Anda di halaman 1dari 15

ANALISA BEBAN KERJA MENTAL DENGAN METODE NASA

TLX DAN SWAT PADA PEKERJA CLEANING SERVICE


AREA A DI PLTU TENAYAN
Padlurrahman*)

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Riau,


Jl. KH. Ahmad Dahlan, Suka Jadi, Pekanbaru, Riau, Indonesia 28156
Padlurrahman3@gmail.com

Abstrak

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tenayan Raya unit bisnis jasa operasi dan maintenance PT
PLNNP, memiliki kapasitas spesifikasi 2 x 110 MW, PLTU Tenayan merupakan Pembangkitan Listrik
berbahan bakar Batubara. Untuk lebih mengoptimalkan kebersihan agar tercipta kehandalan peralatan,
maka perlu adanya perusahaan jasa pemeliharaaan / perawatan Cleaning Service di area Coal Handling
Capacity Building, adapun aktivitas yang dilakukan yaitu melakukan pembersihan dan merawat alat
Pembongkaran Batubara ke Coalyard dan Loading batubara dari coalyard ke bungker yang akan dikirim
melalui Hopper dan Conveyor. Dalam melakukan aktivitasnya cleaning service harus memastiksan
peralatan aman dan bersih dari plugging batubara,oleh karena itu pekerja cleaning tidak jarang mendapat
tekanan yang cukup tinggi sehingga beban kerja mental pekerja cleaning meningkat. Untuk itu perlu
dilakukan analisis seberapa besar beban kerja mental yang dialami dan faktor apa yang mempengaruhinya.
Sehingga PT PLNNP bersama pihak penyedia jasa Cleaning dapat menentukan langkah yang tepat untuk
memperbaiki kondisi tersebut. Salah satu metode yang digunakan untuk mengukur beban kerja mental
adalah metode NASA-TLX & metode SWAT. Metode NASA-TLX merupakan metode pengukuran beban
kerja mental yang membagi beban kerja ke dalam 6 dimensi aspek elemen kerja. NASA-TLX dibagi
menjadi dua tahap, yaitu perbandingan tiap skala dan pemberian nilai terhadap pekerjaan. Dari hasil
perhitungan NASA-TLX diperoleh nilai beban kerja mental untuk seluruh pekerja berada pada tingkat
tinggi dengan indikator beban kerja mental terbesar pada pekerja cleaning adalah skala PD (Physical
Demand) dan MD (Mental Demand).

PENDAHULUAN
Manusia menggunakan fisik dan pikiran dalam menjalankan kegiatan sehari-hari, besar tenaga fisik dan
pikiran yang digunakan tergantung dari tingkat kesulitan pekerjaan yang dilakukan. Tingkat kesulitan
yang berbeda-beda pada tiap kegiatan manusia menyebabkan beban kerja yang berbeda pula. Beban kerja
merupakan usaha yang harus dikeluarkan seseorang untuk memenuhi ‘tujuan’ dari pekerjaan tersebut,
beban kerja didefinisikan sebagai kapasitas terbatas seorang pekerja dalam menjalankan tugasnya. Beban
kerja yang dialami manusia dapat digolongkan menjadi dua yaitu beban kerja fisik dan beban kerja
mental. Beban kerja fisik merupakan beban kerja karena aktivitas penggunaan otot manusia. Sedangkan,
beban kerja mental adalah beban kerja karena aktivitas penggunaan otak atau pikiran manusia. Beban
kerja fisik dan mental tidak dapat dipisahkan secara sempurna mengingat terdapat hubungan yang erat
antara satu dengan yang lainnya. Apabila dilihat dari energi yang dikeluarkan , maka kerja fisik
mengeluarkan energi yang lebih banyak daripada kerja mental. Namun dalam hal peran dan tanggung
jawab, kerja mental mengeluarkan energi lebih banyak daripada kerja fisik. Manusia sebagai bagian
penting dari suatu organisasi memiliki perbedaan baik pada kemampuan dan keterbatasan energi. Agar
manusia dapat bekerja dan menghasilkan output yang optimal maka penting untuk memperhatikan
berbagai aspek yang terkait dengan pekerjaan manusia tersebut. Untuk mengetahui kapasitas beban kerja
yang dirasakan manusia maka perlu dilakukan pengukuran beban kerja. Pengukuran beban kerja sangat
diperlukan untuk mengetahui kemampuan kerja dan menetapkan pekerjaan terhadap karakteristik yang
terdapat pada manusia.
Dalam aktivitas pengukuran beban kerja dapat dibagi menjadi dua yaitu pengukuran beban kerja
fisik dan beban kerja mental. Pada pengukuran beban kerja fisik output yang dihasilkan dapat dilihat dari
hasil pekerjaan seorang pekerja. Sedangkan, agak sulit untuk melakukan pengukuran beban kerja mental
hanya dengan pengamatan lapangan. Pengukuran beban kerja mental dapat dilakukan dengan
menggunakan metode-metode yang mempertimbangkan aspek-aspek dalam pengukuran beban kerja
mental. Salah satu contoh metode yang dapat digunakan adalah metode NASA-TLX & metode SWAT

1. NASA TLX
Metode NASA-TLX merupakan metode pengukuran beban kerja mental dengan
mempertimbangkan enam dimensi untuk menilai beban mental. Dari enam dimensi akan
ditentukan pembobotan dimensi yang paling mempengaruhi kerja, dan dilanjutkan dengan
penghitungan skor dari 0 – 100 pada setiap skala.
2. SWAT (Subjective Workload Assessment Technique)
SWAT merupakan metode yang digunakan untuk mengukur beban kerja yang dihadapi oleh
seseorang yang harus melakukan aktivitas baik yang merupakan beban kerja fisik maupun mental
yang bermacam-macam dan muncul akibat meningkatnya kebutuhan akan pengukuran subjektif
yang dapat digunakan dalam lingkungan yang sebenarnya (real world environment) (Gary, B.
Reid: 1989). Alat bantu SWAT merupakan 27 buah kartu yang didalamnya memuat tentang
penggambaran beban kerja kepada karyawan, serta memuat penskalaan tentang beban Waktu (T),
beban Usaha (E), dan beban Mental (S) dengan tingkatan rendah, sedang, dan tinggi.

PT Cleaning Service merupakan perusahaan yang bergerak di bidang Jasa pemeliharaan dan perawatan di
salah satu perusahaan pembangkitan tenaga batu bara . Aktivitas yang terjadi di PT CS meliputi cleaning
area kerja coal handling dari debu dan tumpukkan batubara yang tidak pada jalur conveyor, cleaning
peralatan hopper, crusher, vibrating screen dan area conveyor, memastikan peralatan siap digunakan
untuk melakukan loading batu bara dan memantau peralatan agar tidak terjadi tumpahan batubara karena
plugging.

Dalam melakukan aktivitasnya tentunya banyak aktivitas kerja fisik dan kerja mental yang terjadi pada
pekerja cleaning. Aktivitas pekerja ini dilakukan dalam rentang waktu yang cukup lama karena padatnya
aktivitas loading batubara. Maka dari itu perlu dilakukan pengukuran beban kerja mental pada pekerja PT
CS untuk mengukur aspek apa yang mempengaruhi pekerjaan mereka dengan metode NASA-TLX dan
SWAT, dari skor yang didapatkan akan ditentukan usulan perbaikan apa yang dapat diberikan untuk
pekerja PT CS.

BAHAN DAN METODE

1. Metode NASA TLX


NASA-TLX dikembangkan oleh Sandra G. Hart dari NASA-Ames Research Center dan Lowell E.
Staveland dari San Jose State University pada tahun 1981. Metode ini berupa kuesioner dikembangkan
berdasarkan munculnya kebutuhan pengukuran subjektif yang lebih mudah namun lebih sensitif pada
pengukuran beban kerja (Hancock, 1988). NASA-TLX menggunakan enam dimensi untuk menilai beban
mental :mental demand, physical demand , temporal demand, effort, dan frustation. Dua puluh langkah
digunakan untuk mendapatkan peringkat untuk dimensi ini. Skor dari 0 sampai 100 didapatkan pada
setiap skala . Prosedur pembobotan digunakan untuk menggabungkan enam peringkat skala individu
menjad skor akhir; prosedur ini memerlukan perbandingan yang berbentuk pasangan antara dua dimensi
sebelum penilaian beban kerja. Perbandingan berpasangan memerlukan operator (responden) untuk
memilih dimensi yang lebih relevan dengan beban kerja di semua pasang keenam dimensi tersebut.
Jumlah dimensi yang terpilih sebagai bobot yang lebih relevan sebagai yang skala dimensi untuk tugas
yang diberikan untuk Operator itu . Skor beban kerja dari 0 sampai 100 diperoleh untuk setiap skor
dimensi dengan mengalikan berat dengan skor skala dimensi (rating), menjumlahkan seluruh dimensi, dan
membaginya dengan 15 ( jumlah total perbandingan berpasangan) (Rubio, 2004). Berikut merupakan
indikator beban mental yang akan diukur dalam NASA-TLX.

Tabel 1. Indikator Beban Mental NASA – TLX


skala rating keterangan
Seberapa besar aktivitas mental dan perseptual yang
Mental Demand (MD) Rendah, Tinggi
dibutuhkan untuk melihat, mengingat dan mencari
Jumlah aktivitas fisik yang dibutuhkan (misalnya:
Physical Demand (PD) Rendah, Tinggi
mendorong, menarik, mengontrol putaran)

Temporal Demand (TD) Rendah, Tinggi Jumlah tekanan yang berkaitan dengan waktu yang
dirasakan selama elemen pekerjaan berlangsung
Tidak tepat, Seberapa besar keberhasilan seseorang di dalam
Performance (OP)
Sempurna pekerjaannya dan seberapa puas dengan hasil kerjanya
Seberapa tidak aman, putus asa, tersinggung, terganggu,
Frustation (FR) Rendah, Tinggi dibandingkan dengan perasaan aman, puas, nyaman, dan
kepuasan diri yang dirasakan.

Effort (EF) Rendah, Tinggi Seberapa keras kerja mental dan fisik yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan pekerjaan

A. Pembobotan
Pada bagian ini responden diminta untuk melingkari salah satu dari dua indikator yang dirasakan lebih
dominan menimbulkan beban kerja mental terhadap pekerjaan tersebut. Kuesioner NASA-TLX yang
diberikan berbentuk perbandingan berpasangan yang terdiri dari 15 perbandingan berpasangan. Dari
kuesioner ini dihitung jumlah tally dari setiap indikator yang dirasakan paling berpengaruh. Jumlah tally
ini kemudian akan menjadi bobot untuk setiap indicator beban mental.

Tabel perbandingan indikator


MD PD TD OP EF FR
MD PD TD OP PD MD
PD PD OP PD PD
TD OP EF FR
OP OP OP
EF EF
FR

Data Pembobotan
Indikator
objek TOTAL
MD PD TD OP EF FR
cleaning service 2 4 2 3 3 1 15
B. Pemberian Rating
Pada bagian ini responden diminta memberi rating terhadap keenam indikator beban mental. Rating yang
diberikan adalah subjektif tergantung pada beban mental yang dirasakan oleh responden tersebut. Rating
yang diberikan adalah subjektif tergantung pada beban mental yang dirasakan oleh responden tersebut.
Untuk mendapatkan skor beban mental NASA-TLX, bobot dan rating untuk setiap indikator dikalikan
kemudian dijumlahkan dan dibagi 15 (jumlah perbandingan berpasangan).
1. Mental Demand (MD)
Seberapa besar usaha mental yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan ini?

0(rendah) 50(sedang) 100(tinggi)


2. Physical Demand (PD)
Seberapa besar usaha fisik yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan ini?

0(rendah) 50(sedang) 100(tinggi)


3. Temporal Demand (TD)
Seberapa besar tekanan yang dirasakan berkaitan dengan waktu untuk menyelesaikan
pekerjaan ini?

0(rendah) 50(sedang) 100(tinggi)


4. Own Performance (OP)
Seberapa besar tingkat keberhasilan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan ini ?

0(rendah) 50(sedang) 100(tinggi)


5. Effort (EF)
Sberapa besar kerja mental dan fisik yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan ini?

0(rendah) 50(sedang) 100(tinggi)


6. Frustation (FR)
Seberapa besar kecemasan, perasaan tertekan, dan stres yang dirasakan untuk
menyelesaikan pekerjaan ini ?

0(rendah) 50(sedang) 100(tinggi)

Gambar rating NASA TLX

Tabel data hasil rating


Indikator
objek
MD PD TD OP EF FR
cleaning service 60 90 60 60 80 30

C. Menghitung Nilai Produk


Diperoleh dengan mengalikan rating dengan bobot faktor untuk masing masing deskriptor.
Dengan demikian dihasilkan 6 nilai produk untuk 6 indikator (MD, PD, TD, CE, FR, EF) :

Produk = rating x bobot faktor

Tabel total nilai produk


Indikator
objek
MD PD TD OP EF FR
cleaning service 120 360 120 180 180 30
D. Weighted Workload (WWL)
weighted workload diperoleh dengan menjumlahkan keenamnilai produk hasil dapat dilihat pada
tabel dibawah
Tabel total nilai weighted workload
Indikator
objek TOTAL
MD PD TD OP EF FR
cleaning service 120 360 120 180 180 30 990

Rata rata weighted workload diperoleh dengan membagi WWL dengan jumlah bobot yaitu 15,
hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel perhitungan rata rata Weighted Workload


Indikator
objek TOTAL
MD PD TD OP EF FR
cleaning service 8 24 8 12 12 2 66

E. Interprestasi skor NASA TLX


Berdasarkan penjelasan Hart dan Staveland (1981) dalam teori NASA TLX, skor beban kerja
yang diperoleh terbagi dalam 3 bagian yaitu :

Tabel skor NASA-TLX


Golongan nilai
Beban Kerja
Rendah 0-9
Sedang 10-29
Agak tinggi 30-49
Tinggi 50-79
Sangat tinggi 80-100

Dari total rata-rata WWL yang didapatkan kemudian dihubungkan dengan skor NASA-TLX
untuk menentukan golongan beban kerja. Didapatkan kategori beban kerja Tinggi dengan nilai
sebesar 66

F. Analisis Skor Akhir NASA TLX.


Secara keseluruhan beban kerja mental pekerja cleaning service tergolong tinggi hal ini
dikarenakan dalam melakukan pekerjaanya, pekerja cleaning,menerapkan pembagian kerja
sendiri sendiri dan menerapkan pembagian kerja / area, disamping itu beberpa faktor
mempengaruhi tingkat beban kerja seperti pada musim hujan pekerja cleaning lebih sering
waspada dan memantau peralatan karena beresiko tinggi terhadap plugging pada peralatan dan
melakukan cleaning peralatan secara berkala dikarenakan lembab/basahnya batubara, dan pada
musim panas pekerja dihadapkan dengan meningkatnya debu dari batu bara. Berdasarkan
perhitungan faktor dominan yang diakibatkan dari beban kerja yang tinggi pada pekerja cleaning
adalah faktor kekuatan fisik dimana salah satu aktivitas selain menyapu dan menyekop, juga
melakukan cleaning peralatan dari plugging batubara menggunakan besi penyogrok dimana hal
ini membutuhkan energi yang banyak dalam melakukan pekerjaannya.
Gambar Grafik Bobot Elemen Kerja Cleaning PT CS

2. Metode SWAT
Salah satu metode yang digunakan dalam pengukuran beban kerja mental secara subjektif
adalah dengan menggunakan metode SWAT (Subjective Workload Assessment Technique).
Metode SWAT dikembangkan oleh Reid dan Nygren pada Amstrong Medical Research
Laboratory. Dimensi-dimensi yang digunakan dalam SWAT terdiri dari tiga dimensi yaitu beban
waktu (Time Load), beban usaha mental (Mental Effort Load) dan beban tekanan psikologis
(Psychological Stress Load) (Reid, 1989). Yang dimaksud dengan masing-masing dimensi secara
definis adalah sebagai berikut:
a. Time Load adalah yang menunjukkan jumlah waktu yang tersedia dalam perencanaan,
pelaksanaan dan monitoring tugas, terdiri dari tiga kategori rating yaitu, rendah, menengah dan
tinggi.
b. Mental Effort Load adalah menduga atau memperkirakan seberapa banyak usaha mental dalam
perencanaan yang diperlukan untukmelaksanakan tugas, terdiri dari tiga kategori rating yaitu,
rendah, menengah dan tinggi.
c. Psychological Stress Load adalah mengukur jumlah resiko, kebingungan, frustasi yang
dihubungkan dengan performansi atau penampilan tugas, terdiri dari tiga kategori rating yaitu,
rendah, menengah dan tinggi.

Alat bantu SWAT merupakan 27 buah kartu yang didalamnya memuat tentang
penggambaran beban kerja kepada karyawan, serta memuat penskalaan tentang beban Waktu (T),
beban Usaha (E), dan beban Mental (S) dengan tingkatan rendah, sedang, dan tinggi.
Work Sampling merupakan metode Pengukuran kerja dengan metode sampling kerja
(work sampling) adalah suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap
aktivitas kerja dan delay dari mesin atau pekerja (operator) (Heri Purnomo dan W.T. Bhirawa,
2016).
Ada tiga kegunaan utama dari sampling kerja. Pertama, activity and delay sampling, yaitu
untuk mengukur aktifitas dan penundaan aktifitas dari seorang pekerja. Contohnya adalah dengan
mengukur prosentase seseorang bekerja dan prosentase seseorang tidak bekerja. Kedua,
performance sampling yaitu untuk mengukur waktu yang digunakan untuk bekerja, dan waktu
yang tidak digunakan untuk bekerja. Ketiga, work measurement, untuk menentapkan waktu
standar dari suatu kegiatan. 3 Berdasarkan permasalahan di area kerja cleaning CHCB PLTU
TENAYAN diharapkan dengan penerapan metode SWAT (Subjective Workload Assessment
Technique) dan Work Sampling dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana beban kerja
mental yang dirasakan oleh kasir dan bagaimana persentasi produktifitasnya.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengukur beban kerja dan produktifitas dari
cleaning service CHCB PLTU Tenayan serta mengusulkan SOP dibagian cleaning

A. Tahap Penskalaan (Scale Development)


Pada tahap penskalaan dilakukan pengolahan data dan penentuan prototipe untuk beban kerja
salah satu karyawan. Pengolahan data dilakukan dengan perhitungan koefisien Kendall untuk
mengetahui apakah data yang digunakan mewakili data kelompok. Sedangkan tujuan penentuan
prototipe adalah untuk mengetahui beban kerja karyawan dapat digolongkan menurut prototipe
masing-masing yaitu Time (T), Effort (E) atau Stress (S) dengan perhitungan koefisien korelasi
Spearman. Adapun hasil perhitungan koefisien korelasi Spearman dan prototipe untuk masing-
masing responden dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1 prototipe untuk responden


Responden TES TSE ETS EST SET STE prototipe
1 0.924 0.85 0.565 0.46 0.289 0.408 T

Dari hasil perhitungan Koefisien Kendall diperoleh nilai sebesar 0,924 yang berarti semua data
yang diperoleh dari penyusunan kartu oleh responden dianggap homogen (Gary,B.Reid 1989).

B. Tahap Penilaian
Tahap penilaian merupakan tahap lanjutan dari tahap penskalaan. Pada tahap ini dilakukan
pembuatan skala akhir SWAT sehingga dapat ditentukan kategori dari masing-masing beban
kerja yang dialami oleh karyawan yang berkaitan dengan aktivitas yang dilakukannya. Kategori
tersebut terdiri dari tiga tingkatan, yaitu rendah (1) dengan skala interval 0 – 40, sedang (2)
dengan skala interval 41 – 60 dan tinggi (3) dengan skala interval 61 - 100.
Adapun rekapitulasi kategori beban kerja karyawan berdasarkan penskalaan akhir SWAT
dapat dilihat pada Tabel berikut
Tabel 2. Kategori Beban Kerja
Responden Nilai Beban Kerja Kategori
1 62,49 Tinggi
Adapun penjelasan kategori beban kerja karyawan dan faktor yang paling berpengaruh
menurut petugas cleaninng adalah sebagai berikut
Berdasarkan persepsi Pekerja, faktor Effort (E) memiliki pengaruh yang paling besar dalam
pekerjaannya dan termasuk dalam kategori tinggi. Dari hasil pengamatan, dapat dilihat salah satu
aktivitas yang menuntut karyawan dalam hal Effort yaitu pada saat melakukan pekerjaanya, dan
mengawasi peralatan. Pada aktivitas ini, Pekerja dituntut untuk memiliki sikap yang handal dan
mampu berkomunikasi dengan baik terhadap oprator control room CHCB dalam menyelesaikan
pekerjaan tersebut.

C. Pengolahan Data Work Sampling


Sampling kerja atau work sampling adalah suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar
pengamatan terhadap aktifitas kerja dari mesin, proses atau pekerja/ operator (Wignjosoebroto, S.
2006). Pengukuran kerja dengan metode work sampling ini diklasifikasikan sebagai pengukuran
kerja secara langsung karena pelaksanaan kegiatan pengukuran harus secara langsung ditempat
kerja yang diteliti. Dalam penelitian ini pengamatan dilakukan selama 15 hari kerja dengan 60
kali pengamatan setiap harinya sehingga total pengamatan sebanyak 900 kali pengamatan. Data
tersebut kemudian diolah melalui beberapa tahap antara lain perhitungan persentase waktu
produktif, uji keseragaman data, uji kecukupan data dan perhitungan tingkat ketelitian.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 95% dan tingkat
ketelitian sebesar 5%. Dari hasil pengolahan data yang dilakukan, tidak diperoleh data out of
control
Jika dibandingkan antara waktu produktif aktual (diperoleh dari hasil pengamatan secara
langsung) dengan waktu produktif seharusnya (dengan allowance/ kelonggaran yang diberikan),
maka dapat diketahui bahwa karyawan masih memiliki waktu non produktif
Adapun rekapitulasi waktu produktif, waktu non produktif dan allowance pada pekerja dapat
dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Perbandingan Waktu Produktif Aktual, Waktu Non Produktif dan Allowence
waktu produktif Waktu non Allowence yang Selisih Allowence dan
Responden
aktual (%) Produktif (%) Diberikan (%) Waktu Non produktif (%)
1 88.6 11.4 9 2.4

Penjelasan mengenai waktu produktif aktual, allowance yang diberikan dan waktu non
produktif untuk pekerja cleaning adalah sebagai berikut: Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa pekerja memiliki waktu produktif sebesar 88,6%. Dari hasil pemberian allowance
sebesar 9% maka waktu yang seharusnya digunakan karyawan untuk bekerja adalah 91% dari
7 jam kerja perhari. Maka persentase waktu yang digunakan karyawan untuk kegiatan non
produktif adalah 11,4%. Kegiatan non produktif seperti tiba di lapangan tidak tepat waktu dan
kembali ke Lapangan lebih lama dari jam istirahat selesai.

3. KESIMPULAN

Hasil pengukuran beban kerja dengan metode NASA-TLX & Subjective Workload Assessment
Technique (SWAT). Dalam pengukuran beban mental menggunakan NASA-TLX & SWAT terdapat 6
aspek elemen kerja yang diperhitungkan yaitu mental demand, physical demand, temporal demand,
performance, effort, dan frustation. Setelah dilakukan pengukuran, pembobotan dan pemberian skor,
aspek yang paling dominan mempengaruhi beban pekerja adalah physical demand. Namun pada
penghitungan skor seluruh operator berada dalam klasifikasi normal. PT CS dapat meringankan beban
kerja mental dengan cara membagi pekerjaan dan melakukan rotasi pekerjaan. Pekerjaan yang
berhubungan dengan Physical Demand yaitu meyapu, menyekop area, dan memilah dilakukan oleh
beberapa orang sedangkan yang lain melakukan proses pengawasan pemantauan alat dan conveyor ,
crusher vibrating dan hopper masing masing satu orang. Kemudian dilakukan rotasi pekerjaan agar satu
orang tidak melakukan pekerjaan yang sama terus menerus.
Daftar Pustaka

Adelina, Risma. 2010. Analisis Pengaruh Shift Kerja Terhadap Beban Kerja Mental dengan
Metode Subjective Workload Assessment Technique (SWAT). Institut Sains &
Teknologi AKPRIND : Yogyakarta. 13
Grandjean, E. 1982. Fitting he Task to The Man: An Ergonomic Approach. London : Taylor &
Francis.
Hancock, A. Peter and N. Meshkati (1988). Human Mental Workload. Netherlands: Elsevier
Science Publishing Company, INC Nurmianto,
Eko. (2004), Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya, Prima Printing, Surabaya.
Rubio, et al (2004), “Evaluation of Subjective Mental Workload: A Comparison of SWAT,
NASATLX and Workload Profile Methods”, International Journal of Applied
Psychology, Vol. 1, hlm 61-86.
Tarwaka. dkk. 2004. Ergonomi untuk keselamatan, kesehatan kerja, dan 5 produktivitas.
Surakarta : Penerbit Uniba Press.
Tarwaka. 2011. Ergonomi Industri : Dasar-dasar pengetahuan ergonomi dan aplikasi di tempat
kerja. Cetakan kedua. Surakarta : Harapan Press Solo.
Wignjosoebroto, Sritomo, (2008). “Ergonomi Studi Gerak dan Waktu”, Gunpa Widya, Surabaya
LAMPIRAN
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH KONDISI KERJA DAN BEBAN KERJA MENTAL TERHADAP STRES KERJA
PETUGAS JASA CLEANING PT CLEANING SERVICE DI PLTU TENAYAN

NAMA :
UMUR :
MASA KERJA :
UNIT KERJA :

Dengan Hormat,
Bersama ini saya sampai sampaikan bahwa saya bermaksud mengadakan penelitian beban mental kerja
pada pekerja PT CS

. Sehubungan dengan maksud di atas, saya sangat mengharapkan bantuan saudara untuk bersedia mengisi
instrumen penelitian ini sesuai dengan apa fakta kenyataan didalam situasi dan kondisi kerja. Oleh karena
itu saudara dapat di harapkan dapat memberikan jawaban sejujur-jujurnya sesuai dengan dengan keadaan
sesungguhnya. Dan untuk bantuannya kami ucapkan terima kasih.
Dalam melakukan pengukuran NASA-TLX terdapat 6 indikator yang harus diperhatikan oleh responden,
yaitu :
skala rating keterangan
Seberapa besar aktivitas mental dan perseptual yang
Mental Demand (MD) Rendah, Tinggi
dibutuhkan untuk melihat, mengingat dan mencari
Jumlah aktivitas fisik yang dibutuhkan (misalnya:
Physical Demand (PD) Rendah, Tinggi
mendorong, menarik, mengontrol putaran)

Temporal Demand Jumlah tekanan yang berkaitan dengan waktu yang


Rendah, Tinggi
(TD) dirasakan selama elemen pekerjaan berlangsung

Performance (OP) Tidak tepat, Sempurna Seberapa besar keberhasilan seseorang di dalam
pekerjaannya dan seberapa puas dengan hasil kerjanya
Seberapa tidak aman, putus asa, tersinggung, terganggu,
Frustation (FR) Rendah, Tinggi dibandingkan dengan perasaan aman, puas, nyaman, dan
kepuasan diri yang dirasakan.

Effort (EF) Rendah, Tinggi Seberapa keras kerja mental dan fisik yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan pekerjaan

1. Perbandingan berpasangan dari sub-skala


Instruksi: pilih lah salah satu anggota dari setiap pasangan sub skala yang menjadi sumber paling
signifikan terhadap variasibeban kerja mental dari jenis pekerjaan ini
PD VS MD TD VS PD TD VS FR
TD VS MD OP VS PD TD VS EF
OP VS MD FR VS PD OP VS FR
FR VS MD EF VS PD OP VS EF
EF VS MD TD VS OP EF VS FR
2. Skala rating
Instruksi: berilah penilaian yang menunjukkan besarnya pengaruh masing masing faktor terhadap
pekerjaan yang sedang dilakukan dalam skala 0 – 100 !
1. Mental Demand (MD)
Seberapa besar usaha mental yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan ini?

0(rendah) 50(sedang) 100(tinggi)


2. Physical Demand (PD)
Seberapa besar usaha fisik yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan ini?

0(rendah) 50(sedang) 100(tinggi)


3. Temporal Demand (TD)
Seberapa besar tekanan yang dirasakan berkaitan dengan waktu untuk menyelesaikan pekerjaan
ini?

0(rendah) 50(sedang) 100(tinggi)


4. Own Performance (OP)
Seberapa besar tingkat keberhasilan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan ini ?

0(rendah) 50(sedang) 100(tinggi)


5. Effort (EF)
Sberapa besar kerja mental dan fisik yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan ini?

0(rendah) 50(sedang) 100(tinggi)


6. Frustation (FR)
Seberapa besar kecemasan, perasaan tertekan, dan stres yang dirasakan untuk menyelesaikan
pekerjaan ini ?

0(rendah) 50(sedang) 100(tinggi)


Pengurutan kartu SWAT oleh subyek. Kartu SWAT berjumlah 27 kartu yang berisi kombinasi
dari ketiga deskriptor SWAT yang diurutkan dari kartu yang menunjukkan beban kerja terendah
sampai dengan beban kerja yang tertinggi menurut persepsi subyek. Adapun 27 kartu SWAT
tersebut antara lain:
Beban Kerja
kartu
Beban Waktu (T) Beban Mental € Beban Tekanan Psikologis (S)
a 3 2 2
b 1 1 2
c 1 2 3
d 3 1 3
e 2 3 2
f 1 2 1
g 2 1 2
h 3 1 1
i 3 3 3
j 1 2 2
k 2 3 1
l 3 3 1
m 1 3 3
n 1 1 1
o 3 2 3
p 3 1 2
q 2 2 2
r 2 3 3
s 1 3 2
t 3 3 2
u 2 1 1
v 2 2 1
w 1 1 3
x 1 3 1
y 3 2 1
z 2 1 3
zz 2 2 3
a. Time Load : adalah yang menunjuk- kan jumlah waktu yang tersedia dalam perencanaan,
pelaksanaan dan monitoring tugas. Beban waktu rendah, beban waktu sedang, beb an waktu
tinggi)
b. Mental Effort Load : adalah mendu- ga atau memperkirakan seberapa banyak usaha mental
dalam perencanaan yang diperlukan untuk melaksanakan suatu tugas. (beban usaha mental
rendah, beban usaha mental sedang, beban usaha mental tinggi)
c. Psychological Stress Load : adalah mengukur jumlah resiko, kebingung- an, frustasi yang
duhubungkan dengan performansi atau penampil- an tugas. (Beban tekanan psikologis
rendah, beban tekanan psikologis sedang, beban tekanan psikologis tinggi)

Anda mungkin juga menyukai