Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Teknik Industri Volume 7 No 2 Juli 2017

ERGONOMI PARTISIPATIF UNTUK MENGURANGI POTENSI


TERJADINYA WORK-RELATED MUSCULOSKELETAL DISORDERS
Sarah Ashary Aznam1), Dian Mardi Safitri2), Ranny Dwi Anggraini3)
Laboratorium Desain Sistem Kerja dan Ergonomi
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri
Universitas Trisakti
sarahaznam@gmail.com1), dianmardi.safitri@gmail.com2), rannydwianggraini@gmail.com3)

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengurangi resiko Work-Related Musculoskeletal
Disorders yang dialami oleh para operator loading barang jadi. Penelitian awal terhadap gejala
WMSDs dilakukan dengan metode analitik yaitu dengan menggunakan kuesioner Nordic body map dan
standardized Nordic questionnaire. Penelitian dilakukan pada 10 orang operator loading barang jadi.
Setelah itu penelitian dilanjutkan dengan analisis resiko cidera kerja dengan metode strain index.
Selanjutnya dilakukan pengukuran postur kerja dengan metode RULA. Dari hasil analisis resiko cidera
kerja dengan strain index, didapatkan hasil sebanyak 4 orang operator mendapat skor tetringgi 13,5
dan 2 orang operator mendapat skor terendah yaitu 9. Skor tertinggi dan terendah para operator ini
sama-sama menunjukan angka di atas 7 dimana memberikan indikasi bahwa pekerjaan yang dilakukan
memiliki potensi bahaya / dapat menimbulkan cidera. Pengukuran postur tubuh RULA menunjukan 8
dari 10 operator mendapat skor akhir 7 dengan Action Level 4 yang memiliki arti postur kerja yang
dilakukan membutuhkan perubahan saat itu juga (sangat urgent). Berdasarkan kondisi diatas maka
dilakukan intervensi ergonomic dengan pendekatan ergonomi partisipatif untuk memperbaiki kondisi
yang ada. Program intervensi ini dilakukan dengan cara Focus Group Discussion dan selalu
melibatkan tim ergonomic yang terdiri dari perwakilan manajemen dan operator. Pengambilan
keputusan diambil secara consensus. Usulan perbaikan terpilih yaitu re-aktifisasi SOP, re-aktifisasi
peraturan K3, perbaikan postur kerja operator, peningkatan job control, dan pembuatan jadwal kerja.
Usulan perbaikan ini diimplementasikan dalam sebuah masa percobaan selama 30 hari. Evaluasi
dilakukan setelah selesai masa percobaan dengan menggunakan kuesioner SNQ dan mengukur ulang
postur dengan RULA. Hasil SNQ setelah perbaikan menunjukan adanya penurunan keluhan MSDs
yang dirasakan oleh operator. Hasil analisis skor SI menunjukan adanya penurunan dimana semua
skor baru operator berada dibawah angka 7. Hasil pengukuran RULA menunjukan penurunan level 7
menjadi level 6 dan level 6 menjadi level 5 dengan Action Level 3 yang menunjukan level sedang dan
tingkat urgensi perubahan postur pun menurun.
Kata kunci: Work-related Musculoskeletal Disorders, Manual Material handling,Ergonomi
Partisipatif.

1. PENDAHULUAN menunjukkan bahwa sekitar 40,5% penyakit


yang diderita pekerja berhubungan dengan
Manusia merupakan faktor terpenting pekerjaannya (Yassierli, 2008). Berdasarkan
di dalam sistem kerja, manusia akan mampu data diatas maka dapat diketahui adanya kaitan
melaksanakan kegiatannya dengan maksimal antara kondisi fisik seorang pekerja dengan
karena kondisi fisik yang baik (Rachman, pekerjaannya. Salah satu jenis pekerjaan yang
2008). Dalam kenyataannya, banyak perusahan memiliki resiko cidera kerja adalah Manual
ataupun majikan yang masih kurang Material Handling. Aktivitas MMH
memperhatikan kondisi fisik yang baik pada merupakan penyebab paling sering dan
saat merancang sistem kerjanya, serta masih beresiko terhadap terjadinya Musculoskeletal
kurang memperhatikan prinsip – prinsip Disorders.
ergonomi di dalamnya yang menyebabkan para
pekerja tidak dapat bekerja secara optimal Aktivitas operator loading terbagi dua.
(Lianatika, 2013). Di Indonesia berdasarkan Pertama operator akan membawa karung-
hasil survey Departemen Kesehatan RI dalam karung barang jadi dari packaging ke area
profil masalah kesehatan tahun 2005 storage, setelah itu produk akan diserahkan ke

Ergonomi partisipatif (Sarah Aznam, dkk) ISSN: 1411-6340 94


Jurnal Teknik Industri Volume 7 No 2 Juli 2017

pekerja bagian pergudangan. Kedua, operator Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi
akan melakukan proses loading. Pengangkatan sumber informasi untuk mengetahui kondisi
karung-karung dilakukan dengan forklift lalu operator dan faktor apa saja yang dapat
operator akan mengangkat dan menyusun dikurangi atau dieleminasi untuk memperbaiki
karung-karung secara manual diatas bak truk keadaan. Program intervensi ergonomi
pengangkut. Perlu diketahui bahwa tidak ada partisipatif dilakukan untuk mengatasi masalah
penjadwalan ataupun syarat yang jelas perihal keluhan Musculoskeletal Disorders dengan
kapan dan bagaimana operator harus mengikut sertakan manajemen dan karyawan
melakukan proses loading sehingga proses perusahaan. Tujuannya agar secara bersama-
tersebut dilakukan sesuai dengan kenyamanan sama membentuk tim untuk memecahkan
dan keinginan operator saja. masalah dan memberikan usulan perbaikan.
Berdasarkan hasil observasi awal pada
pekerja loading barang jadi menggunakan 2 LANDASAN TEORI
kuesioner Nordic Body Map, diketahui terdapat Ergonomi adalah ilmu, seni dan
keluhan gangguan tulang belakang yang di penerapan teknologi untuk menyerasikan atau
rasakan para pekerja akibat pekerjaan manual menyeimbangkan antara segala fasilitas yang
yang mereka lakukan. Dari hasil observasi awal digunakan baik dalam beraktivitas maupun
istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan
diketahui gangguan muskuloskeletal atau
manusia baik fisik maupun mental sehingga
musculoskeletal disorder sering dirasakan
kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih
pekerja terutama pada bagian bahu kanan dan baik (Tarwaka, Bakri, & Sudiajeng, 2004).
punggung. Hal itu dapat dilihat dari persentase Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi
100% untuk keluhan pada kedua bagian tubuh adalah untuk meningkatkan kesejahteraan fisik
tersebut. Berdasarkan hal tersebut penelitian dan mental, meningkatkan kesejahteraan sosial
lebih lanjut perlu dilakukan untuk melalui peningkatan kualitas kontak sosial,
meminimalisasi cedera otot untuk mengurangi menciptakan keseimbangan rasional antara
potensi musculoskeletal disorder pada pekerja berbagai aspek.
loading barang jadi. Metode Rapid Upper Limb Pengertian pemindahan beban secara
Assessment dan Strain Index digunakan sebagai manual, menurut American Material Handling
tools evaluasi aktivitas MMH pada bagian Society bahwa material handling dinyatakan
loading barang jadi. sebagai seni dan ilmu yang meliputi
penanganan (handling), pemindahan (moving),
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan Pengepakan (packaging), penyimpanan
untuk mengidentifikasi pengaruh melakukan (storing) dan pengawasan (controlling) dari
pekerjaan dengan metode Manual Material material dengan segala bentuknya.
Handling terhadap munculnya gejala Work- (Wignjosoebroto, 2009). Metode pendekatan
ini dengan mempertimbangkan rata-rata beban
Related Musculoskeletal Disorders pada
metabolisme dari aktifitas angkat yang
pekerja. Selain itu pengukuran faktor ergonomi
berulang (repetitive lifting), sebagaimana dapat
dilakukan dengan mengukur nilai strain index juga ditentukan dari jumlah konsumsi oksigen.
dan postur kerja menggunakan metode RULA Ada beberapa bukti bahwa semakin banyak
yang nantinya digunakan untuk jumlah material yang diangkat dan dipindahkan
mengidentifikasi faktor resiko cedera tulang dalam sehari oleh seseorang, maka akan lebih
belakang (Musculoskeletal disorders). Kedua cepat mengurangi ketebalan dari intervertebral
metode ini dipilih berdasarkan input dan output disc atau elemen yang berada diantara segmen
dari masing-masing metode yang dianggap tulang belakang. Fenomena ini
cukup efektif dalam mengukur resiko WMSDs menggambarkan bahwa pengukuran yang
pada kegiatan MMH. Metode strain index akurat terhadap tinggi tenaga kerja dapat
mengukur faktor seperti intensitas pengeluaran digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi
tenaga, faktor pengulangan, serta durasi kerja beban kerja. (Corlett, 1987).
Musculoskeletal Disorders (MSDs)
operator. Metode RULA mengukur postur kerja
adalah kelainan yang disebabkan pemumpukan
dengan fokus pada tubuh bagian atas, bagian
cidera atau kerusakan-kerusakan kecil pada
dimana beban terberat dirasakan oleh operator.

Ergonomi partisipatif (Sarah Aznam, dkk) ISSN: 1411-6340 95


Jurnal Teknik Industri Volume 7 No 2 Juli 2017

sistem musculoskeletal akibat trauma berulang SI = IE X DE X EM X HWP X SW X


yang setiap kalinya tidak bisa sembuh secara DD
sempurna, sehingga membentuk kerusakan Setelah itu akan didapat skor strain
cukup besar untuk menimbulkan rasa sakit index yang nantinya akan di evaluasi sesuai
(Tarwaka, 2013). Keluhan muskuloskeletal dengan tingkatan resiko pekerjaan.
adalah keluhan sakit, nyeri, pegal-pegal dan Rapid Upper Limb Assessment (RULA)
lainnya pada sistem otot (musculoskeletal) adalah sebuah metode untuk menilai postur,
seperti tendon, pembuluh darah, sendi, tulang, gaya, dan gerakan suatu aktivitas kerja yang
syaraf dan lainnya yang disebabkan oleh berkaitan dengan penggunaan anggota tubuh
aktivitas kerja. Keluhan musculoskeletal sering bagian atas (upper limb). Metode ini
juga dinamakan MSD (Musculoskeletal dikembangkan untuk menyelidiki resiko
disorder), RSI (Repetitive Strain Injuries), CTD kelainan yang akan dialami oleh seorang
(Cumulative Trauma Disorders) dan RMI pekerja dalam melakukan aktivitas kerja yang
(Repetitive Motion Injury). Jenis-jenis keluhan memanfaatkan anggota tubuh bagian atas
Musculoskeletal Disorders antara lain sakit (upper limb) (Andrian, 2013).
leher, nyeri punggung, carpal tunnel syndrome, Ergonomi partisipatif (participatory
De Quervains Tenosynovitis, Thoracic Outlet ergonomic) merupakan salah satu pendekatan
Syndrome, Tennis Elbow, Low Back Pain. Peter proses yang dilakukan untuk melaksanakan
Vi (2000) menjelaskan bahwa, terdapat program intervensi ergonomi (Nurmianto,
beberapa faktor risiko terjadinya keluhan 2008). Ergonomi Partisipatori adalah
sistem musculoskeletal adalah peregangan otot partisipasi aktif dari karyawan pada semua
berlebihan, aktivitas dilakukan berulang, postur level untuk menerapkan ergonomi program di
tidak alamiah. Faktor sekunder yaitu tekanan, tempat kerjanya untuk meningkatkan kondisi
getaran dan miklomat. Selain itu juga ada factor lingkungan kerjanya. Ergonomi partisipatif
individu seperti usia, jenis kelamin, kebiasaan memiliki 4 elemen pokok yang saling
merokok, dan masa kerja. Work-Related berinteraksi yang terdiri dari karyawan,
Musculoskeletal Disorders (WMSDs) adalah pengelola perusahaan, pengetahuan dan metode
kelompok gangguan yang menyerang bagian ergonomi dan konsep disain pekerjaan
otot, tendon, dan saraf yang disebabkan oleh (Sukapto, 2008). Program intervensi ergonomi
pekerjaan seseorang. WMSDs timbul dari dimaksudkan untuk mencegah terjadinya resiko
gerakan lengan dan tangan seperti menekuk, kesehatan dan keselamatan kerja,
meluruskan, mencengkeram, memegang, meningkatkan kondisi lingkungan kerja untuk
memutar, mengepal dan mencapai yang mendorong kesejahteraan karyawan,
dilakukan saat bekerja. meningkatkan produktivitas dan kualitas serta
Nordic body map adalah metode mengurangi ketidaknyamanan dan kesalahan
analitik berbentuk kuesioner untuk manusia (Ercan dan Erdinc, 2006).
mengidentifikasi keluhan kesehatan 3 METODOLOGI PENELITIAN
berdasarkan bagian tubuh. Standarisasi
Pada awal penelitian dilakukan pendekatan
diperlukan dalam analisis dan pencatatan gejala
kualitatif seperti catatan lapangan, data
muskuloskeletal. Jika tidak sulit untuk
antropometri pekerja, dan wawancara. Setelah
membandingkan hasil dari studi yang berbeda.
itu dilakukan studi pustaka untuk memperoleh
Ini menjadi bahan pertimbangan sebagai motif
informasi terhadap subjek-subjek terkait
utama untuk kelompok Nordic untuk nantinya
seperti Work-Related Musculoskeletal
akan mulai dingembangkan kuesioner standar
Disorders, metode pengukuran faktor
untuk analisis gejala muskuloskeletal.
ergonomi, dan ergonomi partisipatif. Hal
Job Strain index (JSI) merupakan
pertama yang dilakukan adalah pengamatan
metode untuk mengevaluasi tingkatan risiko
langsung terhadap objek penelitian dan
dari sebuah pekerjaan yang dapat menyebabkan
lingkungan perusahaan untuk mengidentifikasi
cedera pada bagian atas yaitu tangan,
kondisi aktual yang terjadi di perusahaan.
pergelangan tangan, lengan atas, atau siku
Proses mengidentifikasi kondisi karyawan dan
(distal upper extremity) (Garg, 1995). Strain
lingkungan juga dilakukan dengan
Index menggunakan 6 variabel pengukur yang
menggunakan kuesioner.
nantinya akan dikalikan sesuai dengan rumus:

Ergonomi partisipatif (Sarah Aznam, dkk) ISSN: 1411-6340 96


Jurnal Teknik Industri Volume 7 No 2 Juli 2017

Gambar 1 Kerangka Model Konseptual Penelitian.


Gambar 1 menunjukan kerangka model pengamatan kondisi dan aktivitas kerja secara
konseptual penelitian. Dalam penelitian langsung. Tahapan selanjutnya adalah
dilakukan identifikasi gejala dengan dokumentasi gambar, wawancara, dan
menggunakan kuesioner yang dilanjutkan penyebaran kuesioner dengan tujuan untuk
dengan evaluasi faktor WMSDs dengan mengidektifikasi apakah ada keluhan atau rasa
mengukur resiko kerja serta postur kerja. Hasil tidak nyaman yang dirasakan oleh operator
dari kedua pengukuran akan dianalisa dan
loading barang jadi.
dilihat kaitannya dengan tingkat resiko
Pada awal penelitian dilakukan identifikasi
WMSDs pada operator. Pada penelitian ini
kemungkinan adanya gejala WMSDs dengan
menggunakan 2 buah kuesioner yaitu Nordic
menggunakan Nordic Body Map. Hasil dari
Body Map dan Standardized Nordic
kuesioner yang telah diisi oleh 10 responden
Questionnaire. Berdasarkan hasil pengamatan
menunjukan bahwa memang ada keluhan
tersebut dapat diketahui keluhan kesehatan
MSDs yang dirasakan oleh para pekerja
pada bagian tubuh mana saja yang dirasakan
loading barang jadi. Anggota tubuh yang
oleh pekerja. Setelah itu akan dilakukan analisis
memiliki persentase keluhan terbesar adalah
dan pengukuran dengan menggunakan metode
bahu kanan dan punggung dengan persentase
Strain Index dan RULA. Metode strain index
sebesar 100%. Hal ini menunjukan 10 dari 10
digunakan untuk mengukur resiko cidera kerja
operator merasakan sakit atau tidak nyaman
sedangkan metode RULA digunakan untuk
pada bahu kanan dan punggung mereka. Dari
mengukur postur kerja apakah ergonomis atau
hasil kuesioner ini, maka dilakukan identifikasi
tidak. Hasil pengukuran tersebut akan
lanjutan dengan menggunakan Standardized
digunakan untuk menentukan tingkat resiko
Nordic Body Questionnaire untuk mengetahui
muskuloskeletal , sehingga usulan perbaikan
secara lebih detail tentang intensitas keluhan
dapat digunakan untuk memperbaiki kondisi
WMSDs serta pengaruhnya dengan pekerjaan
kerja operator loading.
yang dilakukan.
Terhadap kondisi yang ada, akan dilakukan Standardized Nordic Body Questionnaire
intervensi ergonomi dengan pendekatan memiliki 2 bagian yaitu general questionnaire
ergonomi partisipatif. Metode ini dipilih untuk dan special questionnaire. General
memastikan seluruh perwakilan perusahaan questionnaire mengumpulkan data pribadi
ikut serta dan bersama-sama merancang, operator. Hasil yang didapat dalam general
menguji, dan mengaplikasikan usulan questionnaire menunjukan rata-rata usia
perbaikan kepada kondisi kerja loading barang operator yaitu 27,4 tahun, rata-rata tinggi
jadi. Metode diskusi yang digunakan untuk 170.55 cm, rata-rata berrat 71.7 Kg. Sebanyak
setiap isu yang ada adalah Focus Group 30% operator memiliki alergi, 60% telah
Discussion dimana hasil dari FGD dari tahap menikah, 90% adalah perokok aktif, 30%
awal sampai akhir yang akan menjadi usulan mengonsumsi alkohol dan sebanyak 30%
perbaikan terpilih. memiliki riwayat penyakit kronis. Rata-rata
riwayat lama kerja para operator adalah 38,4
4 HASIL DAN PEMBAHASAN bulan dengan rata-rata jam kerja dalam 1
Pengumpulan data awal dilakukan dengan minggu selama 40 jam. Data ini akan dijadikan
beberapa tahapan, yaitu dengan dilakukan

Ergonomi partisipatif (Sarah Aznam, dkk) ISSN: 1411-6340 97


Jurnal Teknik Industri Volume 7 No 2 Juli 2017

data pelengkap laporan resiko ergonomi untuk akibat gangguan leher yang dirasakan dan
disajikan kepada manajemen. sebanyak 40% merasa pekerjaanya terganggu
Special questionnaire digunakan untuk selama 8-30 hari. Dalam 7 hari terakhir
menganalisis gangguan pada organ-organ sebanyak 50% operator merasakan adanya
tertentu. Analisis gangguan pada organ gangguan leher. Setelah analisis pada leher
lokomotor menunjukan bahwa bagian tubuh maka dilakukan analisis pada pundak operator.
dengan persentase keluhan tertinggi adalah Sebesar 90% mengaku pernah merasakan
punggung bawah (low back) dengan persentase gangguan pada pundak dan sebesar 50%
100%. Bagian tubuh lainnya yang memiliki operator pernah melukai punda kanannya
persentase tinggi adalah leher, pundak (kanan dalam sebuah kecelakaan kerja. Sebesar 50%
dan kiri), punggung atas dan kaki dengan operator merasakan adanya gangguan pundak
persentase 90%. Bagian tubuh dengan selama 8-30 hari dalam kurun waktu 12 bulan
persentase keluhan terkecil pada organ terakhir. Sebesar 90% operator merasa aktivitas
lokomotor adalah pergelangan tangan kiri kerja mereka terganggu akibat keluhan pundak
dengan persentase 10%. Dalam periode waktu yang dirasakan. Sebesar 40% operator merasa
12 bulan dirasa pekerjaan terhalangi oleh pekerjaan nya terganggu selama 1-7 hari dan
keluhan yang dirasakan berada pada bagian 40% lainnya merasa pekerjannya terganggu
tubuh punggung bawah dengan persentase selama 8-30 hari. Hal ini menunjukan variasi
90%. Hal ini berarti sebanyak 9 pekerja merasa periode lamanya keluhan dirasakan, namun
sulit melakukan pekerjaannya bahkan sampai tetap pada intinya mengganggu pekerjaan para
menghentikan kerjanya akibat keluhan operator.
muskuloskeletal yang mereka raskan. Dalam Pengukuran resiko ergonomi dengan
periode 7 hari pekerjaan dirasa terhalangi metode strain index dilakukan untuk
akibat keluhan pada punggung atas dan bawah mengetahui tingkat resiko cidera kerja operator
dengan persentase 50%. Hal ini menunjukan loading barang jadi. Pengukuran dilakukan saat
bahwa sebanyak 5 operator merasa gangguang operator mengangkut dan menyusun barang
punggungnya menggangu pekerjaannya dan hal jadi di atas bak truk pengangkut. Pengukuran
ini terjadi dalam minggu yang sama dengan
strain index dilakukan dengan menggunakan
momen pengisian kuesioner.
software MIRTH Strain Index. Software ini
Analisis berikutnya dilakukan pada bagian
punggung bawah. Kesimpulan yang dapat memudahkan proses pengukuran karena
diambil dari hsil kuesioner adalah bahwa pengguna hanya perlu memilih panel pilihan
sebesar 100% operator pernah merasakan sesuai dengan keadaan yang diamati. Software
gangguan pada bagian low back. Dalam 12 akan mengkalkulasi masing-masing variabel
bulan terakhir sebanyak 60% operator faktor kedalam skor multiplier hingga
merasakan adanya gangguan selama 8-30 hari. menghasilkan nilai strain index.
Seluruh operator merasa akitivitas bekerja Hasil Perhitungan Strain Index pada
mereka terganggu akibat keluhan low back operator loading barang jadi menunjukkan
sementara sebanyak 60% merasa kegiatan bahwa seluruh operator memiliki skor SI >7
bersenang-senang mereka juga terganggu. dengan skor tertinggi adalah 13.5. Skor ini
Dalam 12 bulan terakhir sebanyak 50% didapat oleh 4 dari 10 orang operator. Hal ini
operator merasa pekerjaan mereka terganggu
menunjukkan bahwa pekerjaan yang dilakukan
selama 8-30 hari. Sebanyak 70% pernah ke
dokter/orang ahli akibat keluhan yang ada. oleh para operator loading barang jadi
Dalam 7 hari terakhir sebanyak 80% atau 8 tergolong beresiko dan berbahaya.
orang operator merasakan gangguan pada low Setelah dilakukan pengukuran resiko kerja
back. dengan metode Strain Index, maka penelitian
Setelah itu dilakukan analisis gangguan dilanjutkan dengan analisis serta pengukuran
pada leher. Sebanyak 90% mengaku pernah postur kerja dengan metode RULA.
merasakan gangguan pada leher. Dalam 12 Pengukuran ini dilakukan menggunakan
bulan terakhir sebesar 40% operator merasakan software RULA, sebuah software dengan
adanya gangguan selama 8-30 hari. Sebanyak aplikasi yang sama dengan software MIRTH
70% operator merasa pekerjaannya terganggu Strain Index yang telah digunakan sebelumnya.

Ergonomi partisipatif (Sarah Aznam, dkk) ISSN: 1411-6340 98


Jurnal Teknik Industri Volume 7 No 2 Juli 2017

Gambar 2 Postur dan Sudut yang diukur pada salah satu operator.
Analisis dan pengukuran postur kerja Setelah steering committee terpilih,
pada 10 operator telah dilakukan dengan maka akan dibentuk Tim Ergonomi. Tim
metode RULA. Hasil menunjukan bahwa 2 dari ergonomi adalah kelompok yang dibentuk
10 pekerja memiliki skor RULA 6 atau dengan untuk merancang, menguji, dan
level resiko sedang dan memerlukan perbaikan mengaplikasikan usulan perbaikan bagi
postur kerja dalam waktu dekat. Sebanyak 8 perusahaan. Tim Ergonomi terdiri dari
orang operator atau sebesar 80% dari seluruh supervisor, operator, dan peneliti. Pemilihan ini
subyek yang dinalisis dan diukur, memiliki skor didasari pertimbangan seluruh anggota Tim
akhir RULA sebesar 7 dengan level resiko kerja Ergonomi haruslah terdiri dari pihak-pihak
tinggi dan membutuhkan tindakan perbaikan yang terkena resiko ergonomi yang ada, selain
postur sekarang juga. Berdasarkan hasil itu perlu juga ada pihak-pihak yang memiliki
pengukuran postur dengan RULA dapat wewenang untuk memberi perubahan dalam
disimpulkan bahwa mayoritas operator bekerja metode kerja. Terdapat 2 orang supervisor
dengan postur yang tidak ergonomis sehingga lapangan yang keduanya ikut tergabung dalam
dapat menimbulkan resiko muskuloskeletal. tim ini. Berdasarkan kesepakatan Steering
Committee, 5 orang operator terpilih akan
bergabung dengan tim. Pemilihan operator
5. Usulan Perbaikan
berdasarkan lama kerja dan rekapitulasi data
Intervensi ergonomi partisipatif resiko kerja dimana operator dengan masa kerja
dilakukan dengan tujuan mengubah serta terlama dan dengan resiko kerja yang
memperbaiki kondisi kerja yang ada agar mengkhawatirkan yang akan dipilih.
tingkat kesehatan dan kenyamanan kerja para Setelah tim terbentuk lalu dilakukan
operator dapat meningkat. Proses intervensi pelatihan dasar terlebih dahulu untuk anggota
yang dilakukan adalah intervensi reaktif tim. Hal ini dilakukan untuk mempelajari
dimana segala proses perbaikan ataupun konsep dasar ergonomi, permasalahan yang
perubahan dilakukan pada kondisi yang telah dianalisis, serta tools yang digunakan dalam
ada, bukan membuat atau merancang sebuah proses pengukuran resiko WMSDs. Pengenalan
sistem atau kondisi yang sama sekali baru. kuesioner dan informasi apa saja yang coba
Sebelum program intervensi dilakukan, ada dikumpulkan dijelaskan kepada tim. Demo
proses start-up dimana pihak manajemen proses pengukuran resiko kerja dan postur
tertinggi akan membentuk steering committee dengan masing-masing software dilakukan
sebagai perwakilan dari jajaran komite tertinggi dihadapan anggota tim agar anggota tim
atau top management. Steering committee mengenal dan familiar dengan faktor-faktor
bertugas mengawasi serta menilai setiap input, yang diukur serta program yang digunakan.
proses, dan output yang dilakukan dalam Setelah tim dibekali dengan pengetahuan
program intervensi ergonomi. fundamental, maka program intervensi
ergonomi partisipatif dapat dimulai.

Ergonomi partisipatif (Sarah Aznam, dkk) ISSN: 1411-6340 99


Jurnal Teknik Industri Volume 7 No 2 Juli 2017

Tahap pertama yang dilakukan adalah lelah yang dirasakan akibat pekerjaan yang
workplace analysis. Tahap ini adalah tahap berat. Operator mengatakan bahwa postur yang
menganalisis lingkungan kerja beserta operator mereka lakukan, walau terkadang tidak
nya untuk mengetahui secara detail bagaimana nyaman, adalah gerakan yang reflek mereka
kondisi kerja operator loading barang jadi. lakukan karena mereka tidak mengetahui cara
Setiap tahapan program akan dilakukan diskusi manual handling yang baik dan benar.
dengan fokus 1 isu spesifik dalam setiap Sementara supervisor menyampaikan bahwa
agendanya, metode diskusi ini disebut dengan terkadang mereka hanya mengawasi
Focus Group Discussion. Metode diskusi ini produktivitas saja tapi tidak metode kerja yang
dipilih untuk mendapat data kualitatif yang dilakukan.
bermutu dalam waktu singkat. Tahap pertama Para operator dan supervisor
yang dilakukan adalah identifikasi gejala membenarkan bahwa tidak ada pembagian
WMSDs dengan kuesioner SNQ sebagai porsi dan waktu yang jelas dalam aktivitas
perangkat identifikasi lanjut setelah operator loading. Operator loading juga
menggunakan NBM. Data hasil kuesioner yang memiliki tugas mengantar barang dari
telah dirangkum lalu didiskusikan oleh Tim packaging ke area storage sebelum melakukan
Ergonomi dalam FGD dan bersama-sama proses loading barang jadi diatas truk
menganalisis keluhan muskoluskeletal apa saja pengangkut. Para operator sering bolak-balik
yang dirasakan, periode keluhan yang antara melakukan kegiatan antar barang dan
dirasakan, serta pengaruhnya pada aktivitas loading barang sesuka mereka karena tidak ada
operator. Tim akan bersama-sama membahas peraturan yang jelas, sehingga menyebabkan
faktor-faktor kerja yang mungkin berpengaruh. mereka menghabiskan banyak energi untuk
Para operator yang menjadi anggota tim aktivitas yang tidak penting.
mengutarakan keluhan yang dirasakan dan rasa

Gambar 3 Outline tahapan workplace analysis.


Solution building adalah proses diskusi Kesepakatan bersama antar
serta penyusunan solusi yang diyakini paling manajemen menyatakan bahwa perubahan
feasible dalam perusahaan dan sesuai dengan ataupun perbaikan tidak bisa dilakukan dalam
kebutuhan. Proses ini juga dilakukan dengan skala besar. Selain melihat conditions,
FGD. Dalam proses FGD input yang akan keterbatasan waktu dan keterbatasan experts
dibahas adalah output dari proses sebelumnya yang terlibat juga menjadi alas an utama
(work analysis). Output yang dihasilkan pimpinan dan manajemen membatasi
diharapkan dapat mengatasi semua masalah perubahan yang akan dilakukan. Steering
yang menjadi input dalam tahapan ini. Dalam committee menyampaikan bahwa semua usulan
proses diskusi perlu diketahui adanya tambahan yang membutuhkan waktu aplikasi lebih dari
pertimbangan yaitu “condition”.Condition 30 hari dan biaya diatas Rp 1.500.000 akan
adalah faktor penting yang harus dimasukan dalam kategori “received but
dipertimbangkan dalam menentukan solusi. postponed” dimana usulan akan

Ergonomi partisipatif (Sarah Aznam, dkk) ISSN: 1411-6340 100


Jurnal Teknik Industri Volume 7 No 2 Juli 2017

dipertimbangkan namun tidak ada jaminan


aplikasi sampai batasan waktu yang tidak
ditentukan.

Conditions:

a. Keuntungan
secara relatif.
b. Biaya
c. Kompabilitas
dan
kompleksitas
d. Fisibilitas.

Gambar 4 Outline tahapan Solution Building.

Gambar 4 menunjukan tahapan proses untuk mengikuti sosialisasi ataupun training


solution building. Rancangan solusi bagi yang diadakan perusahaan untuk mengurangi
permasalahan WMSDs yang ada yang di dapat resiko kerja akibat kurangnya pengetahuan
dapat dilihat pada kolom output dalam gambar. seputar topic K3 atau metode kerja yang salah.
Rancangan solusi tersebut adalah rancangan Setelah itu implementasi solusi
yang akan dilaksanakan dan diuji langsung di dilakukan dan diamati selama 30 hari masa
lapangan dan dilihat pengaruhnya. Beberapa percobaan. Implementasi dilakukan dibawah
solusi yang dicetuskan namun masuk ke dalam pengawasan penuh kedua supervisor dan diikuti
kategori “received but postponed” adalah oleh seluruh operator, bukan hanya operator
workshop resmi dan penambahan mesin. Dalam yang menjadi bagian tim saja. Sebelum metode
revisi SOP dan K3 telah ditambahkan poin-poin kerja diubah dilakukan sosialisasi resiko cidera
yang sebelumnya belum disertakan. Pada SOP kepada seluruh operator terutama yang tida
telah dilengkapi dengan aturan beban menjadi bagian tim ergonomi. Setelah itu
maksimal, larangan melakukan postur ekstrem rancangan k3 dan SOP yang telah direvisi di
dan anjuran melakukan aktivitas dengan lebih sosialisasikan dan dimasukan dalam masa
dari 1 orang. Dalam k3 telah ditambahkan poin percobaan. Pada hari ke 4 dan 5 masa
larangan merokok untuk meningkatkan percobaan seluruh operator pada kedua shift
keamanan di lokasi kerja serta menurunkan diberikan sosialisasi singkat terkait safe lifting.
resiko kesehatan akibat nikotin. Dalam Sosialisasi dilakukan dengan pembagian
peraturan k3 telah disertakan juga kewajiban selebaran contoh postur manual lifting yang

Ergonomi partisipatif (Sarah Aznam, dkk) ISSN: 1411-6340 101


Jurnal Teknik Industri Volume 7 No 2 Juli 2017

baik. Para operator dianjurkan untuk tidak cidera yang mereka alami dan kaitannya
membungkuk atau mengangkat beban di atas dengan pekerjaan yang mereka tekuni.
kepala untuk menghindari resiko
muskuloskeletal. Dalam kegiatan sosialisasi ini Setelah itu manajemen telah membuat
juga ditampilkan dan dijelaskan hasil penelitian penjadwalan kerja baru dimana proses
seperti hasil SNQ, skor SI, dan skor RULA pemindahan barang jadi ke gudang dan proses
kepada seluruh operator. Hal ini dilakukan agar pemindahan dan penyusunan barang ke truk
para operator, terutama yang tidak tergabung pengangkut memiliki jam kegiatannya masing-
dalam Tim Ergonomi, mengetahui dan masing.
menyadari seberapa besar dan nyata resiko

Gambar 5 Jadwal Pembagian Aktivitas Operator Loading Barang Jadi


Terhitung dari hari ke 6 dan sampai 2 kali dalam seminggu mengawasi di
selanjutnya para operator sudah bekerja pabrik, sekarang secara rutin mengawas dalam
dibawah standar K3 dan SOP yang baru. 2 hari sekali. Pihak manajemen juga telah
Penjadwalan aktivitas operator juga sudah menambah dispenser yang bisa diakses oleh
teratur dan supervisor lebih aktif dalam operator untuk menghindari rasa lelah akibat
mengawasi para operator. Supervisor selalu dehidrasi. Pada minggu ke-4 Tim Ergonomi
mengawasi dan menegur operator yang masih akan membagikan kuesioner SNQ untuk
terbiasa membungkuk atau mengangkak beban melihat apakah ada perubahan yang dirasakan
berlebihan. Supervisor yang semua hanya 1 oleh para pekerja.

Di Setujui Oleh: Di Awasi Oleh: Di Siapkan Oleh:

Standart Operating Procedure


-------------------------- -------------------------- --------------------------
(Revisi 1)
Dharian Sandhi E. Hasan M. Desy Rinan .
Nama Pekerjaan : Loading Barang Jadi Langkah Uraian Pekerjaan
Ilustrasi No No
Setiap barang jadi yang telah selesai dikemas dikumpulkan di atas trolley
Mengumpulkan barang jadi setelah selesai dikemas.
untuk nanti dibawa ke area storage. Barang jadi akan dipindahkan ke area
1 (Barang jadi dalam bentuk karung dengan berat 20 1
storage setelah sebanyak 12 karung terkumpul. Proses ini dilakukan oleh min.
Kg).
2 operator.

Barang jadi yang telah di kumpulkan di atas trolley lalu di bawa ke area
2 Membawa barang jadi ke area storage. 2
storage. Proses ini dapat dilakukan oleh 1 operator.

Barang jadi dipindahkan dari atas trolley ke atas palete kayu dan disusun
3 Menyusun barang jadi di atas palete. 3 secara rapih. Satu palete dapat diisi sampai 6 karung. Satu tumpukan maksimal
berisi 5 karung. Proses ini dilakukan oleh min. 2 operator.

Saat proses distribusi siap dilakukan, barang jadi akan dipindahkan ke atas truk
Mengangkat dan menyusun barang di atas truk menggunakan forklift. Operator lalu menyusun karung-karung barang jadi
4 4
pengangkut. yang telah dipindahkan ke atas truk. Proses ini dilakukan oleh min.3 operator.
Operator dilarang membungkuk berlebihan (perhatikan gambar ilustrasi).

CATATAN: Beban maksimal 1 orang : 20 Kg (1


karung barang jadi). Operator tidak diperbolehkan
mengangkat produk di atas kepala.

Jakarta, 29 Mei 2017

Ergonomi partisipatif (Sarah Aznam, dkk) ISSN: 1411-6340 102


Jurnal Teknik Industri Volume 7 No 2 Juli 2017

Gambar 6 Standard Operating Procedure Hasil Rancangan Tim Ergonomi


Setelah masa percobaan selama 30 hari, Hasil evaluasi lalu dilaporkan kepada
kuesioner SNQ dibagikan untuk mengetahui Steering Committee. Steering Committee lalu
rasa sakit atau tidak nyaman apa yang masih akan meneruskan laporan ke bagian direksi.
dirasakan dan bagaimana intensitas serta Berdasarkan surat keputusan nomor
pengaruhnya pada pekerjaan. Bedasarkan 0912/A.A7/EKP/2017 yang dikeluarkan
kuesioner SNQ evaluasi, keluhan pada organ organisasi pada tanggal 25 Mei 2017 perihal
lokomotor punggung bawah persentase turun
pengesahan peraturan K3 dan SOP yang baru
dari 100% menjadi 40%. Bagian tubuh lainnya
maka peraturan K3 dan SOP hasil rancangan
yang mengalami penururan adalah leher dari
90% menjadi 30%, pundak (kanan dan kiri) dari Tim Ergonomi resmi dijadikan peraturan
90% menjadi 30%, punggung atas dan kaki perusahaan secara permanen.
dengan persentase awal 90% menjadi 20%.
6. Kesimpulan
Dala periode 7 hari pekerjaan dirasa terhalangi
akibat keluhan pada punggung atas dan bawah Berdasarkan hasil dari penelitian mengenai
dengan persentase 20%. resiko WMSDs pada operator loading barang
Analisis berikutnya dilakukan pada bagian jadi, resiko MSDs yang terjadi pada para
punggung bawah. Dari persentase awal 100% operator adalah gangguan kesehatan yang
operator pernah merasakan gangguan turun
mempengaruhi dan menganggu aktivitas para
menjadi 50%. Dalam 7 hari terakhir hanya 20%
operator, dalam pekerjaannya di perusahaan
operator merasakan gangguan pada low back.
Setelah itu dilakukan analisis gangguan pada maupun kegiatan diluar pekerjaannya. Jenis
leher. Dari 90% mengaku pernah merasakan kelamin dan usia para operator yang di bawah
gangguan pada leher turun menjadi 0%. Dalam 35 tahun, menurut studi pustaka, tidak
7 hari terakhir hanya 10% operator merasakan mempengaruhi kemungkinan MSDs namun
adanya gangguan leher. Setelah analisis pada kebiasaan merokok memiliki kemungkinan
leher maka dilakukan analisis pada pundak berpengaruh pada gejala MSDs.
operatorhanya 20% operator merasa aktivitas Faktor-faktor penyebab WMSDs
kerja mereka terganggu akibat keluhan pundak dianalisis. Berdasarkan perhitungan strain
semenjak implementasi perbaikan dilakukan. index, para pekerja menjalani sebuah pekerjaan
Dari data ini maka dapat disimpulkan bahwa yang beresiko. Dari faktor intensitas
ada penurunan keluhan muskuloskeletal akibat pengeluaran tenaga, durasi pengeluaran tenaga,
kerja yang dirasakan operator loading barang
durasi usaha, postur tangan, kecepatan kerja
jadi. Setelah evaluasi dengan kuesioner, maka
dan durasi kerja dalam 1 hari setelah di
dilakukan pengukuran ulang dengan metode SI
dan RULA. kalkulasi akan menghasilkan skor yang telah
Berdasarkan evaluasi ulang resiko cidera didapat. Hal ini menunjukan bahwa jika satu
kerja dengan metode strain index maka diketaui atau lebih dari variabel faktor diatas merupakan
bahwa skor SI setelah intervensi mengalami penyebab dari resiko cidera yang dimiliki oleh
penurunan menjadi dibawah 7 dari skor SI operator.
sebelum intervensi yang semua berada di atas Setelah resiko cidera dianalisis, maka
7. Penurunan skor SI terbesar dialami oleh postur kerja operator diukur. Pengukuran
seorang operator bernama Nur Chayo dengan dilakukan dengan pengamatan langsung,
skor SI awal 9 turun menjadi 3. Hal ini dokumentasi dengan foto atau video. Para
mengindikasikan telah berkurangnya resiko pekerja tidak memiliki standar postur kerja
cidera yang dialami operator loading barang ataupun SOP yang mereka ikuti, sehingga
jadi. Penurunan skor RULA sebanyak 1 level metode kerja, postur kerja, dan pembagian watu
dari level 7 menjadi 6 dan level 6 menjadi level kerja semua dilakukan sesuka hati saja. Banyak
5 menunjukan bahwa postur kerja telah berubah pekerja yang bekerja dengan postur terlalu
menjadi lebih baik dari sebelumnya. bungkuk, atau membawa beban jauh diatas
kepala mereka. Kegiatan ini dilakukan secara

Ergonomi partisipatif (Sarah Aznam, dkk) ISSN: 1411-6340 103


Jurnal Teknik Industri Volume 7 No 2 Juli 2017

berulang dan dapat menyebabkan gejala Corlett, E.N., Eklund, J.A.E., Reilly T. and
muskuloskeletal. Berdasarkan pengukuran Troup, J.D.G. (1987). Assesment of
postur yang telah dilakukan, diketahui bahwa workload from measurement of stature,
ke 10 operator melakukan pekerjaan dengan Applied Ergonomics. v18,pp. 65-71.
postur janggal dan tidak ergonomis. Djamaluddin, D. R. (2011). Analisis
Berdasarkan Action Level yang didapat oleh 8 Hubungan Faktor Ergonomis dan Faktor
Lain di Lingkungan Kerja dengan Low
dari 10 operator, yaitu Action Level 4,
Back Pain. Universitas Hasanuddin.
menunjukan bahwa perubahan postur kerja
Ercan, S., & Erdinc, O. (2006). Challenges of
sangat perlu dilakukan pada saat itu juga. Leardership in Industrial Ergonomis
Setelah dilihat kebutuhan perbaikan dan Projects. Journal Istanbul Ticaret
perubahan pada metode kerja operator, maka Universitesi Fen Bilimleri Dergisi. 5(9), 119
dilakukanlah intervensi ergonomi partisipatif. – 127.
Program intervensi ini dilakukan dengan Hendra, & Rahardjo, S. (2009). Risiko
terstruktur dan dengan melibatkan partisipan Ergonomi Dan Keluhan
dari seluruh lapisan perusahaan yang secara Musculoskeletal Disorders (MSDs)
langsung maupun tidak langsung terkena Pada Pekerja Panen Kelapa Sawit.
dampak dari permasalahan resiko WMSDs. Prosiding Seminar Nasional Ergonomi IX,
Dalam setiap pengambilan keputusan selalu (November), 978–979.
dilakukan dengan cara Focus Group Discussion Khushrushahi, N. (2012). Investor Guidance on
Occupational Health and Safety in
dimana dalam setiap agenda materi yang akan
Canada: An Overview of Corporate Best
dibahas adalah materi yang spesifik. Dalam Practices. Share.Ca, 17.
FGD keputusan akhir akan diambil secara Lianatika.(2013). Analisis dan Evaluasi Kerja
konsensus. Manual dengan Metode NIOSH 1991 dan
Hasil akhir dari program intervensi REBA. Teknik Industri UNPAS
ergonomi partisipatif adalah sosialisasi resiko Pryme. (2015). Safe Lifting Guide.
ergonomi dan anjuran safety lifting, www.pryme.net.au. Australia.
pemberlakuan SOP dan kebijakan k3 yang baru Sukapto, P.(2008). Penerapan Model
(versi revisi tahun 2017), perbaikan postur kerja Participatory Ergonomics dan Model Amel
saat melakukan MMH, peningkatan job control Dalam Menurunkan Kecelakaan Kerja di
oleh supervisor, dan penjadwalan kerja yang Pabrik Pembuatan Outsole di Banjaran.
baru. Bandung.
Tarwaka. (2013). Dasar-Dasar Pengetahuan
Ergonomi Dan Aplikasi Di
7 Daftar Pustaka Tempat Kerja,Surakarta.
Vi, Peter.(2000). Musculoskeletal Disorders.
Andrian, Deni. (2013). Pengukuran Tingkat http://www.csao.org/
Resiko Ergonomi Secara Biomekanika Pada Yassierli. (2008) Ergonomics Solutions for
Pekerja Pengangkutan Semen (Studi Kasus: More Effective Safety and Health
PT. Semen Baturaja). Laporan Kerja Management. www.filebox.vt.edu.
Praktek Fakultas Teknik Universitas Wells, et al. (2003). Ergonomic Participative
Binadarma: Palembang. Blueprints. University of Waterloo. Institute
Astuti, R.D., & Suhardi, B. 2007, Analisis for Work and Health. Toronto.
Postur kerja manual material handling Wignjosoebroto, Sritomo.(2009).Tata Letak
menggunakan metode OWAS (ovako work Pabrik dan Pemindahan Bahan. Surabaya.
postur analysis system), Gema Teknik, No 1.

Ergonomi partisipatif (Sarah Aznam, dkk) ISSN: 1411-6340 104

Anda mungkin juga menyukai