Anda di halaman 1dari 11

USULAN TUGAS AKHIR TIPE 1

JUDUL:

GEOLOGI DAERAH JATIROGO DAN SEKITARNYA,

KECAMATAN JATIROGO, KABUPATEN TUBAN,

PROVINSI JAWA TIMUR

OLEH:

KIRANA

410015124

Diajukan untuk pengurusan perizinan dan pembuatan SK pembimbingan Tugas


Akhir di Jurusan Teknik Geologi, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

Bulan/tahun: Oktober, 2018

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL

YOGYAKARTA
2018

USULAN TUGAS AKHIR

JUDUL : GEOLOGI DAERAH JATIROGO DAN SEKITARNYA,


KECAMATAN JATIROGO, KABUPATEN TUBAN, PROVINSI
JAWA TIMUR.

Nama : Kirana

No. Mahasiswa: 410015124

Diajukan untuk pengurusan perijinan dan pembuatan SK pembimbingan


Tugas Akhir di Jurusan Teknik Geologi, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional
Yogyakarta.
Bulan/tahun : Oktober, 2018.

Disetujui oleh :
Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Ev. Budiadi, M.S. Siti Nuraini, ST MT.


NIP.195210261986031002 NIK. 19730284

Mengetahui/Menyetujui
Ketua Jurusan Teknik Geologi

Igniatus Adi Prabowo


NIK. 19730134
LOKASI PENELITIAN:

Lokasi penelitian berada di daerah Jatirogo dan Sekitarnya, meliputi desa Ngepon
- Desa Kedotan - Desa Besowo - Desa Wangi- Desa Kebon Harjo- Desa Bader-
Desa Karang Tengah- Desa Sadang- Desa Sugihan- Desa Sidomulyo- Desa
Jombok- Desa Sido Mukti- Desan Soko Grenjeng Kecamatan Jatirogo Kabupaten
Tuban Provinsi Jawa Timur.Daerah penelitian termasuk dalam Peta Geologi
Lembar Jatirogo dibagian Utara.

Koordinat : 575575 – 569575 UTM

9235200 – 9244200 UTM

TAHAPAN PENELITIAN :

Penelitian Pendahuluan (Studi pustaka, ijin penelitian, dan pembuatan


proposal),Penelitian lapangan, Tahap Pra-Mapping (survey awal dan “recognize”,
observasi, perijinan tempat tinggal dan persiapan peta-peta), Tahap Mapping
(Pengamatan geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi), Pengolahan Data
(Laboratorium dan Studio), Analisa data, Pembuatan laporan dan Presentasi hasil
laporan.

GEOLOGI REGIONAL :

1. Fisiografi: Secara fisiografi daerah penelitian termasuk dalam Zona


Rembang (Van Bemmelen 1949).

2. Stratigrafi : Mandala pengendapan rembang masuk ke dalam Zona


Fisiografi Rembang dari van Bemmelen (1949). Tidak seperti sedimen-
sedimen pada Zona Kendeng, Mandala Rembang tidak mengandung unsur
volkanik serta merupakan endapan khas paparan (Pringgoprawiro, 1983).
Paparan ini memiliki kemiringan landai ke arah selatan dan diisi oleh
endapan relatif tipis (ketebalan rata-rata kurang dari 1850 m). Mandala
Rembang mengandung urut-urutan endapan-endapan Kenozoikum yang
tebal dan tak terputus hingga Pleistosen.
Tabel 1.1 Stratigrafi jawa timur, Zona Rembang ( Pringgoprawiro 1983 )

Berikut ini adalah beberapa formasi yang ada didaerah Penelitian


diendapkan pada Mandala Rembang menurut Pringgoprawiro (1985):

A. Formasi Mundu

Penamaannya pertama kali digunakan oleh Klein (1918), berasal dari nama
Desa Mundu. Lokasi tipe Formasi Mundu berada di Sungai Kalen, Desa
Mundu, 10 km arah barat dari Cepu, Sedangkan stratotipenya ialah lintasan
sepanjang 1,5 km pada sayap Utara Antiklin Kedinding, 3 km arah barat Desa
Mundu. Ciri litologinya ialah Napal kehijuan yang masif. Bagian atasnya
ditempati oleh batugamping pasiran. Formasi Mundu diendapkan selaras di
atas Formasi Ledok dan dengan Formasi Lidah di atasnya. Penyebarannya
sempit di kawasan Mandala Rembang, yaitu di sekitar Todanan dan Tinggian
Tuban. Ketebalan rata–rata Formasi Mundu adalah 255 meter hingga 342
meter. Umurnya adalah Miosen Akhir hingga pliosen atau zona N.18–N.20
dari analisa foraminifera plangtonnya. Lingkungan pengendapannya adalah
lingkungan laut terbuka dengan kedalaman antara 700 meter hingga 1000
meter. Semakin ke atas kedalamannya berkurang hingga laut dangkal pada
zona sublitoral pinggir

B. Formasi Ledok

Penamaannya pertama kali diusulkan oleh Trooster (1937) dengan lokasi


tipe di Antiklin Ledok, yaitu berjarak 10 km Utara Cepu. Pada lokasi tipenya,
ciri litologinya adalah perulangan antara napal pasiran, kalkarenit dengan napal
dan batupasir. Glaukonit yang berlimpah ditemukan di bagian atas formasi.
Setempat kalkarenit dan napal pasiran memperlihatkan struktur silang siur.
Hubungan stratigrafi dengan Formasi Wonocolo di bawahnya dan Formasi
Mundu di atasnya adalah selaras pada lokasi tipenya. Formasi Ledok memiliki
persebaran yang terbatas di Mandala Rembang. Di bagian barat endapannya
ditemukan di daerah Todanan, akan tetapi ke arah timur tidak ditemukan di
daerah Tinggian Tuban. Ketebalan terukur pada lokasi tipe sekitar 190 meter,
sedangkan di daerah lain ketebalannya berkisar antara 82 hingga 220 meter.
Berdasarkan kehadiran Globorotalia plesiotumida, umur Formasi Ledok adalah
Miosen Akhir atau zona N17. Lingkungan pengendapannya adalah sublitoral
pinggir berdasarkan rasio plangton/bentos yang berkisar 27% sampai 3
C. Formasi Wonocolo

Penamaannya pertama kali oleh Trooster (1937; dalam Pringgoprawiro,


1982), dengan lokasi tipe di sekitar Desa Wonocolo, 20 kilometer arah timur
laut dari Cepu. Ciri litologinya terdiri dari perulangan antara napal, napal
lempungan hingga napal pasiran dengan perselingan kalkarenit. Napalnya kaya
akan foraminifera plangton. Formasi ini terletak secara selaras dengan Formasi
Ledok pada stratotipenya. Formasi Wonocolo mempunyai penyebaran yang
luas di Mandala Rembang dengan arah barat–timur, mulai dari Todanan
sampai tinggian Tuban. Di daerah Rembang tebalnya sekitar 100 meter. Di
daerah Manjung bahkan dapat mencapai 600 meter. Umurnya adalah bagian
bawah dari Miosen Akhir dan diendapkan pada lingkungan laut terbuka pada
zona bathyal atas.

3. Tektonik dan Struktur

Tatanan tektonik dan struktur geologi di daerah Jawa tidak terlepas dari
teori tektonik lempeng. Kepulauan Indonesia merupakan titik pertemuan
antara tiga lempeng besar, yaitu Lempeng Eurasia yang relatif diam, Lempeng
Samudera Pasifik yang bergerak relatif kearah baratlaut, dan Lempeng Indo-
Australia yang relatif bergerak ke arah utara (Hamilton, 1979).
Van Bemmelen (1949) membagi Pulau Jawa menjadi dua elemen struktur,
yaitu Geosinklin Jawa Utara dan Geantiklin Jawa Selatan. Kedua elemen
tersebut memanjang berarah barat-timur. Geosinklin Jawa Utara dikenal
dengan nama Cekungan Jawa Timur Utara. Struktur-struktur yang
berkembang tersebut diakibatkan oleh pengangkatan yang terjadi pada kala
Intra Miosen dan pada kala Plio-Pleistosen (van Bemmelen, 1949).
RENCANA PENELITIAN :

TA 1 : Bulan November 2018 hingga bulan Februari 2019

TA 2 : Bulan Maret 2019 hingga bulan Juni 2019

PENELITI TERDAHULU :

1. van Bemmelen (1949)

2. Klein (1918),

3. (Pringgoprawiro, 1983).

4. Trooster (1937)

5. (Hamilton, 1979).

LAMPIRAN :

1. Peta Topografi Lokasi Penelitian

2. Peta Geologi Regional Daerah Penelitian


3. Peta Dem Daerah Penelitian
4. Peta Pola Pengaliran Daerah Penelitian
PETA TOPOGRAFI
PETA GEOLOGI REGIONAL
PETA DEM
PETE POLA PENGALIRAN

Anda mungkin juga menyukai