Anda di halaman 1dari 3

Faktor Resiko Ergonomi

1. Menurut University of Caucasian Lost Among Asians-Labor Occupational Safety and Health
(UCLA-LOSH), terdapat beberapa faktor resiko yang berkaitan dengan ergonomi, yaitu sebagai
berikut:

a. Pengaturan kerja yang buruk (Poor Work Organization)

Pengaturan kerja yang buruk adalah suatu setting atau pengaturan kerja yang dilakukan secara
kurang baik sehingga menimbulkan kerugian atau masalah kesehatan. Sebagai contoh misalnya
beban kerja yang sudah terjadwal porsinya tetapi seseorang lembur atau memaksakan diri, waktu
kerja yang begitu padat sehingga jeda istirahat kurang. Sebuah penelitian mengenai jam kerja yang
melampaui 8 jam dapat menimbulkan keluhan LBP (Low Back Pain) lebih tinggi dibandingkan
proporsi kerja normal. Seseorang yang merasa bosan dan mengalami kejenuhan sehingga
menimbulkan stress akibat pekerjaan yang dilakukan memicu timbulnya nyeri punggung bawah.

b. Pengulangan berkelanjutan (Continual Repetition)

Pengulangan berkelanjutan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang. Aktivitas
berulang-ulang yang dilakukan akan menjadikan otot menerima tekanan akibat beban kerja secara
terus-menerus tanpa memperoleh relaksasi. Resiko yang timbul bergantung dari berapa kali aktivitas
tersebut dilakukan, kecepatan dalam pergerakan/perpindahan, dan banyaknya otot yang terlibat
dalam kerja tersebut. Gerakan yang berulang-ulang ini akan menimbulkan ketegangan pada syaraf
dan otot yang berakumulatif. Dampak resiko ini akan semakin meningkat apabila dilakukan dengan
postur/posisi yang kaku dan penggunaan usaha yang terlalu besar.

c. Gaya berlebih (Excessive Force)

Gaya berlebih adalah usaha mengekspor tenaga dalam tubuh untuk menjangkau atau menggerakkan
suatu benda. Peregangan otot yang berlebihan terjadi pada saat pekerja melakukan aktivitasnya
dengan mengerahkan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik
menahan beban yang berat. Peregangan otot ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan
melampaui kegiatan optimum otot. Apabila aktivitas tersebut sering dilakukan maka akan
mempunyai risiko besar terjadinya cedera otot skeletal.

d. Postur janggal (Awkward Posture)

Postur janggal adalah keadaan tubuh yang tidak sesuai dengan mekanisme posisi sehat dan dapat
beresiko menimbulkan musculoskeletal disorders. Memperpanjang pencapaian dengan tangan,
twisting, berlutut, jongkok. Postur janggal lawan dari posisi netral. Semakin jauh posisi bagian tubuh
dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula risiko kejadian keluhan otot skeletal. Sikap
tubuh sangat menentukan sekali pada tekanan yang diterima otot pada saat aktivitas dilakukan.
Awkward postures meliputi reaching (mencapai suatu benda), twisting (berputar), bending
(membungkuk), kneeling (berlutut), squatting (jongkok), working overhead (bekerja pada
pencapaian benda diatas) dengan tangan maupun lengan, dan menahan benda dengan posisi yang
tetap.

e. Posisi tidak bergerak (Stationary Positions)


Posisi tidak bergerak adalah posisi statis dengan tubuh sedikit sampai tidak melakukan pergerakan.
Perawat ruang bedah dimana sedang melakukan tindakan pembedahan akan berdiri cukup lama hal
ini dapat kontraksi otot dan cepat lelah. Pada waktu diam, dimana pergerakan yang tak berguna
terlihat, pengerutan suplai darah, darah tidak mengalir baik ke otot. Berbeda halnya, dengan kondisi
yang dinamis, suplai darah segar terus tersedia untuk menghilangkan hasil buangan melalui
kontraksi dan relaksasi otot. Pekerjaan kondisi diam yang lama mengharuskan otot untuk menyuplai
oksigen dan nutrisi sendiri, dan hasil buangan tidak dihilangkan. Penumpukan Local hypoxia dan
asam latic meningkatkan kekusutan otot, dengan dampak sakit dan letih.

2. Metode Penelitian Risiko Ergonomi

Di dalam kajian ergonomi terdapat risiko ergonomi, dimana risiko tersebut meliputi :

 Ketidaknyamanan
 Cedera
 Gangguan otot
 Sakit
 Bahkan cacat yang disebabkan cara kerja dan tempat kerja yang tidak ergonomis.
Risiko ergonomi ini disebabkan oleh kesalahan postur manusia saat bekerja. Penanganan
yang tanggap dan tepat terhadap risiko ergonomi yang muncul harus dilakukan untuk menghindari
dampak negatif yang dialami pekerja.Terdapat beberapa tools dalam kajian ergonomi yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi risiko dalam suatu pekerjaan. QEC dan Nordic Body Map adalah
dua tools yang cukup mudah serta akurat yang dapat digunakan untuk melakukan identifikasi risiko
ergonomi.
1. Quick Exposure Check (QEC) merupakan metode penilaian risiko ergonomi di tempat
kerja yang dikembangkan oleh Guangyan Li dan Peter Buckle pada tahun 1999 (Pinder
[11], Ghasemi, et al. [12]). Risiko ergonomi yang dimaksud terdiri dari risiko fisik dan
psikis (Ghasemi, et al. [12]). QEC berisikan pertanyaan yang dibagi kedalam 4 bagain
utama yakni, punggung, bahu atau lengan, pergelangan tangan atau tangan dan leher
(Ilman, et al. [1]; Bidiawati dan Suryani [2]), serta 4 bagian tambahan yakni, mengemudi,
getaran, laju kerja, dan stress. Metode ini digunakan untuk mengetahui tingkat risiko
WMSDs yang mungkin dialami oleh pekerja dengan melibatkan secara langsung pekerja
dalam pengisian kertas penilaian (Ilman, et al. [1]). Jawaban pertanyaan QEC akan
memberikan score yang memperlihatkan exposure level yang dijadikan acuan dalam
menangani risiko ergonomi. Karakteristik utama dari metode ini adalah penilaian dari
sudut pandang peneliti dan pekerja itu sendiri (Ilman, et al. [1]; Bidiawati dan Suryani
[2]).
2. Nordic Body Map merupakan tools berupa kuesioner yang paling sering digunakan untuk
mengetahui ketidaknyamanan atau kesakitan pada tubuh (Kroemer [13]) dan dapat
mengidentifikasi MSDs dari pekerja (Wahyudi, et al. [7]). Kuesioner ini dikembangkan
oleh Kourinka pada tahun 1987, selanjutnya pada tahun 1992 Dickinson
memodifikasinya. Responden yang mengisi kuesioner diminta untuk memberikan tanda
ada tidaknya gangguan pada bagian area tubuh tersebut (Kroemer [13]). Nordic Body
Map ditujukan untuk mengetahui lebih detil bagian tubuh yang mengalami gangguan
atau rasa sakit saat bekerja. Meskipun kuesioner ini subjektif (Santoso, et al. [6]), namun
kuesioner ini sudah terstandarisasi dan cukup valid untuk digunak
Daftar Pustaka : https://www.kajianpustaka.com/2020/01/ergonomi-pengertian-tujuan-
ruang-dan-faktor-resiko.html

https://media.neliti.com/media/publications/182858-ID-identifikasi-risiko-ergonomi-
dengan-meto.pdf

Anda mungkin juga menyukai