaki seorang pekerja .Selain itu
Aktivitas-aktivitas tersebut dilakukan terus
metode ini juga dipengaruhi faktor coupling,
menerus dan berulang-ulang selama bekerja,
beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta
banyaknya unit kendaraan yang perlu perbaikan
aktivitas pekerja. Penilaian dengan
menunjukkan durasi kerja yang tinggi pula. Hal
menggunakan REBA tidak membutuhkan
ini menyebabkan durasi teknisi terpapar bahaya
waktu yang lama untuk melengkapi dan
di tempat kerja juga semakin tinggi. Selain itu,
melakukan scoring general pada daftar aktivitas
peralatan kerja dan postur kerja dinilai tidak
yang mengindikasikan perlu adanya
ergonomis.
pengurangan resiko yang diakibatkan postur
Hal ini dapat dilihat dari adanya keluhan
kerja pekerja (Mc Atamney, 2000).
teknisi yaitu rasa nyeri di bagian tubuh tertentu.
Apabila postur kerja yang buruk tersebut
Nordic Body Map
dibiarkan begitu saja akan berdampak terhadap
Nordic Body Map digunakan untuk
kesehatan tubuh teknisi dan produktivitas yang
mengetahui keluhan musculosceletal disorder
dihasilkan. Oleh karena itu, diperlukan suatu
(MSDs) yang dirasakan pekerja. Keluhan
evaluasi yang berkaitan dengan resiko
MSDs tersebut akan diketahui dengan
ergonomi agar dapat mengurangi keluhan
menggunakan kuesioner yang berupa beberapa
teknisi yang menghambat produktivitas di PT.
jenis keluhan MSDs pada peta tubuh manusia.
Jakarta Teknologi Utama Motor Pekanbaru.
Melalui kuesioner ini dapat diketahui bagian
Pada Penelitian ini, peneliti fokus untuk
otot yang mengalami keluhan dengan tingkat
mengukur resiko ergonomi pada divisi painting
keluhan mulai dari Tidak Sakit (A), Agak Sakit
dengan menggunakan metode Rapid Entire
(B), Sakit (C) dan Sangat Sakit (D).
Body Assesment (REBA). Metode ini bertujuan
untuk mengetahui resiko ergonomi terutama
keluhan otot skeletal dan resiko bahaya yang di
terima teknisi painting.
Berikut adalah tabel rekapitulasi kuesioner
Nordic Body Map berdasarkan pengelompokan
jenis keluhan:

88 FMIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 7 No.1, Oktober 2016

 Tahap Pengolahan dan Analisa data,


meliputi :
1. Penggunaan REBA (Rapid Entire Body
Assesment) untuk menilai posisi kerja,
2. Melakukan Pengelompokan bagian tubuh
menjadi 2 yaitu A dan B.
3. Melakukan Perhitungan Skor sesuai
dengan postur kerja teknisi untuk
mengidentifikasi tindakan apa yang perlu
dilakukan,
4. Menganalisis hasil pengolahan.
 Tahap Pengambilan Kesimpulan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Penilaian terhadap postur kerja dilakukan
dengan menggunakan metode REBA (Rapid
Gambar 2. Kuesioner Nordic Body Map
Entire Body Assessment). Metode ini
Sumber: Santoso, 2004
mengevaluasi postur, kekuatan, aktivitas dan
faktor coupling yang dapat menimbulkan
Penelitian ini bertujuan untuk
cedera akibat aktivitas yang berulang-ulang.
mengidentifikasi keluhan yang dirasakan
Penggunaan metode REBA pada studi kasus ini
teknisi painting dengan menggunakan Nordic
terjadi dalam dua tahap.
Body Map, melakukan penilaian ergonomi
Tahap pertama adalah pengambilan data
(ergonomic assesment) menggunakan metode
postur kerja dengan menggunakan dokumentasi
REBA terhadap risiko keluhan otot skeletal dan
foto teknisi saat akan melakukan 3 aktivitas
risiko bahaya pada teknisi bagian Painting di
produksi. Aktivitas ini dilakukan berulang-
PT. Jakarta Teknologi Utama Motor Pekanbaru
ulang oleh teknisi setiap kali produksi. Aktivitas
dan memberi rekomendasi perbaikan
(a) adalah aktivitas teknisi yang sedang
berdasarkan hasil penilaian ergonomi
melakukan pengecatan kendaraan mobil di
(ergonomic assesment) agar dapat
dalam ruang spraybooth. Aktivitas (b) adalah
diimplementasi pada teknisi dan perusahaan.
aktivitas seorang teknisi yang sedang
melakukan pengamplasan permukaan bodi
2. METODOLOGI PENELITIAN
mobil. Sedangkan aktivitas (c) adalah aktivitas
Metodologi yang digunakan dalam
teknisi yang sedang melakukan pendempulan
penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu :
pada mobil.
 Tahap Studi Pendahuluan, meliputi :
Tahap kedua adalah penentuan sudut-sudut
1. Perumusan Masalah yang akan diteliti,
dari bagian tubuh teknisi pada foto yang telah
2. Tinjauan Pustaka dan Tinjauan
diambil serta penentuan berat benda yang
Lapangan,
diangkat, penentuan coupling dan penentuan
3. Perumusan Tujuan Penelitian.
resiko aktivitas teknisi.
 Tahap Identifikasi, meliputi :
Berikut ini merupakan penilaian postur
1. Pemilihan Metode yang akan digunakan,
tubuh pada teknisi yang meliputi ketiga
2. Penentuan Tempat Penelitian,
aktivitas dalam proses produksi:
3. Penentuan Data yang dibutuhkan.
A. Analisa Bagian Leher, Punggung Dan Kaki
 Tahap Pengumpulan Data, meliputi :
1. Step 1, Posisi Leher
1. Penentuan responden dan total
Berikut klasifikasi skor untuk posisi leher
responden,
yang akan disesuaikan dengan postur tubuh
2. Penyebaran Kuesioner Nordic Body map,
teknisi.
3. Pengambilan foto Postur kerja,

FMIPA-UMRI 89
Vol. 7 No.1, Oktober 2016 Jurnal Photon

Tabel 2. Klasifikasi Posisi Leher 3. Step 3, Posisi Kaki


Perubahan Pergerakan kaki saat beraktivitas
Posisi Leher Skor
Skor dibedakan menjadi dua yaitu kaki yang
0˚ - 20˚ flexion 1 +1 Jika memutar tertopang sehingga bobot tersebar merata pada
> 20˚ flexion atau /miring kedua kaki dan kaki yang tidak tertopang atau
2
extension kesamping bobot beban yang tersebar tidak merata.
Pemberian skor untuk pergerakan kaki dengan
Tabel 3. Pemberian Skor Posisi Leher membandingkan foto postur teknisi (a, b, c)
Aktivitas Aktivitas Aktivitas dengan klasifikasi pergerakan kaki.
Step 1
(a) (b) (c)
Sudut
>20˚ >20˚
Posisi 0˚ - 20˚
extension extension
Leher
Skor 2 2 1

Posisi leher teknisi pada aktivitas (a) dan


aktivitas (b) sama, yaitu 2. Sedangkan skor
untuk aktivitas (c) adalah 1.

2. Step 2, Posisi Punggung


Setelah mengetahui sudut yang dibentuk
dari posisi punggung teknisi, maka selanjutnya
adalah memberi skor dengan klasifikasi sebagai
berikut:
Tabel 4. Klasifikasi Posisi Punggung
Perubahan
Posisi Punggung Skor Gambar 3. Klasifikasi Pergerakan Kaki
Skor
Tegak/alamiah 1 Tabel 6. Pemberian Skor Posisi Kaki
0˚ - 20˚ flexion +1 Jika Step 3 Aktivitas Aktivitas Aktivitas
2 (a) (b) (c)
0˚ - 20˚ extension memutar
20˚ - 60˚ flexion /miring ke Sudut 1 (+1) 1 (+2) 1 (+1)
3 Posisi
> 20˚ extension samping
> 60˚ flexion 4 Kaki
Skor 2 3 2
Tabel 5. Pemberian Skor Posisi Punggung Dapat dilihat bahwa posisi pergerakan kaki
Step 2 Aktivitas Aktivitas Aktivitas aktivitas (a) teknisi tertopang dan kaki berada
(a) (b) (c) pada range sudut 0˚ sehingga skor untuk
Sudut > 60˚ > 60˚ > 60˚ aktivitas ini adalah 2. Pada aktivitas (b) teknisi
Posisi (+1) tertopang dan kaki berada pada range sudut
Punggung >60˚ sehingga skor untuk aktivitas ini adalah 3.
Skor 4 5 4 Sedangkan aktivitas (c) teknisi tertopang dan
kaki berada pada range sudut 30˚-60˚ sehingga
Posisi punggung teknisi pada aktivitas (a), skor untuk aktivitas ini adalah 2.
dan aktivitas (c) sama yaitu berada pada range
> 60˚, maka skor untuk dan (c) adalah 4. 4. Step 4, Pengisian Tabel A
Sedangkan untuk aktivitas (b) yang berada pada Berikut merupakan klasifikasi Tabel A
range > 60˚ (+1), maka skor untuk aktivitas (b) yang nantinya akan diisi oleh skor dari ketiga
adalah 5. aktivitas di atas.

90 FMIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 7 No.1, Oktober 2016

Tabel 7. Tabel A REBA Skor 6 8 5

B. Analisa Bagian Lengan Dan Pergelangan


Tangan
1. Step 7, Posisi Lengan Atas
Pemberian skor untuk posisi lengan atas
adalah dengan membandingkan foto postur
teknisi (a, b, c) dengan gambar range
pergerakan lengan atas.
Tabel A berisi skor yang diperoleh dari
posisi leher, punggung dan kaki sehingga
didapatkan skor untuk tabel A adalah sebagai
berikut.
Tabel 8. Pemberian Skor Tabel A
Step 4 Aktivitas Aktivitas Aktivitas
(a) (b) (c)
Tabel (2, 4, 2) (2, 5, 3) (1, 4, 2)
A Gambar 4. Range Pergerakan Lengan Atas
Skor 6 8 5
Klasifikasi skor posisi lengan atas sesuai
5. Step 5, Beban yang Diangkat dengan ketentuan berikut:
Foto postur tubuh teknisi pada ketiga
gambar tersebut adalah saat memakai alat bantu Tabel 11. Klasifikasi Skor Posisi Lengan Atas
seperti Spraygun, Block dan Kape. Posisi Perubahan
Skor
Lengan Atas Skor
Tabel 9. Klasifikasi Skor Beban 20° extension +1 Jika posisi
Beban sampai 20° 1 lengan:
0 1 2 +1 flexion - -
Penambahan beban >20° Abducted
<5 5-10 >10
secara tiba-tiba atau extension 2 - - Rotated
kg kg kg
secara cepat. 20°-45° 2 +1 Jika bahu
Karena beban yang diangkat pada ketiga flexion ditinggikan
aktivitas berada pada <5 kg dan tidak terdapat 45°-90° +1 jika
3
penambahan beban secara tiba-tiba atau secara flexion besandar, bobot
cepat, maka ketiga aktivitas pada Step ini lengan ditopang
skornya adalah 0. atau sesuai
>90° flexion 4
gravitasi
6. Step 6, Penambahan Skor Step 4 dan Step
5
Skor yang diperoleh pada Step 4 atau pada Tabel 12. Pemberian Skor Lengan Atas
Tabel A akan ditambahkan dengan skor pada Step 7 Aktivitas Aktivitas Aktivitas
Step 5 untuk beban yang diangkat. (a) (b) (c)
Tabel 10. Pemberian Skor Step 6 Sudut 45°-90° 45°-90° 20°-45°
Step 6 Aktivitas Aktivitas Aktivitas Lengan (+1)
(a) (b) (c) Atas
Step 4 6+0 8+0 5+0 Skor 3 4 2
+ Step
5

FMIPA-UMRI 91
Vol. 7 No.1, Oktober 2016 Jurnal Photon

Dapat dilihat posisi lengan atas teknisi Dapat dilihat bahwa posisi lengan bawah
pada aktivitas (a) berada pada range 45°-90° teknisi pada ketiga aktivitas berada pada range
terhadap pusat tubuh, maka skor untuk aktivitas sudut >100°. Sehingga skor untuk posisi lengan
ini adalah 3. Sedangkan untuk aktivitas (b) bawah teknisi adalah 2.
berada pada range 45°-90° dan terlihat bahwa
bahu sedikit ditinggikan untuk menyesuaikan 3. Step 9. Posisi Pergelangan Tangan
posisi permukaan yang ingin diamplas, Pemberian skor untuk posisi pergelangan
sehingga skor ditambahkan 1. Sehingga skor tangan adalah dengan membandingkan foto
untuk aktivitas (b) adalah 4. Dan aktivitas (c) postur pergelangan tangan teknisi (a, b, c)
berada pada range 20°-45° terhadap pusat dengan gambar range pergerakan pergelangan
tubuh, maka skor untuk aktivitas ini adalah 2. tangan di bawah.

2. Step 8, Posisi Lengan Bawah Klasifikasi skor posisi pergelangan tangan


Pemberian skor untuk posisi lengan atas sesuai dengan ketentuan berikut:
adalah dengan membandingkan foto postur
teknisi (a, b, c) dengan gambar range Tabel 15. Klasifikasi Skor Posisi Pergelangan
pergerakan lengan bawah. Tangan
Posisi
Perubahan
Pergelangan Skor
Skor
Tangan
0°-15° flexion/ +1 Jika
1
extension pergelangan
tangan
15° flexion/
2 menyimpang/
extension
berputar

Tabel 16. Pemberian Skor Posisi Pergelangan


Gambar 4. Range Pergerakan Lengan Tangan
Bawah Step 9 Aktivit Aktivit Aktivit
Klasifikasi skor posisi lengan bawah sesuai as (a) as (b) as (c)
dengan ketentuan berikut: Sudut 0°-15° 0°-15° 15°
Tabel 13. Klasifikasi Skor Posisi Lengan Pergelang (+1) flexion
Bawah an Tangan
Posisi Lengan Bawah Skor Skor 1 2 2
60°-100° flexion 1
<20° flexion atau > 100° flexion 2 Skor untuk posisi pergelangan tangan
aktivitas (b) dan (c) berada pada range 0°-15°
Tabel 14. Pemberian Skor Posisi Lengan (+1) dan 15° flexion, maka skor untuk kedua
Bawah aktivitas ini adalah 2. Sedangkan skor untuk
Step 8 Aktivitas Aktivitas Aktivitas aktivitas (a) adalah 1.
(a) (b) (c) 4. Step 10, Pengisian Tabel B
Sudut >100° > 100° > 100° Berikut merupakan klasifikasi Tabel A
Lengan yang nantinya akan diisi oleh skor dari ketiga
Bawah aktivitas di atas.
Skor 2 2 2

92 FMIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 7 No.1, Oktober 2016

Tabel 17. Tabel B REBA lain lain dari


dari tubuh
tubuh

Aktivitas a adalah seorang teknisi sedang


memegang spraygun, skor coupling aktivitas a
adalah 0. Aktivitas b adalah teknisi sedang
melakukan pengamplasan, skor coupling
aktivitas b adalah 0. Sedangkan Aktivitas c
adalah teknisi sedang melakukan pendempulan
Tabel B berisi skor yang diperoleh dari , skor coupling aktivitas c adalah 0.
posisi lengan atas, lengan bawah dan
pergelangan tangan sehingga didapatkan skor 6. Step 12, Pengisian Tabel C
sebagai berikut. Berikut merupakan klasifikasi Tabel C yang
nantinya akan diisi oleh hasil skor Tabel A dan
Tabel 18. Pemberian Skor Tabel B Tabel B di atas.
Step 10 Aktivitas Aktivitas Aktivitas
(a) (b) (c) Tabel 20. Tabel C REBA
Tabel B (3, 2, 1) (4, 2, 2) (2, 2, 2)
Skor 4 6 3

5. Step 11, Penilaian Coupling


Berikut ini merupakan syarat-syarat
coupling pada tabel REBA. Nilai untuk teknisi
saat membawa/ mengambil benda adalah
Unacceptable.

Tabel 19. Penilaian Coupling


3-
0–Good 1–Fair 2–Poor unaccept
able
Pegang
Dipaksak
an
an Pengisian tabel C diperoleh dari skor
tangan
genggam pada Tabel A dan (Tabel B + Penilaian
bisa
Peganga an yang Coupling), sehingga diperoleh skor untuk Tabel
diterim Pegangan
n pas tidak C adalah sebagai berikut.
a tapi tangan
dan aman,
tidak tidak bisa
tepat di tanpa Tabel 21. Pemberian Skor Tabel C
ideal/ diterima
tengah, pegangan Step Aktivitas Aktivitas Aktivitas
couplin walaupun
gengga coupling 12 (a) (b) (c)
g lebih memungki
man tidak Tabel (6, 4) (8, 6) (5, 3)
sesuai nkan
kuat sesuai C
diguna
digunaka Skor 7 10 4
kan
n oleh
oleh
bagian
bagian

FMIPA-UMRI 93
Vol. 7 No.1, Oktober 2016 Jurnal Photon

7. Step 13, Activity Score Berikut merupakan rekapitulasi hasil


Setelah diperoleh skor pada Tabel C, penilaian REBA dari ketiga aktivitas (a, b, c) di
langkah selanjutnya adalah menambahkan skor atas.
pada Tabel C dengan skor pada Activity Score.
Berdasarkan ketiga aktivitas yang dilakukan Tabel 25. Hasil Pengolahan REBA
teknisi, skor akan ditambah 1 karena aktivitas Rapid Entire Body Assesment
tersebut menyebabkan perubahan atau (REBA)

Aktivitas
pergeseran postur yang cepat dari posisi awal.

Kesimpu
Activity
Score A

Score C
Score B

Score

Score
Final

lan
Tabel 22. Klasifikasi Activity Score
Activity Score
+1 Jika (a) 6 4 7 1 8 high risk
+1 Jika very high
+1 Jika 1 pengulangan
gerakan (b) 8 6 10 1 11 risk
atau lebih gerakan dalam
menyebabkan
bagian rentang waktu medium
perubahan
tubuh singkat, (c) 5 3 4 1 5 risk
atau
statis, diulang lebih
pergeseran
ditahan dari 4 kali per Hasil penilaian postur kerja teknisi
postur yang
lebih dari 1 menit (tidak dengan REBA untuk aktivitas (a) adalah
cepat dari
menit termasuk termasuk kategori high risk yang berarti
posisi awal
berjalan) diperlukan tindakan perbaikan segera. Adapun
high risk pada aktivitas ini dipengaruhi oleh
Tabel 23. Pemberian Skor Aktivitas posisi punggung yang memiliki skor 4 dan juga
Step 13 Aktivitas Aktivitas Aktivitas posisi lengan atas yang tidak ergonomis. Hasil
(a) (b) (c) penilaian postur kerja teknisi dengan REBA
Skor (7+1) (10+1) (4+1) untuk aktivitas (b) adalah termasuk kategori
Aktivitas very high risk yang berarti diperlukan tindakan
Skor 8 11 5 perbaikan sekarang. Adapun high risk pada
aktivitas ini dipengaruhi oleh posisi punggung
Setelah mendapatkan skor akhir, maka yang memiliki skor 5, posisi lengan atas,dan
langkah selanjutnya adalah menentukan pergerakan lengan yang tidak ergonomis. Jadi,
aktivitas tersebut termasuk dalam kategori perlu ada perbaikan sekarang pada posisi posisi
sesuai dengan tabel resiko sebagai berikut. punggung dan pergerakan lengan. Sedangkan
untuk aktivitas (c) termasuk dalam kategori
Tabel 24. Tabel Resiko Ergonomi Metode medium risk yang berarti diperlukan perbaikan
REBA pada postur ini. Postur kerja yang kurang baik
Skor Risk Tindakan tersebut dilakukan dalam intensitas yang cukup
REBA Level tinggi dalam satu hari. Jika hal ini dibiarkan saja
1 Diabaikan Tidak Diperlukan secara terus menerus, maka potensi resiko
2-3 Low Mungkin teknisi menderita cedera tulang belakang dan
Diperlukan cedera pada bagian punggung dan lengan akan
4-7 Medium Diperlukan semakin tinggi.
8-10 High Segera Berdasarkan hasil penilaian ergonomi
Diperlukan dengan cara analisa postur kerja, hasilnya
11-15 Very High Diperlukan berada pada kondisi yang tidak ergonomis.
Sekarang Terbukti bahwa indikasi tempat kerja atau
posisi kerja yang tidak ergonomis adalah ketika
teknisi mengeluhkan adanya nyeri atau sakit

94 FMIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 7 No.1, Oktober 2016

pada leher, bahu, punggung atau pinggang, Aktivitas (b): Pendempulan


postur kerja yang buruk yaitu sering 1. Menggunakan alat bantu berupa stand atau
membungkuk dan lain sebagainya. Oleh karena dudukan. Pada saat teknisi melakukan
itu perlu adanya rekomendasi perbaikan untuk aktivitas pendempulan, apabila sedang
bagian painting di PT. Jakarta Teknologi Utama memperbaiki part-part kendaraan yang
Motor Pekanbaru. Perbaikan atau pengendalian terpisah ada baiknya menggunakan alat
terkait ergonomi meliputi:. bantu berupa stand atau dudukan.
A. Pengendalian pada teknisi Manajemen perlu banyak menyediakan
Aktivitas (a) : Pengecatan alat ini untuk memudahkan pekerjaan
1. Mengubah posisi kerja. Agar teknisi. Alat tersebut bisa seperti gambar di
meminimalisir resiko terjadi cedera tulang bawah ini:
belakang akibat terlalu sering
membungkuk, teknisi harus mengubah
posisi kerja yang lebih nyaman dengan
lebih banyak bertumpu pada gerakan
bagian bawah tubuh atau kaki untuk
menjangkau bagian bawah bodi kendaraan.
Hal ini dapat mengubah posisi punggung
menjadi lebih netral.

Gambar 7. Stand untuk Part Lepasan

Adapun manfaat alat tersebut adalah


sebagai dudukan part lepasan sehingga
teknisi bisa menyesuaikan posisi part
dengan postur tubuh sehingga teknisi tidak
perlu terlalu membungkuk dalam bekerja.
2. Menambahkan bangku pijakan saat
pengaplikasian pendempulan di bagian
Gambar 6. Posisi Kerja yang bodi kendaraan yang tinggi atau sulit
Direkomendasikan dijangkau. Untuk pengerjaan bagian
bawah, teknisi bisa menyesuaikan posisi
2. Menambahkan bangku pijakan saat yang nyaman agar tidak terlalu
pengaplikasian pengecatan di bagian bodi memaksakan punggung untuk
kendaraan yang tinggi atau sulit dijangkau. membungkuk misalnya duduk atau
3. Menggunakan seragam kerja (wear pack) jongkok.
yang berbahan menyerap keringat sebab 3. Menggunakan alat safety yang digunakan
teknisi selalu berkeringat lebih saat seperti masker wajah dan sarung tangan.
melakukan pekerjaan di ruangan
Spraybooth dikarenakan intensitas kerja Aktivitas (c) : Pengamplasan
yang tinggi dan juga suhu ruangan yang 1. Menggunakan Dry Sanding, Saat teknisi
panas. melakukan aktivitas pengamplasan atau
4. Menggunakan alat safety yang disediakan sanding, yang biasanya masih rutin
seperti masker wajah, kacamata, sarung menggunakan amplas basah dengan
tangan anti solvent, dll. bantuan air (wet sanding) sebaiknya

FMIPA-UMRI 95
Vol. 7 No.1, Oktober 2016 Jurnal Photon

beralih menggunakan amplas kering (dry 2. Mengurutkan penggunaan grid amplas dari
sanding) secara menyeluruh. Selain yang paling kasar hingga yang paling halus
berfungsi untuk mengurangi tenaga yang saat melakukan pengamplasan, hal ini
harus dikeluarkan saat melakukan dapat mempercepat proses pengerjaan dan
pengamplasan, dry sanding juga lebih memperoleh hasil permukaan yang baik
mempercepat penyelesaian pekerjaan dan halus.
karena dipadukan dengan alat bantu berupa 3. Menggunakan alat pelindung seperti
Sander. Alat tersebut bisa seperti gambar masker wajah dan sarung tangan.
dibawah ini:
B. Pengendalian administratif
Pengendalian administratif yang dapat
dilakukan oleh manajemen PT. Jakarta
Teknologi Utama Motor Pekanbaru adalah
dengan :
1. Mempertegas aturan kerja atau Standard
Operational Prosedur (SOP) sesuai
dengan aturan yang sebenarnya, sebab
dalam prakteknya SOP pada bagian
Gambar 8. Contoh Alat Bantu Dry Sanding produksi ini sering kali diabaikan oleh para
Adapun sistem kerja alat tersebut adalah teknisi. SOP yang benar berguna untuk
dengan berputar dibantu oleh tenaga angin menekan keluhan MSDs dan menghindari
(pneumatic) dari kompresor sehingga teknisi postur kerja yang tidak nyaman dan tidak
hanya perlu menempatkan alat tersebut pada aman.
permukaan yang ingin diratakan atau 2. Penjadwalan waktu istirahat sebanyak 5
dihaluskan tanpa perlu melakukan gerakan menit tiap jam juga dibutuhkan untuk
tangan berulang dan mengeluarkan tenaga lebih memberikan kesempatan teknisi melepas
dikarenakan alat tersebut berputar otomatis lelah.
meratakan dan menghaluskan permukaan panel 3. Selain itu, manajemen hendaknya peduli
kendaraan. Teknisi juga bisa menyesuaikan dengan kesehatan teknisi dengan
posisi kerja yang dirasa aman dan nyaman memberikan jaminan kesehatan dan
sebab alat ini hanya perlu di tempelkan pada keselamatan kerja.
permukaan panel kendaraan. Berikut ini gambar
contoh penggunaan alat sander tersebut: 4. KESIMPULAN
Dari penelitian yang dilakukan maka
dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
a. Berdasarkan rekapitulasi hasil pengolahan
data jenis keluhan dengan Nordic Body
Map, diketahui bahwa rata-rata jenis
keluhan bernilai 3 (Sakit) pada bagian
tubuh nomor 1, 3, 5, 7, 8 dan 15 yang
berarti seluruh teknisi merasakan sakit
pada bagian leher bawah, bahu kanan,
punggung, pinggang, pinggul dan
pergelangan tangan kanan. Selain itu
terdapat 14 bagian tubuh lainnya yang
dirasa agak sakit oleh teknisi.
Gambar 10. Contoh Penggunaan Sander

96 FMIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 7 No.1, Oktober 2016

b. Hasil penilaian postur kerja teknisi dengan DAFTAR PUSTAKA


REBA untuk aktivitas (a) adalah termasuk A Step-by-Step guide to REBA. Diakses di :
kategori high risk yang berarti diperlukan www.ergo-plus.com (26 Mei 2016)
tindakan perbaikan segera. Untuk aktivitas Andika, M. 2013. REBA (Rapid Entire body
(b) adalah termasuk kategori very high risk Assessment). Kumpulan Skripsi.
yang berarti diperlukan tindakan perbaikan Universitas Sumatera Utara. Medan.
sekarang. Sedangkan untuk aktivitas (c) Diakses dari:
termasuk dalam kategori medium risk yang http://repository.usu.ac.id (26 Mei 2016)
berarti diperlukan perbaikan pada postur Ari Fatmawati. 2011. Analisa postur kerja
ini. Postur kerja yang tidak ergonomis dengan menggunakan metode rapid
tersebut dilakukan dalam intensitas yang entire body assessment (REBA).
cukup tinggi dalam satu hari. Jika hal ini Universitas Muhammadiyah Surakarta.
dibiarkan saja secara terus menerus, maka Diambil dari:
potensi resiko teknisi menderita cedera http://eprints.ums.ac.id/551 (2 Juni
tulang belakang dan cedera pada bagian 2016)
punggung dan lengan akan semakin tinggi. Bab 2 Landasan teori. Nordic body map.
c. Rekomendasi yang diberikan agar dapat Diambil dari:
mengurangi resiko cedera pada teknisi http://elib.unikom.ac.id/ (20 Mei 2016)
yaitu perlu ada perbaikan posisi kerja dan Merulalia. 2010. Pengertian Muscoluskeletal
peralatan kerja. Untuk Aktivitas (a) perlu Disorders (MSDs). Di ambil dari:
mengubah posisi kerja yang lebih nyaman http://merulalia.wordpress.com (26 Mei
dan ergonomis dengan lebih banyak 2016)
bertumpu pada bagian bawah tubuh untuk http://ergonomi-teknikindustri.blogspot.com
menjangkau bagian bawah bodi kendaraan (26 Mei 2016)
serta penggunaan bangku pijakan untuk
menjangkau bagian yang tinggi. Untuk
aktivitas (b) perlu penambahan alat bantu
berupa stand atau dudukkan. Teknisi bisa
menyesuaikan posisi part dengan postur
tubuh sehingga teknisi tidak perlu terlalu
membungkuk dalam bekerja. Untuk
aktivitas (c) perlu penggunaan dry sanding
disertai alat bantu berupa sander. Selain
berfungsi untuk mengurangi tenaga yang
harus dikeluarkan saat melakukan
pengamplasan, dry sanding juga lebih
mempercepat penyelesaian pekerjaan.

FMIPA-UMRI 97

Anda mungkin juga menyukai