Oleh :
KUKUH SEPRI HANDYARKO
H1F007035
DiajukanOleh :
KUKUH SEPRIHANDYARKO
H11007035
persyaratan
Diajukanuntukmemenuhi gelarsarjanateknikpada
memperoleh
ProgramStudiTeknikGeologi,JurusanTeknik,FakultasSainsdanTeknik,
UniversitasJenderalSoedirman,Purwokerto.
PenbtgLfr Pembimbingll
,/
di4/ &-*&
MochammadAziz. S.T..M.T. Adi Candra. S.T..M.T.
NrP. 19720202200501100r I[IP. 1980030620081210
l2tml
BAB I
PENDAHULUAN
berapi yang terdapat di Pulau Jawa. Gunung ini berada di perbatasan Kabupaten
Provinsi Jawa Tengah, dan merupakan yang tertinggi di Jawa Tengah serta kedua
tertinggi di Pulau Jawa. Gunung ini terletak pada posisi 7o14’30" LS dan
109o12’30" BT, Kawah IV merupakan kawah terakhir yang masih aktif sampai
sekarang, dan terakhir aktif hingga pada level SIAGA medio pertengahan 2009.
Jawa. Retakan pada lempeng membuka jalur lava ke permukaan. Catatan letusan
diketahui sejak abad ke-19. Gunung ini aktif dan sering mengalami erupsi skala
kecil. Aktivitas terakhir adalah pada bulan Mei 2009 dan sampai Juni masih terus
mengeluarkan lava pijar. Sebelumnya Gunung Slamet tercatat meletus pada tahun
1999.
dapat dibagi menjadi tiga periode kegiatan, yaitu G. Slamet Tua, G. Slamet
Menengah, dan G. Slamet Muda. Pada G. Slamet Tua terdapat beberapa bekas
kecil ke barat laut. Secara keseluruhan Gunung Slamet masih memiliki kegiatan
1
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
kawah pusat, aktivitasnya masih berlangsung yaitu berupa hembusan solfatara,
di dua tempat yang berbeda, yakni di lereng utara, Guci, dan di lereng selatan,
Baturraden. Pada dua daerah ini terdapat manifestasi beberapa mata air panas.
Meskipun dua daerah ini telah dijadikan tempat wisata, namun belum dilakukan
eksplorasi lanjut mengenai sistem geotermal di kedua daerah ini. Hal yang
menarik adalah pada daerah Baturraden yang terletak di lereng bagian selatan
terdapat sinter travertin dalam dimensi yang luas, sementara di lereng utara
hampir tidak ditemukan sinter travertin. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
Maksud penelitian yang ingin dicapai oleh penulis yaitu untuk memenuhi
syarat kelulusan Sarjana strata satu pada Program Studi Teknik Geologi, Fakultas
2
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
1.3. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan mulai dilaksanakan pada bulan Oktober 2013. Lokasi
sKala 1:100.000 (Djuri, dkk., 1996). Daerah penelitian meliputi Desa Ketenger,
Desa Melung, Desa Kemutug Lor, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah.
Daerah penelitian memiliki luas 5 x 5 Km2 yang terletak pada posisi geografis
3
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
4
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
Gambar 1.1. Lokasi dan Peta Topografi Daerah Penelitian tugas akhir (Peta
Administrasi Jawa tengah)
endapan sinter travertin yang muncul di mata air panas Pancuran 3 dan Pancuran
7, Baturraden.
5
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
a) Menambah informasi seputar geologi dan karakteristik geologi
6
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
BAB II
GEOLOGI REGIONAL
enam satuan (Gambar 2.1 ), yaitu Satuan Gunungapi Kuarter, Dataran Aluvial
fisiografi diatas, daerah penelitian termasuk ke dalam Zona Depresi Jawa Tengah
(Van Bemmelen, 1949) yang mana daerah ini didominasi oleh bentukan
morfologi perbukitan. Daerah Jawa Tengah terbentuk oleh dua pegunungan, yaitu
sebelah barat dan Pegunungan Kendeng di sebelah timur serta Pegunungan Serayu
Selatan yang merupakan terusan dari Depresi Bandung di Jawa Barat. Menurut
Van Bemmelen (1949), lebar Jawa bagian tengah secara fisiografi lebih sempit
7
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
Gambar 2.1. Zona Fisiografi Jawa Tengah menurut van Bemmelen (1949) yang
telah dimodifikasi
Pulau Jawa memiliki sifat fisiografi yang khas, dan hal ini disebabkan
karena beberapa keadaan. Satu di antaranya adalah iklim tropis, disamping itu
jalur orogenesa dengan banyak vulkanisme yang kuat. Karena kekuatan inilah
dengan panjangnya pulau, dari tepi satu ke tepi yang lainnya. Sifat relief yang
Curah hujan yang besar dan temperatur yang tinggi menyebabkan pelapukan
8
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
yang cepat dan intensif, juga denudasi, gejala yang mengikuti adalah erosi
Gambar 2.2 Sketsa Fisografi Jawa menurut van Bemmmelen, (1949) dan
Citraan Landsat (SRTM NASA, 2004)
9
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
lebar antara 30-50 km. Pada bagian barat berupa volkan (Gunung Slamet) dan
komplek Dieng (Gunung Perahu dan sebagainya) dan Gunung Ungaran. Garis
batas dengan Zone Bogor (Jawa Barat) merupakan garis lurus Prupuk-Bumiayu-
Ajibarang dan berhubungan dengan Kendeng Ridge di Jawa Timur. Antara bagian
utara dan selatan Serayu Range terdapat depresi memanjang yang dinamakan
depresi yang sebagian diisi oleh gunungapi muda Sindoro dan Sumbing, yang
terdiri atas Gunung Slamet Tua, Gunung Slamet Muda, dan Gunung Slamet
terdiri atas leleran lava andesit dan endapan piroklastik yang telah mengalami
ubahan hydrothermal, dan kelompok endapan Gunung Slamet Muda yang terdiri
atas leleran lava basaltik dan piroklastik jatuhan yang tidak terubah. Kelompok
Slamet Tua diwakili oleh lava Mingkrik, lelerannya tersingkap terbatas di bagian
barat kawah Gunung Slamet, satuan batuan ini adalah pembentukan tubuh Slamet
Tua, ditindih oleh produk Slamet Muda yang diwakili oleh leleran lava andesit
piroksin. Sektor barat laut dari tubuh gunung api ini telah mengalami deformasi
10
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
Guci pada lereng barat laut (Sutawidjaja 1985). Batuan volkanik Slamet
timur laut-utara dan sebagian kecil ke barat laut. Antara batuan volkanik Slamet
Muda dengan Slamet Tua dibagian utara dan Slamet Menengah dibagian selatan
dibatasi oleh system sesar yang membuka kea rah timur, yang disebabkan oleh
Kastowo dan Suwarna (1996) dan Condon dkk. (1996). Batuan tertua pada daerah
penelitian adalah Formasi Pemali. Diatas Formasi Pemali secara berurutan ke atas
lingkungan darat pada Kala Plistosen Akhir. Setelah itu diendapkan produk
volkanik Gunung Slamet Muda dan endapan alluvial pada lingkungan darat pada
Kala Holosen.
1. Formasi Pemali
Formasi tersusun atas napal globigerina berwarna abu-abu muda dan abu-
batupasir kasar. Umur dari Formasi Pemali adalah Miosen awal. Tebal
11
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
2. Formasi Rambatan
atas terdiri dari batupasir gampingan berwarna abu-abu muda sampai biru
3. Formasi Halang
batial atas (Kastowo dan Suwarna, 1996). Umur Formasi Halang adalah
cm.
4. Formasi Kumbang
Terdiri dari breksi, lava andesit, tuf, di beberapa tempat breksi batuapung
dan tuf pasiran (Djuri dkk.,1996). Terdapat juga aliran lava andesit dan
basalt (Condon dkk., 1996) menyatakan umur formasi ini Miosen Tengah-
12
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
system kipas bawah laut (upper fan) yang dipengaruhi oleh kegiatan
5. Formasi Tapak
(Djuri dkk., 1996). Anggota Breksi Formasi Tapak terdiri dari breksi
6. Formasi Kalibiuk
7. Formasi Kaliglagah
beberapa tempat lignit setebal 10-100 cm (Djuri dkk., 1996). Pada bagian
8. Formasi Ligung
13
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
Tersusun atas aglomerat andesit, breksi, dan tuf berwarna abu-abu di
9. Formasi Mengger
Tersusun atas tufa abu-abu muda dan batupasir tufan dengan sisipan
konglomerat dan lapisan tipis magnetit. Pada formasi ini juga ditemukan
Tersusun atas breksi gunung api, tuf, dan lahar-lahar yang berasal dari
14
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
Gambar 2.3 Korelasi satuan Peta menurut Asikin, (1992)
2.4. Struktur Geologi Regional
perkembangan tektonik pulau Jawa dapat dipelajari dari pola-pola struktur geologi
dari waktu ke waktu. Struktur geologi yang ada di pulau Jawa memiliki pola-pola
yang teratur. Secara geologi pulau Jawa merupakan suatu komplek sejarah
regime yang berbeda-beda dari waktu ke waktu. Secara umum, ada tiga arah pola
umum struktur yaitu arah Timur Laut-Barat Daya (NE-SW) yang disebut pola
Meratus, arah Utara-Selatan (N-S) atau pola Sunda dan arah Timur-Barat (E-W).
Perubahan jalur penunjaman berumur kapur yang berarah Timur Laut-Barat Daya
sekarang telah menghasilkan tatanan geologi Tersier di Pulau Jawa yang sangat
dapat terlihat pada unsur struktur Pulau Jawa dan daerah sekitarnya.
15
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
Gambar 2.4. Perkembangan Tektonik Jawa menurut Sujanto dan
Sumantri, (1977)
dengan pola Meratus. Pola Meratus di bagian barat terekspresikan pada Sesar
dan juga tercermin dari pola konfigurasi Tinggian Karimun Jawa, Tinggian
terekspresikan di bagian timur. Pola struktur dengan arah Meratus ini merupaka
1994) terbentuk pada 80 sampai 53 juta tahun yang lalu (Kapur Akhir-Eosen
Awal).
Arah yang kedua adalah pola struktur yang dijabarkan oleh sesar-sesar
yang berarah utara-selatan. Arah ini diwakili oleh sesar-sesar yang membatasi
Cekungan Asri, Cekungan Sunda, dan Cekungan Arjuna. Pola ini disebut dengan
Pola Sunda. Pola Sunda terbentuk sekitar 53 sampai 32 juta tahun yang lalu
regangan.
Arah yang ketiga adalah arah barat-timur yang umumnya dominan berada
di dataran Pulau Jawa dan dinamakan dengan Pola Jawa. Pola Jawa terbentuk
sejak 32 juta tahun yang lalu. Pola Jawa di bagian barat diwakili oleh sesar-sesar
naik seperti sesar Beribis dan sesar-sesar dalam Cekungan Bogor (Van
16
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
tampak pola dari sesar-sesar yang terdapat pada zona Serayu Utara dan Serayu
Selatan. Di bagian Timur ditunjukkan oleh arah Sesar Pegunungan Kendeng yang
Gambar 2.5. Pola struktur geologi Pulau Jawa menurut Van Bemmelen, (1949)
dalam Pulunggono dan Martodjojo, (1994)
merupakan pola yang paling tua. Sesar-sesar yang termasuk dalam pola ini
berumur Kapur sampai Paleosen dan tersebar dalam jalur Tinggian Karimun Jawa
menerus melalui Karang Sambung hingga di daerah Cimandiri Jawa Barat. Sesar
17
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
ini teraktifkan kembali oleh aktivitas tektonik yang lebih muda. Pola Sunda lebih
muda dari pola Meratus. Data seismik menunjukkan Pola Sunda telah
mengaktifkan kembali sesar-sesar yang berpola Meratus pada Eosen Akhir hingga
Oligosen Akhir. Pola Jawa menunjukkan pola termuda dan mengaktifkan kembali
seluruh pola yang telah ada sebelumnya (Pulunggono, 1994). Data seismik
menunjukkan bahwa pola sesar naik dengan arah barat-timur masih aktif hingga
sekarang.
Fakta lain yang harus dipahami ialah bahwa akibat dari pola struktur dan
Cekungan Jawa Utara bagian barat dan Cekungan Jawa Utara bagian timur yang
terpisahkan oleh tinggian Karimun Jawa. Kelompok cekungan Jawa Utara bagian
Kemudian selama tersier pola ini bergeser sehingga zona penunjaman ini berada
di sebelah selatan Pulau Jawa.Pada pola ini struktur yang terbentuk berarah timur-
18
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
gaya utama kompresi utara-selatan. Gaya ini membentuk pola sesar geser (oblique
wrench fault) dengan arah baratlaut-tenggara, yang kurang lebih searah dengan
pola struktur naik dan lipatan dengan arah timur-barat yang dapat dikenali di Zona
Kendeng.
Volkanisme
Posisi pulau Jawa dalam kerangka tektonik terletak pada batas aktif
terletak pada jarak kedalaman 100 km di selatan hingga 400 km di utara zona
Pegunungan Selatan.
gunungapi aktif.
19
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
dari titik pengamatan terhadap suatu objek yang jelas dan dapat diketahui di peta
Metode ini sesuai dengan daerah terbuka dengan ciri bentang alam yang
sudah dikenali dan lokasi pengamatan yang relatif berjauhan. Pada tahap
penelitian lapangan ini didukung dengan alat-alat lapangan yaitu : peta geologi
daerah penelitian, palu geologi, kompas, GPS, plastik sampel, HCL dan air,
kamera, komparator, papan clipboard, tas dan meteran. Pada tahap penelitian
20
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
ini berupa pengambilan contoh batuan yang selanjutnya akan dilakukan penelitian
penting untuk memperoleh data yang akan digunakan untuk menguji hipotesis dan
batuan karbonat kimiawi hasil pengendapan air panas bertipe bikarbonat (Renaut
dan Jones, 2000 dalam Sant’Anna dkk., 2004). Rumus kimia pembentukan
Sinter travertin terbentuk oleh air yang kaya akan CO2 atau air bikarbonat
(HCO3). Air ini bereaksi dengan Ca yang terlarut dari batuan, sehingga
dalam jarak aliran yang dekat, baik secara lateral maupun vertikal. Tekstur
internal yang beragam ini diakibatkan dari banyak faktor, yakni posisi sumber
mata air panas, topografi daerah yang berkaitan, aktivitas organisme dan kondisi
air permukaan (Özkul, dkk., 2002). Tujuan dari studi khusus ini terbatas, yaitu
21
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
dari litofasies-litofasies yang terendapkan seperti yang dilakukan Özkul, dkk.
lithoclast, tufa dan litofasies micritic. Özkul, dkk., (2002) membagi litofasies
menjadi crystalline crust, shrub, pisolith, raft, reed, pebbly, lithoclast, palaeosol
dan litofasies.
Peralatan Lapangan
adalah:
program antara lain MapInfo 7.5, Global Mapper 1, dan Corel Draw
X4.
22
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
d. Palu geologi, meliputi palu batuan beku dan palu batuan sedimen
diamati.
g. Alat tulis (buku catatan lapangan, pensil, pensil warna, busur derajat,
lapangan.
Peralatan Laboratorium
adalah:
d. Oven.
23
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
f. Mikroskop binokuler.
h. Kamera.
adalah:
a. Penyayat batuan.
dalam penelitian ini, maka dilakukan beberapa tahapan sistematis dan terencana
24
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh Gambaran umum
struktur regional dari Asikin (1974) dan struktur regional Jawa dari Jurnal
geologi.
yang dimaksud adalah peta topografi dari daerah yang akan dipetakan
dengan skala 1:25.000. Peta ini dibuat dengan cara melay out dengan
menggunkan program Map Info 7.5 dengan luas 25 km2. Lokasi pemetaan
peta lintasan dan lokasi pengamatan, peta geomorfologi, peta geologi serta
25
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
peta potensi sumberdaya dan bencana geologi dengan menggunakan Corel
Draw X4.
pengamatan dan perkiraan waktu dalam setiap lokasi agar menjadi lebih
tahap penelitian lapangan. Tahap penelitian lapangan ini dibagi menjadi dua
metode pengambilan data yaitu pengambilan data dengan cara pencatatan data
lapangan dan pengambilan data lapangan dengan alat. Pengambilan data dengan
cara pencatatan data lapangan direkam dengan tulisan dalam buku catatan
lapangan, baik data yang dilihat secara langsung maupun data yang diperoleh
26
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
geologi. Terlebih dahulu persiapkan peralatan lapangan yang dibutuhkan seperti
3. Mengamati dan mengambil data geomorfologi dan sifat fisik batuan yang
4. Menentukan dan mengukur strike dan dip lapisan batuan serta unsur-
bahan galian dan potensi bencana yang ada pada daerah penelitian.
kenampakan makroskopis batuan pada sayatan tipis yang meliputi jenis, tekstur,
27
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
Gambar 3.1. Klasifikasi batuan piroklastik dan epiklastik menurut Schmid (1981)
28
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
Gambar 3.2. Klasifikasi batupasir dan batulempung menurut Pettijohn (1975)
dengan modifikasi
Pettijohn (1975), mengklasifikasi batupasir berdasarkan presentase tiga
besar butir dan tempat terbentuknya, batuan beku vulkanik adalah batuan beku
yang memiliki ukuran kristal kurang dari 1mm dan hadirnya massa dasar.
Sedangkan batuan beku yang memiliki ukuran kristal lebih dari 1mm adalah
Batuan beku vulkanik adalah batuan beku yang terbentuk di atas atau di
memiliki fenokris kuarsa dan feldspar alkali bersama dengan plagioklas asam dan
sedikit biotit. Jika dalam batuan tersebut fenokris plagioklas asam lebih banyak
daripada feldspar alkali maka batuan tersebut adalah Rhyolit, begitu sebaliknya
jika kehadiran fenokris feldspar alkali lebih banyak dari pada plagioklas asam
disertai oleh biotit dan piroksen. Basalt adalah batuan vulkanik basa yang
mineral mafic dalam mineral. Indeks warna 10% yaitu Granodiorit, Adamelit dan
Granit. Indeks warna 10% - 40% diwakili oleh Diorit, Monzonit dan Syenit.
29
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
Batuan beku basa dengan indeks warna 40% - 70% yaitu Gabro dan Diabas.
Gabro memiliki tekstur ofitik yaitu plagioklas dilingkupi oleh piroksen sedangkan
plagioklas tumbuh menyebar. Batuan beku ultrabasa dengan indeks warna lebih
dari 70%, yaitu Dunit dan Peridotit. Dunit adalah batuan beku ultrabasa yang
tersusun dari mineral olivin, sedangkan Peridotit adalah batuan beku ultrabasa
Tahap ini meliputi analisa dalam pembagian satuan bentang alam pada
(Brahmantyo, B., dan Bandono, 2006). Pada prinsipnya klasifikasi BMB adalah
didasarkan pada gejala-gejala geologis, baik diamati melalui peta topografi, foto
eksogen (pegunungan karst, dataran sungai dan danau, dataran pantai, delta,
dan laut, gurun, dan glasial), yang kemudian dibagi ke dalam satuan bentuk
adalah lembah dan dataran yang bisa dibentuk baik oleh proses endogen
30
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
c) Pembagian lembah dan bukit adalah batas atau titik belok dari bentuk
gelombang sinusoidal ideal. Di alam, batas lembah dicirikan oleh tekuk lereng
alluvial.
d) Penamaan satuan paling sedikit mengikuti prinsip tiga kata, atau paling
banyak empat kata bila ada kekhususan; terdiri dari bentuk/ geometri/
dsb.
Tabel 3.1. Klasifikasi Bentuk Muka Bumi (BMB) untuk peta geomorfologi 1:25.000
menurut Brahmantyo dan Bandono, (2006)
31
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
Pola pengaliran sangat mudah dikenal dari peta topografi atau foto udara.
Pola pengaliran berhubungan erat dengan jenis batuan, struktur geologi, kondisi
erosi dan sejarah bentuk bumi. Howard (1967) dalam Van Zuidam (1985) yang
ditunjukkan pada Gambar 3.3 dengan penjelasannya pada table 3.1 membagi pola
pengaliran menjadi dua, yaitu pola pengaliran dasar dan pola pengaliran
modifikasi. Pola dasar merupakan pola yang terbaca dan dapat di pisahkan dengan
pola lain. Pola pengaliran modifikasi ialah pola dengan memperlihatkan ciri pola
32
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
Gambar 3.3. Tipe pola pengaliran dasar menurut Howard, (1967) dalam Van
Zuidam, R.A. (1985)
Tabel 3.2. Pola pengaliran sungai menurut Howard, (1967) dalam Van Zuidam,
R.A. (1985)
Pola
Pengaliran Karakteristik
Dasar
pohon rindang.
33
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
Batuan sedimen yang memiliki kemiringan perlapisan
satuan batuan didasarkan pada satuan litostratigrafi tidak resmi, yaitu penamaan
satuan batuan didasarkan pada ciri fisik batuan yang dapat diamati di lapangan
meliputi jenis batuan, keseragaman gejala litologi dan posisi stratigrafinya (Sandi
34
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
Stratigrafi Indonesia, pasal 15). Sedangkan penentuan batas penyebaran satuannya
harus memenuhi persyaratan Sandi Stratigrafi Indonesia (1996) pasal 17, yaitu :
tersebut.
sandi.
tersebut, kontak antar satuan batuan atau sentuh stratigrafi dapat bersifat
oleh pengangkatan.
35
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
Diasterm, yaitu siklus sedimentasi tidak menerus, disebabkan oleh
dilakukan secara megaskopis yang meliputi warna batuan baik warna segar
pembentukan struktur geologi daerah penelitian. Dengan foto udara maupun citra
daerah penelitian. Pola struktur yang didapatkan dari analisis ini dibantu dengan
sekunder (kekar dan sesar) yang diperoleh dari pengukuran di lapangan. Data
Secara teoritis, hasil interpretasi struktur dapat pula didukung oleh ciri-ciri
dari pensesaran mendatar yang besar dapat membentuk struktur penyerta dan juga
teori permodelan sesar berdasarkan Moody dan Hill (1959, dalam Sukendar
Asikin,1977) yang dapat dilihat pada Gambar 3.4. Disamping itu, kedudukan atau
letak regional daerah penelitian yang berada di Pulau jawa juga dapat didukung
36
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
dengan menggunakan teori simple shear menurut Harding (1973) yang dapat
Gambar 3.4. Pemodelan sesar berdasarkan Moody dan Hill (1959), dalam
Sukendar Asikin, (1977)
37
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
Gambar 3.5. Model Simple Shear menurut Harding (1973)
lapangan juga didukung dari teori klasifikasi sesar menurut Rickard, (1972) dalam
Haryanto, (2003).
Gambar 3.6. Diagram klasifikasi sesar menurut Rickard (1972) dalam Haryanto,
(2003)
38
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
Analisis sejarah geologi bertujuan untuk menguraikan suatu seri kejadian
geologi yang disusun secara berurutan berdasarkan kejadiannya, dimulai dari yang
pertama terbentuk hingga yang terakhir ataupun yang sekarang tengah terjadi.
Pada tahap ini dilakukan pembuatan peta tahap akhir dengan melihat hasil
analisis data yang telah dilakukan, baik data geomorfologi, startigrafi maupun
struktur geologi. Hasil dari tahap ini berupa peta lintasan, peta geomorfologi, peta
geologi, kolom stratigrafi, peta potensi bencana dan peta sumber daya serta peta
maisng.
dalam Gambar 3.7), selanjutnya adalah penyusunan laporan yang dilakukan dalam
1. Pembuatan laporan yang meliputi bab satu, dua, dan tiga, dilakukan
2. Pembuatan laporan yang meliputi bab empat dan lima, yang menguraikan
lapangan.
39
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
Tahap ini dilakukan setelah semua tahapan selesai dilakukan, selanjutnya
adalah penyusunan laporan yang dilakukan dalam dua proses penulisan yang
meliputi bab satu, dua dan tiga dilakukan sebelum pelaksanaan pekerjaan di
lapangan. Penulisan bab empat, lima dan enam disusun setelah melakukan
pekerjaan lapangan.
PENENTUAN KAPLING
PERSIAPAN
PENELITIAN LAPANGAN
40
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
ANALISIS DATA
PEMBUATAN PETA
PENYUSUNAN LAPORAN
PRESENTASI LAPORAN
41
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
BAB IV
yang terekam sebagai akibat dari proses-proses geologi yang pernah terjadi pada
masa lampau ataupun sekarang. Analisis yang dilakukan berupa analisis pada peta
berupa data pola perbukitan, punggungan dan lembah, jurus dan kemiringan
dikontrol oleh struktur, proses, dan tahapan penyusunnya berupa batuan sedimen
dataran. Secara umum daerah penelitian merupakan daerah perbukitan karst yang
Pola aliran sungai pada daerah penelitian terdapat dua Pola Aliran Sungai.
Pertama pola aliran denritik. Pola aliran denritik seperti percabangan pohon,
percabangan tidak teratur dengan arah dan sudut yang beragam. Berkembang di
43
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
batuan yang homogen dan tidak terkontrol oleh struktur. Umumnya pada batuan
beku dan batuan kristalin yang homogen. Pola aliran denritik terletak sebagian
menyerupai struktur pohon. Pada umumnya pola aliran sungai dendritik dikontrol
oleh litologi batuan yang homogen. Pola aliran dendritik dapat memiliki tekstur
atau kerapatan sungai yang dikontrol oleh jenis batuannya. Sebagai contoh sungai
yang mengalir diatas batuan yang tidak atau kurang resisten terhadap erosi akan
membentuk tekstur sungai yang halus (rapat) sedangkan pada batuan yang resisten
didefinisikan sebagai panjang sungai per satuan luas. Hal ini dapat dijelaskan
pembentukan alur - alur sungai, batuan yang tidak resisten cenderung akan lebih
mudah dierosi membentuk alur-alur sungai. Jadi suatu sistem pengaliran sungai
yang mengalir pada batuan yang tidak resisten akan membentuk pola jaringan
sungai yang rapat (tekstur halus), sedangkan sebaliknya pada batuan yang resisten
Kedua adalah Pola Aliran Sungai Paralel. Pola aliran ini terletak sebagian
besar sibelah tengah sampai ke timur pada daerah penelitian (Gambar 4.1). Pola
aliran sungai paralel adalah suatu sistem aliran yang terbentuk oleh lereng yang
curam atau terjal. Ini dapat dikarenakan morfologi lereng yang terjal maka bentuk
aliran-aliran sungainya akan berbentuk lurus mengikuti arah lereng dengan cabang
- cabang sungainya yang sangat sedikit. Pola aliran paralel terbentuk pada
morfologi lereng dengan kemiringan lereng yang seragam. Pola aliran paralel
44
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
dapat mengindikasikan adanya suatu patahan besar yang memotong daerah yang
batuan dasarnya terlipat dan kemiringan yang curam. Semua bentuk dari transisi
a b
Gambar 4.1. (a) Pola Aliran Sungai Denritik, (b) Pola Aliran Sungai Paralel menurut
Howard, (1967) dalam Van Zuidam, R.A. (1985)
ditunjukkan dengan adanya lembah sungai yang berbentuk “V” dan “U”. Tahapan
geomorfik muda dicirikan oleh bentuk sungai “V” dengan lembah sungai yang
relatif sempit dan erosi yang dominan berarah vertikal. Tahapan geomorfik
dewasa ditunjukkan dengan ciri-ciri lembah sungai berbentuk “U” dengan erosi
lateral yang lebih dominan, namun pada daerah penelitian belum sampai pada
pada daerah penelitian dibagi menjadi dua satuan menurut Budi Brahmanto dan
45
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
1. Satuan Perbukitan Aliran Piroklastik Ketenger
4.2.1.1 Penyebaran
penyebaran relatif utara – selatan. Penyebaran satuan ini dapat dilihat di Peta
600 – 1.325 mdpl dan memiliki kontur yang rapat di peta topografi.
Material penyusun satuan ini terdiri dari lava basalt, andesit, breksi
ini kemungkinan berasal dari letusan Gunung Slamet yang mengeluarkan material
– materialnya serta lava dan membentuk perbukitan yang terjal (Gambar 4.1).
Satuan ini memiliki litologi yang relatif tahan terhadap pelapukan dan
erosi, bias dilihat dari relief yang tinggi dipeta topografi. Karena relatif tahan
terhadap pelapukan dan erosi, maka dapat terbentuk perbukitan yang memanjang
berarah barat – sebagian ke arah timur. Pola erosi sungai di satuan ini hampir
geomorfik sungai muda. Pada umumnya sungai – sungai dengan bentukan lembah
46
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
V merupakan sungai yang bersifat intermiten atau sungai – sungai kecil yang
Gambar 4.2. Satuan Perbukitan Aliran Piroklastik Ketenger, foto diambil menghadap ke
Utara, di Desa Ketenger.
4.2.2.1 Penyebaran
daerah penelitian. Satuan ini menempati bagian timur daerah penelitian dengan
penyebaran relatif utara – selatan. Penyebaran satuan ini dapat dilihat di Peta
memiliki ketinggian topografi berkisar 425 – 1.125 mdpl, dicirikan oleh kontur
atau sungai – sungai kecil yang merupakan percabangan dari sungai – sungai yang
47
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
U
Gambar 4.3. Satuan Perbukitan Aliran Lava Munggangsari, foto menghadap kearah
Utara, di daerah Desa Munggangsari
berdasarkan ciri – ciri fisik litologi yang teramati di lapangan, kehadiran fragmen
Stratigrafi daerah penelitian dibagi menjadi empat satuan tidak resmi, dari tua ke
muda, yaitu:
Zaman Kala
48
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
Holosen
Aluvial dan Volkanik
- Slamet Muda Satuan Lava Basalt
Muda
Resen
Travertin
4.3.1.1 Penyebaran
Satuan ini terdapat di bagian barat, dari utara menuju selatan daerah
penelitian tepatnya di Desa Melung, dan Desa Ketenger. Luas satuan berkisar
25% dari total daerah penelitian, terletak pada satuan geomorfologi perbukitan
(Sutawidjaja, dkk., (1985). Satuan ini tidak selaras dengan satuan batuan yang
lainnya, yang merupakan hasil dari aktivitas volkanisme Gunung Slamet Muda.
Namun, satuan ini selaras dengan satuan lava andesit yang akan di bahas setelah
satuan ini.
topografi tersendiri yang agak tinggi dan terpisah. Pengamatan secara megaskopis
dilapangan, breksi berwarna abu-abu agak gelap, masif, afanitik, ukuran fragmen
berkisar 4-15cm. Deskripsi petrografi untuk matriks breksi, sayatan tuf ini berupa
49
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
fragmen (50%), terdiri dari fragmen batuan (10%), kuarsa (9%), felspar (11%),
piroksen (3%), mika (2%), mineral oksida (5%), dan mineral opak (10%), dan
(1981) sayatan ini bernama tuff litick. Sedangkan fragmen breksi berupa batuan
beku andesit dan tuf. Secara mikroskopis sayatan batuan beku, berukuran 0.1-
1.5mm tersusun oleh fenokris (60%) yaitu plagioklas (30%), piroksen (25%),
mineral opak (5%), sebagai massa dasar (40%) terdiri dari gelas (25%) dan
sayatan ini mencakup butiran kuarsa (10%), felspar (12%), piroksen (10%),
hornblenda (5%), fragmen batuan (13%), mineral opak (10%), dan mineral oksida
(7%), serta matriks (30%) berupa gelas volkanik, berdasarkan klasifikasi menurut
50
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
van Bemmelen, (1949) yang merupakan produk Gunung Slamet Tua menurut
4.3.2.1 Penyebaran
Satuan lava andesit ini dijumpai di bagian sebelah barat dari daerah
penelitian membentuk morfologi perbukitan yang tidak terlalu terjal. Satuan ini
menempati 20% dari daerah penelitian. Singkapan ini terdapat disepanjang sungai
daerah penelitian pada bagian barat. Penyebaran satuan ini dapat dilihat di Peta
Pada satuan ini terdapat litologi yang dominan, yaitu lava andesit.
lava berwarna abu-abu agak gelap, masif, afanitik, segar-lapuk (Gambar 4.5).
oleh fenokris (40%) yaitu plagioklas (30%) dan piroksen (10%) dan mineral opak
(5%) . Masa dasar (60%) terdiri dari gelas dan mikrolit plagioklas, berdasarkan
andesit.
51
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
Gambar 4.5. Kenampakan singkapan lava andesit, foto diambil di Desa Melung pada
bagian baratdaya daerah penelitian menghadap ke arah utara
4.3.3.1 Penyebaran
Satuan lava basalt meliputi 50% dari daerah penelitian, dan tersingkap
satuan ini dapat dilihat di Peta Geologi dengan warna merah marun. Satuan ini
gelap, massif, segar-lapuk, memiliki struktur vesikuler, terdiri dari piroksen, dan
mineral mafik lainnya. Basalt pada beberapa tempat hadir sebagai autobreksia
52
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
kemerahan hingga abu-abu oleh pengaruh oksidasi, segar-lapuk, fragmennya
bersudut, scoria, berwarna abu-abu lepas, pada bagian atasnya ditutupi lapukan
permukaan.
(20%), piroksen (8%), olivin (2%), dan mineral hasil ubahan berupa mineral
lempung yang tertanam dalam masa dasar (60%) yang terdiri dari mikrolit-
b
a
U
c
Gambar 4.6. Kenampakan singkapan lava basalt, (a) menunjukan vesikuler (lingkaran
: Vesikuler
merah), (b) menunjukan struktur mengulit bawang, dan (c) menunjukan
53
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
kekar kolom, foto diambil di Lokawisata Baturraden, foto mengahadap
kearah utara
satuan endapan aluvial dan volkanik muda menurut van Bemmelen, (1949) yang
merupakan produk Gunung Slamet Muda menurut Sutawidjaja, dkk., (1985) dan
berumur Holosen.
4.3.6.1 Penyebaran
dan pancuran 7. Penyebaran satuan ini dapat dilihat di Peta Geologi (Lampiran B)
dengan warna biru. Berdasarkan rekonstruksi penampang pada peta geologi, tebal
satuan ini diperkirakan lebih dari 50m. Satuan ini melampar sekitar 5% pada luas
daerah penelitian.
getas-kompak, ukuran butir pasir, memiliki tekstur bervariasi, terdiri dari mineral
kalsit dan mikrit (Gambar 4.7). Satuan ini akan dibahas lebih detail sebagai studi
54
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
Gambar 4.7. Satuan endapan sinter travertin foto diambil di sekitar tempat Lokawisata
Pancuran 7, arah foto menghadap ke timur
dan volkanik muda menurut van Bemmelen, (1949) yang merupakan produk
hidrotermal Gunung Slamet Muda menurut Sutawidjaja, dkk., (1985) dan berumur
Holosen – Resen.
dari struktur primer yang berupa kekar kolom dan kekar berlembar, dan struktur
ditarik dari peta topografi dan citra SRTM (Gambar 4.8). Berdasarkan data
kelurusan sungai dan punggungan (Gambar 4.9), dapat dilihat bahwa pola
55
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
Gambar 4.8. Kelurusan struktur daerah penelitian dari peta SRTM
Gambar 4.9. Diagram roset daerah penelitian yang menunjukan arah umum kelurusan
Jumlah
(a) data : 18
punggungan danbuah Jumlah
(b) sungai. Keduanya berarah data–:Tenggara
Baratlaut 63
penelitian terutama kekar, sesar dan arah tegasan yang bekerja. Penentuan jenis
sesar didasarkan pada sudut pitch atau rake dan net slip terhadap bidang
sesardengan sudut 45° dijadikan batas antara sesar mendatar dan dip-slip fault.
Untuk sesar dengan pitch 0°-45° digolongkan sebagai sesar mendatar, sedangkan
sesar dengan pitch 45°-90° digolongkan sebagai dip-slip fault (Rickard, 1972
stereonet dan Penamaan sesar menurut Rickard (1972) yang terdapat didaerah
56
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
Sesar yang ditemukan di daerah penelitian merupakan Sesar Baturraden.
Bukti keberadaan sesar ini pertama adalah pembelokan sungai secara tiba – tiba,
kemudian membeloknya satuan litologi di dekat zona sesar (terlihat pada peta
geologi pada satuan breksi piroklastik dan satuan lava basalt). Bukti selanjutnya
a b
Gambar 4.10. Foto (a) zona hancuran, (b) shear fracture. Kedua foto diambil di daerah
wisata Baturraden pada daerah penelitian bagian timur laut, di sungai
Kali Gumawang, foto menghadap kearah timur
Pada data shear fracture sebanyak 27 pasang dilakukan analisis stereonet
didapatkan pitch sebesar 200 dengan arah tegasan utama relative utara-selatan.
Sesar ini merupakan sesar geser menganan naik. Di perkirakan berumur Holosen.
57
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
Gambar 4.11. Analisis stereonet kinematika sesar Baturraden pada daerah
penelitian menunjukkan arah sesar menganan naik
penelitian pada kala Pleistosen, Gunung Cowet (Slamet Tua) mengalami erupsi
sehingga menghasilkan Satuan Breksi Piroklastik dan Satuan Lava Andesit yang
piroklastik terdiri dari fragmen andesit dan tuff. Breksi ini terbentuk dari jatuhan
konvergen lempeng yang mengalami perubahan kecepatan, sehingga pada kala ini
dapur magma baru terbentuk dan kemudian muncullah Gunungapi Slamet yang
menghasilkan produk volkanik pada daerah penelitian berupa Satuan Lava Basalt.
Pada satuan lava basalt dibeberapa tempat terdapat produk piroklastik berwarna
coklat kemerahan akibat pengaruh oksidasi dengan fragmen scoria dan telah
daerah timur laut – utara daerah penelitian. Produk volkanik tertua dari Slamet
58
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
Setelah itu, tegasan utama utara – selatan dari struktur regional pola Jawa
mengakibatkan sesar menganan naik dengan arah tenggara – baratlaut pada daerah
penelitian.
menghasilkan keluaran air panas bertipe klorida bikarbonat sulfat, disertai dengan
59
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
BAB V
Travertin adalah bentuk batu kapur yang didepositkan oleh mata air
mineral, terutama mata air panas. Penyebaran travertin ini biasanya ditemukan
jenis batuan karbonatan kimiawi hasil pengendapan air panas bertipe bikarbonat.
Sinter travertin terbentuk oleh air yang kaya akan CO2 atau air bikarbonat
(HCO3). Air ini bereaksi dengan Ca yang terlarut dari batuan, sehingga
menggunakan metode XRD, yang mana metode XRD merupakan salah satu
metoda karakterisasi material yang paling tua dan paling sering digunakan hingga
material dengan cara menentukan parameter struktur kisi serta untuk mendapatkan
ukuran partikel. Komponen utama XRD yaitu terdiri dari tabung katoda (tempat
62
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
Pembagian litofasies dilakukan berdasarkan Sant’Anna, dkk. (2004) dan
(2004) membagi litofasies menjadi crystalline crust, pisoid, lithoclast, tufa, dan
crust, shrub, pisolith, raft, reed, pebbly, lithoclast, palaeosol (Gambar 5.1)
Pada Pancuran 3 terdapat sinter travertin pada dinding dan atap menutupi
batuan breksi yang terdiri dari satu macam litofasies. Sinter travertin secara
63
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
di bagian luar permukaan breksi dengan tebal 1 – 2 cm, granular, stalaktit-
Gambar 5.2. Sinter travertin Pancuran 3, Foto diambil di daerah Lokawisata Pancuran
3, arah foto menghadap utara
kristal halus-kasar (0,01 – 0,5 mm), anhedral-euhedral, terdiri dari silica amorf
bentuk radial, kalsit bentuk bulu dan mikrokristalin kalsit. Rongga antar butir
cukup besar. Litofasies sinter travertin pada Pancuran 3 adalah crystalline crust
64
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
Gambar 5.3. Foto sayatan tipis sinter travertin Pancuran 3 (a) kalsit menunjukkan
tekstur bulu, (b) silika amorf menunjukkan tekstur radial
yang terbentuk. Litofasies ini di jumpai diendapan sinter travertin yang terletak
dengan litofasies yang beragam, yaitu litofasies I sampai IV, meliputi: litofasies
a) Litofasies I
lebar 35,74 m dan tebal 0,5 – 3 m, berwarna coklat kekuningan, getas, kecuali
pada bagian yang tidak terkena aliran air. Warna hijau pada permukaan
diakibatkan kandungan sulfur dari air panas yang mengalir deras di sebelah
Pada lereng yang landai pH berkisar 7,5 – 8,1 dengan temperatur berkisar
35 – 500C. Sinter travertin tekstur ini diendapkan pada lereng yang landai.
65
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
Gambar 5.4. Sinter travertin litofasies pertama pada lereng yang landai, foto diambil di
Pancuran 7 menghadap utara
Gambar 5.5. Sinter travertin litofasies pertama pada bagian yang tidak terkena aliran air
mikrokristalin kalsit coklat tua, ukuran 0,01 – 0,05 mm. litofasies ini
Gambar 5.6. Foto sayatan tipis sinter travertin Pancuran 7, litofasies 1, pada
lereng yang landai
Kenampakan megaskopis kedua pada litofasies pertama ditunjukan
gambar 5.7. Sinter travertin memiliki dimensi panjang 9,45 m, lebar 20,30 m
66
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
stalaktit-stalakmit (Gambar 5.7), dan diendapkan pada lereng yang lebih
terjal, yakni tebing air terjun. Pada lingkungan pengendapan ini pH berkisar
a
b
Gambar 5.7. Sinter travertin pada tebing air terjun yang menunjukkan tekstur
stalaktit-stalakmit
Pemerian mikroskopis travertin bertekstur stalaktit-stalakmit (Gambar 5.8)
euhedral, agak lapuk, terdiri dari kalsit, tekstur yang mengandung besi
ukuran 0,1 – 0,2 mm, subhedral-anhedral. Mikrit berwarna coklat tua, ukuran
0,01 – 0,05 mm dan berwarna coklat gelap. Litofasies ini termasuk crystalline
crust.
67
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
b) Litofasies II
17,65 m, lebar 5,42 m, dan tebal sekitar 30 cm, berwarna coklat gelap –
coklat pucat, kompak, membentuk tekstur tabular atau tekstur akar tanaman.
330C.
Gambar 5.9. Sinter travertin litofasies kedua (a), menunjukkan (b) tekstur
tabular atau (c) tekstur akar tanaman
Pemerian mikroskopis litofasies kedua (Gambar 5.10) adalah kristalin,
lapuk, bentuk kalsit, terdiri dari kalsit dan mikrit. Terdapat kalsit berwarna
putih – coklat muda, ukuran 0,05 - 0,5 mm, dan mikrit berwarna coklat
68
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
Gambar 5.10. Foto sayatan tipis sinter travertin Pancuran 7, litofasies II
c) Litofasies III
tekstur globular dan sukros pada permukaan atasnya. Pada litofasies ini pH
a b
Gambar 5.11. Sinter travertin litofasies ketiga (a) dengan dimensi panjang 11,28 m,
tebal 2-5 m,tinggi 5 m, (b) menunjukkan tekstur globular dan sukros
pada permukaan atasnya, warna hijau – hitam pada permukaan
travertin adalah lumut
Pemerian mikroskopis litofasies ketiga (Gambar 5.12) adalah kristalin,
69
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
Gambar 5.12. Foto sayatan tipis sinter travertin Pancuran 7, litofasies III
d) Litofasies IV
pada bagian yang tidak terkena aliran air, terdapat tekstur akar tumbuhan.
310C.
Tekstur
akar
tumbuhan
Gambar 5.13. Sinter travertin litofasies keempat
Pemerian mikroskopis litofasies keempat (Gambar 5.14) adalah kristalin,
kalsit dan mikrokristalin kalsit. Ronga antar butir besar, terdiri dari kalsit
70
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
bentuk seperti kipas atau bulu dan mikrokristalin kalsit berwarna coklat,
71
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
BAB VI
KESIMPULAN
Secara umum dari penelitian ini telah terpenuhi, yaitu merekontruksi
sejarah tektonik dalam ruang dan waktu. Daerah pemetaan seluas 25 km2,
sebagai berikut :
(berumur Holosen-Resen).
utara-selatan.
travertine dengan karakteristik beragam ini dihasilkan dari mata air panas
75
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
DAFTAR PUSTAKA
Asikin, S., 1977, Diktat Struktur (tektonik) Indonesia. Kelompok Bidang Keahlian
(KBK) Geologi Dinamis, Jurusan Teknik Geologi ITB.
Bemmelen, R.W van.1970a, The Geology of Indonesia, Vol. IA. Martinus Nijhoff,
The Hague, 2nd ed.
Brahmantyo, B., Bandono, 2006, Klasifikasi Bentuk Muka Bumi (Landform) untuk
Pemetaan Geomorfologi pada skala 1:25.000 dan Aplikasi untuk Penataan
Ruang.Jurnal Geoaplik, Volume 1, Nomor 2, hal.071-078.
Djuri, M., Peta Geologi Lembar Purwokerto dan Tegal, Jawa, Direktorat
Geologi.
Hamilton, W. 1979, Tectonic of the Indonesian region. Geol. Surv. Prof. Paper.
1078.
McPhie, J., Doyle, M. dan Allen, R., 1993, Volcanic Textures:A Guide To The
Interpretation of Textures In Volcanic Rocks. Centre For Ore Deposits and
Exploration Studies, University of Tasmania, hal. 113-114.
Mulyadi Deddy, 2007, Laporan Pemetaan Terpadu Gunung api, Gunung Slamet,
Jawa Tengah, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung.
76
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
Rickard, M.J. 1972, A classification diagram for fold orientations. Geol. Mag.
V.108. p 23-26.
Rickard, W.H., 1972, Physical modeling of structural, pp. RH-I -RH-9 In Federal
Research Natural Areas in Oregon and Washington.
San’t Anna, dkk. 2004,The Paleocene travertine system of the Itaborai basin,
Southeastern Brazil. Jurnal of South American Earth Sciences, 18.
Satyana. A.H., 2006, Pola Indentasi Struktur Geologi di Jawa Tengah. Presentasi
Seminar Nasional Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Sutawidjaja. IS., D. Aswin dan K. Sitorus, 1985, Geologic map of Slamet volcano,
Central Java.
Sutawidjaja, IS. dan R. Sukhyar. 2009, Cinder cones of Mount Slamet, Central
Java, Indonesia, Jurnal Geologi Indonesia.
Soetoyo, 1991. Laporan Geologi Panas Bumi. Bandung : Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi : Bandung
Yuwono Y. S., 2004, Pemetaan Daerah Volkanik, Bandung, 2004, hal. 19.
Williams, H., Turner, F.J and Gilbert, C.M., 1982, Petrography. An Introduction
to The Study of Rocks in Thin Section, University of California, Berkeley,
W.H. Freeman and Company, San Fransisco.
77
.::: DIGITAL COLLECTION UPT PERPUSTAKAAN UNSOED :::.
LAMPIRAN D
DATA PENGUKURAN UNTUK ANALISIS STRUKTUR
No. Shear Fracture No. Shear Fracture
Jurus Kemiringan Jurus Kemiringan
1 335 53 28 190 72
2 335 55 29 5 57
3 25 84 30 340 66
4 215 77 31 180 58
5 200 60 32 170 55
6 355 62 33 165 64
7 232 58 34 173 61
8 215 77 35 180 7
9 165 64 36 170 69
10 327 33 37 180 71
11 315 69 38 160 50
12 173 61 39 180 75
13 320 65 40 285 285
14 27 72 41 280 66
15 130 72 42 280 62
16 345 78 43 277 56
17 50 74 44 285 72
18 35 41 45 100 69
19 190 50 46 120 61
20 340 66 47 113 11
21 150 65 48 98 53
22 215 51 49 112 36
23 353 43 50 102 56
24 45 63 51 105 44
25 235 45 52 115 37
26 55 67 53 95 63
27 145 26 54 185 57
Pancuran 3
Sampel: K.1.8
Sampel: K.1.9e
Sayatan tuf ini berupa fragmen (50%), terdiri dari fragmen batuan (10%), kuarsa
(9%), felspar (11%), piroksen (3%), mika (2%), mineral oksida (5%), dan mineral opak
(10%), dan matriks (50%) berupa gelas volkanik.
Fragmen (50%):
- Fragmen batuan (10%), didominasi oleh fragmen batuan beku dan sedimen, hadir
berukuran 0,2 – 1 mm, membundar (G9-H9).
- Kuarsa (9%) yang terdiri dari kuarsa monokristalin, berukuran 0,1 – 0,2 mm, menyudut
tanggung (C3).
- Felspar (11%) hadir berukuran 0,1 – 0,6 mm, menyudut tanggung (A4).
- Piroksen (3%) hadir berukuran 0,1 – 0,2 mm, menyudut tanggung (C8).
- Mika (2%) hadir berukuran 0,2 – 0,3 mm, menyudut tanggung (B8).
- Mineral opak (10%), bentuk anhedral, berukuran 0,1 – 0,3 mm, membundar tanggung.
(E4-F4)
- Mineral oksida (5%),berukuran 0,2 – 0,4 mm, membundar tanggung. (I2-I3)
Matriks(50%) :
- Gelas volkanik (50%), hadir sebagai matriks, berwarna bening, mulai mengalami
devitrifikasi (A8).
Sayatan tuf kristal ini mencakup butiran kuarsa (10%), felspar (12%), piroksen (10%),
hornblenda (5%), fragmen batuan (13%), mineral opak (10%), dan mineral oksida (7%), serta
matriks (30%) berupa gelas volkanik.
Fragmen :
- Kuarsa (10%) yang terdiri dari kuarsa monokristalin, berukuran 0,1 – 0,25 mm,
membundar tanggung – membundar (C6).
- Felspar (12%) hadir berukuran 0,125 – 0,25 mm, menyudut tanggung (F2).
- Piroksen (10%) hadir berukuran 0,125 – 0,25 mm, menyudut tanggung – membundar
tanggung (F4-G4).
- Hornblenda (5%) hadir berukuran 0,075 – 0,125 mm, menyudut tanggung (H7-H8).
- Fragmen batuan (13%) hadir berukuran 0,05 – 0,375 mm, terdiri dari fragmen
batulempung, membundar (I4).
Matriks :
- Gelas volkanik (30%) hadir sebagai matriks, berwarna bening, mulai mengalami
devitrifikasi (I6).
Mineral sekunder :
- Mineral opak (5%), bentuk anhedral, berukuran 0,05 – 0,175 mm. (A5)
- Mineral oksida (5%), berukuran 0,125 – 0,25 mm, membundar tanggung. (D6)
Sayatan andesit, berukuran 0.1 – 1.5 mm tersusun oleh fenokris (40%) yaitu
plagioklas (30%) dan piroksen (10%) dan mineral opak (5%) . Masa dasar (60%) terdiri dari
gelas dan mikrolit plagioklas.
Fenokris :
- Plagioklas (30%), hadir sebagai fenokris, hadir berbentuk prismatik subhedral - euhedral,
berukuran 0,1- 1.5 mm, memperlihatkan kembaran albit, An38 (andesine). (C2)
- Piroksen (10%), hadir sebagai fenokris, berbentuk prismatik subhedral, berukuran 0.2 –
1.5 mm, pemadaman bersudut. (H4, I7).
- Mineral opak (5%), berbentuk anhedral – subhedral, berukuran 0.05 – 0.3 mm (H3)
Massa dasar :
- Gelas (60%), berwarna coklat keruh, hadir sebagai masa dasar dan sebagian kecil sudah
terubah menjadi mineral lempung dan oksida besi.
Fenokris :
- Plagioklas (20%), Sebagai fenokris, hadir berbentuk prismatik subhedral, berukuran 0.1-3
mm, memperlihatkan kembaran carlsbad-albit, An64 (labradorit). (E4)
- Piroksen (8%), Sebagai fenokris, terdiri dari klinopiroksen, berbentuk prismatik subhedral,
berukuran 0.6-1 mm, segar. (J2)
- Olivin (2%), segar, subhedral - anhedral, berukuran 0.5-1.2 mm.(A4)
- Mineral lempung (10%), hadir sebagai fenokris hasil ubahan, berbentuk subhedral,
berwarna coklat keruh, berukuran 0.2-0.5 mm, (E8)
Massa dasar :
- Mikrolit plagioklas (30%): Berupa mikrolit-mikrolit plagioklas, sebagian terubah manjadi
mineral lempung. (C7)
- Mikrolit piroksen (22%): Sebagai massa dasar hadir dalam jumlah yang sedikit, berbentuk
butiran halus. (G2)
- Mikrolit olivin (8%): Sebagai massa dasar hadir dalam jumlah yang sedikit, berbentuk
butiran halus. (D3)
A. Pancuran 3
(sumber: Wilda Aini N, Teknik Geologi ITB)
B. Pancuran 7
(sumber: Wilda Aini N, Teknik Geologi ITB)