1
a. Ketebalan lapisan batubara
Sangat tipis, jika tebalnya < 0,5 m - Tipis, jika tebalnya
0,5-1,5 m - Sedang, jika tebalnya 1.5-3,5 m - Tebal, jika
tebalnya 3.4-25 m - Sangat tebal, jika tebalnya lebih dari
25 m
b. Kemiringan lapisan batuan
- Lapisan horizontal
2
Tabel 1 Aspek Tektonik dan Sedimentasi sebagai Parameter dalam
Pengelompokan Kompleksitas Geologi (SNI 5015, 2011)
Tabel 2. Jarak Titik Informasi Menurut Kondisi Geologi (SNI 5015: 2011)
Kondisi Sumberdaya
Kriteria Tereka Terunjuk Terukur
Geologi
Komplek Jarak Titik 200 < x 100 < x < 200 x < 100
Informasi <400
(m)
3
yang didesain untuk menentukan jumlah total batubara yang ada
didalam tanah sebelum proses penambangan dimulai. Metode
circular USGS menyatakan perhitungan sumberdaya terukur
dilakukan pada radius 400 meter dari singkapan batubara ke
arah dip atau kemiringan batubara. Sumberdaya tertunjuk
(indicated resource) diukur pada radius 400 hingga 1200 meter
dari singkapan batubara ke arah masuknya dip batubara.
Sedangkan untuk sumberdaya tereka diukur pada radius 1200
hingga 4800 meter dari singkapan batubara ke arah masuknya
dip batubara (Wood, dkk. 1983).
perhitungan untuk mengetahui kuantitas (tonase) dari
sumberdaya batubara. Wood et al (1983) menjelaskan bahwa
setelah mendapatkan nilai luas area sumberdaya, ketebalan rata-
rata batubara dan densitas batubara, kunatutas (tonase)
sumberdaya dapat diestimasikan. Estimasi atau perkiraan tonase
dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
(T) = (L cRs α) x t x D,
Keterangan:
T = Tonase Batubara (ton)
t = Tebal batubara (m)
D = Berat batubara per volume (density)
L = Luas area batubara (m2)
Α = Dip lapisan batubara(°)
4
dengan membagi nilai luas area batubara dengan nilai cosinus
kemiringan lapisan batubara.
1. Tahap Pendahuluan
4. Hasil.
5
Gambar 3. Peta geologi daerah penelitian
Topografi
Database
6
Titik Bor Eksplorasi
Cropline
7
2 (dua), yaitu model endapan berdasarkan section dan model-
model kontur struktur batubara.
8
Ketebalan Batubara
Ketebalan lapisan batubara merupakan unsur penting yang
langsung berhubungan dengan perhitungan/estimasisumberdaya.
9
Gambar 7. Peta Sumberdaya Daerah Penelitian
10
daerah penelitian dihitung dari hasil luas area sumberdaya
tertunjuk dikalikan dengan tebal rata-rata lapisan batubara dari
masing-masing titik pemboran (4,2 meter), sehingga
didapatkan nilai volume sumberdaya batubara tertunjuk
11
REVIEW JURNAL 2
Keterangan 1,2,3 Jurusan Teknik Geodesi S-1 Fakultas Teknik Sipil dan
Jurnal Perencanaan, Institut Teknologi Nasional Malang, Jalan
Bendungan, Sigura-gura No. 2 Lowokwaru, Kecamatan
Sumbersari, Kota Malang – itn@itn.ac.id
12
1. Sumberdaya batubara hipotek (Hypothic coal resource).
Sumberdaya hipotek adalah batubara didaerah
penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang
memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap
penyelidikan survei tinjau. Survei tinjau merupakan
tahapan eksplorasi yang paling awal dengan tujuan
mengindentifikasi daerah daerah yang secara geologis
mengandung endapan batubara yangberpotensi untuk
diselidiki lebih lanjut.
2. Sumberdaya batubara tereka (Inferred Coal Resource).
Sumberdaya batubara tereka adalah sumberdaya
batubara yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh pada
tahap prospeksi. Prospeksi merupakan tahap eksplorasi
yang bertujuan untuk membatasi daerah sebaran
endapan batubara yang akan menjadi sasaran eksplorasi.
3. Sumber daya batubara tertunjuk (Indicated Coal
Resource). Sumberdaya batubara tertunjuk merupakan
sumberdaya batubara yang kuantitas dan kualitasnya
diperoleh pada tahap eksplorasi umum.
4. Sumber daya batubara terukur (Measured Coal
Resource). Sumberdaya batubara terukur adalah
sumberdaya batubara yang kuantitas dan kualitasnya
diperoleh dari pada tahap eksplorasi rinci.
Jenis Tambang
13
Di dunia pertambangan, khususnya tambang batubara
dikenal ada 3 jenis tambang yaitu:
1. Tambang terbuka (surface mining or open pit mining).
2. Tambang bawah tanah (underground mining).
3. Tambang bawah air (underwater mining).
PETA TOPOGRAFI
Stripping Ratio
14
lawan 3: 2. Bila dibandingkan dengan tambang permukaan,
yang mengharuskan Over Burden removal sebelum bijih
ekstraksi, operasi penambangan bawah tanah cenderung
memiliki rasio pengupasan yang lebih rendah karena
meningkatnya selektivitas.
15
berdasarkan nisbah pengupasan. Nisbah pengupasan
(stripping ratio) menunjukkan perbandingan antara
volume/tonase tanahpenutup dengan volume/tonase
batubara pada areal yang akan ditambang. Rumusan
umum yang sering digunakan untuk menyatakan
perbandingan ini: Stripping Ratio =Tanah Penutup
(ton)/Batubara (ton).
16
luas penampang dikali jarak horisontal antara kedua
penampang tersebut. (Tjitro, 1992) Lihat gambar dibawah
berikut:
A2)
17
maka terdapat perbedaan nilai dengan Vp. Perbedaan nilai
yang
terjadi tersebut dinamakan koreksi prismoida (Kp). Dalam
bentuk matematik koreksi tersebut Yaitu:
1
Kp : 12 L (h1 – h2) ( D1 – D2)
18
Akan tetapi jika penampang prisma adalah segitiga,
maka volumenya;
.h1+h2+h3
V= A. 𝑎
Keterangan persamaan:
d : luas dasar galian
h : kedalaman titik tinggi
A : Luas Penampang 1
B : Luas Penampang 2
C : Interval Kontur
20
Gambar 11. DTM (Digital Terrain Model), (Dipokusumo
dkk, 1983).
21
b. Data hasil target produksi tiap bulan di dapatkan
dari perusahaan
22
Struktur Roof Dan Floor: Model struktur roof dan floor
didapat dengan cara membuat database geologi terlebih
dahulu pada Surpac. Untuk membuat database geology,
diperlukan data masukan berupa data survey, collar dan
geologi yang diperoleh dari pengukuran topografi dan
pengeboran di lapangan
23
HasilPembahasan 4.1 Striping Ratio
Dari proses data menggunakan Surpac 6.4.1 didapatkan hasil
sebagai berikut:
1. Total Volume Over Burden :
1091003.091 Bcm
2. Total Volume Cadangan Batubara :
660789 Bcm
Perhitungan nilai SR dari area seam yang akan dihitung
antara
lainnya adalah :
1. Koordinat Pit
X : 277784.185 Y : 9641929.170
X : 278518.141 Y : 9642271.948
Total Area : 3.07 Hektar
Total OB : 703646.737 bcm
Total Coal : 457204 bcm
Striping Ratio : 1 : 1.53
2. Koordinat Pit
X : 277796.733 Y : 9642048.319
X : 278281.277 Y : 9642331.153
Total Area : 2.27 Hektar
Total OB : 319345.842 bcm
Total Coal : 163054 bcm
Striping Ratio : 1 : 1.95
3. Koordinat Pit
X : 277702.451 Y : 9641429.944
X : 278913.095 Y : 9642572.680
Total Area : 0.83 Hektar
Total OB : 68010.512 bcm
Total Coal : 40531 bcm
Striping Ratio : 1 : 1.67
24
tertunjuk sisa cadangan batubara yang tersisa dari bulan
September 2018 adalah sekitar 660789 Bcm, dengan hasil
batubara yang telah dikeluarkan dibulan September 2018
adalah 30337.55 Ton. Maka, dapat diasumsikan prediksi
umur volume cadangan yang masih Terisa adalah 21 bulan
lagi akan habis atau satu tahun Sembilan bulan.
penelitian
25
REVIEW JURNAL 3
26
Tinjauan Pustaka Perhitungan cadangan merupakan proses kuantifikasi
formal suatu endapan bahan galian (bijih dan batubara).
Perhitungan dapat dilakukan dengan berbagai metode
yang didasarkan pada pertimbangan empiris maupun
teoritis. Volume, tonase, kadar, dan kuantitas mineral
merupakan atribut-atribut (variabel/parameter) yang
umum diperhitungkan. Perhitungan atribut tersebut
harus optimal dalam arti tak bias dan tingkat kesalahan
yang tidak melebihi kriteria yang dapat dipertanggung
jawabkan.
1 Studi literatur
2 Observasi lapangan
3 Pengambilan data :
a. Data Primer b. Data Skunder c. Akuisisi
data
4. Pengolahan data
5. Hasil pengolahan data
6. Kesimpulan
1 Seam 3
2 Seam 2
3 Seam 1
28
Gambar 1. Diagram ketebalan batubara seam 3, seam 2
dan seam 1
29
Tabel 4. Data kalori batubara di lokasi penelitian yang
sudah di konversisatuannya.
30
1,30 meter dengan ketebalan rata-rata 0,97 meter yang
termasuk dalam kelas batubara energi rendah.
2. Pemodelan endapan batubara
Pemodelan endapan batubara bertujuan untuk
mengetahui pola penyebaran lapisan batubara, baik
geometri secara umum, letak/posisi lapisan, kedalaman,
kemiringan, serta penyebaran dari tanah penutup.
Konstruksi model endapan batubara disajikan
dalam bentuk peta-peta, yang dilakukan dengan
menggunakan Software Minescape. Data-data dasar
yang diperlukan berupa data original topografi, data
singkapan batubara dan data lubang bor. Dari data-data
tersebut dapat dibuat data turunan untuk perhitungan
cadangan yaitu peta kontur struktur atap (roof) dan
lantai (floor) batubara, peta isopak ketebalan (isopach
thickness), peta iso overburden (ketebalan over
burden), dan peta kontur stripping ratio (SR)
ketebalan.
a. Korelasi antar lubang bor
Korelasi antar lubang bor bertujuan untuk
mengelompokan seam yang sama pada lubang bor yang
satu dengan lubang bor yang lainnya, agar bisa
dibentuk pola triangles-nya.
31
bagian bidang batubara (roof ataupun floor) yang
memiliki nilai elevasi yang sama.
Di dalam pembuatan kontur struktur batubara,
setiap seam akan dibuat 2 (dua) kontur struktur, yaitu
kontur struktur bagian atap (roof) dan kontur struktur
bagian lantai (bottom) batubara.
32
tegak lurus dengan bidang datar (90° dari bidang datar),
yang berawal dari permukaan topografi (surface
topografi) sampai dengan atap (roof) batubara.
33
adalah sebagai berikut :
- Original topografi
- Kontur struktur batubara yang akan dihitung
cadangannya.
- Garis perkiraan SR <10 yang sudah dibuat pada
peta perkiraan stripping ratio ketebalan.
- Data hasil geoteknik (data geometri lereng rencana
penambangan)
- Geometri ramp.
- Data status lahan rencana Pit 2 CV. BSU.
Sesuai data-data yang ada maka dalam perhitungan
cadangan batubara terbukti pada rencana pit 2, akan di
buat dengan batasan tambang stripping ratio ± 10 ( SR
9 s/d SR 11).
34
Gambar 7. Peta Cadangan Batubara Terbukti Pada Pit
2 dan 2A
35
Gambar 8. Urutan stratigrafi lapisan batubara di lokasi
penelitian
Apabila rencana dari kegiatan penambangan
akan dilakukan pada Pit 2 (seam 2), maka lapisan bahan
galian yang bernilai marjinal (seam 3) tersebut akan
tertambang juga. Maka dari itu penanganan terhadap
cadangan yang bernilai marjinal tersebut harus
direncanakan untuk menghasilkan nilai tambah. Berikut
di bawah ini ada beberapa dari rencana penanganan
bahan galian yang bernilai marjinal :
a. Akan dijadikan sebagai volume tambahan untuk
cadangan pit 2.
Apabila seam 3 akan dijadikan volume
tambahan untuk pit 2, maka harus diketahui faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap cadangan pit 2, yaitu
seperti faktor kalori batubara, faktor loss pada roof dan
floor batubara dan faktor dilusi pada saat
penambangan.
b. Dapat digunakan sebagai lapisan dasar stock room atau
stock pile.
36
berikut :
a. Faktor kondisi geologi
b. Faktor eksplorasi
c. Faktor geoteknik
- Sifat fisik geoteknik batuan
- Struktur geologi seperti kekar dan sesar.
37
REVIEW JURNAL 4
ISSN 2549-1008
39
penelitian diperlukan analisis perhitungan persamaan
matematis. Konsep ilmiah tersebut ditujukan sebagai
pengganti metode perhitungan sumberdaya terdahulu
yang bersifat sangat sederhana. Salah satu metode
matematis yang muncul dalam perkembangan
perhitungan volume adalah penggunaan finite element
method (FEM). Metode ini telah ditransformasi untuk
menghitung komponen sumberdaya batubara secara
akurat karena melibatkan elemen-elemen geometri pada
endapan batubara [3].
40
dengan mempertimbangkan semua aspek. Langkah
pertama dalam desain tambang batubara adalah
pemodelan. Data pemodelan didasarkan pada informasi
yang diperoleh dari pengeboran, susunan litologi,
sampling, dan menganalisis sejumlah lubang bor. Data
pengeboran disajikan dalam bentuk (x, y, z), koordinat,
dip dan sudut azimuth lubang bor, definisi litologi dari
sampel yang diambil dari lubang bor [5].
41
lapangan (pengambilan data primer dan data sekunder),
pengolahan dan analisis data penelitian hingga
kesimpulan akhir.
42
Gambar 2. Tiga titik bor
(2)
(3)
Keterangan:
A : Luas
∆ : Determinan
N : Fungsi Interpolasi
ui : Ketebalan di titik ke
Pers.(4) [11].
T=Axtxd
Keterangan:
T : Tonnase (ton)
T : Ketebalan (m)
43
D : Density (ton/m³)
Keterangan :
Zo : Nilai titik yang ditaksir
44
memiliki kekurangan yaitu, semakin besar power maka
pengaruh jarak terhadap bobot semakin besar, pada
pemodelan kontur kadang membentuk bulk eye.
Root Mean Square Error (RMSE)
Keterangan:
Z (xi) : Nilai estimasi
N : Jumlah prediksi
Seam Batubara
45
pada seam batubara tersebut. Pada beberapa singkapan
terdapat struktur kayu (woody structure) yang tidak
merata.
Kualitas Batubara
46
Data ketebalan batubara pada PT NAR dapat dilihat pada
Tabel 2 sampai dengan Tabel 5 berikut.
47
Tabel 4. Ketebalan batubara seam E1
48
Gambar 5. Prediksi tebal batubara seam E menggunakan
FEM
49
Prediksi Ketebalan Batubara Menggunakan Metode
Inverse Distance Weighted
50
Prediksi ketebalan batubara menggunakan metode IDW
seam E1 dengan (x) nama titik bor dan (y) tebal batubara
dapat dilihat pada Gambar 10.
51
dengan nilai error terkecil yang akan digunakan untuk
mengetahui cadangan block PT NAR dapat dilihat pada
Tabel 6.
52
Cadangan Batubara Pada Block PT Natural Artha
Resource (PT NAR)
53
Gambar 12. Peta Pit Limit Block PT NAR
54
Gambar 13. Perbandingan estimasi cadangan batubara
menggunakan FEM dan IDW power 3
55
mencapai 140.000 ton, secara relative naik 9,33 %. Hasil
tersebut membuktikan bahwa perbedaan metode
penghitungan sangat dipengaruhi oleh arah distribusi dan
nilai yang dihasilkan.
56
REVIEW JURNAL 5
Penulis Sujiman
57
Penggunaan block model di maksudkan untuk mempermudah
dalam mengestimasi dan menginterpretasi suatu cadangan.
Dalam block model data data mengenai ketebalan, kedalaman,
volume batubara, volume tanah penutup bisa di interpretasikan
dalam atribut-atribut suatu block model. Cara estimasinya
dengan menjumlahkan block-blocknya. Penggunaan cross
section di maksudkan untuk mempermudah dalam
menginterpretaskan suatu cadangan. Dalam cross section data-
data bisa di lihat dalam bentuk penampang, sehingga kalau
terjadi kesalahan bisa di bandingkan bentuk penampang dengan
penampang sebelahnya
58
diantaranya topografi, singkapan dan pengeboran. Data-data
tersebut sebagai komponen dari perhitungan untuk mengetahui
elevasi, strike dan dip batubara, tebal tanah penutup, data
geologi dan lain-lain.
2.2. Korelasi Pemboran
Hasil korelasi dapat diketahui bahwa di daerah block PDL-
Lamin
terdapat 6 seam. Adapun penamaan seam dari yang paling
bawah (tua) Seam 5A,
Seam 5B, Seam 5C, Seam 6, Seam 6A, Seam 6B.
59
2.3. Data Base Pemboran
Hasil korelasi bor meperjelas kesinambungan antar titik bor dan
stratigrafi batubara. Hubungan antar seam batubara , lithologi
batuan serta arah dan besar sudut kemiringan batubara dan
struktur lokasi yang berkembang.
1. Collar
Collar adalah bagian dari geological data base yang
menyimpan data –data pemboran. ( tegak lurus atau
miring )
2. Survey
Survey adalah bagian dari geological data base yang
digunakan untuk mengkalkulasikan data-data mengenai
lubang bor. File survey terdiri dari hole_id, max_dept,
dip, azimuth.
60
3. Geology
Geology adalah bagian dari geological data base yang
digunakan untuk menyimpan data-data geologi seperti
litologi, nama seam, dan lain-lain. File geologi terdiri
dari hole_id, sample_id, from, to, rock_type, seam.
Geologi Model
Geologi model merupakan hasil dari interpretasi data-data
perhitungan cadangan. Data – data yang telah di kelompokan
jenis seam dan litologinya, di dalam geologi data base
dikeluarkan dalam file digital terain models ( dtm )
menghasilkan roof batubara, floor batubara dan surface toporafi.
Data surface roof batubara, surface floor batubara dan surface
ditambah batas limit penambangan dan slope penambangan
menjadi model geologi penambangan.
61
sungai) tidak bisa di hitung di karenakan faktor ekonomi dari
cadangan tersebut tidak mencukupi di karenakan SR tinggi ( 1
: 40). Sedangkan SR yang optimal adalah 1 : 13. Hal-hal yang
menyebabkan SR tinggi yaiti morfologi topografi yang curam,
kontor batubara menurun tajam, lokasi yang sempit dan posisi
jauh dari sub cropp.
d. Batas sebelah barat
Batas sebelah barat di batasi oleh batas sub cropline dengan
isopac 4 meter. Isopac 4 meter di dapat dari zona lapukan
(wathering) / soil di daerah penelitian kurang lebih 3-4 meter.
62
Gambar 5. Jenjang Penambangan
2. File centeroid
File Centereoid merupakan aplikasi dari block model sebagai
basis memasukan data. Data tersimpan dalam diskripsi dari file
centeroid.
3. Atribut
Data –data yang tersimpan dalam block model berupa atribut-
atribut. Data tersebut berbentuk angka angka dari hail estimasi
file centeroid. Sehingga data atribut bisa di jumlahkan atau di
63
kurangkan sesuai keperluan. Atribut block model 2 dimensi
terdiri dari : .
a. Surface Topografi ( topo) type float
b. Surface roof ( rf_s6 ) type float
c. Surface floor ( fl_s6 ) type float
d Surface Desig Tambang ( dsg) type float
e. Tebal OB ( t_ob_s6) type real
ekpresi = (topo-rf_s6)
f Tebal Coal (t_c_s6) type real
ekpresi = (rf_s6-fl_s6)
g. Volume OB ( vob_s6 ) type real
ekpresi = (t_ob_s6 * 10*10)
h. Volume Coal ( voc_s6) type real
ekpresi = (t_c_s6*1.3*0.95*10*10)
i. Volume OB dsg ( vob_dsg)
ekpresi = ((topo-dsg_s6)*10*10) Constrain Batas dsg
j. Volume Coal dsg ( voc_dsg)
ekpresi = ((rf_s6-fl_s6)*10*10*1.3*0.95) Constrain batas Coal
k. SR seam6 type real
ekpresi = (vol_ob/vol_oc) Constrain batas Sub cropp
4. Constrain
Constrain merupakan batas perhitungan dalam block model. File
constrain di buat di dalam block model tersebut sesuai batas
yang di inginkan.
a. Constrain subcrop membatasi block model sebatas subcrop
b.Constrain dsg membatasi block model sebatas desain
perhitungan
c. Constrain Coal membatasi block model sebatas batas
batubara
2.8.Perhitungan Volume Overburden
Perhitungan volume overburden didapat dari perhitungan
antar atribut atribut yang telah di masukkan dalam block
model. Atribut-atribut tersebut bisa dimodivikasi ( di
tambah, dikurangi, di kalikan antar atribut).
64
Gambar 6. Interpretasi Volume Overburden Block Model 2D
Dengan Batas Desain Tambang
67
2. Perhitungan di interpretasikan di Excel
Volume Batubara = 310.713,35 MT
68
ada.
2. Metode Blok Model hanya dapat menafsirkan volume
berdasarkan dalam satuan bentuk grid (kotak), jika bidang yang
ditafsir volumenya tidak tepat berada satu grid (kotak) penuh,
maka volume grid (kotak) tersebut tidak terhitung.
3. Metode Blok model memakai kosep estimasi Neighborhood
Nearest Point (NNP) yaitu memperhitungan nilai di suatu blok
didasari oleh nilai titik yang berada paling dekat dengan blok
tersebut. Dengan kata lain titik (blok) terdekat memberikan nilai
pembobotan satu untuk titik yang ditaksir, sedangkan titik (blok)
yang lebih jauh memberikan nilai pembobotan nol (tidak
mempunyai pengaruh).
4. Metode Blok Model tidak memperhitungkan bentuk geometri
jenjang sedangkan Metode Cross Section memperhitungkan
bentuk geometri jenjang yang dipakai dalam desain tambang
khusus untuk perhitungan volume Overburden.
Jurnal penelitian ini akan dijadikan acuan kajian perhitungan
Relevansi
cadangan batubara menggunakan metode block model 2
terhadap
dimensi dan cross section di software surpac.
penelitian
69