Anda di halaman 1dari 10

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Ergonomi
Ergonomi berasal dari kata Yunani ergon (kerja) dan nomos (aturan), maka
secara keseluruhan ergonomi adalah aturan yang berkaitan dengan kerja yang
dilakukan oleh seorang pekerja atau suatu unit organisasi. Ergonomi merupakan
ilmu dan penerapan teknologi untuk menyeimbangkan antara fasilitas yang
digunakan baik dalam melakukan kegiatan maupun ketika istirahat, dengan
kemampuan serta keterbatasan manusia baik dari fisik ataupun mental sehingga
kualitas hidup dapat menjadi lebih baik secara keseluruhannya. Ergonomi juga
merupakan ilmu serta penerapannya yang berusaha untuk menyelaraskan pekerjaan
yang dilakukan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya, yang bertujuan agar
tercapainya produktifitas serta efisiensi yang setinggi-tingginya melalui
pemanfaatan manusia secra optimal. Ergonomi adalah praktek yang dilakukan
dalam mendesain peralatan serta rincian pekerjaan atau aktivitas sesuai dengan
kapabilitas pekerja dengan tujuan untuk mencegah terjadinya pekerja yang cedera.
Tujuan dari penerapan ergonomi secara umum yaitu sebagai berikut:
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental pekerja melalui upaya
menurunkan beban kerja fisik dan mental.
2. Mengupayakan kinerja serta kepuasan kerja.
3. Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan melakukan komunikasi sosial
serta mengkoordinasikan kerja secara tepat.
4. Meningkatkan jaminan sosial dalam kurun waktu usia produktif maupun
tidak produktif.
5. Menciptakan keseimbangan rasional agar terciptanya kualitas kerja dan
kualitas hidup yang tinggi.
Ergonomi memiliki prinsip yaitu pedoman dalam menerapkan ergonomi
yang tinggi ditempat kerja.Sehingga, terciptanya lingkungan kerja serta aktivitas
kerja yang aman dan nyaman yang berdampak positif terhadap perusahaan yaitu

4
5

dapat mengoptimalkan kinerja seorang karyawan dan dapat bekerja secara efisien
dan efektif dalam menyelesaikan pekerjaannya (Hutabarat, 2017).

2.2 Beban Kerja


Analisis beban kerja merupakan proses untuk menetapkan jumlah jam kerja
oleh pekerja yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan dalam waktu tertentu.
Analisis beban kerja digunakan dengan tujuan untuk menentukan berapa jumlah
beban kerja yang dialami oleh seorang pekerja saat menjalankan aktivitasnya. Jadi,
dengan melakukan analisis beban kerja maka akan diketahui dalam proses
penentuan standar waktu, tugas dan aktivitas. Karena perusahaan harus dapat
menyesuaikan standar waktu, tugas dan aktivitas yang sesuai dengan standar
normal yang dimiliki perusahaan. Selain itu, dengan melakukan analisis beban
pekerja, maka suatu perusahaan dapat menentukan apakah akan menambah atau
mengurangi tugas karyawan dalam suatu jabatan, sehingga akan tercapai beban
kerja yang standar untuk meningkatkan kinerja para pekerja.
Beban Kerja merupakan sekumpulan kegiatan yang harus diselesaikan oleh
suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam waktu tertentu. Pengukuran
beban kerja disebut juga sebagai teknik untuk mendapatkan informasi mengenai
efisiensi dan efektivitas kerja pada suatu unit organisasi maupun seorang pekerja
yang dilakukan secara sistematis dengan menggunakan teknik analisis jabatan,
teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen lainnya (Hudaningsih &
Prayoga, 2019).
Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima oleh
seseorang harus sesuai atau seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan
kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut. Beban kerja
muncul karena adanya interaksi antara operator dan tugas yang diberikan yang
diberikan oleh operator. Berdasarkan kenyataan bahwa faktor fisik dan faktor
psikologis manusia saling berpengaruh, maka pengukuran beban kerja sangat
diperlukan oleh suatu perusahaan untuk mengakomodasi faktor fisik dengan faktor
psikologis manusia dalam bekerja, agar tidak terjadi hal-hal yang parah dan
penurunan motivasi kerja.
6

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja adalah sebagai
berikut:
1. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar tubuh pekerja yaitu
sebagai berikut:
a. Tugas (Task) yang meliputi; Tugas bersifat fisik, stasiun kerja, tata
ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja dan
tugas-tugas yang bersifat psikologis. Tugas-tugas yang bersifat
psikologis yaitu berupa kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan yang
dialami ketika bekerja dan tanggungjawab pekerjaan.
b. Organisasi Kerja yang meliputi; Seperti lamanya waktu bekerja, waktu
istirahat, shift kerja, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur
organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang.
c. Lingkungan Kerja yang meliputi; Lingkungan kerja fisik, lingkungan
kerja kimiawi, lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja
psikologis.
2. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri akibat
dari reaksi beban kerja eksternal. Faktor internal meliputi faktor somatis
(jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, dan kondisi kesehatan) dan
faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan).
Dalam suatu perusahaan, beban kerja seseorang tentu sudah ditetapkan
dengan standar kerja yang telah dibuat berdasarkan jenis pekerjaan pada tiap
divisinya. Dengan adanya standar dan jam kerja yang telah ditetapkan, maka
akan diketahui apakah karyawan pada setiap divisi telah sesuai terhadap
standar yang berlaku pada perusahaan tersebut atau karyawan mengalami
beban kerja yang melebihi standar normal yang semestinya dirasakan oleh
pekerja tersebut. Dengan demikian, maka dapat dilakukan perbaikan atau
penambahan pekerja agar karyawan dapat bekerja sesuai dengan beban
kerja standar normal (Junita, 2019).
7

2.4 Beban Kerja Mental


Beban kerja yang merupakan selisih antara tuntutan beban kerja dari suatu
tugas dengan kapasitas maksimum beban mental seseorang dalam kondisi
termotivasi. Beban kerja mental seseorang dalam menangani suatu pekerjaan
dipengaruhi oleh:
1. Jenis aktivitas dan situasi kerjanya
2. Waktu respon dan waktu penyelesaian yang tersedia
3. Faktor individu seperti tingkat motivasi, keahlian,
kelelahan/kejenuhan
4. Toleransi performansi yang diizinkan.

2.4.1 Penilaian Beban Kerja Mental


Pada dasarnya, aktivitas manusia dapat digolongkan menjadi kerja fisik
(otot) dan kerja mental (otak). Meskipun tidak dapat dipisahkan, namun masih
dapat dibedakan pekerjaan dengan dominasi fisik dan pekerjaan dengan dominasi
aktivitas mental. Aktivitas fisik dan mental ini menimbulkan konsekuensi, yaitu
munculnya beban kerja. Beban kerja dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara
kemampuan pekerja dengan tuntutan Dasar Dasar Pengetahuan Ergonomi
pekerjaan. Jika kemampuan pekerja lebih tinggi daripada tuntutan pekerjaan, akan
muncul perasaan bosan. Sebaliknya, jika kemampuan pekerja lebih rendah daripada
tuntutan pekerjaan, maka akan muncul kelelahan yang berlebih. Pengukuran beban
kerja fisik dapat dilakukan dengan mengukur konsumsi energi dan/atau konsumsi
oksigen selama aktivitas tersebut berlangsung. Sedangkan pengukuran bebaan kerja
mental dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan (Hutabarat, 2017):
1. Pengukuran Beban Mental Secara Teoritis:
Pendekatan ini mencakup pengukuran proses persepsi, neuromotorik, dan
biomekanik serta level kelelahan/kejenuhan pekerja.
2. Pendekatan psikologis:
Pengukuran pendekatan psikologis menggunakan atribut-atribut seperti
motivasi, antisipasi, keterampilan, dan batas marginal kelelahan.
8

3. Pengukuran Beban Kerja Mental Secara Objektif


Yaitu suatu pengukuran beban kerja di mana sumber data yang diolah
adalah data-data kuantitatif. Yang termasuk ke dalam pengukuran beban
kerja mental ini diantaranya:
a. Pengukuran denyut jantung: Pengukuran ini digunakan untuk mengukur
beban kerja dinamis seseorang sebagaimanifestasi gerakan otot. Metode
ini biasanya dikombinasikan dengan perekaman gambar video, untuk
kegiatan motion study.
b. Pengukuran cairan dalam tubuh: Pengukuran ini digunakan untuk
mengetahui kadar asam laktat dan beberapa indikasi lainnya yang bisa
menunjukkan kondisi dari beban kerja seseorang yang melakukan suatu
aktivitas.
c. Pengukuran waktu kedipan mata: Durasi kedipan mata dapat
menunjukkan tingkat beban kerja yang dialami oleh seseorang.Orang
yang mengalami kerja berat dan lelah biasanya durasi kedipan matanya
akan lama, sedangkan untuk orang yang bekerja ringan (tidak terbebani
mental maupun psikisnya), durasi kedipan matanya relatif cepat.
d. Pola gerakan bola mata: Umumnya gerakan bola mata yang berirama
akan menimbulkan beban kerja yang optimal dibandingkan dengan
gerakan bola mata yang tidak beraturan.

2.5 Pengukuran Beban Kerja Mental


2.5.1 NASA-TLX
NASA-TLX (National Aeronautics and Space Administration and Space
Administration Task Load Index) merupakan metode yang pengukurannya secara
subjektif dan salah satu metode multidimensional yang kerap digunakan karena
lebih mudah dan lebih sensitive. Metode NASA-TLX ini dikembangkan oleh
Sandra G. Hart dari NASA-Ames Research Center dan Lowell E. Staveland dari
San Jose State University pada tahun 1981. Metode ini lebih sensitif dan lebih
unggul karena terdapat enam dimensi yang diukur untuk mengetahui tingkat beban
9

kerja seseorang. Keenam dimensi tersebut antara lain mental demand, physical
demand, temporal demand, performance, effort dan frustation. Penjelasan keenam
dimensi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut (Hart, 2014):
Tabel 2.1 Indikator NASA-TLX
Skala Rating Keterangan
Seberapa besar tuntutan aktivitas
mental dan perseptual yang
dibutuhkan dalam pekerjaan
(contoh: berpikir, memutuskan,
Mental Demand
Rendah, Tinggi menghitung, mengingat, melihat,
(MD)
mencari). Apakah pekerjaan
tersebut mudah atau sulit,
sederhana atau kompleks, longgar
atau ketat?
Seberapa besar aktivitas fisik yang
dibutuhkan dalam pekerjaan
(contoh: mendorong, mensrik,
Physical Demand memutar, mengontrol,
Rendah, Tinggi
(PD) menjalankan, dan lainnya).
Apakah pekerjaan tersebut mudah
atau sulit, pelan atau cepat, tenang
atau buru-buru?
Seberapa besar tekanan waktu
yang dirasakan selama pekerjaan
Temporal Demand atau elemen pekerjaan
Rendah, tinggi
(TD) berlangsung? Apakah pekerjaan
perlahan dan santai, cepat dan
melelahkan?
Seberapa besar keberhasilan dalam
Own Performance mencapai target pekerjaan?
Rendah, Tinggi
(OP) Seberapa puas dengan performasi
dalam mencapai target tersebut?
Seberapa besar usaha yang
dikeluarkan secara mental dan
Effort (EF) Rendah, Tinggi
fisik yang dibutuhkan untuk
mencapai level performasi?
Seberapa besar rasa tidak aman,
putus asa, tersinggung, stress dan
terganggu dibanding dengan rasa
Frustration (FR) Rendah, Tinggi aman, puas, cocok, nyaman dan
kepuasan diri yang dirasakan
selama mengerjakan pekerjaan
tersebut?
Sumber: Hart, 2014
10

Langkah-langkah pengukuran dalam penggunaan NASA-TLX adalah


sebagai berikut:
1. Pembobotan
Tahap pembobotan merupakan tahap yang menyajikan 15 pasangan
indikator yang kemudian akan diisi oleh responden dengan cara memilih
salah satu dari pasangan indikator yang menurut responden lebih dominan
mereka alami. berikut indikator pemobotan dapat dilihat pada tabel 2.2:
Tabel 2.2 Indikator Pembobotan NASA-TLX
MD PD TD OP EF FR

MD
PD
TD
OP
EF
FR
Sumber: Hart, 2014

2. Pemberian rating
Responden diminta untuk memberi penilaian (rating) terhadap keenam
indikator beban kerja mental. Pemberian rating tersebut diberikan secara
subjektif sesuai dengan beban kerja yang dirasakan oleh masing-masing
pekerja dengan skala dimulai dari 1 – 100. Skor akhir beban kerja mental
NASA-TLX didapatkan dengan mengalikan bobot dengan rating pada
setiap indikator, kemudian dijumlahkan dan dibagi dengan 15 (jumlah
perbandingan berpasangan). Adapun indikoator rating NASA-TLX dapat
dilihat pada gambar 2.1 yaitu sebagai berikut:
11

Gambar 2.1 Indikator Pemberian Rating NASA-TLX


(Sumber: Hart, 2014)
3. Interpretasi hasil nilai skor
Skor beban kerja berdasarkan penjelasan Hart dan Staveland dalam
(Pt et al., 2018) dapat diintepretasikan sebagai berikut:
a. Nilai Skor >60 menyatakan beban pekerjaan berat (overload).
b. Nilai skor 40-60 menyatakan beban pekerjaan sedang (optimal load).
c. Nilai skor ˂40 menyatakan beban pekerjaan agak ringan (underload).
Adapun langkah-langkah untuk mendapatkan nilai beban kerja mental
adalah sebagai berikut:
1. Menghitung nilai ptoduk
12

Bagian ini diperoleh dari perkalian rating bobot faktor pada masing-masing
deskripsi dengan rumus sebagai berikut:
Produk = Rating x Bobot faktor………………………………………..(2.1)
2. Menghitung weighted workload (WWL)
Nilai WWL diperoleh dengan menjumlahkan keenam nilai produk dengan
rumus sebagai berikut:
WWL = ΣProduk………………………………………………………(2.2)
3. Menghitung rata-rata WWL
Rata-rata WWL diperoleh dari pembagian WWL dengan bobot total dengan
rumus sebagai berikut:
ΣProduk
Skor = …………………………………………………………(2.3)
15

2.4.1 RSME
Rating Scale Mental Effort (RSME) merupakan metode yang menggunakan
skala rating/skor dari pekerjaan mental. Metode ini digunakan untuk mengukur
beban kerja mental yang hanya terfokus pada satu dimensi saja. Metode RSME
merupakan metode pengukuran beban kerja mental subjektif dengan skala tunggal.
Metode ini mudah untuk digunakan, biaya yang dikeluarkan relatif murah dan
merupakan alat ukur yang valid. Pengumpulan data dengan menggunakan metode
RSME, responden diminta untuk memberikan tanda pada skala 0-150 dengan
deskripsi pada 9 titik acuan. Berikut merupakan pembagian sembilan titik acuan
deskriptif berdasarkan skalanya:
1. Usaha yang dilakukan sangat besar sekali pada skala 112.
2. Usaha yang dilakukan sangat besar pada skala 102.
3. Usaha yang dilakukan besar pada skala 85.
4. Usaha yang dilakukan cukup besar pada skala 71.
5. Usaha yang dilakukan agak besar pada skala 57.
6. Usaha yang dilakukan kecil pada skala 38.
7. Usaha yang dilakukan sangat kecil pada skala 26.
8. Hampir tidak ada usaha pada skala 13.
13

9. Tidak ada usaha sama sekali pada skala 0.


Untuk metode RSME tidak perlu memerlukan proses pengolahan data
karena hasil dari data kuesioner dapat langsung dianalisis sesuai dengan
skala yang diberikan oleh responden. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar 2.2 sebagai berikut:

Gambar 2.2 Skala RSME


(Sumber: Hart,2014)

Anda mungkin juga menyukai