Anda di halaman 1dari 9

SWAT Subjective Workload Assessment Technique (SWAT), diantaranya : 1.

NASA TLX Model ini dikembangkan oleh badan penerbangan dan ruang angkasa Amerika Serikat. (NASA Ames Research Center) NASA Task Load Index adalah prosedur rating multy dimensional, yang membagi workload atas dasar rata rata pembebanan enam subskala. 2. Harper Qooper Rating (HQR) HQR adalah suatu alat pengukuran beban kerja dalam hal ini untuk analisa Handling Quality dari perangkat terbang didalam cockpit. Metoda ini terdiri dari sepuluh angka rating dengan masing masing keterangannya yang berurutan mulai dari kondisi yang terburuk hingga kondisi yang paling baik, serta kemungkinan kemungkinan langkah antisipasinya. Rating ini dipakai oleh pilot evaluator untuk menilai kualitas kerja dari perangkat yang diuji didalam kokpit pesawat terbang. 3. Task Difficulty Scale Perangkat uji ini dikembangkan dan dipakai oleh AIRBUS CO. Perancis untuk menguji beban kerja statik didalam rangka program sertifikasi pesawat pesawat yang baru dikembangkannya. Prinsip kerja dari perangkat ini adalah hamper sama dengan prinsip kerja cara Harper Qooper Rating, tetapi cara ini lebih ditekankan kepada bagaimana cara menilai tingkat kesulitan dari pengoperasian instrument instrument kontrol didalam kokpit. Subjective Workload Assessment Technique (SWAT) SWAT dikembangkan karena munculnya kebutuhan pengukuran subjektif yang dapat digunakan dalam lingkungan yang sebenarnya. Selain itu SWAT merupakan salah satu cara penganalisaan beban kerja dengan metoda subjektif yang unik, dimana menurut metoda ini beban kerja manusia dipengaruhi oleh tiga dimensi tingkah laku, yaitu Time Load (T), Mental Effort Load (E) dan Stress Load (S). Metoda SWAT ini dikembangkan oleh Reid dan Nygren pada Amstrong Medical Research Laboratory dengan dasar metode penskalaan konjoin. SWAT dibuat sedemikian rupa sehingga tanggapan hanya diberikan melalui tiga deskriptor pada masing-masing dimensi. Pendekatan ini mengurangi tingkat kesulitan dari jumlah waktu yang

dibutuhkan mengingat jumlah dan kompleksitas deskriptor yang diberikan oleh subjek pada waktu pengujian. SWAT terbagi menjadi dua tahap, yaitu : 1. Pembuatan skala (scale development)
2.

Pemberian nilai terhadap hasil penelitian (event scoring)

Tahap pembuatan skala digunakan untuk melatih subjek dalam menggunakan metoda ini khususnya deskriptor masing-masing faktor, serta untuk memperoleh data berkaitan dengan kombinasi dimensi-dimensi ini yang mencerminkan pandangan seseorang terhadap beban kerja. Fasa pemberian nilai terhadap hasil peneitian merupakan tahap pemberian nilai terhadap beban kerja yang dialami oleh subjek berkaitan dengan aktifitas yang dilakukann dalam percobaan tersebut (Reid, 1989:9). Pembuatan Skala (Scale Development) Fasa ini merupakan aspek utama yang membedakan metoda SWAT dengan metoda pengujian beban kerja subjektif lainnya. Biasanya untuk deskriptor dibuat sejumlah tingkatan angka yang mempresentasikan beban kerja dan subjek harus mengetahui beban kerja yang direpresentasikan oleh angka-angka tersebut. Pada SWAT berbeda, subjek tidak harus mengetahui maksud dari masing-masing tingkatan beban kerja tersebut, tetapi lebih cenderung membuat dugaan yang memungkinkan pengamat mengetahui bagaimana faktor-faktor dalam SWAT berkombinasi (Reid, 1989: 9). Deskripsi dari Dimensi (Deskriptor) Tiga dimensi yang digunakan dalam SWAT didefinisikan masing-masing oleh tiga deskriptor untuk menunjukkan beban kerja dari tiap dimensi. Dimensi ini dikembangkan berdasarkan teori yang diajukan oleh Sheridan dan Simpson (1979) dalam mendefinisikan beban kerja pilot. Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa SWAT ini dapat digunakan secara luas, tidak hanya pada ruang lingkup pilot saja (Reid, 1989: 9). Beban Waktu (Time Load)

Dimensi beban waktu tergantung dari ketersediaan waktu dan kemampuan melangkahi dalam suatu aktifitas. Hal ini berkaitan erat dengan analisis batas waktu yang merupakan metode primer untuk mengetahui apakah subjek dapat menyelesaikan tugasnya dalam rentang waktu yang telah diberikan. Tingkatan deskriptor beban waktu dalam SWAT adalah (Reid, 1989:9): 1. Selalu mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap diantara aktivitas tidak terjadi atau jarang terjadi. 2. Kadang-kadang mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap diantara aktivitas sering terjadi. 3. Tidak mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap diantara aktivitas sering terjadi atau selalu terjadi. Beban Usaha Mental (Mental Effort Load) Beban usaha mental merupakan indikator besarnya kebutuhan mental dan perhatian yang dibutuhkan untuk menyelesaiakan suatu aktivitas, independen terhadap jumlah sub pekerjaan atau batasan waktu. Dengan beban usaha mental rendah, konsentrasi dan perhatian yang dibutuhkan untuk melakukan suatu aktivitas rendah dan performansi cenderung otomatis. Sejalan dengan meningkatnya beban ini, konsentrasi dan perhatian yang dibutuhkan meningkat pula. Secara umum ini berkaiitan dengan tingkat kerumitan pekerjaan dan jumlah informasi yang harus diproses oleh subjek untuk melaksanakan pekerjaanya dengan baik. Usaha mental yang tinggi membutuhkan keseluruhan konsentrasi dan perhatian sesuai dengan kerumitan pekerjaan atau jumlah informasi yang harus diproses. Aktivitas seperti perhitungan, pembuatan keputusan, mengingat informasi dan penyelesaian masalah merupakan contoh usaha mental. Tingkatan deskriptor beban usaha mental dalam SWAT adalah (Reid, 1989:10): 1. Kebutuhan konsentrasi dan usaha mental sadar sangat kecil. Aktivitas yang dilakukan hampir otomatis dan tidak membutuhkan perhatian. 2. Kebutuhan konsentrasi dan usaha mental sadar sedang. Kerumitan aktivitas sedang hingga tinggi sejalan dengan ketidakpastian, ketidak mampu prediksian dan ketidak kenalan. Perhatian tambahan diperlukan. 3. Kebutuhan konsentrasi dan usaha mental sadar sangat besar dan diperlukan sekali. Aktivitas yang kompleks dan membutuhkan perhatian total.

Beban Tekanan Psikologis (Psychological Stress Load) Beban tekanan psikologis berkaitan dengan kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya kebingungan, frustasi dan ketakutan selama melaksanakan pekerjaan dengan demikian menyebabkan penyelesaian pekerjaan tampak lebih sulit dilakukan daripada sebenarnya. Pada tingkat stress rendah, orang cenderung rileks. Seiring dengan meningkatnya stress, terjadi pengacauan konsentrasi terhadap aspek yang relevan dari suatu pekerjaan yang lebih disebabkan oleh faktor individual subjek. Faktor ini antara lain motivasi, kelelahan, ketakutan, tingkat keahlian, suhu, kebisingan, getaran dan kenyamanan. Sebagian besar dari faktor ini mempengaruhi performansi subjek secara langsung jika mereka sampai pada tingkatan yang tinggi. Dalam SWAT faktor-faktor ini diperhitungkan, meskipun kecil, jika mengganggu dan menyebabkan individu harus mengeluarkan kemampuannya untuk mencegah terpengaruhnya pekerjaan yang dilakukan. Tingkatan deskriptor beban tekanan psikologis dalam SWAT adalah (Reid, 1989:10): 1. Kebingungan, resiko, frustasi atau kegelisahan dapat diatasi dengan mudah. 2. Stress yang muncul dan berkaitan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan menambah beban kerja yang dialami. Kompensasi tambahan perlu dilakukan untuk menjaga performansi subjek. 3. Stress yang tinggi dan intens berkaitan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan. Membutuhkan pengendalian diri yang sangat besar. Model Pengukuran Konjoin Banyak aturan komposisi yang menggambarkan betapa rumitnya membentuk praduga multifaktor atau multidimensi. Satu aturan yang sederhana adalah aturan aditif yang menggambarkan bahwa variabel-variabel independen berinteraksi dalam bentuk penjumlahan independen yang menghasilkan efek psikologis gabungan. Aturan aditif ini yang mendasari SWAT. Misalnya, jika T1 adalah salah satu tingkat dari faktor waktu, E1 merupakan salah satu tingkat dari faktor usaha mental, dan S1 adalah salah satu faktor stress, maka dapat dibuat suatu hipotesis bahwa efek gabungan dari ketiga faktor ini (atau yang kemudian disebut beban kerja) adalah (Reid, 1989:10):

Beban Waktu (Time Load) Dimensi beban waktu tergantung dari ketersediaan waktu dan kemampuan melangkahi dalam suatu aktifitas. Hal ini berkaitan erat dengan analisis batas waktu yang merupakan metode primer untuk mengetahui apakah subjek dapat menyelesaikan tugasnya dalam rentang waktu yang telah diberikan. Tingkatan deskriptor beban waktu dalam SWAT adalah (Reid, 1989:9): 4. Selalu mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap diantara aktivitas tidak terjadi atau jarang terjadi. 5. Kadang-kadang mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap diantara aktivitas sering terjadi. 6. Tidak mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap diantara aktivitas sering terjadi atau selalu terjadi. Beban Usaha Mental (Mental Effort Load) Beban usaha mental merupakan indikator besarnya kebutuhan mental dan perhatian yang dibutuhkan untuk menyelesaiakan suatu aktivitas, independen terhadap jumlah sub pekerjaan atau batasan waktu. Dengan beban usaha mental rendah, konsentrasi dan perhatian yang dibutuhkan untuk melakukan suatu aktivitas rendah dan performansi cenderung otomatis. Sejalan dengan meningkatnya beban ini, konsentrasi dan perhatian yang dibutuhkan meningkat pula. Secara umum ini berkaiitan dengan tingkat kerumitan pekerjaan dan jumlah informasi yang harus diproses oleh subjek untuk melaksanakan pekerjaanya dengan baik. Usaha mental yang tinggi membutuhkan keseluruhan konsentrasi dan perhatian sesuai dengan kerumitan pekerjaan atau jumlah informasi yang harus diproses. Aktivitas seperti perhitungan, pembuatan keputusan, mengingat informasi dan penyelesaian masalah merupakan contoh usaha mental. Tingkatan deskriptor beban usaha mental dalam SWAT adalah (Reid, 1989:10): 4. Kebutuhan konsentrasi dan usaha mental sadar sangat kecil. Aktivitas yang dilakukan hampir otomatis dan tidak membutuhkan perhatian. 5. Kebutuhan konsentrasi dan usaha mental sadar sedang. Kerumitan aktivitas sedang hingga tinggi sejalan dengan ketidakpastian, ketidak mampu prediksian dan ketidak kenalan. Perhatian tambahan diperlukan.

6. Kebutuhan konsentrasi dan usaha mental sadar sangat besar dan diperlukan sekali. Aktivitas yang kompleks dan membutuhkan perhatian total. Beban Tekanan Psikologis (Psychological Stress Load) Beban tekanan psikologis berkaitan dengan kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya kebingungan, frustasi dan ketakutan selama melaksanakan pekerjaan dengan demikian menyebabkan penyelesaian pekerjaan tampak lebih sulit dilakukan daripada sebenarnya. Pada tingkat stress rendah, orang cenderung rileks. Seiring dengan meningkatnya stress, terjadi pengacauan konsentrasi terhadap aspek yang relevan dari suatu pekerjaan yang lebih disebabkan oleh faktor individual subjek. Faktor ini antara lain motivasi, kelelahan, ketakutan, tingkat keahlian, suhu, kebisingan, getaran dan kenyamanan. Sebagian besar dari faktor ini mempengaruhi performansi subjek secara langsung jika mereka sampai pada tingkatan yang tinggi. Dalam SWAT faktor-faktor ini diperhitungkan, meskipun kecil, jika mengganggu dan menyebabkan individu harus mengeluarkan kemampuannya untuk mencegah terpengaruhnya pekerjaan yang dilakukan. Tingkatan deskriptor beban tekanan psikologis dalam SWAT adalah (Reid, 1989:10): 4. Kebingungan, resiko, frustasi atau kegelisahan dapat diatasi dengan mudah. 5. Stress yang muncul dan berkaitan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan menambah beban kerja yang dialami. Kompensasi tambahan perlu dilakukan untuk menjaga performansi subjek. 6. Stress yang tinggi dan intens berkaitan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan. Membutuhkan pengendalian diri yang sangat besar. Model Pengukuran Konjoin Banyak aturan komposisi yang menggambarkan betapa rumitnya membentuk praduga multifaktor atau multidimensi. Satu aturan yang sederhana adalah aturan aditif yang menggambarkan bahwa variabel-variabel independen berinteraksi dalam bentuk penjumlahan independen yang menghasilkan efek psikologis gabungan. Aturan aditif ini yang mendasari SWAT. Misalnya, jika T1 adalah salah satu tingkat dari faktor waktu, E1 merupakan salah satu tingkat dari faktor usaha mental, dan S1 adalah salah satu faktor stress, maka dapat dibuat suatu

hipotesis bahwa efek gabungan dari ketiga faktor ini (atau yang kemudian disebut beban kerja) adalah (Reid, 1989:10): f(T1, E1, S1) = f1 (T1) + f2 (E1) + f3 (S1) Tvesky, 1971). Model aditif seperti yang dijelaskan pada persamaan (2.1) menjadi bagian penting dari teori psikologi. Sampai baru-baru ini, meskipun untuk model sesederhana ini, tidaklah mudah untuk mengestimasi fungsi-fungsi tersebut. Teori pengukuran konjoin digunakan untuk mengatsi masalah ini. Teori umum yang diberikan oleh Krantz dan Tversky (1971) memuat aksioma yang dapat digunakan untuk menguji data, untuk membantu menunjukkan mana diantara keempat model polinomial yang digunakan sesuai dengan data yang ada. Misalkan, jika f1(T1), f2(E1) dan f3(S1) merepresentasikan nilai skala subjektif yang berkaitan dengan tingkatan tersebut untuk seorang subjek. Kita dapat mempostulatkan bahwa ketiga faktor berinteraksi untuk membentuk nilai beban kerja keseluruhan f(T1, E1, S1) dengan aturan : Model aditif Model multiplikatif Model distributif : f(T1, E1, S1) = f1(T1) + f2(E1) + f3(S1) (2.2) : f(T1, E1, S1) = f1(T1) x f2(E1) x f3(S1) (2.3) : f(T1, E1, S1) = f1(T1) x f2(E1) + f3(S1)....... (2.4) ... (2.1) Dengan f, f1, f2 dan f3 adalah fungsi numerik yang dapat diidentifikasi dan terpisah (Krantz dan

Model dual-distributif : f(T1, E1, S1) = f1(T1) + f2(E1) x f3(S1)... (2.5) Perhatikan bahwa pada tiga model terakhir, nilai keseluruhan dan efek kombinasi dari ketiga faktor f(T1, E1, S1), dapat tidak bernilai jika faktor pengali mempunyai harga nol. Dengan demikian faktor lain tidak berpengaruh. Sebagian besar penelitian empiris dan teoritis dalam pengukuran konjoin difokuskan pada model aditif (Reid, 1989:15). Tes Aksioma Aksioma Krantz dan Tversky (1971) menjelaskan tentang lima buah properti ordinal yang berguna untuk menurunkan model persamaan (2.2) hingga (2.5). Properti ini adalah indepedensi faktor tunggal, independensi faktor gabungan, penggagalan ganda, penggagalan distributif dan penggagalan dual-distributif. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Nygren (1985), aksioma yang paling penting untuk digunakan dalam menguji aditifitas adalah independensi faktor tunggal, independensi faktor gabungan dan penggagalan ganda. Aksioma ini digunakan dalam analisis SWAT untuk menentukan apakah model aditif ini muncul dalam data (Reid, 1989:15).

Independensi (Independence) Independensi merupakan properti fundamental yang dapat diperiksa secara terpisah untuk masing-masing faktor. A independen terhadap B dan C jika (a1, b1, c1) > (a2, b1, c1) jika dan hanya jika (a1, b2, c2) > (a2, b2, c2) dengan A, B dan C merepresentasikan ketiga dimensi dan a1, a2 dan a3 merepresentasikan tiga tingkatan dalam dimensi pertama. Demikian pula b1, b2, dan b3, merepresentasikan dimensi kedua dan c1, c2 dan c3, merepresentasikan dimensi ketiga. Dengan demikian independensi A menyatakan jika a2 > a1 untuk setiap kombinasi faktor B dan C, maka hubungan ini akan sama untuk setiap kombinasi B dan C lainnya (Reid, 1989:12). Independensi Gabungan (Joint Independence) Bentuk kedua dari independensi dapat diperiksa dari model tiga faktor. A dan B secara gabungan independen terhadap C jika (a1, b1, c1) > (a2, b2, c1) jika dan hanya jika (a1, b1, c2) > (a2, b2, c2). Independensi gabungan A dan B terhadap C menunjukkan bahwa jika satu kombinasi A dan B adalah lebih besar dibandingkan yang lain pada tingkatan C yang tetap maka urutan lainnya harus mengikuti pola yang sama (Reid, 1989:12). Penggagalan Ganda (Double Cancelation) Properti berikutnya menyatakan bahwa faktor A dan B mempunyai properti seperti : jika (a2, b3, c1) > (a1, b2, c1) dan (a3, b2, c1) > (a2, b1, c1) maka (a3, b3, c1) > (a1, b1, c1). Perhatikan bahwa penggagalan ganda membutuhkan paling sedikit tiga tingkatan untuk setiap faktor A dan B, dan melibatkan dua faktor pada saat pengujian. Dengan demikian jika faktor A dan B masingmasing mempunyai tiga skala tingkatan, maka akan hanya ada satu pengujian properti ini untuk dua faktor tersebut. Hal ini harus dipenuhi oleh semua faktor. Oleh karena itu hanya ada tiga pengujian yang mungkin dilakukan untuk properti ini (Reid, 1989:13). Penskalaan Setelah tes aksioma diselesaikan dan model aditif telah dipandang sebagai representasi yang cukup untuk data, program SWAT menghitung solusi yang diskalakan dari data. Solusi yang diskalakan bearti nilai numerik bisa didapat untuk setiap tingkat dari ketiga faktor dan kombinasi aditifnya yang akan menjaga urutan kartu yang diberikan subjek dan mengacu pada

model aditif. Sejumlah algoritma sekarang dapat digunakan untuk memperoleh skala akhir. Dua algoritma ini adalah MONANOVA (Kruskal, 1965) dan NONMTRG (Johnson, 1973) digunakan dalam SWAT untuk membuat skala yang paling sesuai, yang mempresentasikan kartu yang telah diurutkan oleh subjek. Sebagai prosedur penskalaan nonmetrik, kedua algoritma berusaha menentukan nilai skala interval yang paling sesuai untuk tingkatan dimensi dan efek kombinasi berdasarkan urutan peringkat dari kombinasi dimensi. Sehingga prosedur SWAT dimulai dengan mengurutkan data dari yang terkecil ke yang terbesar jika belum dalam bentuk tersebut. Dari sini hanya urutan data tersebut yang dipergunakan untuk analisis (Reid, 1989:13). MONANOVA Pendekatan pertama MONANOVA mencari dan menerapkan sebuah transformasi monotonik pada data penyusunan kartu asli sedemikian rupa sehingga kombinasi tingkatantingkatan dengan batasan jarak transformasi memenuhi paling tidak analisis kuadrat. Untuk permulaan, sebuah skala awal yang diambil secara sembarang untuk tiap tingkatan faktor dibentuk untuk menghasilkan estimasi terhadap 27 kombinasi dimensi. Dari skala awal ini, sebuah matriks yang dinilai dengan dispariti dibentuk. Dispariti mengubah nilai yang monotonik terhadap data asli dan sedekat mungkin dengan nilai skala beban kerja awal. Berikutnya, pengukuran uji keburukan suai (Badness of Fit), stress, dihitung untuk menentukan seberapa dekat nilai dispariti yang ditransformasikan secara monoton cocok dengan nilai skala yang diestimasi dari model aditif. Stress dibentuk dari akar kuadrat dari jumlah kuadrat deviasi antara dispariti dengan nilai stimulus yang diestimasi (Reid, 1989:14). Algoritma Johnson Prosedur penskalaan dalam SWAT, NONMETRG, digunakan untuk membuat skala yang lain dari data, yang berbeda dengan stress. Pengukuran ini, THETA, berbeda dari stress sedemikian rupa karena didasarkan pada metode pasangan yang mengidentifikasi perbedaan skala yang mungkin dari pasangan stimuli (351 pasangan dari 27 stimuli dalam SWAT) dibandingkan dengan perbedaan peringkat asli (Reid, 1989:15).

Anda mungkin juga menyukai