Anda di halaman 1dari 15

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

UNIVERSITAS HALU OLEO

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

KONSEP MODEL GEOLOGI DAN KEPENTINGAN EKSPLORASI

KELOMPOK 5

FIZHAR SETIAWAN R1C118081

RAHMAT MUSTAFA R1C118071

AHMAD AKHYAR TAQWIN R1C118069

AHMAD SYAIFULLAH R1C118079

KENDARI

2021
ABSTRAK

Seiring semakin menipisnya cadangan minyak bumi, tentu mendorong pemerintah


untuk melakukan pencarian sumber energi baru. Ekplorasi batubara merupakan
pilihan yang tepat karena potensinya yang begitu besar di Indonesia khususnya di
Provinsi Sumatera Selatan diketahui memiliki kandungan 37,80% dari total sumber
daya di Indonesia. Metode well loggging adalah salah satu metode geofisika yang
digunakan guna menemukan dan mengestimasi sumber daya barubara. Keunggulan
dari metode well logging adalah mampu menggambarkan keadaan bawah permukaan
secara lateral. Tujuan penelitian ini adalah menampilkan gambaran mengenai lapisan
batuan bawah permukaan, menentukan arah sebaran dengan mengkorelasikan seam
batubara antar sumur bor berdasarkan data logging, dan mengestimasi sumber daya
batubara pada daerah penelitian. Luas daerah penelitian penulis sebesar 442.056 m2
memiliki 10 sumur bor. Data log yang digunakan dalam penelitian ini adalah log
gamma ray dan log density, dimana lapisan batubara ditandai dengan respon log
gamma ray dan respon log density yang rendah. Pada lapangan ”ADA” ditemukan
empat lapisan seam batubara, yaitu seam A1 dengan tebal 8,28 m, seam A2 dengan
tebal 13,62 m, seam B dengan tebal 18,50, dan seam C dengan tebal 8,84. Arah
sebaran batubara dari Selatan ke Utara dengan sudut kemiringan 5-30º dan arah
kemenerusan dari Timur ke Barat. Penulis melakukan estimasi sumber daya batubara
menggunakan metode poligon (area of influence) karena metode perhitungan ini
dapat dilakukan dengan waktu yang singkat dan hasilnya tepat. Total batubara dengan
metode poligon sebesar 18.322.653 m3 dalam tonase sebesar 21.987.184–27.483.980
ton sedangkan perhitungan dengan software rock works 15 sebesar 18.786.254 m3
dalam tonase sebesar 22.543.505–28.179.381 ton.
ABSTRACT

Along with the depletion of petroleum reserves, it certainly encourages the


government to search for new energy sources. Coal exploration is the right choice
because of its huge potential in Indonesia, especially in South Sumatra Province,
which is known to contain 37.80% of the total resources in Indonesia. The well
logging method is one of the geophysical methods used to find and estimate coal
resources. The advantage of the well logging method is that it is able to describe the
subsurface conditions laterally. The purpose of this study is to present an overview of
the subsurface rock layers, determine the direction of distribution by correlating coal
seams between drilled wells based on logging data, and estimate coal resources in the
study area. The author's research area is 442,056 m2 and has 10 drilled wells. The log
data used in this study are gamma ray logs and density logs, which are indicated by
the gamma ray log sign and the low response density log. In the "ADA" field, four
layers of coal seams were found, namely A1 stitches with a thickness of 8.28 m, A2
seams with a thickness of 13.62 m, B seams with a thickness of 18.50, and C seams
with a thickness of 8.84. The direction of coal distribution is from South to North
with a slope angle of 5-30º and a continuous direction from East to West. The author
estimates coal resources using the polygon (area of influence) method because this
calculation method can be done in a short time and the results are precise. The total
coal using the polygon method is 18,322,653 m3 in tonnage of 21,987,184–
27,483,980 tons, calculated using software rock works 15 of 18,786,254 m3 in
tonnage of 22,543,505–28,179,381 tons.
DAFTAR ISI

Halaman sampul
Daftar isi
Kata pengantar
Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat
Bab 2 Hasil dan Pembahasan
A. Deskrifsi teori
B. Deskrifsi grafik ,table,gambar
C. Analisi
Bab 3 Kesimpulan
A. Saran
B. Penutup
C. Daftar Pustaka
D. Daftar gambar
E. Daftar table
F. Lampiran
Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Konsep Model Geologi Serta
Kepentingannya Untuk Eksplorasi" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Geologi Eksplorasi. Selain


itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Eksplorai bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Pelajaran Geologi Eksplorasi.


Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 12 November 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat konsumsi bahan
bakar minyak tertinggi di dunia. Meningkatnya konsumsi energi bahan bakar
minyak tersebut tidak diimbangi oleh cadangan minyak bumi yang menipis. Hal
tersebut mendorong pemerintah untuk melakukan pencarian sumber energi baru
untuk menjamin ketahanan energi di masa mendatang.

Metoda eksplorasi adalah cara yang secara fisik menentukan langsung


ataupun tidak langsung keberadaan adanya suatu gejala geologi yang dapat
berupa tubuh suatu endapan mineral ataupun satu atau lebih petunjuk geologi.
Metoda eksplorasi berkembang pesat dengan munculnya tektologi baru dalam
bidang metoda eksplorasi seperti dalam metoda pemboran, metoda geofisika,
metoda geokimia. Metoda tidak langsung menghasilkan suatu anomali yang dapat
ditafsirkan sebagai gejala geologi yang dilacak, misalnya metoda geofisika atau
metoda geokimia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan metode polygon
2. Apa yang dimaksud dengan metode isoline?
3. Apa yang dimaksud dengan metode well logging Tujuan dan Manfaat
C. Tujuan dan manfaat
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskrifsi teori
1. Metode Polygon

Perhitungan sumberdaya dengan menggunakan metode polygon


dimana metode ini merupakan metode konvensional dengan menggunakan
nilai titik data sebagai sentral data untuk mewakili area pengaruh. Dalam
metode polygon pada suatu area yang berada di tengah-tengah polygon
yang sering disebut daerah pengaruh (area influence) dengan membagi dua
antara jarak satu titik dengan titik lainnya dan menarik garis sehingga
membentuk suatu batas-batas area pengaruh untuk setiap titik. Sebagai satu
polygon memiliki kadar dan ketebalan yang konstan dengan kadar serta
ketebalan titik bor yang berada di dalam area pengaruh (polygon). Dalam
perhitungan sumberdaya menggunakan metode polygon dengan
menentukan batas-batas untuk setiap area titik bor kemudian menghitung
luasan area pengaruh dan dikaliakan dengan ketebalan setiap titik bor akan
didapatkan volume dari setiap area pengaruh untuk mendapatkan jumlah
tonase dari batubara volum batubara dikalikan dengan nilai densitas
batubara yang diasumsikan 1,3 ton/m3 . Perhitungan metode polygon yang
dilakukan pada penelitian ini menggunakan jarak titik informasi
berdasarkan SNI (Standar Nasional Indonesia 13-6011- 1999) sebagai
pembatas untuk setiap sumberdaya dengan nilai boundery sesuai dengan
kondisi geologi moderat untuk sumberdaya terukur 250 meter, tertunjuk
500 meter, dan sumberdaya tereka 750 meter.

2. Metode Isoline
Metode perhitungan dengan metode isoline yang dilakukan dengan
menghitung luasan masing-masing area kontur roof dan floor. Penggunaan
softwere surfac 14 dalam perhitungan dengan pendekatan ektrapolasi
spasial menghasilkan model berupa isoline dari hasil estimasi metode
Invers Distance Weighted (IDW). Hasil permodelan volume dihitung
dengan batasan jarak pengaruh titik informasi menggunakan SNI.
Pembatas yang digunakan sama dengan pembatas area yang digunakan
pada metode polygon. Pada permodelan metode isoline menggunakan
metode Invers Distance Weighted (IDW) karena interpolasi yang dilakukan
mempertimbangkan kondisi topografi endapan batubara dan data ketebalan
lapisan batubara. Metode ini memiliki nilai interpolasi yang akan lebih
mirip dengan data sampel yang terdekat dibandingkan dengan data titik
yang lebih jauh hal ini akan mempengaruhi hasil interpolasi.

3. Metode well logging

Metode well logging adalah suatu metode geofisika yang merekam


besaran besaran fisis batuan di sumur pemboran yang biasanya dilakukan
dari dasar sumur kemudian ditarik ke atas secara perlahanlahan dengan
maksud agar sensor atau probe yang diturunkan ke dalam sumur lubang bor
dapat mendeteksi lapisan batuan di dinding sumur bor. Keunggulan dari
metode well logging adalah mampu menggambarkan keadaan bawah
permukaan secara vertikal, sehingga litologi masing-masing lapisan dapat
tergambar dengan jelas.

B. Deskripsi Grafik,Table,Gambar
Hasil dari perhitungan sumberdaya dengan metode polygon
menghasilkan nilai sumberdaya batubara untuk masingmasing seam. (Tabel-2
dan Gambar-4). Nilai perhitungan sumberdaya pada seam I untuk sumberdaya
terukur 3.473.499 ton dengan luas area 263.200 m2 , tertunjuk 137.468
dengan luas area 9.700 m2 . Pada seam I1 sumberdaya terukur 1.957.157 ton
dengan luas area 706.100 m2 , tertunjuk 628.805 ton luas area 242.700 m2 ,
dan tereka 456.017 ton dengan luas area 150.500 m2 . Seam I2 terukur
7.383.287 ton luas area 70.6100 m2 , sumberdaya tertunjuk 2.538.330 ton
dengan luas area 242.700 m2 , dan sumberdaya tereka 1.582.782 ton dengan
luas area 150.500 m2 .
Hasil perhitungan sumberdaya dengan metode isoline (Gambar 4-6)
menghasilkan nilai sumberdaya pada seam I sumberdaya terukur 2.806.904
ton, tertunjuk 133.402 ton, pada seam I1 sumberdaya terukur 1.981.014 ton,
tertunjuk 625.505 ton dan tereka 166.789 ton serta sumberdaya pada seam I2
untuk sumberdaya terukur sebesart 6.595.498 ton, tertunjuk 2.984.172 ton dan
sumberdaya tereka sebesar 1.582.782 ton. Perbedaan persen relatif
perhitungan sumberdaya antara metode polygon dan metode isoline untuk
setiap seam terlihat pada Tabel-3. Perbandingan perhitungan nilai sumberdaya
batubara metode polygon dengan metode isoline pada seam I 21,23 %
sumberdaya terukur, 3,00% sumberdaya tertunjuk.
Sedangkan untuk respon log gamma ray dan log density untuk litologi
clayband dapat dilihat pada Gambar 10. Clayband sendiri merupakan lapisan
pengotor yang terdapat di dalam batubara. Biasanya berupa batuanlempung
atau batuanpasir. Ketebalan dari clayband sendiri berkisar antara 0–30 cm.
C. Analisis
Analisa nilai gamma ray dan nilai density sangat penting dalam
menentukan range nilai terhadap penentuan litologi pada titik bor. Hal ini
dikarenakan penulis berasumsi bahwa range nilai pada suatu litologi bersifat
konstans sehingga hasil analisa nilai gamma ray dan nilai density dapat
menjadi acuan. Data yang digunakan yaitu informasi hasil intepretasi nilai
gamma ray dan nilai density pada masing- masing seam batubara pada
keempat titik bor yang telah penulis intepretasi. Dari hasil analisa nilai gamma
ray dan nilai density pada keempat titik bor pada Lapangan ”ADA”, Sumatera
Selatan didapatkan pada batubara seam A1 memiliki range gamma ray dari
0,00-11,00 API, dan range density dari 1,81-2,35 gr/cc. batubara seam A2
memiliki range gamma ray dari 0,00-9,67 API, dan range density dari 1,86-
2,34 gr/cc. batubara seam B memiliki range gamma ray dari 0,00-11,00 API,
dan range density dari 1,78-2,18 gr/cc. batubara seam C memiliki range
gamma ray dari 0,00-10,50 API, dan range density dari 1,75-1,96 gr/cc.
BAB III
KESIMPULAN
A. Saran

Saran yang bisa penulis berikan Perlu adanya metode penilitian lebih lanjut akan
upaya peningkatan dikusi terhadap konsep model geologi serta kepentingannya
terhadap eksplorasi.

B. Penutup
Data dari hasil pemboran eksplorasi sebanyak 29 data titik bor. 2.
Lokasi penelitian berada pada wilayah IUP PT Usaha Baratama Jesindo
dengan kondisi geologi tergolong dalam kondisi geologi moderat sesui
dengan ketentuan SNI 5011-2011. 3. Hasil perhitungan sumberdaya batubara
dari hasil penelitian dengan metode polygon seam I 3.473.499 ton (terukur),
137. 468 ton (tertunjuk), seam I1 1,957.157 (terukur), 628.805 ton.
(tertunjuk), 456.017 ton (tereka), seam I2 7.833.287 ton (terukur), 2.538.330
(tertunjuk) 1.582.782 ton (tereka).
Pada Lapangan ”ADA” ditemukan empat lapisan seam batubara, yaitu
seam A1 dengan ketebalan 8,28 m, seam A2 dengan ketebalan 13,62 m, seam
B dengan ketebalan 18,50 m, dan seam C dengan ketebalan 8,84. Korelasi
litologi berdasarkan garis key bed diketahui bahwa lapisan batubara relatif
konstan. Sedangkan korelasi litologi berdasarkan datum elevasi diketahui
bahwa kemenerusan lapisan seam batubara relatigf dari arah Timur ke Barat
dan kemiringan lapisan batubara antara satu seam dengan seam lainnya dari
arah Selatan ke Utara dengan sudut kemiringan 5-30°.
DAFTAR PUSTAKA

Adrian, Deddi, Ordas Dewanto, and Bagus Sapto Mulyatno.


"Identifikasi dan Estimasi Sumber Daya Batubara Menggunakan Metode
Poligon Berdasarkan Intepretasi Data Logging Pada Lapangan” ADA”,
Sumatera Selatan." Jurnal Geofisika Eksplorasi 4.1 (2018): 78-93.
Adrian, D., Dewanto, O., & Mulyatno, B. S. (2018). Identifikasi dan
Estimasi Sumber Daya Batubara Menggunakan Metode Poligon Berdasarkan
Intepretasi Data Logging Pada Lapangan” ADA”, Sumatera Selatan. Jurnal
Geofisika Eksplorasi, 4(1), 78-93.
Buana, Sari, Nurhakim Nurhakim, and Romla Noor Hakim.
"Perhitungan Sumberdaya Batubara Menggunakan Metode Polygon Dan
Metode Isoline Pada Wilayah Iup Pt Usaha Baratama Jesindo." Jurnal
Himasapta 5.1 (2020).
Buana, S., Nurhakim, N., & Hakim, R. N. (2020). Perhitungan
Sumberdaya Batubara Menggunakan Metode Polygon Dan Metode Isoline
Pada Wilayah Iup Pt Usaha Baratama JesindO. Jurnal Himasapta, 5(1).
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penentuan Penarikan Sand Base Line dan Shale Base Line (BPB Manual, 1981)

Gambar 2. Respon Log Densitas Terhadap Beberapa Jenis Batuan Dengan Densitas
Total dari Batuan Meliputi Matriks Padat dan Fluida yang Mengisi Pori (Rider, 1996)

Gambar 3. Respon log gamma ray dan log density pada litologi clayband

Gambar 4. Peta Sumberdaya seam I metode Isoline

Gambar 5. Peta Sumberdaya seam I2 metode Isoline


DAFTAR TABEL

Tabel-1 Kriteria Area Pengaruh Menurut SNI 2011

Tabel-3 Perbedaan Relatif perhitungan sumberdaya seam

Tabel-4. Perbedaan Relatif perhitungan sumberdaya seam 11

Tabel-5. Perbedaan Relatif perhitungan sumberdaya seam I2


LAMPIRAN

Gambar 5 Gambar 4 Gambar 6

Anda mungkin juga menyukai