KAJIAN PUSTAKA
II-1
Berdasarkan proses sedimentasi dan pengaruh tektonik,
karakteristik geologi tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok
utama yaitu:
1. Kelompok Geologi Sederhana
Endapan batubara dalam kelompok ini umumnya tidak dipengaruhi
secara signifikan oleh lipatan, sesar, dan intrusi. Lapisan batubara pada
umumnya landai, menerus secara lateral sampai ribuan meter, dan hampir
tidak mempunyai percabangan. Ketebalan lapisan batubara secara lateral
dan kualitasnya tidak memperlihatkan variasi yang signifikan.
2. Kelompok Geologi Moderat
Batubara dalam kelompok ini diendapkan dalam kondisi
sedimentasi yang lebih bervariasi dan sampai tingkat tertentu telah
mengalami pengaruh tektonik dan pasca proses pengendapan, ditandai oleh
adanya perlipatan dan sesar. Kelompok ini dicirikan pula oleh kemiringan
lapisan dan variasi ketebalan lateral yang sedang serta berkembangnya
percabangan lapisan batubara, namun sebarannya masih dapat diikuti
sampai ratusan meter. Kualitas batubara secara langsung berkaitan dengan
tingkat perubahan yang terjadi baik pada saat proses sedimentasi
berlangsung maupun pasca pengendapan. Pada beberapa tempat intrusi
batuan beku mempengaruhi struktur lapisan dan kualitas batubaranya.
3. Kelompok Geologi Kompleks
Batubara pada kelompok ini umumnya diendapkan dalam kondisi
sedimentasi yang komplek atau telah mengalami deformasi tektonik yang
ekstensif yang mengakibatkan terbentuknya lapisan batubara dengan
ketebalan yang beragam. Kualitas batubaranya banyak dipengaruhi oleh
perubahan-perubahan yang terjadi pada saat proses sedimentasi
berlangsung atau pada pasca pengendapan seperti pembelahan atau
kerusakan lapisan (wash out). Perlipatan, pembalikan (overturned) dan
pergeseran yang ditimbulkan oleh aktivitas tektonik, umum dijumpai dan
sifatnya rapat sehingga menjadikan lapisan batubara sulit direkonstruksi dan
dikorelasikan. Bentuk perlipatan yang kuat juga mengakibatkan kemiringan
lapisan yang terjal. Secara lateral, sebaran lapisan batubaranya terbatas dan
hanya dapat diikuti sampai puluhan meter
(Anonim, 2011:3-4).
II-2
Tabel 2.2
Jarak Titik Informasi Menurut Kondisi Geologi
2.2. Eksplorasi
II-3
2. Prospeksi Umum
Tahap eksplorasi dengan jalan mempersempit daerah yang
mengandung endapan mineral yang potensial. Metoda yang digunakan adalah
pemetaan geologi untuk mengidentifikasi singkapan, dan metoda yang tidak
langsung seperti studi geokimia dan geofisika. Paritan yang terbatas, pemboran
dan pencontohan mungkin juga dilaksanakan. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi suatu endapan mineral yang akan menjadi target eksplorasi
selanjutnya. Estimasi kuantitas dihitung berdasarkan interpretasi data geologi,
geokimia dan geofisika.
3. Eksplorasi Umum
Tahap eksplorasi yang merupakan deliniasi awal dari suatu endapan
yang teridentifikasi. Metoda yang digunakan termasuk pemetaan geologi,
pencontohan dengan jarak yang lebar, membuat paritan dan pemboran untuk
evaluasi pendahuluan kuantitas dan kualitas dari suatu endapan. Interpolasi bisa
dilakukan secara terbatas berdasarkan metoda penyeledikan tak langsung.
Tujuannya adalah untuk menentukan gambaran geologi suatu endapan mineral
berdasarkan indikasi sebaran, perkiraan awal mengenai ukuran, bentuk,
sebaran, kuantitas dan kualitasnya. Tingkat ketelitian sebaiknya dapat digunakan
untuk menentukan apakah studi kelayakan tambang dan eksplorasi rinci
diperlukan.
4. Eksplorasi Rinci
Tahap eksplorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalam 3 dimensi
terhadap endapan mineral yang telah diketahui dari pencontohan singkapan,
paritan, lubang bor, shafts dan terowongan. Jarak pencontohan sedemikian rapat
sehingga ukuran, bentuk, sebaran , kuantitas dan kualitas dan ciri-ciri yang lain
dari endapan mineral tersebut dapat ditentukan dengan tingkat ketelitian yang
tinggi. Uji pengolahan dari pencontohan ruah (bulk sampling) mungkin di
perlukan.
5. Laporan Eksplorasi
Dokumentasi mutakhir dari setiap tahap eksplorasi yang
menggambarkan ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitas endapan
mineral. Laporan tersebut memberikan status mutakhir mengenai sumberdaya
mineral yang dapat digunakan untuk menentukan tahap eksplorasi berikutnya
atau studi kelayakan tambang.
II-4
2.3. Pengertian Cadangan dan Sumberdaya Batubara
Sumberdaya batubara adalah bagian dari endapan batubara dalam
bentuk dan kuantitas tertentu serta mempunyai prospek beralasan yang
memungkinkan untuk ditambang secara ekonomis. Lokasi, kualitas, kuantitas
karakteristik geologi dan kemenerusan dari lapisan batubara yang telah
diketahui, diperkirakan atau diinterpretasikan dari bukti geologi tertentu.
Sumberdaya batubara dibagi sesuai dengan tingkat kepercayaan geologi ke
dalam kategori tereka, tertunjuk, dan terukur. Sedangkan cadangan batubara
adalah bagian dari sumberdaya batubara tertunjuk dan terukur yang dapat
ditambang secara ekonomis. Estimasi cadangan batubara harus memasukkan
perhitungan dilution dan losses yang muncul pada saat batubara ditambang.
Penentuan cadangan secara tepat telah dilaksanakan yang mungkin termasuk
studi kelayakan. Penentuan tersebut harus telah mempertimbangkan semua
faktor-faktor yang berkaitan seperti metode penambangan, ekonomi, pemasaran,
legal, lingkungan, sosial dan peraturan pemerintah. Penentuan ini harus dapat
memperlihatkan bahwa pada saat laporan dibuat, penambangan ekonomis dapat
ditentukan secara memungkinkan. Cadangan batubara dibagi sesuai dengan
tingkat kepercayaannya ke dalam cadangan batubara terkira dan cadangan
batubara terbukti (Anonim, 2011:1).
Tabel 2.3
Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara
II-5
Tabel 2.4
Hubungan Antara Sumberdaya Dan Cadangan Batubara
II-6
*Sumber : Rauf, 1998 : 64
Gambar 2.1.
Prinsip Perhitungan Luas dengan Rumus Koordinat
II-7
b. Metode penampang vertikal untuk tipe endapan yang pelemparannya
secara horizontal misalnya perlapisan batubara, tubuh sill, batugamping
klastik, dan lain-lain.
c. Metode penampang horizontal untuk tipe endapan yang pelemparannya
secara vertikal misalnya tubuh instrusi, batugamping terumbu dan lain-
lain.
d. Keuntungannya adalah perhitungan tidak rumit dan sekaligus dapat
dipakai untuk menyajikan interprestasi model.
Metode ini digunakan dengan cara berikut :
1. Membuat irisan penampang melintang memotong endapan yang
dihitung.
2. Dari tiap penampang dihitung terlebih dahulu luas pada masing-masing
endapan.
3. Setelah luas dihitung, maka digunakan beberapa rumus perhitungan
metode penampang, yaitu :
a. Rumus mean area, digunakan untuk endapan yang mempunyai geometri
teratur dengan luas masing-masing penampang tidak jauh berbeda.
....................................................(2.5)
Dimana :
V = Volume Tanah Penutup, m3 (BCM)
S1 = Luas Penampang Block pertama, m2
II-8
S2 = Luas Penampang Block Kedua, m2
N = Sayatan ke 3, 4 dan seterusnya
D = Jarak Tegak Lurus L1 dan L2
b. Rumus Prismoida, digunakan jika outline bijih pada penampang yang
luasannya cenderung lebih kecil dari outline bijih pada penampang.
........................................................................................(2.6)
Dimana :
S1,S2 = Luas penapang ujung m2
M = Luas Penampang tengah m2
L = Jarak antara S1 dan S2
c. Rumus kerucut terpacung, digunakan untuk bijih yang berbentuk seperti
kerucut terpacung. Asumsi pesimis dalam rumus ini masih diperhatikan
dimana
................................................................................(2.7)
Dimana :
S1 = Luas Penampang atas, m2
S2 = luas penampang bawah, m2
L = Jarak antara S1 dan S2, m
V = Volume Cadangan, m3
II-9
*Sumber : Seimahuira, 1998 : 9
Gambar 2.4
Sketsa Kerucut Terpacung
d. Rumus Obelix, digunakan untuk bentuk bijih yang membajih. Asumsi
pesimis dalam rumus ini masih diperhatikan dimana
Rumus yang digunakan :
............................................................(2.8)
Dimana :
S1 = Luas Penampang atas, m2
S2 = Luas penampang bawah, m2
a1 = Panjang Penampang atas, m2
a2 = Panjang Penampang bawah, m2
b1 = Panjang Penampang atas, m2
b2 = Panjang penampang bawah, m2
M = Luas Penampang tengah m2
L = Jarak antara S1 dan S2, m
V = Volume Cadangan, m3
II-10
*Sumber : Seimahuira, 1998 : 11
Gambar 2.5
Sketsa Obelix
II-11
*Sumber : Rauf, 1998 : 54
Gambar 2.6
Metode Cross Section
Metode metode cross section merupakan metode estimasi yang
paling umum digunakan dalam estimasi sumberdaya maupun cadangan.
Sedangkan jarak antar sayatan harus ditentukan secara akurat. Adapun
langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Membuat sayatan pada peta topografi di daerah penelitian dengan
tertentu dengan keadaan geologi yang dapat mewakili daerah sekitarnya.
2. Kemudian dilakukan penggambaran dari masing-masing sayatan.
3. Setelah itu menghitung luas dari masing-masing penampang dimana
luasnya dapat diketahui dengan menggunakan software.
4. Menaksir volume endapan batubara secara keseluruhan dengan
menggunakan pendekatan rumus mean area dan rumus frustum
(Putra, 2016 : 26).
Metode cross section dapat dihitung dengan menggunakan
Pedoman dari rule of gradual changes yang digunakan untuk menentukan
batas-batas daerah pengaruh dalam penentuan luas penampang dengan
cara menghubungkan titik terluar dari tiap penampang. Pedoman ini dapat
diterapkan pada metode cross section, karena dalam perhitungannya lebar
daerah pengaruh penampang tidak selalu dibuat dengan ukuran yang tetap.
II-12
*Sumber : Rauf, 1998 : 52
Gambar 2.7
Metode Cross Section Dengan Pedoman Rule of Gradual Changes
II-13
1. Menghitung luas kontur pada peta topografi pada interval tinggi tertentu
dengan software pada jarak antar kontur yang dapat mewakili daerah
sekitar.
2. Menghitung volume rata-rata dari dua buah garis kontur pada interval tinggi
tertentu dengan jarak antar kontur sebesar 1 meter dan batas pengaruh
sebesar 1 meter sepanjar jarak antar kontur, dengan pedoman perubahan
bertahap menggunakan rumus mean area dan rumus frustum
(Putra, 2016 : 29)
II-14