Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Beban Kerja
1. Definisi
Menurut Permendagri No. 12/2008, beban kerja adalah besaran
pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit organisasi dan
merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu.10 Menurut
Tarwaka beban kerja adalah sebuah beban dari luar tubuh seseorang akibat
aktivitas kerja yang dilakukan. Sedangkan menurut Kroemer
mendefinisikan beban kerja sebagai bagian dari kapasitas operator yang
diperlukan untuk memenuhi sebuah pekerjaan. Berdasarkan dari beberapa
definisi yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa beban kerja menjadi
sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dari pekerja yang melakukan
aktivitas kerja.7,8,9
2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Beban kerja dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut:7
a. Faktor internal yaitu merupakan beban kerja yang berasal dari dalam
tubuh pekerja itu sendiri yang muncul sebagai bentuk reaksi tubuh
pekerja terhadap beban eksternal yang ada. Reaksi yang diberikan dari
tubuh ini dinamakan strain. Strain ini dapat diukur untuk dilihat berat
atau tidaknya beban yang dialami dengan menggunakan metode
pengukuran secara subjektif ataupun objektif. Yang termasuk dalam
beban kerja internal antara lain adalah:
1) Faktor somatis terdiri dari jenis kelamin, umur, ukuran tubuh,
kondisi kesehatan, dan status gizi.
2) Faktor psikis terdiri dari motivasi, persepsi, kepercayan, keinginan,
kepuasan, dan lain-lain.
b. Faktor eksternal yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja,
seperti:

http://repository.unimus.ac.id
1) Tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti tata ruang,
tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja,
sedangkan tugas-tugas yang bersifat mental seperti kompleksitas
pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan, pelatihan atau pendidikan
yang diperoleh, tanggung jawab pekerjaan.
2) Organisasi kerja seperti masa waktu kerja, waktu istirahat, kerja
bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur
organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang.
3) Lingkungan kerja
a) Lingkungan kerja fisik seperti suhu udara, intensitas cahaya,
kebisingan dan lainnya.
b) Lingkungan kerja kimiawai seperti debu, gas, uap logam, dan
lain-lain.
c) Lingkungan kerja biologis seperti virus, bakteri, parasit, jamur,
dan lainlain.
d) Lingkungan kerja psikologis seperti hubungan antara pekerja
yang satu dengan pekerja yang lain baik itu hubungan secara
vertikal atapun horisontal.
3. Jenis
a. Beban Kerja Mental
Beban kerja mental merupakan beban kerja yang timbul dan
terlihat dari pekerjaan yang dilakukan, terbentuk secara kognitif
(pikiran). Umumnya, beban kerja mental ini merupakan perbedaan
antara tuntutan kerja mental dengan kemampuan mental yang dimiliki
oleh pekerja yang bersangkurtan. Pekerjaan yang bersifat mental sulit
diukur melalui perubahan fungsi faal tubuh. Secara fisiologis, aktivitas
mental terlihat sebagai suatu jenis pekerjaan yang ringan sehingga
kebutuhan kalori untuk aktivitas mental juga lebih rendah. Padahal
secara moral dan tanggung jawab, aktivitas mental jelas lebih berat
dibandingkan dengan aktivitas fisik, karena lebih melibatkan kerja otak
(white-collar) daripada kerja otot (blue-collar).9

http://repository.unimus.ac.id
Setiap aktivitas mental akan selalu melibatkan unsur persepsi,
interpretasi dan proses mental dari suatu informasi yang diterima oleh
organ sensor untuk diambil suatu keputusan atau proses mengingat
informasi yang lampau.10
b. Beban Kerja Fisiologis
Beban kerja fisik merupakan perbedaan antara tuntutan
pekerjaan dengan kemampuan pekerja untuk memenuhi tuntutan
pekerjaan itu secara fisik. Beban kerja untuk jenis ini lebih mudah
diketahui karena dapat diukur secara langsung dari kondisi fisik yang
bersangkutan.11
Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang tenaga
kerja dapat digunakan untuk menentukan berapa lama seorang tenaga
kerja dapat melakukan aktivitas kerjanya sesuai dengan kemampuan
atau kapasitas kerja yang bersangkutan. Semakin berat beban kerja,
maka akan semakin pendek waktu seseorang untuk bekerja tanpa
kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya.11
Kerja fisik dikelompokkan oleh David dan Miller:12
1) Kerja total seluruh tubuh, yang mempergunakan sebagian besar
otot biasanya melibatkan dua pertiga atau tiga perempat otot tubuh.
2) Kerja sebagian otot, yang membutuhkan lebih sedikit energi
expenditure karena otot yang dipergunakan lebih sedikit.
3) Kerja otot statis, yaitu otot yang dipergunakan untuk menghasilkan
gaya, tetapi tanpa kerja mekanik membutuhkan kontraksi sebagian
otot.
4. Pengukuran Beban Kerja Mental
a. Secara Objektif13
Beban kerja mental dapat diukur dengan pendekatan
fisologis (karena terkuantifikasi dengan dengan kriteria obyektif,
maka disebut metode obyektif).
Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan
electroencephalograph (EEG). Alat ini dapat mengukur gelombang

http://repository.unimus.ac.id
otak. Hal ini dilakukan untuk memberikan petunjuk yang baik
untuk mengukur beban kerja mental. Alat ini tidak bisa digunakan
ketika pekerjanya sedang bekerja. Teknik psikososial yang lainnya
dapat menggunakan CGG (critical flicker function).
EEG adalah ukuran aktivitas elektrik kasar otak. Aktivitas
itu diukur melalui elektroda-elektroda besar dari sebuah alat yang
disebut mesin EEG. Dalam studi-studi EEG terhadap subjek
manusia, setiap saluran kegiatan EEG biasanya direkam dari
elektroda-elektroda berbentuk piringan, kira-kira separuh ukuran
koin senilai satu dime, yang dilekatkan di kulit kepala. Sinyal EEG
kulit kepala merefleksikan jumlah peristiwa elektrik di sekujur
kepala. Peristiwa itu termasuk berbagai potensial aksi dan potensial
pos-sinaptik dan sinyal-sinyal elektrik dari kulit, otot, darah, dan
mata. Jadi, kegunaan EEG kulit kepala bukan terletak pada
kemampuannya untuk memberikan pandangan yang jelas dari
aktivitas neural. Kegunaannya sebagai sebuah alat penelitian dan
diagnostik terletak pada fakta bahwa beberapa bentuk gelombang
EEG berhubungan dengan keadaan-keadaan kesadaran tertentu
(misalnya, epilepsi). Sebagai contoh, gelombang alfa adalah
gelombang beramplitudo tinggi reguler, 8 sampai 12 detik, yang
berhubungan dengan keadaan tidak tidur tetapi rileks.
Oleh karena sinyal-sinyal EEG berkurang amplitudonya
ketika menyebar dari sumbernya, maka pembandingan sinyal-
sinyal yang direkam dari berbagai tempat di kulit kepala kadang-
kadang dapat menunjukkan asal gelombang-gelombang itu.
b. Secara subjektif 14
Pengukuran beban kerja mental secara subjektif merupakan
pengukuran beban kerja mental berdasarkan persepsi subjektif
responden atau pekerja Pengukuran ini merupakan salah satu
pendekatan psikologi dengan cara membuat skala psikometri untuk
mengukur beban kerja mental.

http://repository.unimus.ac.id
Pengukuran beban kerja psikologis secara subjektif dapat
dilakukan dengan beberapa metode, antara lain:
1) The National Aeronautical and Space Administration Task
Load Index (NASA TLX)
The National Aeronautical and Space Administration
Task Load Index (NASA TLX) dikembangkan oleh Sandra G.
Dari NASA-Ames Research Center dan Lowell E. Staveland
dari San Jose State University pada tahun 1981. Beban kerja
yang diukur adalah berasal dari jenis pekerjaannya, bukan
beban kerja yang dimiliki oleh masing-masing pekerja. Metode
ini dikembangkan berdasarkan munculnya kebutuhan
pengukuran subjektif yang terdiri dari skala sembilan faktor
(kesulitan tugas, tekanan waktu, jenis aktivitas, usaha fisik,
usaha mental, performansi, frustasi, stres dan kelelahan). Dari
sembilan faktor ini disederhanakan lagi menjadi enam yaitu
mental demand, physical demand, temporal (time) demand,
performance, effort dan frustration.15
Adapun tahapan dalam metode NASA-TLX tardiri dari
dua tahap, yaitu:15
a) Pemberian rating
b) Pembobotan
Pengolahan data dari tahap pemberian peringkat
(rating) ini, untuk memperoleh beban kerja (mean weighted
workload) adalah sebagai berikut:16
a) Menghitung banyaknya perbandingan antara faktor yang
berpasangan, kemudian menjumlahkan dari masing- masing
indikator, sehingga diperoleh banyaknya jumlah dari tiap-
tiap faktor. Dengan demikian, dihasilkan enam nilai dari
enam indikator.
b) Menghitung nilai untuk tiap-tiap faktor dengan cara
mengalikan rating dengan bobot faktor untuk masing-

10

http://repository.unimus.ac.id
masing indikator.
c) Weighted workload (WWL) diperoleh dengan cara
menjumlahkan keenam nilai faktor.
d) Menghitung rata-rata WWL dengan cara membagi WWL
dengan jumlah bobot total, yaitu 15. Setelah diperoleh
rata- rata WWL maka beban kerja psikologis operator
dapat dikategorikan berdasarkan nilai rata-rata WWL:17
(1) Under Load (Beban Kerja Rendah): skor <40
Artinya waktu yang digunakan untuk
menyelesaikan pekerjaan lebih kecil dari jam kerja
tersedia atau volume pekerjaan lebih rendah dari
kemampuan pekerja.
(2) Optimal Load (Beban Kerja Normal): skor 40-60
Artinya waktu yang digunakan untuk
menyelesaikan pekerjaan sama dari jam kerja tersedia
atau volume pekerjaan sama dengan kemampuan
pekerja.
(3) Over Load (Beban Kerja Berlebihan): skor > 60
Artinya waktu yang digunakan untuk
menyelesaikan pekerjaan lebih besar dari jam kerja
tersedia atau volume pekerjaan melebihi
kemampuan pekerja.
Adapun kelebihan Metode NASA-TLX adalah
sebagai berikut:
a) Lebih sensitif terhadap berbagai kondisi pekerjaan.
b) Setiap faktor penilaian mampu memberikan sumbangan
informasi mengenai struktur tugas
c) Proses penentuan keputusan lebih cepat dan sederhana
d) Lebih praktis diterapkan dalam lingkungan operasional

11

http://repository.unimus.ac.id
e) Analisis data lebih mudah diselesaikan dibanding
dengan SWAT yang memerlukan program conjoint
analisis
2) Subjective Workload Assessment Technique (SWAT)
3) Borg Scale
4) Harper Cooper Rating (HQR)
5) Workload Profile

B. Stres Kerja
1. Definisi
Stres kerja dapat dipahami sebagai suatu keadaan dimana
seseorang menghadapi tugas atau pekerjaan yang tidak bisa atau belum
bisa dijangkau oleh kemampuannya.15
Stres kerja menurut Cooper didefinisikan sebagai tanggapan atau
proses internal atau eksternal yang mencapai tingkat ketegangan fisik dan
psikologis sampai pada batas atau melebihi batas kemampuan pegawai.18
Stres kerja pada intinya merujuk pada kondisi dari pekerjaan yang
mengancam individu. Stres kerja timbul sebagai bentuk
ketidakharmonisan individu dengan lingkungan kerja. Dari beberapa teori
di atas maka dapat disimpulkan bahwa stres kerja merupakan bentuk
respon psikologis dari tubuh terhadap tekanan-tekanan, tuntutan-tuntutan
pekerjaan yang melebihi kemampuan yang dimiliki, baik berupa tuntutaan
fisik atau lingkungan dan situasi sosial yang mengganggu pelaksanaan
tugas, yang muncul dari interaksi antara individu dengan pekerjaanya dan
dapat merubah fungsi fisik serta psikis yang normal, sehingga dinilai
membahayakan, dan tidak menyenangkan.
2. Faktor Penyebab
Cooper dan Davison membagi penyebab stres pada pekerjaan
menjadi dua, yaitu:19

12

http://repository.unimus.ac.id
a. Individual Stressor
Individual stressor adalah penyebab stres yang berasal dari
dalam diri individu, misalnya:
1) Usia
Kategori Umur Menurut Depkes RI, meliputi:20
a) Masa balita = 0 – 5 tahun
b) Masa kanak-kanak = 5 – 11 tahun
c) Masa remaja Awal = 12 – 1 6 tahun
d) Masa remaja Akhir = 17 – 25 tahun
e) Masa dewasa Awal = 26- 35 tahun
f) Masa dewasa Akhir = 36- 45 tahun
g) Masa Lansia Awal = 46- 55 tahun
h) Masa Lansia Akhir = 56 – 65 tahun
Masa Manula = 65 – sampai atas
Dalam penelitian yang berjudul The Effects of Age on
Stress Levels and Its Affect on Overall Performance
mengemukakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara
usia individu dengan stress.
2) Jenis Kelamin
Jenis kelamin berpengaruh terhadap stres yang ditimbulkan
akibat pekerjaan. Penelitian di Amerika Serikat mengungkapkan
bahwa wanita memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibanding
pria.
3) Status gizi
Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu ciri kesehatan
yang baik, sehingga tenaga kerja yang produktif terwujud. Status
gizi merupakan salah satu penyebab kelelahan. Seorang tenaga
kerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja
dan ketahanan tubuh yang lebih baik, begitu juga sebaliknya. Pada
keadaan gizi buruk, dengan beban kerja berat akan mengganggu
kerja dan menurunkan efisiensi dan ketahanan tubuh sehingga

13

http://repository.unimus.ac.id
mudah terjangkit penyakit sehingga mempercepat timbulnya stres.
Status gizi seseorang dapat diketahui melalui nilai IMT (Indeks
Massa Tubuh).
4) Masa Kerja
Pada keseluruhan keluhan yang dirasakan tenaga kerja
dengan masa kerja 6 bulan sampai 1 tahun paling banyak
mengalami keluhan. Kemudian keluhan tersebut berkurang pada
tenaga kerja setelah bekerja selama 1-5 tahun. Namun, keluhan
akan meningkat pada tenaga kerja setelah bekerja pada masa kerja
lebih dari 5 tahun.
5) Kondisi Kesehatan
Ada beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi stres,
antara lain: penyakit jantung, gangguan ginjal, asma, tekanan darah
tinggi dan tekanan darah rendah.
6) Peran Ganda
Pada pekerja wanita akan timbul peran ganda dalam
melakukan pekerjaannya sehingga akan menimbulkan dilema pada
tenaga kerja. Yaitu sebagai wanita karier dan ibu rumah tangga.
7) Tipe kepribadian
Seseorang dengan kcpribadian tipe A cenderung mengalami
sires dibanding kepribadian tipe B. Bcbcrapa ciri kepribadian tipe
A ini adalah sering merasa diburu-buru dalam menjalankan
pekerjaannya, tidak sabaran, konsentrasi pada lebih dan satu
pekerjaan pada waktu yang sama, cenderung tidak puas terhadap
hidup (apa yang diraihnya), cenderung berkompetisi dengan orang
lain meskipun dalam situasi atau peristiwa yang non kompetitif.
Dengan begitu, bagi pihak perusahaan akan selalu mengalami
dilema kctika mengambil pegawai dengan kepribadian tipe A.
Sebab, di satu sisi akan memperoleh hasil yang bagus dan
pekerjaan mereka, namun di sisi lain perusahaan akan
mendapatkan pegawai yang mendapat resiko serangan atau sakit

14

http://repository.unimus.ac.id
jantung.
8) Peristiwa atau pengalaman pribadi
Stres kerja sering disebabkan pengalaman pribadi yang
menyakitkan, kematian pasangan, perceraian, sekolah, anak sakit
atau gagal sekolah, kehamilan tidak diinginkan, peristiwa traumatis
atau menghadapi masalah (pelanggaran) hukum. Banyak kasus
menunjukkan bahwa tingkat stres paling tinggi terjadi pada
seseorang yang ditinggal mati pasangannya, sementara yang paling
rendah disebabkan oleh perpindahan tempat tinggal. Disamping
itu, ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari, kesepian,
perasaan tidak aman, juga termasuk kategori ini.
b. Group Stressor
Group Stressor adalah penyebab stres yang berasal dari situasi
maupun dari keadaan di dalam pekerjaan, misalnya kurangnya
kerjasama antara karyawan, konflik antara individu dalam suatu
kelompok, maupun kurangnya dukungan sosial dari sesama karyawan
di dalam perusahaan.19
Berikut ini beberapa sumber stres kerja menurut Cary Cooper:
1) Kondisi Kerja
Kondisi kerja ini meliputi kondisi kerja quantitative work
overload, qualitative work overload, assembli line- hysteria ,
pengambilan keputusan, kondisi fisik yang berbahaya, pembagian
waktu kerja, dan kemajuan teknologi (technostres).
Pengertian dari masing-masing kondisi kerja tersebut
adalah sebagai berikut :
a) Work overload
Work overload (beban kerja yang berlebihan)
biasanya terbagi dua, yaitu quantitative dan qualitative
overload. Quantitative overload adalah ketika kerja fisik
pegawai melebihi kemampuan nya. Hal ini disebabkan
karena pegawai harus menyelesaikan pekerjaan yang sangat

15

http://repository.unimus.ac.id
banyak dalam waktu yang singkat. Qualitative overload
terjadi ketika pekrejaan yang harus dilakukan oleh pegawai
terlalu sulit dan kompleks.
b) Assembli line- hysteria
Beban kerja yang kurang dapat terjadi karena
pekerjaan yang harus dilakukan tidak menantang atau
pegawai tidak lagi tertarik dan perhatian terhadap
pekerjaannya.
c) Pengambilan keputusan dan tanggung jawab
Pengambilan keputusan yang akan berdampak pada
perusahaan dan pegawai sering membuat seorang manajer
menjadi tertekan. Terlebih lagi apabila pengambilan
putusan itu juga menuntut tanggungjawabnya,
kemungkinan peningkatan stres juga dapat terjadi.
d) Kondisi fisik yang berbahaya
Pekerjaan seperti SAR, Polisi, penjinak bom sering
berhadapan dengan stres. Mereka harus siap menghadapi
bahaya fisik sewaktu- waktu.
e) Pembagian waktu kerja
Pembagian waktu kerja kadang mengganggu ritme
hidup pegawai, misalnya pegawai yang memperoleh jatah
jam kerja berganti-ganti. Hal seperti ini tidak selalu berlaku
sama bagi setiap orang yang ada yang mudah menyesuaikan
diri, tetapi ada yang sulit sehingga menimbulkan persoalan.
f) Stres karena kemajuan teknologi (technostres)
Technostres adalah kondisi yang terjadi akibat
ketidakmampuan individu atau organisasi menghadapi
teknologi baru.
2) Ambiguitas Dalam Berperan
Pegawai kadang tidak tahu apa yang sebenarnya diharapkan
oleh perusahaan, sehingga ia bekerja tanpa arah yang jelas. Kondisi ini

16

http://repository.unimus.ac.id
akan menjadi ancaman bagi pegawai yang berada pada masa karier
tengah baya, karena harus berhadapan dengan ketidakpastian.
Akibatnya dapat menurunkan kinerja, meningkatkan ketegangan dan
keinginan keluar dari pekerjaan.
3) Faktor Interpersonal
Hubungan interpersonal dalam pekerjaan merupakan faktor
penting untuk mencapai kepuasan kerja. Adanya dukungan sosial
dari teman sekerja, pihak manajemen maupun keluarga diyakini dapat
menghambat timbulnya stres. Dengan demikian perlu kepedulian dari
pihak manjemen pada pegawai agar selalu tercipta hubungan yang
harmonis.
4) Perkembangan Karier
Pegawai biasnya mempunyai berbagai harapan dalam
kehidupan karier kerjanya, yang ditujukan pada pencapaian prestasi
dan pemenuhan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri. Apabila
perusahaan tidak memenuhi kebutuhan tersebut, misalnya: sistem
promosi yang tidak jelas, pegawai akan merasa kehilangan harapan
yang dapat menimbulkan gejala perilaku stres.
5) Struktur Organisasi
Struktur organisai berpotensi menimbulkan stres apabila
diberlakukan secara kaku, pihak manajemen kurang memperdulikan
inisiatif pegawai, tidak melibatkan pegawai dalam proses pengambilan
keputusan dan tidak adanya dukungan bagi kreatifitas pegawai.
6) Hubungan antara Pekerjaan dan Rumah
Rumah adalah sebuah tempat yang nyaman yang
memungkinkan membangun dan mengumpulkan semangat dari dalam
diri individu untuk memenuhi kebutuhan luar. Ketika tekanan
menyerang ketenangan seseorang, ini dapat memperkuat efek stres
kerja. Ditambah lagi kekurangan dukungan dari pasangan, konflik
dalam rumah tangga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi stres
dan karir.

17

http://repository.unimus.ac.id
Gambar 2.1 Model Stres dalam Pekerjaan19
3. Pengukuran
a. Pengukuran Objektif
1) Cocoro Meter
Cocoro Meter diciptakan ilmuwan Jepang, alat ini berfungsi
untuk mengetahui tingkat stres individu dengan menganalisa
kandungan enzim amilase dalam air liur. Didapatkan bukti jika
enzim ini dapat menjadi barometer stres. Semakin besar stres yang
dirasakan, semakin tinggi pula kadar amilase pada air liur
seseorang. Pemeriksaan tingkat stres dilakukan dengan meletakkan
ujung keping sensor ke dalam mulut. Sampel air liur yang
terkumpul di keping itu kemudian dimasukkan ke dalam mesin
untuk dianalisa. Beberapa saat kemudian, hasil pemeriksaan akan

18

http://repository.unimus.ac.id
terpampang di layar monitor. Berdasarkan standar Cocorometer
tingkat stres terendah adalah 10. Sedangkan tertinggi adalah 150.21
2) Heart Rate Variability
Heart Rate Variability (HRV) adalah variasi waktu yang
berlalu diantara dua gelombang R (gelombang dengan amplitude
terbesar) yang berurutan. Dapat diukur dengan uBioclip v70,
merupakan alat yang menggunakan standar variasi laju kerja
jantung atau HRV yang telah digunakan oleh hampir semua alat
kesehatan di seluruh dunia yang berhubungan dengan analisa kerja
jantung. Standar ini digunakan berdasarkan panduan yang
dikeluarkan oleh The European Society of Pacing and
Electrophysiology.22
Kondisi sistem saraf otonom dapat diketahui melalui
analisis Heart Rate Variability berbasis waktu (time domain
analysis) dan frekuensi (frequency domain analysis), melalui
analisa dari alat uBioClip v70 ini dapat diukur kondisi stres
seseorang. Analisis berbasis waktu (time domain analysis) dan
analisis berbasis frekuensi (frequency domain analysis). Time
domain analisis merupakan analisis HRV yang berbasiskan waktu.
Frequency domain analysis merupakan analisis HRV yang
berbasiskan frekuensi. Umumnya, frequency domain analysis
dibagi ke dalam beberapa rentang frekuensi, yaitu High Frequency
(HF), Low Frequency (LF) dan Very Low Frequency (VLF). HF
dievaluasi pada rentang 0,15 sampai 0,4 Hz dan merefleksikan sifat
dan perubahan parasimpatetis yang mengarah pada fungsi
pernapasan. LF dievaluasi pada rentang 0,04 sampai 0,15 Hz dan
merefleksikan sifat simpatetik dan sebagian sifat parasimpatetik.
VLF dievaluasi pada rentang 0 sampai 0,04 Hz dan merefleksikan
sebagian sifat simpatetik.22

19

http://repository.unimus.ac.id
b. Pengukuran Subjektif
1) Menggunakan Kriteria HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale)
Tingkat stres dapat dikelompokkan dengan menggunakan
kriteria HARS. Unsur yang dinilai antara lain: perasaan ansietas,
ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, gangguan kecerdasan,
perasaan depresi, gejala somatik, gejala respirasi, gejala
kardiovaskuler, gejala respirasi, gejala gastrointestinal, gejala
urinaria, gejala otonom, gejala tingkah laku. Unsur yang dinilai
dapat mengunakan scoring.
2) Kuisioner Stresor Individu
Kuisioner ini didesain dengan maksud untuk
mengidentifikasi dan mengetahui secara lebih awal kemungkinan
penyebab stres (stresor) dilingkungan kerja. Kuisioner ini dapat
sebagai petunjuk atau dapat memberikan indikasi, bahwa ditempat
kerja telah terjadi stres atau tidak. Kuisioner stresor merupakan
kuisioner yang bersifat individu, artinya harus diisi oleh setiap
orang yang menjadi target. Dengan demikian, kuisioner hanya
merupakan metode identifikasi untuk mengetahui munculnya
gejala stres ditempat kerja dan bukan menilai tingkat keparahan
dari resiko stres akibat kerja.23
3) Penilaian Indikator Stres Kerja dengan Menggunakan Skoring
Dalam penelitian pengukuran stres kerja menggunakan
Kuesioner Penilaian Stres Akibat Kerja dari Health and Safety
Executive (HSE) dengan metode skoring. Pengisian kuesioner
dilakukan dengan skala likert (tidak pernah, jarang, agak sering,
sering, dan selalu) dari 35 daftar pertanyaan. Langkah selanjutnya
adalah menghitung jumlah skor pada masing-masing kolom dari
ke-35 pertanyaan yang diajukan dan menjumlahkannya menjadi
total skor individu. Berdasarkan desain penilaian stres dengan
menggunakan 5 skala likert ini, akan diperoleh skor individu
terendah adalah sebesar 35 (tingkat resiko stres sangat tinggi) dan

20

http://repository.unimus.ac.id
skor individu tertinggi adalah 175 (tingkat stres rendah atau tidak
ada indikasi stres.
C. Perawat
Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan suatu pendidikan
dasar keperawatan dan diberi wewenang oleh pemerintah serta memenuhi
syarat untuk memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu dan penuh
tanggung jawab.24
1. Peran dan Fungsi Perawat
a. Peran Perawat
Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989
terdiri dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien,
pendidik, kordinator, kolaborator, konsultan dan peneliti.
b. Fungsi Perawat
Fungsi merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai
dengan perannya. Fungsi dapat berubah disesuaikan dengan keadaan
yang ada. Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan
berbagai fungsi diantaranya:
1) Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang
lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan
secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan
dalam rangka pemenuhan dasar manusia seperti pemenuhan
kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi,
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan
nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas dan lain-lain), pemenuhan
kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan cinta
mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
2) Fungsi dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan
kegiatannya atas pesan instruksi dari perawat lain. Sehingga
sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini

21

http://repository.unimus.ac.id
biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum
atau dari perawat primer keperawat pelaksana.
3) Fungsi Interpenden
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat
saling ketergantungan diantara tim satu dengan lainnya. Fungsi ini
dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama
tim dalam memberikan pelayanan seperti dalam memberikan
asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit
kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja
melainkan juga dari dokter ataupun dari lainnya, seperti dokter
dalam memberikan tindakan pengobatan bekerja sama dengan
perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah diberikan.
2. Tugas Perawat
Tugas perawat merupakan perincian dari fungsi yang harus
dilakukan sehubungan dengan hak, wewenang dan tanggung jawab
seorang perawat.
Tugas seorang perawat sebagai berikut:
a. Memperhatikan kebutuhan pasien
b. Merawat manusia dengan tanggung jawab, mengerti diri dan motivasi
c. Memberikan pelayanan asuhan kepada orang yang menderita sakit

D. Hubungan Beban Kerja Mental dengan Stres Kerja


Beban kerja perawat adalah perawat dituntut harus tetap ada di sisi
pasien untuk melakukan berbagai hal yang berkaitan dengan perawatan
pasien, seperti pelayanan yang diberikan dalam keadaan sakit ringan ataupun
berat yang memerlukan pemantauan serta tindakan yang terus menerus.
Perawat di ruangan juga melaksanakan asuhan keperawatan selama 24 jam
dan bekerja secara bergiliran atau shift jaga. Dalam shift jaga, perbandingan
jumlah perawat dalam satu shift jaga sering tidak seimbang dengan jumlah
pasien. Akibatnya perawat sering bekerja melebihi kapasitasnya.25

22

http://repository.unimus.ac.id
Selain itu perawat merupakan tenaga paling lama kontak atau
berhubungan dengan pasien dan keluarga. Hal ini akan akan menyebabkan
stresor yang kuat pada perawat didalam lingkungan pekerjaan. Hampir setiap
stresor dapat mengakibatkan timbulnya stres kerja, tergantung bagaimana
reaksi pekerja itu sendiri menghadapinya dan besarnya stres. Stres terhadap
perawat akan mempengaruhi munculnya terhadap masalah kesehatan,
psikologi dan interaksi interpersonal.26
Respon stres ini dikontrol utamanya oleh hipothalamus. Jika stres
berlangsung lama maka mungkin mekanisme homeostasis tubuh tidak bisa
mengatasi stres sehingga bisa trjadi perubahan dalam tubuh individu. Impuls
saraf dari hipothalamus akan memicu rangsang saraf otonom, saraf
parasimpatis akan ditekan dan saraf simpatis akan diaktifkan lalu secara
langsung menimbulkam efek pada organ target atau secara tidak langsung
akan merangsang medulla adrenal mengeluarkan Epinephrine (>90%) dan
Norepinephrine (>10%) yang berpengaruh pada organ target yaitu jantung.
Efek-efek yang timbul dari aktivitas simpatis adalah vasokonstriksi
pembuluh darah, peningkatan tekanan darah, perubahan denyut nadi dan
perubahan heart rate variability. 27
Sedangkan selama stress saraf simpatis lebih mendominasi. Walter
Cannon mengistilahkan aktivitas divisi simpatis sebagai respons fight or
flight, di mana persepsi atau reaksi yang menyebabkan sistem saraf simpatis
merangsang kelenjar adrenal pada sistem endokrin untuk mengeluarkan atau
mensekresi epinephrine yang memberikan reaksi tubuh. Cannon menjelaskan
bahwa reaksi tubuh yang dihasilkan dapat berdampak positif dan negative.
Respons fight or flight merupakan reaksi yang normal karena mendorong
individu untuk merespons dengan cepat ketika ada rangsangan. Tetapi bila
terjadi reaksi yang berlebihan, akan berdampak negatif bagi tubuh dalam
jangka waktu yang lama. 27
Sementara itu, beberapa tahun belakangan ini, banyak peneliti yang
menggunakan HRV untuk mengukur tingkat stres seseorang. HRV dihitung
berdasarkan variasi waktu yang berselang diantara dua gelombang R atau R

23

http://repository.unimus.ac.id
interval. Variasi waktu di antara dua gelombang R menggambarkan status
dari saraf otonom yaitu saraf simpatis dan parasimpatis. Semakin tinggi
tingkat stres seseorang maka HRV akan semakin kompleks.27

E. Kerangka Teori

Perawat

Individual Stressor: Group Stressor:


1. Jenis kelamin 1. Kondisi kerja (Work
2. Status gizi overload)
3. Masa kerja 2. Ambiguitas dalam pekerjaan
4. Kondisi kesehatan 3. Faktor interpersonal
5. Peran ganda 4. Perkembangan karier
6. Peristiea atau pengalaman 5. Struktur organisasi
pribadi 6. Hubungan pekerjaan dan
rumah

Tipe Kepribadian

Saraf Otonom

Heart Rate Variability

Stres Kerja

24

http://repository.unimus.ac.id
F. Kerangka Konsep

Beban Kerja Mental Stres Kerja

G. Hipotesis
Ada hubungan antara beban kerja mental dengan stres kerja pada
perawat RS PKU Muhammadiyah Gubug.

25

http://repository.unimus.ac.id

Anda mungkin juga menyukai