GEOSTATISTIK
OLEH:
NAMA : ARFAN
NIM : 200920227
KELAS : TAMBANG A
DESEMBER
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya dengan berbagai potensi sumber
daya alam. Kekayaan alam tersebut menjadikan negara Indonesia sebagai
salah satu negara yang memiliki wilayah pertambangan begitu besar dan luas.
Lahan pertambangan tersebar diberbagai pulau di Indonesia, yang dimana
kekayaan sumber alam tersebut dieksplorasi untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Sehingga Berbagai masalah dikarenakan akibat kegiatan
pertambangan mulai dari munculnya berbagai penyakit akibat limbah
pertambangan tidak terkendali, terjadinya pencemaran yang mengakibatkan
menurunnya kualitas lingkungan dan punahnya beberapa flora fauna.
Pertambangan merupakan salah satu aktivitas yang memanfaatkan sumber
daya alam. Pemanfaatan sumber daya alam ini dilakukan dengan pencairan,
penggalian, bahkan peledakan guna memperoleh hasil tambang yang
diharapkan. Kegiatan pertambangan banyak dilakukan pada kawasan hutan
yang memiliki potensi, bahkan sejumlah kawasan pertambangan telah
mengubah fungsi hutan menjadi kawasan kematian meskipun terdapat upaya
pelestarian fungsi lingkungan hidup namun tidak seimbang. Pertambangan
secara hukum ada dua jenis yaitu pertambangan resmi dan pertambangan tidak
resmi. Pertambangan resmi adalah pertambangan yang memiliki izin dari
Pemerintah dan memiliki tempat pertambangan yang khusus serta
memperdulikan dampaknya terhadap Masyarakat, sedangkan pertambangan
yang tidak resmi adalah pertambangan yang tidak memiliki.
Pulau Kabaena atau Tokotua adalah salah satu Pulau di Kabupaten
Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara (SULTRA). Pulau dengan luas daratan
sekitar 873km² terdiri dari 6 Kecamatan yaitu Kecamatan Kabaena, Kabena
Barat, Kabaena Timur, Kabaena Selatan, Kabaena Utara, dan Kabaena
Tengah. Pulau ini identik dengan panorama alam pegunungan dan perbukitan
dengan puncak gunung tertinggi yaitu Gunung Sambampolulo ( BPS
Kabupaten Bombana, 2016). Pulau kabaena memiliki potensi pertambangan
seluas ± 35.606 hektar Nikel dan ± 2400 hektar Batu Kromit. Salah satu faktor
penyebab perubahan kondisi fisika- kimia di Kawasan Perairan Pulau
Kabaena adalah aktifitas pertambangan (Wardi, dkk, 2017).
Perusahan tambang nikel dan batubara yakni PT. Surya Saga Utama (SSU)
telah melakukan eksploitasi sejak terbitnya 20 Izin Usaha Pertambangan
(IUP) baik Pemerintah Bombana (Kabupaten) maupun Pemerintah Sulawesi
Tenggara (Provinsi) salah satu izin di pegang PT. Surya Saga Utama (SSU).
Perusahan nikel ini menguasai sebagaian tanah Pulau Kabaena untuk
mendirikan pabrik smelter atau pemurnian nikel. Perusahan ini mengantongi
IUP seluas 1.500 hektar (Ha) lebih berlokasi di Kabaena Utara, Perusahan ini
akan membangun pabrik smelter dengan kapasitas besar.Sejak beroperasinya
perusahan itu, banyak masyarakat pesisir di Desa Mapila yang telah
kehilangan mata pencaharian mereka sebagai petani rumput laut dan nelayan,
sebagai akibat pencemaran air yang berasal dari rembesan tanah galian,
proses pencucian penampungan Batubara dan saat pencucian kapal tongkang
yang petugasnya menyemprotkan air dengan kapasitas besar kearah Nikel
atau Batubara dibesi kapal sehingga Nikel 4 dan Batubara jatuh kelaut hingga
menjadi berwarna hitam. Dinas Lingkungan Hidup Sulawesi Tenggara tidak
mengetahui telah ada pembuangan nikel atau Batubara dipesisir
Mapila.Kegiatan yang dilakukan PT. Surya Saga Utama (SSU)
sangat melanggar dan mengacam biota laut juga lingkungan Masyarakat
sekitarnya. (https://www.mongabay.co.id/2018/02/07di akses tanggal 3 mei
2019).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu sebagi berikut :
a. Untuk mengetahui pengolahan data spasial menggunakan metode IDW.
b. Untuk mengetahui arah sebaran Ni dengan metode IDW.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini yaitu sebagi berikut;
a. Dapat meengetahui pengolahan data spasial dengan metode IDW.
b. Dapat mengetahui arah sebaran Ni dengan metode IDW.
4. Analisis Data
Merupakan kegiatan pengelompokan data, menggunakan
rumus-rumus yang telah ada dan menyusun urutan hasil penelitian
sehingga mudah dibaca. Analisa yang dilakukan terhadap data-data yang
diambil tersebut diantaranya analisa geologi, topografi, analisa data hasil
pemboran seperti kadar, ketebalan dan penyebaran endapan cadangan
bijih nikel.
5. Hasil
Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan metode
IDW maka didapatkan hasil berupa jumlah sebaran kadar Ni di daerah
Kabaena.
Metodologi pembuatan Model:
Mulai
Studi Literatur
Pengambilan Data
Data Sekunder
- Data Bor
Pengolahan Data
- Microsoft ArcGis
Analisis Data
Hasil
Selesai
BAB II
LANDASAN TEORI
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Data log bor merupakan data yang sangat diperlukan dalam
mengaplikasikan software ArcGis, dimana data log bor sebanyak 37 titik
yaitu sebagi berikut:
Tabel 3.1 Data Log Bor
Histogram
Transformation: None
Frequency Co unt : 37 Ske w ne s s : 0 ,6 65
8 Min : 0 ,5 8 Kurt o s is : 2 ,5 15 4
Max : 1 ,2 9 1- s t Quart ile : 0 ,7 27 5
Me a n : 0 ,8 76 76 Me dia n : 0 ,8 3
6,4 St d. De v . : 0 ,1 94 74 3- rd Quart ile : 0 ,9 85
4,8
3,2
1,6
0
0,58 0,65 0,72 0,79 0,86 0,94 1,01 1,08 1,15 1,22 1,29
Data set
Normal QQPlot
Transformation: None
Dataset
1,29
1,15
1,01
0,86
0,72
0,58
-2,21 -1,77 -1,33 -0,88 -0,44 0 0,44 0,88 1,33 1,77 2,21
Standard Norma l Va lue
3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan di daerah kabaena terdiri atas
data hasil pemboran seperti data titik bor dengan jumlah sebanyak 37 titik bor.
Data pemboran tersebut diolah dengan bantuan software ArcGis dan metode
yang digunakan yakni metode Inverse Distance Weight (IDW) .
Berdasarkan hasil penyebaran titik bor arah sebaran kadar rata-rata Ni
pada daerah kabaena dengan nilai kadar rata-rata Ni tertinggi relative kearah
utara yaitu dengan nial kadar 1,2% Ni dan kadar rata-rata terendah kearah
Barat daya dengan kadar 0,5% Ni, kemudian kadar di bawa 0,6 dengan jumlah
berkisar 2-3 titik bor, kadar dibawah 0,7 berkisar 4-5 titik bor, kadar dibawah
0,8 terdapat 8 titik bor, kadar di bawah 0,9 terdapat 3 titik bor, kadar di bawah
1,0 berkisar 2-3 titik bor, kadar di bawah 1,1 berkisar 1-2 titik bor , sedangkan
kadar di bawah 1,2 berkisar 1-2 titik bor, dan berdasarkan hasil di atas nilai
yang di peroleh memiliki nilai yang normal karena tidak terdapat perubahan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dalam pengolahan data spasial diperlukan bantuan software
ArcGis agar dapat memudahkan proses pengolahan dengan menggunakan
metode IDW dimana data tersebut merupakan data log bor sebanyak 37 titik
yang terdiri dari data Assay dan Data Collar.
Arah sebaran kadar rata-rata Ni pada daerah kabaena dengan nilai
kadar rata-rata Ni tertinggi relative kearah utara yaitu dengan nial kadar 1,2%
Ni dan kadar rata-rata terendah kearah Barat daya dengan kadar 0,5% Ni.
DAFTAR PUSTAKA