Anda di halaman 1dari 15

JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi)

JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) - Journal of Exploration Geophysics - is a double-


blind peer-reviewed journal managed and published by Geophysical Engineering
Department, Engineering Faculty, Universitas Lampung. JGE is published
periodically (three times a year) in March, July, and November. JGE is available
for free (open access) to all readers. The articles in JGE include developments and
research in Geophysical Exploration and Earth Science (theoretical studies,
experiments, and their applications).

Person in Charge
Head of Geophysical Engineering Department
Engineering Faculty
Universitas Lampung

Editor in Chief
Ir. Rahmat Catur Wibowo, S.T., M.Eng., IPM.

Editorial Advisory Board


Prof. Dr. Andri Dian Nugraha, M.Si., Geophysical Engineering, ITB, INA
Dr. Ir. Nandi Haerudin, M.Si. IPM, Geophysical Engineering, Universitas Lampung, INA
Dr. Ir. Ahmad Zaenudin, M.T., Geophysical Engineering, Universitas Lampung, INA
Dr. Asep Harja, Geophysics, Universitas Padjajaran, INA
Dr. Eng. Agus Setyawan, M.Si., Physics, Universitas Diponegoro, INA
Dr. Ir. D. Hendra Amijaya, M.T., IPM, Geological Engineering, UGM, INA
Indra Arifianto, S.T., M.Eng., Computational Earthquake Seismology, KAUST, SA
Juan Pandu G.N. Rochman, S.Si., M.T., Geophysical Engineering, ITS, INA

Editorial Member
Sandri Erfani, S.Si., M.Eng., Geophysical Engineering, Universitas Lampung, INA
I B Suananda Yogi, S.T., M.T., Geophysical Engineering, Universitas Lampung, INA
Isti Nur Kumalsari, S.T., M.T., Geophysical Engineering, Universitas Lampung, INA
Istifani Ferucha, S.T., Geophysical Engineering, ITB, INA

Postal Address
Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas Teknik Universitas Lampung
Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung
Telp. (0724)704947 Fax. (0721)704947
Email: jge.tgu@eng.unila.ac.id
Website: https://jge.eng.unila.ac.id/index.php/geoph
JGE Peer-Reviewer
Prof. Dr. Ir. Hendarmawan, M.Sc., Universitas Padjajaran, Indonesia
Prof. Suharso, P.hD., Universitas Lampung, Indonesia
Prof. Dr. Ir. Binarko Santoso, R&D Centre for Mineral and Coal Technology, Indonesia
Prof. Dr. Drs. Sismanto, M.Si., Universitas Gadjah Mada, Indonesia
Prof. Sri Widyantoro, M.Sc., P.hD., Institut Teknologi Bandung, Indonesia
Prof. Adi Susilo, Universitas Brawijaya, Indonesia
Prof. Ir. Lambok Hutasoit, M.Sc., P.hD., Institut Teknologi Bandung, Indonesia
Prof. Dr. Supriyadi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
M. Yusuf Nur Khakim, Ph.D., Universitas Sriwijaya, Indonesia
Dr. Muksin Umar, Universitas Syiah Kuala, Indonesia
Dr. Tedi Yudistira, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
Dr.Eng. Supriyanto Suparno, M.Sc., Universitas Indonesia, Indonesia
Dr.Eng. Imam Achmad Sadisun, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
Dr.Eng. Suryantini, M.Sc., Institut Teknologi Bandung, Indonesia
Dr. Maman Hermana, Universiti Teknologi Petronas, Malaysia
Dr. S.S. Rita Susilawati, Coal and Geothermal Mineral Resources Center, Indonesia
Dr. Sri Hidayati, Volcanology, Mitigation and Geological Disasters Center, Indonesia
Dr. Eko Januari Wahyudi, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
Dr.Eng. Asep Saepuloh, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
Dr.rer.nat. Wiwit Suryanto, S.Si., M.Si., Universitas Gadjah Mada, Indonesia
Dr. Arif Ismul Hadi, M.Si., Universitas Bengkulu, Indonesia
Dr. Eng. Yunus Daud, Dipl.Geotherm.Tech., M.Sc., Universitas Indonesia, Indonesia
Dr. Syukri Surbakti, Universitas Syiah Kuala, Indonesia
Ir. Dida Kusnida, M.Sc., R&D Centre for Marine Geology, Indonesia
Imam Setiadi, S.Si., M.T., R&D Centre for Marine Geology, Indonesia
Drs. Eddy Supriyana, M.Si., Universitas Padjajaran, Indonesia
Herning Dyah Kusuma W., M.Eng., Institut Teknologi Nasional Yogyakarta, Indonesia
Rahmadi Hidayat, S.T., M.Eng., University of Wollongong, Australia
Tri Winarno, S.T., M.Eng., Universitas Diponegoro, Indonesia
M. Haris Miftakhul Fajar, S.T., M.Eng., Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Indonesia
M. Firman Gazhali, S.Pd., M.T., Universitas Lampung, Indonesia
Normansyah, S.Si., M.Si., PT. PHE ONWJ, Indonesia
Ruhul Firdaus, S.T., M.T., Institut Teknologi Sumatera, Indonesia
Rian Amukti, S.Si., M.Sc., LIPI, Indonesia
Volume 09, Issue 02, July 2023 p-ISSN: 2356-1599
e-ISSN: 2685-6182

JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi)

TABLE OF CONTENTS

101 Potensi Sumberdaya Batugamping Sebagai Bahan Baku Semen di


Kecamatan Junjung Sirih, Y. Siregar, P. Anzani, G. Pebrisa, A. Deliana

111 Mikrofasies dan Diagenesis Anggota Batugamping Formasi Kuantan di


Ngalau Basurek, Sumatera Barat, Indonesia, A.J. Widiatama, R.N.
Hendrawan, S.R. Siahaan

122 Penentuan Peringkat dan Pengaruh Karakteristik Batubara Terhadap Nilai


Kalori, E.R. Ogara, A. Fadhilah, A. Ilham

131 Identifikasi Lapisan Akuifer Wilayah Aceh Besar Berdasarkan Korelasi Data
Electrical Logging dan Cutting, P. Nabilah, Z. Masrurah, Ikhlas, R.R. Putra

142 Identifikasi Struktur Lapisan Tanah Pada Lahan Gambut Dengan Metode
Resistivitas Konfigurasi Wenner-Schlumberger, E. Sapina, L. Handayani, J.
Pebralia

150 Identifikasi Struktur Iliran High Sumatera Selatan Berdasarkan Analisa


Anomali Gravity, M. Sarkowi, M. Yusuf, S. Minardi
JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi)
Vol. 09 No. 02, Juli 2023 (111-121) https://doi.org/ 10.23960/jge.v9i2.267

MIKROFASIES DAN DIAGENESIS ANGGOTA BATUGAMPING


FORMASI KUANTAN DI NGALAU BASUREK, SUMATERA
BARAT, INDONESIA

MICROFACIES AND DIAGENESIS, LIMESTONE MEMBERS OF


THE KUANTAN FORMATION IN NGALAU BASUREK, WEST
SUMATERA, INDONESIA

Angga Jati Widiatama1*, Rezki Naufan Hendrawan2, Sonya Rejeki Siahaan3


1Teknik Geologi, Institut Teknologi Sumatera; Jl. Terusan Ryacudu, Desa Way Hui, Jati Agung,
Lampung Selatan, Lampung 35365
2Kelompok Keilmuan Sedimentologi, Stratigrafi, Geodinamik, dan Paleontologi, Institut

Teknologi Sumatera; Jl. Terusan Ryacudu, Desa Way Hui, Jati Agung, Lampung Selatan, Lampung
35365
3Pusat Riset dan Inovasi Teknologi Kebumian dan Mineral, Institut Teknologi Sumatera; Jl.

Terusan Ryacudu, Desa Way Hui, Jati Agung, Lampung Selatan, Lampung 35365

Received: 2023, January 13th Abstrak. Fomasi Kuantan merupakan batuan tertua pada terrane
Accepted: 2023, June 9th Sumatra Barat yang tersingkap di Ngalau Basurek, Sijunjung, Sumatra
Barat. Penelitian tentang batugamping Formasi Kuantan masih relatif
Keywords: sedikit sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Kuantan Formation; karakteristik mikrofasies dan diagenesis batugamping Formasi
Microfacies; Kuantan. Penelitian dilakukan dengan membuat lintasan geologi
Ngalau Basurek; disepanjang Goa Ngalau Basurek. Deskripsi petrografi digunakan
West Sumatra. untuk menentukan mikrofasies, zona fasies, dan diagenesis
batugamping. Formasi Kuantan di Ngalau Basurek menunjukkan
memiliki empat mikrofasies yaitu mudstone, coated bioclastic
grainstone, peloid grainstone, dan batugamping kristalin yang
Corespondent Email:
dikelompokkan ke dalam standar mikro fasies 11. Lingkungan
angga.widiatama@gl.itera.ac.id
pengendapan Formasi Kuantan berada pada carbonate platform
margin sand shoal (FZ 6). Terdapat dua lingkungan diagenesis dari
batugamping Formasi Kuantan yaitu lingkungan burial-marine yang
How to cite this article: ditandai dengan mikrit yang mengalami neomorfisme menjadi sparit
dan lingkungan meteoric vadose-phreatic yang ditandai dengan semen
Widiatama, A.J., Hendrawan, tipe blocky dan drusy yang mengisi rekahan pada batugamping.
R.N., & Siahaan, S.R. (2023). Lingkungan burial terjadi saat umur Karbon hingga Permian
Mikrofasies dan Diagenesis sedangkan lingkungan meteoric terjadi pada umur Trias hingga
Anggota Batugamping Formasi Kuarter.
Kuantan di Ngalau Basurek,
Sumatera Barat, Indonesia. Abstract. The Kuantan Formation is the oldest rock in the West
Jurnal Geofisika Eksplorasi, Sumatran terrane exposed in the Basurek Ngalau, Sijunjung, West
09(02), 111-121. Sumatra. Research on the limestones of the Kuantan Formation is still

111
Mikrofasies dan Diagenesis Anggota Batugamping Formasi Kuantan Widiatama et al

limited, this study aims to determine the characteristics of the


microfacies and diagenesis of the limestones of the Kuantan Formation.
The research was carried out by making a geological traves along the
Ngalau Basurek Cave. Petrographic description is used to determine the
microfacies, facies zones, and diagenesis of limestones. The Kuantan
Formation in Ngalau Basurek shows four microfacies; mudstone, coated
bioclastic grainstone, peloid grainstone, and crystalline limestone which
are grouped into standard micro facies 11. The depositional environment
of the Kuantan Formation is on a carbonate platform margin sand shoal
(FZ 6). There are two diagenetic environments of the limestones of the
Kuantan Formation, burial-marine environment characterized by
micrite which undergoes neomorphism to become sparing and the
© 2023 JGE (Jurnal Geofisika
meteoric vadose-phreatic environment characterized by blocky and
Eksplorasi). This article is an open-
access article distributed under the drusy type cement which fills the fractures in the limestone. The burial
terms and conditions of the Creative environment occurs during the Carboniferous to Permian ages while the
Commons Attribution (CC BY NC) meteoric environment occurs from the Triassic to Quaternary.

1. PENDAHULUAN tersingkap di Terrane Sumatra Barat


Sumatra Barat saat ini sedang (Silitonga & Kastowo, 1995; Barber dkk.,
mengembangkan geopark sebagai salah satu 2005; Barber & Crow, 2009) yang dapat
program unggulan nasional yang bertujuan dijumpai disepanjang Bukit Barisan dari
untuk meningkatkan daya tarik wisatawan Padangsidempuan hingga Padang. Terdapat
dan diharapkan mampu memutar dua penelitian anggota batugamping
perekonomian masyarakat melalui wisata Formasi Kuantan yang dilakukan di Bukit
alam. Salah satu geopark yang ada di Tinggi oleh Vachard (1989a, dalam Fontaine
Sumatra Barat adalah Geopark Silokek yang & Gafoer, 1989) dan di Bukit Tigapuluh
ditetapkan sebagai geopark nasional pada (Vachard, 1989b, dalam Fontaine & Gafoer,
tanggal 30 November 2018 (Azhar dkk., 1989) namun belum ada penelitian tentang
2021). Di Geopark Silokek terdapat geosite karakteristik anggota batugamping Formasi
Ngalau Basurek (Goa Basurek) yang Kuantan di sekitar Kabupaten Sijunjung,
merupakan goa karst hasil dari pelarutan khususnya di Ngalau Basurek.
batugamping anggota Formasi Kuantan
(Gambar 1). Dalam mewujudkan geopark 2. TINJAUAN PUSTAKA
yang ideal diperlukan pengetahuan sejarah Daerah penelitian yang berada di Ngalau
geologi sebagai pendukung geosite sehingga Basurek terletak pada fisiografi lajur Bukit
wisatawan mampu memperoleh informasi Barisan. Fisiografi ini terdiri dari
geologi yang menjelasakan fenomena pegunungan yang dipengaruhi oleh sesar
kebumian yang ada. Masih minimnya besar Sumatra sehingga menyingkap batuan
penelitian mengenai anggota batugamping batuan berumur tua (Silitonga & Kastowo,
Formasi Kuantan di Sumatra Barat 1995). Pulau Sumatra terbentuk dari
khususnya situs kebumian Ngalau Basurek tabrakan tiga terrane, yaitu terrane
menyebabkan terbatasanya informasi Sibumasu, terrane Sumatra Barat, dan
geologi dan keunikan batugamping secara terrane Woyla yang mengalami amalgamasi
sejarah pembentukan dan proses pada zaman Permian dan Kapur Akhir
penyingkapannya oleh karena itu penelitian (Barber & Crow, 2009). Batuan berumur
ini bertujuan untuk mengetahui Paleozoikum dikelompokkan kedalam
karakteristik batugamping saat terbentuk Kelompok Tapanuli (Barber & Crow, 2009)
dan sejarah pengangkatannya. salah satunya adalah Formasi Kuantan yang
Di Sumatra Barat tersingkap batuan tersusun dominan oleh kuarsit dan batupasir
tertua Pulau Sumatra (Kelompok Tapanuli) kuarsa, dengan perselingan serpih yang
yang berumur Karbon-Permian. Fomasi umumnya mengalami metamorfisme
Kuantan merupakan batuan tertua yang

112
JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) 09 (02) 2023, 111-121

menjadi batu sabak serta filit, dan anggota Eoendothyranopsis dan Archaediscus yang
batugamping (Silitonga & Kastowo, 1995). menandai umur Visean atau Karbon Tengah
Anggota batugamping Formasi Kuantan (Fontaine & Gafoer, 1989) Umur Visean
yang dijumpai di Jambi terdiri dari (Karbon Tengah) dikonfirmasi dengan
batugamping berwarna putih, abu-abu, penemuan fosil konodon Gnathodus girtyi
hingga kemerahan, setempat dapat dijumpai rhodesi (Metcalfe, 2013).
lensa rijang dan sisipan lapisan kuarsit dan Batugamping Formasi Kuantan
batulanau. Anggota batugamping Formasi tersingkap di sepanjang sungai Kuantan
Kuantan di Bukittinggi terdiri dari mengandung koloni koral tabular
batugamping dengan bioklas berupa alga Syringopora, fasciculate Tetracorallia
serta butiran karbonat berupa oolit dan Siphenodendron dan alga Koninckopora
pisolit yang ditafsirkan terbentuk pada inflata, yang mengindikasikan umur Visean
lingkungan intratidal hingga supratidal (Vachard, 1989b, dalam Fontaine & Gafoer,
(Vachard, 1989a, dalam Fontaine & Gafoer, 1989). Keberadaan batugamping dengan
1989). Silitonga & Kastowo (1995) koloni koral dan lapisan alga
menafsirkan batugamping Formasi Kuantan mengindikasikan lingkungan pengendapan
memiliki umur antara Karbon Awal hingga pada laut dangkal, perairan yang hangat
Permian tengah. Singkapan batugamping di yang beriklim sub-tropis hingga tropis
Sungai Agam diantara jalan Bukit Tinggi- (Vachard, 1989b, dalam Fontaine & Gafoer,
Pekanbaru dijumpai alga Koninckopora dan 1989).
foraminifera berupa Paleotextularia,

Gambar 1. Lokasi penelitian berada di wilayah Geopark Nasional Ranah Minang Silokek serta secara
regional masuk dalam Formasi Kuantan.

3. METODE PENELITIAN Sumatra Barat sepanjang 100 m (Gambar


Pengambilan data lapangan dilakukan 2). Terdapat lima belas titik pengamatan dan
dengan membuat lintasan geologi di Ngalau dikumpulkan sebanyak empat belas sampel
Basurek, Kabupaten Sijunjung, Provinsi batuan yang digunakan untuk membuat

113
Mikrofasies dan Diagenesis Anggota Batugamping Formasi Kuantan Widiatama et al

sayatan tipis batuan/petrografi. Preparasi klasifikasi Flügel dan Munnecke (2010).


dan pengamatan petrografi dilakukan di Penentuan lingkungan pengendapan
Laboratorium Petrologi dan Petrografi batugamping menggunakan klasifikasi zona
Institut Teknologi Sumatera. Klasifikasi fasies batugamping menurut Wilson (1975)
batugamping menggunakan klasifikasi sedangkan klasifikasi lingkungan dan ciri
Dunham (1962) serta determinasi dan diagenesis menggunakan model dari
pengelompokan fasies mikro standar Choquette dan Pray (1970) serta model
(Standart micro facies/SMF) menggunakan diagenesis dari Longman (1980).

Gambar 2. Lintasan geologi di Ngalau Basurek.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN dan Gambar 4c) ditunjukkan dengan


Berdasarkan observasi lapangan yang batugamping dengan komponen peloid,
telah dilakukan dapat diketahui bahwa pisoid, dan bioklastika dari foraminifera
batugamping Formasi Kuantan di Ngalau yang telah mengalami kristalisasi sehingga
Basurek memiliki karakteristik antara lain: membentuk semen sparit bergeometri block-
drusy-granular dan overgrowth. Mudstone
4.1. Fasies mikro (Gambar 3d dan Gambar 4d) menunjukkan
Pada daerah penelitian dijumpai empat karakteristik neomorfisme membentuk
jenis batugamping, yaitu: (a) Batugamping mikrosparit dan sparit akibat proses
kristalin, (b) Peloid grainstone, (c) Coated diagenesis sehingga tekstur aslinya tidak
bioclastic grainstone, dan (d) Mudstone teridentifikasi.
(Tabel 1).
Batugamping kristalin (Gambar 3a dan 4.2. Standart Micro Facies (SMF)
Gambar 4a) terbentuk akibat neomorfisme Terdapat dua SMF yang dapat
ataupun rekristalisasi. Pada satuan diidentifikasi dari batugamping di daerah
batugamping tekstur awal batugamping penelitian yaitu peloid grainstone dan coated
sudah tidak bisa teridentifikasi. Coated bioclastic grainstone yang dikelompokkan
bioclastic grainstone (Gambar 3b dan kedalam SMF 11.
Gambar 4b) ditunjukkan dengan bioklastika
yang menyusun tidak dapat teridentifikasi 4.3. Zona fasies
dengan jelas (namun diperkirakan SMF 11 merupakan penciri zona fasies 5
merupakan foraminifera) karena telah atau berada pada lingkungan platform
mengalami penggantian dan terisinya margin reef dan zona fasies 6 atau platform
rongga pada bioklas dengan kristal kalsit margin sand shoal (Flügel & Munnecke,
berbentuk blocky, drusy, isopachous, 2010). Komponen dominan dari
overgrowth. Peloid grainstone (Gambar 3c batugamping Formasi Kuantan di daerah

114
JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) 09 (02) 2023, 111-121

penelitian adalah butiran karbonat yang pada lingkungan dengan salinitas normal
memiliki karakteristik mayoritas bioklastika dan terkena gelombang secara konstan dan
terselimuti lapisan mikrit atau mengalami berada diantara storm wave base hingga fair
mikritisasi (Gambar 4b dan 4c), bentuk weather wave base (Flügel & Munnecke,
butiran yang membundar, peloid terbentuk 2010; Purkis dkk., 2019; Michel dkk., 2019).

Tabel 1. Karakteristik anggota batugamping Formasi Kuantan di Ngalau Basurek.

Nomor Sampel Nama Batuan SMF FZ Fitur Diagenesis Lingkungan Diagenesis


Batugamping Semen blocky-drusy,
22/SRS/01 - - Meteoric vadose
kristalin neomorfisme, stylolites,
Batugamping Semen blocky-drusy,
22/SRS/02 - - Meteoric vadose
kristalin neomorfisme, stylolites,
Batugamping Semen blocky-drusy,
22/SRS/03 - - Meteoric vadose
kristalin neomorfisme, stylolites,
Coated bioclastic Semen overgrowth, Meteoric vadose-
22/SRS/04 11 6
grainstone blocky, drusy phreatic, burial
Semen overgrowth, Meteoric vadose-
22/SRS/05 Peloid grainstone 11 6
blocky, drusy phreatic, burial
Coated bioclastic Semen overgrowth, Meteoric vadose-
22/SRS/06 11 6
grainstone blocky, drusy phreatic, burial
Semen blocky-drusy- Meteoric vadose-
22/SRS/07 Peloid grainstone 11 6
granular, neomorfisme phreatic, burial
Semen blocky-drusy- Meteoric vadose-
22/SRS/08 Peloid grainstone 11 6
granular, neomorfisme phreatic, burial
Batugamping Semen blocky-drusy, Meteoric vadose-
22/SRS/10 11 6
kristalin neomorfisme, stylolites, phreatic, burial
Coated bioclastic Semen isopachous,
22/SRS/11 11 6 Marine vadose-phreatic
grainstone stylolites,
Semen blocky-drusy- Meteoric vadose-
22/SRS/12 Mudstone - -
granular, neomorfisme phreatic, burial
Semen granular, Meteoric vadose-
22/SRS/13 Mudstone - -
neomorfisme phreatic, burial
Batugamping Semen blocky-drusy- Meteoric vadose-
22/SRS/14 - -
kristalin granular, neomorfisme phreatic, burial
Semen blocky- drusy, Meteoric vadose-
22/SRS/15 Mudstone - -
neomorfisme phreatic, burial

Berdasarkan karakteristik fisiknya maka proses neomorfisme (Gambar 5a). Menurut


batugamping Formasi Kuantan ditafsirkan Folk (1959) nemorfisme merupakan hasil
terbentuk pada zona fasies 6 atau platform perubahan dari komponen asal penyusun
margin sand shoal. Pembentukan selimut batugamping menjadi kristal kalsit berupa
mikrit pada tepi luar peloid disebabkan oleh microsparite atau sparite. Mudstone
proses mikritisasi yang disebabkan oleh menunjukkan neomorfisme yang
mikroorganisme penggali (microborers) ditunjukkan dengan pembentukan
yang umum hidup pada lingkungan laut mikrosparit. Proses neomorfisme yang
dangkal hingga paparan (Flügel & Munnecke, merubah mikrit menjadi kristal kalsit
2010). Model pengendapan batugamping menunjukkan proses diagenesis pada
Formasi Kuantan di Ngalau Basurek lingkungan meteorik yang dipengaruhi oleh
ditunjukkan oleh Gambar 6. fluida bersalinitas rendah akibat
tersingkapnya batugamping ke permukaan
4.4. Diagenesis (Flügel & Munnecke, 2010). Kehadiran
Batugamping kristalin yang dijumpai di semen berjenis granular dan isopachous
daerah penelitian merupakan hasil dari (Gambar 4a) pada intergranular maupun

115
Mikrofasies dan Diagenesis Anggota Batugamping Formasi Kuantan Widiatama et al

intergranular menjadi penciri lingkungan menandai lingkungan diagenesis meteoric


diagenesis burial-marine sedangkan semen phreatic (Flügel & Munnecke, 2010; Larsen &
blocky dan drusy menjadi penciri lingkungan Chilingarian, 2010). Dijumpainya stylolites
diagenesis meteoric (Flügel & Munnecke, beramplitudo tinggi (Gambar 5b)
2010; Larsen & Chilingarian, 2010; Higgins mengindikasikan proses kompaksi pada
dkk., 2018). batugamping dan atau kompaksi kimiawi.
Rekahan yang ada pada sampel mudstone, Hal tersebut dapat disebabkan oleh proses
peloid grainstone, dan coated bioclastic terisi pemendaman (burial) ataupun akibat
oleh mineral kalsit yang berbentuk blocky tektonik (Choquette & Pray, 1970; Larsen &
dan drusy (Gambar 5c). Bentuk tersebut Chilingarian, 2010).

Gambar 3. Foto singkapan batugamping Formasi Kuantan di Ngalau Basurek, (a) Batugamping kristalin
titik 22/SRS/01, (b) Coated bioclastic grainstone dengan ornamen hasil pelarutan pada batugamping titik
22/SRS/04, (c) Peloid grainstone pada titik 22/SRS/07, dan (d) Pelarutan pada batugamping Mudstone
yang menciptakan rongga (titik 22/SRS/12).

5. DISKUSI yang menyatakan batugamping Formasi


Penelitian ini menunjukkan bahwa Kuantan terendapkan pada lingkungan
anggota batugamping Formasi Kuantan tropis pada terrane Cathaysia. Jika
terdiri dari empat jenis batugamping yang dihubungkan dengan Vachard (1989a, dalam
terendapkan pada lingkungan carbonate Fontaine & Gafoer, 1989) maka lingkungan
platform sand shoal (FZ 6). Hal tersebut agak pengendapan batugamping Formasi
berbeda dari Vachard (1989a, dalam Kuantan di Ngalau Basurek relatif lebih
Fontaine & Gafoer, 1989) yang menyatakan kearah laut terbuka. Hal ini serupa dengan
bahwa anggota batugamping Formasi pembentukan carbonate platform yang
Kuantan terendapkan pada zona pasang menjadi batas Cathaysia seperti Mobarak
surut. Walaupun begitu hasil penelitian ini carbonate platform di Iran (Bayet dkk.,
mendukung intepretasi dari Hutchison 2023), Indian margin plate di Pakistan
(1994; 2014) serta Metcalfe (2013; 2017) (Wadood dkk., 2022). Diagenesis burial

116
JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) 09 (02) 2023, 111-121

ditandai dengan neomorfisme yang terjadi sehingga berada di sebelah selatan dari
pada batugamping yang menyebabkan Terrane Sibumasu yang telah mengalami
mikrit berubah menjadi sparit (Larsen & amalgamasi dengan Terrane Cathaysia pada
Chilingarian, 2010). zaman Devon (Barber dkk., 2005; Barber &
Pada Trias terjadi perubahan pemekaran Crow, 2009). Hadirnya sesar mendatar besar
Lempeng Samudra Mesotethys (Domeier & (Shear zone) mampu menyebabkan
Torsvik, 2014) yang memicu terbentuknya terjadinya magmatisme yang membentuk
sesar mendatar menganan pada Terrane pluton di sepanjang bidang sesar (Allen &
Cathayasia yang menyebabkan Allen, 2013; Hennig dkk., 2017) sehingga
terbentuknya Medial Sumatra Tectonic Zone membentuk satuan granit Trias (Silitonga &
(MSTZ) yang aktif hingga Kapur Awal Kastowo, 1995) menyebabkan
sehingga menyebabkan Terrane Cathaysia pengangkatan pada anggota batugamping
terbagi menjadi dua menjadi Terrane Malaya Formasi Kuantan yang ditandai dengan
Timur dan Terrane Sumatra Barat (Barber pembentukan kekar yang selanjutnya terisi
dkk., 2005; Barber & Crow, 2009). Terrane oleh mineral kalsit pada lingkungan
Sumatra Barat bergerak relatif kearah barat diagenesis meteoric (Gambar 4a).

Pel.

K
Pel.

Bioklas

Bioklas

Gambar 4. Foto mikroskopis nikol sejajar batugamping Formasi Kuantan di Ngalau Basurek (a)
Batugamping kristalin lokasi 22/SRS/01 (K=Kalasit), (b) Peloid grainstone (Pel.) lokasi 22/SRS/05, (c)
Coated bioclastic grainstone lokasi 22/SRS/06, dan (d) Mudstone lokasi 12/SRS/12.

Pada Kapur Akhir terjadi kolisi secara Tektonik Pulau Sumatra mengalami fase
diakronus Terrane Sumatra Barat dan ekstensional sehingga membentuk cekungan
Terrane Woyla (Barber, 2000; Zahirovic dkk., sedimen (Pulonggono dkk., 1992). Pada
2014; Advokaat dkk., 2018) yang umur Eosen, subduksi lempeng Indo-
menyebabkan batugamping mengalami Australia dibawah Sundaland secara oblique
pengangkatan dan tersingkap di permukaan mulai aktif dan membentuk sesar besar
sehingga membentuk kekar yang terisi Sumatra yang berakibat pembentukan horst
mineral kuarsa berbentuk kristal blocky dan dan half graben (Fernandez dkk., 2016).
drusy yang memotong kekar berurat kalsit Batugamping Formasi Kuantan di Ngalau
yang berumur relatif lebih tua (Gambar 5c). Basurek ditafsirkan terangkat menjadi horst

117
Mikrofasies dan Diagenesis Anggota Batugamping Formasi Kuantan Widiatama et al

atau batuan alas yang terangkat sedangkan meteoric vadose (Gambar 5d). Selama Kapur
bagian graben akan diisi oleh sedimen hingga Kuarter peristiwa pengangkatan
berumur Paleosen hingga Miosen seperti menyebabkan pembentukan goa dan
Formasi Brani, Formasi Sangkarewang, dan ornamen goa (Gambar 2). Hubungan antara
Formasi Ombilin (Koesoemadinata & lingkungan diagenesis anggota batugamping
Matasak, 1981; Koning, 1985; Noeradi dkk., Formasi Kuantan di Ngalau Basurek dan
2005; Husein dkk., 2018). Pengangkatan ini peristiwa tektonik Cekungan Ombilin
menyebabkan batugamping tersingkap yang ditunjukkan dengan Gambar 7.
ditunjukkan dengan lingkungan diagenesis

Styl.
K
K

Bioklas

K
Bioklas
Pel.
K

Gambar 5. Foto mikroskopis nikol sejajar batugamping Formasi Kuantan di Ngalau Basurek (a)
Batugamping kristalin (K) lokasi 22/SRS/14 terbentuk akibat neomorfisme pada mudstone yang
merubah mikrit menjadi mikrosparit, (b) Stylolites (Styl.) beramplitudo tinggi lokasi 22/SRS/10, (c)
Rekahan terisi kalsit berbentuk blocky dan drusy yang saling potong memotong lokasi 22/SRS/03, dan
(d) Coated bioclastic grainstone lokasi 22/SRS/11.

Gambar 6. Lingkungan pengendapan batugamping Formasi Kuantan di Ngalau Basurek berdasarkan


model dari Wilson (1975).

118
JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) 09 (02) 2023, 111-121

Gambar 7. Hubungan diagenesis anggota batugamping Formasi Kuantan dengan stratigrafi regional
(Silitongan & Kastowo, 1995; Koesoemadinata & Matasak, 1981; Barber dkk., 2005).

6. KESIMPULAN didapatkan variasi lingkungan


Berdasarkan penelitian yang dilakukan pengendapan karbonat.
dapat disimpulkan bahwa:
a. Anggota batugamping Formasi Kuantan UCAPAN TERIMA KASIH
di Ngalau Basurek terdiri dari empat jenis Penulis mengucapkan terima kasih
batugamping yaitu mudstone, coated kepada pihak-pihak terkait yang telah
bioclastic grainstone, peloid grainstone, memberi dukungan terhadap penelitian ini
dan batugamping kristalin yang antara lain Pengelola Geopark Ranah
dikelompokkan dalam SMF 11 Minang, Laboratorium Petrologi ITERA, dan
b. Anggota batugamping Formasi Kuantan juga Kelompok Riset Woyla yang telah
terendapkan pada lingkungan carbonate membantu diskusi dan pengerjaan
platform margin and shoal (FZ 6). manuskrip tulisan ini.
c. Terdapat dua lingkungan diagenesis dari
anggota batugamping Formasi Kuantan DAFTAR PUSTAKA
yaitu lingkungan burial-marine yang Advokaat, E.L., Bongers, M.L., Rudyawan, A.,
ditandai dengan mikrit yang mengalami BouDagher-Fadel, M.K., Langereis, C.G. & van
Hinsbergen, D.J. (2018). Early Cretaceous
neomorfisme menjadi sparit dan
Origin of The Woyla Arc (Sumatra, Indonesia)
lingkungan meteoric vadose-phreatic on the Australian Plate. Earth and Planetary
yang ditandai dengan semen tipe blocky Science Letters, 498, pp.348-361.
dan drusy yang mengisi rekahan pada (doi:10.1016/j.epsl.2018.07.001).
batugamping. Lingkungan burial terjadi Allen, P.A. & Allen, J.R. (2013). Basin Analysis:
saat umur Karbon hingga Permian Principles and Application to Petroleum Play
sedangkan lingkungan meteoric terjadi Assessment. John Wiley and Sons. (ISBN: 978-
pada umur Trias hingga Kuarter. 0-470-67377-5).
d. Diperlukan penelitian Formasi Kuantan Azhar, Z., Anis, A., Putra, H.S. & Juneldi, J. (2021).
dalam skala yang lebih luas agar Analysis of Community Participation on

119
Mikrofasies dan Diagenesis Anggota Batugamping Formasi Kuantan Widiatama et al

Sustainable Development Planning of Complex, Sulawesi, Indonesia. Tectonophysics,


Geopark Silokek Tourism at Sijunjung 712, pp.600-622. (doi:
Regency. In Sixth Padang International 10.1016/j.tecto.2017.06.025).
Conference on Economics Education, Higgins, J.A., Blättler, C.L., Lundstrom, E.A.,
Economics, Business and Management, Santiago-Ramos, D.P., Akhtar, A.A., Ahm, A.C.,
Accounting and Entrepreneurship (PICEEBA Bialik, O., Holmden, C., Bradbury, H., Murray,
2020) (pp. 201-205). Atlantis Press. S.T. & Swart, P.K. (2018). Mineralogy, Early
Barber, A.J. (2000). The Origin of The Woyla Marine Diagenesis, and The Chemistry of
Terranes in Sumatra and The Late Mesozoic Shallow-Water Carbonate Sediments.
Evolution of The Sundaland Margin. Journal of Geochimica et Cosmochimica Acta, 220,
Asian Earth Sciences, 18(6), pp.713-738. pp.512-534.
(DOI:10.1016/S1367-9120(00)00024-9). Husein, S., Barianto, D.H., Novian, M.I., Putra, A.F.,
Barber, A.J. & Crow, M.J. (2009). Structure of Saputra, R., Rusdiyantara, M.A. & Nugroho, W.
Sumatra and Its Implications for The Tectonic (2018). Perspektif Baru Dalam Evolusi
Assembly of Southeast Asia and The Cekungan Ombilin Sumatera Barat:
Destruction of Paleotethys. Island Arc, 18(1), Proceedings Seminar Nasional Kebumian Ke-
pp.3-20. doi: 10.1111/j.1440- 11 Universitas Gadjah Mada.
1738.2008.00631.x Hutchison, C.S. (1994). Gondwana and
Barber, A.J., Crow, M.J. & De Smet, M.E.M. (2005). Cathaysian Blocks, Palaeotethys Sutures and
Tectonic Evolution. Geological Society, Cenozoic tectonics in South-east Asia. In
London, Memoirs, 31(1), pp.234-259. (DOI: Active Continental Margins—Present and
https://doi.org/10.1144/GSL.MEM.2005.031 Past (pp. 388-405). Springer, Berlin,
.01.14). Heidelberg.
Bayet, G, A., Sharafi, M., Hasanlou, M. & Daraei, M. Hutchison, C.S. (2014). Tectonic Evolution of
(2023). Reconstruction of Tournaisian-Viséan Southeast Asia. Bulletin of the Geological
Tectonic and Climatically Induced Event Society of Malaysia, 60.
Histories of The Mobarak Carbonate Platform Koesoemadinata, R.P. & Matasak, T. (1981).
Along Depositional Strike in The Northeastern Stratigraphy and Sedimentation: Ombilin
Margin of Gondwana: Constraints from High- Basin, Central Sumatra (West Sumatra
Resolution Cycle and Sequence Stratigraphy. Province). Indonesian Petroleum Association
Marine and Petroleum Geology, p.106356. Annual Convention 10th, pp 217-249.
Choquette, P.W. & Pray, L.C. (1970). Geologic Koning, T. (1985). Petroleum Geology of The
Nomenclature and Classification of Porosity in Ombilin Intermontane Basin, West Sumatra.
Sedimentary Carbonates. AAPG Bulletin, Indonesian Petroleum Association Annual
54(2), pp.207-250. Convention 14th, pp 117-137.
Domeier, M. & Torsvik, T.H. (2014). Plate Larsen, G. & Chilingarian, G.V. (2010). Diagenesis
Tectonics in The Late Paleozoic. Geoscience in Sediments and Sedimentary Rocks, Volume
Frontiers, 5(3), pp.303-350. 2. Newnes.
Dunham, R. (1962). Classification of Carbonate Longman, M.W. (1980). Carbonate Diagenetic
Rocks According to Depositional Texture. Textures from Nearsurface Diagenetic
American Association of Petroleum Geologists Environments. AAPG Bulletin, 64(4), pp.461-
Memoir, 1, pp.108-121. 487.
Fernandez, D., Philippon, M. & von Hagke, C. Metcalfe, I. (2013). Gondwana Dispersion and
(2016). Structure and Kinematics of The Asian Accretion: Tectonic and
Sumatran Fault System in North Sumatra Palaeogeographic Evolution of Eastern
(Indonesia). Tectonophysics, 693, pp.453-464. Tethys. Journal of Asian Earth Sciences, 66,
Flügel, E. & Munnecke, A. (2010). Microfacies of pp.1-33.
Carbonate Rocks: Analysis, Interpretation and Metcalfe, I. (2017). Tectonic Evolution of
Application. Springer Vol. 976, p. 2004. Berlin. Sundaland. Bulletin of the Geological Society of
Folk, R.L. (1959). Practical Petrographic Malaysia, 63, pp.27-60.
Classification of Limestones. AAPG Bulletin, Michel, J., Laugié, M., Pohl, A., Lanteaume, C.,
43(1), pp.1-38. Masse, J.P., Donnadieu, Y. & Borgomano, J.
Hennig, J., Hall, R., Forster, M.A., Kohn, B.P. & (2019). Marine Carbonate Factories: A Global
Lister, G.S. (2017). Rapid Cooling and Model of Carbonate Platform Distribution.
Exhumation as A Consequence of Extension International Journal of Earth Sciences, 108,
And Crustal Thinning: Inferences From The pp.1773-1792.
Late Miocene to Pliocene Palu Metamorphic

120
JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) 09 (02) 2023, 111-121

Noeradi, D., Djuhaeni, & Simanjuntak, B. (2005). Environments. CCOP Technical Papers, 19.
Rift Play in Ombilin Basin Outcrop, West United Nations, Bangkok, 31-40.
Sumatra. In the 13th Annual Convention Vachard, D. (1989b). A Rich Algal Microflora from
Proceeding of Indonesian Petroleum the Lower Permian of Jambi Province. In:
Association, p.39-51. Fontaine, H. & Gafoer, S. (1989). The Pre-
Pulunggono, A., Haryo, A., & Kosuma, C.G. (1992). Tertiary Fossils of Sumatra and Their
Pre-Tertiary and Tertiary Fault Systems as A Environments. CCOP Technical Papers, 19.
Framework of The South Sumatra Basin: A United Nations, Bangkok, 59-69.
Study of SAR-Maps, Jakarta. Proceedings Wadood, B., Khan, S. & Li, H. (2022). Middle
Indonesian Petroleum Association 21st Annual Permian Mixed Siliciclastic‐Carbonate System
Convention. on the Northwestern Margin of the Indian
Purkis, S.J., Harris, P. & Cavalcante, G. (2019). Plate, Pakistan: Implications for Paleoclimate
Controls of Depositional Facies Patterns on A and Carbonate Platform Evolution. Acta
Modern Carbonate Platform: Insight from Geologica Sinica, English Edition, 96(1),
Hydrodynamic Modeling. The Depositional pp.321-336.
Record, 5(3), pp.421-437. Wilson, J.L. (1975). The Lower Carboniferous
Silitonga, P.H. & Kastowo, D. (1995). Geological Waulsortian Facies in Carbonate Facies in
Map of the Solok Quadrangle (5/VIII), Sumatra, Geologic History (pp. 148-168). Springer, New
Scale 1: 250000. Geological Survey of York, NY.
Indonesia, Ministry of Mines, Bandung. Zahirovic, S., Seton, M. & Müller, R.D. (2014). The
Vachard, D. (1989a). Microfossils and Microfacies Cretaceous and Cenozoic Tectonic Evolution
of The Lower Carboniferous Limestones. In: of Southeast Asia. Solid Earth, 5(1), pp.227-
Fontaine, H. & Gafoer, S. (1989). The Pre- 273.
Tertiary Fossils of Sumatra and Their Click or tap here to enter text.

121

Anda mungkin juga menyukai