Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengurangi resiko Work-Related Musculoskeletal
Disorders yang dialami oleh para operator loading barang jadi. Penelitian awal terhadap gejala
WMSDs dilakukan dengan metode analitik yaitu dengan menggunakan kuesioner Nordic body map dan
standardized Nordic questionnaire. Penelitian dilakukan pada 10 orang operator loading barang jadi.
Setelah itu penelitian dilanjutkan dengan analisis resiko cidera kerja dengan metode strain index.
Selanjutnya dilakukan pengukuran postur kerja dengan metode RULA. Dari hasil analisis resiko cidera
kerja dengan strain index, didapatkan hasil sebanyak 4 orang operator mendapat skor tetringgi 13,5
dan 2 orang operator mendapat skor terendah yaitu 9. Skor tertinggi dan terendah para operator ini
sama-sama menunjukan angka di atas 7 dimana memberikan indikasi bahwa pekerjaan yang dilakukan
memiliki potensi bahaya / dapat menimbulkan cidera. Pengukuran postur tubuh RULA menunjukan 8
dari 10 operator mendapat skor akhir 7 dengan Action Level 4 yang memiliki arti postur kerja yang
dilakukan membutuhkan perubahan saat itu juga (sangat urgent). Berdasarkan kondisi diatas maka
dilakukan intervensi ergonomic dengan pendekatan ergonomi partisipatif untuk memperbaiki kondisi
yang ada. Program intervensi ini dilakukan dengan cara Focus Group Discussion dan selalu
melibatkan tim ergonomic yang terdiri dari perwakilan manajemen dan operator. Pengambilan
keputusan diambil secara consensus. Usulan perbaikan terpilih yaitu re-aktifisasi SOP, re-aktifisasi
peraturan K3, perbaikan postur kerja operator, peningkatan job control, dan pembuatan jadwal kerja.
Usulan perbaikan ini diimplementasikan dalam sebuah masa percobaan selama 30 hari. Evaluasi
dilakukan setelah selesai masa percobaan dengan menggunakan kuesioner SNQ dan mengukur ulang
postur dengan RULA. Hasil SNQ setelah perbaikan menunjukan adanya penurunan keluhan MSDs
yang dirasakan oleh operator. Hasil analisis skor SI menunjukan adanya penurunan dimana semua
skor baru operator berada dibawah angka 7. Hasil pengukuran RULA menunjukan penurunan level 7
menjadi level 6 dan level 6 menjadi level 5 dengan Action Level 3 yang menunjukan level sedang dan
tingkat urgensi perubahan postur pun menurun.
Kata kunci: Work-related Musculoskeletal Disorders, Manual Material handling,Ergonomi
Partisipatif.
pekerja bagian pergudangan. Kedua, operator Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi
akan melakukan proses loading. Pengangkatan sumber informasi untuk mengetahui kondisi
karung-karung dilakukan dengan forklift lalu operator dan faktor apa saja yang dapat
operator akan mengangkat dan menyusun dikurangi atau dieleminasi untuk memperbaiki
karung-karung secara manual diatas bak truk keadaan. Program intervensi ergonomi
pengangkut. Perlu diketahui bahwa tidak ada partisipatif dilakukan untuk mengatasi masalah
penjadwalan ataupun syarat yang jelas perihal keluhan Musculoskeletal Disorders dengan
kapan dan bagaimana operator harus mengikut sertakan manajemen dan karyawan
melakukan proses loading sehingga proses perusahaan. Tujuannya agar secara bersama-
tersebut dilakukan sesuai dengan kenyamanan sama membentuk tim untuk memecahkan
dan keinginan operator saja. masalah dan memberikan usulan perbaikan.
Berdasarkan hasil observasi awal pada
pekerja loading barang jadi menggunakan 2 LANDASAN TEORI
kuesioner Nordic Body Map, diketahui terdapat Ergonomi adalah ilmu, seni dan
keluhan gangguan tulang belakang yang di penerapan teknologi untuk menyerasikan atau
rasakan para pekerja akibat pekerjaan manual menyeimbangkan antara segala fasilitas yang
yang mereka lakukan. Dari hasil observasi awal digunakan baik dalam beraktivitas maupun
istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan
diketahui gangguan muskuloskeletal atau
manusia baik fisik maupun mental sehingga
musculoskeletal disorder sering dirasakan
kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih
pekerja terutama pada bagian bahu kanan dan baik (Tarwaka, Bakri, & Sudiajeng, 2004).
punggung. Hal itu dapat dilihat dari persentase Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi
100% untuk keluhan pada kedua bagian tubuh adalah untuk meningkatkan kesejahteraan fisik
tersebut. Berdasarkan hal tersebut penelitian dan mental, meningkatkan kesejahteraan sosial
lebih lanjut perlu dilakukan untuk melalui peningkatan kualitas kontak sosial,
meminimalisasi cedera otot untuk mengurangi menciptakan keseimbangan rasional antara
potensi musculoskeletal disorder pada pekerja berbagai aspek.
loading barang jadi. Metode Rapid Upper Limb Pengertian pemindahan beban secara
Assessment dan Strain Index digunakan sebagai manual, menurut American Material Handling
tools evaluasi aktivitas MMH pada bagian Society bahwa material handling dinyatakan
loading barang jadi. sebagai seni dan ilmu yang meliputi
penanganan (handling), pemindahan (moving),
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan Pengepakan (packaging), penyimpanan
untuk mengidentifikasi pengaruh melakukan (storing) dan pengawasan (controlling) dari
pekerjaan dengan metode Manual Material material dengan segala bentuknya.
Handling terhadap munculnya gejala Work- (Wignjosoebroto, 2009). Metode pendekatan
ini dengan mempertimbangkan rata-rata beban
Related Musculoskeletal Disorders pada
metabolisme dari aktifitas angkat yang
pekerja. Selain itu pengukuran faktor ergonomi
berulang (repetitive lifting), sebagaimana dapat
dilakukan dengan mengukur nilai strain index juga ditentukan dari jumlah konsumsi oksigen.
dan postur kerja menggunakan metode RULA Ada beberapa bukti bahwa semakin banyak
yang nantinya digunakan untuk jumlah material yang diangkat dan dipindahkan
mengidentifikasi faktor resiko cedera tulang dalam sehari oleh seseorang, maka akan lebih
belakang (Musculoskeletal disorders). Kedua cepat mengurangi ketebalan dari intervertebral
metode ini dipilih berdasarkan input dan output disc atau elemen yang berada diantara segmen
dari masing-masing metode yang dianggap tulang belakang. Fenomena ini
cukup efektif dalam mengukur resiko WMSDs menggambarkan bahwa pengukuran yang
pada kegiatan MMH. Metode strain index akurat terhadap tinggi tenaga kerja dapat
mengukur faktor seperti intensitas pengeluaran digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi
tenaga, faktor pengulangan, serta durasi kerja beban kerja. (Corlett, 1987).
Musculoskeletal Disorders (MSDs)
operator. Metode RULA mengukur postur kerja
adalah kelainan yang disebabkan pemumpukan
dengan fokus pada tubuh bagian atas, bagian
cidera atau kerusakan-kerusakan kecil pada
dimana beban terberat dirasakan oleh operator.
data pelengkap laporan resiko ergonomi untuk akibat gangguan leher yang dirasakan dan
disajikan kepada manajemen. sebanyak 40% merasa pekerjaanya terganggu
Special questionnaire digunakan untuk selama 8-30 hari. Dalam 7 hari terakhir
menganalisis gangguan pada organ-organ sebanyak 50% operator merasakan adanya
tertentu. Analisis gangguan pada organ gangguan leher. Setelah analisis pada leher
lokomotor menunjukan bahwa bagian tubuh maka dilakukan analisis pada pundak operator.
dengan persentase keluhan tertinggi adalah Sebesar 90% mengaku pernah merasakan
punggung bawah (low back) dengan persentase gangguan pada pundak dan sebesar 50%
100%. Bagian tubuh lainnya yang memiliki operator pernah melukai punda kanannya
persentase tinggi adalah leher, pundak (kanan dalam sebuah kecelakaan kerja. Sebesar 50%
dan kiri), punggung atas dan kaki dengan operator merasakan adanya gangguan pundak
persentase 90%. Bagian tubuh dengan selama 8-30 hari dalam kurun waktu 12 bulan
persentase keluhan terkecil pada organ terakhir. Sebesar 90% operator merasa aktivitas
lokomotor adalah pergelangan tangan kiri kerja mereka terganggu akibat keluhan pundak
dengan persentase 10%. Dalam periode waktu yang dirasakan. Sebesar 40% operator merasa
12 bulan dirasa pekerjaan terhalangi oleh pekerjaan nya terganggu selama 1-7 hari dan
keluhan yang dirasakan berada pada bagian 40% lainnya merasa pekerjannya terganggu
tubuh punggung bawah dengan persentase selama 8-30 hari. Hal ini menunjukan variasi
90%. Hal ini berarti sebanyak 9 pekerja merasa periode lamanya keluhan dirasakan, namun
sulit melakukan pekerjaannya bahkan sampai tetap pada intinya mengganggu pekerjaan para
menghentikan kerjanya akibat keluhan operator.
muskuloskeletal yang mereka raskan. Dalam Pengukuran resiko ergonomi dengan
periode 7 hari pekerjaan dirasa terhalangi metode strain index dilakukan untuk
akibat keluhan pada punggung atas dan bawah mengetahui tingkat resiko cidera kerja operator
dengan persentase 50%. Hal ini menunjukan loading barang jadi. Pengukuran dilakukan saat
bahwa sebanyak 5 operator merasa gangguang operator mengangkut dan menyusun barang
punggungnya menggangu pekerjaannya dan hal jadi di atas bak truk pengangkut. Pengukuran
ini terjadi dalam minggu yang sama dengan
strain index dilakukan dengan menggunakan
momen pengisian kuesioner.
software MIRTH Strain Index. Software ini
Analisis berikutnya dilakukan pada bagian
punggung bawah. Kesimpulan yang dapat memudahkan proses pengukuran karena
diambil dari hsil kuesioner adalah bahwa pengguna hanya perlu memilih panel pilihan
sebesar 100% operator pernah merasakan sesuai dengan keadaan yang diamati. Software
gangguan pada bagian low back. Dalam 12 akan mengkalkulasi masing-masing variabel
bulan terakhir sebanyak 60% operator faktor kedalam skor multiplier hingga
merasakan adanya gangguan selama 8-30 hari. menghasilkan nilai strain index.
Seluruh operator merasa akitivitas bekerja Hasil Perhitungan Strain Index pada
mereka terganggu akibat keluhan low back operator loading barang jadi menunjukkan
sementara sebanyak 60% merasa kegiatan bahwa seluruh operator memiliki skor SI >7
bersenang-senang mereka juga terganggu. dengan skor tertinggi adalah 13.5. Skor ini
Dalam 12 bulan terakhir sebanyak 50% didapat oleh 4 dari 10 orang operator. Hal ini
operator merasa pekerjaan mereka terganggu
menunjukkan bahwa pekerjaan yang dilakukan
selama 8-30 hari. Sebanyak 70% pernah ke
dokter/orang ahli akibat keluhan yang ada. oleh para operator loading barang jadi
Dalam 7 hari terakhir sebanyak 80% atau 8 tergolong beresiko dan berbahaya.
orang operator merasakan gangguan pada low Setelah dilakukan pengukuran resiko kerja
back. dengan metode Strain Index, maka penelitian
Setelah itu dilakukan analisis gangguan dilanjutkan dengan analisis serta pengukuran
pada leher. Sebanyak 90% mengaku pernah postur kerja dengan metode RULA.
merasakan gangguan pada leher. Dalam 12 Pengukuran ini dilakukan menggunakan
bulan terakhir sebesar 40% operator merasakan software RULA, sebuah software dengan
adanya gangguan selama 8-30 hari. Sebanyak aplikasi yang sama dengan software MIRTH
70% operator merasa pekerjaannya terganggu Strain Index yang telah digunakan sebelumnya.
Gambar 2 Postur dan Sudut yang diukur pada salah satu operator.
Analisis dan pengukuran postur kerja Setelah steering committee terpilih,
pada 10 operator telah dilakukan dengan maka akan dibentuk Tim Ergonomi. Tim
metode RULA. Hasil menunjukan bahwa 2 dari ergonomi adalah kelompok yang dibentuk
10 pekerja memiliki skor RULA 6 atau dengan untuk merancang, menguji, dan
level resiko sedang dan memerlukan perbaikan mengaplikasikan usulan perbaikan bagi
postur kerja dalam waktu dekat. Sebanyak 8 perusahaan. Tim Ergonomi terdiri dari
orang operator atau sebesar 80% dari seluruh supervisor, operator, dan peneliti. Pemilihan ini
subyek yang dinalisis dan diukur, memiliki skor didasari pertimbangan seluruh anggota Tim
akhir RULA sebesar 7 dengan level resiko kerja Ergonomi haruslah terdiri dari pihak-pihak
tinggi dan membutuhkan tindakan perbaikan yang terkena resiko ergonomi yang ada, selain
postur sekarang juga. Berdasarkan hasil itu perlu juga ada pihak-pihak yang memiliki
pengukuran postur dengan RULA dapat wewenang untuk memberi perubahan dalam
disimpulkan bahwa mayoritas operator bekerja metode kerja. Terdapat 2 orang supervisor
dengan postur yang tidak ergonomis sehingga lapangan yang keduanya ikut tergabung dalam
dapat menimbulkan resiko muskuloskeletal. tim ini. Berdasarkan kesepakatan Steering
Committee, 5 orang operator terpilih akan
bergabung dengan tim. Pemilihan operator
5. Usulan Perbaikan
berdasarkan lama kerja dan rekapitulasi data
Intervensi ergonomi partisipatif resiko kerja dimana operator dengan masa kerja
dilakukan dengan tujuan mengubah serta terlama dan dengan resiko kerja yang
memperbaiki kondisi kerja yang ada agar mengkhawatirkan yang akan dipilih.
tingkat kesehatan dan kenyamanan kerja para Setelah tim terbentuk lalu dilakukan
operator dapat meningkat. Proses intervensi pelatihan dasar terlebih dahulu untuk anggota
yang dilakukan adalah intervensi reaktif tim. Hal ini dilakukan untuk mempelajari
dimana segala proses perbaikan ataupun konsep dasar ergonomi, permasalahan yang
perubahan dilakukan pada kondisi yang telah dianalisis, serta tools yang digunakan dalam
ada, bukan membuat atau merancang sebuah proses pengukuran resiko WMSDs. Pengenalan
sistem atau kondisi yang sama sekali baru. kuesioner dan informasi apa saja yang coba
Sebelum program intervensi dilakukan, ada dikumpulkan dijelaskan kepada tim. Demo
proses start-up dimana pihak manajemen proses pengukuran resiko kerja dan postur
tertinggi akan membentuk steering committee dengan masing-masing software dilakukan
sebagai perwakilan dari jajaran komite tertinggi dihadapan anggota tim agar anggota tim
atau top management. Steering committee mengenal dan familiar dengan faktor-faktor
bertugas mengawasi serta menilai setiap input, yang diukur serta program yang digunakan.
proses, dan output yang dilakukan dalam Setelah tim dibekali dengan pengetahuan
program intervensi ergonomi. fundamental, maka program intervensi
ergonomi partisipatif dapat dimulai.
Tahap pertama yang dilakukan adalah lelah yang dirasakan akibat pekerjaan yang
workplace analysis. Tahap ini adalah tahap berat. Operator mengatakan bahwa postur yang
menganalisis lingkungan kerja beserta operator mereka lakukan, walau terkadang tidak
nya untuk mengetahui secara detail bagaimana nyaman, adalah gerakan yang reflek mereka
kondisi kerja operator loading barang jadi. lakukan karena mereka tidak mengetahui cara
Setiap tahapan program akan dilakukan diskusi manual handling yang baik dan benar.
dengan fokus 1 isu spesifik dalam setiap Sementara supervisor menyampaikan bahwa
agendanya, metode diskusi ini disebut dengan terkadang mereka hanya mengawasi
Focus Group Discussion. Metode diskusi ini produktivitas saja tapi tidak metode kerja yang
dipilih untuk mendapat data kualitatif yang dilakukan.
bermutu dalam waktu singkat. Tahap pertama Para operator dan supervisor
yang dilakukan adalah identifikasi gejala membenarkan bahwa tidak ada pembagian
WMSDs dengan kuesioner SNQ sebagai porsi dan waktu yang jelas dalam aktivitas
perangkat identifikasi lanjut setelah operator loading. Operator loading juga
menggunakan NBM. Data hasil kuesioner yang memiliki tugas mengantar barang dari
telah dirangkum lalu didiskusikan oleh Tim packaging ke area storage sebelum melakukan
Ergonomi dalam FGD dan bersama-sama proses loading barang jadi diatas truk
menganalisis keluhan muskoluskeletal apa saja pengangkut. Para operator sering bolak-balik
yang dirasakan, periode keluhan yang antara melakukan kegiatan antar barang dan
dirasakan, serta pengaruhnya pada aktivitas loading barang sesuka mereka karena tidak ada
operator. Tim akan bersama-sama membahas peraturan yang jelas, sehingga menyebabkan
faktor-faktor kerja yang mungkin berpengaruh. mereka menghabiskan banyak energi untuk
Para operator yang menjadi anggota tim aktivitas yang tidak penting.
mengutarakan keluhan yang dirasakan dan rasa
Conditions:
a. Keuntungan
secara relatif.
b. Biaya
c. Kompabilitas
dan
kompleksitas
d. Fisibilitas.
baik. Para operator dianjurkan untuk tidak cidera yang mereka alami dan kaitannya
membungkuk atau mengangkat beban di atas dengan pekerjaan yang mereka tekuni.
kepala untuk menghindari resiko
muskuloskeletal. Dalam kegiatan sosialisasi ini Setelah itu manajemen telah membuat
juga ditampilkan dan dijelaskan hasil penelitian penjadwalan kerja baru dimana proses
seperti hasil SNQ, skor SI, dan skor RULA pemindahan barang jadi ke gudang dan proses
kepada seluruh operator. Hal ini dilakukan agar pemindahan dan penyusunan barang ke truk
para operator, terutama yang tidak tergabung pengangkut memiliki jam kegiatannya masing-
dalam Tim Ergonomi, mengetahui dan masing.
menyadari seberapa besar dan nyata resiko
Barang jadi yang telah di kumpulkan di atas trolley lalu di bawa ke area
2 Membawa barang jadi ke area storage. 2
storage. Proses ini dapat dilakukan oleh 1 operator.
Barang jadi dipindahkan dari atas trolley ke atas palete kayu dan disusun
3 Menyusun barang jadi di atas palete. 3 secara rapih. Satu palete dapat diisi sampai 6 karung. Satu tumpukan maksimal
berisi 5 karung. Proses ini dilakukan oleh min. 2 operator.
Saat proses distribusi siap dilakukan, barang jadi akan dipindahkan ke atas truk
Mengangkat dan menyusun barang di atas truk menggunakan forklift. Operator lalu menyusun karung-karung barang jadi
4 4
pengangkut. yang telah dipindahkan ke atas truk. Proses ini dilakukan oleh min.3 operator.
Operator dilarang membungkuk berlebihan (perhatikan gambar ilustrasi).
berulang dan dapat menyebabkan gejala Corlett, E.N., Eklund, J.A.E., Reilly T. and
muskuloskeletal. Berdasarkan pengukuran Troup, J.D.G. (1987). Assesment of
postur yang telah dilakukan, diketahui bahwa workload from measurement of stature,
ke 10 operator melakukan pekerjaan dengan Applied Ergonomics. v18,pp. 65-71.
postur janggal dan tidak ergonomis. Djamaluddin, D. R. (2011). Analisis
Berdasarkan Action Level yang didapat oleh 8 Hubungan Faktor Ergonomis dan Faktor
Lain di Lingkungan Kerja dengan Low
dari 10 operator, yaitu Action Level 4,
Back Pain. Universitas Hasanuddin.
menunjukan bahwa perubahan postur kerja
Ercan, S., & Erdinc, O. (2006). Challenges of
sangat perlu dilakukan pada saat itu juga. Leardership in Industrial Ergonomis
Setelah dilihat kebutuhan perbaikan dan Projects. Journal Istanbul Ticaret
perubahan pada metode kerja operator, maka Universitesi Fen Bilimleri Dergisi. 5(9), 119
dilakukanlah intervensi ergonomi partisipatif. – 127.
Program intervensi ini dilakukan dengan Hendra, & Rahardjo, S. (2009). Risiko
terstruktur dan dengan melibatkan partisipan Ergonomi Dan Keluhan
dari seluruh lapisan perusahaan yang secara Musculoskeletal Disorders (MSDs)
langsung maupun tidak langsung terkena Pada Pekerja Panen Kelapa Sawit.
dampak dari permasalahan resiko WMSDs. Prosiding Seminar Nasional Ergonomi IX,
Dalam setiap pengambilan keputusan selalu (November), 978–979.
dilakukan dengan cara Focus Group Discussion Khushrushahi, N. (2012). Investor Guidance on
Occupational Health and Safety in
dimana dalam setiap agenda materi yang akan
Canada: An Overview of Corporate Best
dibahas adalah materi yang spesifik. Dalam Practices. Share.Ca, 17.
FGD keputusan akhir akan diambil secara Lianatika.(2013). Analisis dan Evaluasi Kerja
konsensus. Manual dengan Metode NIOSH 1991 dan
Hasil akhir dari program intervensi REBA. Teknik Industri UNPAS
ergonomi partisipatif adalah sosialisasi resiko Pryme. (2015). Safe Lifting Guide.
ergonomi dan anjuran safety lifting, www.pryme.net.au. Australia.
pemberlakuan SOP dan kebijakan k3 yang baru Sukapto, P.(2008). Penerapan Model
(versi revisi tahun 2017), perbaikan postur kerja Participatory Ergonomics dan Model Amel
saat melakukan MMH, peningkatan job control Dalam Menurunkan Kecelakaan Kerja di
oleh supervisor, dan penjadwalan kerja yang Pabrik Pembuatan Outsole di Banjaran.
baru. Bandung.
Tarwaka. (2013). Dasar-Dasar Pengetahuan
Ergonomi Dan Aplikasi Di
7 Daftar Pustaka Tempat Kerja,Surakarta.
Vi, Peter.(2000). Musculoskeletal Disorders.
Andrian, Deni. (2013). Pengukuran Tingkat http://www.csao.org/
Resiko Ergonomi Secara Biomekanika Pada Yassierli. (2008) Ergonomics Solutions for
Pekerja Pengangkutan Semen (Studi Kasus: More Effective Safety and Health
PT. Semen Baturaja). Laporan Kerja Management. www.filebox.vt.edu.
Praktek Fakultas Teknik Universitas Wells, et al. (2003). Ergonomic Participative
Binadarma: Palembang. Blueprints. University of Waterloo. Institute
Astuti, R.D., & Suhardi, B. 2007, Analisis for Work and Health. Toronto.
Postur kerja manual material handling Wignjosoebroto, Sritomo.(2009).Tata Letak
menggunakan metode OWAS (ovako work Pabrik dan Pemindahan Bahan. Surabaya.
postur analysis system), Gema Teknik, No 1.