PT. PRIMISSIMA
31 OKTOBER 2018
GRUP A
KESELAMATAN KERJA
1
PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA
PERIODE 29 OKTOBER – 2 NOVEMBER 2018
YOGYAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Kemajuan teknologi saat ini telah mewujudkan era globalisasi yang
menghadirkan perubahan dan sekaligus tantangan yang perlu antisipasi sejak dini. Era
globalisasi juga berdampak pada perindustrian yang juga semakin berkembang diseluruh
dunia, dan menuntut berbagai perusahaan untuk selalu pro-aktif dalam peningkatan
produksinya yang berpengaruh pada penggunaan mesin-mesin, peralatan produksi serta
pemakaian bahan berbahaya yang semakin meningkat guna menunjang kelancaran
produksi. Dengan adanya peningkatan produksi maka akan meningkat pula potensi
bahaya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
PT Primissima merupakan perusahaan yang bergerak dibidang tekstil halus yang
terkemuka di Indonesia yang dalam setiap proses kerjanya tidak lepas dari potensi
bahaya. Potensi bahaya tersebut dapat berupa kecelakaan yang diakibatkan mesin-mesin
produksi, , terpeleset karena lantai yang licin, sampah yang tidak terurus dan juga bisa
disebabkan adanya faktor fisik lingkungan kerja seperti bising, panas ataupun
penerangan yang kurang merupakan faktor pendukung terjadinya suatu kecelakaan kerja.
Kecelakaan ditempat kerja merupakan penyebab utama penderita perorangan dan
penurunan produktivitas. Menurut ILO (2003), setiap hari rata-rata 6000
orang meninggal akibat sakit dan kecelakaan kerja atau 2,2 juta orang pertahun meninggal
akibat sakit atau kecelakaan kerja.
Pengetahuan keselamatan kerja sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah-
masalah yang muncul akibat kerja untuk mencapai keamanan yang baik dan realistis
dalam memberikan rasa tentram dan kegairahan dalam bekerja pada tenaga kerja, agar
dapat mempertinggi mutu pekerjaan, meningkatkan produksi dan produktivitas kerja.
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada tanggal 31 Oktober 1996
memutuskan pengalihan seluruh kepemilikan saham GKBI kepada PT. GKBI
Investment. Kemudian Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada tanggal 13
Januari 1998 menetapkan modal dasar perusahaan sebesar Rp. 13.000.000.000 (tiga belas
milyar rupiah). Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa tersebut juga menetapkan
pengalihan seluruh saham prioritas menjadi saham biasa.
Unit Pemintalan.
9.072 mata pintal tahun 1970
11.088 mata pintal tahun 1976
16.128 mata pintal tahun 1983
36.288 mata pintal
Kapasitas produksi benang 2,74 Juta kg/tahun.
Unit Pertenunan
102 Shuttle Loom tahun 1974
320 Shuttle Loom tahun 1983
422 Shuttle Loom
60 Air Jet Loom tahun 1994
44 Air Jet Loom tahun 2000
104 Air Jet Loom
Kapasitas produksi grey 19 Juta meter/tahun
Luas lahan:
Tanah : 3,5 hektar
Bangunan : 3,7 hektar
Total : 7,2 hektar
f. Jam kerja
Pabrik : Jam Kerja : Shift I 06.00 – 14.00
Shift II 14.00 – 22.00
Shift III 22.00 – 06.00
g. Asuransi
BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan
Asuransi mandiri milik perusahaan
h. Struktur Organisasi
V. Landasan Teori
Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah menunjukkan kondisi yang aman atau selamat dari
penderitaan kerusakkan atau kerugian ditempat kerja (Mangkunegara, 2011).Perlindungan
tenaga kerja meliputi beberapa aspek dan salah satunya yaitu perlindungan keselamatan,
perlindungan tersebut bermaksud agar tenaga kerja secara aman melakukan kerjaannya
sehari-hari untuk meningkatkan produksi dan produktivitas. Tenaga kerja harus
memperoleh perlindungan dari berbagai soal disekitarnya dan pada dirinya yang dapat
menimpa atau mengganggu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya.
Keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari
penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja
merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan
masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja
bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero
accident).
Perlindungan keselamatan kerja tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi
oleh perusahaan konstruksi bangunan. Dalam pelaksanaan pembangunan kontraktor utama
maupun subkontraktor sudah selayaknya tidak mengizinkan pekerjanya untuk beraktivitas
bila terjadi hal- hal berikut :
1. Pakaian kerja
Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan manusia
terhadap pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau dapat melukai
badan.
2. Sepatu kerja
Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan terhadap kaki untuk
mengindari benda- benda tajam.
3. Helm
Digunakan untuk pelindung kepala dan sudah menjadi keharusan bagi
para pekerja konstruksi untuk menggunakannya dengan benar sesuai
peraturan pemakaian yang dikeluarkan dari pabrik pembuatnya.
4. Sarung tangan
Tujuan dari penggunaan sarung tangan adalah untuk melindungi tangan
dari benda-benda tajam dan keras selama menjalankan kegiatan.
5. Masker
Pelindung pernapasan sangat diperlukan oleh para pekerja konstruksi
mengingat lokasi proyek yang sangat berbahaya bagi pernapasan.
6. Kacamata kerja
Kacamata pengaman digunakan untuk perlindungan terhadap mata dari
debu kayu, batu atau serpihan besi yang bertebangan tertiup angin,
mengingat partikel-partikel debu yang terkadang tidak terlihat oleh mata.
7. Sabuk pengaman
Sudah selayaknya dalam pelaksanaan bangunan gedung bertingkat para
pekerjanya menggunakan sabuk pengaman.
8. P3K
Apabila terjadi kecelakaan kerja baik ringan ataupun berat pada pekerja
konstruksi sudah seharusnya dilakukan pertolongan pertama di proyek.
Selain itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh semua unsur
1. Tempat Kerja
Tempat kerja merupakan lokasi dimana para pekerja melaksanakan
aktifitas kerjanya.
Sebab-Sebab Kecelakaan
Kecelakaan bukanlah suatu peristiwa yang terjadi secara kebetulan saja atau karena
persoalan nasib. Kecelakaan adalah suatu peristiwa yang tak terencanakan, dan untuk
setiap peristiwa tentulah ada penyebabnya, yang akan berakibat terjadinya kerusakan baik
pada barang maupun pada pekerjanya.
1. Sebab-sebab teknis
Biasanya menyangkut masalah peralatan yang digunakan, penerangan
yang kurang, mesin-mesin yang kurang terpelihara, penggunaan warna
yang kurang kontras, ventilasi yang buruk, dan buruknya lingkungan kerja.
Untuk mencegahnya perlu dilakukan perbaikan teknis.
Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah suatu usaha dan keadaan yang memungkinkan seseorang
mempertahankan kondisi kesehatannya dalam pekerjaan (Moenir, 2006).
Disamping usaha untuk mencegah para pekerja mengalami kecelakaan, perusahaan
perlu juga memelihara kesehatan para pekerjanya. Kesehatan ini menyangkut kesehatan
fisik maupun mental. Kesehatan para pekerja bisa tertanggu, karena penyakit stress
(ketegangan) maupun karena kecelakaan.
Kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik,
mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Resiko kesehatan
merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu
yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik.
Kesehatan kerja diharapkan menjadi instrumen yang mampu menciptakan dan memelihara
derajat kesehatan kerja setinggi-tingginya.
2. Pengaturan Penerangan
a. Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat.
b. Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.
3. Pemakaian Peralatan Kerja
a. Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
b. Penggunaan mesin atau alat elektronik tanpa pengaman yang baik.
4. Kondisi Fisik dan Mental Pekerja
a. Kerusakan alat indera, stamina pegawai yang usang atau rusak.
Emosi pekerja yang tidak stabil, kepribadian pekerja yang rapuh, cara
berfikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah,
sikap pekerja yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan
dalam penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang
membawa resiko.
Kesehatan kerja dalam konteks ini berkaitan dengan masalah pengaturan jam kerja,
shift, kerja wanita, tenaga kerja kaum muda, pengaturan jam lembur, analisis dan
pengelolaan lingkungan hidup, dan lain-lain. Hal-hal tersebut mempunyai korelasi yang
erat terhadap peristiwa kecelakaan kerja (Ervianto, 2005)
HASIL PENGAMATAN
B. INSTALASI LISTRIK
Memiliki tim penanggulangan tim kebakaran Berdasarkan keputusan menteri tenaga kerja
pada setiap bagian dan tim mendapatkan tahun 1999 tentang unit penanggulangan
pelatihan penanggulangan kebakaran setiap 6 kebakaran pasal 2 ayat 2 tentang pembentukan
bulan sekali. unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja.
Akses keluar masuk Akses keluar-masuk ruangan Konstruksi pintu harus terbuat
terdiri dari satu pintu masuk dari bahan yang memenuhi
utama dan 2 pintu keluar pada persyaratan fungsional yang
bagian samping dan belakang, sama untuk dinding internal
yang berupa pintu geser. dan partisi. Konstruksi pintu
Masih ditemukan beberapa harus padat.
pintu yang rusak.
Kebersihan dan Kebersihan ruangan kurang Tata ruang rapi dan bersih
kerapian tataruang terjaga yaitu masih banyak serta tidak menghalangi akses
buangan kapas, kawat, jalan
potongan kain, sampah sisa
dan makanan sisa yang
berserakan di lantai, tetapi
mesin tertata dengan rapi.
Ear plug Ear plug terbuat dari Tidak semua pekerja Semua pekerja
kapas, berwarna putih menggunakan ear plug, menggunakan ear plug
sebagai pelindung hanya di ruang pemintalan
telinga terhadap bising
Tanggap
Darurat & PENGAMATAN STANDART
Evakuasi
Jalur Evakuasi Tangga darurat dan tangga umum terdapat PERATURAN PEMERINTAH
dan Rambu- pada gedung kantor. Namun dikarenakan REPUBLIK INDONESIA
rambu Jalur gedung pabrik bukan merupakan bangunan NOMOR 36 TAHUN 2005
Evakuasi tingkat maka tidak terdapat tangga darurat TENTANG PERATURAN
maupun tangga umum. PELAKSANAAN UNDANG-
UNDANG NOMOR 28 TAHUN
Tidak terdapat pintu-pintu evakuasi
2002 TENTANG BANGUNAN
maupun jalur evakuasi khusus. Hanya
GEDUNG PASAL 59
terdapat satu jalur, yang terdiri dari 1 pintu
masuk dan 1 pintu keluar. (1) Setiap bangunan gedung,
kecuali rumah tinggal
Tidak terdapat rambu-rambu khusus yang
tunggal dan rumah deret
menunjukan lokasi jalur evakuasi.
sederhana, harus
menyediakan sarana
evakuasi yang meliputi
sistem peringatan bahaya
bagi pengguna, pintu
keluar darurat, dan jalur
evakuasi yang dapat
menjamin kemudahan
pengguna bangunan
gedung untuk melakukan
evakuasi dari dalam
bangunan gedung secara
aman apabila terjadi
bencana atau keadaan
darurat.
(2) Penyediaan sistem
peringatan bahaya bagi
pengguna, pintu keluar
darurat, dan jalur
evakuasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
disesuaikan dengan
fungsi dan klasifikasi
bangunan gedung, jumlah
dan kondisi pengguna
bangunan gedung, serta
jarak pencapaian ke
tempat yang aman.
(3) Sarana pintu keluar
darurat dan jalur evakuasi
harus dilengkapi dengan
tanda arah yang mudah
dibaca dan jelas.
(4) Setiap bangunan gedung
dengan fungsi,
klasifikasi, luas, jumlah
lantai, dan/atau jumlah
penghuni dalam
bangunan gedung tertentu
harus memiliki
manajemen
penanggulangan bencana
atau keadaan darurat.
(5) Ketentuan lebih lanjut
mengenai tata cara
perencanaan sarana
evakuasi mengikuti
pedoman dan standar
teknis yang berlaku.
3. Jarak penempatan
APAR / Tabung
Pemadam satu dengan
lainnya ialah 15 meter
atau ditentukan lain oleh
pegawai pengawas K3
atau Ahli K3.
PENGAMATAN STANDART
Parameter :
Frekuensi Sedang : Bisa terjadi 1x dalam sebulan
Keparahan Sedang : Mendapatkan P3K atau tindakan medis, tidak ada hilang jam
kerja lebih dari 1x24 jam
Representasi :
Kategori risiko yang dihasilkan adalah Sedang, sehingga perlu tindakan langsung.
Pada perusahaan PT. Primissima personil keselamatan kerja dibuat dalam bentuk
kepanitiaan yang disebut dengan P2K3, yaitu Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yang memiliki ketua, tenaga ahli, dan sekretaris serta seksi-seksi yang terbagi lagi
dibawahnya. Panitia ini memiliki spesifikasi seperti berikut ini:
Ketua : Ir. Achmad Zuhairi
Tenaga Ahli : Dokter Perusahaan
Sekertaris : 1. Sigit Yuwono, SH
2. Ishaq Nur K, SIP
II. Sekretaris
1. Merencanakan dan menyelenggarakan pertemuan rutin P2K3.
2. Mengadministrasikan,membuat statistik tentang terjadinya gangguan Keselamatan
danKesehatan Kerja, kebakaran dan keamanan.
3. Membuat laporan kegiatan P2K3.
4. Menyelenggarakan surat menyurat baik intern maupun ekstern Perusahaan
dalamkegiatan P2K3.
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
A. KESIMPULAN
Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan
perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental
maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Dari
hasil pengamatan, secara keseluruhan pabrik ini belum memenuhi standar dan dari
penilaian matriks risiko, kategori risiko kejadian kecelakaan kerja adalahsedang,
sehingga perlu dilakukan tindakan langsung.
Kekurangan yang ditemukan yaitu pada konstruksi tempat kerja, sarana
penanggulangan kebakaran, tanggap darurat dan jalur evakuasi, belum memenuhi
standar, ditemukan kebersihan yang kurang, serta alat pelindung diri yang belum
digunakan dengan baik oleh pegawai. Hal baik yang ditemukan adalah personil
keselamatan kerja yang sudah berusaha meningkatkan kesehatan dan keselamatan
kerja, yaitu membuat SOP K3 dan penyediaan APD, namun kenyataannya masih
belum dilaksanakan dengan baik oleh pegawai.
B. SARAN
Perlunya peran serta pabrik dalam hal meningkatkan sistem manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja yang dalam hal ini tentu melibatkan peran bagi
semua pihak. Tidak hanya bagi para pekerja, tetapi juga pengusaha itu sendiri,
masyarakat dan lingkungan sehingga dapat tercapai peningkatan mutu kehidupan dan
produktivitas nasional. Penerapan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja
PT Primissima saat ini belum baik, sehingga dapat diperbaiki yang di beberapa bagian
yang telah disarankan diatas dan mempertahankan yang sudah ada.
BAB VI
PENUTUP
Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kesehatan dan
keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan
keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap
pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak
selalu berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan emosional.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting dalam
ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan perundang-undangan
yang dibuat untuk mengatur nmasalah kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak
ketentuan yang mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak
faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut
sebagai bahaya kerja dan bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi
standar keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja.
Oleh karena itu, perlu ditingkatkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja yang
dalam hal ini tentu melibatkan peran bagi semua pihak. Tidak hanya bagi para pekerja, tetapi
juga pengusaha itu sendiri, masyarakat dan lingkungan sehingga dapat tercapai peningkatan
mutu kehidupan dan produktivitas nasional.