Anda di halaman 1dari 7

JURNAL EINSTEIN

Jurnal Hasil Penelitian Bindang Fisika


Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/einsten
e-issn: 2407 – 747x, p-issn 2338 – 1981

ANALISIS RESISTIVITAS BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN


METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER–SCHLUMBERGER
DAN DIPOLE-DIPOLE DI DAERAH GEOTHERMAL
GUNUNG SIBAYAK KABUPATEN KARO
PROVINSI SUMATERA UTARA

Arie Sapta Octavani dan Muhammad Kadri

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan,
Indonesia
arhyie_7@yahoo.com
Diterima April 2018; Disetujui Mei 2018; Dipublikasikan Juni 2018

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan penyebaran batuan dan fluida yang terdapat di
bawah permukaan daerah potensi panas bumi Gunung Sibayak Kabupaten Karo Provinsi
Sumatera Utara. Berdasarkan analisa nilai resistivitasnya dengan menggunakan metode geolistrik
konfigurasi Wenner-Schlumberger dan Dipole-Dipole. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan metode geolistrik konfigurasi Wenner-Schlumberger dan Dipole-Dipole yang
didasari dengan hukum Ohm untuk mengetahui resistivitas jenis perlapisan batuan pada tiap
lapisan permukaan bumi. Dengan menginjeksikan arus melalui dua elektroda arus maka beda
potensial yang muncul dapat terukur dari elektroda potensial. Variasi harga tahanan jenis akan
didapatkan jika jarak masing-masing elektroda diubah, sesuai dengan konfigurasi Wenner-
Schlumberger dan Dipole-Dipole. Nilai tahanan jenis yang terukur bukan merupakan harga
sebenarnya akan tetapi merupakan nilai tahanan jenis semu (Apparent Resisitivity). Kemudian
data yang diperoleh ditampilkan dengan menggambarkan kontur 2D menggunakan software
Res2dinv. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya potensi geothermal di daerah penelitian
dengan indikasi nilai hambatan yaitu 209 Ωm sampai dengan 442 Ωm pada lintasan pertama
dengan konfigurasi Dipole-Dipole, 32.9 Ωm sampai dengan 79.0 Ωm pada lintasan kedua dengan
konfigurasi Wenner-Schlumberger, 4.56 Ωm sampai dengan 18.7 Ωm pada lintasan kedua
dengan konfigurasi Dipole-Dipole. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa nilai resistivitas
lintasan kedua antara konfigurasi Wenner-Schlumberger dengan Dipole-Dipole mempunyai
nilai resistivitas yang sedikit berbeda yang disebabkan oleh kedalaman yang berbeda dan nilai
ketidakpastian alat yang berbeda.

Kata Kunci : Geolistrik, Konfigurasi Wenner-Schlumberger, Konfigurasi Dipole-dipole,


Geothermal

PENDAHULUAN beku panas. Air permukaan yang berasal dari


Energi panas bumi adalah energi sumber sungai, hujan, danau, laut dan lain-lain meresap
daya alam berupa air panas atau uap yang menjadi air tanah, mengalir dan bersentuhan
terbentuk dalam reservoir di dalam bumi melalui dengan tubuh magma atau batuan beku panas
pemanasan air bawah permukaan oleh batuan tersebut, mendidih serta kemudian membentuk

1
Arie Sapta Octavani dan Muhammad Kadri, Analisis Resistivitas Bawah Permukaan Menggunakan Metode Geolistrik
Konfigurasi Wenner–Schlumberger Dan Dipole-Dipole Di Daerah Geothermal Gunung Sibayak Kabupaten Karo Provinsi
Sumatera Utara

air dan uap panas (Hidrothermal). Karena berat karena resistivitas dari batuan sangat sensitif
jenis, temperatur dan tekanannya, uap dan air terhadap kandungan airnya.
panas ini mengalir kembali ke permukaan Penelitian ini menggunakan metode
melalui bidang-bidang rekahan di lapisan kulit geolistrik dengan mengkombinasikan dua
bumi (Tim Pertamina, 2007). konfigurasi yaitu konfigurasi Wenner-
Panas bumi adalah sumber daya panas Schlumberger dan Dipole-Dipole. Dengan
alami yang terdapat di dalam bumi, yang kombinasi konfigurasi Wenner-Schlumberger
disebabkan oleh hasil interaksi antara panas yang dan Dipole-Dipole dapat dilihat perbandingan
dipancarkan batuan panas (magma) dan air tanah nilai resistivitas batuan dan fluida pada obyek
yang berada disekitarnya, dimana cairan yang yang diteliti. Pada metode geolistrik resistivitas
terpanasi terperangkap di dalam batuan yang konfigurasi Wenner-Schlumberger jarak antara
terletak di dekat permukaan (Setyaningsih, W. elektroda arus dan elektroda potensial adalah n
2011). kali jarak kedua elektroda potensial. Metode
Potensi panas bumi di Indonesia yaitu geolistrik resistivitas konfigurasi Dipole-Dipole
sekitar 28170 MW atau 30-40% potensi sumber adalah metode yang digunakan untuk
daya panas bumi di dunia. Setelah dilakukan mengidentifikasi jenis batuan bawah permukaan
beberapa survei terkait potensi panas bumi di berdasarkan nilai resistivitas batuan yang
Indonesia, terdapat 265 area prospek panas bumi. memusat pada obyek yang diteliti.
Persebaran potensi panas bumi yaitu 84 prospek Untuk penelitian penentuan harga
di Pulau Sumatera, 76 prospek di Pulau Jawa, 51 resistivitas terhadap penyebaran fluida
prospek di Pulau Sulawesi, 21 prospek di Nusa geothermal sebelumnya sudah dilakukan, hanya
Tenggara, 3 prospek di Irian Jaya, 15 prospek di saja lokasi penelitian dilakukan di daerah sumber
Maluku dan 5 prospek di Kalimantan. panas bumi gunung Sibual-bual Sipirok Tapanuli
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Selatan dan peneliti tersebut hanya
Pertamina (1995) Indonesia mempunyai potensi menggunakan metode geolistrik schlumberger
sumber panas bumi entalpi tinggi sebesar 19.700 (Haerudin, 2008). Di daerah Tambu Kabupaten
MW yang berasal dari berbagai pulau seperti : Donggala Provinsi Sulawesi Tengah dengan
Sumatera (9550 MW), Jawa-Bali (5700 MW), tahanan jenis 70 - 150 Ωm, lapisan ini berada
Sulawesi (1600 MW), pulau lainnya (2850 MW) pada kedalaman > 600 meter, diikuti oleh lapisan
dan baru ±4% dari keseluruhan potensi panas batolit granit yang mendominasi lapisan batuan
bumi yang sudah dimanfaatkan. di daerah ini dengan tahanan jenis 800 – 900 Ωm,
Salah satu daerah di Indonesia yang di daerah Rianiate Kecamatan Pangururan
menyimpan potensi sumber energi panas bumi berkisar antara 23,6 – 84,7 Ωm pada kedalaman
yang tinggi adalah Provinsi Sumatera Utara, dari 6,36 – 9,26 meter. Aplikasi dari metode
dikarenakan Kepulauan Sumatera terletak pada geolistrik resistivitas konfigurasi Dipole-Dipole
pertemuan lempeng utama dunia yaitu lempeng pernah dilakukan di daerah Takaoi Kabupaten
Eurasia dan lempeng Australia. Salah satu daerah Kahayan Hulu, Kalimantan Tengah yang
yang memiliki indikasi adanya sumber energi menunjukkan dengan jelas adanya tiga lapisan
panas bumi di Sumatera Utara adalah di gunung tanah penutup dengan ketebalan rata-rata 3
sibayak Kabupaten Karo. meter, lapisan aluvium dengan ketebalan rata-
Untuk menggali potensi panas bumi di rata 7 sampai 10 meter, dan batuan dasar pada
daerah gunung Sibayak Kabupaten Karo, cara kedalaman antara 10 sampai 15 meter (Priatna,
yang dapat dilakukan untuk mengeksploitasi 2000).
energi panas bumi adalah dengan memanfaatkan
ilmu Geofisika. Dalam penelitian ini, peneliti METODE PENLITIAN
menggunakan metode geolistrik (Resistivity), 1. Alat Penelitian
dimana metode geolistrik ialah salah satu metode Dalam melakukan pengukuran
geofisika yang cukup banyak digunakan dalam resistivitas bawah permukaan, perlengkapan yang
dunia eksplorasi khususnya eksplorasi air tanah digunakan adalah GPS (Global Position System),
2
Jurnal Einstein 6 (2) (2018) : 1 - 7

Geolistrik ARES-D4.v47, SN: 06091345, Palu, resistivitas material berdasarkan


Baterai /Aki 60 A, HT, Laptop. referensi untuk mengetahui ada tidaknya
2. Teknik Pengolahan Data kesesuaian.
Dari beberapa konfigurasi geolistrik 4. Rumusan Pengukuran
metode tahanan jenis yang ada, akan digunakan Besaran V pada rumusan potensial secara
konfigurasi Wenner-Schlumberger dan Dipole- pengukuran dapat dinyatakan sebagai beda
Dipole. Setelah data diperoleh maka dilakukan potensial δV antara potensial pada kondisi tanpa
perhitungan ρ semu atau tahanan jenis semu arus (V0) dan pada kondisi dengan arus (V1), yaitu
dengan rumus : dengan pengukuran potensial diantara elektroda
V P1 dan P2 (elektroda potensial), selanjutnya
 K
I mengukur kuat arus yang mengalir diantara
Wenner-Schlumberger elektroda C1 dan C2 (elektroda arus). Konfigurasi
V yang digunakan dalam penelitian ini adalah
  n(n  1) Wenner-Schlumberger dan Dipole-Dipole.
I
Dipole-Dipole Resistivitas semu (ρa) dititik pengukuran dapat
V diperkirakan melalui rumusan :
  an(n  1)(n  2) Wenner-Schlumberger
I
V
  n(n  1)a
Nilai ρ semu ini akan digunakan dalam I
pembuatan peta tahanan jenis semu yang Dipole-Dipole
V
dikorelasikan dengan data tahanan jenis 1D    an(n  1)(n  2)
Sounding. Setelah melakukan perhitungan ρ I
(resistivity) berdasarkan data tahanan jenis 1D Dimana;
Sounding, dibuat kurva resistivitas. Input data 1D K = n(n  1)a adalah faktor geometri untuk
Sounding dimasukkan dalam software Res2Dinv konfigurasi Wenner Schlumberger
sehingga menghasilkan kurva resistivitas antara K = an(n  1)(n  2)
kedalaman dengan harga resistivitas lainnya. Dari a = jarak antara elektroda P2 dan P2
hasil perhitungan ρ semu yang telah dilakukan a = (P1 – P2)*jarak spasi terkecil elektroda
maka data diolah dengan pemodelan 1D dari titik n = bilangan bulat bulat (n=1,2,3,…..)
ukur data resistivitas dan kedalaman di Res2Dinv. n = (C1 – P1) / (C2 – P2)

3. Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Melakukan pengolahan awal dari data 1. Hasil Penelitian
yang diperoleh berdasarkan pengukuran Setelah dilakukan pengambilan data
untuk menghitung nilai resistivitas semu dengan menggunakan alat geolistrik (Resistivity
(ρ𝑎 ) tiap datum point meter) ARES-G4 v4.7 SN: 0609135 (Automatic
2. Kemudian data jarak datum (a), n dan Resistivity System), dan GPS (Global Position
nilai resistivitas semu (ρ𝑎 ) tersebut System), di kedua lintasan yang telah ditentukan
dimasukkan ke program notepad dan diperoleh data sebagai berikut:
disimpan dengan nama file tertentu yang Tabel 1. Hasil Pengukuran di Lapangan
nantinya akan dipanggil pada program Lintasa Elektrod Posis AL Waktu
Res2DinV (sesuai aturan software n a i T
Res2DinV). (m)
3. Dari pemodelan 2D dengan Res2DinV I 1 (x) N 195 14.55.3
diperlihatkan nilai resistivitas dan 030 6 5
kedalaman untuk setiap lapisannya. 14’
4. Nilai resistivitas material pada model 214”
yang diperoleh berdasarkan hasil E
pengukuran dicocokkan dengan nilai 0980

3
Arie Sapta Octavani dan Muhammad Kadri, Analisis Resistivitas Bawah Permukaan Menggunakan Metode Geolistrik
Konfigurasi Wenner–Schlumberger Dan Dipole-Dipole Di Daerah Geothermal Gunung Sibayak Kabupaten Karo Provinsi
Sumatera Utara

30’ Dipole-Dipole) untuk mendapatkan harga


112” resistivitas semua ( s
16 (y) N 193 13.58.0 Setelah dilakukan pengambilan data
030 7 9 dengan menggunakan alat geolistrik (Resistivity
14’ Meter), ARES-G4 v4,7 SN: 0609135 (Autematic
246” Resistivity System), GPS (Global Position
E System), di kedua lintasan yang telah ditentukan
0980 kemudian dilakukan pengunduhan data maka
30’
didapatkan hasil data tentang resistivitas dari
130”
tiap-tiap titik, kemudian data tersebut dikalikan
32 (z) N 195 15.12.0
dengan faktor geometri (konfigurasi
030 6 9
Schumberger) umtuk mendapatkan nilai
14’
279” resistivitas semua (ρs) yang akan digunakan
E dalam membuat kontur dengan menghubungkan
0980 tiap-tiap nilai resistivitas semu (ρs) tersebut.
30’ Dalam tahap pengolahan data ini
152” dilakukan menggunakan komputer dengan
II 1 (x) N 180 18.44.1 software Res2Dinv, software ini mengolah data
030 8 3 yang diperoleh dari lapangan. Pemodelan 2-D
14’ dilakukan dengan menggunakan program inverse
138” yang mana program inversi ini menggambarkan
E 2-D. Program inversi ini juga menentukan harga
0980 resistivitas semu terukur dan terhitung. Metode
29’ inversi yang digunakan dalam penelitian ini
841” adalah metode kuadrat terkecil (least square).
16 (y) N 180 18.58.2 Dari data pengukuran dan perhitungan di
030 9 9 lapangan kemudian diinterpretasikan
14’ menggunakan software Res2Dinv untuk
168” memperlihatkan profil bawah permukaan area
E yang diukur. Software Res2Dinv (2D) digunakan
0980
untuk menampilkan profil 2 dimensi sehingga
29’
data pengukuran di lapangan menggunakan
816”
konfigurasi Mapping.
32 (z) N 180 18.54.1
3. Hasil Analisis dan Interpretasi Data
030 7 5
14’ Tampilan 2-D hasil dari pengolahan data
169” dengan menggunakan software Res2Dinv
E tersebut terdiri dari tiga kontur resistivitas pada
0980 penampang kedalaman semu (pseudodepth
29’ section). Penampang yang pertama
774” menunjukkan kontur resistivitas semu
pengukuran (measured apparent resistivity
2. Pengolahan Data pseudosection), yaitu data resistivitas semu yang
Setelah dilakukan pengambilan data di diperoleh dari pengukuran di lapangan.
lapangan dengan menggunakan alat geolistrik Penampang yang kedua menunjukkan kontur
maka didapatkan hasil data nilai resistivitas dari resistivitas dari hasi perhitungan (calculated
tiap-tiap titik, kemudian data tersebut dikalikan apparent resistivity pseudosection), dan
dengan faktor tersebut dikalikan dengan faktor penampang yang ketiga adalah kontur resistivitas
geometri (konfigurasi Wenner-Schumberger dan yang sebenarnya yang diperoleh setelah melalui

4
Jurnal Einstein 6 (2) (2018) : 1 - 7

proses pemodelan inversi (inverse model 3 209 – 442 10,5 - 24,5 lapisan tanah
resistivity section). lanau dan pasiran
Data resistivitas 2-D yang telah diolah Berdasarkan gambar 1 dapat dianalisis
menggunakan program Res2Dinv, kemudian bahwa pada setiap lapisan memiliki nilai
diperoleh gambaran 2-D bawah permukaan resistivitas yang berbeda-beda yang berkisar
sepanjang lintasan dimana nilai tahanan jenis antara 2,32  m hingga 442  m. Dari gambar
yang dibedakan dengan warna untuk melihat terdapat beberapa titik air panas yang
kontras resistivitas pada setiap lapisan dan ditunjukkan dengan warna merah dan ungu pada
memberikan informasi tahanan jenis sebenarnya jarak 7,5 sampai 12,5 meter yang memiliki nilai
secara lateral (mengikuti rekahan ke permukaan resistivitas paling tinggi berkisar 209 – 442  m.
bumi) dan vertikal. Analisis data ini dilakukan Sedangkan untuk warna biru muda merupakan
untuk setiap lintasan ggeolistrik 2-D, sehingga aliran fluida dengan nilai resistivitas 22,0  m,
dapat diperkirakan keadaan bawah permukaan sedangkan warna biru tua merupakan air yang
yang lebih rinci. terpanaskan dengan nilai resistivitas 2,32 – 10,4
 m. Serta gambar yang menunjukkan warna
 Lintasan Pertama hijau muda hingga kuning kecoklatan dengan
- Metode Konfigurasi Dipole-dipole nilai resistivitas 46,6 – 98,6  m merupakan tanah
Data yang diperoleh dengan lanau dan pasiran.
menggunakan alat geolistrik (Resistivity  Lintasan Kedua
meter), ARES-G4 v4.7 SN: 0609135 - Metode konfigurasi Wenner-
(Automatic Resistivity System). Adalah nilai Schlumberger
rsistivitas semu bervariasi karena struktur Data yang diperoleh dengan
bawah tanah sangat bervariasi, nilainya 2,32 menggunakan alat geolistrik (Resistivity meter),
Ωm sampai dengan 442 Ωm. Panjang lintasan ARES-G4 v4.7 SN: 0609135 (Automatic
pertama adalah 160 meter, jarak antara Resistivity System). Nilai resistivitas semu
elektroda 5 meter. Setelah diinversikan bervariasi karena struktur bawah tanah sangat
dengan software Res2Dinv diperoleh gambar bervariasi, nilainya 13,7 Ωm sampai dengan 294
penampang seperti gambar di bawah ini: Ωm. Panjang lintasan pertama adalah 160 meter,
jarak antara elektroda 5 meter. Setelah
diinversikan dengan software Res2Dinv
diperoleh gambar penampang seperti gambar di
bawah ini:

Gambar 1. Penampang Kontur Resistivitas Pada


Lintasan Pertama
Konfigurasi Dipole-Dipole

Berdasarkan penampang kontur Gambar 2. Penampang Kontur Resistivitas Pada


resistivitas semu pada lintasan pertama Lintasan Kedua
konfigurasi Dipole-Dipole, dapat diketahui harga Konfigurasi Wenner-Schlumberger
resistivitas masing-masing pada tiap lapisan beda.
Tabel 2. Interpretasi Lintasan I Berdasarkan penampang kontur
No Resistivitas Kedalaman Interpretasi resistivitas semu pada lintasan kedua konfigurasi
(Ωm) (m) Wenner-Schlumberger, dapat diketahui harga
1. 2,32 - 22,0 4,36 - 16,4 tanah lanau resistivitas masing-masing pada tiap lapisan beda.
2. 46,6 - 98,6 1,5 - 23,1 lempung dan Tabel 3. Interpretasi Lintasan II Konfigurasi
pasiran Wenner-Schlumberger

5
Arie Sapta Octavani dan Muhammad Kadri, Analisis Resistivitas Bawah Permukaan Menggunakan Metode Geolistrik
Konfigurasi Wenner–Schlumberger Dan Dipole-Dipole Di Daerah Geothermal Gunung Sibayak Kabupaten Karo Provinsi
Sumatera Utara

No Resistivitas Kedalaman Interpretasi Konfigurasi Dipole-Dipole


(Ωm) (m)
1. 13,7 - 21,2 6,0 – 24,0 lanau Berdasarkan penampang kontur
lembek resistivitas semu pada lintasan kedua konfigurasi
2. 32,9 – 79,0 6,38 – 19,8 tanah lanau Dipole-Dipole, dapat diketahui harga resistivitas
dan pasiran masing-masing pada tiap lapisan beda.
3 122 - 294 1,25 - 24,0 lempung Tabel 4. Interpretasi Lintasan II Konfigurasi
dan pasiran Dipole-Dipole
No Resistivitas Kedalaman Interpretasi
Berdasarkan gambar 2 dapat dianalisis (Ωm) (m)
bahwa pada setiap lapisan memiliki nilai 1. 4,56 - 18,7 6,30 - 30,5 Tanah lanau
resistivitas yang berbeda-beda yang berkisar 2. 37,9 - 156 37,9 - 23,1 tanah lanau
antara 13,7 Ωm hingga 294 Ωm. Dari gambar dan pasiran
terdapat beberapa titik air panas yang 3 316 - 640 0,854 – Tanah basah
ditunjukkan dengan warna cokelat dan merah 8,50 lembek
pada jarak 52,5 sampai 75,0 meter yang memiliki
nilai resistivitas paling tinggi berkisar 190 – 294 Berdasarkan gambar 3. dapat dianalisis bahwa
Ω. Sedangkan untuk warna biru dan biru muda pada setiap lapisan memiliki nilai resistivitas
merupakan aliran fluida dengan nilai resistivitas yang berbeda-beda yang berkisar antara 4,56 Ωm
13,7 – 21,2 Ω, sedangkan warna hijau muda, hijau hingga 640 Ωm. Dari gambar terdapat beberapa
dan hijau tua merupakan air yang terpanaskan titik air panas yang ditunjukkan dengan warna
dengan nilai resistivitas 32,9 – 79,0 Ω. Serta ungu muda dan ungu tua pada jarak 17,5 sampai
gambar yang menunjukkan warna kuning 40,0 meter yang memiliki nilai resistivitas paling
dengan nilai resistivitas 122 Ω merupakan lapisan tinggi berkisar 316 - 640 Ω. Sedangkan untuk
tanah lanau. hijau merupakan aliran fluida dengan nilai
resistivitas 37,9 – 76,9 Ω, sedangkan warna biru
- Metode Konfigurasi Dipole-Dipole tua dan biru merupakan air yang terpanaskan
Data yang diperoleh dengan dengan nilai resistivitas 4,56 – 18,7 Ω. Serta
menggunakan alat geolistrik (Resistivity meter), gambar yang menunjukkan warna kuning dan
ARES-G4 v4.7 SN: 0609135 (Automatic cokelat dengan nilai resistivitas 156 Ω
Resistivity System). Adalah nilai rsistivitas semu merupakan lapisan tanah lanau, tanah lanau
bervariasi karena struktur bawah tanah sangat lembek dan pasiran.
bervariasi, nilainya 4,56 Ωm sampai dengan 640 Pengambilan data oleh alat geolistrik
Ωm. Panjang lintasan pertama adalah 160 meter, pada tiap lintasan membutuhkan waktu yang
jarak antara elektroda 5 meter. Setelah berbeda-beda. Kondisi tanah yang lembab sangat
diinversikan dengan software Res2Dinv baik untuk melakukan penelitian ini, karena
diperoleh gambar penampang seperti gambar di elektroda yang dipakai sangat bergantung pada
bawah ini : air untuk dapat mengukur nilai resistivitas
lapisannya yang akan dibaca oleh alat saat
pengukuran.
Dari hasil analisa pada ke dua lintasan,
lapisan batuan di daerah penelitian adalah lapisan
tanah lanau pasiran,tanah lanau lembek, tanah
lempung lanau basah, batuan dasar terisi tanah
kering, lapisan batuan dasar berkekar terisi tanah
lembek dan pasir kerikil terdapat lapisan lanau.
Gambar 3. Penampang Kontur Resistivitas Pada
Lintasan Kedua KESIMPULAN DAN SARAN

6
Jurnal Einstein 6 (2) (2018) : 1 - 7

Dari hasil pengolahan, analisis dan Penyebaran Fluida Geothermal Di


interpretasi data pada penelitian dapat diambil Daerah Potensi Panasbumi Gunung
kesimpulan sebagai berikut : Rajabasa Kalianda Lampung Selatan,
1. Pola penyebaran fluida geothermal pada Prosiding Seminar Nasional SATEKS II
daerah penelitian tersebar secara lateral, Universitas Lampung. Bandar
dimana lapisan pasiran sebagai zona lampung.
konduktif dan lapisan tanah lanau Kurniawan, A., (2009), Eksplorasi Energi Panas
sebagai lapisan penutupnya. Bumi Dengan Metode Geofisika Dan
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Geokimia Pada Daerah RiaRia
adanya potensi geothermal di daerah Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara,
penelitian dengan indikasi nilai Sumatra Utara, Skripsi, Teknik
hambatan yaitu 209 Ωm sampai dengan Geologi, ITB, Bandung.
442 Ωm pada lintasan pertama dengan Minarto, E., (2007), Pemodelan Inversi Data
konfigurasi Dipole-Dipole, 32.9 Ωm Geolistrik Untuk Menentukan Struktur
sampai dengan 79.0 Ωm pada lintasan Perlapisan Bawah Permukaan Daerah
kedua dengan konfigurasi Wenner- Panas bumi Mataloko, Jurnal geofisika,
Schlumberger, 4.56 Ωm sampai dengan Surabaya.
18.7 Ωm pada lintasan kedua dengan Reynolds, J.M., (1997), An Introduction to
konfigurasi Dipole-Dipole. Applied and Enviromental Geophysics.
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa John Wiley & Sons, New York.
nilai resistivitas lintasan kedua antara Tim Pertamina, (2007), Peluang Pemanfaatan
konfigurasi Wenner-Schlumberger Potensi Energi Geothermal Ulubelu
dengan Dipole-Dipole mempunyai nilai Lampung. Makalah Workshop
resistivitas yang sedikit berbeda yang Geofisika Universitas Lampung,
disebabkan oleh kedalaman yang Bandar Lampung
berbeda. Wardhana, W.A., Supriyono, A.Z., Kamal, Z.,
4. (lintasan I dan II) memiliki penyusun (1998), Prosfek Panas Bumi di
yang sama, tetapi hanya nilai resistivitas Indonesia, http://www.bag.lapan.go.id.
dan kedalamannya saja yang berbeda. (accessed 27 Maret 2008).
Dari kedalaman 0,854-31,2 meter jenis
tanah/batuannya adalah tanah lanauan,
tanah lanau lembek dan pasiran.

SARAN
Dilihat dari pola penyebaran fluida
geothermal, maka perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut dengan memperluas daerah
pengambilan data dan mengubah tata cara
peletakan rentangan kabel elektroda-elektroda
yang akan digunakan, sehingga potensinya akan
lebih terlihat. Perlu diadakan penelitian lebih
lanjut pada tempat penelitian dengan
menggunakan metode termometer empiris dan
metode magnetik untuk mendapatkan data yang
lebih maksimal sebagai referensi pemanfaatan
panas bumi.

DAFTAR PUSTAKA
Haerudin, N., dan Rasimen, E., (2008), Metode
Geolistrik Untuk Menentukan Pola
7

Anda mungkin juga menyukai