Anda di halaman 1dari 103

KAJIAN TEKNIS PRODUKSI ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT

UNTUK MENINGKATKAN EFESIENSI KEGIATAN PRODUKSI


BATUBARA DI BLOK A PT. DAYA BARA NUSANTARA,
KECAMATAN RANTAU PANDAN, KABUPATEN BUNGO, JAMBI

SKRIPSI

Oleh:
GILANG ASRA BILHADI
112170083

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2022
KAJIAN TEKNIS PRODUKSI ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT
UNTUK MENINGKATKAN EFESIENSI KEGIATAN PRODUKSI
BATUBARA DI BLOK A PT. DAYA BARA NUSANTARA,
KECAMATAN RANTAU PANDAN, KABUPATEN BUNGO, JAMBI

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik dari
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Oleh:
GILANG ASRA BILHADI
112170083

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ” VETERAN”
YOGYAKARTA
2022
KAJIAN TEKNIS PRODUKSI ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT
UNTUK MENINGKATKAN EFESIENSI KEGIATAN PRODUKSI
BATUBARA DI BLOK A PT. DAYA BARA NUSANTARA,
KECAMATAN RANTAU PANDAN, KABUPATEN BUNGO, JAMBI

Oleh:
GILANG ASRA BILHADI
112170083

Disetujui untuk
Program Studi Teknik Pertambangan
Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional ‘Veteran” Yoogyakarta
Tanggal : 2022

Pembimbing I, Pembimbing II,

(Dr. Edy Nursanto,ST,MT,IPM) (Ir. Gunawan Nusanto, MT)


“Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia
menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat hendaklah ia menguasai
ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat)
hendaklah ia menguasai ilmu,” (HR Ahmad).

Karya ini saya persembahkan kepada :

Orang tua saya, terutama kepada mama saya tercinta


Terimkasih untuk setiap doa, motivasi, serta dukungannya ma.
untuk untuk abang ,kakak, dan adik- adik ku tercinta
Yang selalu menjadi penyemangat, penginspirasi dan mengingati agar selalu
melangkah maju.

Untuk semua keluarga dan teman – teman yang


sudah membantu dalam penelitian ini

- Gilang 2022
RINGKASAN

PT. Daya Bara Nusantara merupakan salah satu perusahaan batubara yang
dimiliki oleh KBPC Group yang terletak di Dusun Rantau Pandan, Kecamatan
Rantau Pandan, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi. Metode penambangan
Batubara pada PT. Daya Bara Nusantara yaitu tambang terbuka dengan
menggunakan system Back Filling dengan kombinasi alat mekanis untuk
melakukan kegiatan penambangan guna mencapai target produksi yaitu sebesar
6,000 ton/bulan. Alat mekanis yang digunakan dalam kegiatan penggalian dan
pemuatan yaitu Excavator Doosan 500LCV. Sedangkan alat angkut yang
digunakan adalah truk Hino500 CWB340. Lokasi penelitian berada pada Blok A
yang diangkut dengan tujuan angkut yaitu Stockpile.
Permasalahan yang terjadi saat ini adalah belum tercapainya target
produksi sebesar 6,000 ton/bulan. Berdasarkan data aktual perusahaan, produksi
saat ini masih sebesar 5,588.56 ton/bulan. Berdasarkan hasil penelitian,
kemampuan produksi alat gali muat sebesar 5,588.56 ton/bulan dan alat angkut
sebesar 6.341,76 ton/bulan. Efisiensi kerja alat gali muat saat ini sebesar 59,42 %
sedangkan efisiensi kerja untuk alat angkut yaitu 58,5 %.
Upaya peningkatan produksi penambangan Batubara dilakukan dengan
menambahkan jam kerja yang berefek pada meningkatnya produksi alat mekanis
dan meningkatnya efisiensi kerja, efisiensi kerja alat gali muat menjadi 64,54 %
dan efisiensi kerja alat angkut menjadi 63,62 %. Produksi alat gali muat meningkat
menjadi 6,937.26 ton/bulan dan produksi alat angkut menjadi 7,615.50 ton/bulan.
Cara yang kedua adalah dengan melakukan pengurangan jumlah unit alat angkut.
Pada kegiatan penambangan yang sebelumnya menggunakan 11 unit alat angkut
menjadi 10 unit alat angkut. Setelah pengurangan jumlah unit alat angkut, produksi
yang dihasilkan dari penambangan Batubara meningkat menjadi 7,615.50
ton/bulan, dengan match factor mendekati 1.

V
ABSTRACT

PT. Daya Bara Nusantara is one of the coal companies owned by KBPC
Group which is located in Rantau Pandan Hamlet, Rantau Pandan District, Bungo
Regency, Jambi Province. Coal mining method at PT. Daya Bara Nusantara is an
open pit using a Back Filling system with a combination of mechanical equipment
to carry out mining activities in order to achieve the production target of 6,000
tons/month. The mechanical equipment used in the excavation and loading
activities is the Doosan 500LCV Excavator. While the means of transportation
used is a Hino500 CWB340 truck. The research location is in Block A which is
transported for the purpose of transportation, namely Stockpile.
The problem that occurs at this time is not achieving the production target
of 6,000 ton/month. Based on the company's actual data, production is currently at
5,588.56 ton/month. Based on the results of the study, the production capacity of
the digging tool is 5,588.56 ton/month and the conveyance is 6,341.76 ton/month .
The work efficiency of the digging tool is currently 59.42 % while work efficiency
for conveyance is 58.5%.
Efforts to increase coal mining production are carried out by adding
working hours which have an effect on increasing production of mechanical
equipment and increasing work efficiency, work efficiency of digging equipment
to 64.54% and work efficiency of transportation equipment to 63.62%.
Production of loading and unloading equipment increased to 6,937.26
tons/month and production of transportation equipment to 7,615.50 tons/month.
The second way is to reduce the number of units of conveyance. In mining
activities, which previously used 11 units of conveyance, it became 10 units of
conveyance. After reducing the number of conveyance units, production from
coal mining increased to 7,615.50 tons/month, with a match factor close to 1.

VI
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT. atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul Kajian
Teknis Produksi Alat Muat Dan Alat Angkut Untuk Meningkatkan Efesiensi
Kegiatan Produksi Batubara Di Block A Pt. Daya Bara Nusantara, Kecamatan
Rantau Pandan, Kabupaten Bungo, Jambi. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 27
September 2021 hingga 27 Oktober 2021. Dalam kesempatan ini, penyusun
mengucapkan terima kasih kepada Yth :
1. Bapak Dr. Mohamad Irhas Effendi, M.S, Rektor UPN ”Veteran” Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Ir. Sutarto, M.T, Dekan Fakultas Teknologi Mineral.
3. Bapak Dr. Ir. Eddy Winarno, S.Si, M.T, Ketua Jurusan Teknik
Pertambangan.
4. Ibu Ir. Wawong Dwi Ratminah, MT, Koordinator Program Studi Sarjana
Teknik Pertambangan.
5. Bapak Dr. Edy Nursanto,ST,MT,IPM selaku Dosen Pembimbing I.
6. Bapak Ir. Gunawan Nusanto, MT. Selaku Dosen Pembimbing II
7. Bapak Ir.Hasywir Thaib Siri,M.Sc Selaku Dosen Pembahas I
8. Bapak Ir.Bambang Wisaksono,MT Selaku Dosen Pembahas II
9. Bapak Angky Indiawan ST, Selaku Pembimbing Lapangan.
10. Direksi dan staff karyawan PT.Daya Bara Nusantara
11. Semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya dibidang pertambangan.

Yogyakarta, 24 januari 2022 Penyusun,

(Gilang Asra Bilhadi)

VII
DAFTAR ISI

Halaman
SARI................................................................................................................. v
ABSTRACT..................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR...................................................................................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ x
DAFTAR TABEL............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiii
BAB
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................ 2
1.3. Tujuan Penelitian.......................................................................... 2
1.4. Batasan Masalah........................................................................... 2
1.5. Metodologi Penelitian.................................................................. 2
1.6. Manfaat Penelitian........................................................................ 4
II. TINJAUAN UMUM
2.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah................................................... 5
2.2. Iklim dan Curah Hujan................................................................. 8
2.3. Keadaan Geologi.......................................................................... 8
2.4. Kegiatan Penambangan................................................................ 11

III. DASAR TEORI


3.1. Parameter Secara Langsung......................................................... 14
III.1.1. Kondisi Tempat Kerja...................................................... 14
III.1.2. Kapasitas Alat Mekanis.................................................... 14
III.1.3. Jadwal Kerja, Waktu Kerja Efektif dan Effesiensi Kerja. 21
III.1.4. Produktivitas Alat Mekanis.............................................. 24
III.1.5. Keserasian Kerja Alat (Match Factor) ............................ 25
3.2. Parameter Tidak Langsung........................................................... 28
3.2.1. Kondisi Fisik Jalan........................................................... 28
3.2.2. Jarak Jalan Angkut........................................................... 29
3.2.3. Lebar Jalan Angkut........................................................... 29
3.2.4. Kemiringan Jalan Angkut................................................. 31
IV. HASIL PENELITIAN
4.1. Parameter Secara Langsung......................................................... 33

VIII
IV.1.1. Kondisi Tempat Kerja...................................................... 33
IV.1.2. Kapasitas Alat Mekanis.................................................... 34
IV.1.3. Jadwal Kerja, Waktu Kerja Efektif dan Efisiensi Kerja... 36
IV.1.4. Produktivitas Alat Mekanis.............................................. 40
IV.1.5. Keserasian Kerja Alat (Match Factor)............................. 41
4.2. Parameter Tidak Secara Langsung............................................... 41
4.2.1. Kondisi Jalan Angkut....................................................... 41
4.2.2. Jarak Jalan Angkut........................................................... 42
4.2.3. Lebar Jalan Angkut........................................................... 42
4.2.4. Kemiringan Jalan Angkut................................................. 42
V. PEMBAHASAN
5.1. Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Batubara.......................... 43
V.1.1. Kondisi Tempat Kerja...................................................... 43
V.1.2. Metode Pemuatan ............................................................ 45
V.1.3. Faktor Pengisian Mangkuk (Bucket Fill Factor).............. 45
V.1.4. Jalan Angkut Tambang..................................................... 46
V.1.5. Efesiensi Kerja.................................................................. 46
5.2. Upaya Yang Dilakukan Untuk Meningkatkan Produksi Alat
Gali Muat dan Alat Angkut...........................................................
5.2.1. Meningkatkan Efesiensi Kerja..........................................
5.2.2. Mengurangi Jumlah Unit Alat Angkut.............................
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan................................................................................... 51
6.2. Saran............................................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 53
LAMPIRAN..................................................................................................... 55

IX
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1.1 Diagram Alir Metode Penelitian............................................................... 4
2.1 Peta Kesampaian Daerah .......................................................................... 7
2.2 Grafik Curah Hujan Rata-rata BulananTahun 2009-2019
(Wilayah Studi)......................................................................................... 8
2.3 Stratigrafi & Profil Batuan dalam IUP-OP PT Daya Bara Nusantara....... 11
2.4 Pembongkaran Batubara............................................................................ 12
2.5 Pemuatan................................................................................................... 13
2.6 Pengangkutan............................................................................................ 13
3.1 Pola Pemuatan Top Loading dan Bottom Loading (Indonesianto, 2014). 17
3.2 Bucket Fill Factor (Caterpillar, 2018)....................................................... 18
3.3 Grafik Hubungan Antara Faktor Effisiensi Versus Match Factor (Burt and Louis,
2018).......................................................................................................... 28
3.4 Lebar Jalan Angkut Pada Jalan Lurus (Indonesianto, 2014)..................... 30
3.5 Lebar Jalan Angkut Pada Tiungan (Kaufman W. Walter, 1979).............. 31
3.6 Kemiringan Jalan Angkut (Komatsu, 2017).............................................. 32
4.1 Pola Pemuatan Top Loading...................................................................... 35
4.2 Pola Pemuatan Parallel Cut With The Single Spotting of Trucks............. 35
4.3 Kondisi Jalan Angkut................................................................................ 41
5.1 Alur Manuver Maju Dan Manuver Mundur Alat Angkut......................... 44
5.2 Persentase Pengisian Bucket Alat Gali Muat............................................ 45
A.1 Data Curah Hujan Bulanan....................................................................... 56
J.1 Peta Segmen Jalan Angkut........................................................................ 72

X
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1 Koordinat IUP PT. Daya Bara Nusantara.................................................. 5
3.1 Perkiraan Nilai Swell Factor Material (Indonesianto, 2013)............... 20
4.1 Jadwal Kerja PT. Daya Bara Nusantara.................................................... 37
4.2 Hambatan Kerja Yang Dapat Dihindari Excavator Doosan 500LCV....... 38
4.3 Hambatan Kerja Yang Tidak Dapat Dihindari Excavator
Doosan 500LCV........................................................................................ 39
4.4 Hambatan Kerja Yang Dapat Dihindari Truck FAW FD336DT.............. 39
4.5 Hambatan Kerja Yang Tidak Dapat Dihindari Truck FAW FD336DT.... 40
5.1 Geometri Jalan Angkut............................................................................. 46
5.2 Hambatan Alat Muat Sebelum dan Sesudah Peningkatan Efisiesi Kerja. 47
5.3 Hambatan Alat Angkut Sebelum dan Sesudah Peningkatan Efisiesi
Kerja........................................................................................................

5.4 Produksi Alat Gali Muat Dan Alat Angkut Sesudah Meningkatkan
Efisiensi Kerja.........................................................................................

5.5 Produksi Alat Angkut Sebelum dan Sesudah Pengurangan Jumlah


Unit Alat Angkut.....................................................................................

5.6 Perbandingan Produksi Alat Gali Muat Dan Alat Angkut Setelah
Dilakukan Upaya Untuk Meningkatkan Produksi...................................

E.1 Waktu Edar Excavator Doosan 500LCV................................................. 61


F.1 Waktu Edar Truck Hino500 CWB340...................................................... 63
H.1 Bucket Fill Factor Excavator Doosan 500LCV....................................... 66
J.1 Geometri Jalan Angkut.............................................................................. 71
L.1 Jadwal Kerja Daya Bara Nusantara........................................................... 74
L.2 Data Hambatan Kerja Excavator Doosan 500LCV................................... 76
L.3 Data Hambatan Kerja Truck Hino500 CWB340....................................... 77
L.4 Hambatan Kerja Excavator Doosan 500LCV............................................ 78

XI
L.5 Hambatan Kerja Truck Hino500 CWB340............................................... 78
N.1 Data Hambatan Kerja Excavator Doosan 500LCV................................... 83
N.2 Data Hambatan Kerja Truck Hino 500 CWB340...................................... 84
N.3 Hambatan Kerja Excavator Doosan 500LCV Setelah Perbaikan.............. 85
N.4 Hambatan Kerja Truck Hino500 CWB340 Setelah Perbaikan.................. 85

XII
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN Halaman
A. CURAH HUJAN BULANAN................................................................... 56
B. PETA GEOLOGI KECAMATAN RANTAU PANDAN......................... 57
C. SPESIFIKASI ALAT MUAT................................................................... 58
D. SPESIFIKASI ALAT ANGKUT.............................................................. 60
E. WAKTU EDAR ALAT MUAT................................................................ 61
F. WAKTU EDAR ALAT ANGKUT........................................................... 63
G. FAKTOR PENGEMBANGAN MATERIAL........................................... 65
H. BUCKET FILL FACTOR........................................................................... 66
I. TARGET PRODUKSI.............................................................................. 68
J. GEOMETRI JALAN ANGKUT............................................................... 69
K. MATCH FACTOR ALAT GALI MUAT DAN ALAT ANGKUT........... 73
L. PERHITUNGAN EFESIENSI WAKTU KERJA ALAT MUAT DAN
ALAT ANGKUT...................................................................................... 74
M. PERHITUNGAN PRODUKSI ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT. . 80
N. PENINGKATAN EFESIENSI KERJA..................................................... 82
O. PERHITUNGAN PRODUKSI ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT
SETELAH PENINGKATAN EFESIENSI KERJA.................................. 87
P. MATCH FACTOR SETELAH PENGURANGAN ALAT ANGKUT...... 89

XIII
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT. Daya Bara Nusantara merupakan salah satu perusahaan batubara yang
dimiliki oleh KBPC Group yang terletak di Dusun Rantau Pandan, Kecamatan
Rantau Pandan, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi. Kegiatan penambangan mulai
beroperasi pada tahun 2011, tetapi sempat terhenti pada juli tahun 2012 dan
kemudian dilanjutkan kembali pada januari tahun 2013 dan kembali terhenti pada
juli tahun 2013 dan kemudian dilanjutkan kembali pada januari 2020. Sistem
penambangan di perusahaan ini adalah tambang terbuka dengan metode Back
Filling.
Kegiatan penambangan Batubara dilakukan dengan kombinasi alat muat
dan alat angkut adalah 1 unit Excavator keluaran tahun 2014 yaitu Doosan
500LCV yang melayani 11 unit truk Hino500 CWB340. Kombinasi ini memiliki
target produksi sebesar 6,000 ton/bulan. Material dari kegiatan penambangan
tersebut dibawa menuju Stockpile untuk dicrusher.
Permasalahan yang timbul sampai saat ini adalah tidak tercapainya sasaran
produksi sebesar 6,000 ton/bulan dimana rata-rata produksi aktual pada bulan
September-Oktober adalah sebesar 5,588.56 ton/bulan. Berdasarkan pengamatan
di lapangan dan perhitungan, tidak tercapainya sasaran produksi disebabkan oleh
rendahnya waktu efektif kerja, yaitu hambatan kerja, sehingga effisiensi kerja
mengalami penurunan. Upaya yang dapat dilakukan yaitu peningkatan waktu
kerja efektif dengan mengurangi hambatan kerja yang dapat ditekan dan
peningkatan keserasian kerja alat muat dan alat angkut.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penilitian ini adalah sebagai berikut
1. Produksi alat muat dan alat angkut masih belum mencapai target produksi
perusahaan
2. Adanya faktor-faktor hambatan yang menyebabkan belum tercapainya
target produktivitas, terutama penggunaan waktu kerja yang kurang
efektif sehingga menurunkan efisiensi.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis faktor yang mempengaruhi produksi alat muat dan alat
angkut
2. Peningkatan efesiensi kegiatan produksi untuk meningkatkan kemampuan
produksi alat muat dan alat angkut agar tercapainya target produksi

1.4 Batasan Masalah


Penelitian yang dilakukan dibatasi oleh:
1. Kegiatan penelitian tidak mengkaji nilai kesediaan alat gali muat dan alat
angkut
2. Penelitian dilaksanakan pada September 2021 hingga Oktober 2021.

1.5 Metodologi Penelitian


Metode yang digunakan dalam pengambilan data pada penelitian ini
adalah :
1. Studi Literatur
Dilakukan dengan mengumpulkan referensi pustaka yang berhubungan
dengan penelitian yang teriri dari buku-buku, laporan penelitian terdahulu dan
data penunjang lainnya dari PT. Daya Bara Nusantara.
2. Observasi Lapangan
Observasi langsung di lapangan bertujuan untuk mengetahui masalah apa
yang terjadi pada kegiatan penambangan yang dilakukan, serta kendala yang
dihadapi terutama dalam kegiatan penambangan batubara.
3. Pengambilan Data

2
Pengambilan data dilakukan untuk keperluan analisis. Data yang didapat
dalam penelitian adalah :

A. Data Primer
Data primer yaitu data yang didapat dari hasil pengamatan langsung di
lapangan berdasarkan keadaan aslinya.
Adapun data primer tersebut meliputi :
a. Cycle time alat gali muat Doosan 500LCV dan alat angkut Hino500
CWB340 saat penambangan batubara.
b. Geometri jalan angkut.
c. Data hambatan kerja di lapangan.
d. Data faktor pengisian mangkuk
B. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang didapat dari hasil studi literatur, arsip
perusahaan atau dari penelitian sebelumnya.
Adapun data sekunder tersebut meliputi :
a. Spesifikasi alat gali muat Doosan 500LCV dan alat angkut Hino500
CWB340.
b. Data curah hujan daerah penelitian.
c. Data Keadaan geologi regional
d. Peta topografi
e. Data jadwal kerja PT. Daya Bara Nusantara
f. Data target produksi
4. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data berfungsi untuk mengetahui produktivitas
teoritis alat muat, alat angkut yang selanjutnya dilakukan analisis hasil olahan
tersebut untuk menentukan faktor-faktor penyebab tidak tercapainya sasaran
produksi penyelesaiaan masalah.
5. Kesimpulan
Kesimpulan didapatkan dari pengolahan dan analisis data, diambil sebagai
solusi pemecahan dari masalah yang ada. Pengambilan kesimpulan disesuaikan
dengan tujuan dari penelitian yang dilakukan.

3
Skema metodologi penelitian dapat dilihat pada gambar 1.1 dibawah.

STUDI LITERATUR

OBSERVASI LAPANGAN

PENGAMBILAN DATA

DATA SEKUNDER
DATA PRIMER 1. spesifikasi alat muat.
1. Cycle time alat dan alat angkut 2. Data curah hujan
2. Geometri jalan angkut 3. Data keadaan geologi regional
3. Data hambatan kerja di lapangan 4. Peta topografi
4. Data faktor pengisian mangkuk 5. Data jadwal kerja
6. Targer produksi

PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA


1. Kemampuan produksi alat muat dam alat angkut secara teoritis sebesar 5,588.56 ton/bulan dan
6,341.76 ton/bulan, dengan pola pemuatan top loading dan pola pemuatan berdasarkan jumlah
penempatan truk yaitu parallel cut with the single spotting of truck.
2. Waktu edar alat muat yang didapat sebesar 152.73 detik dan waktu edar alat angkut sebesar
10203.01 detik
3. Efisiensi kerja alat muat sebesar 59.42% dan efisiensi kerja alat angkut sebesar 58.5%
4. Faktor yang mempengaruhi produktivitas alat muat dan alat angkut :
- Besarnya waktu hambatan kerja baik yang disebabkan oleh operator maupun iklim dan cuaca.
- Besarnya waktu edar (cycle time) alat muat berakibat lebih besarnya produksi alat angkut
dibandingkan alat muat.
5. Upaya yang dilakukan dalam peningkatan produktivitas alat muat dan alat angkut adalah dengan
menambahkan waktu kerja yang tersedia sebanyak 1 jam

Kesimpulan
Produktivitas alat muat dan alat angkut dapat ditingkatkan dengan menambahkan jam kerja sebanyak 1 jam,
kedalam shift kerja yang telah ada, produksi alat muat dan alat angkut meningkat dan tercapainya target
produksi yang telah ditetapkan oleh perusahaan

Gambar 1.1
Skema Metodologi Penelitian
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian yang dilakukan antara lain:
1. Membantu perusahaan dalam mengkaji sistem kerja alat-alat mekanis
dalam penambangan Batubara agar produksi optimal.

4
2. Memberikan rekomendasi atau saran kepada perusahaan untuk
meningkatkan produksi alat muat dan alat angkut agar target produksi
dapat tercapai.

BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah


PT. Daya Bara Nusantara (Dabara) merupakan salah satu perusahaan
batubara yang dimiliki oleh KBPC Group yang bergerak dibidang pertambangan
Batubara yang memiliki luas Izin Usaha Pertambangan (IUP) sebesar ± 106 Ha.
PT. Daya Bara Nusantara terletak di Dusun Rantau Pandan, Kecamatan Rantau
Pandan, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi.
Lokasi kegiatan penambangan yang dijadikan sebagai tempat penelitian
secara administratif terletak di Desa Rantau Pandan, Kecamatan Rantau Pandan,
Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi. Secara astronomis lokasi penambangan
Batubara PT. Daya Bara Nusantara (Dabara) terletak pada koordinat :

Tabel 2.1
Koordinat IUP PT. Daya Bara Nusantara
Koordinat UTM
No
X Y
1 825964,9075 9818783,6586
2 826126,7123 9818783,4220
3 826125,7260 9818110,4477
4 826592,8870 9818109,7613
5 826592,2348 9817666,7464
6 827034,6462 9817666,0938
7 827033,6916 9817020,4764
8 826099,3728 9817021,8583
9 826100,2613 9817624,4300
10 825667,1345 9817625,0672
11 825667,4462 9817837,1963

5
12 825963,5194 9817836,7613

Adapun batas-batas wilayah penelitian adalah sebagai berikut:


a. Utara : Kecamatan Tanah Tumbuh, Kabupaten Bungo
b. Timur : Kecamatan Pelepat, Kabupaten Bungo
c. Selatan : Kecamatan Muko-Muko Bathin VII, Kabupaten Bungo
d. Barat : Kecamatan Bathin III Ulu, Kabupaten Bungo
Rute untuk menuju lokasi PT. Daya Bara Nusantara dari yogyakarta
adalah sebagai berikut :
1. Jalur udara dari Yogyakarta menuju Jambi ditempuh menggunakann pesawat
terbang dari bandara Yogyakarta Internasional Airport menuju bandara
Seokarno Hatta dan dilanjutkan dari bandara Soekarno Hatta menuju bandaea
Sultan Thaha Saifuddin dengan waktu tempuh masing – masing ± 1.5 jam
perjalanan
2. Dari Jambi menuju kabupaten Bungo menggunakan jalur darat menggunakan
mobil dengan waktu tempuh ± 6 jam perjalanan.
3. Untuk mencapai daerah lokasi penambangan dapat ditempuh dari Kota Muara
Bungo menggunakan jalan darat menuju kearah barat melalui Jalan Durian
sampai ke Kecamatan Rantau Pandan. Jarak tempuh ± 33 km atau sekitar 1
jam perjalanan.

6
Sumber : Google Earth (2021), dimodifikasi oleh Gilang Asra Bilhadi
Gambar 2.1.
Peta Kesampaian Daerah

7
2.2 Iklim dan Curah Hujan
Keadaan iklim di wilayah penambangan mempunyai iklim tropis yang
dipengaruhi oleh keadaan vegetasinya yang berupa hutan tropis yang lebat dengan
berbagai jenis tumbuhan. Ada dua musim di wilayah ini, yaitu musim kemarau
yang berlangsung pada bulan Juni - Juli dan musim hujan yang terjadi pada bulan
Agustus – Mei. Untuk rincian data curah hujan perbulan dan jumlah hari hujan
dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut:

CURAH HUJAN RATA - RATA


300.0

250.0

200.0
mm

150.0

100.0

50.0

0.0
Jan Maret Mei Juli Sep- No-
uari tem vem
ber ber

Bulan

Gambar 2.2
Grafik Curah Hujan Rata-rata Bulanan Tahun 2009 - 2019 (Wilayah Studi)

Pada Gambar 2.2 diatas, berdasarkan grafik curah hujan rata-rata bulanan
tahun 2009 - 2019, diketahui bahwa bulan Januari merupakan bulan dengan
curah hujan rata-rata bulanan tertinggi yaitu 277,9 mm, sedangkan nilai curah
hujan rata-rata bulanan terendah terjadi pada bulan Juni yaitu 74,7 mm.

2.3 Keadaan Geologi


Keadaan geologi daerah rantau pandan terbagi menjadi 3 yaitu fisiografi,
stratigrafi, dan struktur geologi

8
2.3.1 Fisiografi
Fisiografi daerah rantau pandan dicirikan oleh kelompok perbukitan yang
terpisah-pisah serta beberapa dataran rendah. Perbukitan dan pegunungan ini
tersusun oleh batupasir Tersier yang relatif keras dan batuan granitan. Perbukitan
yang lebih landai tersusun oleh sedimen Mesozoikum lempungan dan dataran
rendah umumnya terbentuk dibagian sumbu cekungan Tersier. Fisiografi yang
terdapat di lokasi penelitian yaitu Bergelombang Datar.
Tabel 2.2
Klasifikasi Relief Zuidam (1983)
KELERENGAN SATUAN RELIEF
0-2% Datar
3-7% Bergelombang Landai
8-13% Bergelombang Curam
14-20% Berbukit Bergelombang
21-55% Berbukit Terjal
56-140% Pegunungan Terjal
>140% Pegunungan Sangat Terjal

Gambar 2.3
Fisiografi Datar
2.3.2 Stratigrafi
Secara umum batuan penyusun di daerah penyelidikan terdiri dari batuan
dasar bersifat granitik, Formasi Sinamar dan alluvial. Urut-urutan stratigrafi dari
yang berumur tua sampai dengan yang berumur lebih muda adalah sebagai
berikut:

9
a. Batuan Granitik
Batuan ini tersebar di bagian Selatan daerah penyelidikan, pada umumnya
telah mengalami pelapukan yang kuat.
b. Formasi Sinamar
Di daerah penyelidikan formasi ini tersebar memanjang relatif dari arah
Barat Laut hingga Tenggara. Formasi ini dapat dibedakan menjadi 4 (empat)
satuan batuan, yakni :
1). Satuan Batuan Batupasir Konglomeratan, penyebaran satuan batuan ini sejak
batas dengan batuan granitic hingga ke bagian tengah (Blok Selatan) dari areal
Izin Usaha Pertambangan. Singkapan yang tampak jelas dapat diikuti di
Sungai Pandan, mulai dari hulu sungai (Selatan) hingga di daerah Blok
Selatan dan sebagian kecil Blok Tengah, berupa batupasir dengan sedikit
sisipan batulempung. Singkapan batuan mempunyai kedudukan N (300°-
320°)E/(18°- 30°)E dan pelamparan sebesar 20%, dan perkiraan ketebalan
sekitar 80 m.
2). Satuan Batulempung Bersisipan Batupasir, penyebaran satuan batuan ini
menempati bagian tengah (Blok Tengah) hingga Utara (Blok Utara) areal Izin
Usaha Penambangan. Arah penyebaran relatif sama dengan satuan
dibawahnya, yakni Barat Laut – Tenggara. Singkapan batuan yang dapat
diamati secara jelas terdapat di tepi danau (bekas penambangan) dan di Sungai
Pandan. Satuan ini terdiri dari batulempung bersisipan batupasir , dengan
lapisan batubara di dalamnya. Batubara berwarna hitam, kilap malam, pecah
konkoidal dan kadang- kadang menyerpih. Ketebalan batubara masif dengan
pecahan konkoidal didapat ketebalan antara (4 – 6) m (data singkapan dan
hasil pembongkaran). Sedangkan batubara dengan sifat menyerpih diketahui
ketebalannya mencapai (5 – 8) m, lapisan ini berada diatas batubara masif.
c). Satuan Batupasir, satuan ini didominasi oleh batupasir, mempunyai kedudukan
N 295°E/29°. Satuan ini berada ditengah daerah penyelidikan (Blok Tengah)
kearah Timur Laut, dengan pelamparan sekitar 15%. Ketebalan satuan batuan
hasil rekonstruksi penampang sekitsr 45 m.

10
d). Satuan Aluvial, diendapkan secara tidak selaras pada zaman Kuarter. Satuan
ini hasil endapan sungai yang banyak dijumpai pada tebing dan dasar sungai.
Ketebalannya dari beberapa meter hingga 15 m.

Susunan Perlapisan batuan di lokasi Tambang batubara PT. Daya Bara


Nusantara dapat dilihat pada Profil Singkapan Batuan dan Batubara pada profil
dibawah ini. (Gambar 2.4) antara lain adaldah:

11
Sumber : (PT.Daya Bara Nusantara)

Gambar 2.4
Stratigrafi & Profil Batuan dalam IUP-OP PT Daya Bara Nusantara
2.3.3 Struktur Geologi

12
Di daerah penyelidikan ini banyak dijumpai indikasi struktur geologi, baik
yang dijumpai di permukaan maupun hasil pemboran, dan dari hasil kombinasi
rekonstruksi 2 sumber data tersebut terlihat sbb:.
a. Kemiringan lapisan
Hal ini diperlihatkan dengan lapisan batuan pengapit dan lapisan batubara
secara umum dimana mempunyai arah jurus (strike) yang hampir seragam
(homoklin), yakni relative Barat Daya. Dengan demikian, kemiringan lapisan
(dip) relatif kearah Timur Laut, berkisar antara (18 – 33)°.
b. Sesar Mendatar
Struktur geologi tampak jelas di lokasi danau (bekas penambangan). Posisi
sesar ini tersingkap pada kordinat S 1° 39´ 9,8” ; E 101° 56’ 11,7” memiliki
kedudukan bidang N 195°E/7° dengan rake sebesar 80°. Maka jenis sesar ini
adalah sesar mendatar (Strike slip fault).

2.4 Kegiatan Penambangan


Pada usaha pertambangan Batubara ini, kegiatan penambangan terbuka
yang akan dilaksanakan terdiri dari kegiatan pembersihan lahan, pengupasan,
pembongkaran, pemuatan dan pengangkutan batubara secara mekanis
menggunakan alat berat pada beberapa beberapa blok tambang secara bersamaan.

2.4.1 Pembersihan Lahan


Pembersihan lahan (land clearing) merupakan langkah awal dimana
proses penambangan batubara akan dilakukan, kegiatan ini dimulai dari
pembersihan tempat kerja dari semak – semak, pohon – pohon besar dan kecil,
kemudian membuang tanah atau batuan yang menghalangi pekerjaan – pekerjaan
selanjutnya. Setelah pekerjaan di atas selesai selanjutnya dilakukan pekerjaan
pembabatan atau penebasan yang meliputi meratakan, membuat jalan darurat
untuk lewatnya alat-alat mekanis dan lain-lain.
2.4.2 Pengupasan Over Burden
Pengupasan over burden (stripping) dilakukan setelah pembersihan lahan
dengan menggunakan backhoe. Tanah penutup dikupas, kemudian hasil kupasan
diletakkan pada shaft atau lubang sisa penambangan.

2.4.3 Pembongkaran Batubara

13
Setelah lapisan batubara bersih dari material pengotornya barulah akan
dilakukan pembongkaran batubara menggunakan backhoe yaitu Doosan 500LCV.
Untuk lebih jelasnya lihat pada Gambar 2.5. Setelah pembongkaran batubara
dilakukan maka batubara yang telah ditambang dimuat.

Gambar 2.5
Pembongkaran Batubara
2.4.4 Pemuatan
Pemuatan (loading) adalah serangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk
mengambil dan memuat batubara hasil pembongkaran ke dalam alat angkut.
Batubara hasil pembongkaran dikumpulkan dan dimuat dengan backhoe. Untuk
lebih jelasnya lihat pada Gambar 2.6. Setelah pemuatan dilakukan, maka batubara
yang telah ditambang diangkut menuju Stockpile.

Gambar 2.6
Pemuatan

2.4.5 Pengangkutan

14
Setelah dilakukan kegiatan pemuatan, selanjutnya adalah pengangkutan
(hauling). Proses pengangkutan dilakukan untuk memindahankan batubara dari
lokasi penggalian atau front penambangan ke Stockpile. Bisa dilihat pada dilihat
pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7
Pengangkutan

15
BAB III
DASAR TEORI

3.1. Parameter Secara Langsung

Parameter secara langsung yang perlu di perhatikan untuk mencapai target


produksi batubara meliputi, Kondisi Tempat Kerja, Kapasitas alat Mekanis, Jadwa
l kerja, Waktu kerja efektif, dan Efisiensi kerja, Kemampuan produktivitas alat
Mekanis, dan Faktor keserasian kerja (Match Factor).

3.1.1 Kondisi Tempat Kerja


1. Cuaca
Faktor cuaca merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kegiatan
penambangan. Pada saat musim kemarau kondisinya akan kering. Kondisi kering
ini akan menimbulkan debu. Akan tetapi ketika musim hujan, air akan meluap,
tanah akan menjadi becek dan licin sehingga mengakibatkan berkurangnya gaya
gesek antara alat dan permukaan kerja, sehingga alat tidak dapat bekerja dengan
baik.. Oleh karena itu, cuaca dapat mempengaruhi efektivitas kerja dari alat
mekanis.
2. Ketinggian
Ketinggian berpengaruh kepada tekanan atmosfer, semakin tinggi suatu
tempat kerja dari permukaan laut, maka tekanan atmosfirnya akan semakin
menurun. Karena tekanan atmosfir menurun, maka kerapatan udaranya menurun,
yang berakibat jumlah oksigen di tempat tersebut juga berkurang. Setiap kenaikan
ketinggian 100 meter, tekanan udara akan turun 1 atm. Hal inilah yang
menyebabkan menurunnya kemampuan mesin alat mekanis.

3.1.2 Kapasitas Alat Mekanis


Kapasitas alat mekanis adalah suatu ukuran volume yang menyatakan
berapa besar jumlah material yang dapat diisi, dimuat dan diangkut. Kapasitas alat
dapat menggunakan data teknis yang dibuat oleh perusahaan pembuat alat. Selain

16
itu, dapat digunakan dengan perhitungan langsung dilapangan, yaitu dengan
membandingkan kapasitas nyata dengan kapasitas standar. Adapun faktor
kapasitas dari alat muat dan alat angkut terdiri atas:

1. Kapasitas Bucket dan Bak


Kapasitas bucket adalah ukuran volume maksimum material yang dapat
ditampung di dalam bucket excavator. Kapasitas bucket dapat diukur dalam struck
capacity atau heaped capacity. Untuk memperkirakan kapasitas bucket, dua
standar yang diakui secara internasional telah diadopsi adalah standar Amerika
(SAE J296) dan standar Eropa yang dikenal sebagai Komite Peralatan Konstruksi
Eropa (CECE) (Patel & Prajapati, 2012).
Kapasitas bak adalah ukuran volume maksimum material yang dapat
ditampung di dalam back dump truck. Karena biaya pengangkutan merupakan
pengeluaran terbesar di sebagian besar operasi penambangan, maka salah satu
cara untuk menghindarinya adalah memuat material lebih banyak dari kapasitas
bak dump truck yang ditetapkan oleh perusahaan pembuat alat. Hanya saja
kelebihan muatan disarankan sebesar (10–15)% dari kapasitas bak awal
(Schexnayder dkk, 1999).
2. Waktu Edar (cycle time)
Waktu edar adalah total waktu yang dibutuhkan oleh peralatan mekanis,
misalnya excavator dan dump truck untuk menyelesaikan satu siklus kerja (mulai
hingga akhir tugas) dan siap untuk siklus berikutnya (Adiansyah dkk, 2018).

a. Waktu Edar Alat Muat


Waktu siklus aktual dari sebuah alat muat dapat secara matematis diwakili
oleh persamaan (3.1) ( Dey dkk, 2017).
CTm = Tm1 + Tm2 + Tm3 + Tm4 + Tm5...................................................(3.1)
Keterangan :
CTm = Total waktu edar alat muat (menit)
Tm1 = Waktu untuk mengisi muatan (menit)
Tm2 = Waktu ayunan bermuatan (menit)
Tm3 = Waktu untuk menumpahkan muatan (menit)
Tm4 = Waktu ayunan kosong (menit)

17
Tm5 = Waktu tunggu manuver alat angkut (menit)

b. Waktu Edar Alat Angkut


Waktu siklus aktual dari sebuah alat angkut dapat secara matematis
diwakili oleh persamaan (3.2). Sebagai tambahan, waktu perjalanan dumper untuk
kondisi dimuat dan kosong bervariasi ( Dey dkk, 2017).
CTa = Ta1 + Ta2 + Ta3 + Ta4 + Ta5 + Ta6 + Ta7 + Ta8...........................(3.2)
Keterangan :
CTa = Total waktu edar alat angkut (menit)
Ta1 = Waktu diisi muatan (menit)
Ta2 = Waktu mengangkut muatan (menit)
Ta3 = Waktu menunggu bermuatan (menit)
Ta4 = Waktu mengatur posisi untuk menumpahkan muatan (menit)
Ta5 = Waktu menumpahan muatan (menit)
Ta6 = Waktu kembali kosong (menit)
Ta7 = Waktu menunggu kosong (menit)
Ta8 = Waktu mengatur posisi untuk diisi muatan (menit)
3. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Alat Muat
Alat muat ( excavator ) adalah mesin atau peralatan pemindah material
yang umum digunakan untuk menggali tanah dan material. Alat muat dipanggil
dengan nama yang berbeda untuk penggunaan yang berbeda juga. Mereka terbuat
dari berbagai ukuran dan kapasitas yang sesuai dengan kebutuhan untuk aplikasi
tugas ringan, sedang atau berat. Alat muat memiliki boom dan arm yang dapat
berupa hidrolik maupun mekanis (Sagar & Pranay, 2015). Berikut adalah hal yang
mempengaruhi kinerja alat muat (excavator).
a. Pola Pemuatan
Pola pemuatan berdasarkan level penggalian antara alat muat dan alat
angkut dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1) Top Loading
Alat gali muat melakukan penggalian dengan menempatkan dirinya di atas
jenjang. Cara ini hanya dipakai pada alat muat excavator. Selain itu keuntungan
yang diperoleh yaitu, operator lebih leluasa untuk melihat bak dan menempatkan
material.

18
2) Bottom Loading
Posisi truk untuk dimuati hasil galian alat gali muat dapat pada satu level
(sama-sama di atas jenjang). Merupakan pola pemuatan yang mana kedudukan
alat muat sejajar dengan kedudukan alat angkut (posisi alat muat sama tingginya
dengan alat angkut). Cara ini dipakai pada alat muat excavator.

Gambar 3.1
Pola Pemuatan Top Loading dan Bottom Loading (Indonesianto, 2014)
b. Keadaan Material
Setiap Material atau batuan pada dasarnya memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Material atau batuan yang keras akan lebih susah untuk dikupas
(stripped) dan ditambang. Jenis batuan atau tanah penyusun material tersebut akan
menentukan besarnya produksi alat mekanis dan cara pengoperasionalnya, karena
berhubungan dengan faktor pengembang material (swell factor) dan faktor
pengisin mangkok (bucket fill factor). Beberapa karakteristik material yang
penting untuk diperhatikan dalam hubungannya terhadap aplikasi alat mekanis
pada pengambilan mineral yaitu berat material, densitas material, swell factor,
bucket fill factor, bentuk material, kekerasan material dan kelengketan material.

1) Berat material
Berat material yang akan diangkut oleh alat angkut dapat mempengaruhi
- Kecepatan alat dengan tenaga yang dimiliki alat
- Kemampuan alat untuk mengatasi tahanan kemiringan dan tahanan gulir dari
jalur-jalur yang dilewati
- Volume material yang dapat ditangani oleh alat.

2) Faktor pengisian mangkuk

19
Faktor pengisian mangkuk ini bisa juga disebut bucket fill facor. Bucket fill factor
adalah perbandingan antara volume material yang dapat ditampung oleh mangkuk
terhadap volume mangkuk secara teoritis (Prodjosumarto, 1996). Semakin besar
faktor pengisian maka semakin pula kemampuan aktual dari alat tersebut.
Beberapa hal yang mempengaruhi faktor pengisian mangkuk adalah :
a. Kandungan air, dimana semakin besar kandungan air maka faktor pengisian
semakin kecil, karena terjadi pengurangan volume material.
b. Fragmentasi material, dimana material dengan ukuran bagus (fragmentasi
baik) akan memiliki faktor pengisin mangkuk yang tinggi sedangkan material
dengan ukuran buruk (fragmentasi besar) akan memiliki faktor pengisian
mangkuk yang rendah, sehingga kemampuan produksi dari alat muat akan
rendah.
Keterampilan dan kemampuan operator, dimana operator yang
berpengalaman dan terampil dapat memperbesar faktor pengisian mangkuk.
Secara matematis dapat dinyatakan dalam persamaan (3.3) sebagai berikut :

Fp = ………………………………………………………
(3.3)
Keterangan :
Fp = Faktor pengisian
Vn = Volume nyata alat muat, m3
Vd = Volume teoritis alat muat, m3

Gambar 3.2
Bucket Fill Factor (Caterpillar, 2018)

20
3) Densitas material
Densitas adalah berat per unit volume dari suatu material. Material
mempunyai densitas yang berbeda karena dipengaruhi sifat-sifat fisiknya, antara
lain : ukuran partikel, kandungan air, pori-pori dan kondisi fisik lainnya.
(Indonesianto, 2013)

γ= , (ton/m3)................................................................(3.4)

4) Faktor Pengembangan Material


Faktor pengembangan adalah perbandingan material setelah digali menjadi
material lepas dan volume aslinya meningkat. Faktor swell didefinisikan sebagai
rasio volume (m3) dengan berat material yang sama sebelum dan sesudah
peledakan / penggalian (Mohammadi dkk, 2017). Dengan kata lain, apabila
material tersebut digali dari tempat aslinya, maka akan terjadi pengembangan
volume. Untuk menyatakan besarnya pengembangan volume ada dua hal yang
bisa dihitung yaitu :
- Faktor Pengembangan (Swell Factor)
- Persen Pengembangan (Percent Swell)
Faktor pengembangan material perlu diketahui karena yang
diperhitungkan dalam penggalian selalu didasarkan pada kondisi material sebelum
digali, yang dinyatakan dalam volume insitu (bank volume). Sedangkan material
yang ditangani pada kegiatan pemuatan dan pengangkutan adalah material pada
kondisi loose (loose volume) (Indonesianto, 2005). Angka–angka swell factor
untuk setiap klasifikasi material berbeda sesuai dengan jenis material itu sendiri
(Tabel 3.2).
Rumus untuk menghitung swell factor dan % swell ada dua, yaitu :
- Berdasarkan volume :

Swell Factor = .......................................….....……..............


(3.5)

21
% swell = x 100 % ..……............................
(3.6)
- Berdasarkan densitas (kerapatan) :

Swell Factor = .................................................……………..


(3.7)

% swell = x 100 % ............………...............


(3.8)
Tabel 3.1
Perkiraan Nilai Swell Factor Material (Indonesianto, 2014)
Average Weight Average “Loose”
“In Bank” Swell Weight
Material % Swell
Lbs/Cu Factor Lbs/Cu
Kg/m³ Kg/m³
Yd Yd
Asbestos 5000 2964 51 0.66 3300 1956
Barites 7250 4298 56 0.64 4640 2750
Basalt 5000 2964 51 0.66 3300 1956
Bauxite, Dry 2900 1719 33 0.75 2175 1289
Bauxite, Wet 4300 2548 45 0.69 2967 1759
Borax 2100 1245 39 0.72 1512 396
Coal., Anthracite 2300 1363 35 0.74 1702 1009
Coal., Bituminous 1900 1008 35 0.74 1258 746
Concrete Mix, Wet 3650 2164
Copper Ore 4500 2667 45 0.69 3105 1841
Dolomite 4200 2490 61 0.62 2604 1544
Granite 4400 2608 60 0.63 2772 1643
Gypsum 4600 2727 60 0.63 2898 1718
Iron Ore, Hematite 6600 3912 51 0.66 4356 2582
Iron Ore, Magnatite 7500 4446 55 0.65 4875 2890
Lead Ore 30% 6000 3557 50 0.67 4020 2383
Lead – Zinc 16% - 7% 5200 3082 50 0.67 3484 2065
Limestone 4300 2549 70 0.59 2537 1504
Sandstone 4140 2454 50 0.67 2774 1644
Shale 2800 1660 33 0.75 2100 1245
Slate 4725 2801 30 0.77 3638 2156
Taconite 4700 2786 54 0.65 3055 1811

22
Uranium Ore 4200 2490 40 0.71 2982 1768

5) Bentuk Material
Bentuk material ini didasarkan pada ukuran butir material yang akan
mempengaruhi susunan butir–butir material dalam suatu kesatuan volume.
Meterial yang halus dan seragam, kemungkinan besar volumenya akan sama
dengan volume ruang yang ditempati karena rongga udara yang dibentuk oleh
material halus lebih kecil daripada rongga udara yang dibentuk oleh material yang
berbutir kasar. Sedangkan material yang berbutir kasar dan berbongkah,
volumenya akan lebih kecil dari nilai volume ruangan yang ditempati. Hal ini
dikarenakan rongga udara yang terbentuk oleh material kasar dan berbongkah
akan lebih besar sehingga akan mengurangi volume sebenarnya pada alat.
6) Kekerasan Material
Kekerasan material akan berpengaruh terhadap mudah tidaknya material
tersebut dibongkar. Material yang keras akan lebih sulit untuk dibongkar atau
digali dengan menggunakan alat mekanis selain juga menurunkan produktivitas
alat. Kekerasan material berkaitan dengan kekuatan dan kerapatan material. Pada
umumnya jika material tersebut memiliki kekerasan yang besar maka kekuatan
batuannya juga besar serta kerapatannya yang diukur dengan menggunakan
Seismic Test Meter yang ditunjukkan dengan besarnya nilai kecepatan gelombang
seismiknya juga besar. Sebab material yang semakin kompak maka keterdapatan
pori pada material itu akan semakin sedikit, sehingga kecepatan rambat
gelombang seismik akan semakin besar. Hal tersebut dapat di gunakan untuk
menentukan metode pembongkaran suatu material.
3.1.3 Jadwal Kerja, Waktu Kerja Efektif dan Effisiensi Kerja
1. Jadwal Kerja
Jadwal kerja adalah waktu kerja yang telah ditetapkan perusahaan dan
diberlakukan bagi seluruh karyawan yang bekerja. Jadwal kerja harus dipatuhi dan
dimuat menjadi sebuah peraturan. Karyawan yang tidak berkerja sesuai dengan
jadwal kerja, akan dikenai sanksi oleh perusahaan.
2. Waktu Kerja Efektif
Waktu kerja efektif adalah waktu kerja yang benar-benar digunakan
operator untuk melakukan pekerjaannya. Sedangkan waktu kerja yang tidak

23
digunakan operator untuk melakukan pekerjaannya karena suatu hal (hujan dll)
disebut dengan hambatan.
3. Efisiensi kerja
Efisiensi kerja merupakan penilaian terhadap pelaksanaan suatu pekerjaan
atau merupakan perbandingan antara waktu yang dipakai untuk bekerja dengan
waktu yang tersedia. Dalam perhitungannya, efisiensi kerja menggunakan
pengertian persentase (%). Beberapa faktor yang mempengaruhi efisiensi kerja
adalah :
a. Kondisi tempat kerja
Kondisi tempat kerja dalam hal ini adalah lokasi daerah penambangan dan
kondisi jalan angkut sangat berpengaruh pada efisiensi kerja peralatan mekanis
dalam kegiatan penambangan. Dengan kondisi tempat kerja yang baik maka alat
mekanis dapat bekerja dengan optimal, lain halnya dengan kondisi tempat kerja
yang buruk akan mengakibatkan alat tidak dapat bekerja secara optimal.
Dikatakan kondisi tempat kerja yang baik yaitu memiliki area manuver alat yang
luas sehingga alat mekanis mudah bergerak, tidak ada air yang menggenang
sehingga menjadi berlumpur, dan area tempat kerja tidak bergelombang.
b. Kondisi cuaca
Dalam keadaan cuaca yang panas dan banyak debu sangat mengganggu
kerja dari operator, sehingga dapat mempengaruhi kelincahan gerak peralatannya.
Pada waktu musim hujan, kondisi tempat kerja dan jalan angkut yang tidak
diperkeras akan menjadi berlumpur, sehingga peralatan mekanis yang
dioperasikan tidak dapat bekerja secara optimal.
c. Faktor manusia
Faktor manusia sangat mempengaruhi effisiensi kerja penambangan,
dalam hal ini adalah kedisiplinan dalam kegiatan pekerjaan. Dengan bekerja pada
waktu yang telah ditentukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan sesuai
dengan jadwal yang diharapkan effisiensi akan semakin meningkat. Sebaliknya
dengan pekerja yang tidak disiplin maka effisiensi sangat berkurang sehingga
sasaran produksi tidak tercapai. Selain itu operator yang terampil dan terlatih akan
tahu cara mengoperasikan dan menempatkan alat pada posisi yang benar,
sehingga alat yang dioperasikan dapat leluasa bergerak dan tidak menggangu alat

24
lain yang sedang dioperasikan. Peralatan mekanis akan menghasilkan persen
pengisian yang tinggi apabila alat tersebut dioperasikan oleh operator yang
berpengalaman.
d. Waktu Tunda
Waktu tunda dapat meliputi hambatan yang terjadi selama dilakukan
kegiatan penambangan. Hal tersebut dapat mempengaruhi waktu kerja efektif.
Waktu kerja efektif adalah waktu kerja yang digunakan untuk melakukan kerja
atau waktu kerja yang tersedia yang sudah dikurangi dengan hambatan kerja.
Sedangkan waktu kerja tersedia adalah waktu yang di berikan dalam satu shift
kerja secara keseluruhan tanpa memperhitungkan hambatan yang terjadi.
Hambatan yang terjadi dibedakan menjadi 2 yaitu :
1) Hambatan yang dapat dihindari
Hambatan yang dapat dihindari merupakan hambatan yang terjadi karena adanya
penyimpangan-penyimpangan terhadap waktu kerja yang telah dijadwalkan.
Hambatan yang termasuk dalam kategori ini adalah :
- Keterlambatan shift awal, terjadi sebagai akibat kurangnya kedisiplinan para
pekerja, sehingga mengakibatkan terlambat operasi.
- Berhenti bekerja lebih awal dari waktu yang telah ditetapkan, disebabkan
karena kurangnya kedisiplinan para pekerja, sehingga mengakibatkan terlalu
cepat mengakhiri kegiatan sebelum waktu yang telah ditentukan.
- Istirahat terlalu cepat, waktu kerja yang hilang karena operator istirahat
sebelum waktu yang ditetapkan.
- Terlambat bekerja setelah istirahat, disebabkan operator beristirahat melebihi
waktu istirahat yang telah ditetapkan.
- Keperluan operator, waktu yang digunakan operator untuk keperluan pribadi,
misalnya untuk buang air kecil, mengambil makanan dan untuk keperluan
ibadah.
- Persiapan kerja, meliputi pengecekan dan pemanasan mesin secara rutin
dilakukan sebelum alat beroperasi baik itu alat muat maupun alat angkut.
2) Hambatan yang tidak dapat dihindari.

25
Hambatan yang tidak dapat dihindari merupakan hambatan yang terjadi
pada waktu jam kerja yang menyebabkan hilangnya waktu kerja, hambatan yang
termasuk kategori ini adalah :
- Hujan dan pengeringan jalan, terhentinya kerja alat karena adanya gangguan
cuaca seperti hujan dan pengeringan jalan angkut sehingga alat terganggu
kegiatan operasinya.
- Kerusakan atau Break down alat muat/alat angkut, terhentinya kerja alat
karena mengalami kerusakan dan harus dilakukan perbaikan.
- Pindah lokasi kerja, disebabkan karena kehabisan material untuk dimuat ke
alat angkut.
Adanya hambatan yang terjadi selama jam kerja akan mengakibatkan
waktu kerja efektif semakin kecil. Adapun rumus persamaannya adalah sebagai
berikut :

Wke = Wkt – Wht.................................................................................(3.9)

Effisiensi kerja = ..............................................................


(3.10)
Keterangan:
Wke = waktu kerja effektif, menit
Wkt = waktu kerja tersedia, menit
Wht = waktu hambatan , menit

3.1.4 Produktivitas Alat Mekanis


Produksi alat muat dan alat angkut adalah masalah utama untuk
sektor penambangan. Untuk mencapai produksi yang ditetapkan, maka
produktivitasnya harus baik. Produktivitas adalah ukuran efektivitas dalam
produksi material. Produktivitas dinyatakan dengan rasio output dan input.
Studi ini berfokus pada memprediksi waktu dan prediksi interaksi antara
alat muat dan alat angkut di titik pemuatan (Fisonga & Mutambo, 2017).
Secara umum perhitungan untuk memperkirakan produksi alat mekanis
dapat dirumuskan sebagai berikut :

26
Q= .......................................... (3.11)

Keterangan :
Q = Produksi alat (ton/jam)
Cb = Kapasitas mangkok (m 3 )
CT = Cycle time (detik)
Ek = Effisiensi kerja (%)
Ff = Faktor pengisian (%)
Sf = Faktor pengembangan (%)
De = Densitas bank (ton/m 3 )
Pada dasarnya hampir semua produksi alat mekanis dapat dihitung
dengan persamaan diatas, walaupun terdapat sedikit modifikasi karena sifat
pemakaian alat yang spesifik.
1. Produksi Alat Muat
Perhitungan untuk waktu edar alat muat adalah tergantung dari ukuran alat
itu sendiri dan juga tergantung kondisi kerja. Dengan kondisi yang lebih baik, alat
muat akan memiliki siklus yang lebih cepat jika dibandingkan dengan kondisi
yang kurang baik dan juga semakin kecil sudut perputaran (swing of angle) dari
alat muat maka waktu edarnya akan semakin kecil juga.
Perhitungan untuk produksi alat muat adalah :

Qm = x Cb x Ff x Sf x Ek x De ...................................................... (3.12)
Keterangan :
Qm = Kemampuan produksi alat muat (ton/jam)
CTm = Waktu edar alat muat sekali pemuatan (detik)
Cb = Kapasitas baku mangkuk alat muat (m3)
Ff = Faktor pengisian (%)
Sf = Faktor pengembangan (%)
Ek = Effisiensi kerja (%)
De = Densitas bank (ton/m3)

2. Produksi Alat Angkut

27
Proses operasi alat angkut meliputi loading, hauling, dumping, returning
dan spotting.
Perhitungsn produksi untuk alat angkut adalah :

Qa = x Cb x Ff x Sf x Ek De x n x Na ........................................ (3.13)

Keterangan :
Qa = Kemampuan produksi alat angkut (ton/jam)
Cta = Waktu edar alat angkut (detik)
Cb = Kapasitas mangkok alat muat (m3)
Ff = Faktor pengisian (%)
SF = Faktor pengembangan (%)
Ek = Effisiensi kerja (%)
De = Densitas bank (ton/m3)
n = Jumlah pengisian bucket alat muat untuk penuhi bak alat angkut
Na = Jumlah alat angkut (unit)

3.1.5 Keserasian Kerja Alat (Match Factor)


Waktu kerja tersedia adalah waktu yang di berikan dalam dua shift kerja
secara keseluruhan tanpa memperhitungkan hambatan yang terjadi.
Untuk mendapatkan hubungan kerja yang serasi antara alat muat dan alat
angkut maka produksi alat muat harus sesuai dengan produksi alat angkut. Faktor
keserasian alat muat dan alat angkut didasarkan pada produksi alat muat dan
produksi alat angkut, yang dinyatakan dalam Match Factor (MF).
Secara teoritis produksi alat muat haruslah sama dengan produksi alat
angkut, sehingga perbandingan antara alat angkut dan alat muat mempunyai nilai
1. Untuk menghitung match factor (MF) dapat dirumuskan sebagai berikut :
Produksi alat muat = produksi alat angkut

MF = ..................................................................... (3.14)

Keterangan :

28
MF = Match Factor
Na = Jumlah alat angkut, unit
CTm = Waktu edar pemuatan, menit
Nm = Jumlah alat muat, unit
CTa = Waktu edar alat angkut , menit
n = Jumlah pengisian
Dari persamaan 3.14 (MF) di atas muncul tiga kemungkinan, yaitu :
1. MF < 1, artinya alat muat bekerja kurang dari 100 % sedang alat angkut
bekerja 100 %, hal ini disebabkan karena produksi alat muat lebih besar dari pada
produksi alat angkut maka terjadi kondisi yaitu alat angkut sibuk dalam proses
pengangkutan sedangkan pada alat muat lebih banyak menunggu datangnya alat
angkut, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat sebagai berikut :

1>
Nm x CTa > Na x n x CTm

> CTm x n

CTm x n < .................................................................


(3.15)

Dari persamaan tersebut setelah disamakan karena terdapat kekurangan


waktu maka ditambah dengan WTm didapat persamaan sebagai berikut :

WTm + (CTm x n) =
Jadi waktu tunggu alat muat (WTm) :

WTm = - (CTm x n) ( menit )....................................


(3.16)

2. MF = 1 , artinya alat muat dan alat angkut bekerja 100 %. Hal ini berarti
produksi alat muat sama dengan produksi alat angkut.

29
3. MF > 1, artinya alat muat bekerja 100 %, sedangkan alat angkut bekerja
kurang dari 100 %, hal ini disebabkan karena produksi alat angkut lebih besar
dari pada produksi alat produksi alat muat, maka terjadi kondisi di lapangan yaitu
alat muat sibuk melayani alat angkut sedangkan alat angkut menunggu untuk
dimuati, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat angkut sebagai berikut :

>1
Na x (n x CTm) > Nm x CTa

CTa < ............................................................. (3.17)


Dari persamaan tersebut setelah disamakan karena terdapat kekurangan
waktu maka ditambah dengan WTa didapat persamaan sebagai berikut :

WTa + CTa =
Jadi waktu tunggu alat angkut (WTa) :

WTa = - CTa (menit).......................................... (3.18)

Untuk mendapatkan MF = 1 memang tidak mudah, namun harga MF


ini hendaknya diupayakan mendekati angka satu dengan melakukan
berbagai percobaan dan dengan mempertimbangkan sasaran produksi yang
telah ditetapkan perusahaan.

30
Gambar 3.3
Grafik Hubungan Antara Faktor Effisiensi Versus Match Factor
(Burt and Louis, 2018)

3.2 Parameter Secara Tidak Langsung


Pada penelitian kali ini alat angkut yang digunakan adalah dump truck.
Beberapa faktor penunjang dalam pengoperasian peralatan mekanis, khususnya
untuk alat angkut adalah kondisi dimensi jalan yang meliputi lebar, besarnya
tikungan maupun kemiringan dari jalan angkut yang digunakan. Geometri jalan
yang memenuhi syarat adalah bentuk dan ukuran-ukuran dari jalan tambang itu
sesuai dengan tipe (bentuk, ukuran dan spesifikasi) alat angkut yang dipergunakan
dan kodisi medan yang ada sehingga dapat menjamin serta menunjang segi
keamanan dan keselamatan operasi pengangkutan. Geometri jalan tersebut
merupakan hal yang mutlak harus dipenuhi (Indonesianto, 2014). Adapun faktor-
faktor yang merupakan geometri penting yang akan mempengaruhi keadaan jalan
angkut adalah sebagai berikut :

3.2.1 Kondisi Fisik Jalan Angkut


Jalan angkut harus dilihat keberadaannya apakah becek ataukah kuat, atau
cukup kasar permukaannya. Kondisi jalan angkut angkan mempengaruhi kinerja
roda/ban peralatan mekanis yang bekerja (Indonesianto,2014). Jika jalan angkut
dalam kondisi becek, maka ban/roda alat mekanis akan sering mengalami
slip/tergelincir. Semakin baik kondisi jalan angkut, maka produksi alat angkut
juga semakin baik.

3.2.2 Jarak Jalan Angkut


Jarak jalan angkut dipertimbangkan dalam menentukan kecepaan laju alat
angkut (Indonesianto,2014). Semakin besar kecepatan alat angkut, maka produksi
alat angkut juga semakin besar. Kecepatan alat angkut dibatasi oleh panjang
maupun pendeknya jarak jalan angkut.

3.2.3 Lebar Jalan Angkut

31
Lebar jalan angkut harus diperhatikan besarnya karena dapat
mempengaruhi waktu edar dari alat muat. Jika lebar jalan angkut tidak sesuai
dengan lebar standar maka alat angkut akan mengalami switchback.
1. Lebar pada jalan lurus
Penentuan lebar jalan angkut minimum untuk jalan lurus didasarkan pada
rule of thumb yang dikemukakan oleh AASHTO (American Associationof State
Highway and Transportation Officials) Manual Rural Highway Design. Dengan
persamaan sebagai berikut :

L = .....................................................
(3.19)
Keterangan:
L = Lebar minimum jalan angkut lurus, meter
n = Jumlah jalur
Wt = Lebar alat angkut total, meter
Nilai 0,5 pada rumus diatas menunjukkan bahwa ukuran aman kedua
kendaraan berpapasan adalah sebesar 0,5 Wt, yaitu setengah lebar terbesar dari
alat angkut yang bersimpangan. Ukuran 0,5 Wt juga digunakan untuk jarak dari
tepi kanan atau kiri jalan ke alat angkut yang melintasi secara berlawanan.

Gambar 3.4
Lebar Jalan Angkut Pada Jalan Lurus (Indonesianto, 2014)

2. Lebar pada jalan tikungan

32
Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar daripada lebar pada
jalan lurus (Gambar 3.6). Perhitungan terhadap lebar jalan angkut pada tikungan
atau belokan dapat menggunakan persamaan :

W= n (U + Fa + Fb + Z) +C .......................................................................... (3.20)
C = Z = ½ (U + Fa + Fb) .....................................................…...................... (3.21)

Keterangan :
W = Lebar jalan angkut minimum pada tikungan, meter
n = Jumlah jalur
U = Jarak jejak roda kendaraan, meter
Fa = Lebar juntai depan, meter
Fb = Lebar Juntai belakang, meter
C = Jarak antara dua truk yang akan bersimpangan, meter
Z = Jarak sisi luar truk ke tepi jalan, meter
Dimana:
Fa = Ad x sin α
Fb = Ab x sin α
Ad = Jarak as roda depan dengan bagian depan truk, meter
Ab = Jarak as roda belakang dengan bagian belakang truk, meter
α = Sudut penyimpangan (belok) roda depan

33
Gambar 3.5
Lebar Jalan Angkut Pada Tiungan (Kaufman W. Walter, 1979)

3.2.4 Kemiringan Jalan Angkut


Kemiringan jalan angkut (grade) merupakan satu faktor penting yang
harus diamati secara detil dalam kajian terhadap kondisi jalan angkut. Hal ini
dikarenakan kemiringan jalan angkut berhubungan langsung dengan kemampuan
alat angkut, baik dari pengereman maupun dalam mengatasi tanjakan.
Kemiringan jalan angkut biasanya dinyatakan dalam persen (%). Dalam
pengertiannya, kemiringan 1% berarti jalan tersebut naik atau turun 1 meter atau 1
ft untuk jarak mendatar 100 m atau 100 ft. Kemiringan jalan dapat dihitung
dengan persamaan (Indonesianto, 2014) :

Grade (%) = .................................................................................


(3.22)
Keterangan:
ΔH = Beda tinggi antara 2 titik yang diukur, meter

34
Δx = Jarak datar antara dua titik yang diukur, meter
Menurut Kepmen ESDM No.1827, kemiringan jalan maksimum yang

dapat dilalui dengan baik oleh alat angkut adalah sebesar 12 % atau 8,53o.

Gambar 3.6
Kemiringan Jalan Angkut (Komatsu, 2017)

35
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Parameter Secara Langsung


Kegiatan penambangan Batubara dilakukan menggunakan kombinasi
antara alat mekanis berupa Excavator dengan DT. Alat mekanis yang digunakan,
yaitu 1 unit Excavator Doosan 500LCV dan 11 unit alat angkut Hino500
CWB340.
PT. Daya Bara Nusantara memiliki waktu kerja selama 30 hari kerja pada
periode September 2020. Waktu kerja rata-rata yaitu 7 jam/hari dengan 1 jam
istirahat. Kemampuan produksi suatu alat mekanis selain dipengaruhi oleh kondisi
fisik dan mekanis, juga dipengaruhi oleh keadaan tempat operasi alat tersebut
digunakan. Untuk mengetahui kemampuan produksi alat muat dan alat angkut,
maka perlu dilakukan pengamatan dan pengkajian terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhinya baik parameter secara langsung maupun parameter secara tidak
langsung.
Parameter secara langsung yang perlu di perhatikan untuk mencapai target
produksi Batubara meliputi, Kondisi Tempat Kerja, Kapasitas alat Mekanis, Jadw
al kerja, Waktu kerja efektif, dan Efisiensi kerja, Kemampuan produktivitas alat
Mekanis, dan Faktor keserasian kerja (Match Factor).

4.1.1 Kondisi Tempat Kerja


Keadaan lokasi penambangan sangat berpengaruh terhadap kegiatan
penambangan khususnya dalam operasi pemuatan dan pengangkutan, sehingga
kemampuan kerja suatu alat muat dan alat angkut untuk dapat memenuhi sasaran
produksi akan sangat ditentukan oleh keadaan lokasi penambangan. Bila kondisi
tempat kerja baik dalam artian tersedia cukup tempat untuk manuver alat-alat
mekanis, tidak berdebu, tidak becek maka kemampuan produksi alat muat dan
angkut akan lebih besar dibandingkan dengan kondisi permuka kerja yang jelek
dan sempit.

36
Keadaan tempat kerja di lokasi tambang Batubara pada bulan September
atau musim hujan kondisinya sangat licin sedangkan untuk musim kemarau
kondisinya sangat berdebu. Untuk mengurangi kendala tersebut, pada musim hujan
dilakukan perawatan, perbaikan dan pemadatan jalan setelah terjadinya hujan
dengan menggunakan beberapa alat berat seperti, grader dan bulldozer. Sedangkan
pada musim kemarau dilakukan usaha dengan cara penyiraman jalan yang
dilakukan setiap hari dengan tujuan mengurangi timbulnya debu.
Kondisi kerja lokasi penambangan berada diketinggian 90-120 meter diatas
permukaan laut. Sedangkan kedalaman penggalian sedalam 5-15 meter.

4.1.2 Kapasitas Alat Mekanis


Alat yang digunakan untuk menambang Batubara di pit Block A yaitu
menggunakan alat dengan kombinasi dari Excavator Doosan 500LCV dengan
kapasitas bucket 2,4 m3 dan Hino500 CWB340 dengan kapasitas bak 25 ton.
Jenis atau spesifikasi alat yang digunakan perlu diketahui sebelum
melakukan estimasi produktivitas alat. Hal tersebut untuk mengetahui keterangan-
keterangan secara teknis atau mekanis yang terdapat pada alat tersebut. Misalnya
untuk mengetahui kapasitas alat, tenaga (horse power) dan lain sebagainya. Selain
itu juga perlu diketahui faktor-faktor lain yang berhubungan dengan keadaan
mekanis alat, misalnya untuk data bucket fill factor diperoleh dari data yang
terdapat pada spesifikasi alat yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat alat.
Waktu edar alat muat merupakan gabungan dari waktu untuk mengisi
muatan, waktu ayunan bermuatan, waktu untuk menumpahkan muatan, waktu
ayunan kosong, waktu tunggu manuver alat angkut. Berdasarkan hasil
pengamatan, diperoleh waktu edar alat muat sebesar 152.73 detik. Waktu edar alat
angkut merupakan gabungan dari waktu untuk diisi muatan, waktu mengangkut
muatan, waktu menunggu bermuatan, waktu mengatur posisi untuk menumpahkan
muatan, waktu kembali kosong, waktu menunggu kosong, waktu mengatur posisi
untuk diisi muatan. Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh waktu edar alat
angkut sebesar 10.203,01 detik.

Kegiatan penggalian material pada dilakukan dengan cara back filling


methode, yaitu dengan cara mengupas lapisan baubara yang tebalnya berkisar 4-5

37
meter, Selanjutnya, dilakukan pemuatan menggunakan kombinasi alat muat dan
alat angkut.
Pola pemuatan yang digunakan di lapangan adalah dengan menggunakan
top loading, yaitu Excavator melakukan pemuatan dengan menempatkan dirinya di
atas jenjang atau truk berada di bawah alat muat (Gambar 4.1).

Gambar 4.1.
Pola Pemuatan Top Loading

Pola pemuatan berdasarkan jumlah penempatan truk adalah parallel cut


with the single spotting of trucks, yaitu truk memposisikan diri untuk dimuati pada
satu tempat, sedangkan truk berikutnya menunggu truk pertama dimuati sampai
penuh, setelah truk pertama berangkat truk kedua memposisikan diri untuk dimuati
dan seterusnya (Gambar 4.2).

Gambar 4.2.
Pola Pemuatan Parallel Cut With The Single Spotting of Trucks

38
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemuatan adalah sebagai berikut:
1. Densitas Material
Densitas atau massa jenis adalah suatu besaran kerapatan massa benda
yang dinyatakan dalam berat per satuan volume benda tersebut. Densitas material
terdiri atas 2 jenis yaitu densitas terbongkar (loose) dan densitas aslinya (bank).
Adapan nilai dari densitas terbongkar (loose) adalah 0.814 ton/m3 dan nilai untuk
densitas aslinya (bank) adalah 1.1 ton/m3 (Lampiran G).

2. Faktor Pengembangan (Swell Factor)


Dari hasil pengamatan dan pengujian, densitas untuk material dalam
keadaan terbongkar (loose) adalah 0.814 ton/m3 dan densitas untuk material dalam
keadaan aslinya (bank) sebesar 1.1 ton/m3. Sehingga faktor pengembangan (SF)
material yang ada sebesar 0,74 (Lampiran G).

3. Faktor Pengisian Mangkok


Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh faktor pengisian mangkok rata-
rata yang dapat dilihat pada Lampiran H yang sebesar : 97.26 %

4.1.3 Jadwal Kerja, Waktu Kerja Efektif dan Efisiensi Kerja

Dalam melakukan pelaksanaan kegiatan penambangan yang harus


diperhatikan yaitu jadwal kerja, waktu efektif kerja, dan effisiensi kerja
dikarenakan berhubungan langsung dengan produktivitas alat mekanis. Semakin
besar nilai waktu kerja dan effisiensi kerja maka semakin besar produksi yang
dapat dihasilkan oleh alat mekanis. Berikut merupakan Jadwal Kerja, Waktu Kerja
Efektif dan Effisiensi Kerja .

1. Jadwal Kerja
Dalam pengaturan kegiatan kerja telah menetapkan jadwal waktu kerja
berdasarkan satu hari kerja. Jumlah jam kerja perminggunya adalah sebanyak 49
jam/minggu. Sedangkan jumlah jam kerja rata-rata untuk perharinya adalah
sebesar 7 jam/hari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.1. di bawah ini:

39
Tabel 4.1.
Jadwal Kerja

HARI KERJA WAKTU KERJA TOTAL KETERANGAN


WAKTU
(Jam)
SENIN 08.00 - 12.00 dan 7 Kerja Normal
13.00 - 16.00
SELASA 08.00 - 12.00 dan 7 Kerja Normal
13.00 - 16.00
RABU 08.00 - 12.00 dan 7 Kerja Normal
13.00 - 16.00
KAMIS 08.00 - 12.00 dan 7 Kerja Normal
13.00 - 16.00
JUMAT 08.00 - 12.00 dan 7 Kerja Normal
13.00 - 16.00
SABTU 08.00 - 12.00 dan 7 Kerja Normal
13.00 - 16.00
MINGGU 08.00 - 12.00 dan 7 Kerja Normal
13.00 - 16.00
Jumlah waktu kerja dalam 1 (satu) minggu 49

Dari Tabel 4.1, jumlah waktu kerja normal rata-rata perhari dalam 1 minggu, yaitu:

49 Jam /Minggu
= 7 Jam / Hari

= 7 jam/hari

2. Waktu Kerja Efektif


Waktu kerja efektif adalah waktu yang benar-benar digunakan untuk
operator bersama alat yang digunakan untuk kegiatan produksi. Waktu kerja
efektif berpengaruh terhadap effisiensi kerja. Pada kenyataannya di lapangan
waktu kerja yang tersedia tidak dapat digunakan sepenuhnya karena adanya
hambatan-hambatan yang dapat mengurangi waktu kerja yang tersedia. Kegiatan
penambangan dengan total waktu kerja 7 jam/hari. Adapun hambatan yang terjadi
terdiri dari hambatan yang dapat dihindari dan hambatan yang tidak dapat
dihindari untuk alat muat maupun alat angkut yaitu :

40
a. Hambatan yang dapat dihindari.
Hambatan yang dapat dihindari merupakan hambatan yang terjadi karena
adanya penyimpangan-penyimpangan terhadap waktu kerja yang telah
dijadwalkan. Hambatan yang termasuk dalam kategori ini adalah :
- Keterlambatan shift awal, terjadi sebagai akibat kurangnya kedisiplinan
para pekerja, sehingga mengakibatkan terlambat operasi.
- Berhenti bekerja lebih awal dari waktu yang telah ditetapkan, disebabkan
karena kurangnya kedisiplinan para pekerja, sehingga mengakibatkan
terlalu cepat mengakhiri kegiatan sebelum waktu yang telah ditentukan.
- Istirahat terlalu cepat, waktu kerja yang hilang karena operator istirahat
sebelum waktu yang ditetapkan.
- Terlambat bekerja setelah istirahat, disebabkan operator beristirahat
melebihi waktu istirahat yang telah ditetapkan.
- Keperluan operator, waktu yang digunakan operator untuk keperluan
pribadi, misalnya untuk buang air kecil, mengambil makanan dan untuk
keperluan ibadah.
- Persiapan kerja, meliputi pengecekan dan pemanasan mesin secara rutin
dilakukan sebelum alat beroperasi baik itu alat muat maupun alat angkut.

Waktu hambatan kerja Excavator Doosan 500LCV dapat dilihat pada


Lampiran L. Berikut waktu hambatan kerja rata-rata Excavator Doosan 500LCV:
Tabel 4.2
Hambatan Kerja Yang Dapat Dihindari Excavator Doosan 500LCV
Waktu
Hambatan yang dapat dihindari
(menit)
Keterlambatan awal 13.0
Berhenti bekerja lebih awal 12.2
Istirahat terlalu cepat 5.8
Istirahat terlalu lama 7.0
Keperluan operator 13.0
Persiapan Kerja 12.7
Total waktu 63.7

41
Tabel 4.3
Hambatan Kerja Yang Tidak Dapat Dihindari Excavator Doosan 500LCV

Hambatan yang tidak dapat Waktu


dihindari (menit)
Hujan dan pengeringan jalan 84
Kerusakan alat 10
Pindah lokasi kerja 12.5
Total waktu 106.5

b. Hambatan yang tidak dapat dihindari.


Merupakan hambatan yang terjadi pada waktu jam kerja yang
menyebabkan hilangnya waktu kerja, yang termasuk hambatan ini, adalah :
- Hujan dan pengeringan jalan, terhentinya kerja alat karena adanya
gangguan cuaca seperti hujan dan pengeringan jalan angkut sehingga alat
terganggu kegiatan operasinya.
- Kerusakan atau break down alat muat/alat angkut, terhentinya kerja alat
karena mengalami kerusakan dan harus dilakukan perbaikan.
- Pindah lokasi kerja, disebabkan karena kehabisan material untuk dimuat
ke alat angkut.
Waktu hambatan kerja truck Hino500 CWB340 dapat dilihat pada
Lampiran L. Berikut waktu hambatan kerja rata-rata truck Hino500 CWB340:
Tabel 4.4
Hambatan Kerja Yang Dapat Dihindari Truck Hino500 CWB340
Waktu
Hambatan yang dapat dihindari
(menit)
Keterlambatan awal 16.2
Berhenti bekerja lebih awal 11.7
Istirahat terlalu cepat 6.3
Istirahat terlalu lama 10.3
Keperluan operator 7.8
Persiapan Kerja 11.7
Total waktu 64.0

42
Tabel 4.5
Hambatan Kerja Yang Tidak Dapat Dihindari Truck FAW FD336DT
Hambatan yang tidak dapat Waktu
dihindari (menit)
Hujan dan pengeringan jalan 89.7
Kerusakan alat 14.5
Pindah lokasi kerja 6.2
Total waktu 110.3

3. Efisiensi kerja
Efisiensi kerja adalah perbandingan antara waktu yang dipakai untuk
bekerja dengan waktu total yang tersedia. Efisiensi kerja dapat digunakan untuk
menilai baik tidaknya pelaksanaan suatu pekerjaan. Efisiensi kerja untuk
Excavator Doosan 500LCV dan truk Hino500 CWB340 masing masing adalah
59,42% dan 58,5 %.

4.1.4 Produktivitas Alat Mekanis


Besarnya produksi yang dapat dicapai oleh alat muat dan alat angkut
tergantung dari beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah waktu
edar, kapasitas bucket, faktor pengisian bucket, efisiensi kerja dan waktu kerja.
Berikut adalah perbandingan antara target produksi alat muat dan alat angkut
berbanding dengan produksi aktual saat ini alat muat dan alat angkut.
1. Target Produksi
Target produksi merupakan produksi yang harus dicapai oleh perusahaan
demi memenuhi kebutuhan pembeli. Target produksi didasari oleh berapa banyak
permintaan dari pembeli. Target produksi Batubara PT.Dabara adalah sebesar
6.000 ton/bulan (Lampiran I).

2. Produksi Nyata Alat Muat dan Alat Angkut


Produksi nyata adalah hasil yang dapat dicapai suatu alat dalam realisasi
kerjanya pada saat alat tersebut dioperasikan. Berdasarkan penelitian dan
perhitungan di lapangan, produksi alat muat secara teoritis mencapai 5,588.56
ton/bulan , dan untuk alat angkut sebesar 6,341.76 ton/bulan (Lampiran M)

43
4.1.5 Keserasian Kerja Alat (Match Factor)
Berdasarkan data hasil pengamatan cycle time, jumlah alat yang digunakan
dan jumlah curah bucket alat gali muat, maka besarnya nilai faktor keserasian kerja
alat mekanis yaitu 1 unit alat muat Excavator Doosan500LCV dengan 11 unit alat
angkut Hino500 CWB340 adalah 1,15 (Lampiran K)

4.2 Parameter Secara Tidak Langsung


Keadaan dan dimensi jalan angkut berpengaruh terhadap kegiatan
penambangan khususnya dalam operasi pengangkutan. Kondisi jalan angkut pada
PT.Daya Bara Nusantara saat ini sudah dapat mendukung untuk dilakukannya
kegiatan penambangan.
4.2.1 Kondisi Jalan Angkut
Jalan angkut dari front penambangan ke Stockpile yang ada saat ini dibuat
dengan melakukan perataan dan pemadatan. Pada waktu musim kemarau
permukaan jalan angkut ini berdebu dan mengganggu jarak pandang dari operator
sehingga diperlukan adanya penyiraman dengan air menggunakan truk tangki air.
Sedangkan pada musim penghujan permukaan menjadi becek dan licin sehingga
perlu dilakukan perawatan jalan menggunakan bulldozer dan motor grader
sehingga operator harus hati-hati dan mengurangi kecepatan kendaraan.

Gambar 4.3
Kondisi Jalan Angkut

44
4.2.2 Jarak Jalan Angkut
Jarak jalan angkut antara front penambangan ke Stockpile adalah ± 35 km.
Dari total ± 35 km tersebut, jalan angkut yang diperhitungkan yaitu jalan angkut
yang berada didalam WIUP.
4.2.3 Lebar Jalan Angkut
Lebar jalan angkut terbagi menjadi 2 yaitu lebar jalan angkut pada jalan
lurus dan lebar jalan angkut pada tikungan (Lampiran J).

1. Lebar Jalan Angkut Lurus


Pada jalan angkut dari front penambangan ke tempat stockpile merupakan
jalan angkut dua jalur. Lebar jalan angkut pada jalan lurus berdasarkan keadaan di
lapangan berkisar 8-15 meter.

2. Lebar Jalan Angkut Pada Tikungan


Pada jalan angkut dari front penambangan ke tempat stockpile terdapat
beberapa tikungan jalan dimana lebar jalan berkisar antara 10-18 meter.
4.2.4 Kemiringan Jalan Angkut
Kemiringan jalan angkut pada lokasi penambangan berhubungan langsung
dengan kemampuan alat angkut dalam mengatasi tanjakan. Jalan angkut dibagi
menjadi 18 segmen untuk mempermudah perhitungan kemiringan jalan.
Kemiringan jalan yang terbesar yaitu 15,79 % pada segmen 10 (Lampiran J)

45
BAB V
PEMBAHASAN

PT. Daya Bara Nusantara ingin meningkatkan produksi penambangan


Batubara di Block A. Peneliti terlebih dahulu melakukan kajian teknis terhadap
kemampuan produksi dari alat gali muat dan alat angkut yang akan digunakan dari
melihat spesifikasi alat yang telah ditentukan, sehingga dapat diketahui kemapuan
maksimal dari produksi alat mekanis yang digunakan.
Kegiatan penambangan Batubara yang dilakukan pada Block A saat ini
kemampuan produksi alat gali muat yaitu 5,588.56 ton/bulan dan produksi alat
angkut 6.341,67 ton/bulan. Produksi alat gali muat dan alat angkut saat ini belum
mampu memenuhi target produksi yang telah ditetapkan oleh perusahaan, namun
untuk meningkatan produksi pada penambangan batubara yang diinginkan agar dapat
bekerja maksimal, maka perlu melakukan kajian teknis terhadap produksi alat gali
muat dan alat angkut guna mengetahui kemampuan maksimal produksi alat mekanis
yang digunakan.

5.1 Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Batubara


Dalam kegiatan penambangan Batubara, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kegiatan pemuatan dan pengangkutan yang menyebabkan tidak
tercapainya target produksi yang telah di tetapkan oleh perusahaan. Faktor yang
mempengaruhi tersebut antara lain :

5.1.1 Kondisi Tempat Kerja


Keadaan tempat kerja di lokasi penambangan Batubara pada bulan
September atau musim hujan kondisinya sangat licin, hal itu disebabkan oleh air
yang bergenang. Selain air yang bergenang, material juga mempengaruhi licinnya
kondisi tempat kerja itu sendiri, ada beberapa bagian pit yang materialnya adalah
clay. Clay memiliki butir halus yang jika terkena air, akan menjadi lumpur yang
sangat licin. Sedangkan untuk musim kemarau kondisinya sangat berdebu. Karena

46
adanya alat angkut yang melintas, debu tersebut terbawa keudara. Debu juga
sangat berbahaya bagi operator truk. Selain mengganggu jarak pandang, debu
yang halus juga dapat mempengaruhi sistem pernapasan manusia. Penyiraman
juga telah dilakukan pihak PT. Daya Bara Nusantara, tetapi kenyataan di lapangan
intensitas penyiraman yang dilakukan setiap hari masih kurang, sehingga untuk
mengurangi debu masih belum maksimal.
Musim kemarau dan musim hujan sangat berpengaruh terhadap produksi
yang dihasilkan oleh alat mekanis. Banyak faktor yang mempengaruhi kondisi
jalan pada saat musim kemarau dan musim hujan diantaranya kecepatan alat
angkut, waktu edar alat angkut, dan saluran. Kecepatan alat angkut pada musim
hujan tidak bisa maksimal seperti pada saat musim kemarau dikarenakan jalannya
basah dan dapat mengakibatkan kecelakaan kerja dan memperlambat waktu edar
alat angkut dikarenakan kecepatannya tidak bisa maksimal. Untuk mengurangi
debit air yang ada di jalan angkut pada musim hujan, maka dibuat saluran untuk
mengantisipasi adanya genangan di jalan angkut yang akan memperlambat waktu
edar alat angkut.
Secara keseluruhan, keadaan fleet penambangan pada pit Block A untuk alur
manuver 10 m x 10 m pada alat angkut dapat dillihat pada Gambar 5.1 dibawah ini.

Keterangan :

= DT bersiap
melakukan manuver
maju
= DT
melakukan manuver

= DT Luas alur manuver


melakukan manuver 10 m x 10 m
mundur menuju
loading Area

= Loading Area

= Hino500
CWB340
=
Excavator Doosan
500LCV

Gambar 5. 1
Alur Manuver Maju Dan Manuver Mundur Alat Angkut

4
7
5.1.2 Metode Pemuatan
Metode pemuatan yang diterapkan oleh PT. Daya Bara Nusantara adalah
Top Loading. Berdasarkan cara pemuatan yang diterapkan adalah Single Truck
Back Up. Pola pemuatan ini memiliki waktu edar alat angkut yang lama serta
keterbatasan dari jumlah alat angkut itu sendiri yang mengakibatkan terjadinya
waktu tunggu di alat muat dan alat angkut.
Berdasarkan Pola pemuatan jumlah penempatan posisi alat angkut untuk
dimuati terhadap posisi alat gali muat adalah Single Truck Back Up yaitu alat
angkut memposisikan diri untuk dimuati pada suatu tempat sedangkan alat angkut
berikutnya menunggu alat angkut pertama untuk dimuati sampai penuh, setelah
alat angkut pertama berangkat, maka alat angkut ke dua memposisikan diri untuk
dimuati sedangkan alat angkut ketiga menunggu dan begitu seterusnya.

5.1.3 Faktor Pengisian Mangkuk (Bucket Fill Factor)


Faktor pengisian mangkuk (Bucket Fill Factor) merupakan perbandingan
antara kapasitas nyata dengan kapasitas teoritis alat gali muat tersebut. Besar nilai
bucket fill factor pada kegiatan penambangan adalah 97.26%.
5.1.4 Jalan Angkut Tambang
Berdasarkan pengamatan dilapangan, lebar terkecil jalan lurus pada jalan
angkut untuk dua jalur adalah 8.9 meter. Sedangkan secara teori berdasarkan
spesifikasi lebar alat angkut, lebar jalan angkut pada jalan lurus untuk 2 jalur
pengangkutan yaitu 8,75 meter, sehingga lebar jalan angkut pada jalan lurus yang
ada Block A sudah memenuhi syarat. Apabila lebar jalan angkut kecil dari 8,75
meter, maka akan berpengaruh terhadap cycle time alat angkut.
Berdasarkan KEPMEN ESDM No 1827K/30/MEM/2018, kemiringan
(grade) jalan tambang dibuat tidak boleh lebih dari 12%. Dari data aktual di
lapangan segmen 2,3 dan 10 memiliki grade jalan diatas 12% sehingga grade jalan
pada segmen tersebut berpengaruh dalam faktor penyebab tidak tercapainya
produksi yang dapat dilihat pada lampiran J.
Untuk perbandingan lebar aktual jalan angkut tambang dengan lebar
standar perhitungan teoritis sesuai KEPMEN ESDM No 1827K/30/MEM/2018
dapat dilihat pada gambar 5.2

4
8
Perbandingan Lebar Aktual dan Lebar
Standar Pada Segmen Jalan Angkut
20

15
Meter

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Segmen Jalan

Aktual Standar

Gambar 5.2
Grafik Perbandingan Lebar Aktual dan Lebar Standar Pada Segment Jalan Angkut
5.1.5 Efisiensi Kerja
Dalam upaya meningkatan produksi dari alat gali muat dan alat angkut
maka diperlukan peningkatan efisiensi kerja, semakin besar efisiensi kerja yang
ada maka otomatis produksi akan semakin besar pula.
Efisiensi kerja pada alat gali muat Excavator Doosan 500LCV adalah
59,42%, sedangkan efisiensi kerja untuk alat angkut Hino500 CWB340 sebesar
58,5%. Efisiensi kerja yang rendah ini dikarenakan tingginya hambatan yang tidak
dapat dihindari, seperti hujan, kerusakan alat, dan pindah lokasi kerja. Peningkatan
efisiensi kerja dapat dilakakukan dengan cara menambahkan jam kerja sabanyak 1
jam, dimana yang semula bekarja 7 jam menjadi 8 jam kerja yang dapat dilihat
pada lampiran N.
5.2 Upaya Yang Dilakukan Untuk Meningkatkan Produksi Alat Gali Muat
dan Alat Angkut
Sesuai dengan data aktual yang didapat dari perusahaan, diketahui bahwa
produksi penambangan Batubara tidak memenuhi target yang telah di tetapkan oleh
perusahaan, oleh sebab itu perlu dilakukannya berbagai macam upaya untuk
meningkatkan produksi penambangan Batubara seperti, meningkatkan efisiensi
kerja dan pengurangan jumlah unit alat angkut agar alat Angkut dapat bekerja
secara optimum.

4
9
5.2.1 Menambahkan Jam Kerja
Dengan menambah jam kerja maka dapat meningkatkan efisiensi kerja,
jam kerja yang ditambahkan yaitu sebanyak 1 jam dimana yang sebelumnya
bekerja 7 jam/hari menjadi 8 jam/hari. Untuk perhitungan lebih rincinya dapat
dilihat pada Tabel 5.1 berikut ini.
Tabel 5.1
Produksi Alat Gali Muat Dan Alat Angkut Sesudah Meningkatkan Efisiensi Kerja

Alat
Alat Muat
Angkut
Ek 64.54% 63,62%
Bff 97,26% 97,26%
Jumlah
1 10
alat
Produksi 6,937.26 7,165.50

Setelah meningkatkan efisiensi kerja, produksi alat muat meningkat


dari 5,588.56 ton/bulan menjadi 6,937.26 ton/bulan dan produksi alat angkut
meningkat dari 6.341,76 ton/bulan menjadi 7,165.50 ton/bulan.
5.2.2 Pengurangan Jumlah Unit Alat Angkut
Setelah meningkatkan efisiensi kerja produksi dari alat angkut meningkat
dari sebelum nya, tetapi masih belum mencapai keserasian kerja yang optimum
antara alat muat dan alat angkut. Dengan demikian, perlu adanya pengurangan
jumlah unit alat angkut agar alat angkut dapat bekerja lebih optimum.
Tabel 5.2
Produksi Alat Angkut Sebelum dan Sesudah Pengurangan Jumlah Unit Alat
Angkut

Sebelum Sesudah
Ek 58,5% 63,62%
Bff 97,26% 97,26%
Jumlah
alat 11 10
MF 1.15 1
Produksi 6,341.76 7,165.50

Berdasarkan perhitungan, untuk mencapai target produksi 6.000 ton/Bulan


maka digunakan 10 unit alat angkut Hino500 CWB340 yang sebelumnya

5
0
menggunakan 11 unit alat angkut. Produksi setelah pengurangan jumlah unit alat
angkut adalah sebesar 7,165.50 ton/hari yang dapat dilihat pada Tabel 5.2 diatas.
Dengan demikian, pada Tabel 5.2 diatas setelah dilakukan beberapa upaya
seperti peningkatan efisiensi kerja dan pengurangan jumlah unit alat angkut maka
target produksi di bulan September 2021 akan tercapai yaitu 7,165.50 ton/bulan.
Tabel 5.3
Perbandingan Produksi Alat Gali Muat Dan Alat Angkut Setelah Dilakukan
Upaya Untuk Meningkatkan Produksi

Alat Muat Alat Angkut


Produksi sebelum
5,588.56 6.341,76
perbaikan (ton/bulan)
Produksi Setelah
6,937.26 7,165.50
perbaikan (ton/bulan)

Waktu Edar (detik) 152,73 10.203,01

Berikut perbandingan antara produksi alat gali muat dan alat angkut
setelah dilakukan upaya untuk meningkatkan produksi penambangan Batubara di
Pit Block A yang dapat dilihat pada Tabel 5.3 diatas.
Dari Tabel 5.3 diatas, dapat dilihat bahwa perbandingan antara produksi
alat gali muat dan alat angkut tidak jauh berbeda, hal ini disebabkan karena faktor
keserasian kerja antara alat gali muat dan alat angkut setelah Pengurangan jumlah
unit alat angkut sudah sangat mendekati 1 yaitu MF=1.04 , sehingga produksi
antara alat gali muat dan alat angkut tidak berbeda jauh, yang perhitungannya
dapat dilihat pada lampiran O.

5
1
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarakan hasil pengamatan, analisa dan pembahasan terhadap


kegiatan penambangan Batubara di Pit Block A PT. Daya Bara Nusantara, maka
dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut :

6.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil pembahasan dari uraian pada bab sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Produksi yang dihasilkan oleh alat muat yaitu sebesar 5,588.56 ton/bulan dan
produksi pada alat angkut sebesar 6,341.76 ton/bulan dengan target produksi
sebesar 6000 ton/bulan.
b. Cycle time yang dihasilkan oleh alat muat yaitu 152,73 detik, sedangkan cycle
time alat angkut yaitu 10.203,01 detik dengan efisiensi kerja alat gali muat
59,42%, sedangkan efisiensi kerja dari alat angkut yaitu 58,5% , dengan faktor
kesarasian MF=1,15.
2. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi dan pengoptimalan
faktor kesersian kerja alat muat dan alat angkut yaitu dengan meningkatkan
efisiensi kerja alat dengan menambahkan jam kerja sebanyak 1 jam, yang
semula bekerja sebanyak 7 jam/hari menjadi bekerja 8 jam/hari. Setelah
dilakukan peningkatan efisiensi kerja maka di dapatlah efisiensi kerja alat muat
yaitu 64,54%, sedangkan efisiensi kerja untuk alat angkut yaitu 63,62%. Setelah
dilakukan peningkatan efisiensi kerja maka produksi yang dihasilkan untuk alat
muat yaitu 6,937.26 ton/bulan dan produksi alat angkut 7,165.50 ton/bulan.

5
2
6.2 Saran
Dari hasil perhitungan dan pengamatan di lapangan maka penulis
memberikan saran sebagai berikut :
1. Perusahaan disarankan untuk menambah jam kerja setidaknya 1 jam
kedalam shift kerja yang sudah ada dengan tujuannya agar tercapainya
target produksi yang disediakan oleh perusahaan.
2. Perusahaan menyediakan atau menambahkan 1 alat muat excavator yang
tujuannya untuk menggantikan bila alat muat yang dipakai rusak agar
produksi tidak berhenti.

5
3
DAFTAR PUSTAKA

Aunuddin. (1989). Statistika: Rancangan dan Analisis Data. Bogor: Institut


Pertanian Bogor Press

Dey, S., Mandal, S.K., Bhar. C. (2017). Analysis of Factors, Which Influence the
Cycle Time of Dumpers of Open Cast Coal Mines to Improve Production.
AMSE JOURNALS-AMSE IIETA publication-2017-Series: Modelling C;
Vol. 78.

Fisonga, M. & mutambo, V. (2017). Optimization of The Fleet Per Shovel


Productivity Insurface Mining: Case Study of Chilanga Cement. Lusaka
Zambia. Cogent Engineering Research Article. 4: 1386852.

Hartman, H. L. (1987). Introductory Mining Engineer. A Wiley-Interscience


Publication. Alabama.

Hawkes, S. J. (2004). The Concept of Density. Journal of Chemical Education


Vol.81 No.1.

Hustrulid, W. & Kuchta, M. (1995). Open Pit Mine Planning and Design :Vol. 1-
Fundamentals. AA Balkema. Netherland

Indonesianto, Y. (2014). Pemindahan Tanah Mekanis. Yogyakarta : Program


Studi Teknik Pertambangan, UPN “Veteran” Yogyakarta.

Pasch, O. & Uludag, S. (2018). Optimization of the Load-and-Haul Operation at


An Opencast Colliery. The Journal of the Southern African Institute of
Mining and Metallurgy Vol. 118.

Patel, B. P. & Prajapati, J. M. (2012). Evaluation of Bucket Capacity, Digging


Force Calculations and Static Force Analysis of Mini Hydraulic Backhoe
Excavator. Machine Design, Vol.4, No.1, ISSN 1821-1259 pp. 59-66.

Peurifoy, R. L., Ledbetter, W. B., (1988), Perencanaan, Peralatan dan Metode


Konstruksi, Jilid 1. Terjemahan Djoko Martono Ir., Constuction Planning
Equipment and Methods, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Prodjosumarto, P. (1995). Pemindahan Tanah Mekanis. Bandung : Jurusan


Teknik Pertambangan, ITB Bandung.

Mohammadi, M., Rai, P. & Gupta, S. (2017). Performance Evaluation of Bucket


based Excavating, Loading and Transport (BELT) Equipment. An OEE
Approach. Archives of Mining Sciences, 62(1)

5
4
Sagar, R. M. & Pranay, R. K. (2015). Comparative Study of Factors Affecting
Productivity and Cycle Time of Different Excavators and Their Bucket
Size. International Journal on Recent and Innovation Trends in Computing
and Communication Volume: 3 Issue: 12.

5
5
LAMPIRAN

5
6
LAMPIRAN A
CURAH HUJAN BULANAN

Besarnya curah hujan pada tahun 2009 - 2019 dapat dilihat dari Tabel
dibawah ini.
Tabel A.1
Data Curah Hujan Bulanan
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
2009 388 123 189 129 60 44 42 44 100 84 116 0
2010 352 139 141 186 77 0 132 147 108 145 169 144
2011 161 126 0 149 118 0 111 0 53 80 130 152
2012 83 127 74 78 830 60 54 230 0 410 480 0
2013 * * * * * * * * * * * *
2014 * * * * * * * * * * * *
2015 255 * 366 202 114 105 49 36 32 28 82 424
2016 465 418 * 399 322 153 155 278 292 216 533 170
2017 241 214 251 215 195 73 174 235 209 229 323 239
2018 205 288 333 100 215 117 70 112 169 205 347 337
2019 351 361 252 300 211 120 48 38 0 69 * *
rata2 277,9 224,5 200,8 195,3 238,0 74,7 92,8 124,4 107,0 162,9 272,5 183,3

CURAH HUJAN RATA - RATA


300.0

250.0

200.0
mm

150.0

100.0

50.0

0.0
Jan Maret Mei Juli Sep- No-
uari tem vem
ber ber

Bulan

Gambar A.1
Grafik Data Curah Hujan Bulanan

57
Dari Gambar diatas, terlihat bahwa pada tahun 2009 - 2019 curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan Januari dan curah hujan terendah pada bulan Juni.
Curah Hujan (CH) rata-rata berdasarkan data curah hujan tahun 2009 -
2019 adalah sebagai berikut :

CH = 277.9+224.5+200.8+195.3+238+74.7+92.8+124.4+107+162.9+272.5+183.3
12

= 179,5 mm/bulan

58
LAMPIRAN B
PETA GEOLOGI KECAMATAN RANTAU PANDAN

5
9
LAMPIRAN C
SPESIFIKASI ALAT MUAT

Spesifikasi Teknis Doosan 500LCV


 Merk : Doosan
 Type 500LCV
 Jenis : Crawler Mounted Fully Hidraulic
 Tahun : 2014
 Berat operasi : 49.900 kg
 Kapasitas mangkok : 2,4 m3
 Panjang boom : 7.060 mm
 Panjang arm : 2.900 mm
 Tenaga (rpm) : 2000 rpm
 Kecepatan swing : 9,1 rpm
 Kecepatan bergerak : 5,5 km/jam
 Panjang keseluruhan : 11.590 mm
 Tinggi keseluruhan : 4.140 mm
 Lebar keseluruhan : 3.900 mm
 Tinggi kabin : 3.350 mm
 Tail swing radius : 3.665 mm
 Ground clearance : 760 mm
 Track shoes width : 600 mm
 Kapasitas tangki bahan bakar : 620 ltr
 Kapasitas tangki oli hydraulic : 265 ltr

60
Gambar Dimensi:

61
LAMPIRAN D
SPESIFIKASI ALAT ANGKUT

Spesifikasi Truck Hino500 CWB340

 Merk : Hino 500


 Type : CWB340
 Kapasitas bahan bakar : 200 L
 Panjang keseluruhan : 7.645 mm
 Lebar keseluruhan : 2.500 mm
 Tinggi keseluruhan : 2.920 mm
 Kapasitas Muatan : 26 Ton
 Jarak antara as roda depan dan as roda belakang : 5.320 mm
 Jarak sumbu roda depan dengan bagian depan : 1.350 mm
 Jarak sumbu roda belakang dengan bagian belakang : 1.500 mm
 Kecepatan maksimal : 98 km/h
 Tenaga penggerak : 336 HP
 Daya Tanjak : tan 76
Gambar Dimensi:

62
LAMPIRAN E
WAKTU EDAR ALAT MUAT

Dari pengamatan di lapangan diperoleh data pengukuran waktu edar


Excavator Doosan 500LVC yang diperlihatkan pada Tabel E.1 di bawah ini :
Tabel E.1
Waktu Edar Excavator Doosan 500LCV
Tm1 Tm2 Tm3 Tm4 Tm5 CTm
No
(detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik)
1 5.47 5.63 4.41 7.31 131.67 154.49
2 8.67 6.46 3.46 4.26 146.34 169.19
3 6.13 4.56 4.78 6.73 139.19 161.39
4 7.04 5.3 3.47 5.58 157.55 178.94
5 5.54 5.71 3.9 4.88 125.49 145.52
6 6.76 3.63 3.73 6.94 113.97 135.03
7 5.74 6.29 4.13 5.56 142.89 164.61
8 5.11 4.21 3.8 5.4 126.63 145.15
9 5.15 3.69 3.6 6.12 132.84 151.4
10 6.01 5.8 4.08 4.32 119.21 139.42
11 6.67 3.54 3.59 4.79 122.98 141.57
12 6.7 5.94 3.39 4.5 144.71 165.24
13 5.31 5.92 3.43 4.44 136.57 155.67
14 6.13 3.74 3.9 6.14 133.6 153.51
15 6.35 4.12 4.2 4.91 97.78 117.36
16 7.79 6.8 3.57 7.08 125.66 150.9
17 5.15 6.34 3.96 7.12 116.67 139.24
18 5.7 3.42 3.61 5.71 130.41 148.85
19 5.87 6.76 3.89 5.49 126.73 148.74
20 7.65 4.15 4.13 6.41 132.5 154.84
21 7.06 5.59 4.25 6.5 138.77 162.17
22 5.01 5.3 3.47 7.2 146.21 167.19
23 7.9 4.06 4.26 5.24 128.83 150.29
24 5.49 5.39 3.93 6.66 123.38 144.85
25 7.69 3.8 4.41 7.69 130.4 153.99
26 5.3 4.07 4.7 7.21 126.99 148.27
27 6.32 5.11 4.95 4.84 127.42 148.64

63
Tm1 Tm2 Tm3 Tm4 Tm5 CTm
No
(detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik)
28 6.95 4.98 4.36 6.45 138.58 161.32
29 5.45 4.65 4.45 6.67 137.6 158.82
30 6.83 4.73 4.48 7.14 142.09 165.27
Mean 6.29 4.98 4.00 5.97 131.45 152.72
Berdasarkan rumus (3.1) diperoleh waktu edar rata-rata Excavator Komatsu
PC400 yang melayani truk FAW FD336DT sebesar 152,72 detik.

64
LAMPIRAN F
WAKTU EDAR ALAT ANGKUT

Dari pengamatan di lapangan diperoleh data pengukuran waktu edar truck


Hino500 CWB340 yang diperlihatkan pada Tabel F.1 di bawah ini :
Tabel F.1
Waktu Edar Truck Hino500 CWB340
Ta1 Ta2 Ta3 Ta4 Ta5 Ta6 Ta7 Ta8 Cta
No
(detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik)
1 139.14 5472.2 0 36.39 58.3 3603.6 76.68 69.44 9455.75
2 121.56 6322.4 0 51.29 56.36 3859.94 67.17 125.09 10603.81
3 117.15 5872.35 0 54.69 37.45 3921.52 79.52 101.35 10184.03
4 116.57 5545.33 0 36.6 51.07 3636.12 0 74.12 9459.81
5 111.26 5681.75 84.72 57.55 42.71 3871.34 0 114.65 9963.98
6 134.25 6458.83 72.29 56.61 44.32 3799.11 64.18 71.6 10701.19
7 119.79 6157.2 86.52 55.96 53.55 3624.43 85.27 132.47 10315.19
8 126.62 5627.45 0 40.11 44.92 3819.53 82.25 126.5 9867.38
9 131.44 6016.18 0 48.38 38.74 4175.4 0 108.91 10519.05
10 133.4 5787.29 0 55.73 49.17 3861.18 0 113.39 10000.16
11 115.75 6571.93 65.88 39.65 36.94 3664.49 0 89.47 10584.11
12 127.89 5503.84 75.5 45.43 53.62 3658.66 69.56 130.84 9665.34
13 129.21 5671.11 80.22 40.52 49.56 3872.76 87.33 134.83 10065.54
14 123.67 6428.29 75.67 48.24 55.83 4052.57 61.74 127.5 10973.51
15 110.38 6217.85 64.3 59.17 46.4 4127.69 0 124.96 10750.75
16 137.06 5910.09 0 47.83 46.97 3693.25 69.67 88.45 9993.32
17 139.81 6438.3 0 39.74 54.54 4072.5 0 79.87 10824.76
18 112.78 6058.97 0 38.21 59.27 3989.7 79.3 75.54 10413.77
19 125.89 6355.9 88.79 55.84 37.22 3753.46 72.94 119.2 10609.24
20 133.51 5545.69 62.84 50.91 43.49 3942.5 78.25 120.58 9977.77
21 124.79 5815.35 71.15 53.2 47.12 3811.73 84.52 108.85 10116.71
22 115.9 6169.94 0 47.8 60.55 4180.38 0 88.67 10663.24
23 130.58 6063.36 0 53.88 58.64 4199.2 0 69.79 10575.45
24 112.93 5759.85 0 37.05 47.09 3926.84 70.73 123.3 10077.79
25 118.68 5698.81 0 41.73 50.75 3786.36 74.35 82.4 9853.08
26 134.2 6007.49 0 44.12 49.56 4143.49 68.19 116.76 10563.81
27 112.19 5668.95 61.39 55.26 48.95 4149.73 82.71 123.81 10302.99

65
Ta1 Ta2 Ta3 Ta4 Ta5 Ta6 Ta7 Ta8 Cta
No
(detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik)
28 129.13 6323.29 78.76 40.92 47.6 3854.4 0 76.87 10550.97
29 119.93 3669.33 74.11 43.95 37.44 3819.83 0 112.7 7877.29
30 114.3 6011.65 87.27 39.23 40.26 4165.5 0 122.4 10580.61
Mean 123.99 5894.37 37.65 47.20 48.28 3901.24 45.15 105.14 10203.01
Berdasarkan rumus (3.2) diperoleh waktu edar rata-rata truk Hino500 CWB340
adalah sebesar 10.203,01 detik.

66
LAMPIRAN G
FAKTOR PENGEMBANGAN MATERIAL

Swell adalah pengembangan volume suatu material setelah digali dari


tempatnya. Pengembangan volume suatu material perlu diketahui karena yang
diperhitungkan pada penggalian selalu didasarkan pada insitu (bank). Sedangkan
material yang ditangani (dimuat untuk diangkut) selalu material yang telah
mengembang (loose).
Data yang diperoleh dari PT.Daya Bara Nusantara, diketahui :
- Loose density = 0.814 ton/m3
- Bank density = 1,1 ton/m3
Oleh karenanya berdasarkan rumus (3.7), maka

Swell Factor =
0.814 ton/m3
Swell Factor = 1,1 ton/m3

= 0,74

67
LAMPIRAN H
BUCKET FILL FACTOR

Tabel H.1
Bucket Fill Factor Excavator Doosan 500LCV

Berat
Muatan Jumlah Densitas Volume Volume
No Pada Alat Curah Loose Nyata Teoritis BFF (%)
Angkut Bucket (ton/m3) (m3) (m3)
(Ton)
1 12 7 0.814 2.1 2.4 87.75%
2 14 7 0.814 2.5 2.4 102.38%
3 12 7 0.814 2.1 2.4 87.75%
4 15 7 0.814 2.6 2.4 109.69%
5 12 7 0.814 2.1 2.4 87.75%
6 14 7 0.814 2.5 2.4 102.38%
7 14 7 0.814 2.5 2.4 102.38%
8 15 7 0.814 2.6 2.4 109.69%
9 14 7 0.814 2.5 2.4 102.38%
10 13 7 0.814 2.3 2.4 95.06%
11 12 7 0.814 2.1 2.4 87.75%
12 13 7 0.814 2.3 2.4 95.06%
13 14 7 0.814 2.5 2.4 102.38%
14 15 7 0.814 2.6 2.4 109.69%
15 14 7 0.814 2.5 2.4 102.38%
16 13 7 0.814 2.3 2.4 95.06%
17 15 7 0.814 2.6 2.4 109.69%
18 12 7 0.814 2.1 2.4 87.75%
19 15 7 0.814 2.6 2.4 109.69%
20 12 7 0.814 2.1 2.4 87.75%
21 14 7 0.814 2.5 2.4 102.38%
22 13 7 0.814 2.3 2.4 95.06%
23 12 7 0.814 2.1 2.4 87.75%
24 13 7 0.814 2.3 2.4 95.06%
No Berat Jumlah Densitas Volume Volume BFF (%)

68
Muatan
Pada Alat Curah Loose Nyata Teoritis
Angkut Bucket (ton/m3) (m3) (m3)
(Ton)
25 12 7 0.814 2.1 2.4 87.75%
26 14 7 0.814 2.5 2.4 102.38%
27 14 7 0.814 2.5 2.4 102.38%
28 12 7 0.814 2.1 2.4 87.75%
29 12 7 0.814 2.1 2.4 87.75%
30 13 7 0.814 2.3 2.4 95.06%
Jumlah 399 210 24.42 70.0 72 2917.69%
Mean 13.3 7 0.814 2.33 2.4 97.26%
Berdasarkan rumus (3.3) diperoleh faktor pengisian bucket rata-rata Excavator
Doosan 500LCV yang melayani truk Hino500 CWB340adalah sebesar 97.26 %.

LAMPIRAN I

69
TARGET PRODUKSI

Kegiatan penambangan batubara dilakukan pada Blok A. Pada Blok A,


kegiatan penambangan Batubara dilakukan dengan kombinasi alat muat 1 unit
Excavator Doosan 500LCV yang melayani 11 unit truk Hino500 CWB340.
Kombinasi ini memiliki target produksi sebesar 6.000 ton/bulan.

LAMPIRAN J

70
GEOMETRI JALAN ANGKUT

Beberapa faktor penunjang dalam pengoperasian peralatan mekanis,


khususnya untuk alat angkut adalah kondisi dimensi jalan yang meliputi lebar,
besarnya tikungan maupun kemiringan dari jalan angkut yang digunakan.
Geometri jalan yang memenuhi syarat adalah bentuk dan ukuran-ukuran dari jalan
tambang itu sesuai dengan tipe (bentuk, ukuran dan spesifikasi) alat angkut yang
dipergunakan dan kodisi medan yang ada sehingga dapat menjamin serta
menunjang segi keamanan dan keselamatan operasi pengangkutan. Adapun faktor-
faktor yang merupakan geometri penting yang akan mempengaruhi keadaan jalan
angkut adalah sebagai berikut :

J.1 Lebar Jalan Angkut Minimum Pada Jalan Lurus

Lebar jalan angkut minimum yang dipakai untuk 2 (dua) jalur pada jalan
lurus dapat dihitung dengan menggunakan rumus (3.9). Berdasarkan spesifikasi
truk Hino500 CWB340 (Lampiran D) mempunyai lebar keseluruhan sebesar 2,5
m, maka lebar jalan angkut minimum untuk 2 (dua) jalur adalah :
Lmin = (n . Wt) + (n + 1)(0,5 x Wt)
= (2 x 2,5) + (2 + 1)(0,5 x 2,5)
= 5 + 3,75 = 8,75 meter
Jadi lebar jalan angkut minimal pada jalan lurus adalah 8,75 meter,
Sedangkan pada pengamatan di lapangan lebar terkecil jalan angkut pada 2 jalur
lurus adalah 8.9 meter, jadi jalan angkut sudah memenuhi syarat.

J.2 Lebar Jalan angkut Minimum Pada Tikungan


Untuk 2 jalur jalan angkut, maka lebar minumum pada tikungan didasarkan
pada lebar atau jarak jejak roda kendaraan, lebar tonjolan atau juntai truck bagian
depan dan belakang pada saat manuver.

71
Alat angkut yang digunakan adalah FAW FD336DT dengan spesifikasi
teknis sebagai berikut :
 Jarak antara As roda depan dan belakang (Wb) = 5,32 meter
 Jerak roda paling luar (U) = 2,10 meter
 Jarak sumbu roda depan dengan bagian depan = 1.350 mm
 Jarak sumbu roda belakang dengan bagian belakang = 1.500 mm
 Radius putaran (R) = 8 meter
 Sudut Penyimpangan roda depan (α) = 35o
 Lebar Juntai Belakang (Fa) = 1.350 mm x Sin 35o
= 774,43 mm
 Lebar Juntai Depan (Fb) = 1.500 mm x Sin 35o
= 860,37 mm
 Jarak antar 2 truck yang bersimpangan (C) = 0,5(U+Fa+Fb)
= 0,5(2.100+774,43+860,37)
= 1867,4 mm
 Jarak sisi luar truck ke tepi jalan (Z) = 1867,4 mm

Jadi, untuk mencari lebar jalan angkut pada tikungan adalah :

W = 2 (U + Fa + Fb + Z) + C
= 2 (21.00 + 774,43 + 860,37 + 1.867,4) + 1867,4
= 13.071,8 mm
= 13,07 Meter

Jadi, lebar jalan angkut seharus nya di lapangan adalah 13,07 meter.
Sedangkan lebar jalan angkut pada tikungan untuk segmen 3 jalur adalah 10.3
meter, jadi lebar jalan angkut pada tikungan segmen tersebut belum memenuhi
syarat sehingga perlu dilakukan pelebaran jalan pada tikungan.

J.3 Kemiringan Jalan Angkut


Grade jalan angkut merupakan suatu faktor penting yang harus diamati
secara detail dalam kajian terhadap kondisi jalan tambang tersebut. Hal ini
dikarenakan kemiringan jalan angkut berhubungan langsung dengan kemampuan
alat angkut, baik dari pengereman maupun dalam mengatasi tanjakan. Dimana

7
2
untuk angka dari beda tinggi antar titik satu dan titik lainnya diambil dari elevasi
kontur peta. Untuk mengetahui beda tinggi dapat digunakan rumus berikut :
Grade (%) = Δh x100%
Δx
Keterangan :
Δh = Beda tinggi antara 2 titik yang diukur (m)
Δx = Jarak antar 2 titik yang diukur (m)
Tabel J.1
Geometri Jalan Angkut
lebar
beda grade lebar
panjang jalan
segmen tinggi jalan jalan grade lebar keterangan
(m) teoritis
(m) (%) (m)
(m)
memenuh
1 71,97 0 0,00 11,2 8,75 memenuhi lurus
i
tidak
2 86,7 13 14,99 11,3 8,75 memenuh memenuhi lurus
i
tidak
tidak
3 48,81 6 12,29 10,3 13,07 memenuh tikungan
memenuhi
i
memenuh
4 153,11 18 11,76 10,7 8,75 memenuhi lurus
i
memenuh
5 71,04 5 7,04 13,7 8,75 memenuhi lurus
i
memenuh
6 69,12 6 8,68 15,4 8,75 memenuhi lurus
i
memenuh
7 84,59 1 1,18 12,9 8,75 memenuhi lurus
i
memenuh
8 48,32 3 6,21 17,3 8,75 memenuhi lurus
i
memenuh
9 120,92 12 9,92 8,9 8,75 memenuhi lurus
i
tidak
10 107,63 17 15,79 13,1 8,75 memenuh memenuhi lurus
i
memenuh
11 95,51 5 5,24 10,9 8,75 memenuhi lurus
i
memenuh
12 81,26 6 7,38 18,2 13,07 memenuhi tikungan
i
memenuh
13 50,22 1 1,99 9,5 8,75 memenuhi lurus
i
memenuh
14 317,14 3 0,95 11,2 8,75 memenuhi lurus
i
memenuh
15 293,85 6 2,04 12,5 8,75 memenuhi lurus
i
memenuh
16 249,15 8 3,21 10,8 8,75 memenuhi lurus
i
memenuh
17 173,62 4 2,30 10,5 8,75 memenuhi lurus
i

7
3
memenuh
18 453,3 3 0,66 12,5 8,75 memenuhi lurus
i

Berdasarkan perhitungan lebar jalan angkut, lebar minimal untuk jalan


lurus adalah sebesar 8,75 m dan untuk lebar minimal jalan angkut pada tikungan
adalah sebesar 13,07 m. Maka, ada beberapa segmen jalan yang tidak memehuni
standar minimum jalan angkut. Untuk lebar jalan lurus yang semua telah
memenuhi standar. Sedangkan segmen yang tidak memenuhi standar lebar jalan
pada tikungan adalah segmen 3. Untuk grade jalan yang tidak memenuhi standar
yaitu pada segmen 2,3 dan 10.

7
4
Gambar J.1
Peta Segmen Jalan Angkut

75
LAMPIRAN K
MATCH FACTOR ALAT GALI MUAT DAN ALAT ANGKUT

Berdasarkan persamaan (3.14), kombinasi kerja antara alat muat dengan alat
angkut di PT. Daya Bara Nusantara Block A adalah sebagai berikut :

1 unit Excavator Doosan 500LCV truk Hino500 CWB340 adalah


Na = 11 unit
Nm = 1 unit
n =7
CTm = 152,73 detik
CTa = 10.203,01 detik

MF = 11 x 7 x 152.73 = 1.15
1 x 10203.01

MF > 1, artinya alat muat bekerja 100 %, sedangkan alat angkut bekerja kurang
dari 100 %, hal ini disebabkan karena produksi alat angkut lebih besar dari pada
produksi alat produksi alat muat.

76
LAMPIRAN L
PERHITUNGAN EFISIENSI WAKTU KERJA
ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT

Efisiensi kerja alat muat dan alat angkut dapat dihitung berdasarkan
pengamatan terhadap waktu kerja sesungguhnya di lapangan. Dari pengamatan
yang dilakukan dapat dipisahkan antara waktu kerja produktif dengan waktu kerja
yang tidak produktif yang keduanya berada di dalam jadwal waktu yang tersedia.
Waktu kerja produktif adalah waktu kerja yang benar-benar digunakan
operator untuk melakukan pekerjaannya, sedangkan waktu kerja tidak produktif
adalah waktu yang tidak digunakan operator untuk melakukan pekerjaannya.
L.1 Jadwal Kerja
Dalam pengaturan kegiatan kerja PT. Daya Bara Nusantara, telah
menetapkan jadwal waktu kerja berdasarkan satu hari kerja.
Tabel L.1
Jadwal Kerja

TOTAL WAKTU
HARI KERJA WAKTU KERJA KETERANGAN
(Jam)
08.00 - 12.00 dan
SENIN 7 Kerja Normal
13.00 - 16.00
08.00 - 12.00 dan
SELASA 7 Kerja Normal
13.00 - 16.00
08.00 - 12.00 dan
RABU 7 Kerja Normal
13.00 - 16.00
08.00 - 12.00 dan
KAMIS 7 Kerja Normal
13.00 - 16.00
08.00 - 12.00 dan
JUMAT 7 Kerja Normal
13.00 - 16.00
08.00 - 12.00 dan
SABTU 7 Kerja Normal
13.00 - 16.00
08.00 - 12.00 dan
MINGGU 7 Kerja Normal
13.00 - 16.00
Jumlah waktu kerja dalam 1 (satu) minggu 49
Dari Tabel diatas jumlah waktu kerja normal rata-rata perhari dalam 1 minggu, yaitu:
7 jam/hari.

77
L.2 Efisiensi Kerja Alat
Efisiensi kerja alat merupakan pebandingan antara waktu yang dipakai
untuk bekerja dengan waktu yang tersedia. Waktu yang dipakai untuk bekerja
merupakan waktu yang tersedia dikurangi dengan hambatan kerja. Hambatan kerja
terdiri dari hambatan yang dapat dihindari (H1-H6) dan hambatan tidak dapat
dihindari (H7-H9) . Hambatan kerja total terdiri atas beberapa faktor, yaitu:
H1 = Keterlambatan awal
H2 = Berhenti bekerja lebih awal
H3 = Memulai istirahat terlalu cepat
H4 = Mengakhiri istirahat terlalu lama
H5 = Keperluan operator
H6 = Persiapan kerja
H7 = Hujan dan pengeringan jalan
H8 = Kerusakan alat
H9 = Pindah lokasi kerja
Data hambatan kerja yang terdiri dari 1 unit Excavator Doosan 500LCV
dan 11 unit truck Hino 500 CWB340, pada PT. Daya Bara Nusantara dapat dilihat
pada Tabel L.2 – Tabel L.5 di bawah ini:

78
Tabel L.2
Data Hambatan Kerja Excavator Doosan 500LCV

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 H9
(menit (menit
(menit) (menit) (menit) (menit) (menit) (menit) (menit)
No ) )
1 10 15 10 15 10 25 90 0 10
2 15 5 0 10 15 10 0 0 0
3 15 15 10 0 5 0 540 60 10
4 10 10 5 0 5 0 150 0 35
5 15 20 10 0 0 20 0 0 5
6 20 0 10 5 0 15 240 0 20
7 10 20 5 5 20 10 0 0 15
8 5 15 10 0 0 15 0 0 0
9 10 0 0 15 25 25 120 120 5
10 20 10 0 10 15 0 0 0 10
11 15 20 5 5 0 10 300 0 5
12 5 5 10 15 20 15 90 0 15
13 10 0 10 5 15 0 0 0 30
14 35 0 5 0 20 25 75 0 10
15 10 10 0 5 15 10 0 0 20
16 5 20 0 15 25 10 0 0 10
17 15 20 5 10 25 15 135 0 0
18 5 15 5 10 5 20 0 60 15
19 15 15 0 15 15 10 0 0 5
20 30 5 5 0 0 25 0 0 15
21 0 20 0 5 0 30 0 0 25
22 10 20 5 15 25 0 120 0 20
23 5 15 10 15 20 10 0 0 0
24 20 10 0 0 20 25 150 0 5
25 15 20 5 5 15 0 0 0 5
26 0 10 10 10 25 15 0 60 20
27 30 0 15 0 5 10 210 0 10
28 10 10 5 10 20 0 0 0 15
29 15 20 10 0 0 20 300 0 20
30 10 20 10 10 25 10 0 0 20
Mea
13.0 12.2 5.8 7 13 12.7 84 10 12.5
n

79
Tabel L.3
Data Hambatan Kerja Truck Hino500 CWB340

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 H9
(menit (menit
(menit) (menit) (menit) (menit) (menit) (menit) (menit)
No ) )
1 10 25 0 5 0 0 105 0 10
2 20 5 0 15 15 0 0 0 5
3 30 5 15 5 10 10 540 0 5
4 0 15 5 25 10 10 120 0 15
5 15 20 5 5 10 10 0 300 0
6 10 0 10 30 20 25 270 0 0
7 25 5 10 0 5 20 0 0 5
8 15 0 5 20 20 15 0 0 0
9 5 20 0 10 0 15 150 0 15
10 10 25 10 0 0 0 0 0 5
11 20 5 10 0 5 30 300 0 5
12 35 15 5 10 0 0 90 0 5
13 25 15 10 5 10 10 0 0 10
14 5 5 15 20 0 0 150 0 15
15 20 10 0 10 15 10 0 0 10
16 0 15 10 0 10 35 0 60 10
17 15 10 0 30 0 10 120 0 0
18 25 0 0 20 10 10 0 0 5
19 10 15 10 0 0 25 0 0 0
20 15 10 15 20 0 10 0 0 0
21 20 20 0 0 5 15 0 0 0
22 25 10 0 15 10 10 105 0 5
23 10 15 5 15 20 10 0 0 5
24 5 0 10 0 5 0 180 0 10
25 25 5 15 15 0 15 0 0 5
26 10 25 0 20 15 0 0 75 15
27 35 10 10 0 10 0 240 0 10
28 15 15 10 0 15 10 0 0 0
29 10 20 0 15 0 10 320 0 10
30 20 10 5 0 15 35 0 0 5
Mea
16.2 11.7 6.3 10.3 7.8 11.7 89.7 14.5 6.2
n
Berdasarkan Tabel L.2 - Tabel L.3 diatas, diperoleh hambatan rata-rata (Mean)
kerja alat muat (Tabel L.4) dan alat angkut (Tabel L.5) adalah sebagai berikut :

80
Tabel L.4
Hambatan Kerja Excavator Doosan 500LCV

Waktu
Hambatan yang dapat dihindari
(menit)
Keterlambatan awal 13.0
Berhenti bekerja lebih awal 12.2
Istirahat terlalu cepat 5.8
Istirahat terlalu lama 7.0
Keperluan operator 13.0
Persiapan Kerja 12.7
Total waktu 63.7
Hambatan yang tidak dapat Waktu
dihindari (menit)
Hujan dan pengeringan jalan 84
Kerusakan alat 10
Pindah lokasi kerja 12.5
Total waktu 106.5

Tabel L.5
Hambatan Kerja Truck Hino500 CWB340
Waktu
Hambatan yang dapat dihindari
(menit)
Keterlambatan awal 16.2
Berhenti bekerja lebih awal 11.7
Istirahat terlalu cepat 6.3
Istirahat terlalu lama 10.3
Keperluan operator 7.8
Persiapan Kerja 11.7
Total waktu 64.0
Hambatan yang tidak dapat Waktu
dihindari (menit)
Hujan dan pengeringan jalan 89.7
Kerusakan alat 14.5
Pindah lokasi kerja 6.2
Total waktu 110.3

1. Efisiensi Kerja Excavator Doosan 500LCV

81
Waktu kerja produktif adalah waktu kerja yang tersedia dalam satu hari
dikurangi jumlah waktu tidak produktif. Berdasarkan data table L.4 diatas, maka:

Wke = Wkt – Wht


= 420 menit – (63.7 + 106.5) menit
= 249.8 menit = 4,16 jam

Sehingga dapat dihitung efisiensi kerja Excavator Doosan 500LCV, yaitu :

Eff = ( Waktu kerja produktif / Waktu kerja yang tersedia ) x 100 %


= ( 4.16 / 7 ) x 100 %
= 59.42 %

2. Efisiensi Kerja Truck Hino 500 CWB340


Waktu kerja produktif adalah waktu kerja yang tersedia dalam satu hari
dikurangi jumlah waktu tidak produktif. Berdasarkan data Tabel L.5 diatas, maka:

Wke = Wkt – Wht


= 420 menit – (64.0 + 110.3) menit
= 245.7 menit = 4.09 jam

Sehingga dapat dihitung efisiensi kerja Truck Hino 500 CWB340, yaitu :

Eff = ( Waktu kerja produktif / Waktu kerja yang tersedia ) x 100 %


= ( 4.09 / 7 ) x 100 %
= 58,5 %

82
LAMPIRAN M
PERHITUNGAN PRODUKSI ALAT MUAT DAN ALAT
ANGKUT

M.1 Produksi Alat Muat


Produksi Excavator Doosan 500LCV adalah sebagai berikut:
CTm = 152.73 detik
Cb = 2,4 m3
Ff = 97,26%
Sf = 0,74
Ek = 59,42 %
Wt = 7 jam/hari
De = 1,1 ton/m3
3600
Qm = x 2,4 x 97,26 % x 0,74 x 59,42 % x 7 x 1,1
152.73
= 186.28 ton/hari
= 5,588.56 ton/bulan
M.2 Produksi Alat Angkut
Berdasarkan persamaan (3.23), perhitungan produksi akutal dilapangan
adalah sebagai berikut :
Produksi alat angkut truck Hino 500 CWB340 adalah sebagai berikut:
CTa = 10,203.01 detik
Cb = 2,4 m3
Ff = 97,26 %
Sf = 0,74
n = 7

83
Na = 11 unit
Ek = 58,5 %
Wt = 7 jam/hari
De = 1,1 ton/m3
3600
Qa = x 2,4 x 97,26 % x 0,74 x 7 x 11 x 58,5 % x 7 x 1,1
10,203.01
= 211.36 ton/hari
= 6,341.76 ton/bulan

Jadi, target produksi oleh alat angkut secara teoritis belum memenuhi target yang
di tetapkan perusahaan, maka dari itu perlu dilakukan beberapa upaya agar target
produksi nya bisa tercapai seperti penambahan jam kerja .

84
LAMPIRAN N
PENINGKATAN EFFISIENSI KERJA

Karena banyaknya waktu hambatan saat ini, mengakibatkan produksi yang


harus dipenuhi tidak tercapai. Upaya untuk meningkatkan efisiensi kerja adalah
dengan menambahkan jam kerja sebanyak 1 jam.

Tabel N.1
Jadwal kerja Setelah Penambahan Waktu Kerja

Sebelum Setelah
HARI KERJA TOTAL WAKTU TOTAL WAKTU KETERANGAN
WAKTU KERJA WAKTU KERJA
(Jam) (Jam)

08.00 - 12.00 dan 08.00 - 12.00 dan


SENIN 7 8 Kerja Normal
13.00 - 16.00 13.00 - 17.00
08.00 - 12.00 dan 08.00 - 12.00 dan
SELASA 7 8 Kerja Normal
13.00 - 16.00 13.00 - 17.00
08.00 - 12.00 dan 08.00 - 12.00 dan
RABU 7 8 Kerja Normal
13.00 - 16.00 13.00 - 17.00
08.00 - 12.00 dan 08.00 - 12.00 dan
KAMIS 7 8 Kerja Normal
13.00 - 16.00 13.00 - 17.00
08.00 - 12.00 dan 08.00 - 12.00 dan
JUMAT 7 8 Kerja Normal
13.00 - 16.00 13.00 - 17.00
08.00 - 12.00 dan 08.00 - 12.00 dan
SABTU 7 8 Kerja Normal
13.00 - 16.00 13.00 - 17.00
08.00 - 12.00 dan 08.00 - 12.00 dan
MINGGU 7 8 Kerja Normal
13.00 - 16.00 13.00 - 17.00
Jumlah waktu kerja dalam 1 (satu) 49 56

1. Efisiensi Kerja Excavator Doosan 500LCV


Waktu kerja produktif adalah waktu kerja yang tersedia dalam satu hari
dikurangi jumlah waktu tidak produktif. Berdasarkan data pada lampiran L table
L.4 diatas, maka:

85
Wke = Wkt – Wht
= 480 menit – (63.7+106.5) menit
= 309.8 menit = 5.16 jam

Sehingga dapat dihitung efisiensi kerja Excavator Doosan 500LCV setelah


peningkatan effisiensi kerja, yaitu :

Eff = ( Waktu kerja produktif / Waktu kerja yang tersedia ) x 100 %


= ( 5.16 / 8 ) x 100 %
= 64,54 %

2. Efisiensi Kerja Truck Hino 500 CWB340


Waktu kerja produktif adalah waktu kerja yang tersedia dalam satu hari
dikurangi jumlah waktu tidak produktif. Berdasarkan data pada lampiran L Tabel
L.5 diatas, maka:

Wke = Wkt – Wht


= 480 menit – (64.0 + 110.3) menit
= 305.7 menit = 5.09 jam

Sehingga dapat dihitung efisiensi kerja Truk Hino 500 CWB340 setelah
peningkatan effisiensi kerja, yaitu :

Eff = ( Waktu kerja produktif / Waktu kerja yang tersedia ) x 100 %


= ( 5.09 / 8 ) x 100 %
= 63,62 %

86
LAMPIRAN O
PERHITUNGAN PRODUKSI ALAT MUAT DAN ALAT
ANGKUT SETELAH PENINGKATAN EFFISIENSI KERJA

Berikut adalah perhitungan produksi alat muat dan alat angkut setelah
mengalami peningkatan efisiensi kerja.

O.1 Produksi Alat Muat


Berdasarkan persamaan (3.22) serta peningkatan efisiensi kerja alat muat,
perhitungan produksi Excavator Doosan 500LCV adalah sebagai berikut:
CTm = 152.73 detik
Cb = 2,4 m3
Ff = 97.26 %
Sf = 0,74
Ek = 64,54 %
Wt = 8 jam/hari
De = 1,1 ton/m3
3600
Qm = x 2,4 x 97.26 % x 0,74 x 64,54 % x 8 x 1,1
152.73
= 231.24 ton/hari
= 6,937.26 ton/bulan
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, terjadi peningkatan produksi alat muat
sebanyak 44.96 ton/hari, dari yang sebelumya adalah sebesar 186.28 ton/hari
menjadi 212,87 ton/hari.

O.2 Produksi Alat Angkut

87
Berdasarkan persamaan (3.23) serta peningkatan efisiensi kerja alat
angkut, perhitungan Produksi alat angkut truk Hino 500 CWB340 adalah sebagai
berikut:
CTa = 10203.01 detik
Cb = 2,4 m3
Ff = 97.26 %
Sf = 0,74
n = 7
Na = 10 unit
Ek = 63,62 %
Wt = 8 jam/hari
De = 1,1 ton/m3
3600
Qa = x 2,4 x 97.26 % x 0,74 x 7 x 10 x 63,62 % x 8 x 1,1
10,203.01
= 238,85 ton/hari
= 7,165.5 ton/bulan
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, setelah dilakukan peningkatan effisiensi
kerja dan penambahan jumlah alat angkut terjadi peningkatan produksi alat angkut
sebanyak 27.49 ton/hari, dari yang sebelumya adalah sebesar 211.36 ton/hari
menjadi 238.85 ton/hari dan target produksi yang telah ditetapkan perusahaan
dapat terpenuhi.

88
89
LAMPIRAN P
MATCH FACTOR SETELAH PENGURANGAN ALAT
ANGKUT

Match Factor merupakan keserasian kerja antara alat gali muat dengan alat
angkut. Nilai keserasian kerja setiap rangkaian kerja peralatan mekanis yang
digunakan ditentukan berdasarkan data cycle time dan jumlah peralatan mekanis
yang dipakai dalam setiap rangkaian kerja tersebut. Keserasian kerja alat muat dan
alat angkut dapat diketahui dengan menggunakan rumus Match Factor yaitu :

MF = ] x 100 %
Keterangan :
Na : Jumlah alat angkut, unit
CTm : Waktu pemuatan satu bak alat angkut, detik
Nm : Jumlah alat gali muat, unit
CTa : cycle time alat angkut, detik
n : Jumlah curah bucket alat gali muat
Berdasarkan data hasil perhitungan cycle time alat dan jumlah alat yang
digunakan saat ini, maka nilai Match Factor nya adalah:
Na = 10 unit
Nm = 1 unit
Cta = 10,203.01 detik
n =7
Ctm = 152,73 detik
Ctm = 7 x 152,73 detik = 1,069.11 Detik
10 x( 1,069.11)
≈1
MF = = 1 x (10,203.01) =1,04

Karena nilai MF = 1, Berarti keserasian kerja sempurna, kerjaalat gali


muat dan alat angkut 100%.

90

Anda mungkin juga menyukai