Oleh
Kelompok 4
Varenza Novita Yandi 1715051006
Devita Sari 1715051020
Acep Sihabudin 1715051022
Felia Yustika 1715051024
Rizky MF Naibaho 1715051042
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah dengan judul “Aplikasi Metode Geolistrik dalam Panas Bumi” adalah
salah satu pemenuhan tugas dari mata kuliah Metode Geolistrik.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT atas
segala rahmat dan berkahnya, orangtua kami yang selalu mendukung kami dalam
kegiatan perkuliahan, Bapak Karyanto, S. Si, M. T selaku dosen pembimbing, serta
kepada teman-teman seperjuangan yang kami banggakan. Bilamana masih terdapat
kesalahan dalam makalah ini, kami selaku penulis meminta maaf yang sebesar-
besarnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Tujuan ........................................................................................ 1
II. ISI
III. PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 7
B. Saran ........................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA
ii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Produk energi yang ramah lingkungan saat ini menjadi isu kebijakan yang
penting, mengingat dampak kerusakan dari sumber energi fosil pada alam
yang telah terjadi dan perkiraan potensi kerusakan yang dapat ditimbulkan
di masa depan. Kesepakatan Protokol Kyoto menandai komitmen dunia
akan pentingnya energi terbarukan sebagai energi pengganti energi fosil
saat ini.
B. Tujuan
Metode Geolistrik adalah metode yang digunakan untuk mencari variasi nilai
resistivitas lapisan bawah permukaan bumi. Restivitas tiap batuan berbeda sebab
kemampuan suatu batuan untuk mengalirkan listrik berbeda-beda tergantung dari
adanya fluida elektrolit di dalam pori batuan itu sendiri. Secara umum, metode
yang digunakan adalah metode 1D (mendapatkan variasi resistivitas satu dimensi)
dan 2D (mendapatkan variasi resistivitas dua dimensi).
Salah satu kasusnya adalah kemunculan mata air panas di daerah Lombang,
Sumenep Madura yang dapat diartikan sebagai manifestasi adanya sistem panas
bumi.. Untuk menindaklanjuti dan meyakinkan hasil tersebut, dilakukan penelitian
dengan menggunakan dua metode, yaitu metode geolistrik dengan konfigurasi
dipoledipole dan metode Potensial Diri (Self Potential). Metode geolistrik
resistivitas konfigurasi dipole-dipole diterapkan dengan tujuan untuk mendapatkan
gambaran bawah permukaan pada obyek yang penetrasinya relatif lebih dalam
dibandingkan dengan metode sounding lainnya. Penerapan metode Potensial Diri
(Self Potential) atau yang disingkat dengan SP ini dimungkikan untuk eksplorasi
panas bumi atau geotermal karena aktivitas geotermal di bawah permukaan
menyebabkan adanya kontras nilai SP yang besar (anomali) yang disebabkan
adanya mekanisme thermoelektrik pada proses perambatan panas dari bawah
menuju permukaan yang mengubah potensial diri struktur batuan yang dilewatinya.
Berdasarkan analisa data diperlihatkan adanya adanya anomali di daerah ini. Nilai
isopotensial yang terbaca pada daerah ini berkisar pada nilai -100 mV sampai
dengan 90 mV. Pada daerah anomali yakni daerah dengan tonjolan besar nilai
potensialnya -60 sampai dengan -40 mV. Nilai potensial yang sangat kecil
mengindikasikan daerah yang konduktif. Berdasarkan peta kontur isopotensial
yang telah dibuat dapat diinterpretasi bahwa daerah penelitian adalah zona
konduktif. Zona anomali potensial paling negatif ditemukan di kawasan selatan
hingga barat daya daerah penelitian dengan nilai potensial diri mencapai -90 mV.
Hal ini mengindikasikan bahwa di zona tersebut kemungkinan terdapat sumber
aliran fluida panas bawah permukaan yang cukup dangkal. Hasil pengukuran data
SP menunjukkan bahwa pengukuran reservoir cenderung bersifat resistif.
4
Kasus lainnya adalah pada salah satu wilayah yang memiliki indikasi adanya
sumber energi panas bumi adalah di wilayah Desa Masaingi. Desa Masaingi secara
administratif terletak di Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala, Provinsi
Sulawesi Tengah. Sumber panasbumi (geothermal) Masaingi mempunyai posisi
geografis pada 0 35’00” – 0o35’15” LS dan 119o48’29” – 119o48’47” BT. Terletak
disebelah Timur Desa Marana Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala, Provinsi
Sulawesi Tengah. Daerah panas bumi Masaingi mempunyai kondisi geologi yang
cukup ideal dan memenuhi persyaratan daerah panas bumi yang cukup potensial
untuk dapat menghasilkan uap panas. Hal ini didukung selain dengan adanya
sumber panas (heat source), adanya batuan reservoir dengan porositas dan
permeabilitas cukup tinggi, serta adanya batuan penutup (cap rock) yang dapat
menahan pelepasan panas, juga didukung adanya beberapa sesar yang berfungsi
pada pengisian kembali air sebagai reservoir.
Adapun Peralatan yang akan digunakan dalam penelitian adalah Satu set alat alat
ukur geolistrik SuperSting R8IP dengan Konfigurasi Elektroda Wenner. Jarak
Bentangan sebesar 330 meter dengan spasi elektroda 6 meter. Dengan jumlah
lintasan pengukuran sebanyak 6 lintasan.
Berdasarkan distribusi nilai hambatan jenis pada model 2D dan pengamatan kondisi
geologi tempat penelitian, maka dapat dijelaskan bahwa: Nilai hambatan jenis yang
berkisar antara ± 2 – 200 Ωm ditunjukan dengan warna biru tua sampai hijau diduga
merupakan nilai risistivitas lempung pasiran dan pasir lempung yang berisi air,
dimana lapisan dengan warna biru tua diduga sebagai lapisan lempung pasiran dan
pasir lempung yang berisikan air panas (geothermal). Nilai hambatan jenis yang
berkisar antara ±200-700 Ωm yang ditunjukan dengan warna kuning diduga
merupakan lapisan batuan pasir, konglomerat, batu gamping. Nilai hambatan jenis
yang berkisar antara ±700-4900 Ωm yang ditunjukan dengan warna merah diduga
merupakan lapisan batauan granit dan andesit.
1. Penampang 1
Pada lintasan ini terlihat adanya panas bumi yang ditunjukan oleh warna biru
pada penampang 2D. Sebaran panas bumi juga terdeteksi pada kedalaman 7 m
yang berada di bagian selatan manifestasi panas bumi. Hal ini dapat
memperkuat dugaan nilai hambatan jenis yang berkisar antara 2-200 Ωmeter
sebagai nilai hambatan jenis dari air panas (geothermal).
5
2. Penampang 2
Lintasan ini memotong Lintasan 1 pada elektroda antara 6 dan 7. Pada lintasan
ini terdeteksi adanya air panas, hal ini dapat diketahui dengan nilai hambatan
jenis yang berkisar antara 2- 20Ωm (warna biru tua). Air panas ini terdapat
hingga kedalaman yang tidak terdeteksi.
3. Penampang 3
Lintasan ini terletak di sebelah selatan dari mata air panas dan memotong
Lintasan 1 pada elektroda 8. Berdasarkan penampang 2D yang dihasilkan,
dapat dilihat adanya air panas pada kedalaman tak berhingga yang ditunjukan
oleh gambar berwarna biru tua yang hanya terdapat pada elektroda 2 sampai
19. Dari gambar juga terlihat adanya batuan keras yang ditandai oleh warna
merah dimana pada batuan ini terdapat celah atau rekahan (bidang sesar) yang
diduga sebagai jalur munculnya manifestasi panas bumi di permukaan berupa
mata air panas.
4. Penampang 4
Lintasan ini memotong Lintasan 5 pada elektroda antara 18 dan 19.
Berdasarkan penampang 2D yang dihasilkan, pada lintasan ini juga terdeteksi
keberadaan air panas pada kedalaman 46 meter terdapat pada elektroda 10
sampai 15 dan pada kedalaman tak berhingga pada elektroda 25. Sebaran air
panas pada lintasan ini tersebar secara merata untuk setiap elektroda dengan
arah penyebaran Timur-Barat.
5. Penampang 5
Lintasan ini memotong Lintasan 4 pada elektroda 33 dan 34. Lintasan ini tepat
melintasi titik lubang bor dengan elektroda yang berada pada titik bor adalah
28 dan 29. Pada penempang hasil pengolahan 2D terlihat bidang yang
menggambarkan adanya air panas yang terdeteksi tepat ditengah-tengah
lintasan yakni antara elektrda 28 dan 29. Hal ini dapat memperkuatdugaan
mengenai penyebaran sistem panas bumi yang terdapat di daerah tersebut yakni
ke arah Timur-Barat.
6. Penampang 6
Lintasan ini terletak di bagian selatan dari ujung Lintasan 1. Berdasakan
penampang hasil pengolahan 2D terlihat bidang yang menandakan keberadaan
mata air panas tersebut muncul kepermukaan yang ditandai dengan warna biru.
Selain itu, juga terlihat adanya air panas pada hampir disepanjang lintasan yang
berarah ke arah Barat.
A. Kesimpulan
B. Saran
Pada pengukuran geolistrik sebaiknya alat yang digunakan dalam keadaan yag
lebih baik dan dengan konfigurasi yang jangkauannya lebih dalam.
DAFTAR PUSTAKA
Basid dkk. 2014. Pendugaan Reservoir Sistem Panas Bumi Dengan Menggunakan
Survey Geolistrik Resistivitas dan Self Potensial. Jurnal Neutrino Vol. 7 No. 1
Oktober 2014.