Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sehat merupakan kondisi normal seseorang yang merupakan hak

hidupnya. Sehat berhubungan dengan hukum alam yang mengatur tubuh,

jiwa, dan lingkungan berupa udara segar, sinar matahari, diet seimbang,

bekerja, istirahat, tidur, santai, kebersihan serta pikiran, kebiasaan dan gaya

hidup yang baik. World Health Organization (WHO) membuat defenisi

universal yang menyatakan bahwa pengertian sehat adalah suatu keadaan

kondisi fi sik, mental, dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu

kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan (Chandra,

2006).

Seseorang yang melakukan gerakan yang sama secara terus menerus

dalam waktu yang lama akan merasakan kelelahan fisik. Kelelahan ini

timbul karena gerakan tubuh yang terus menerus dan tanpa disadari

mengakibatkan penurunan sistem otot. Penurunan yang muncul pada sistem

otot ini disebabkan oleh ketegangan otot akibat bentuk dari gerakan yang

dilakukan, di mana terjadi penurunan kekuatan otot ekstrimitas bawah yang

mengakibatkan kelambanan gerak, langkah yang pendek, kaki tidak dapat

menapak dengan kuat dan lebih gampang goyah (Darmojo, 2000).


Nyeri merupakan gangguan otot yang sering terjadi pada banyak

masyarakat di Indonesia baik laki-laki maupun perempuan. Seperti yang

banyak dialami oleh banyak masyarakat di indonesia rasa nyeri atau pegal

yang sering timbul di otot gastrocnemius (betis) sangatlah mengganggu

aktivitas sehari-hari. Rasa sakit yang timbul di wilayah tersebut dapat

menjadi rasa sakit yang tidak biasa seperti rasa nyeri berdenyut, atau

kesemutan dan ketidak nyamanan tersebut dapat terjadi akibat dari

cedera,trauma berjalan berlebihan dan olahraga yang terlalu berat porsinya

(Lukman dan Ningsih, 2009).

Nyeri otot dapat melibatkan lebih dari satu otot serta dapat

melibatkan ligamen, tendon dan fascia, serta jaringan lunak yaringan lunak

yang menghubungkan otot, tulang dan organ. Penyebab yang paling sering

adalah tekanan, stres, kelelahan dan trauma ringan. Sedangkan nyeri pada

kaki dapat disebabkan oleh pemakaian sepatu yang tidak tepat yang

mengakibatkan trauma pada sendi, tulang, otot, ligamen, tendon atau

jaringan lunak. Beberapa nyeri kaki dapat disebabkan permasalahan pada

tulang belakang atau aliran darah (Tri Haryanto., et al, 2018)

Myalgia atau disebut juga Nyeri otot merupakan gejala dari banyak

penyakit dan gangguan pada tubuh. Secara umum myalgia disebabkan oleh

penggunaan otot yang salah atau otot yang terlalu tegang (Anggoro, 2014).

Labour Force Survey tahun 2016 di Inggris menyatakan prevalensi kasus

gangguan muskuloskeletal sebesar 41% yaitu sebanyak 539.000 dari

1.311.000 kasus penyakit akibat kerja. Jumlah kejadian kasus sebanyak


176.000 dengan tingkat kejadian 550 kasus per 100.000 orang, dan

diperkirakan menyebabkan 8,8 juta hari kerja yang hilang dengan rata-rata

16 hari kerja hilang untuk setiap kasus (Setyowati, Widjasena, & Jayanti,

2017). Penyebab umum myalgia adalah penggunaan otot yang salah atau

otot yang terlalu tegang. Myalgia yang terjadi tanpa riwayat trauma

mungkin disebabkan oleh infeksi virus. Myalgia yang berlangsung dalam

waktu yang lama menunjukkan myopati metabolik, defi siensi nutrisi atau

sindrom fatigue kronik (Irianto, 2014).

Prevalensi penyakit muskuloskeletal di Indonesia berdasarkan yang

pernah di diagnosis oleh tenaga kesehatan yaitu 11,9% dan berdasarkan di

diagnosis atau gejala yaitu 24,7%. Prevalensi penyakit muskuloskeletal

terbanyak terdapat pada pekerja informal seperti nelayan, petani, dan buruh

yaitu 31,2% (Kemenkes, 2013). Tiga bagian tubuh yang paling sering

menjadi keluhan muskuloskeletal yaitu punggung (100%), pinggang

(95.2%) dan bokong (47,6) (Malonda, Kawatu, & Doda, 2016). Purnama

(2018) didapatkan bahwa dari 15 responden, 8 orang (53,3%) mengalami

nyeri pundak, 4 orang (26,7%) mengalami nyeri leher-pundak, 2 orang

(13,3%) mengalami nyeri bahu dan 1 orang (6,7%) mengalami nyeri

punggung-bahu.

Masalah keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan

keluhan myalgia antara lain nyeri kronis, nyeri akut, hambatan mobilitas

fisik dan hambatan rasa nyaman (Herdman & Kamitsuru, 2018). Dampak

yang dapat muncul jika masalah keperawatn tidak tertangani dengan baik
adalah pasien mengeluh nyeri, keterbatasan melakukan gerakan,

ketidakmampuan bekerja dan ketakutan/kecemasan untuk bergerak (Tarau

& Burst, 2011). Penelitian menunjukkan bahwa musculoskeletal dapat

berpengaruh pada Kemampuan fungsional fisik yang diukur menggunakan

FIM dengan hasil rata sebesar 6,9 ± 0,4 yang termasuk kategori mandiri

terbatas (Rachmawati, Samara & Purnamawati, 2016).

Penatalaksanaan myalgia dapat dilakukan dengan terapi farmakologi

dan non farmakologi. Terapi non farmakologi seperti terapi komplementer

yaitu cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung

kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan

lain diluar pengobatan medis yang konvensioal (Purwanto, 2014). Terapi

kompelemter ini meliputi terapi musik, akupressur, akupuntur, aromaterapi,

pemijatan, relaksasi (Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2016).

Akupuntur adalah jenis pengobatan yang menggunakan teknik

tusukan pada titik-titik tertentu di tubuh yang dinamakan Acupuncture

Point. Dari berbagai literatur, diketahui bahwa jenis pengobatan ini telah

dipraktekkan sejak jaman dulu di China, Afrika, Arab Tigris, Mesir kuno

dan India Menurut bukti-bukti sejarah, bangsa China merupakan yang

pertama di dunia yang mempraktekkan akupuntur, yaitu sejak 5000 tahun

yang lalu. Metode pengobatan ini tercantum dalam buku "The Yellow

Emperor’s Canon of Medicine" yang ditulis oleh seorang siswa kedokteran

pada masa perang wilayah di China (475 - 221 SM). Akupunktur adalah

cara pengobatan dengan menusukkan jarum pada titik-titik tertentu di kulit


untuk menghilangkan nyeri dan mengobati kondisi kesehatan tertentu

(Kiswojo., et al, 2009). Akupunktur efektif untuk mengatasi nyeri otot,

dengan menunjukan bahwa akupunktur dapat merangsang otot untuk

meningkatkan ambang nyeri tekan dan ambang nyeri kelistrikan otot

(Deleo, 2006).

Terapi Akupuntur bisa memberikan hasil yang signifikan dalam

mengatasi keluhan nyeri dan ketegangan otot. Akupunktur dapat menjadi

penunjang untuk peningkatan kualitas nyeri serta akupunktur dapat

dimanfaatkan sebagai terapi alternatif untuk keluhan tersebut (Saputra,

2005). Terdapat beberapa teori yang menjelaskan efek analgesik pada terapi

akupunktur. Teori Mackenzie menyatakan bahwa stimulasi sensori dari

jarum akupunktur dapat menyebabkan reaksi fungsional pada otot, ligament

dan pembuluh darah yang di inervasi oleh myelotome yang sama. Beberapa

peneliti telah membuktikan bahwa akupunktur dapat merangsang sekresi

endorphin dan enkephalin yang dapat memodulasi respon nyeri sehingga

timbul efek analgesik (Stival et al., 2014).

Berdasarkan data penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa

akupunktur merupakan suatu terapi yang relatif aman dan efektif dalam

mengatasi nyeri otot. Maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang

pengaruh pemberian terapi akupuntur ST36 LI4 PC6 dan SP6 terhadap

penurunan nyeri di otot (Myalgia)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah apakah ada pengaruh pemberian terapi akupuntur ST36

LI4 PC6 dan SP6 terhadap penurunan nyeri di otot (Myalgia)?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pada penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh pemberian terapi akupuntur ST36 LI4 PC6 dan SP6 terhadap

penurunan nyeri di otot (Myalgia).

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pada penelitian ini hanya sebatas pemberian terapi

akupuntur ST36 LI4 PC6 dan SP6 terhadap penurunan nyeri di otot

(Myalgia)

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam bidang

akupuntur sebagai proses aplikasi teori dalam usaha untuk mengatasi

keluhan pada nyeri otot.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Keperawatan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

informasi mengenai cara untuk mengatasi keluhan pada nyeri otot.


Selain itu juga sebagai sarana untuk membangun dan

mengembangkan metode akupuntur khususnya untuk mengurangi

nyeri otot.

b. Bagi para pasien sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan

pengobatan untuk mengurangi nyeri di otot (Myalgia)

F. Keaslian Penelitian

Tri Haryanto., et al (2018) dengan judul Pengaruh Terapi

Akupunktur Pada Titik Bl 56 (Chengjin) Dan Sp 6 (Sanyinjiao) Terhadap

Penurunan Nyeri Di Otot Gastrocnemius didapatkan bahwa nilai rata-rata

skala nyeri di otot gastrocnemius sebelum terapi akupunktur adalah sebesar

5,70 dan sesudah 10x terapi akupunktur nilai rata-rata skala nyeri di otot

gastrocnemius adalah sebesar 2,40. Nilai rata-rata penurunan skala nyeri

secara umum pre dan post terapi sebesar 3,30 (p < 0,05). Sehingga dapat

disimpulkan ada pengaruh terapi akupunktur pada titik Bl 56 Chengjin dan

Sp 6 Sanyinjiao terhadap penurunan nyeri di otot gastrocnemius.

Hidayat., et al (2015) dengan judul Pengaruh Akupunktur

Pergelangan Tangan dan Kaki terhadap Nyeri Punggung Bawah didapatkan

bahwa penusukan akupunktur pergelangan tangan dan kaki memiliki

pengaruh terhadap penurunan nyeri yang diukur menggunakan skor NAS.

Penurunan skor NAS pada kelompok perlakuan lebih besar secara bermakna

bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Akupunktur pergelangan


tangan dan kaki dapat menjadi pilihan metoda akupunktur untuk tatalaksana

pasien NPB.

Yulianto (2009) dengan judul Efektifitas Terapi Akupuntur

Dibanding Nsaid Terhadap Nyeri Lutut Pada Wanita Penderita Osteoartritis

Lutut Ditinjau Dari Status Pekerjaan Di Rso Prof. Dr.R.Soeharso Surakarta

(Studi Eksperimen Pada Pasien Osteoartritis Lutut) didapatkan bahwa 1) ada

perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode akupuntur dan NSAID

terhadap nyeri lutut pada wanita penderita Osteoartritis di Poliklinik Nyeri

dan Akupuntur RSO Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta, hasil F hitung adalah

49,716 dengan p value 0,000, 2) ada perbedaan pengaruh yang signifikan

antara pasien yang memiliki status pekerjaan PNS dengan pasien yang

memiliki status pekerjaan Ibu Rumah Tangga terhadap nyeri lutut pada

wanita penderita Osteoartritis di Poliklinik Nyeri Akupuntur RSO

Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta, hasil Hasil Fhitung adalah 9,625 dengan p

value 0,003, 3) ada interaksi pengaruh antara metode akupuntur, NSAID

dan status pekerjaan terhadap nyeri lutut pada wanita penderita Osteoartritis

di Poliklinik Nyeri Akupuntur RSO Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta, hasil F

hitung adalah 9,625 dan p value adalah 0,003.

Sumanto (2013) dengan judul Pengaruh Titik Zusanli (ST 36),

Yingilnquan (SP 9), Shensu (BL 23) dan Taixi (KI3) Terhadap Pengurangan

Intensitas Sakit Nyeri Sensi Lutut (Sindroma BI) Di Klinik Akupunktur

RSO Prof Dr. Soeharso Surakarta didapatkan bahwa ada pengaruh pada
penusukan titik Zusanli (St 36), Yinglinquan (Sp. 9), Shensu ( Bl 23 ) Dan

Taixi (Ki 3) terhadap penurunan intensitas nyeri sendi.

Meila Arofah (2015) Dengan Judul Penatalaksanaan Akupunktur

Pada Ny. A Dengan Kasus Osteoarthritis Sindrom Defisiensi Qi Limpa Di

Rs P AU Dr Suhardi Hardjolukito didapatkan bahwa 1) terapi akupunktur

ST 35 (Dubi), ST36 (Zusanli), SP9 (Yinlingquan), GB34 (Yanglingquan),

Taixi (KI3), Taichong (LV3), Taiyuan (LU9), Sanyinjiao (SP9),

Xuehai(SP10), Shenmen(HT7), ,Huantiao (GB30), Fengshi (GB31), Wushu

(GB27) diberikan pada Ny. A dengan frekuensi terapi akupunktur dilakukan

3 kali dalam seminggu. Terapi dilakukan dengan bantuan elektrostimulator

dan moksa, 2) Akupunktur sebagai salah satu alternatif terapi untuk OA

baik secara preventif ataupun rehabilitatif

Anda mungkin juga menyukai