Anda di halaman 1dari 7

TUGAS ERGONOMI KOGNITIF

PENGUKURAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN METODE

SWAT DAN NASA-TLX

Dosen Pengampu:

Faradila Ananda Yul, ST.,M.Sc

Penyusun :

Rahmat jumalindo : 200103003

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

PEKANBARU

2023
1. Landasan Teori

1.2 Beban Kerja Manual

Beban kerja merupakan suatu konsep yang timbul akibat adanya keterbatasan kapasitas
dalam memproses suatu informasi. Apabila didalam menyelesaikan tugas tersebut mempunyai
hambatan untuk tercapainya suatu hasil kerja yang diharapkan berarti telah terjadinya suatu
kesenjangan antara tingkat kemampuan dan tingkat kapasitas yang dimiliki. Kesenjangan ini
yang menyebabkan timbulnya suatu kegagalan dalam kinerja (performance failures). Beban kerja
lebih merujuk kepada seberapa besar dari kapasitas pekerja yang jumlahnya terbatas, yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan.

Beban kerja seseorang sudah ditentukan dalam bentuk standar kerja perusahaan menurut
jenis pekerjaannya. Beban kerja merupakan konsekuensi dari pelaksanaan aktivitas yang
diberikan kepada seseorang atau pekerja. Aktivitas ini terdiri dari aktivitas fisik dan mental,
dimana beban kerja yang dijumpai selama ini merupakan gabungan (kombinasi) dari keduanya
dengan salah satu aktivitas yang lebih dominan.

Pada dasarnya, aktivitas manusia dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu kerja fisik
(otot) dan kerja mental (otak). Meskipun tidak dapat dipisahkan, namun masih dapat dibedakan
pekerjaan dengan dominasi aktifitas fisik dan dominasi aktivitas mental. Aktivitas fisik dan
mental ini menimbulkan konsekuensi, yaitu munculnya beban kerja. Beban kerja merupakan
perbedaan antara kemampuan pekerja dengan tuntutan pekerjaan.

Pada umumya, tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan
sehari-hari. Massa otot manusia yang bobotnya hampir lebih dari separuh beban tubuh,
memungkinkan manusia dapat menggerakkan dan melakukan aktivitas pekerjaannya. Disatu
pihak pekerjaan mempunyai arti penting bagi peningkatan prestasi, kemajuan dan produktivitas,
sehingga akan mencapai suatu produktif didalam satu tujuan hidup. Di pihak lain, bekerja berarti
tubuh akan menerima beban dari luar tubuhnya.

Kerja mental yang tidak dirancang dengan baik akan berdampak efek yang buruk didalam
suatu pekerjaan, seperti perasaan lelah, kebosanan, kurangnya keberhati-hatian dan kesadaran
dalam melakukan suatu pekerjaan. Efek buruk yang ditimbulkan lainnya seperti lupa dalam
menjalankan suatu aktivitas atau tidak melakukan aktivitas pada waktunya. Berbagai jenis
kesalahan (error) maupun melambatnya reaksi atas suatu stimulus dapat juga terjadi karena
beban kerja mental yang tidak optimal. Pekerjaan yang bersifat mental sulit diukur melalui
perubahan fungsi faal tubuh. Secara fisiologis, aktivitas mental terlihat sebagai suatu jenis
pekerjaan yang ringan sehingga kebutuhan kalori untuk aktivitas mental juga lebih rendah. Jika
dilihat secara moral dan tanggung jawab, aktivitas mental jelas lebih berat dibandingkan dengan
aktivitas fisik karena lebih melibatkan kerja otak daripada kerja otot.

Setiap aktivitas mental akan selalu melibatkan unsur persepsi, interpretasi, dan proses
mental dari suatu informasi yang diterima oleh organ sensoris untuk diambil suatu keputusan
atau proses mengingat informasi yang lampau. Permasalahan yang ada pada manusia adalah
kemampuan untuk memanggil kembali atau mengingat informasi yang disimpan. Proses
mengingat kembali ini sebagian besar menjadi masalah bagi orang tua. Kemampuan orang tua
mengalami banyak penurunan seperti penurunan daya ingat. Demikian penilaian beban kerja
mental lebih tepat menggunakan penilaian terhadap tingkat ketelitian, kecepatan maupun
konstansi kerja.

1.2 NASA TLX (Task Load Index)

NASA-TLX dikembangkan oleh Sandra G. Hart dari NASA-Ames Research Center dan
Lowell E. Staveland dari San Jose State University pada tahun 1981. Metode ini berupa
kuesioner dikembangkan berdasarkan munculnya kebutuhan pengukuran subjektif yang lebih
mudah namun lebih sensitif pada pengukuran beban kerja.

NASA-TLX menggunakan enam dimensi untuk menilai beban mental :mental demand,
physical demand , temporal demand, effort, dan frustation. Dua puluh langkah digunakan untuk
mendapatkan peringkat untuk dimensi ini. Skor dari 0 sampai 100 didapatkan pada setiap skala .
Prosedur pembobotan digunakan untuk menggabungkan enam peringkat skala individu menjad
skor akhir; prosedur ini memerlukan perbandingan yang berbentuk pasangan antara dua dimensi
sebelum penilaian beban kerja. Perbandingan berpasangan memerlukan operator (responden)
untuk memilih dimensi yang lebih relevan dengan beban kerja di semua pasang keenam dimensi
tersebut. Jumlah dimensi yang terpilih sebagai bobot yang lebih relevan sebagai yang skala
dimensi untuk tugas yang diberikan untuk Operator itu . Skor beban kerja dari 0 sampai 100
diperoleh untuk setiap skor dimensi dengan mengalikan berat dengan skor skala dimensi (rating),
menjumlahkan seluruh dimensi, dan membaginya dengan 15 ( jumlah total perbandingan
berpasangan). Berikut merupakan indikator beban mental yang akan diukur dalam NASA-TLX.

1.3 3 SWAT (Subjective Workload Assessment Technique)

SWAT adalah prosedur pemberian skala yang didisain untuk tugas penting yang banyak
dari seseorang/individu yang berpengaruh pada mental serta berhubungan dengan
pelaksanaan/performansi tugas yang bervariasi. Metode ini dikembangkan oleh Reid dan Nygren
dengan menggunakan dasar metode penskalaan conjoint. SWAT berbeda dengan pengukuran
subyektif lainnya karena dikembangkan dengan teliti dan berakar pada teori pengukuran formal,
khususnya teori pengukuran conjoint. Terdapat kelebihan dan kekurangan dari pengukuran beban
kerja mental dengan metode SWAT ini. Kelemahan dari SWAT yaitu penggunaaan kata-kata
secara lisan yang beresiko menimbulkan konotasi yang berbeda untuk setiap individu.

Kelebihan SWAT :

1. Pengukuran dilakukan berdasarkan teori pengukuran formal, yaitu teori


pengukuran conjoint.
2. Dapat digunakan pada data tunggal maupun berkelompok.
3. Teruji validitasnya (keabsahan).
4. Dapat digunakan untuk penilaian secara global yang diaplikasikan pada ruang
lingkup yang lebih luas.
Metode SWAT terdiri atas dua tahap, yaitu tahap pembuatan skala (scale development)
dan tahap pemberian nilai terhadap hasil penelitian (event scoring). Tahap pembuatan skala
bertujuan untuk melatih subyek dalam mempersepsikan beban kerja yang direpresentasikan
dalam kombinasi tiga deskriptor yang ada. Tahap event scoring merupakan tahap pemberian nilai
terhadap hasil persepsi subyek terhadap beban kerja tersebut. Tahap ini dilakukan dengan
bantuan program SWAT.

2. Metode dan Prosedur

Metodelogi penelitian dan prosedur berisi tahapan-tahapan secara sistematis dalam proses
penelitian. Dalam penelitian ini untuk pemecahan masalah menggunakan perhitungan dengan
metode SWAT dan metode NASA TLX. Metode SWAT digunakan untuk menganalisa beban
kerja yang dihadapi oleh seseorang yang harus melakukan aktivitas beban kerja fisik maupun
mental. Sedangkan NASA TLX digunakan untuk menganalisis beban kerja mental yang dihadapi
oleh pekerja.

3. Hasil dan Pembahasan

Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner pada setiap tenaga


operasional di PT Dharma Bandar Mandala (PT. DBM) yang masing-masing mendapat satu
kuesioner. Rekap hasil dari kuesioner terlampir.

 Uji Keseragaman
Berdasarkan grafik uji keseragaman didapat nilai maksimal dari skor NASA TLX
sebesar 70,00 dan nilai minimal skor NASA TLX sebesar 65,33. Nilai batas yang
dihitung yaitu BKA sebesar 72,46 dan BKB sebesar 64,28. Sehingga diketahui bahwa
tidak terdapat satupun skor yang berada di luar batas kontrol. Artinya data yang telah
diolah pada tahap sebelumnya dapat dikatakan seragam. Hal ini sesuai dengan prinsip
uji keseragaman dan data tersebut dapat digunakan dalam pengujian selanjutnya.
 Uji Kecukupan Data
Untuk tingkat kepercayaan 95% dan derajat ketelitian 10%
Tingkat Kepercayaan 95% → Nilai k = 2
Tingkat Kepercayaan 10% → Nilai s = 0.1

N’=0,067 dan N = 8 Nilai N’ < N, sehingga data mencukupi untuk menjadi bahan
penelitian dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian 10%. Hal ini dapat
diartikan bahwa sekurang-kurangnya 95 dari 100 nilai rata-rata dari data yang dicatat
untuk suatu elemen kerja memiliki penyimpangan tidak lebih dari 10%. Oleh karena itu,
jumlah data yang diambil dianggap cukup.
 Perhitungan Skor NASA – TLX
Langkah awal untuk menghitung skore akhir NASA TLX yaitu menghitung nilai
total dari setiap aspek beban mental dari perkalian rating dengan bobot. Kemudian total
dari keseluruhan nilai aspek beban mental dijumlahkan untuk mendapatkan nilai WWL.
Skor akhir didapatkan dari nilai WWL (weighted workload) dibagi 15. Nilai 15
didapatkan dari kombinasi dari keenam pasangan aspek beban mental.
WWL = MD + PD + TD + PO + FR + EF [1]
MD = rating x bobot PO = rating x bobot
PD = rating x bobot FR = rating x bobot
TD = rating x bobot EF = rating x bobot
 Analisis Bobot Elemen Kerja NASA TLX

Berdasarkan grafik elemen kerja terbesar yang mempengaruhi perhitungan skor


akhir NASA-TLX adalah pada PD atau Physical Demand dengan bobot 33 dan MD atau
Mental Demand pada posisi kedua dengan bobot 30. Pada PT DBM aktivitas yang
dilakukan pada operator yang berhubungan dengan MD meliputi membaca dan memilah
barang.
Sedangkan, proses yang berhubungan dengan PD meliputi mengangkat, dan
memindahkan barang. Maka dari itu perlu adanya perbaikan dalam aktivitas yang
berhubungan dengan elemen kerja MD dan PD.

4. Kesimpulan

Dalam pengukuran beban mental menggunakan NASA-TLX terdapat 6 aspek elemen


kerja yang diperhitungkan yaitu mental demand, physical demand, temporal demand,
performance, effort, dan frustation. Setelah dilakukan pengukuran, pembobotan dan pemberian
skor, aspek yang paling dominan mempengaruhi beban kerja operator PT DBM adalah mental
demand dan physical demand. Namun pada penghitungan skor seluruh operator berada dalam
klasifikasi normal. PT DBM dapat meringankan beban kerja mental dengan cara membagi
pekerjaan dan melakukan rotasi pekerjaan.

Pekerjaan yang berhubungan dengan Mental Demand yaitu mencari, mengecek, dan
memilah dilakukan oleh beberapa orang sedangkan yang lain melakukan proses shipping kargo
ke dalam truk. Kemudian dilakukan rotasi pekerjaan agar satu orang tidak melakukan pekerjaan
yang sama terus menerus.

Anda mungkin juga menyukai