Anda di halaman 1dari 11

APLIKASI METODE GEOLISTRIK PADA PANAS BUMI

(Makalah Metode Geolistrik)

Oleh
Kelompok 4
Varenza Novita Yandi 1715051006
Devita Sari 1715051020
Acep Sihabudin 1715051022
Felia Yustika 1715051024
Rizky MF Naibaho 1715051042

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya makalah ini dapat diselesaikan.

Makalah dengan judul “Aplikasi Metode Geolistrik dalam Panas Bumi” adalah
salah satu pemenuhan tugas dari mata kuliah Metode Geolistrik.

Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT atas
segala rahmat dan berkahnya, orangtua kami yang selalu mendukung kami dalam
kegiatan perkuliahan, Bapak Karyanto, S. Si, M. T selaku dosen pembimbing, serta
kepada teman-teman seperjuangan yang kami banggakan. Bilamana masih terdapat
kesalahan dalam makalah ini, kami selaku penulis meminta maaf yang sebesar-
besarnya.

Bandar Lampung, November 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Tujuan ........................................................................................ 1
II. ISI
III. PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 7
B. Saran ........................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA

ii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Produk energi yang ramah lingkungan saat ini menjadi isu kebijakan yang
penting, mengingat dampak kerusakan dari sumber energi fosil pada alam
yang telah terjadi dan perkiraan potensi kerusakan yang dapat ditimbulkan
di masa depan. Kesepakatan Protokol Kyoto menandai komitmen dunia
akan pentingnya energi terbarukan sebagai energi pengganti energi fosil
saat ini.

Sumber energi panas bumi merupakan sumber energi terbarukan yang


memiliki emisi karbon yang amat rendah dan memiliki ongkos operasional
yang murah dan stabil, tidak tergantung pada fluktuasi harga sebagaimana
halnya sumber energi fosil. Saat ini energi panas bumi telah dimanfaatkan
untuk pembangkit listrik di 24 Negara, termasuk Indonesia. Eksplorasi
panasbumi di Indonesia dimungkikan untuk dilakukan karena Indonesia
secara geografis terletak diposisi pertemuan tiga lempeng besar (Eurasia,
Hindia-Australia dan Pasifik) yang menyebabkan Indonesia memiliki
tatanan tektonik yang kompleks.

Ditinjau dari sistem panas bumi, reservoar panas bumi di Indonesia


ditandai dengan kemunculan gas dan mata air panas. Air panas cenderung
berada di dalam batuan dengan porositas dan permeabilitas tinggi atau
biasa disebut dengan zona permeabel. Nilai anomali resistivitas pada zona
permeabel daerah panas bumi mempunyai karakteristik yang cenderung
rendah. Untuk dapat mengetahui anomali resistivitas pada zona tersebut
maka diterapkanlah metode geolistrik resistivitas.

B. Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk dapat mengetahui aplikasi


metode geolistrik dalam sistem panas bumi.
II. ISI

Metode Geolistrik adalah metode yang digunakan untuk mencari variasi nilai
resistivitas lapisan bawah permukaan bumi. Restivitas tiap batuan berbeda sebab
kemampuan suatu batuan untuk mengalirkan listrik berbeda-beda tergantung dari
adanya fluida elektrolit di dalam pori batuan itu sendiri. Secara umum, metode
yang digunakan adalah metode 1D (mendapatkan variasi resistivitas satu dimensi)
dan 2D (mendapatkan variasi resistivitas dua dimensi).

Dalam eksplorasi geolistrik terdapat konfigurasi elektroda yang mimiliki


sensitivitas terhadap lapisan bawah permukaan dengan karakteristik yang berbeda-
beda. Konfigurasi tersebut diantaranya; konfigurasi wenner, konfigurasi
schlumberger, konfigurasi wenner-schlumberger; konfigurasi dipole-dipole,
konfigurasi pole-pole, konfigurasi pole dipole dan konfigurasi square. Berkaitan
dengan metode geoofisika tersebut, dapat diaplikasikan dalam eksplorasi panas
bumi untuk mengidentifikasi lapisan panas bumi yang memiliki variasi nilai
resistivitas, yang menandakan adanya komponen-komponen panas bumi
berdasarkan sifat kelistrikanya, konduktif atau resistif. Pada aplikasinya, hal ini
dapat ditunjukkan dengan penampang harga tahanan jenis yang semakin kecil
sehingga mencerminkan karakteristik fisik atau struktur bawah permukaan
berdasarkan kondisi ideal geologi yang memenuhi persyaratan daerah panasbumi
(geothermal reservoir) yang dapat menghasilkan uap panas adalah adanya sumber
panas (heat source), adanya batuan reservoir dengan porositas dan permeabilitas
cukup tinggi berisi fluida panas (ada pengisian kembali air dingin melalui rekahan
atau sesar), serta adanya batuan penutup (cap rock) yang dapat menahan pelepasan
panas. Secara garis besar panas bumi dapat diidentifikasi dengan menggunakan
metode geolistrik dengan membandingkan nilai resistivitas terhadap kemungkinan
formasi maupun komponen panas bumi yang ada. Komponen yang paling mudah
diidentifikasi adalah distribusi fluida yang menunjukan nilai persebaran yang lebih
besar. Jika diindentifikasi berdasarkan nilai tahanan jenis nilai tersebut
merepresentasikan adanya lapisan fluida yang diduga sebagai fluida panas bumi
yang merujuk pada keberadaan reservoir panas bumi..
3

Salah satu kasusnya adalah kemunculan mata air panas di daerah Lombang,
Sumenep Madura yang dapat diartikan sebagai manifestasi adanya sistem panas
bumi.. Untuk menindaklanjuti dan meyakinkan hasil tersebut, dilakukan penelitian
dengan menggunakan dua metode, yaitu metode geolistrik dengan konfigurasi
dipoledipole dan metode Potensial Diri (Self Potential). Metode geolistrik
resistivitas konfigurasi dipole-dipole diterapkan dengan tujuan untuk mendapatkan
gambaran bawah permukaan pada obyek yang penetrasinya relatif lebih dalam
dibandingkan dengan metode sounding lainnya. Penerapan metode Potensial Diri
(Self Potential) atau yang disingkat dengan SP ini dimungkikan untuk eksplorasi
panas bumi atau geotermal karena aktivitas geotermal di bawah permukaan
menyebabkan adanya kontras nilai SP yang besar (anomali) yang disebabkan
adanya mekanisme thermoelektrik pada proses perambatan panas dari bawah
menuju permukaan yang mengubah potensial diri struktur batuan yang dilewatinya.

Pengolahan data Geolistrik konfigurasi dipole-dipole dilakukan dengan


perhitungan manual melalui software Microsoft Excel untuk mengetahui nilai
resistansi (R) dan nilai resistivitas semunya (ρa). Selanjutnya dengan menggunakan
software Res2dinv Pada penelitian metode Potensial Diri (Self Potential) ini yaitu
dengan memanfaatkan empat elektroda, dimana dua elektroda dihubungkan dengan
milivoltmeter melalui kabel sebagai base (elektroda tetap), dan elektroda lainnya
dihubungkan dengan milivoltmeter sebagai rover (elektroda bergerak)

Metode Geolistrik Pengukuran geolistrik resistivitas dipole-dipole ini dilakukan


sebanyak 3 lintasan, masing-masing memiliki panjang sekitar 300 meter. Pada
penelitian ini kedalaman yang berhasil diidentifikasi mencapai 40 meter pada line
1 dan 2 sedangkan pada line 3 mencapai 60 meter. Pada lintasan pertama
menunjukkan bahwa letak air tanah pada kedalaman maksimal + 15 meter dibawah
permukaan tanah. Sedangkan pada lintasan kedua + 20 m di bawah permukaan
tanah.

Berdasarkan analisa data diperlihatkan adanya adanya anomali di daerah ini. Nilai
isopotensial yang terbaca pada daerah ini berkisar pada nilai -100 mV sampai
dengan 90 mV. Pada daerah anomali yakni daerah dengan tonjolan besar nilai
potensialnya -60 sampai dengan -40 mV. Nilai potensial yang sangat kecil
mengindikasikan daerah yang konduktif. Berdasarkan peta kontur isopotensial
yang telah dibuat dapat diinterpretasi bahwa daerah penelitian adalah zona
konduktif. Zona anomali potensial paling negatif ditemukan di kawasan selatan
hingga barat daya daerah penelitian dengan nilai potensial diri mencapai -90 mV.
Hal ini mengindikasikan bahwa di zona tersebut kemungkinan terdapat sumber
aliran fluida panas bawah permukaan yang cukup dangkal. Hasil pengukuran data
SP menunjukkan bahwa pengukuran reservoir cenderung bersifat resistif.
4

Berdasar hasil penelitian metode geolistrik konfigurasi dipole-dipole dan potensial


diri (self potential) menggunakan elektroda pot berpori untuk mendeteksi aliran
fluida panas bawah permukaan di kawasan lombang batang-batang kabupaten
Sumenep dapat disimpulkan bahwa dengan metoda geolistrik konfigurasi dipole-
dipole dalam penelitian ini tidak ditemukannya sistem panas bumi, diperkirakan
sistem ini masih jauh berada jauh di bawah permukaan.

Kasus lainnya adalah pada salah satu wilayah yang memiliki indikasi adanya
sumber energi panas bumi adalah di wilayah Desa Masaingi. Desa Masaingi secara
administratif terletak di Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala, Provinsi
Sulawesi Tengah. Sumber panasbumi (geothermal) Masaingi mempunyai posisi
geografis pada 0 35’00” – 0o35’15” LS dan 119o48’29” – 119o48’47” BT. Terletak
disebelah Timur Desa Marana Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala, Provinsi
Sulawesi Tengah. Daerah panas bumi Masaingi mempunyai kondisi geologi yang
cukup ideal dan memenuhi persyaratan daerah panas bumi yang cukup potensial
untuk dapat menghasilkan uap panas. Hal ini didukung selain dengan adanya
sumber panas (heat source), adanya batuan reservoir dengan porositas dan
permeabilitas cukup tinggi, serta adanya batuan penutup (cap rock) yang dapat
menahan pelepasan panas, juga didukung adanya beberapa sesar yang berfungsi
pada pengisian kembali air sebagai reservoir.

Adapun Peralatan yang akan digunakan dalam penelitian adalah Satu set alat alat
ukur geolistrik SuperSting R8IP dengan Konfigurasi Elektroda Wenner. Jarak
Bentangan sebesar 330 meter dengan spasi elektroda 6 meter. Dengan jumlah
lintasan pengukuran sebanyak 6 lintasan.

Berdasarkan distribusi nilai hambatan jenis pada model 2D dan pengamatan kondisi
geologi tempat penelitian, maka dapat dijelaskan bahwa: Nilai hambatan jenis yang
berkisar antara ± 2 – 200 Ωm ditunjukan dengan warna biru tua sampai hijau diduga
merupakan nilai risistivitas lempung pasiran dan pasir lempung yang berisi air,
dimana lapisan dengan warna biru tua diduga sebagai lapisan lempung pasiran dan
pasir lempung yang berisikan air panas (geothermal). Nilai hambatan jenis yang
berkisar antara ±200-700 Ωm yang ditunjukan dengan warna kuning diduga
merupakan lapisan batuan pasir, konglomerat, batu gamping. Nilai hambatan jenis
yang berkisar antara ±700-4900 Ωm yang ditunjukan dengan warna merah diduga
merupakan lapisan batauan granit dan andesit.
1. Penampang 1
Pada lintasan ini terlihat adanya panas bumi yang ditunjukan oleh warna biru
pada penampang 2D. Sebaran panas bumi juga terdeteksi pada kedalaman 7 m
yang berada di bagian selatan manifestasi panas bumi. Hal ini dapat
memperkuat dugaan nilai hambatan jenis yang berkisar antara 2-200 Ωmeter
sebagai nilai hambatan jenis dari air panas (geothermal).
5

2. Penampang 2
Lintasan ini memotong Lintasan 1 pada elektroda antara 6 dan 7. Pada lintasan
ini terdeteksi adanya air panas, hal ini dapat diketahui dengan nilai hambatan
jenis yang berkisar antara 2- 20Ωm (warna biru tua). Air panas ini terdapat
hingga kedalaman yang tidak terdeteksi.

3. Penampang 3
Lintasan ini terletak di sebelah selatan dari mata air panas dan memotong
Lintasan 1 pada elektroda 8. Berdasarkan penampang 2D yang dihasilkan,
dapat dilihat adanya air panas pada kedalaman tak berhingga yang ditunjukan
oleh gambar berwarna biru tua yang hanya terdapat pada elektroda 2 sampai
19. Dari gambar juga terlihat adanya batuan keras yang ditandai oleh warna
merah dimana pada batuan ini terdapat celah atau rekahan (bidang sesar) yang
diduga sebagai jalur munculnya manifestasi panas bumi di permukaan berupa
mata air panas.

4. Penampang 4
Lintasan ini memotong Lintasan 5 pada elektroda antara 18 dan 19.
Berdasarkan penampang 2D yang dihasilkan, pada lintasan ini juga terdeteksi
keberadaan air panas pada kedalaman 46 meter terdapat pada elektroda 10
sampai 15 dan pada kedalaman tak berhingga pada elektroda 25. Sebaran air
panas pada lintasan ini tersebar secara merata untuk setiap elektroda dengan
arah penyebaran Timur-Barat.

5. Penampang 5
Lintasan ini memotong Lintasan 4 pada elektroda 33 dan 34. Lintasan ini tepat
melintasi titik lubang bor dengan elektroda yang berada pada titik bor adalah
28 dan 29. Pada penempang hasil pengolahan 2D terlihat bidang yang
menggambarkan adanya air panas yang terdeteksi tepat ditengah-tengah
lintasan yakni antara elektrda 28 dan 29. Hal ini dapat memperkuatdugaan
mengenai penyebaran sistem panas bumi yang terdapat di daerah tersebut yakni
ke arah Timur-Barat.

6. Penampang 6
Lintasan ini terletak di bagian selatan dari ujung Lintasan 1. Berdasakan
penampang hasil pengolahan 2D terlihat bidang yang menandakan keberadaan
mata air panas tersebut muncul kepermukaan yang ditandai dengan warna biru.
Selain itu, juga terlihat adanya air panas pada hampir disepanjang lintasan yang
berarah ke arah Barat.

Berdasarkan hasil pengukuran geolistrik di Desa Masaingi Kecamatan Sindue


Kabupaten Donggala maka dapat disimpulkan bahwa: Sistem panas bumi yang
6

terdapat di Desa Masaingi merupakan sistem hidrothermal. Penyebaran fluida


geothermal (hidrothermal) pada daerah penelitian tersebar secara merata
dengan arah penyebaran menuju arah Barat, dimana lapisan pasir tufan sebagai
zona konduktif dan lempung sebagai lapisan penutupnya dengan nilai
resistivitas antara 2-200 Ωmeter.
III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini antara lain sebagai berikut.


1. Syarat suatu lapisan dapat mengandung panas bumi antara lain adanya
batuan reservoir dengan porositas dan permeabilitas cukup tinggi berisi
fluida panas, serta adanya batuan penutup (cap rock) yang dapat menahan
panas
2. Pada pengukuran geolistrik di Lombang, Sumenep, Madura dapat dikatakan
bahwa tidak ditemukan sumber panas bumi sebab sumber aliran fluida panas
bawah permukaan yang cukup dangkal serta reservoir yang bersifat resistif.
3. Pada pengukuran geolistrik di Desa Masaingi Kecamatan Sindue Kabupaten
Donggala merupakan sistem panas bumi hidrotermal dimana lapisan pasir
tufan sebagai zona konduktif dan lempung sebagai lapisan penutupnya
dengan nilai resistivitas antara 2-200 Ωmeter.

B. Saran

Pada pengukuran geolistrik sebaiknya alat yang digunakan dalam keadaan yag
lebih baik dan dengan konfigurasi yang jangkauannya lebih dalam.
DAFTAR PUSTAKA

Arif dkk. 2015. Identifikasi Sebaran Panasbumi Menggunakan Metode Geolistrik


Hambatan Jenis di Desa Wani Tiga, Kabupaten Donggala. Online Jurnal Of
Natural Science Vol 4(3). Desember 2015

Basid dkk. 2014. Pendugaan Reservoir Sistem Panas Bumi Dengan Menggunakan
Survey Geolistrik Resistivitas dan Self Potensial. Jurnal Neutrino Vol. 7 No. 1
Oktober 2014.

Anda mungkin juga menyukai