Anda di halaman 1dari 24

Reguler

2017/2018

LAPORAN TUTORIAL
FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA
LINGKUNGAN KERJA FISIK 1

Kelompok : E6 Tanggal Tutorial : 20 Des. 2017


Nama/NIM : Hanura Dewi W.S Hari Tutorial : Rabu
/ 16522014 Dikumpulkan : 26 Desember
Damas Reza P. Tanggal 2017
/ 16522140
Kelas : E
Asisten : E-121 Yogyakarta, ............................. 2017
Kriteria penilaian (diisi oleh asisten)
Format Laporan : Max (10)
Asisten
Perhitungan : Max (40)
Analisa dan : Max (45)
Pembahasan
( Arief Zubaidi )
Kesimpulan : Max (5)
TOTAL :

LABORATORIUM DESAIN KERJA DAN ERGONOMI


JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2017
Reguler
2017/2018

BAB IX
LINGKUNGAN KERJA FISIK 1

9.1 Tujuan Tutorial


Adapun tujuan dari adanya tutorial Lingkungan Kerja Fisik 1 ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui cara pengukuran pencahayaan dan getaran dengan
menggunakan alat.
2. Mengetahui pengaruh intensitas cahaya dan getaran terhadap hasil suatu
pekerjaan.
3. Mampu menganalisis perancangan lingkungan kerja fisik yang optimum
9.2 Tugas Tutorial
Adapun tugas dari adanya tutorial Lingkungan Kerja Fisik 1 ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengamati dan mencatat hasil kerja operator ketika melakukan
pengetikan dalam 3 kondisi ruang yang berbeda, yaitu kondisi cahaya
normal dan tidak terdapat getaran, kondisi ruang dengan pencahayaan
yang kurang, dan kondisi ruang dengan adanya getaran.
2. Melakukan perhitungan uji normalitas dan uji paired sample T-test.
3. Melakukan analisis terhadap hasil kerja operator dan hasil perhitungan uji
normalitas dan uji paired sample T-test.

9.3 Kajian Literatur


Tabel 1. Kajian Literatur Jurnal Internasional

No. Judul Metode Hasil Kesimpulan


1. Evaluating Penelitian ini Hasil dari perkiraan waktu
worker dilakukan di jasa penelitian paparan yang
vibration rekayasa dan menunjukkan dilaporkan dari
exposures departemen bahwa waktu kuesioner
using self- pemeliharaan paparan yang Survei yang 9,0
reported and konstruksi dilaporkan sendiri kali lebih besar
direct dan perusahaan memperkirakan untuk sumber
Reguler
2017/2018

observation manajemen dari kuesioner tangan


estimates of properti. paparan survei adalah ditransmisikan
exposure waktu pekerja faktor 9,0 (nilai getaran (HAV)
duration data dikumpulkan median) kali lebih dan 6,0 kali lebih
dengan besar untuk HAV besar untuk
menggunakan dan faktor 6,0 sumber seluruh
tiga metode, (nilai median) kali tubuh getaran
survei kuesioner, lebih besar untuk (WBV) bila
wawancara WBV bila dibandingkan
pekerja harian dibandingkan dengan observasi
dan pengamatan dengan perkiraan langsung
8 jam kerja observasi estimasi yang
langsung. langsung. kali dibuat oleh
Getaran paparan praktisi keamanan.
besaran (m / s2) dilaporkan dalam Hal ini
diukur untuk wawancara mengakibatkan
berbagai alat-alat lebih tinggi, over estimate dari
tangan dan daripada yang 8 jam rata-rata
kendaraan, dan diamati, tetapi paparan getaran
paparan getaran lebih dapat hingga
harian diandalkan 66% dan 75%
memperkirakan A dibandingkan untuk sumber
(8) dihitung yang dilaporkan HAV dan WBV
dengan dalam kuesioner masing-masing.
menggunakan diri;
waktu paparan faktor 2,1 (nilai
diamati, median) kali lebih
dilaporkan dalam besar untuk HAV
wawancara dan dan faktor (nilai
dilaporkan dalam median) 1,4 kali
kuesioner. lebih besar untuk
WBV. A (8) nilai-
nilai dihitung
Reguler
2017/2018

menggunakan
waktu paparan
kuesioner yang
sampai 66% dan
75% lebih besar
untuk
sumber HAV dan
WBV masing-
masing jika
dibandingkan
dengan A (8) nilai
yang dihitung
dengan
menggunakan
eksposur yang
diamati
waktu.
2. Vibration of Penelitian ini Hasil penelitian Penelitian ini
portable dilakukan menunjukkan menegaskan
orbital sanders menggunakan bahwa tingkat bahwa tingkat
and its impact metode observasi. getaran dimana getaran yang
on the para pekerja furniture kayu
development terbuka jauh di pekerja industri
of work-related atas dapat menggunakan
musculoskeleta diterima sanders orbital
l disorders in tingkat yang terkena
the furniture didefinisikan oleh berlebihan.
industry standar yang Dengan demikian,
diakui dan arahan meskipun tidak
dan bahwa adanya penyakit
getaran ini akibat kerja
dikombinasikan khusus untuk
dengan banyak paparan getaran di
Reguler
2017/2018

faktor risiko lain, perusahaan ini dan


sehingga bahkan di furniture
mewakili risiko kayu
untuk sektor manufaktur,
pengembangan hasil menunjukkan
WMSDs bahwa getaran bisa
bermain
peran non-
diabaikan dalam
penampilan
WMSDs
didokumentasikan
di masa lalu di
workstation kursi
sander, terutama
karena beberapa
pekerja
menganggap
bahwa getaran
menyebabkan
mereka
ketidaknyamanan.
Getaran
dipasangkan
dengan postur
kerja yang buruk,
terutama dari
pergelangan
tangan,
adalah dua faktor
risiko utama hadir
pada workstation
Reguler
2017/2018

kursi sander.
Selain itu,
kekuatan
mendorong dan
mencengkeram
diperlukan untuk
menjaga
bergetar alat pada
bagian yang akan
diampelas juga
mungkin
memainkan peran.

3. Lighting Survei deskriptif Pengukuran Pencahayaan yang


Assessment dan analitik pencahayaan cukup dan cahaya
and Effects on dengan kuesioner interior buatan yang
Visual Fatigue menunjukkan berlebihan dapat
and tingkat yang tidak menyebabkan
Psychological dapat diterima kelelahan visual
Status of yaitu 82,3 persen dan ketegangan
Employees in di beberapa mental. Desain
Damghan bagian pada siang pencahayaan harus
Velayat hari dan semua memperhitungkan
Hospital bagian pada jam kuantitas dan
Wards malam. Rasio kesamaannya
keseragaman yang dengan
tidak dapat pencahayaan siang
diterima pada hari.
siang hari dan
malam jam
masing-masing 91
persen dan 83
persen bagian,.
Reguler
2017/2018

Ada hubungan
yang signifikan
antara usia dan
cahaya yang
dirasakan,
kelelahan visual
dan mental (P
<0,05).
Ditemukan
hubungan yang
signifikan antara
jenis pencahayaan
dan pencahayaan
dengan kelelahan
visual dan mental
(P <0,05).

9.4 Output
9.4.1 Deskripsi
Pada tutorial lingkungan kerja fisik 1 kali ini, kami mengambil data
dengan cara melakukan pengamatan secara langsung pada operator.
Operator pada tutorial lingkungan kerja fisik 1 ini yaitu salah satu dari
anggota kelompok kami. Pada tutorial ini, operator menjahit kancing
dengan 3 kondisi lingkungan fisik (pencahayaan dan getaran) yang
berbeda. Pada kondisi pertama yaitu kondisi pencahayaan normal dan
tidak ada getaran. Kondisi kedua yaitu kondisi ketika ruangan kurang
pencahayan. Kondisi ketiga yaitu ketika berada dalam ruangan yang
terdapat getaran. Dalam tutorial ini, digunakan beberapa alat diantaranya
yaitu ruang iklim, lampu, lantai getar, luxmeter, vibrometer, alat jahit,
kancing dan kain flanel, observation sheet dan alat tulis. Berikut ini
merupakan deskripsi operator :
Nama : Damas Reza
Umur : 20 tahun
Reguler
2017/2018

Jenis Kelamin : Laki – Laki


Riwayat Penyakit :-
Hari / Tanggal : Rabu, 20 Desember 2017

9.4.2 Data Rekapitulasi


Berikut ini merupakan tabel 2, yaitu tabel hasil data rekapitulasi.
Tabel 2. Data Hasil Pengamatan
Akurasi Pre Akurasi Post Akurasi Akurasi
Nama
No. Test Test Pre Test Post Test
Operator
Pencahayaan Pencahayaan Vibrasi Vibrasi
1. Damas Reza 90% 50% 90% 100%
2. Adrian Jorghy 100% 40% 100% 60%
3. Waode Jihan 60% 100% 60% 100%
4. Adinda K 60% 100% 60% 100%
5. Hera 100% 100% 100% 90%
6. Enjang 90% 100% 90% 100%
7. Dewi Ayu 70% 90% 70% 100%
8. Dian Raharjanti 90% 90% 90% 80%
9. Natasya 90% 100% 90% 100%
10. Zakka 50% 60% 50% 80%
11. Yusril 50% 100% 50% 70%
12. Reza Faradani 80% 80% 80% 90%
13. Farid A 90% 90% 90% 70%
14. Huzein 0% 60% 0% 70%
15. M.Naufal A 80% 100% 80% 100%
16. Abdul Gofur 20% 0% 20% 100%
17. Amrullah 70% 80% 70% 100%
18. Nur Rochman 50% 50% 50% 70%
19. M. Sirril W 40% 10% 40% 40%
20. Raden Wika 20% 70% 20% 100%
21. Rizal 60% 50% 60% 100%
22. Nurahlun 70% 60% 70% 100%
Reguler
2017/2018

Akurasi Pre Akurasi Post Akurasi Akurasi


Nama
No. Test Test Pre Test Post Test
Operator
Pencahayaan Pencahayaan Vibrasi Vibrasi
23. Djastian 10% 20% 10% 80%
24. Shafira A 90% 90% 90% 100%
25. Rizky Wulan 100% 100% 100% 100%
26. Zul Fathi Fuad 100% 100% 100% 80%
27. M. Rahul 100% 100% 100% 100%
28. Ahmad Shiddiq 40% 80% 40% 50%
29. Karina Intan 90% 70% 90% 100%
30. Tifa Ayu 80% 70% 80% 100%

9.4.3 Pengolahan Data


9.4.3.1 Uji Normalitas Pencahayaan
Dalam melakukan uji normalitas terlebih dahulu ditentukan bentuk-
bentuk hipotesis yang digunakan, yaitu :
 H0 : Data berdistribusi normal
 H1 : Data tidak berdistribusi normal

Dalam pengujian paired sample t-test digunakan tingkat kepercayaan


95%, sehingga nilai signifikansi (α) sebesar 0,05.
 Jika nilai signifikansi (α) > 0,05 maka H0 diterima
 Jika nilai signifikansi (α) ≤ 0,05 maka H0 ditolak

Dalam melakukan uji normalitas digunakan software SPSS. Berikut ini


merupakan tabel 3, yaitu tabel hasil uji normalitas menggunakan
software SPSS :
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas
Reguler
2017/2018

 PreTest Pencahayaan : Berdasarkan hasil uji normalitas yang


telah dilakukan, maka dapat dilihat bahwa nilai signifikansi pretest
pencahayaan sebesar 0,018. Sehingga nilai signifikansi tersebut ≤
0,05, maka H0 ditolak (data pretest pencahayaan tersebut tidak
berdistribusi normal).
 PostTest Pencahayan : Berdasarkan hasil uji normalitas yang
telah dilakukan, maka dapat dilihat bahwa nilai signifikansi posttest
pencahayaan sebesar 0,013. Sehingga nilai signifikansi tersebut ≤
0,05, maka H0 ditolak (data posttest pencahyaan tersebut tidak
berdistribusi normal).

Diketahui data penelitan pada pre test dan post test pencahayaan
tersebut tidak berdistribusi normal, maka peneliti menggunakan
alternatif lain yakni dengan melakukan uji wilcoxon.

Dalam melakukan uji wilcoxon digunakan software SPSS. Berikut


ini merupakan tabel 4 dan tabel 5, yaitu tabel hasil uji normalitas
menggunakan software SPSS :
Tabel 4. Hasil Uji Wilcoxon (Ranks)
Reguler
2017/2018

Interpretasi output uji wilcoxon


1. Negative Ranks atau selisish (negatif) antara pre test vibrasi dengan
post test vibrasi adalah 8, nilai ini menandakan adanya penurunan
(pengurangan) dari nilai pre test vibrasi ke nilai post test vibrasi.
2. Positif Ranks atau selisih (positif) antara pre test vibrasi dengan post
test vibrasi adalah 13, artinya terjadi peningkatan dari nilai pre test
vibrasi ke nilai post test vibrasi.
3. Ties adalah kesamaan nilai pre test dan post test, disini nilai ties
adalah 9, artinya ada nilai yang sama anatara pre test vibrasi dengan
post test vibrasi.

Tabel 5. Hasil Uji Wilcoxon (test statistics)

Dasar pengambilan keputusan dalam uji wilcoxon:


1. Jika nilai Asymp.Sign. (2-tailed) < 0,05, maka H0 diterima.
2. Jika nilai Asymp.Sign. (2-tailed) > 0,05, maka H0 ditolak.

Berdasarkan output “test statistics”, diketahui Asymp.Sign. (2-tailed)


bernilai 0,262 lebih kecil dari > 0,05, maka H0 ditolak.
Reguler
2017/2018

9.4.3.2 Uji Paired Sample T-Test Pencahayaan


Dalam melakukan uji paired sample t-test terlebih dahulu ditentukan
bentuk-bentuk hipotesis yang digunakan, yaitu :
 H0 : Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata data pretest
pencahayaan dan data posttest pencahayaan.
 H1 : Terdapat perbedaan nilai rata-rata data pretest pencahayaan
dan data posttest pencahayaan.

Dalam pengujian paired sample t-test digunakan tingkat kepercayaan 95%,


sehingga nilai signifikansi (α) sebesar 0,05.
 Jika nilai signifikansi (α) > 0,05 maka H0 diterima
 Jika nilai signifikansi (α) ≤ 0,05 maka H0 ditolak

Untuk melakukan uji paired sample t-test digunakan software SPSS.


Berikut ini merupakan tabel 6, yaitu tabel hasil output pengujian paired
sample t-test dengan software SPSS :

Tabel 6. Paired Samples statistics

Pada tabel paired sample statistics dapat diketahui bahwa nilai rata-rata
pretest pencahayaan yaitu 68 dari total keseluruhan 30 data. Sedangkan nilai
rata-rata posttest pencahayan sebesar 73,6667 dari total keseluruhan 30
data. Selain itu, tabel tersebut juga menunjukkan bahwa nilai standar
deviasi dan standard error mean data pretest pencahayaan masing-masing
28,93512 dan 5,28281. Sedangkan nilai standar deviasi dan standard error
mean data posttest pencahayaan masing-masing 28,70580 dan 5,24094.

Berikut ini merupakan tabel 7, yaitu tabel hasil output paired samples
correlations.
Reguler
2017/2018

Tabel 7. Paired Samples Correlations

Pada tabel paired samples correlations terdapat kolom N yang


menunjukkan jumlah sampel yaitu 30. Kolom correlation menunjukkan
angka 0,565, berarti korelasi antara pretest pencahayaan dan posttest
pencahayaan sangat rendah. Sedangkan nilai signifikansi menunjukkan
angka 0,001 yang berarti ≤ 0,05 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel.

Berikut ini merupakan tabel 8, yaitu tabel hasil output pengujian paired
sample t-test dengan software SPSS :

Tabel 8. Paired Sample T-Test

Pada tabel paired sample t-test menunjukkan perbedaan rata-rata dari


pretest dan posttest pencahayaan, untuk nilai t-hitung yaitu -1,155 karena
merupakan signifikansi 2 tailed maka dapat diasumsikan bahwa nilai t hitung
positif yaitu1,155. Untuk nilai mean yaitu -5,66667, karena nilai mean
berada diantara batas bawah -15,69979 dan batas atas 4,36646 maka nilai
tersebut berada pada daerah penerimaan H0, selain itu karena nilai
signifikansi pada tabel tersebut > 0,05 yaitu 0,257, maka H 0 diterima (tidak
terdapat perbedaan nilai rata-rata data pretest pencahayaan dan data post-
test pencahayaan).

9.4.3.3 Uji Normalitas Getaran


Dalam melakukan uji normalitas terlebih dahulu ditentukan bentuk-
bentuk hipotesis yang digunakan, yaitu :
Reguler
2017/2018

 H0 : Data berdistribusi normal


 H1 : Data tidak berdistribusi normal

Dalam pengujian paired sample t-test digunakan tingkat kepercayaan


95%, sehingga nilai signifikansi (α) sebesar 0,05.
 Jika nilai signifikansi (α) > 0,05 maka H0 diterima
 Jika nilai signifikansi (α) ≤ 0,05 maka H0 ditolak

Dalam melakukan uji normalitas digunakan software SPSS. Berikut ini


merupakan tabel 9, yaitu tabel hasil uji normalitas menggunakan
software SPSS :
Tabel 9. Hasil Uji Normalitas

 PresTest Vibrasi : Berdasarkan hasil uji normalitas yang telah


dilakukan, maka dapat dilihat bahwa nilai signifikansi pretest vibrasi
sebesar 0,018. Sehingga nilai signifikansi tersebut ≤ 0,05, maka H0
ditolak (data pretest vibrasi tersebut tidak berdistribusi normal).
 PostTest Vibrasi : Berdasarkan hasil uji normalitas yang telah
dilakukan, maka dapat dilihat bahwa nilai signifikansi posttest vibrasi
sebesar 0,000. Sehingga nilai signifikansi tersebut ≤ 0,05, maka H 0
ditolak (data posttest vibrasi tersebut tidak berdistribusi normal).

Diketahui data penelitan pada pre test dan post test vibrasi tersebut
tidak berdistribusi normal, maka peneliti menggunakan alternatif lain
yakni dengan melakukan uji wilcoxon.
Reguler
2017/2018

Dalam melakukan uji wilcoxon digunakan software SPSS. Berikut ini


merupakan tabel 10 dan tabel 11, yaitu tabel hasil uji normalitas
menggunakan software SPSS :
Tabel 10. Hasil Uji Wilcoxon (Ranks)

Interpretasi output uji wilcoxon


4. Negative Ranks atau selisish (negatif) antara pre test vibrasi dengan
post test vibrasi adalah 5, nilai ini menandakan adanya penurunan
(pengurangan) dari nilai pre test vibrasi ke nilai post test vibrasi.
5. Positif Ranks atau selisih (positif) antara pre test vibrasi dengan post
test vibrasi adalah 22, artinya terjadi peningkatan dari nilai pre test
vibrasi ke nilai post test vibrasi.
6. Ties adalah kesamaan nilai pre test dan post test, disini nilai ties
adalah 3, artinya ada nilai yang sama anatara pre test vibrasi dengan
post test vibrasi.

Tabel 11. Hasil Uji Wilcoxon (test statistics)

Dasar pengambilan keputusan dalam uji wilcoxon:


3. Jika nilai Asymp.Sign. (2-tailed) < 0,05, maka H0 diterima.
4. Jika nilai Asymp.Sign. (2-tailed) > 0,05, maka H0 ditolak.
Reguler
2017/2018

Berdasarkan output “test statistics”, diketahui Asymp.Sign. (2-tailed)


bernilai 0,001 lebih kecil dari < 0,05, maka H0 diterima.

9.4.3.4 Uji Paired Sample T-Test Getaran


Dalam melakukan uji paired sample t-test terlebih dahulu ditentukan
bentuk-bentuk hipotesis yang digunakan, yaitu :
 H0 : Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata data pretest vibrasi
dan data posttest vibrasi.
 H1 : Terdapat perbedaan nilai rata-rata data pretest vibrasi dan data
posttest vibrasi.

Dalam pengujian paired sample t-test digunakan tingkat kepercayaan


95%, sehingga nilai signifikansi (α) sebesar 0,05.
 Jika nilai signifikansi (α) > 0,05 maka H0 diterima
 Jika nilai signifikansi (α) ≤ 0,05 maka H0 ditolak

Untuk melakukan uji paired sample t-test digunakan software SPSS.


Berikut ini merupakan tabel 12, yaitu tabel hasil output pengujian
paired sample t-test dengan software SPSS :
Tabel 12. Paired Samples statistics

Pada tabel paired sample statistics dapat diketahui bahwa nilai rata-rata
pretest vibrasi yaitu 68 dari total keseluruhan 30 data. Sedangkan nilai rata-
rata posttest vibrasi sebesar 87,6667 dari total keseluruhan 30 data. Selain
itu, tabel tersebut juga menunjukkan bahwa nilai standar deviasi dan
standard error mean data pretest vibrasi masing-masing 28,93512 dan
5,28281. Sedangkan nilai standar deviasi dan standard error mean data
posttest vibrasi masing-masing 17,15715 dan 3,13245.
Reguler
2017/2018

Berikut ini merupakan tabel 13, yaitu tabel hasil output pengujian paired
sample t-test dengan software SPSS :
Tabel 13. Uji Paired Samples Correlations

Pada tabel paired samples correlations terdapat kolom N yang


menunjukkan jumlah sampel yaitu 30. Kolom correlation menunjukkan
angka 0,296, berarti korelasi antara pretest vibrasi dan posttest vibrasi
sangat rendah. Sedangkan nilai signifikansi menunjukkan angka 0,112 yang
berarti > 0,05 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara kedua variabel.

Berikut ini merupakan tabel 14, yaitu tabel hasil output pengujian paired
sample t-test dengan software SPSS :
Tabel 14. Uji Paired Samples Test

Pada tabel paired sample t-test menunjukkan perbedaan rata-rata dari


pretest dan posttest vibrasi, untuk nilai thitung yaitu -3,721 karena merupakan
signifikansi 2 tailed maka dapat diasumsikan bahwa nilai thitung positif yaitu
3,721. Untuk nilai mean yaitu -19,66667, karena nilai mean berada diantara
batas bawah -30,47493 dan batas atas -8,85841 maka nilai tersebut berada
pada daerah penerimaan H0, selain itu karena nilai signifikansi pada tabel
tersebut ≤ 0,05 yaitu 0,001, maka H0 ditolak (terdapat perbedaan nilai rata-
rata data pretest vibrasi dan data posttest vibrasi).

9.4.4 Analisis Data


1. Uji Normalitas
Uji Normalitas adalah hal yang lazim dilakukan sebelum melakukan
sebuah metode statistik. Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui
Reguler
2017/2018

apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal


atau tidak dan dapat digunakan untuk statistik parametrik. Sehingga pada
penelitian ini peneliti mengambil sampel sebanyak 30 operator dari
praktikan laboratorium DSK & E, dan untuk mengetahui apakah 30 data
yang di peroleh operator merupakan data yang berdistribusi normal maka
peneliti melakukan perhitungan menggunakan SPSS.
Dalam melakukan uji normalitas terlebih dahulu peneliti menentukan
bentuk-bentuk hipotesis yang digunakan, yaitu :
H0 : Data berdistribusi normal
H1 : Data tidak berdistribusi normal

Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui perhitungan SPSS


didapat hasil Pretest pencahayaan dapat dilihat bahwa nilai signifikansi
pretest pencahayaan sebesar 0,018. Sehingga nilai signifikansi tersebut ≤
0,05, maka H0 ditolak (data pretest pencahayaan tersebut tidak
berdistribusi normal). Untuk posttest pencahayan dapat dilihat bahwa nilai
signifikansi posttest pencahayaan sebesar 0,013. Sehingga nilai
signifikansi tersebut ≤ 0,05, maka H0 ditolak (data posttest pencahyaan
tersebut tidak berdistribusi normal). Untuk pretest vibrasi dapat dilihat
bahwa nilai signifikansi pretest vibrasi sebesar 0,018. Sehingga nilai
signifikansi tersebut ≤ 0,05, maka H 0 ditolak (data pretest vibrasi tersebut
tidak berdistribusi normal). Dan untuk posttest vibrasi dapat dilihat bahwa
nilai signifikansi posttest vibrasi sebesar 0,000. Sehingga nilai signifikansi
tersebut ≤ 0,05, maka H0 ditolak (data posttest vibrasi tersebut tidak
berdistribusi normal).
Diketahui data penelitan pada pre test dan post test pencahayaan
serta pre test dan post test vibrasi tersebut tidak berdistribusi normal, maka
peneliti menggunakan alternatif lain yakni dengan melakukan uji
wilcoxon. Berdasarkan output “test statistics” pencahayaan, diketahui
Asymp.Sign. (2-tailed) bernilai 0,262 lebih kecil dari > 0,05, maka H 0
ditolak. Berdasarkan output “test statistics”, diketahui Asymp.Sign. (2-
tailed) bernilai 0,001 lebih kecil dari < 0,05, maka H0 diterima.
Reguler
2017/2018

2. Uji Paired Sample T-Test


a. Uji Paired Sample T-Test Pencahayaan
Pada uji Paired Sample t-Test pencahayaan, peneliti mengambil
data operator operator ketika mnjahit kancing dalam 2 kondisi ruang
yang berbeda, yaitu kondisi cahaya normal dan pada kondisi ruang
dengan pencahayaan yang kurang. Berdasarkan penelitian yang peneliti
lakukan, hasil intensitas cahaya yang dilakukan pada kondisi ruang
yang memiliki cahaya normal maka nilai intensitas cahaya yang di
peroleh pada 3 titik tersebut adalah 102 lux, 159 lux, dan 151 lux.
Perbedaan nilai tersebut di karenakan perbedaan cahaya pada tiap-tiap
titik yang di amati. Lalu di bandingkan dengan penelitian pada kondisi
ruang yang memiliki cahaya kurang maka nila intensitas cahaya yang
di peroleh pada 4 titik adalah sebesar 0 lux dan 0 lux. Maka semakin
besar intensitas cahaya, maka semakin banyak cahaya yang ada pada
titik tersebut. Setelah melakukan pengamatan pada kondisi kerja
operator, maka peneliti dapat melakukan pengambilan data nilai akurasi
pada kondisi yang berbeda yaitu pada kondisi cahya normal dan
kondisi cahaya kurang. Untuk menentukan ada tidaknya pengaruh
intensias cahaya terhadap hasil kerja yang di lakukan ketika melakukan
pekerjaan menjahit kancing, maka peneliti perlu mengolah data yang
telah di dapatkan dari 30 sampel data dengan menggunakan uji paired
sample test.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari SPSS uji paired sample
t-test pre test pencahayaan dan post test pencahayaan. Peneliti membuat
bentuk hipotesis terlebih dahulu, yang diketahui bahwa:
H0 : Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata data pretest pencahayaan
dan data posttest pencahayaan.
H1 : Terdapat perbedaan nilai rata-rata data pretest pencahayaan dan
data posttest pencahayaan.
Berdasarkan uji Paired Sample T-Test dengan diketahui bahwa
nilai rata-rata pretest pencahayaan yaitu 68 dari total keseluruhan 30
data. Nilai rata-rata posttest pencahayaan sebesar 73,6667 dari total
keseluruhan 30 data. Selain itu, tabel tersebut juga menunjukkan bahwa
Reguler
2017/2018

nilai standar deviasi dan standard error mean data pretest pencahayaan
masing-masing 28,93512 dan 5,28281. Sedangkan nilai standar deviasi
dan standard error mean data posttest pencahayaan masing-masing
28,70580 dan 5,24094. Semakin besar nilai standar deviasi yang
didapatkan maka semakin besar pula keragaman sampel, begitu pula
sebaliknya yakni jika standar deviasi yang didapatkan kecil maka
sampel semakin tidak beragam. Sehingga berdasarkan nilai standar
deviasi pretest dan posttes adalah 28,93512 dan 28,70580 bearti sampel
yang di olah merupakan data yang seragam di karenakan tidak adanya
perbedaan yang signifikan.
Pada tabel paired samples correlations yang di peroleh dari
perhitungan menggunakan software SPSS terdapat kolom N yang
menunjukkan jumlah sampel yaitu 30. Kolom correlation tersebut
menunjukkan angka 0,565, berarti korelasi antara pretest pencahayaan
dan posttest pencahayaan sangat rendah. Sedangkan nilai signifikansi
menunjukkan angka 0,001 yang berarti ≤ 0,05 sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kedua
variabel.
Berdasarkan uji paired sample t-test yang menunjukkan perbedaan
rata-rata dari pretest dan posttest pencahayaan, untuk nilai t-hitung
yaitu -1,155 karena merupakan signifikansi 2 tailed maka dapat
diasumsikan bahwa nilai thitung positif yaitu1,155. Untuk nilai mean
yaitu -5,66667, karena nilai mean berada diantara batas bawah -
15,69979 dan batas atas 4,36646 maka nilai tersebut berada pada
daerah penerimaan H0, selain itu karena nilai signifikansi pada tabel
tersebut > 0,05 yaitu 0,257, maka H0 diterima (tidak terdapat perbedaan
nilai rata-rata data pretest pencahayaan dan data post-test
pencahayaan).
Dengan uji paired sample t-test maka di peroleh keputusan tidak
terdapat perbedaan nilai rata-rata data pretest pencahayaan dan data
posttest pencahayaan. Menurut analisa peneliti, kedua data tersebut
tidak memiliki perbedaan dikarenakan kondisi pencahayaan pada
pengambilan data post test pencahayaan dinilai pada kondisi redup,
Reguler
2017/2018

operator melakukan pekerjaan dengan jangka waktu yang singkat


sehingga kurang dapat mempengaruhi operator dalam menjahit dan
menghasilkan hasil akurasi yang tidak berbeda dengan hasil jahitan
dalam kondisi ruang dengan pencahayaan yang normal. Dengan
keadaan cahaya normal operator tentu akan mengalami kenyamanan
yang terus-menerus ketika melakukan pekerjaannya, tetapi pada
kondisi nyaman yang di rasakan operator ketika kondisi cahaya redup
maka hanya akan di rasakan dalam jangka waktu yang singkat dan
lama-lama kelamaan kondisi nyaman tersebut akan terus menurun dan
operator akan mengalami kelelahan. Karena berdasarkan pendapat
Grandjean (1993), penerangan yang tidak didesain dengan baik akan
menimbulkan gangguan atau kelelahan penglihatan selama kerja seperti
kelelahan mata sehingga berkurangngnya daya dan efisiensi kerja,
kelelahan mental, kelelahan di daerah mata dan kerusakan indra.
Dengan adanya pendapat tersebut, maka akan lebih baik operator
melakukan pekerjaannya pada kondisi cahaya yang normal yaitu
dengan penerangan yang baik. Meskipun berdasarkan penelitian tidak
terdapat perbedaan nilai rata-rata data pretest pencahayaan dan data
posttest pencahayaan. Namun nilai yang lebih tinggi tetap pada kondisi
cahaya normal, maka akan lebih baik di lakukan dalam kondisi cahaya
normal.

b. Uji Paired Sample T-Test Vibrasi


Pada uji Paired Sample t-Test vibrasi, peneliti mengambil data
operator operator ketika menjahit kancing dalam 2 kondisi ruang yang
berbeda, yaitu kondisi tidak ada getaran dan pada kondisi ruang dengan
adanya getaran. Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan, hasil
besar geratan yang dilakukan pada kondisi normal (tidak ada geratan)
adalah sebesar 0 m/s. Sedangkan penelitian pada kondisi ruang yang
memiliki getaran adalah sebesar 17 m/s. Setelah melakukan
pengamatan pada kondisi kerja operator, maka peneliti dapat
melakukan pengambilan data nilai akurasi pada kondisi yang berbeda
yaitu pada kondisi tidak ada getaran dan getaran tinggi. Untuk
Reguler
2017/2018

menentukan ada tidaknya pengaruh getaran terhadap hasil kerja yang di


lakukan ketika melakukan pekerjaan menjahit kancing, maka peneliti
perlu mengolah data yang telah di dapatkan dari 30 sampel data dengan
menggunakan uji paired sample test.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari SPSS uji paired sample
t-test pre test pencahayaan dan post test pencahayaan. Peneliti membuat
bentuk hipotesis terlebih dahulu, yang diketahui bahwa:
H0 : Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata data pretest vibrasi
dan data posttest vibrasi.
H1 : Terdapat perbedaan nilai rata-rata data pretest vibrasi dan data
posttest vibrasi.
Berdasarkan uji Paired Sample T-Test dengan diketahui bahwa
nilai rata-rata pretest vibrasi yaitu

9.5 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian mengenai lingkungan kerja fisik I adalah:
Reguler
2017/2018

DAFTAR PUSTAKA
Aguir, dkk. Evaluating worker vibration exposures using self-reported and direct
observationes. International Archives of Occupational and Environmental Health
November 2006, Volume 80, Issue 2, pp 127–133. Di akses tanggal 08 Desember
2016

Dorsch, dkk. 2000. Vibration of portable orbital sanders and its impact on the
developmentof work-related musculoskeletal disorders in the furniture industry. Am J
Public Health. 2000 November; 90(11): 1765–1770. Di akses tanggal 08 Desember
2016

Johnson, dkk. 1996. Lighting Assessment and Effects on Visual Fatigue and
Psychological Status of Employees in Damghan Velayat Hospital Wards. American
Journal of Public Health March 1996: Vol. 86, No. 3, pp. 324-331. Di akses tanggal
08 Desember 2016
Reguler
2017/2018

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai