Anda di halaman 1dari 17

Kelompok 12

KONSEP
ERGONOMI
Lulu Khansa P23110221926
Rama Nurularifah P23110221934
Rina Anggraeni P23110221936
ERGONOMI
Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dua kata yaitu “ergon” berarti kerja dan “nomos” berarti aturan
atau hukum.
Secara ringkas ergonomi adalah suatu aturan atau norma dalam sistem kerja. Indonesia memakai istilah ergonomi, tetapi
di beberapa negara seperti di Skandinavia menggunakan istilah “Bioteknologi” sedangkan di negara Amerika
menggunakan istilah “Human Engineering” atau “Human Factors Engineering”.
Definisi - definisi
Di bawah ini ditampilkan beberapa definisi ergonomi yang berhubungan dengan tugas, pekerjaan dan desain :
1. Ergonomi adalah penerapan informasi ilmiah tentang manusia (dan metode ilmiah untuk memperoleh informasi
tersebut) untuk masalah desain (Pheasant,1988 dalam Sudiajeng 2004).
2. Ergonomi adalah studi tentang kemampuan manusia dan karakteristik yang mempengaruhi desain peralatan, sistem
dan pekerjaan (Corlett & Clark,1995 dalam Sudiajeng 2004).
3. Ergonomi adalah kemampuan untuk menerapkan informasi mengenai karakter manusia, kapasitas, dan batasan untuk
desain manusia tugas, sistem mesin, ruang hidup dan lingkungan sehingga bahwa orang dapat hidup, bekerja dan
bermain aman, nyaman dan efisien (Annis & McConville,1996 dalam Sudiajeng 2004).
4. Desain ergonomis adalah aplikasi dari faktor manusia, informasi untuk desain alat, mesin, sistem, tugas, pekerjaan dan
lingkungan untuk produktif, aman, nyaman dan efektif manusia berfungsi (Manuaba,1998 dalam Sudiajeng 2004).
Tujuan Ergonomi
Tujuan dari penerapan ergonomi adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja,
menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja
secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak
produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari
setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
 
Konsep Dalam Ergonomi

Gambar 1.1 Konsep Dasar dalam Ergonomi (Sumber: Manuaba, 2000 dalam Sudiajeng 2004)
Kapasitas Kerja
Secara umum kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia ditentukan oleh berbagai faktor yaitu: umur, jenis
kelamin, ras, antropometri, status kesehatan, gizi, kesegaran jasmani, pendidikan, keterampilan, budaya, tingkah laku,
kebiasaan, dan kemampuan beradaptasi (Manuaba, 1998: Buku Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Produktifitas oleh Tarwaka, Solichul HA. Bakri, Lilik Sudiajeng).
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Kemampuan Kerja Fisik ( Kekuatan Otot, Ketahanan Otot, Ketahanan Kardiovaskuler )
Keluhan Muskuloskeletal
Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari
keluhan sangat ringan sampai sangat sakit.
Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Keluhan sementara (reversible)
2. Keluhan menetap (persistent)
Faktor Penyebab Terjadinya Keluhan Muskuloskeletal

Faktor penyebab terjadinya keluhan muskulosketel menurut (Peter Vi, 2000 dalam Sudiajeng 2004) menjelaskan bahwa,
terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal antara lain:
1. Peregangan Otot yang Berlebihan
2. Aktivitas Berulang
3. Sikap Kerja Tidak Alamiah
4. Faktor Penyebab Sekunder
5. Penyebab Kombinasi
1. Peregangan Otot yang Berlebihan

Peregangan otot yang berlebihan (over exertion) pada umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja di mana aktivitas
kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban
yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan
optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan
dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeletal.
2. Aktivitas Berulang

Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus seperti pekerjaan mencangkul,
membelah kayu besar, angkat-angkut dan sebagainya. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan
akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.
3. Sikap Kerja Tidak Alamiah
Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian- bagian tubuh bergerak menjauhi posisi
alamiah, misalnya :
- pergerakan tangan terangkat,
- punggung terlalu membungkuk,
- kepala terangkat,
- dan sebagainya.
Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot
skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja
tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja (Grandjean,1993; Anis & McCnville, 1996; Waters &
Anderson, 1996 & Manuaba, 2000 dalam Sudiajeng 2004).
4. Faktor Penyebab Sekunder
1. Tekanan
Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai contoh, pada saat tangan harus memegang alat,
maka jaringan otot tangan yang lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat, dan apabila hal ini sering
terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap.
2. Getaran
Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan
peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot (Suma’mur,1982
dalam Sudiajeng 2004).
3. Mikroklimat
Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan
pekerja menjadi lamban, sulit bergerak yang disertai dengan menurunnya kekuatan otot (Astrand & Rodhl, 1977; Pulat,
1992; Wilson & Corlett, 1992 dalam Sudiajeng 2004).
5. Penyebab Kombinasi
Di samping kelima faktor penyebab terjadinya keluhan otot tersebut di atas, beberapa ahli menjelaskan bahwa faktor
individu seperti umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, kekuatan fisik dan ukuran tubuh juga dapat
menjadi penyebab terjadinya keluhan otot skelatal.
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Kebiasaan Merokok
4. Kesegaran Jasmani
5. Kekuatan Fisik
6. Ukuran Tubuh
Dalam penerapannya terdapat metode-metode Ergonomi
yaitu:
1. Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji
pencahayaan, ergonomik checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang
sederhana sampai kompleks (Nurmianto, 2003).
2. Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti
merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja
(Nurmianto, 2003).
3. Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan
yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan , sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang
ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain (Nurmianto, 2003).
Bahaya Ergonomi
Dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
BAB III syarat-syarat keselamatan kerja pasal 3, dan Kepmenkes RI
Nomor 432/MENKES/SK/IV/ 2007 tentang pedoman manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) disebutkan bahwa dalam
kegiatan rumah sakit berpotensi menimbulkan bahaya fisik, kimia,
biologi, ergonomi, dan psikososial, yang dapat membahayakan
kesehatan dan keselamatan.
Dampak bahaya ergonomi:
Ganguan Otot Tulang Rangka Akibat Kerja (GOTRAK)/ gangguan
musculoskeletal/MSDs.
Gangguan muskuloskeletal adalah cedera atau kelainan sistem otot rangka yang disebabkan oleh cedera akibat
pembebanan yang tiba-tiba atau kelainan sistem otot rangka dalam jangka panjang dan akan menyebabkan keluhan
pada otot, ligamen, sendi, tendon, syaraf. Istilah kelainan otot rangka jangka panjang diakibatkan oleh pembebanan
yang berlebihan secara berulang-ulang disebut Musculoskeletal Disorders (MSDs) (Iridiastadi dan Yassierli, 2015).
Menurut Humantech yang dikutip Bukhori (2010), pada awalnya keluhan muskuloskeletal menyebabkan rasa
sakit, mati rasa, kesemutan, bengkak, kekakuan, gemetar, gangguan tidur, dan rasa terbakar, yang pada akhirnya
mengakibatkan ketidakmampuan seseorang melakukan pergerakan dan koordinasi gerakan anggota tubuh sehingga
mengakibatkan efisiensi kerja berkurang dan produktivitas kerja menurun.
Faktor Risisko GOTRAK /gangguan musculoskeletal/MSDs terkait Ergonomi antara lain:
◦ Postur dan gerakan tubuh: postur statis, postur janggal
◦ Penanganan beban manual: mengangkat, membawa, menarik, mendorong
◦ Pekerjaan yang berulang-ulang/repetitif
◦ Durasi yang terlalu lama
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai