PENDAHULUAN
1
pada lokasi penelitian. Dilakukan pengukuran geolistrik sebanyak 7 lintasan yang
mencakup 50% dari luas IUP pada lokasi penelitian untuk dijadikan sebagai acuan
untuk memperkirakan sumberdaya andesit yang ada pada lokasi penelitian.
2
Perusahaan, Hasil estimasi sumberdaya andesit tersebut dapat dijadikan
acuan untuk menyatakan bahwa lokasi penelitian memiliki potensi untuk
dijadikan tambang andesit atau tidak.
1. Mahasiswa, mempraktekan ilmu atau teori yang diperoleh di bangku kuliah,
khususnya berkaitan dengan masalah yang dibahas dan menambah wawasan
dalam ilmu pertambangan.
2. Peneliti selanjutnya, dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai acuan
untuk melakukan penelitian sesuai dengan masalah yang akan dibahas.
3
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
4
2. Sumberdaya Mineral Tereka (Inferred Mineral Resource) adalah
Sumberdaya Mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan
hasil tahap Prospeksi.
3. Sumberdaya Mineral Terunjuk (Indicated Mineral Resource) adalah
Sumberdaya Mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan
hasil tahap Eksplorasi Umum.
4. Sumberdaya Mineral Terukur (Measured Mineral Resource) adalah Sumber
Day Mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil
tahap Eksplorasi Rinci
5. Sumberdaya Mineral Pra Kelayakan (Prefeasibility Mineral Resource)
adalah Sumberdaya Mineral yang dinyatakan berpotensi ekonomis dari hasil
Studi Pra Kelayakan yang biasanya dilaksanakan di daerah Eksplorasi Rinci
dan Eksplorasi Umum.
6. Sumberdaya Mineral Kelayakan (Feasibility Mineral Resource) adalah
Sumberdaya Mineral yang dinyatakan berpotensi ekonomis dari hasil Studi
Kelayakan atau suatu kegiatan penambangan yang sebelumnya yang
biasanya dilaksanakan di daerah Eksplorasi Rinci.
5
Sumber : SNI 13-4726-1998 dan amandemennya 13-4726-1998/Amd 1:1999
Gambar 2.1
Kriteria dan Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan
Angka-angka kodifikasi Cadangan/Sumberdaya terdiri dari 3 digit
berdasarkan fungsi 3 sumbu, yaitu : E, F dan G, dimana;
E = Sumbu Ekonomis (Economic Axis) untuk Economic Viability
F = Sumbu Kelayakan (Feasibility Axis) untuk Feasibility Assessment
G = Sumbu Geologi (Geological Axis) untuk Geological Study
Digit pertama tentang Sumbu Ekonomis (Economic Axis) terdiri dari 3
angka, yaitu :
Angka 1 menyatakan Ekonomis (Economic)
Angka 2 menyatakan Berpotensi Ekonomis (Potentially Economic)
Angka 3 menyatakan Berintrinsik Ekonomis (dari Ekonomis ke Berpotensi
Ekonomis)
Digit kedua tentang Sumbu Kelayakan (Feasibility Axis) terdiri dari 3
angka, yaitu :
Angka 1 menyatakan Studi Kelayakan (Feasibility Study) dan atau Laporan
Penambangan (Mining Report)
Angka 2 menyatakan Studi Pra Kelayakan (Prefeasibility Study)
Angka 3 menyatakan Studi Geologi (Geological Study)
6
Digit ketiga tentang Sumbu Geologi (Geological Study) terdiri dari 4 angka,
yaitu :
Angka 1 menyatakan Eksplorasi Rinci (Detailed Exploration)
Angka 2 menyatakan Eksplorasi Umum (General Exploration)
Angka 3 menyatakan Prospeksi (Prospecting)
Angka 4 menyatakan Survai Tinjau (Reconnaissance)
7
Tabel 2.1
Nilai Resistivitas Dari Lapisan
Batulumpur 20 – 200
Tufa 20 – 200
8
fisis batuan bawah permukaan. Data lapangan yang didapatkan diharapkan dapat
memberikan informasi sebanyak-banyaknya, tidak hanya sekedar mengenai sifat
fisis batuan saja, melainkan juga kondisi geometri batuan bawah permukaan dan
posisi kedalaman batuan tersebut. Informasi tersebut bisa didapat bila diketahui
hubungan antara sifat fisis batuan tersebut dan data lapangan. Penghubung dari
keduanya merupakan model matematika. Model matematika dapat digunakan
untuk mengetahui parameter sifat fisis batuan berdasarkan data lapangan. Proses
pengolahan data lapangan yang melibatkan teknik penyelesaian matematika dan
statistik untuk mendapatkan informasi yang berguna mengenai distribusi sifat fisis
bawah disebut inverse modelling (lihat Gambar 2.2). Tujuan dari inverse
modelling adalah untuk mengestimasi parameter fisis batuan yang tidak diketahui
sebelumnya (unknown parameter). Inverse modelling dalam geofisika dapat
dimanfaatkan untuk melakukan analisis penentuan struktur bawah tanah, estimasi
parameter-parameter bahan tambang, estimasi parameter-parameter akumulasi
sumber energi, penentuan lokasi gempa bumi berdasarkan waktu gelombang
datang, permodelan respon litosfer untuk mengamati proses sedimentasi, dan
analisis sumur bor pada hidrogeologi.
9
Penelitian yang dilakukan menggunakan metode geolsitrik. Inverse
modelling yang dilakukan berdasarkan data geolistrik dapat menghasilkan
gambaran bawah permukaan dalam bentuk 1 dimensi, 2 dimensi, dan 3 dimensi
(lihat gambar 2.3). Pada penelitian ini digunakan bantuan program RES2DINV
dalam melakukan inverse modelling yang menghasilkan penampang 2 dimensi
dari pengukuran di lapangan.
10
B. Memberikan perkiraan bentuk 3 dimensi dari endapan bahan galian serta
distribusi ruang dari nilainya. Hal ini penting untuk menentukan sumberdaya
ke tahap cadangan dan selanjutnya menentukan tahapan penambangan.
C. Jumlah sumberdaya menentukan umur tambang setelah diklasifikasikan ke
cadangan.
D. Batas-batas kegiatan penambangan (pit limit) ke tahap cadangan dibuat
berdasarkan besaran sumberdaya.
Dalam melakukan estimasi sumberdaya harus memperhatikan persyaratan
tertentu, antara lain :
A. Suatu taksiran sumberdaya harus mencerminkan secara tepat kondisi geologis
dan karakter dari deposit bahan galian.
B. Suatu model sumberdaya akan digunakan untuk perencanaan tambang harus
konsisten dengan metode penambangan dan teknik perencanaan tambang yang
akan diterapkan.
C. Taksiran yang baik harus didasarkan pada data aktual yang diolah secara
obyektif. Keputusan dipakai tidaknya suatu data dalam penaksiran harus
diambil dengan pedoman yang jelas dan konsisten.
11
Pemakaian model blok untuk memodelkan suatu deposit telah umum
dilakukan dalam indsutri pertambangan. Hal ini dimulai pada akhir tahun 60-an
ketika komputer mulai digunakan dalam pekerjaan perhitungan sumberdaya
cadangan dan perencanaan tambang. Volume 3D deposit bahan galian yang akan
ditambang dibagi ke dalam unit-unit yang lebih kecil (blok/unit pertambangan
terkecil).
Model blok memudahkan dalam menaksirkan kuantitas dan kualitas di
dalam estimasi sumberdaya secara lebih spesifik. Dimensi minimal blok dapat
ditentukan sesuai dengan rule of thumb yaitu tidak kurang dari ¼ dari rata-rata
jarak pemboran. Contoh ukuran model blok 3D dapat dilihat pada Gambar 2.5.
12
𝑔 1
g = ∑𝑛𝑖=1 𝑑2𝑖 ⁄∑𝑛𝑖=1 𝑑2 ……………………………………...(2.1)
𝑖 𝑖
g = kadar estimasi
gi = kadar titik i (yang diketahui)
di = jarak terhadap titik i (yang diketahui)
13
• Peta geologi daerah penelitian
• Peta lokasi dan kesampaian daerah
• Peta topografi daerah penelitian
14
BAB III
JADWAL PENELITIAN
Halaman
RINGKASAN ...................................................................................................... iv
ABSTRACT......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR............................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. ix
15
BAB
I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
Resistivitas 2D ............................................................................. 33
16
VI KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………… . 40
6.1. Kesimpulan ……………………………………………… 40
6.2. Saran……………………………………………………… 41
LAMPIRAN .......................................................................................................... 43
17
DAFTAR PUSTAKA
18