PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang berada di jalur dua pegunungan muda, yaitu
pegunungan muda sirkum Pasifik dan Mediteran, juga terletak di pertemuan
lempeng Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik. Letak Indonesia yang berada di
pertemuan tiga lempeng ini menyebabkan Indonesia berada pada jalur gunung api
dunia. Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)
Indonesia memiliki 13% dari total Gunung api yang ada di dunia atau sekitar 129
buah gunung api. Hal ini mengakibatkan Indonesia rawan akan bencana bencana
letusan gunung api yang banyak menelan korban jiwa dan kerugian yang sangat
besar. Contoh yang paling popular adalah letusan Gunung Galunggung pada tahun
1822 menelan korban sebanyak 4.011 jiwa, Gunung Krakatau pada tahun 1883
menelan 36.000 jiwa, Gunung Tambora pada tahun 1915 menelan 90.000 jiwa.
Salah satu pulau yang memiliki bahaya bencana geologi adalah Pulau Jawa.
Tercatat terdapat 35 gunung api diantaranya 21 tipe A, 9 tipe B, dan 5 tipe C
(sumber: Vulcanological Survey of Indonesia Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral Tahun 2010). Tujuh diantaranya berada di Jawa Tengah, yaitu Gunung
Merapi, Merbabu, Sumbing, Sindoro, Dieng, Ungaran dan Slamet.
Perkembangan media massa atau informasi di Indonesia saat ini sangat pesat,
mengikuti perkembangan teknologi dan zaman. Semakin berkembangnya teknologi,
sumber informasi menjadi sangat mudah untuk didapatkan.Seiring berkembangnya
teknologi berkembang juga sarana untuk memperoleh informasi, surat kabar sekarang
tidak hanya dalam berupa cetak melainkan dalam bentuk online atau media digital,
selain itu di zaman sekarang informasi akan sangat mudah didapat melalui pesan
singkat, bahakan pemerintah atau pihak berkepentingan bisa bekerja sama dengan
perusahaan provider untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat luas. Pada
tahun 2006 menteri komunikasi dan informasi (Menkominfo) mengeluarkan Peraturan
No. 20/2006 yang berisi peran stasiun tv dan radio dalam menyampaikan pesan
peringatan bencana. Peraturan menteri ini menjadi pedoman penerapan peraturan
pemerintah (PP) No. 50/2005 pasal 17 tentang kewajiban lembaga penyiaran untuk
menyebarluaskan informasi peringatan tentang kemungkinan munculnya bencana.
Dengan semakin berkembangnya media informasi menimbulkan hal positif untuk
masyarakat. Masyarakat menjadi semakin dekat dengan informasi dan tidak akan
ketinggalan informasi.
GEOLOGI
Selama zaman Tersier di Pulau Jawa telah terjadi tiga periode tektonik yang
telah membentuk lipatan dan zona-zona sesar yang umumnya mencerminkan gaya
3. Tektonik Holosen.
dan Neogen. Perlipatan yang terjadi berarah relatif barat-timur, sedangkan yang
sesar yang terjadi adalah sesar naik, sesar sesar geser-jurus, dan sesar normal.
Sesar naik di temukan di daerah barat dan timur daerah ini, dan berarah hampir
sesar geser. Sesar geser-jurus yang terdapat di daerah ini berarah hampir
yang menganan dan ada pula yang mengiri. Sesar geser-jurus ini memotong
struktur lipatan dan diduga terjadi sesudah perlipatan. Sesar normal yang terjadi
di daerah ini berarah barat-timur dan hampir utara-selatan, dan terjadi setelah
periode tektonik sebelumnya, yang juga disertai dengan aktivitas vulkanik, yang
Vulkanik Kuarter.
menghasilkan adanya gaya kompresi ke bawah akibat beban yang sangat besar,
yang dihasilkan oleh endapan vulkanik selama Kala Plio-Plistosen. Hal tersebut
normal tipe horst dan graben ataupun sesar bongkah atau sesar menangga dapat
saja terjadi. Sesar-sesar menangga yang terjadi pada periode inidapat dikenal
menoreh kawah atau kaldera gunung api muda, seperti gawir sesar di Gunung
Wrench Fault Tectonics Moody and Hill (1956) yang didasarkan pada model
shear murni.
2.1 Geologi Sejarah Regional
Lempeng Benua Asia Tenggara dan Lempeng Hindia-Australia sejak Kapur akhir
atau Tersier Awal. Dua hal yang pokok pada pembentukan batuan sedimen adalah
pembentukan cekungan sebagai wadah dari endapan tersebut yang erat kaitannya
selatan yang dihasilkan karena pergerakan mengarah ke utara oleh lempeng Indo-
utama (conjugate set of primary shear fractures) yang nantinya mengontrol posisi
aktivitas volkanik. Pada akhir Paleosen kompresi agak berkurang, hal ini
laut dangkal menempati bagian sedimen Paleosen Awal yang telah tererosi.
Selama Oligosen terjadi penurunan muka air laut secara tajam di seluruh
dunia yang menyebabkan erosi pada blok yang paling tinggi dan bersamaan
dengan itu, terendapnya material erosi ini di blok yang lebih rendah (Ratman dan
Robinson, 1996). Sedangkan menurut Martono (1992) Gejala tektonik tertua yang
tektonik yang melibatkan barbagai jenis batuan, termasuk sedimen yang sedang
terjadi akibat naiknya geantiklin bagian selatan. Penurunan ini terjadi sampai intra
Miosen Tengah, saat itu terjadi reaksi gravitasional yang menyebabkan geantiklin
bagian selatan patah, sayap utara geantiklin tersebut tergelincir ke arah depresi
geosinklin.
Miosen Awal merupakan kala yang tenang dengan penaikan muka air laut
dan pembentukan terumbu di sekitar dan pada bagian blok sesar yang tererosi.
aktivitas volkanik secara bertahap menurun selama Miosen Tengah dan Akhir dan
berhenti pada awal Pliosen (Ratman dan Robinson, 1996). Menurut Martono
yang menampung sedimen pelitik dari arah benua dan sesekali bahan volkanik
berbutir halus dari arah busur volkanik. Masa ketenangan tektonik Miosen Awal
ini diikuti oleh periode pengangkatan disertai perlipatan dan penyesaran. Dalam
dikendalikan oleh sesar naik batuan Paleogen yang teraktifkan kembali. Pada
busur pulau gunungapi, kegiatan magmatik ini dikenali dengan terobosan intensif
pada Formasi Merawu, sebagian diantaranya melalui zona sesar dan sumbu
Gafoer, dan Samodra (1996), pada Miosen Tengah terjadi genang laut dan
terendapkannya Formasi Rambatan serta terjadi penerobosan batuan bersusunan
Menurut van Bemmelen (1949), pada awal Pliosen, Pegunungan Serayu Utara
arah dataran Sunda). Pada Akhir Pliosen pengangkatan terus terjadi yang
kekar-kekar gerus gunting utama. Pada zaman ini kompresi sudah sangat
di utara bagian tengah Jawa, yang terjadi disepanjang kekar-kekar gerus utama
vertikal.
2.2 Sejarah Gunung Api
Pada tahun 2012, LIPI mengeluarkan sebuah buku tentang Ekologi Gunung
Slamet. Dalam buku tersebut ada sebuah makalah yang menurut saya cukup menarik
tentang Karakteristik Erupsi Gunung Slamet, Jawa Tengah yang ditulis oleh Pak
Indyo Pratomo yang berasal dari Museum Geologi PSG, Badan Geologi dan Pak
Mohamad Hendrasto dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan
Geologi.
Dalam makalah tersebut mereka mencatat bahwa Gunung api Slamet letusannya
mulai tercatat dalam sejarah sejak tahun 1772. Berdasarkan karakteristik bentang
alamnya, tubuh vulkanik Gunung api Slamet terdiri atas Gunung api Slamet Tua,
Gunung api Slamet Muda yang terletak di sebelah timurnya dan Gunung api Slamet
Menengah. Kelompok endapan vulkanik produk erupsi Gunung api Slamet Tua terdiri
atas leleran lava andesit dan endapan piroklastik yang telah mengalamiubahan
hidrotermal, dan kelompok endapan Gunung api Slamet Muda, yang terdiri atas leleran
lava basaltik dan piroklastik jatuhan yang tidak terubah. Kelompok Slamet Tua diwakili
oleh lava Mingkrik, lelerannya tersingkap terbatas di bagian barat kawah G. Slamet,
satuan batuan ini adalah pembentukan tubuh Slamet Tua (Gunung Cowet), ditindih oleh
produk Slamet Muda yang diwakili oleh leleran lava andesit piroksin.
Kita ketahui ketika sebuah gunung berapi meletus sangat menakutkan dengan
dampak yang terjadi , namun kita harus sepenuhnya paham akan Dampak Positif dan
negatif Gunung Berapi Meletus . jadi setiap seusatu hal yang buruk pasti ada hal manis
yang di dapat sama saj dengan gunung berapi .
Meletusnya gunung berapi adalah salah satu fenomena alam yang ada di alam kita bumi
. setaip sebuah letusan gunung api mempunyai dampak yang sangat hebat , namun
dampak mempunyai beberapa dapatk yang bermanfaat dan merugikan , dari sisi mana
kita melihat itu . berikut Dampak Positif dan negatif Gunung Berapi Meletus :Dampak
Positif Gunung berapi meletus Ketika gunung berapi meletus dan mengeluarkan Abu
vulkanik, abu ini dapat menyuburkan tanah pertanian di sekitarnya sehingga dapat
meningkatkan produksi pertanian penduduk. kita kethui banyak orang tinggal di lereng
gungung , bekerja sebagai petani dan perkebunan . Teh dan Kopi menjadi komoditas
utama .
1. Di daerah vulkanis memungkinkan banyak turun hujan melalui hujan orografis. Hal
tersebut disebabkan gunung merupakan daerah penangkap hujan yang baik,
2. Di daerah gunung api memungkinkan dibangun pembangkit tenaga listrik , yang
berasal dari energi panas yang berada di sekitar gunung berapi .
3. Banyak di temukan sumber air panas dan air makdani yang dapat dimanfaatkan
untuk pariwisata.
4. Banyak terdapat aneka bahan tambang seperti belerang, logam, dan permata. yang
dapat kita manfaatkan sebagai jalan untuk mendaptkan hasil .
5. Namun kalo kita pahami ketika sudah terjadi gunung berapi akan menjadi sebuah
wisata . itu adalah Gejala pasca vulkanik merupakan objek wisata yang menarik.
Dampak Negatif Gunung berapi meletus :
1. Pada waktu gunung meletus puluhan ribu manusia dan ternak banyak yang menjadi
korban,
2. Gas beracun yang dikeluarkan dari gunung api sangat membahayakan bagi manusia
ketuka manusia menghidup gas tersebut .
3. Awan panas yang di keluarkan gunung api dapat menewaskan makhluk dan tumbuh-
tumbuhan.
4. Lahar dingin dan panas dapat merusak daerah yang dilalui nya menjadi rata dengan
tanah .
5. Bom lapili dan pasir vulkanik dapat merusak rumah, jembatan, dan daerah pertanian.
6. Abu vulkanik yang bertaburan diangkasa dapat mengganggu penerbangan dan udara
yang di hriup manusia akan menjadi beracun .
Jadi itulah Dampak Positif dan negatif Gunung Berapi Meletus namun semoga
tidak ada banyak korban ketika fenomena alam ini terjadi , siapa yang tahu gunung
berapi akan meletus manusia hanya dapat memprediksi saja