OLEH
NIM : 1906100028
KELAS :A
TEKNIK PERTAMBANGAN
KUPANG
2022
1
BAB I
PENDAHULUAN
saja dapat digunakan sebagai bahan baku semen. Kegiatan eksplorasi yang
dilakukan PT. IMM didasarkan pada Izin Usaha Pertambangan (IUP) Ekplorasi
Batuan Komoditas Batugamping dengan luas wilayah IUP 599 Ha. PT. IMM telah
kemudian hasilnya diverifikasi oleh Biro Survei Geologi Sichuan Hong Shi
Holdings Group Co.,Ltd. Hasil eksplorasi sumberdaya yaitu 736,09 juta ton
sumberdaya dan cadangan dengan menggunakan data DEM dengan resolusi 0,27
arcsecon pada seluruh daerah sebaran batugamping yang memenuhi standar sebagai
bahan baku semen Portland tipe I dengan hasil sumberdaya sebesar 1.080 juta ton
terjadi perbedaan yang signifikan. Hasil eksplorasi dapat dilihat pada Laporan
Eksplorasi, Studi Kelayakan dan AMDAL, dimana penulis terlibat dalam kegiatan
tersebut.
2
Nasional Indonesia (SNI) menggunakan software AutoCAD Civil 3D sebagai sarana
sumberdaya menggunakan data DEM dengan resolusi 0,27 arcsecon yang akan
dilakukan PT. IMM dengan 8.341 titik ukur dengan jarak antara titik ukur dari 5–
SNI Pada WIUP PT. Istindo Mitra Manggarai Di Lingkololok, Desa Satar
topografi dari DEM resolusi 0,27 arcsecon dan hasil pengukuran Total
Station?
topografi dari DEM resolusi 0,27 arcsecon dan hasil pengukuran Total
Station?
topografi dari DEM resolusi 0,27 arcsecon dan hasil pengukuran Total
Station?
3
2. Mengetahui sumberdaya metode permodelan dengan menggunakan
topografi dari DEM resolusi 0,27 arcsecon dan hasil pengukuran Total
Station?
yaitu topografi hasil pengukuran dengan Total Station oleh PT. IMM dan
batuan sedimen.
140 mdpl.
Civil 3D.
4
1.5 Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
sumberdaya.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mejadi referensi dan pedoman bagi
perhitungan sumberdaya.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
atau gas terbentuk secara ilmiah terletak di dalam atau di permukaan bumi terdiri
dari suatu jenis atau lebih komoditas dapat diperoleh secara nyata dan bernilai
ekonomi (Rauf, 1998). Sumberdaya ini dibagi dalam kelas, kelas sumber daya
pemboran, parit uji, sumur uji, atau metode pengambilan conto lainnya,
6
3. Sumberdaya Mineral Terunjuk (Indicated Mineral Resource)
pemboran, parit uji, sumur uji, atau metode pengambilan conto lainnya,
dimana jarak antara titik pengambilan conto satu dengan yang lainnya relatif
tingkat keyakinan lebih tinggi dari pada sumberdaya mineral tereka, Dan
Eksplorasi terperinci.
pemboran, parit uji, sumur uji, atau metode pengambilan conto lainnya,
dimana jarak antara titik pengambilan conto satu dengan yang lainnya relatif
Prinsip dari metode ini adalah pembuatan sayatan pada badan endapan
7
metode cross section dengan menggunakan rumus mean area dan frustum
adalah pembuatan sayatan pada badan endapan mineral, kemudian dihitung luas
8
Sumber: Isaaks 1989
changes
1. Perhitungan Luas
dalam beberapa bentuk geometri segitiga, segi empat, belah ketupat, atau
9
2. Perhitungan volume
10
• Rumus frustum
3. Penaksiran Sumberdaya
T = V x d…………………………………………………….(2.2)
Dimana:
T = Tonase (ton)
V = Volume (m3)
d = Densitas (ton/m3)
11
2.2.2 Perhitungan Sumberdaya Metode Permodelan
2005).
bijih,
cadangan.
Suatu model cadangan bijih yang akan digunakan untuk perancangan tambang
yang akan diterapkan. Taksiran yang baik harus didasarkan pada data faktual
yang diolah secara obyektif. Keputusan dipakai atau tidaknya suatu data
12
Pembobotan data yang berbeda harus dilakukan dengan dasar yang kuat. Metode
permodelan yang digunakan harus memberikan hasil yang dapat diuji-ulang atau
taksiran kadar dari model cadangan harus dicek ulang dengan kadar dan tonase
adalah menyiapkan basis data komputer yang bersih. Pembuatan basis data
komputer yang bersih memerlukan waktu yang cukup lama. Pengecekan data
dimulai setelah semua data dimasukan kedalam komputer. Selain data assay
dan data geologi dari setiap lubang bor, perlu dicek pula koordinat collar dan
Basis data komputer meliputi pembuatan basis data assay dan basis data
komposit. Basis data assay merupakan informasi kadar contoh dari hasil
kegiatan eksplorasi. Basis data terdiri dari: koordinat (northing, easting, elevasi
dari mulut lubang bor atau collar), titik awal (from) dan akhir (to) assay, dan
peubah (variable) dalam basis data misalnya contoh dari pengeboran, contoh
dari permukaan, contoh dari terowongan atau tunnel/adit, contoh dari lombong
13
(stope). Pembuatan basis data komposit bertujuan untuk menyamakan selang
ini merupakan rerata berbobot (weighted average) data pada selang tertentu.
peubah-peubah yang hampir sama dengan basis data assay. Dalam pembuatan
basis data ini selalu memperhatikan pentingnya integritas data yaitu dengan
cara melakukan cek dan koreksi terhasap data masukan (Bargawa W.S., 2005).
adalah memplot penampang potong pada data geologi dari setiap lubang bor.
ditandai dengan memberikan kode numeric pada setiap jenis batuan untuk
digitizer. Data geologi dari penampang ini kemudian diplot pada peta
oleh setiap lapis (tier) dalam model. Geologi pada peta penampang tersebut
memberikan informasi geologi pada setiap lapis dalam model. Setelah model
geologi lengkap, peta penampang horizontal dari model diplot dan dicek
14
kembali. Penampang potong dari model juga diplot dan dibandingkan
terbuka maka data topografi harus dimasukan kedalam model blok tersebut.
elevasi permukaan setiap blok dalam model. Setiap blok dalam model
sebuah blok seluruhnya berisi batuan akan memiliki nilai topo 1.0 (Bargawa,
W.S. 2005).
2005).
didigitasi dan dimasukan kedalam model untuk mengetahui tonase bijih dalam
15
2.2.3 Perhitungan Sumberdaya Metode SNI
SNI ini karena batuan berbeda dengan mineral, yakni pelemparan jauh
16
tektonik, sesar dan lipatan tidak banyak, begitu pula pergeseran dan
yang disyaratkan pada SNI 13-5014-1998 dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Pada Tabel 2.1 batasan jarak titik informasi dapat diartikan sebagai radius
17
pengaruh dari lokasi pengamatan singkapan batuan atau titik pemboran.
Tabel 2.1 Batas Jarak Titik Informasi Sumber Daya Berdasarkan Kondisi
Geologi yang Disyaratkan Pada SNI 13-5014-1998
Sumber daya
Kondidi Geologi Kriteria
Tereka Terunjuk Terukur
Sederhana 1000< X=1500 500< X=1000 X=500
Moderat Jarak titik informasi 500<X =1000 150<X=500 X=250
Komplek 200<X=400 100<X=200 X=100
Sumber: SNI 13-5014-1998.
semakin besar kontur lahan berarti lahan tersebut memiliki kemiringan lereng yang
semakin besar. Peta topografi merupakan peta yang memberikan informasi tentang
Sehingga untuk ketinggian permukaan tanah suatu tempat terhadap permukaan laut
yang digambarkan dengan garis-garis kontur dapat diketahui secara detail (Syaeful
Bahri, dkk,2012).
pekerjaan konstruksi. Peta topografi digunakan pada tahap awal dari kegiatan
mungkin saja terjadi, seperti proses erosi, gerak tanah atau bahaya longsor dan
aktifitas pergerakan tanah lainnya. Selain itu, dengan memiliki peta topografi dapat
18
dilihat keadaan bentang alam pada suatu daerah dan sedikit banyak menjadi
daerah juga berfungsi untuk melihat elevasi tanah. Elevasi berfungsi untuk
menentukan ketinggian suatu dataran dari mulai di atas permukaan laut. Pada
Peta yang menyajikan unsur ketinggian yang mewakili dari bentuk lahan
disebut dengan peta topografi (Noor dalam Djuhadi, 2009). Peta topografi tidak
terlalu banyak memberikan informasi secara detail tentang suatu daerah, kecuali
bumi saja. Secara garis besar Noor juga menjelaskan peta topografi merupakan
1. Peta kontur pada umumnya hanya berwarna putih dan kuning dengan
pokok yang diberikan oleh peta topografi ini sebatas kontur tanah saja
lebih besar, ukuran yang tertera pada peta akan semakin akurat.
19
3. Ciri khusus dari peta topografi yang sangat mudah dikenali adalah,
tersebut. Garis-garis itu disebut dengan garis kontur. Garis kontur ini
tidak saling berpotongan. Garis kontur ini menunjukan titik elevasi pada
beberapa sifat dan fungsi tertentu pada sebuah peta. Sifat dan fungsi tersebut
permukaan.
20
• Untuk menunjukkan lereng.
2014 tentang Pedoman Teknis Ketelitian Peta Dasar maka ditetapakan ketentuan
untuk standar ketelitian geometri Peta RBI yang tertera pada Tabel 2.2.
21
Nilai ketelitian posisi peta dasar pada Tabel 2.2 adalah nilai CE90
untuk ketelitian horizontal dan LE90 untuk ketelitian vertikal, yang berarti
bahwa kesalahan posisi peta dasar tidak melebihi nilai ketelitian tersebut dengan
tingkat kepercayaan 90%. Nilai CE90 dan LE90 mengacu kepada standar US
Contoh:
Peta RBI Skala 1:5.000 memiliki ketelitian geometri peta kelas 1. Hal
objek pada Peta RBI Skala 1:5.000 tersebut tidak lebih dari 1 (satu) meter untuk
posisi horizontal dan tidak lebih dari 1 (satu) meter untuk posisi vertikal. Pada
metadata dan sajian kartografis peta dinyatakan sebagai berikut: “Peta ini
sebesar 1 meter. Kelas ketelitian peta ini adalah ketelitian horizontal kelas
geometri dari bentuk permukaan bumi atau bagiannya yang terdiri dari himpunan
22
digital yang mewakili distribusi spasial dari karakteristik medan, distribusi spasial
diwakili oleh nilai-nilai pada sistem koordinat horisontal X dan Y serta karakteristik
medan diwakili oleh ketinggian medan dalam sistem koordinat Z (Doyle, 1991 dan
tiga dimensi (3D) yang menyerupai keadaan sebenarnya di dunia nyata (real world)
Scanner Technique). Sedangkan bentuk data dari DEM meliputi titik (titik tinggi),
(topografi) dalam bentuk data raster, vektor atau bentuk data lainnya. DEM memuat
DEM dapat digunakan untuk membuat peta rawan bencana banjir atau tanah
mendapatkan lokasi penambangan. Dan masih banyak kegunaan lainnya dari DEM.
Salah satu sumber data untuk pembentukan DEM adalah foto udara. Foto udara
23
yang dapat digunakan merupakan foto udara stereo atau foto udara yang
bertampalan kanan dan kiri. Hal ini dimaksudkan agar didapatkan tidak hanya data
dipakai merupakan foto udara skala besar yaitu 1:10.000. Dalam penelitian ini
sumber data yang dipakai merupakan dari foto udara skala besar karena representasi
permukaan akan tampak lebih jelas dibandingkan dengan foto udara skala
menengah maupun dari citra. Foto udara dengan skala kecil sangat bermanfaat
terutama untuk manajemen tata ruang sehingga dengan mengolah informasi DEM
dari foto udara skala ini dapat memberikan informasi yang lebih detail mengenai
DEM dari foto udara salah satunya dapat diolah dari titik dan garis
ketinggian yang diolah menggunakan perangkat lunak Summit Evolution. Titik dan
garis ini diperoleh dari persebaran mass point, breaklines, unsur hidrografi, serta
transportasi dari suatu data foto udara stereo. Titik dan garis ketinggian inilah yang
data berupa data radar menjadi data vektor yang dilakukan dengan cara digitasi 3
dimensi secara stereoskopis. Melalui tahapan ini akan didapati informasi mengenai
posisi planimetris serta ketinggiannya sesuai dengan yang ada di lapangan. Plotting
pada foto udara skala besar juga akan memberikan informasi yang lebih detail data
24
Dari unsur pembentuk ketinggian tersebut selanjutnya dapat dibuat DEM dari
wilayah yang dipetakan. Pembuatan DEM ini dapat melalui beberapa metode yaitu
TIN adalah rangkaian segitiga yang tidak tumpang tindih pada ruang tak
beraturan dengan koordinat x, y, dan nilai z yang menyajikan data elevasi. Model
didekatnya, tiap bidang segitiga digabungkan dengan tiga titik segitiga yang dikenal
sebagai facet. Titik tak teratur pada TIN biasanya merupakan hasil sampel
permukaan titik khusus, seperti lembah, igir, dan perubahan lereng (Mark, 1975).
TIN hampir sama dengan grid yang merupakan data digital untuk
sebagai suatu kesatuan yang berlanjut tanpa ada segitiga yang saling menampal.
IDW adalah suatu metode yang mensyaratkan kondisi nilai estimasi sebuah titik
dipengaruhi oleh titik terdekat yang diketahui dibandingkan titik yang semakin
jauh. Sementara metode Kriging mengasumsikan bahwa jarak atau arah antara titik
variasi pada permukaan yang mana hal ini sesuai dengan jumlah spesifik titik-titik
maupun keseluruhan titik dengan radius tertentu untuk menentukan hasil nilai untuk
tiap-tiap lokasi.
25
2.5 AutoCAD Civil 3D
Perangkat lunak atau software Autocad Civil 3D adalah salah satu perangkat
atau software aplikatif, dinamis, serta inovatif untuk rekayasa dan desain bangunan,
desain jalan desain grading hidrologi pipeline dll, serta versi terbaru dari generasi
pemetaan dan rekayasa teknik sipil (civil engineering), yang dikeluarkan atau
data dalam pengunaannya. Fitur –fitur yang disajikan meliputi fasilitas untuk
rencana jalan, desain grading, analisa daerah tangkapan air, dan lainnya.
26
Pembuatan penampang selesai dilakukanakan dapat dilakukan perhitungan
besarnya luas penampang untuk mengetahui besarnya volume dan tonase dengan
Dekstop & Civil 3D, 12D, Minescape, Vulcan, Micromine dan lainnya, dimana
diatas sama baiknya, tergantung metoda dan algoritma matematika yang digunakan
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Istindo Mitra Manggarai yang terletak di Dusun Lingkololok, Desa Satar Punda,
Timur. Peta admininistrasi dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan Lampiran 1 Peta
28
Sumber: Laporan Studi Kelayakan PT.IMM (2020)
Bulan
No. Jenis Kegiatan
I I II II III III
1 Orientasi Lapangan
2 Studi Literatur
3 Pengambilan Data
4 Pegolahan dan Analisa Data
5 Pembuatan Laporan dan Presentasi
Sumber: Data Olahan Penulis
29
3.2 Jenis Penelitian
metode permodelan dan sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) yang menerapkan
dua pembanding yakni penggunaan topografi hasil pengukuran Total Station oleh
PT. IMM dan data DEM dengan resolusi 0,27 arcsecon pada setiap metode
berlangsung, dapat dilakukan dengan membaca buku, tulisan ilmiah dan sumber
lain seperti internet. Selanjutnya, dilakukan pengumpulan data dari istansi terkait
3. Data hasil eksplorasi PT. IMM berupa data hasil pemboran, bulk
30
4. Data hasil pengamatan yang dilakukan oleh LP2M Universitas Nusa
Cendana (UNDANA).
jarak yang disesuai dengan keadaan geologi yang dapat mewakili daerah
dan blok.
31
masukan batas litologi Tmb yang akan dihitung sebagai sumberdaya
dihitung,
surface batas bawah sumberdaya yang akan dihitung. Data analisis kadar
tidak adalah (SNI 15-2049-2004) CaO ≥ 50% dan kadar MgO < 5%., atau
tonase.
32
1998, lakukan pada semua titik pengamatan, bulk sampling, dan
titik pemboran
dalam tonase.
3.5 Analisis
Pada tahapan ini akan dilakukan analisis terhadap perhitungan luas dan
Selisih Sumberdaya
• Selisih (%) = x100 %.................................(3.4)
Sumberdaya Awal
33
3.6 Diagram Alir
Mulai
Tahapan Persiapan
Pengumpulan Data
• Data Pemboran
• Data Hasil Analisis Kadar
Topografi Hasil Pengukuran Total • Bulk Sampling Topografi Dari DEM
Station Yang Telah Dibatasi • Titik Pengamatan Yang Dibatasi Dengan
Dengan Batas Pemetaan Tmb • Batas Pemetaan Tmb Batas Pemetaan Tmb
Sumberdaya Metode Sumberdaya Metode Sumberdaya Sumberdaya Sumberdaya Metode Sumberdaya Metode
Penampang Pemodelan Batugamping Batugamping Permodelan Penampang
Topografi Total Topografi Total Topografi Total Station Topografi Dari DEM Topografi Topografi
Station Station Berdasarkan SNI Berdasarkan SNI Dari DEM Dari DEM
Berdasarkan SNI
Selesai
34
BAB VI
4.1.1 Geomorfologi
tersebut. Geomorfologi WIUP PT. IMM dan sekitarnya dapat dibedakan menjadi
sungai Wae Togong, muara sungai kecil di tepi pantai yang membentuk
dataran landai, berada di sekitar sungai dan tepi pantai yang landai.
pasir, kerikil - berangkal yang diendapkan pada saat banjir. Daerah ini
kadang tergenang atau mengalami banjir pada saat sungai Wae Togong
meluap. Satuan batuan ini terdapat di luar WIUP yakni di sebelah Timur
dari WIUP (Wae Togong) dan dataran di tepi Pantai Utara Desa Satar
Punda.
35
bentuk-bentuk endogen seperti sungai bawah tanah, gua-gua dan rongga
baik yang berair maupun yang tidak berair tidak dijumpai di WIUP dan
dengan kata lain sesuai dengan PERMEN ESDM No. 17 Tahun 2012
batas delineasi yang artinya batasnya diperkirakan dan jika batas itu
36
Sumber : Laporan Studi Kelayakan PT.IMM,2020
37
WIUP dan sekitarnya morfologi ini hanya membentuk lereng-lereng
lebih regional.
pada data surface DEM yang detail dengan resolusi 0,27 arcsecon. Data lokasi
PT. IMM dan sekitarnya yang ditekankan pada batas-batas batugamping dan
sebaran batugamping yang memiliki kadar CaO ≥ 50%, dan kadar MgO < 5%
(DZ/T0213-2002) CaO ≥ 48%, dan kadar MgO < 3%, yang terdapat pada satuan
dilakukan pada paritan sebanyak 7 jalur pengamatan yang dimulai dari batas
total panjang parit pengamatan 23,32 Km. Pengamatan yang dilakukan LP2M
UNDANA sebanyak 395 lokasi yang dititikberatkan untuk memetakan batas dan
perhitungan sumber daya dan cadangan, tidak melakukan analisis kadar. Peta
pada peta skala 1 : 10.000 dengan interval kontur 5 dapat dilihat pada Gambar
4.3 dan Lampiran 3 Pada lokasi pengamatan sebanyak 566 lokasi dilakukan
38
pengambilan sampel sebanyak 419 sampel. Daftar Sampel dan koordinat sampel
sampel dan hasil analisis sampel yang menunjukkan bahwa kadar CaO dan MgO
(Tmb) di WIUP yang layak sebagai bahan baku semen seluas 450,48 Ha. Peta
Geologi Detail Batugamping di WIUP PT. IMM dengan skala 1 : 10.000 dapat
dijumpai pada satuan batuan vulkanik yakni Formasi Kiro, dan batugamping
yakni pada bagian bawah Formasi Bari. Mangan berupa bongkah-bongkah yang
39
sporalis yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik (hydrothermal). Namun
batugamping yang mengandung mangan memiliki kadar CaO dan MgO yang
tidak memenuhi SNI untuk bahan baku semen. Sehingga Formasi Kiro dan
ditambang. Soil yang tebal diperkirakan lebih dari 3 m dijumpai pada lembah
yang ada di bagian tengah WIUP. Soil yang tebal ini dikelompokan sebagai
pembangunan pabrik semen Portland type I dengan standar yang dipakai untuk
40
menunjukan kualitas batugamping layak atau tidak adalah (SNI 15-2049-2004)
CaO ≥ 50% dan kadar MgO < 5%., atau berdasarkan standar dari pabrik semen
oksidan CaO dan MgO pada 146 jalur penampang secara lateral (TC021) dan
Gambar 4.3). Analisis 2 senyawa oksida yakni rata-rata CaO dan MgO pada
batugamping dapat dimasukkan ke dalam sumber daya yakni dari core 5 lubang
Gambar 4.5 Penampang Litologi 6 Lokasi Pemboran Coring di WIUP PT. IMM
41
Hasil anailis Kadar CaO dan MgO di WIUP PT. IMM seluas 456,5 Ha
yang memenuhi persyaratan sebagai bahan baku semen (Lihat Tabel 4.1) dan
Tabel. 4.1 Kadar CaO dan MgO Batugamping pada 5 Lubang Bor, Paritan TC021,
dan Sampling Random di WIUP PT. IMM
Persentase Kadar (%) Rata-Rata
Ketebalan
Data CaO MgO Berat
(m)
Min Max Rata-rata Min Max Rata-rata Jenis
ZK064 45.07 55.85 52.41 0.21 0.63 0.37 2.49 105.00
ZK041 45.58 55.51 53.22 0.28 0.50 0.39 2.52 140.00
ZK023 45.29 55.77 53.86 0.23 0.95 0.36 2.53 124.00
ZK025 53.60 55.91 55.33 0.17 0.52 0.30 2.54 116.60
ZK028 47.74 53.80 50.79 0.16 0.46 0.32 2.53 62.00
Bulk TC021 45.26 55.82 54.27 0.13 3.48 0.33
Sampling Random 51.05 54.54 53.09 0.23 1.58 0.59
Seluruh sample 45.07 55.91 53.28 0.13 3.48 0.38 2.52
Tidak ada data pemboran di soil maka ketebalan soil diperkirakan paling
tebal 3 m, dan morfologi basement soil relatif mengikuti permukaan tanah dan
permukaan dan data bawah permukaan maka dapat dibuat model geologi
bagian Utara Lingkololok (lihat Gambar 4.7). Pada Gambar 4.7 A ketebalan
batugamping telah dikurangi lapisan soil, dan Gambar 4.7 B dan 4.7 C
sebagai (Qa) telah dikeluarkan dari model, sehinngga nantinya yang dihitung
adalah volume batugamping saja. yang digunakan untuk korelasi data pemboran
adalah data coring yang mem\enuhi syarat sebagai bahan baku semen, sehingga
42
batugamping yang tidak memenuhi syarat dikeluarkan dari korelasi untuk
Kiro dan soil tebal / aluvium ditentukan berdasarkan pemetaan detail permukaan
pemboran dan data permukaan. Permodelan geologi dapat dilihat pada Gambar
4.6. Pada permodelan geologi Formasi Laka (Tmpl) dan Formasi Kiro (Tmk)
dianggap sebagai basement dan batas bawah lapisannya tidak diketahui karena
tidak dilakukan pemboran. Korelasi data pemboran dan data permukaan dapat
43
Sumber : Laporan Studi Kelayakan PT.IMM,2020
44
4.1.3 Struktur
Kemiringan ini diperkirakan dari kedudukan pada Formasi Kiro yang selaras dan
menyilang jari dengan Formasi Bari. Rekahan juga tidak dijumpai pada data-
ini. Masifnya batugampig juga dibuktikan oleh adanya 3 sumur gali yang
dangkal dan berdebit sangat kecil, sangat berfluklasi (berair banyak pada saat
musim hujan dan kering pada musim kemarau). Jika terdapat banyak rekahan
pada batugamping yang tebal maka muka air tanahnya juga akan dalam.
Pemetaan juga dilakukan pada daerah untuk perencanaan jalan menuju stockpile
batugamping di pabrik semen, yaitu seluas 44,6 Ha, dan kawasan pabrik pada
daerah seluas 188.6 Ha, sehingga total pemetaan topografi adalah seluas 777.2
Ha. Pemetaan ini meliputi seluruh wilayah Dusun Lingkololok, sebagian dusun
Luwuk dan sebagian Dusun Serise, Desa Satar Punda, tetapi pemetaan yang
45
dilakukan oleh PT. IMM tidak mencakup seluruh sumberdaya batugamping yang
wilyah yang diukur saja yaitu seluas 434,44 Ha (Laporan Studi Kelayakan
PT.IMM, 2020).
46
Pemetaan dilakukan menggunakan alat 2 unit Total Station Nikon DTM
322 dan 2 unit Topcon ED 65 with Laser, serta dibantu oleh GPS Geodetik South
Galaxy G6 GNSS RTK untuk menentukan titik bench mark. Pemetaan dilakukan
selama 127 hari dan menghasilkan 8.341 titik ukur dengan jarak antara titik ukur
topografi ini menghasilkan peta topografi dengan skala 1: 5.000 (Laporan Studi
Gambar 4.8.
47
Peta topografi detail yang luas juga diperoleh dari Data DEM lembar
2107 (luas 75.868 ha) dengan ketelitian 8 x 8 m edisi 2019. Data DEM digunakan
atau beresolusi 0,27 arcsecon, interval kontur 4 m, atau ketelitian skala 1:5.000.
Untuk pelaporan pemetaan dilakukan pada peta topografi skala 1:10.000 dengan
a) Metode Penampang
b) Metode Permodelan
dengan permodelan. Kerena tidak ada SNI yang mengatur tentang batuan
terukur agar dapat berubah menjadi cadangan terbukti berdasarkan SNI 13-
48
tidak diketahui kedudukannya, serta tidak adanya perlipatan. Dapat disebut
untuk kondisi geologi sederhana adalah 500 m dan moderat 250 m (Lihat
Tabel 2.1)
mana 3 (tiga) buah penampang melewati 3 (tiga) titik pemboran yaitu ZK028,
menggunakan topografi dari Total Station (Lihat Gambar 4.11). Panjang dan
jarak antar penampang dijadikan sama untuk yang membedakan adalah jenis
PT. IMM untuk setiap topografi baik DEM (Lihat Gambar 4.12) maupun Total
Station (Lihat Gambar 4.13) dengan menggunakan batas Tmb yang sama.
49
Sumber : Olahan Data Penulis
50
Sumber : Olahan Data Penulis
51
Sumber : Olahan Data Penulis
adalah 128.982 ton sedangkan topografi dari Total Station adalah 124.769 ton
52
menggunakan topografi dari DEM adalah 126.245 ton sedangkan topografi dari
Total Station adalah 121.803 ton dengan selisi keduanya sebesar 3,65 %.
semakin sempit jarak antar penampang maka sumberdaya yang dihitung semakin
detail. Hasil perhitungan luas (Lihat Tabel 4.2) dan perbandingan volume serta
Tabel. 4.2 Luas area penampang untuk topografi dari DEM dan Total Station
LUAS PENAMPANG
Nomor Nomor Area Luas Penampang Area (m2 ) Nomor Nomor Area Luas Penampang Area (m2 )
Penampang Penampang Penampang Penampang
Satu Kumulatif Satu Kumulatif
P1-DEM L1-DEM 27.899 27.899 P1-TS L1-TS 26.506 26.506
P2-DEM L2-DEM 94.510 94.510 P2-TS L2-TS 90.377 90.377
L3-DEM 242.385 L3-TS 233.700
P3-DEM 267.320 P3-TS 256.899
L3-DEM2 24.936 L3-TS 23.199
P4-DEM L4-DEM 314.621 314.621 P4-TS L4-TS 304.802 304.802
P5-DEM L5-DEM 319.246 319.246 P5-TS L5-TS 311.800 311.800
P6-DEM L6-DEM 315.651 315.651 P6-TS L6-TS 307.086 307.086
P7-DEM L7-DEM 186.671 186.671 P7-TS L7-TS 174.949 174.949
Sumber: Olahan Data Penulis
Tabel. 4.3 Sumberdaya Metode Penampang Menggunakan Topografi dari DEM dan
Total Station serta Ratio Perbedaan
Sumberdaya Batugamping Topografi Dari DEM dan Total Station
Ratio
Naman Ratio Jarak Volume Volume
Perbedaan
Blok Perbedaan Penampang Rumus Volume Penampang Penampang TS
Area DEM
Volume
(% )
Area TS (% ) (m) DEM (m3 ) (m3 )
53
Tabel. 4.4 Sumberdaya Metode Penampang Apabila Hanya Menggunakan
Penampang P1. P3, P5 dan P7
Ratio
Naman Ratio Volume Volume
Perbedaan Jarak
Blok Perbedaan Rumus Volume Penampang Penampang TS
Area DEM Penampang (m)
Volume Area TS (%) DEM (m3) (m3)
(%)
dengan permodelan lebih banyak diterapkan, karena bentuk yang tidak teratur
54
Sumber : Olahan Data Penulis
Gambar 4.15 Model Geologi Daerah Penelitian Menggunakan Topografi Dari Total
Sation
sedangkan topografi dari Total Station adalah 105.440 ton dengan selisi
batugamping menggunakan topografi DEM dan Total Station dapat dilihat pada
Tabel 4.5. Volume yang dihitung berdasarkan metode permodelan jauh lebih
besar dari metode penampang karena seluruh potensi yang ada didalam batas
55
4.3.3 Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI)
permodelan untuk radius 500 m (Lihat Gambar 4.16) dan radius 250 m (Lihat
kondisi geologi sederhana dengan radius 500 m yaitu dengan topografi dari
DEM sebesar 110.775 ton sedangkan topografi dari Total Station adalah 105.440
ton dengan selisi sebesar 4,82 % sedangkan kondisi geologi moderat dengan
radius 250 m yaitu dengan topografi dari DEM sebesar 99.632 ton sedangkan
topografi dari Total Station adalah 95.836 ton dengan selisi sebesar 3,81 %
Gambar 4.16 Bentuk dan Perhitungan Sumberdaya Terukur Bersarkan SNI 13-5014-
1998 dengan Radius 500 m
56
Sumber : Olahan Data Penulis
Gambar 4.17 Bentuk dan Perhitungan Sumberdaya Terukur Bersarkan SNI 13-5014-
1998 dengan Radius 250 m
57
Tabel. 4.7 Sumberdaya Batugamping Berdasarkan Metode Penampang, Permodelan
dan SNI 13-5015-1998 Mengggunakan Topografi dari DEM dan Total
Station
Sumberdaya
Sumberdaya (ton) x Berat
No. Topografi Metode Keterangan
(m3) Jenis 2,5
(ton/m3)
Penampang 511.831.664 128.982 HIPOTETIK
Permodelan 443.098.721 110.775
1 DEM
Sederhana, radius 500 m 443.098.721 110.775
SNI TERUKUR
Moderat, radius 250 m 398.529.474 99.632
Penampang 495.116.877 124.769
HIPOTETIK
Permodelan 421.761.082 105.440
2 Total Station
Sederhana, radius 500 m 421.761.082 105.440
SNI TERUKUR
Moderat, radius 250 m 383.344.793 95.836
Sumber: Olahan Data Penulis
misalkan terdapat perbukitan ataupun lembah diabaikan dan wilayah yang tidak
bentuk yang rumit dan tidak beraturan dihitungan dengan cepat dan tepat dengan
yaitu batas Tmb dan batas bawah didapatkan dari korealsi data pemboran dan
hasil analisis kadar batugamping yang memenuhi standar. Hal ini yang
58
3. Metode SNI sama dengan metode permodelan yang memperhitungkan topografi
menggunakan topografi dari DEM memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan
topografi hasil pengukuran Total Station dengan rata-rata ratio perbdaanya adalah
menunjukan bahwa DEM lebih detail dari topografi Total Station dikarenakan
wilayah penelitian sangat luas dan ratio perbedaan sangat kecil yaitu 3-5%.
Topografi dari DEM dengan resolusi 0,27 arcsecon lebih tinggi dari ketelitian
pembacaan permukaan seperti lembah bukit cukup baik dengan jangkauan wilayah
yang luas sedangkan topografi hasil pemetaan detail menggunakan total station
yang dilakukan oleh PT. IMM dengan jarak pemetaan 5-50 m ini cukup detail pula
5.000 mencapai interval kontur 2 m lebih besar dari skala peta DEM 1:10.000
59
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
DEM adalah 128.982 ton sedangkan topografi dari Total Station adalah
DEM adalah 110.775 ton sedangkan topografi dari Total Station adalah
adalah 105.440 ton dengan selisi sebesar 4,82 % sedangkan kondisi geologi
5.2 Saran
sebagai berikut:
Volume untuk WIUP PT. IMM dapat menggunakan topografi dari DEM
60
dengan resolusi 0,27 arcsecon ataupun topografi hasil pengukuran Total
kedua topografi ini dapat disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang ingin
2. Hasil penelitian ini kiranya dapat dijadikan referensi bagi para peneliti-
SNI.
61
DAFTAR PUSTAKA
Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur). Skripsi. Fakultas Teknik Sipil dan
Bargawa, W.S. 2005 (Edisi ke-8 tahun 2018). Perencanaan Tambang. Yogyakarta.
Kilau Book.
1(1):1-11
Putra, Defri Dilfiana. 2016. Estimasi Sumberdaya Pasir Batu Dengan Metode Cross
Yogyakarta.
62
Putri, dkk.2019. Studi Perhitungan Sumberdaya Tambang Pasir Pasang Dengan
Maret 2020.
63