Anda di halaman 1dari 33

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Beban Kerja

2.1.1 Pengertian Beban Kerja

Beban kerja merupakan segala sesuatu yang mencakup

berbagai variabel yang mencerminkan jumlah atau kesulitan suatu

pekerjaan seseorang (Bowling & Kirkendall, 2012). Beban kerja juga

dapat diartikan sebagai keseluruhan susunan pekerjaan yang dialami

seseorang dari pekerjaan dihari itu termasuk organisasi, lingkungan,

pribadi (fisik, psisiologis, dan psikologi), dan faktor situasional

(Umansky & Rantanen, 2016).

O'Brien-Pallas, Mayer, & Thomson (2005) menjelaskan

bahwa yang dimaksud dengan beban kerja perawat adalah keseluruhan

jumlah dan tipe (baik langsung maupun tidak langsung) dari tindakan

perawat dalam merawat pasien dalam waktu satu hari.

2.1.2 Indikator Beban Kerja

Soleman (2011) menyatakan indikator-indikator yang dapat

mempengaruhi beban kerja seseorang adalah sebagai berikut :

1. Faktor eksternal, yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja,

seperti :

10
Universitas Kader Bangsa
11

a. Tugas (Task). Meliputi tugas bersifat fisik seperti, ruang kerja,

tata ruang tempat kerja, kondisi ruang kerja, kondisi lingkungan

kerja, sikap kerja, cara angkut, beban yang diangkat. Sedangkan

tugas yang bersifat mental meliputi, tanggung jawab,

kompleksitas pekerjaan, emosi pekerja dan sebagainya.

b. Organisasi Kerja, meliputi lamanya waktu kerja, waktu istirahat,

shift kerja, system kerja dan sebagainya.

c. Lingkungan Kerja. Lingkungan kerja ini dapat memberikan

beban tambahan yang meliputi, lingkungan kerja fisik,

lingkungan kerja kimiawi, lingkungan kerja biologis dan

lingkungan kerja psikologis.

2. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam tubuh akibat

dari reaksi beban kerja ekternal yang berpotensi sebagai stresor,

meliputi faktor somatic (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status

gizi, kondisi kesehatan, dan sebagainya), serta faktor psikis

(motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan, dan

sebagainya).

Koesomowidjojo (2017) lebih lanjut menjelaskan bahwa

dalam dunia kerja ada beberapa indikator untuk mengetahui seberapa

besar beban kerja yang harus diemban oleh karyawan, indikator

tersebut antara lain:

1. Kondisi pekerjaan, yang dimaksud adalah bagaimana seorang

karyawan memahami pekerjaan tersebut dengan baik, sejauh mana

11
Universitas Kader Bangsa
12

kemampuan serta pemahaman karyawan atas pekerjaannya.

2. Penggunaan waktu kerja, dimana waktu kerja yang sesuai dengan

SOP tentu akan meminimalisir beban kerja. Namun, apabila

karyawan diberikan beban yang tidak sesuai dengan waktu standar

SOP maka karyawan akan membebani karyawan atas pekerjaan

yang didelegasikan kepadanya.

3. Target yang harus dicapai, yaitu terget kerja yang ditetapkan untuk

karyawan.

Apabila terdapat ketidakseimbanagan antara waktu penyelesaian

target pelaksanaan dan volume pekerjaan yang diberikan maka akan

semakin besar beban kerja yang dirasakan oleh karyawan.

2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja

Umansky & Rantanen (2016) menyatakan bahwa yang

mempengaruhi beban kerja (workload drivers) antara lain:

1. Patient-to-nurse ratio, yaitu jumlah pasien yang harus ditangani

oleh masing-masing perawat.

2. Activity type, yaitu jenis kegiatan yang dilakukan perawat mulai

dari kegiatan pokok yang penting seperti melakukan dokumentasi

asuhan keperawatan, kegiatan tambahan yang bukan bagian dari

tugas pokok seperti menyusun status pasien pada tempatnya, hingga

kegiatan tambahan yang merupakan bagian dari tugas pokok seperti

pemberian obat.

12
Universitas Kader Bangsa
13

3. Time pressure, yaitu rasio waktu yang dibutuhkan (total waktu

yang digunakan untuk mengerjakan tugas pokok) dan waktu yang

tersedia harus diperhitungkan.

4. Physical expenditure, yaitu jumlah, rata-rata serta standar tiap

perawat berjalan selama melaksanakan tugas.

2.1.4 Jenis Beban Kerja

Noyes (2003) membagi beban kerja menjadi dua tipe dasar,

yaitu beban kerja fisik dan beban kerja kognitif (mental). Beban

kerja fisik berhubungan dengan jumlah energi yang digunakan oleh

seseorang dalam mengerjakan suatu kegiatan. Sedangkan beban kerja

kognitif (mental) merupakan perspektif/perasaan subjektif individu itu

sendiri

Lebih lanjut lagi Bowling & Kirkendall (2012) menjelaskan

secara spesifik jenis dari beban kerja antara lain:

1. Beban kerja kuantitatif, yaitu dimana beban kerja didefinisikan

sebagai keseluruhan jumlah pekerjaan yang dilakukan oleh

seseorang.

2. Beban kerja kualitatif, yaitu tingkat kesulitan dari pekerjaan yang

dilakukan oleh seseorang.

3. Beban kerja fisik, yaitu dimana kemampuan fisik seseorang dalam

mengerjakan tugas yang menjadi tolak ukur, dan beban kerja fisik

yang berlebih ini dapat berdampak pada penyakit fisik karyawan

13
Universitas Kader Bangsa
14

4. Beban kerja mental, yaitu kemampuan secara mental dari karyawan

yang menjadi dasar, dan bila beban kerja mental tersebut berlebihan

maka akan berdampak pada psikologi karyawan itu sendiri.

2.1.5 Dampak Beban Kerja

Beban kerja haruslah seimbang, sebab beban kerja yang

terlalu tinggi maupun terlalu rendah akan berdampak tidak baik bagi

karyawan. Beban kerja yang tinggi akan menimbulkan stres kerja,

minimnya konsentrasi karyawan, timbulnya keluhan pelanggan dan

menyebabkan tingginya angka ketidakhadiran karyawan. Sedangkan

beban kerja yang terlalu rendah akan memunculkan kebosanan dan

rendahnya konsentrasi terhadap pekerjaan. Baik beban kerja yang

terlampau tinggi maupun terlalu rendah pada akhirnya akan

menyebabkan rendahnya produktifitas karyawan (Koesoemowidjojo,

2017).

Dalam profesi keperawatan sendiri beban kerja yang tidak

sesuai dengan standar akan menimbulkan dampak seperti munculnya

kesalahan pada pelaporan status pasien, kelelahan kerja, meninggalkan

pekerjaan yang tidak selesai selama shift kerja, terganggunya alur

kerja, hingga kesalahan pemberian medikasi pada pasien (McPhee,

Dahinten, & Havaei, 2017).

14
Universitas Kader Bangsa
15

2.1.6 Perhitungan Beban Kerja

Koesomowidjojo (2017) menyebutkan bahwa perhitungan

beban kerja dapat dipandang dari 3 aspek, yaitu aspek fisik, mental dan

penggunaan waktu. Penghitungan beban kerja berdasarkan aspek-

aspek tersebut dilakukan dengan :

1. Beban kerja fisik, terdiri dari beban kerja fisik fisiologis dan beban

kerja fisik biomekanika.

a. Beban kerja fisik fisiologis, diukur dengan pemeriksaan

kesehatan yaitu pada sistem faal tubuh, denyut jantung,

pernafasan, serta fungsi alat indra pada tubuh karyawan.

b. Beban kerja fisik biomekanika, diukur dengan pemeriksaan

daya kinetik tubuh, yang disesuaikan dengan standar daya

jangkau tubuh, kecepatan dan kemampuan menjangkau benda-

benda bergerak, serta kemampuan tubuh menahan beban atau

menggerakkan beban tertentu yang tentunya berkaitan dengan

kekuatan otot tangan, kaki dan tubuh.

2. Beban kerja mental/psikis, penilaian didasarkan pada bagaimana

tanggung jawab, kewaspadaan karyawan atas pekerjaan yang

dihadapi, tingkat konsentrasi yang dimiliki kayawan, bahkan

bagaimana karyawan berinteraksi dengan lingkungannya.

a. Pengukuran subjektif, diukur dengan beberapa metode antara

lain : MCH (Modified Cooper-Harper) Scale, NASA-TLX

(Task Load Index), dan SWAT (Subjective Workload

15
Universitas Kader Bangsa
16

Assessment Technique), serta metode Spare Mental Capacity

Technique.

b. Pengukuran performa, dilakukan pengukuran atas waktu kerja,

frekuensi individu dalam menjalankan instruksi, serta kualitas

hasil kerja dan lain- lain.

c. Pengukuran psyhco-psysiological, dengan cara menidentifikasi

cairan dalam tubuh, durasi kedipan mata karyawan, diameter

pupil, gerakan mata, kardiovaskuler, elektrodermal, serta

hormon kortisol dan adrenalin bahkan juga dengan pengukuran

aktivitas otak menggunakan EEG.

d. Task analysis, pengukuran dilakukan dengan menganalisa

beban kerja menggunakan software dan hardware khusus

pengukuran beban kerja.

3. Pemanfaatan waktu, penghitungan dibedakan menjadi dua hal

berikut:

a. Pekerjaan yang dilakukan berulang (repetitif), gerakan

berulang dan berlebihan bersamaan dengan penggunaan mesin-

mesin yang memiliki getaran dan posisi tertentu perharinya

menimbulkan risiko kecelakaan kerja semakin tinggi.

b. Pekerjaan yang dilakukan tidak berulang (nonrepetitif), beban

kerja yang diampu oleh karyawan tidak hanya berlaku bagi

karyawan yang berkaitan langsung dengan pekerjaan fisik yang

terlihat berat. Pekerjaan nonrepetitif juga beresiko

16
Universitas Kader Bangsa
17

meningkatkan angka beban kerja karyawan apabila organisasi /

perusahaan tidak jeli mengatasi hal tersebut.

Lebih lanjut lagi, Nursalam (2016) menjelaskan bahwa ada

tiga cara yang dapat digunakan untuk menghitung beban kerja secara

personel antara lain sebagai berikut:

1. Work sampling. Teknik ini dikembangkan pada dunia industri

untuk melihat beban kerja yang dipangku oleh personel pada suatu

unit, bidang maupun jenis tenaga tertentu. Pada teknik work

sampling kita akan mendapatkan ribuan pengamatan kegiatan dari

sejumlah personel yang kita amati. Oleh karena besarnya jumlah

pengamatan kegiatan penelitian akan didapatkan sebaran normal

sampel pengamatan kegiatan penelitian. Artinya data cukup besar

dengan sebaran sehingga dapat dianalisis dengan baik. Pada metode

work sampling dapat diamati hal-hal spesifik tentang pekerjaan

antara lain:

a. Aktivitas apa yang sedang dilakukan personel pada waktu jam

kerja;

b. Apakah aktivitas personel berkaitan dengan fungsi dan

tugasnya pada waktu jam kerja;

c. Proporsi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan produktif

atau tidak produktif;

d. Pola beban kerja personel dikaitkan dengan waktu dan jadwal

jam kerja.

17
Universitas Kader Bangsa
18

2. Time and motion study. Pada teknik ini kita mengamati dan

mengikuti dengan cermat tentang kegiatan yang dilakukan oleh

personel yang sedang kita amati. Melalui teknik ini akan didapatkan

beban kerja personel dan kualitas kerjanya.

3. Daily log atau pencatatan kegiatan sendiri merupakan bentuk

sederhana work sampling yaitu pencatatan dilakukan sendiri oleh

personel yang diamati. Pencatatan meliputi kegiatan yang dilakukan

dan waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan tersebut.

Penggunaan ini tergantung kerja sama dan kejujuran dari personel

yang diamati. Pendekatan ini relatif lebih sederhana dan biaya yang

murah. Peneliti biasa membuat pedoman dan formulir isian yang

dapat dipelajari sendiri oleh informan. Sebelum dilakukan

pencatatan kegiatan peneliti menjelaskan tujuan dan cara pengisian

formulir kepada subjek personal yang diteliti, ditekankan pada

personel yang diteliti bahwa yang terpenting adalah jenis kegiatan,

waktu dan lama kegiatan, sedangkan informasi personel tetap

menjadi rahasia dan tidak akan dicantumkan pada laporan

penelitian. Menuliskan secara rinci kegiatan dan waktu yang

diperlukan merupakan kunci keberhasilan dari pengamatan dengan

daily log

18
Universitas Kader Bangsa
19

2.2 Stres

2.2.1 Pengertian Stres

Tak seorang pun dapat menghindari stres karena untuk

menghilangkannya berarti akan menghancurkan hidupnya sendiri

(Selly, dalam Jenita Doli, 2019). Stres merupakan reaksi antara

individu dengan lingkungan. Interaksi antara individu dengan

lingkungannya yang saling mempengaruhi itu dinamakan dengan

interaksi transaksional yang didalamnya terdapat proses penyesuaian.

Stres bukan hanya stimulus atau respons tetapi juga agen aktif

yang dapat mempengaruhi stressor melalui startegi perilaku, kognitif

dan emosional. Individu akan memberikan reaksi yang berbeda

terhadap stressor yang sama. Definisi tentang stres yang sangat

beragam menunjukkan bahwa stres bukanlah suatu hal yang sederhana.

Salah satu definisi stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang

disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan (Vincent Cornelli,

dalam Jenita Doli, 2019).

Kesimpulan para ahli tentang stres yaitu stres bisa terjadi

karena manusia begitu kuat dalam mengejar keinginannya serta

kebutuhannya denga mengandalkan segala kemampuannya dan

potensinya. Grant Brecht memandang stres dapat timbul oleh banyak

hal misalnya berbagai persoalan hidup yang dihadapi oleh individu

dalam kehidupan pribadinya. Oleh karena itu stres juga didefinisikan

sebagai proses ketika stresor mengancam keselamatan dan

19
Universitas Kader Bangsa
20

kesejahteraan individu atau organisme (Laura Cousino Klein &

Elizabeth J.Corwin, dalam Jenita Doli, 2019).

Dari sekian batasan yang paling mendekati adalah batasan

yang dikemukakan oleh Cofer & Appley dalam Jenita Doli (2019)

yang menyatakan bahwa stres adalah kondisi organik seorang pada

saat ia menyadari bahwa keberadaan atau integritas diri dalam keadaan

bahaya dan ia harus meningkatkan seluruh energi untuk melindungi

diri. Sedangkan Cranwell-Ward dalam Jenita Doli (2019) menyebutkan

stres sebagai reasksi-reaksi fisologik dan psikologik yang terjadi jika

orang mempersepsi suatu ketidakseimbangan antara tingkat tuntutan

yang dibebankan kepadanya dan kemmapuannya untuk memenuhi

tuntutan itu.

Stres adalah reaksi non-spesifik manusia terhadap rangsangan

atau tekanan (stimulus stressor). Stres merupakan suatu reaksi adaptif,

bersifat sangat individual sehingga suatu stres bagi seseorang belum

tentu sama tanggapannya bagi orang lain (Anggota Ikapi, dalam jenita

Doli, 2019). Stres adalah segala sesuatu dimana tuntutan non-spesifik

mengharuskan seorang individu untuk berespons atau melakukan

tindakan (Potter dan Perry, dalam Jenita Doli, 2019)

20
Universitas Kader Bangsa
21

2.2.2 Gejala Stres

Berikut gejala stres menurut beberapa tokoh penting :

1. Cary Cooper & Alison Straw

Ada 3 aspek gejala stres menurut cary cooper & Alison Straw yaitu

Fisik, Perilaku, dan Watak & Kepribadian. Aspek fisik meliputi

napas memburu, mulut dan tenggorokan kering, tangan lembap,

panas, otot tegang, pencernaan terganggu, sembelit, letih, gelisah.

Aspek Perilaku meliputi bingung, cemas, sedih, jengkel, salah

paham, gagal, tidak menarik, tidak bersemangat, susah konsentrasi.

Sedangkan aspek watak & kepribadian meliputi berlebihan berhati-

hati, panik pemarah, kurang PD

2. Bram

Ada 4 aspek gejala stres menurut bram yaitu Fisik, emosional,

Intelektual, dan interpersonal. Aspek fisik meliputi insomnia, sakit

kepala, sulit BAB, gangguan pencernaan, radang usus, gatal-gatal.

Aspek emosional meliputi pemarah, mudah tersinggung, sensitif,

gelisah, pencemas, sedih, cengeng dan mood berubah-ubah. Aspek

intelektual meliputi pelupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun,

emalmun. Sedangkana spek interpersonal meliputi acuh tak acuh,

kurang percaya pada orang lain, mengingkari janji, suka mencari

orang lain, introvert dan mudah menyalahkan orang lain.

21
Universitas Kader Bangsa
22

2.2.3 Jenis Stres

Ada 2 tipe stres yaitu :

1. Stres akut

Stres ini dikenal juga dengan fight or flight response. Stres akut

adalah respons tubuh terhadap ancaman tertentu, tantangan atau

ketakutan. Respons stres akut yang segera dan intensif di beberapa

keadaan dapat menimbulkan geemtaran

2. Stres Kronis

Stres akut kecil dapat memberikan keuntungan, dimana dapat

membantu melakukan sesuatu, memotivasi dan memberi semangat.

Namun masalah terjadi ketika stres akut menimbun, hal ini akan

mendorong terjadinya masalah kesehatan seperti sakit kepala dan

insomnia. Stres kronis lebih sulit dipisahkan atau diatasi daripada stres

akut, tapi efeknya lebih panjang dan lebih problematik.

2.2.4 Dampak Stres

Pada dosis yang kecil, stres dapat memberikan dampak yang

positif pada diri individu, ini dapat memotivasi dan memberikan

semangat untuk menghadapi tantangan. Pada stres dengan level yang

tinggi dapat menyebabkan depresi, penyakit kardiovaskuler, penurunan

respons imun dan kanker. Adapun dampak lain yang dipengaruhi oleh

Universitas Kader Bangsa


23

stres yaitu :

1. Dampak bagi spiritualitas, adalah dapat menghilangkan keyakinan

dan keimanan yang terdapat dalam diri. Stres yang tidak terkontrol

akan menganggu spiritualitas berupa kemarahan pada Tuhan yang

berujung pada sifat-sifat negatif yang muncul pada individu. Dalam

hal ini stres sangat berbahaya karena dapat menurunkan derajat

manusia itu sendiri dengan makhluk yang lainnya.

2. Dampak bagi tubuh, yaitu orang-orang yang mudah terserang stres

sangat mudah terserang berbagai macam penyakit fisik. Stres yang

tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak seeprti

terganggunya sistem hormonal, kerusakan vitamin dan mineral serta

melemahnya sistem kekebalan tubuh.

3. Efek bagi imunitas, yakni stresor dapat menjadi stimulus yang

menyebabkan aktivasi, resisten dan ekshausi. Sinyal stres dirambatkan

mulai dari sel di otak (hipotalamus dan ptiutari), sel di adrenal

(korteks dan medula) yang akhirnya di sampaikan ke sel imun.

Tingkat stres yang terjadi pada jenis dan subset sel imun akan

emnentukan kualitas modulasi imunitas, baik alami maupun adaptif.

Adapun dampak stres yang berkepanjangan, ialah dapat

menimbulkan gangguan pada tubuh manusia, seperti:

1. Penyakit jantung atau penyakit arteri koroner

Universitas Kader Bangsa


24

2. Gangguan vaskuler atau sentral

3. Gangguan pernapasan

4. Gangguan Gastrointestinal

5. Gangguan muskuloskletal

6. Gangguan Kulit

7. Gangguan sitem imun

8. Gangguan reproduksi

9. Gangguan Sitem Perilaku

10. Gangguan Psikologis

2.2.5 Sumber Stres

Sumber stres terdiri dari tiga aspek, yaitu :

1. Diri Sendiri

Sumber stres dalam diri sendiri pada umumnya dikarenakan konflik

yang terjadi antara keinginan dan kenyataan berbda. Mengingat

bahwa manusia adalah makhluk rohani, dan makhluk jasmani, maka

stresor dapat dibagi menjadi tiga yaitu stresor rohani, stresor mental

dan stresor jasmani.

2. Keluarga

Sementara itu stres yang bersumber dari masalah keluarga dapat

etrjadi karena adanya perselisihan masalah keluarga, amsalah

Universitas Kader Bangsa


25

keuangan serta adanya tujuan yang berbeda diantara anggota

keluarga.

3. Masyarakat dan Lingkungan

Pada sisi lain masyarkat dan lingkungan juga menjadi salah satu

sumber stres. Kurangnya hubungan interpersonal serta kurang

adanya pengakuan di masyarakat merupakan penyebab stres dari

lingkungan dan masyarakat (Hidayat, dalam Jenita Doli, 2019)

2.3 Stres Kerja

2.3.1 Pengertian Stres Kerja

Istilah stres secara historis telah lama digunakan untuk

menjelaskan suatu tuntutan untuk beradaptasi dari seseorang, ataupun

reaksi seseorang terhadap tuntutan tersebut (Lukluk A & Bandiyah,

2011). Stres juga dapat diartikan sebagai reaksi negatif orang-orang

terhadap tekanan yang dibebankan kepada mereka dari adanya

tuntutan, hambatan atau peluang (Robbins & Coulter, 2010). Lebih

lanjut lagi, Saam & Wahyuni (2013) menjelaskan bahwa stres

merupakan emosi ganda (multi emotion), stres menjadi reaksi tubuh

dan psikis terhadap tuntutan-tuntutan lingkungan kepada seseorang,

dengan kata lain keadaan tersebut membuat seseorang berada dalam

tekanan (pressure).

Universitas Kader Bangsa


26

Dalam bekerja, seseorang kadang merasa tidak mampu, tidak

nyaman, bosan dan tertekan. Orang-orang tersebut sebenarnya

mengalami stres kerja. Stres kerja adalah ketidakmampuan individu

dalam memenuhi tuntutan-tuntutan pekerjaannya sehingga ia merasa

tidak nyaman dan tidak senang (Saam & Wahyuni, 2013). Sementara

itu, Wijono (2010) menerangkan bahwa yang dimaksud dengan stres

kerja adalah suatu kondisi dari hasil penghayatan subyektif individu

yang dapat berupa interaksi antara indvidu dan lingkungan kerja yang

dapat mengancam dan memberi tekanan secara psikologis, fisologis,

dan sikap individu.

Selama dekade terakhir, perawat secara konsisten dilaporkan

sebagai profesi dengan tingkat stres kerja tertinggi dari semua profesi

di bidang kesehatan. Stres kerja perawat mengacu pada kondisi kerja

yang penuh tekanan dan / atau karakteristik pekerjaan yang

berhubungan dengan bagaimana tugas dirancang, gaya manajemen,

aspek hubungan interpersonal, dan peran kerja. (Roberts, Grubb &

Grosch, 2012).

2.3.2 Indikator Stres Kerja

Ada beberapa gejala stres yang dapat dilihat dari berbagai

faktor yang menunjukkan adanya perubahan, seperti merasa letih/lelah,

Universitas Kader Bangsa


27

kehabisan tenaga, pusing, kecemasan berlarut-larut, sulit tidur dan

mudah marah bahkan merasa tidak puas terhadap apa yang dicapai

(Wijono, 2010). Robbins & Coulter (2010). Lebih lanjut menjelaskan,

indikator stres dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori utama

yaitu :

1. Gejala fisik seperti perubahan dalam metabolisme, bertambahnya

detak jantung dan napas, naiknya tekanan darah, sakit kepala, dan

potensi serangan jantung.

2. Gejala psikologis seperti munculnya ketidakpuasan kerja, muncul

tekanan dan kecemasan, orang tersebut menjadi lekas marah, timbul

kebosanan dan penundaan atas pekerjaannya.

3. Gejala perilaku seperti perubahan dalam produktivitas,

ketidakhadiran kerja, perputaran kerja, perubahan pola makan,

peningkatan konsumsi alkohol atau rokok, berbicara cepat, muncul

kegelisahan dan gangguan tidur.

2.3.3 Penyebab Stres Kerja

Sumber stres (stressor) adalah suatu kondisi, situasi dan

peristiwa yang dapat menyebabkan stres. Ada berbagai sumber stres

yang dapat menyebabkan stres di perusahaaan diantaranya yaitu faktor

pekerjaan itu sendiri dan diluar pekerjaan itu sendiri (Wijono, 2010).

Universitas Kader Bangsa


28

Cooper (dalam Saam & Wahyuni, 2012) menyatakan sumber

stres kerja adalah kondisi pekerjaan, masalah peran, hubungan

interpersonal, kesempatan pengembangan karir dan struktur organisasi.

Lebih lanjut lagi diterangkan bahwa yang dimaksud dengan kondisi

pekerjaan yang berpotensi sebagai sumber stres kerja adalah :

1. Kondisi kerja yang buruk seperti ruang kerja yang sempit, tidak

nyaman, panas, gelap, kotor, pengap, berisik dan padat.

2. Kelebihan beban (overload). Kelebihan beban dikategorikan secara

kuantitatif dan kualitatif. Kelebihan beban secara kuantitatif

artinya beban atau volume pekerjaan melebihi kapasistas

kemampuan kayawan, sehingga karyawan tersebut mudah lelah

dan tegang. Sedangkan kelebihan beban secara kualitatif artinya

pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan kemampuan karyawan

sehingga ia merasa kesulitan menyelesaikannya dan menyita

kemampuan kognitif serta teknis.

3. Pekerjaan yang tidak lagi menantang, tidak lagi menarik bagi yang

bersangkutan sehingga timbul kebosanan, ketidakpuasan dan

ketidaksenangan.

4. Pekerjaan beresiko tinggi, artinya bahaya bagi keselamatan pekerja

itu sendiri.

Sedangkan yang dimaksud dengan masalah peran adalah

Universitas Kader Bangsa


29

status wanita yang berperan ganda seperti sebagai ibu rumah tangga,

wanita karier dan juga menopang ekonomi rumah tangga. Sumber stres

yang lain adalah ketidakjelasan sistem jenjang karir dan penilaian

prestasi kerja, serta “budaya nepotisme”. Struktur dan budaya

organisasi yang tidak jelas juga dapat menjadi sumber stres. Struktur

organisasi atau unit kerja yang tidak jelas, tugas pokok dan fungsi

dalam jabatan dapat pula menjadi sumber stres karyawan. Selain itu,

bila peran, wewenang, tanggung jawab, aturan main yang tidak jelas,

iklim politik dan kompetisi yang tidak sehat juga memicu stres kerja

(Saam & Wahyuni, 2012).

Keperawatan telah lama dianggap sebagai salah satu profesi

dengan tingkat stres yang tinggi. Stres pada bidang keperawatan

sebagian besar disebabkan oleh kerja fisik, keluhan dan tuntutan

emosional dari pasien dan keluarga, jam kerja, pembagian shif kerja,

hubungan interpersonal (misalnya, interprofesional dan konflik

intraprofessional), dan tekanan lainnya yang berpengaruh bagi seorang

perawat (Roberts, Grubb, & Grosch, 2012).

Sunaryo (2004) mengutip hasil penelitian dari Dewe pada

tahun 1989, yang menyatakan 5 sumber stres dalam keperawatan,

antara lain :

1. Beban Kerja berlebihan, misal merawat terlalu banyak pasien,

Universitas Kader Bangsa


30

kesulitan mempertahankan standar yang tinggi, dan keterbatasan

tenaga.

2. Kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain, misalnya mengalami

konflik dengan rekan sejawat, mengetahui orang lain tidak

menghargai sumbangsih yang dilakukan, dan gagal membetuk tim

kerja dengan staf.

3. Kesulitan dalam merawat pasien kritis, misalnya kesulitan

menjalankan peralatan yang belum dikenal, mengelola prosedur

atau tindakan baru, dan bekerja denga dokter yang menuntut

jawaban dan tindakan yang cepat.

4. Berurusan dengan pengobatan/perawatan pasien, misal bekerja

dengan dokter yang tidak memahami kebutuhan sosial dan

emosional pasien, dan merawat pasien yang tidak kooperatif.

5. Merawat pasien yang gagal untuk membaik, misal pasien lansia,

pasien dengan nyeri kronis dan pasien yang meninggal selama

perawatan.

2.3.4 Dampak stres Kerja

Stres akibat pekerjaan akan mempengaruhi prestasi kerja

karyawan, dimana karyawan dengan stres kerja pada umumnya

mengalami ketegangan pikiran dan berperilaku aneh, pemarah dan

Universitas Kader Bangsa


31

suka menyendiri (Hasibuan, 2010). Hal ini selaras dengan yang

Robbins & Coulter (2010) ungkapkan, dimana stres ternyata menjadi

penyebab utama orang-orang mengundurkan diri dari pekerjaan

mereka. Health and Safety Executive (2017) menyatakan bahwa rata-

rata hari kerja yang terbuang akibat stres kerja mencapai 23,8

hari/kasus pada tiap tahunnya. Stres kerja ini juga menyumbang 40%

dari total kasus penyakit akibat kerja.

Kasmarani (2012) juga menjelaskan dampak buruk lain yang

dapat ditimbulkan apabila perawat mengalami stres adalah

terganggunya interaksi sosial, baik itu dengan rekan kerja, dokter

maupun rekan sesama perawat. Pada akhirnya, perawat yang

mengalami stres dan burnout memungkinkan perawat tidak dapat

menampilkan performa secara efektif dan efisien yang tentunya akan

merugikan perawat itu sendiri, pasien sebagai pengguna jasa kesehatan

serta rumah sakit sebagai penyedia layanan kesehatan.

2.4 Keperawatan

2.4.1 Pengertian Keperawatan

Menurut Peraturan Kementrian Kesehatan Tahun 2010,

definisi Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan baik di

Universitas Kader Bangsa


32

dalam maupun diluar negeri sesuai dengan peraturan perundang-

undangan. Menurut Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009,

perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan

melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya

dan diperoleh melalui pendidikan keperawatan.

Menurut Depkes (2010) pelayanan keperawatan adalah suatu

bentuk pelayanan professional, yang merupakan bagian integral dari

pelayanan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, yang

diberikan dalam bentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang

komprehensif, yang ditujukan kepada individu, keluarga dan

masyarakat, baik yang sakit maupun yang sehat, yang mencakup

seluruh proses kehidupan manusia.

Dalam keperawatan, terdapat proses keperawatan yang harus

dijalani. Proses keperawatan menurut Carol Va dalam Jenita Doli

(2019) merupakan suatu metode yang sistematis untuk mengkaji

respon manusia terhadap masalah kesehatan dan membuat rencana

keperawatan yang bertujuan mengatasi masalah tersebut.

Keperawatan merupakan suatu profesi yang mengabdi kepada

manusia dan kemanusian, mendahulukan kepentingan kesehatan

masyarakat diatas kepentingan sendiri, suatu pelayanan/asuhan yang

bersifat humanistik, menggunakan pendekatan holistik, didasarkan

Universitas Kader Bangsa


33

ilmu dan kiat keperawatan berpegang pada standar pelayanan/asuhan

keperawatan sebagai tuntutan utama dalam melaksanakan

pelayanan/asuhan keperawatan.(Fitriani, 2011)

2.4.2 Peran Perawat

Peran perawat dapat diartikan sebagai tingkah laku yang

diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan

kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan

sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi perawat yang

bersifat konstan (Budiono & Pertami, 2015). Nursalam (2014)

menyebutkan peran profesional perawat adalah memberikan asuhan

keperawatan pada manusia yang meliputi :

1. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan dan

kebutuhan klien.

2. Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi

masalah keperawatan, mulai dari pemeriksaan fisik, psikis, sosial,

dan spiritual.

3. Memberikan asuhan keperawatan kepada klien (klien, keluarga,

dan masyarakat).

Pelayanan yang diberikan oleh perawat harus dapat mengatasi

masalah- masalah fisik, psikis, dan sosial-spiritual pada klien dengan

Universitas Kader Bangsa


34

fokus utama mengubah perilaku klien (pengetahuan, sikap dan

keteramplannya) dalam mengatasi masalah kesehatan sehingga klien

dapat mandiri (Nursalam, 2014). Telah dijelaskan dalam UU No. 38

tahun 2014 pada pasal 1 ayat 3, bahwa yang dimaksud dengan

pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional

yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang

didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada ndividu,

keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit.

Secara lebih rinci, Konsorsium Ilmu Kesehatan tahun 1989

( dalam Budiono & Pertami, 2015) menjelaskan peran perawat antara

lain:

1. Pemberi asuhan keperawatan, dengan memperhatikan keadaan

kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberi

pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses

keperawatan, dari yang sederhana sampai dengan kompleks.

2. Advokat pasien/klien, dengan menginterpretasikan berbagai

informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya

dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang

diberikan kepada pasien serta memepertahankan hak-hak pasien.

3. Pendidik (educator), dengan cara membantu klien dalam

meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit

Universitas Kader Bangsa


35

bahkan tindakan yang diberikan sehingga terjadi perubahan

perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

4. Koordinator, dengan cara mengarahkan, merencanakan, serta

mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga

pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah, serta sesuai dengan

kebutuhan klien.

5. Kolaborator, peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui

tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi, dan

lain-lain yang berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan

yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam

penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

6. Konsultan, perawat sebagai tempat konsultasi terhadap masalah

atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini

dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang

tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.

7. Peneliti, perawat mengadakan perencanaan, kerja sama,

perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode

pemberian pelayanan keperawatan.

2.4.3 Fungsi Perawat

Fungsi perawat adalah suatu pekerjaan atau kegiatan yang

Universitas Kader Bangsa


36

dilakukan sesuai dengan perannya. Fungsi tersebut dapat berubah

disesuaikan dengan keadaan yang ada. Perawat dalam menjalankan

perannya memliki beberpaa fungsi yaitu (Budiono & Pertami, 2015) :

1. Fungsi Independen

2. Fungsi Dependen

3. Fungsi Interependen

Universitas Kader Bangsa


37

2.4.4 Tugas dan Tanggung Jawab Perawat

Tugas perawat dalam menjalankan perannya sebagai pemberi

asuhan keperawatan dapat dilaksanakan sesuai tahap dalam proses

keperawatan. Tugas ini disepakati dalam Lokakarya tahun 1983 (dalam

Budiono & Pertami, 2015) , yaitu:

1. Menyampaikan perhatian dan rasa hormat pada klien (sincere

interest).

2. Jika perawat terpaksa menunda pelayanan maka perawat bersedia

memberikan penjelasan dengan ramah kepada klien (explanation

about the delay).

3. Menunjukkan kepada klien sikap menghargai (respect) yang

ditunjukkan dengan perilaku perawat.

4. Berbicara pada klien yang berorientasi pada perasaan klien (subject

the patient desire) bukan pada kepentingan atau keinginan perawat.

5. Tidak mendiskusikan klien lain didepan pasien dengan maksud

menghina (derogatory).

6. Menerima sikap kritis klien dan mencoba memahami klien dalam

sudut pandang klien (see the patient point of view).

UU No. 38 taun 2014 pasal 29 ayat 1 menjelaskan bahwa

dalam menyelenggarakan praktik keperawatan, perawat bertugas

sebagai : pemberi asuhan keperawatan, penyuluh dan konselor bagi

klien, pengelola pelayanan keperawatan, peneliti keperawatan serta

pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang: dan/atau

36
Universitas Kader Bangsa
38

pelaksana tugas dalam keterbatasan tertentu. James Willan (dalam

Aditama, 2003) menyatakan bahwa perawat di rumah sakit mempunyai

beberapa tugas seperti:

1. Memberikan pelayanan keperawatan pada pasien, baik untuk

kesembuhan maupun pemulihan status fisik dan mentalnya.

2. Memberikan pelayanan lain bagi kenyamaman dan keamanan

pasien, seperti penataan tempat tidur dan lain-lain.

3. Melakukan tugas-tugas administratif.

4. Menyelenggarakan pendidikan keperawatan secra berkelanjutan

5. Melakukan penelitian/riset untuk senantiasa meningkatkan mutu

pelayanan keperawatan.

6. Beradaptasi aktif dalam program pendidikan bagi para calon

perawat.

Selanjutnya, dilihat dari jenis tanggung jawab (responsibility)

perawat dalam menjalankan tugas dan fungsinya dapat diklasifikasikan

sebagai berikut :

1. Tanggung jawab utama terhadap tuhannya (responsibility to god).

2. Tanggung jawab kepada klien dan masyarakat (responsibility to

client and society).

3. Tanggung jawab terhadap rekan sejawat dan atasan (responsibility

to colleague and supervisor).

Universitas Kader Bangsa


39

2.5 Pelayanan ICU

Ruang Rawat Intensif atau Intensive Care Unit (ICU) adalah

suatu bagian dari rumah sakit dengan staf yang khusus dan

perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan,

dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit akut, cedera atau

penyulit-penyulit yang mengancam nyawa. Ruang rawat intensive

menyediakan kemampuan dan sarana prasarana serta peralatan khusus

untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan

keterampilan staf medik, perawat dan staf lain yang berpengalaman

dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut.

Pada instalasi perawatan intensive (ICU), perawatan untuk

pasien dilaksanakan dengan melibatkan berbagai tenaga profesional

yang tersiir dari multi disiplin ilmu yang bekerjasama dalam tim.

Bagian pelayanan ICU membutuhkan sumber daya tenaga dokter dan

perawat yang terlatih. Perawat ICU berbeda dengan perawat bagian

lain. Tingkat pekerjaan dan pengetahuan perawat ICU lebih kompleks

dibandingkan dengan perawat bagian lain di rumah sakit, karena

bertanggung jawab mempertahankan homeostasis pasien untuk

berjuang melewati kondisi kritis/terminal yang mendekati kematian.

Karakteristik perawat Intensive Care Unit (ICU), yaitu memiliki tingkat

pengetahuan dan keterampilan yang lebih baik daripada perawat lain

dalam menangani pasien yang memiliki kondisi kritis (Pedoman

Pelayanan ICU RSUD Siti Fatimah, 2019).

Universitas Kader Bangsa


40

Sesuai dengan Undang-Undang Keperawatan No.38 tahun

2014, seluruh tenaga perawat adalah tenaga perawat yang telah

mempunyai STR dan mengurusnSIPP atau SIPB. Kualifikasi perawat

ditentukan dengan posisi dan jabatan yang dipegang oleh perawat

tersebut. Kualifikasi tenaga kesehatan yang bertugas di ICU adalah

dokter yang memiliki sertifikat ACLS/ATLS/GELS dan perawat yang

telah mempunyai sertifikat PPGD/BTCLS/BCLS.

Pelayanan ICU RSUD Siti Fatimah meliputi pelayanan

resusitasi jantung paru, pelayanan pengelolaan jalan nafas, termasuk

intubasi trakeal dan penggunaan ventilator sederhana, pelayanan terapi

oksigen, pelayanan pemantauan EKG, pelayanan pemberian nutrisi

enteral dan parenteral, pelayanan fisioterapi dada (Pedoman Pelayanan

ICU RSUD Siti Fatimah, 2019).

Dalam melakukan asuhan keperawatan dirumah sakit, perawat

harus mengikuti standar dan prosedur yang ada. Standar keperawatan

yang harus diikuti oleh perawat adalah pemberian obat dengan tepat,

memonitor dan melaporkan kondisi pasien, komunikasi yang efektif,

pendelegasian tugas dengan benar, pendokumentasian dengan benar,

mengetahui dan mengikuti kebijakan dan prosedur yang ada,

menggunakan alat kesehatan yang sesuai (Pedoman Pelayanan ICU

RSUD Siti Fatimah, 2019).

Universitas Kader Bangsa


41

2.5.1 Kondisi Penyakit Pasien ICU

Dalam keadaan yang terbatas, pasien yang memerlukan terapi

intensif (prioritas 1) lebih didahulukan disbanding dengan pasien yang

hanya memerlukan pemantauan intensif (prioritas 3). Penilaian objektif

atas berat dan prognosis penyakit hendaknya digunakan sebagai dasar

pertimbangan dalam menentukan prioritas masuk ke ICU.

1. Pasien prioritas 1

Pasien yang termasuk dalam prioritas ini adalah pasien sakit kritis,

tidak stabil yang memerlukan terapi intensif dan tertitrasi, seperti:

dukungan / bantuan ventilasi, alat penunjang fungsi organ / system

yang lain, infus obat - obat vasoaktif / inotropic, obat anti aritmia,

serta pengobatan lain – lainnya secara kontinyu dan tertitrasi.

Pasien yang termasuk prioritas 1 adalah pasien pasca bedah

kardiotorasik, sepsis berat, gangguan keseimbangan asam basa dan

elektrolit yang mengancam jiwa. 3 Institusi setempat dapat juga

membuat kriteria spesifik yang lain seperti derajat hipoksemia,

hipotensi di bawah tekanan darah tertentu. Terapi pada kriteria

pasien prioritas 1 demikian, umumnya tidak mempunyai batas

2. Pasien Prioritas 2

Kriteria pasien ini memerlukan pelayanan canggih di ICU, sebab

sangat beresiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera,

misalnya pemantauan intensif menggunakan pulmonary arterial

Universitas Kader Bangsa


42

catheter. Pasien yang tergolong dalam prioritas 2 adalah pasien

yang menderita penyakit dasar jantung – paru, gagal ginjal akut dan

berat, dan pasien yang telah mengalami pembedahan mayor. 3

Pasien yang termasuk prioritas 2, terapinya tidak mempunyai batas,

karena kondisi mediknya senantiasa berubah.

3. Pasien Prioritas 3

Pasien yang termasuk kriteria ini adalah pasien sakit kritis, yang

tidak stabil status kesehatan sebelumnya, yang disebabkan oleh

penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya, secara

sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan atau manfaat

terapi di ICU pada kriteria ini sangat kecil, sebagai contoh adalah

pasien dengan keganasan metastatic disertai penyulit infeksi,

pericardial tamponade, sumbatan jalan napas, dan pasien penyakit

jantung dan penyakit paru terminal disertai komplikasi penyakit

akut berat. 3 Pengelolaan pada pasien kriteria ini hanya untuk

mengatasi kegawatan akutnya saja, dan usaha terapi mungkin tidak

sampai melakukan intubasi atau resusitasi jantung paru.

4. Pasien Prioritas 4

Pasien dalam prioritas ini bukan merupakan indikasi masuk ICU.

Pasien yang termasuk kriteria ini adalah pasien dengan keadaan

yang “terlalu baik” ataupun “terlalu buruk” untuk masuk ICU.

Universitas Kader Bangsa

Anda mungkin juga menyukai