Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN REVIEW JURNAL

PEMODELAN DAN PENGHITUNGAN CADANGAN


BATUBARA UNTUK MEMPREDIKSI UMUR
TAMBANG SESUAI TARGET PRODUKSI
BATUBARA DAN OVERBURDEN
DIPERUSAHAN DI PT X

JOSUA SUDIRJA NAINGGOLAN


NPM : 2110024427088

YAYASAN MUHAMMAD YAMIN PADANG


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI PADANG
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
2022
REVIEW JURNAL 1

Judul Estimasi Sumberdaya Batubara Seam 4 Pt. Yuf Kalimantan


Kecamatan Kenohan, Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi
Kalimantan Timur

Penulis Muhammad Dahlan Balfas, Heriyanto, Iswan Arsidi, Humam


Hanafi

Keterangan Jurnal Teknik Geologi: Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Vol. 1 No. 1, hal. 4-15, Juli 2018, Teknik Geologi Universitas
Jurnal
Mulawarman

ISSN 6416 – 18343 – 1 PB

Masalah Adapun rumusan masalahnya dalah:

1. Bagaimana penyebaran dan arah lapisan batuan dan topografil

2. Bagaimana besaran sumberdaya tereka, dan terukur pada seam


4 PT Yufa kalimatan, kecamatan kenohan

3. Modelkan Endapan Batubara Di PT. Yuf Kalimantan?

Tujuan 1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat


kompleksitas geologi daerah penelitian, mengetahui pola sebaran
lapisan batubara, dan mengetahui besaran sumberdaya tereka,
tertunjuk, dan terukur pada seam 4 PT. Yufa Kalimantan,
Kecamatan Kenohan, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi
Kalimantan Timur.

Tinjauan Geometri lapisan batubara merupakan salah satu aspek


Pustaka yang diperhitungkan dalam penentuan kebijakan eksplorasi
selanjutnya. Menurut Kuncoro (2000) dalam jurnal Radolf
hengki (2012), geometri lapisan batubara merupakan aspek
dimensi atau ukuran dari suatu lapisan batubara meliputi tebal,
kemenerusan, kemiringan, pola sebaran, bentuk, keteraturan,
pelapukan, cleat, dan kondisi roof and floor lapisan batubara.

1
a. Ketebalan lapisan batubara
Sangat tipis, jika tebalnya < 0,5 m - Tipis, jika tebalnya
0,5-1,5 m - Sedang, jika tebalnya 1.5-3,5 m - Tebal, jika
tebalnya 3.4-25 m - Sangat tebal, jika tebalnya lebih dari
25 m
b. Kemiringan lapisan batuan
- Lapisan horizontal

- Lapisan landai, jika kemiringan- nya < 250

- Lapisan miring, jika kemiringan- nya antara 250-450


- Lapisan miring curam, jika kemiringannya antara 450-750
- vertikal
c. Pola kedudukan lapisan batubara/sebarannya
- Teratur
- Tidak teratur
d. Kemenerusan batubara
- Ratusan meter
- Ribuan meter 5-10 km
- Menerus sampai lebih dari 200 km
Cropline merupakan garis yang mengikuti arah
penyebaran batuan dalam hal ini singkapan yang terdapat di
permukaan, data cropline ini diperoleh dengan melakukan
mapping atau pengukuran di daerah penelitian. Tujuan dari
pembuatan cropline ini adalah penentuan batas perhitungan
untuk luas singkapan lapisan batubara yang dihitung.
Menurut SNI 5015:2011, Berdasarkan proses
sedimentasi dan pengaruh tektonik, karakteristik geologi
tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama :
Kelompok geologi sederhana, kelompok geologi moderat,
dan kelompok geologi kompleks. Uraian tentang batasan
umum untuk masing-masing kelompok tersebut beserta tipe
lokalitasnya adalah sebagai berikut, sedangkan ringkasannya
diperhatikan pada Tabel 2.1.

2
Tabel 1 Aspek Tektonik dan Sedimentasi sebagai Parameter dalam
Pengelompokan Kompleksitas Geologi (SNI 5015, 2011)

Persyaratan yang berhubungan dengan aspek geologi


berdasarkan Persyaratan jarak titik informasi untuk setiap
kondisi geologi dan kelas sumberdayanya adalah Jarak
pengaruh / jarak dimana kemenerusan dimensi dan kualitas
batubara masih dapat terjadi dengan tingkat keyakinan tertentu
yang disesuaikan dengan kondisi geologi daerah penyelidikan,
Titik informasi dapat berupa singkapan, parit uji, sumur uji,
dan titik pengeboran dangkal atau pun pengeboran dalam,
Penentuan titik-titik informasi disesuaikan dengan penyebaran
batubara (garis singkapan) dan jarak pengaruh.

Tabel 2. Jarak Titik Informasi Menurut Kondisi Geologi (SNI 5015: 2011)

Kondisi Sumberdaya
Kriteria Tereka Terunjuk Terukur
Geologi

Sederha Jarak Titik 1000 < 500 < x x < 500


na Informasi x <1000
(m)
<1500
Moderat Jarak Titik 500 < x 250 < x < 500 x < 250
Informasi
(m) <1000

Komplek Jarak Titik 200 < x 100 < x < 200 x < 100
Informasi <400
(m)

Metode Circular USGS merupakan sistem klasifikasi

3
yang didesain untuk menentukan jumlah total batubara yang ada
didalam tanah sebelum proses penambangan dimulai. Metode
circular USGS menyatakan perhitungan sumberdaya terukur
dilakukan pada radius 400 meter dari singkapan batubara ke
arah dip atau kemiringan batubara. Sumberdaya tertunjuk
(indicated resource) diukur pada radius 400 hingga 1200 meter
dari singkapan batubara ke arah masuknya dip batubara.
Sedangkan untuk sumberdaya tereka diukur pada radius 1200
hingga 4800 meter dari singkapan batubara ke arah masuknya
dip batubara (Wood, dkk. 1983).
perhitungan untuk mengetahui kuantitas (tonase) dari
sumberdaya batubara. Wood et al (1983) menjelaskan bahwa
setelah mendapatkan nilai luas area sumberdaya, ketebalan rata-
rata batubara dan densitas batubara, kunatutas (tonase)
sumberdaya dapat diestimasikan. Estimasi atau perkiraan tonase
dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(T) = (L cRs α) x t x D,

Keterangan:
T = Tonase Batubara (ton)
t = Tebal batubara (m)
D = Berat batubara per volume (density)
L = Luas area batubara (m2)
Α = Dip lapisan batubara(°)

Kemiringan lapisan batubara juga memberikan pengaruh


dalam perhitungan sumberdaya batubara. Bila lapisan batubara
memiliki kemiringan yang berbeda-beda, maka perhitungan
dilakukan secara :
1. Kemiringan 0°-10°, Perhitungan tonase dilakukan
langsung dengan menggunakan rumus tonase yaitu luas area
batubara x tebal batubara x densitas batubara.

2. Kemiringan 10°-30°, Perhitungan tonase dilakukan

4
dengan membagi nilai luas area batubara dengan nilai cosinus
kemiringan lapisan batubara.

3. Kemiringan >30°, Perhitungan tonase dilakukan


dengan mengkalikan nilai luas area batubara dengan nilai
cosinus kemiringan lapisan batubara.

Metode Tahapan dan metode penelitian yang digunakan dibagi menjadi


Penelitian 4(empat) Tahapan dan metode penelitian dijabarkan sebagai
berikut:

1. Tahap Pendahuluan

2. Tahap Pengumpulan Data

3. Tahap Pengolahan Data

4. Hasil.

Hasil Geologi Daerah Penelitian


Pembahasan
Geomorfologi pada daerah penelitian merupakan bentuk asal
denudasional dimana bentukan geomorfologinya dipengaruhi
oleh proses pelapukan. Bentuk asal denudasional pada daerah
penelitian dibagai menjadi 2 (dua) bentuk lahan, yaitu bentuk
lahan perbukitan terkikis dan bentuk lahan nyaris datar
(peneplain). Bentuk lahan perbukitan terkikis menempati sekitar
75% dari daerah penelitian, dengan morfometri rata-rata sekitar
6%-13%, morfografi miring, dan ditandai dengan daerah
perbukitan yang mengalami pelapukan. Sedangkan bentuk lahan
nyaris datar (peneplain) menempati sekitar 25% dari daerah
penelitian, dengan morfometri 0-2%, morfografi datar/hampir
datar, dan ditandai dengan morfologi yang mengalami
penurunan ketinggian sehingga membentuk permukaan yang
datar/hampir datar.

5
Gambar 3. Peta geologi daerah penelitian

Sumberdaya Batubara Daerah Penelitian

Topografi

Kondisi topografi pada daerah penelitian memiliki perbukitan


dan lembah. Elevasi bervariasi mulai dari 15 meter sampai
dengan 65 meter di atas permukaan laut.

Database

Database terdiri dari data-data bor yang merupakan data hasil


penelitian dibawah permukaan, dalam pekerjaan di software
Surpac 6.6.2 dibutuhkan beberapa rangkain data sebagai
database, diantaranya data survey, data geology, dan data colar.

Korelasi Titik Bor

Korelasi litostratigrafi antara titik bor dimulai dengan mencari


lapisan kunci (key beds) yang terdapat pada setiap titik bor,
kemudian dilanjutkan dengan menghubungkan lapisan-lapisan
batuan di atas dan di bawah dari lapisan kunci tersebut.

Gambar 4. Korelasi Titik Bor YKC-20, YKC-25B, YKC-25A, dan


YKC-34R.

6
Titik Bor Eksplorasi

Metode pemboran eksplorasi batubara yang dilakukan adalah


pemboran touch coring, yaitu metode pemboran dimana
pengambilan sampel coring hanya dilakukan pada litologi
batubara. Pemboran eksplorasi batubara merupakan acuan
pembentukan kontur struktur batubara dan pembuatancropline.

Tabel 3. Titik Bor Eksplorasi Daerah Penelitian

No Kode Bor Easting (X) Norhing (Y) Elevasi (Z) Kedalaman


1 YKC-20 11755 422819 45 37,5
2 YKC-21 11629 422832 42 39
3 YKC-22 11505 422890 41 33
4 YKC-24 11541 422937 39 31,5
5 YKC-25 11601 422959 42 31,5
6 YKC-25A 11633 423010 43 36
7 YKC-25B 11679 422935 42 37,5
8 YKC-34R 11510 423092 39 30
9 S-01 11569 422903 35 31,5
10 S-02 11566 422856 37 33
11 S-03 11514 422873 40 33
12 S-04 11508 422803 39 33

Cropline

Cropline batubara menunjukkan arah persebaran lapisan


batubara secara vertikal. Cropline sendiri merupakan
perpotongan antara kontur struktur roof batubara dengan
topografi. Dari hasil pengolahan data, didapatkan hasil cropline
batubara pada seam 4 PT. Yufa Kalimantan yang menunjukkan

arah sebaran utara-selatan dengan arah umum N 156o E. Peta


cropline batubara pada daerah penelitian dapat dilihat pada
lampiran
Permodelan Endapan Batubara

Model endapan batubara dapat dibentuk setelah data


pemboran diinput dan juga peta topografi sebagai
permukaannya. Permodelan endapan batubara dimaksudkan
untuk melihat pola dan bentuk sebaran endapan batubara pada
daerah penelitian. Permodelan endapan batubara dibagi menjadi

7
2 (dua), yaitu model endapan berdasarkan section dan model-
model kontur struktur batubara.

1. Model Endapan Batubara Berdasarkan Section

Berdasarkan data pemboran yang telah di import ke dalam


software Surpac 6.6.2 maka dapat dilihat posisi lubang bor
terhadap daerah topografinya dan letak batubara di dalam
lubang bor tersebut. Dari hasil import data pemboran dan
topografi, maka dapat dibuat penampangnya (section).

Gambar 5. Sayatan Penampang B-B' pada Seam 4 Daerah Penelitian


2D (Tanpa Skala)
2. Kontur Struktur Batubara

Kontur struktur batubara dibentuk berdasarkan hasil


pemboran eksplorasi. Data pemboran eksplorasi batubara
diinterpretasikan sesuai dengan elevasi roof dan floor
batubara, hingga terdapat 2 (dua) kontur struktur batubara
dalam 1 (satu) seam batubara, yaitu kontur struktur roof
batubara dan kontur struktur floor batubara. Dalam hasil
kontruksi kontur struktur yang telah dibuat diketahui
strike/dip batubaradengan nilai N156o E/6o.

Keterangan : (a) (b)


Kontur

Gambar 6. Kontur Struktur Roof (a) dan KonturStruktur Floor (b)


Batubara

8
Ketebalan Batubara
Ketebalan lapisan batubara merupakan unsur penting yang
langsung berhubungan dengan perhitungan/estimasisumberdaya.

Kompleksitas Geologi Daerah Penelitian


Berdasarkan ketentuan SNI 5015:2011, penentuan tingkat
kompleksitas geologi didasarkan pada 3 (tiga) aspek, yaitu
aspek sedimentasi, aspek tektonik, dan variasi kualitas
Parameter aspek sedimentasi dalam penentuan tingkat
kompleksitas geologi daerah penelitian antara lain variasi
ketebalan,

Parameter aspek tektonik dalam penentuan tingkat kompleksitas


geologi daerah penelitian antara lain sesar, lipatan, intrusi, dan
kemiringan.

Pembuatan Model Endapan Sumberdaya Batubara

Setelah penentuan kompleksitas geologi daerah


penelitian, tahap selanjutnya adalah pembuatan model
sumberdaya batubara. Pembuatan model sumberdaya batubara
daerah penelitian menggunakan metode circular USGS dimana
dalam metode ini luas area sumberdaya diambil dari nilai luas
radius lingkaran yang dibuat berdasarkan ketentuan jarak titik
informasi menurut SNI 5015:2011 yang telah dibatasi dengan
garis cropline. Dalam pembuatan model sumberdaya, radius
masing-masing tingkatan sumberdaya batubara dibedakan
dengan warna, dimana radius sumberdaya tereka ditandai
dengan warna merah, radius sumberdaya tertunjuk berwarna
biru, dan radius sumberdaya terkira diberi warna hijau. Model
sumberdaya batubara daerah penelitian disajikan dalam bentuk
petasumberdaya daerah penelitian.

9
Gambar 7. Peta Sumberdaya Daerah Penelitian

Estimasi Sumberdaya Batubara DaerahPenelitian

Dari hasil permodelan sumberdaya batubara dan data-


data yang telah diuraikan di atas, perhitungan estimasi
sumberdaya batubara daerah penelitian dapat dilakukan. Hasil
perhitungan estimasi sumberdaya tereka, sumberdaya
tertunjuk, dan sumberdaya terukur pada daerah penelitian
adalah sebagai berikut: Berdasarkan permodelan sumberdaya
batubara didapatkan nilai luas radius sumberdaya tereka

sebesar 5.573.031,54 m2. Volume sumberdaya batubara tereka


pada daerah penelitian dihitung dari hasil luas area
sumberdaya tereka dikalikan dengan tebal rata-rata lapisan
batubara dari masing-masing titik pemboran (4,2 meter),
sehingga didapatkan nilai volume sumberdaya batubara tereka

sebesar 23.351.002,16 m3. Tonase sumberdaya batubara tereka


diperoleh dari hasil perhitungan volume batubara dikalikan

dengan densitas batubara (1,3 ton/m3), sehingga didapatkan


nilai tonase sumberdaya batubara tereka sebesar
30.356.302,80 ton.
Berdasarkan permodelan sumberdaya batubara
didapatkan nilai luas radius sumberdaya tertunjuk sebesar

3.080.342,67 m2. Volume sumberdaya batubara tertunjuk pada

10
daerah penelitian dihitung dari hasil luas area sumberdaya
tertunjuk dikalikan dengan tebal rata-rata lapisan batubara dari
masing-masing titik pemboran (4,2 meter), sehingga
didapatkan nilai volume sumberdaya batubara tertunjuk

sebesar 12.906.635,79 m3. Tonase sumberdaya batubara


tertunjuk diperoleh dari hasil perhitungan volume batubara

dikalikan dengan densitas batubara (1,3 ton/m3), sehingga


didapatkan nilai tonase sumberdaya batubara tertunjuk sebesar
16.778.626,52 ton.
Berdasarkan permodelan sumberdaya batubara didapatkan

nilai luas radius sumberdaya terukur sebesar 1.211.493,31 m2.


Volume sumberdaya batubara terukur pada daerah penelitian
dihitung dari hasil luas area sumberdaya terukur dikalikan
dengan tebal rata-rata lapisan batubara dari masing-masing
titik pemboran (4,2 meter), sehingga didaptkan nilai volume

sumberdaya batubara terukur sebesar 5.076.156,98 m3. Tonase


sumberdaya batubara terukur diperoleh dari hasil perhitungan
volume batubara dikalikan dengan densitas batubara (1,3

ton/m3), sehingga didapatkan nilai tonase sumberdaya


batubara terukur sebesar 6.599.004,08 ton.

Relevansi Jurnal penelitian ini akan dijadikan acuan dalam proses


terhadap estimasi atau perkiraan tonase batubara.
penelitian

11
REVIEW JURNAL 2

Judul Permodelan Dan Perhitungan Prediksi Umur Volume


Cadangan Batubara Pada Satu Pit, Studi Kasus:
Kecamatan Pengaron, Kabupaten Banjar

Penulis Wuryadi.Danu Tri1, Sunaryo. Dedy Kurnia2, Jasmani3

Keterangan 1,2,3 Jurusan Teknik Geodesi S-1 Fakultas Teknik Sipil dan
Jurnal Perencanaan, Institut Teknologi Nasional Malang, Jalan
Bendungan, Sigura-gura No. 2 Lowokwaru, Kecamatan
Sumbersari, Kota Malang – itn@itn.ac.id

ISSN Danu tri wuryadi_1725915

Masalah 1. volume lapisan tanah penutup dan batubara guna


menghitung nilai SR serta merancang model strukur Roof
and Floor, Seam.

Tujuan 1). Membuat model Roof and Floor batubara.

2). Mendapatkan volume cadangan batubara.

3). Mendapatkan Waste Removal.

4). Menghitung nilai Stripping Ratio.

5). Menghitung prediksi umur volume cadangan batubara.

Tinjauan Pustaka Klasifikasi Batubara


Pengelompokan batubara berdasarkan kualitas atau sifat
tertentu misalnya jenis batubara, peringkat, perbandingan
karbon- hidrogen, zat terbang dan sebagainya.

Klasifikasi Sumber Daya Dan Cadangan Batubara


Klasifikasi Sumber Daya: Sumberdaya batubara (Coal
Resources) adalah batubara yang diharapkan dapat
dimanfaatkan secara nyata. Sumberdaya batubara dengan
keyakinan geologi tertentu dapat berubah menjadi cadangan
setelah dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan
memenuhi kriteria layak tambang. sumberdaya batubara
dapat diklasifikasikan dalam beberapa bagian yaitu:

12
1. Sumberdaya batubara hipotek (Hypothic coal resource).
Sumberdaya hipotek adalah batubara didaerah
penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang
memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap
penyelidikan survei tinjau. Survei tinjau merupakan
tahapan eksplorasi yang paling awal dengan tujuan
mengindentifikasi daerah daerah yang secara geologis
mengandung endapan batubara yangberpotensi untuk
diselidiki lebih lanjut.
2. Sumberdaya batubara tereka (Inferred Coal Resource).
Sumberdaya batubara tereka adalah sumberdaya
batubara yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh pada
tahap prospeksi. Prospeksi merupakan tahap eksplorasi
yang bertujuan untuk membatasi daerah sebaran
endapan batubara yang akan menjadi sasaran eksplorasi.
3. Sumber daya batubara tertunjuk (Indicated Coal
Resource). Sumberdaya batubara tertunjuk merupakan
sumberdaya batubara yang kuantitas dan kualitasnya
diperoleh pada tahap eksplorasi umum.
4. Sumber daya batubara terukur (Measured Coal
Resource). Sumberdaya batubara terukur adalah
sumberdaya batubara yang kuantitas dan kualitasnya
diperoleh dari pada tahap eksplorasi rinci.

Cadangan Batubara:Cadangan batubara (CoalReserves)


adalah bagian dari sumber daya batubara yang telah
diketahui dimensi, sebaran kuantitas, dan kualitasnya
sehingga pada saat pengkajian kelayakan dinyatakan layak
untuk ditambang. Ada dua jenis cadangan batubara:
1. 1. Cadangan batubara terkira (Probable Coal Reserve)
Cadangan batubara terkira adalah sumberdaya batubara
terunjuk dan sebagian sumberdaya batubara terukur yang
tingkat keyakinan geologinya masih rendah.
2. 2. Cadangan batubara terbukti (Proved Coal Reserve)

Jenis Tambang
13
Di dunia pertambangan, khususnya tambang batubara
dikenal ada 3 jenis tambang yaitu:
1. Tambang terbuka (surface mining or open pit mining).
2. Tambang bawah tanah (underground mining).
3. Tambang bawah air (underwater mining).

PETA TOPOGRAFI

Peta topografi ini penting, karena sebagai peta dasar,


nantinya dapat digunakan sebagai dasar bagi
pengembangan sebagai peta-peta tematik lainnya. Untuk
kebutuhan perencanaan tambang terbuka, peta topografi
memegang peranan sentral, karena dari sini nantinya akan
diturunkan beberapa satuan peta, seperti:
1. Peta hasil eksplorasi, yang memuat informasi
tentang posisi singkapan batubara, posisi titik bor,
dll.
2. Peta ketebalan batubara
3. Peta ketebalan overburden
4. Peta distribusi fungsi kualitas, misalnya kadar
sulfur, distribusi kalori, dll.
5. Peta jalan tambang dan kemiringan lereng
6. Peta layout dan kemajuan tambang
7. Peta perencanaan drainase tambang (peta
penyaliran) dan lain-lain

Stripping Ratio

Dalam pertambangan, Stripping Ratio atau Strip Ratio


mengacu pada rasio volume Over Burden (atau limbah) yang
diperlukan untuk ditangani dalam rangka untuk mengambil
beberapa volume bijih. Misalnya, rasio 3: 1 stripping berarti
bahwa pertambangan satu meter kubik bijih akan
membutuhkan pertambangan tiga meter kubik limbah batuan
rasio pengupasan biasanya dikurangi untuk menunjukkan
volume pembuangan sampah diperlukan untuk mengambil
salah satu satuan volume bijih. , misalnya, 1,5: 1 sebagai

14
lawan 3: 2. Bila dibandingkan dengan tambang permukaan,
yang mengharuskan Over Burden removal sebelum bijih
ekstraksi, operasi penambangan bawah tanah cenderung
memiliki rasio pengupasan yang lebih rendah karena
meningkatnya selektivitas.

Definisi Stripping Ratio: Yaitu berapa jumlah waste


(tanah buangan baik O/B maupun batuan samping) yang
harus dibuang/disingkirkan untuk memperoleh 1 ton
endapan bijih sampai pada ultimate pit limit (Fadli, 2015)
SR = BCM OB / Stripping cost (ton coal)
SR = Jumlah Waste (m3/ton) / Jumlah Ore
(m3/ton) SR < 1 = Ongkos pengupasan lebih kecil
(Tamka) SR > 1 = Ongkos pengupasan lebih besar
(Tamda) SR = 1 = Bisa Tamka/Tamda

Faktor-Faktor Pengaruh Untuk Stripping Ratio:


Faktor yang mempengaruhi stripping ratio adalah :
1. Faktor volume, volume faktor merupakan tahap awal
dalam penentuan stripping ratio. Penampang litology
pemboran menunjukan formasi litologi yang ditembus
dan ketebalan formasi litologi. Dari informasi tersebut,
dilakukan identifikasi ketebalan tanah penutup dan
batubara Untuk batubara dengan sistem perlapisan
multiseam, dilakukan dengan penjumlahan total
ketebalan untuk seluruh seam. Prosedur ini berlaku
untuk seluruh lubang bor ketebalan dari tanah penutup
dan batubara berpengaruh terhadap Perhitungan luas
daerah tergantung dari metode perhitungan cadangan
yang digunakan.
2. Faktor tonase, Pada industri pertambangan, penjualan
bahan galian dan kapasitas Produksi dilakukan dari atas
dasar berat dari bahan galian tersebut.
3. Nisbah pengupasan, Salah satu cara menguraikan
effisiensi geometri dari operasi penambangan

15
berdasarkan nisbah pengupasan. Nisbah pengupasan
(stripping ratio) menunjukkan perbandingan antara
volume/tonase tanahpenutup dengan volume/tonase
batubara pada areal yang akan ditambang. Rumusan
umum yang sering digunakan untuk menyatakan
perbandingan ini: Stripping Ratio =Tanah Penutup
(ton)/Batubara (ton).

Penentuan Luas Cara Numeris

Penentuan luas secara numeris dijelaskan sebagai berikut:


Misal sebidang tanah yang dibatasi oleh titik A, B, C, D
yang diketahui koordinatnya: A

(X1, Y1), B (X2, Y2), C (X3, Y3), D (X4, Y4

Luas segi empat ABCD =

(luas trapesium A1ABB1) + (luas trapesium B1BCC1) + (luas


trapesium D1DCC1) + (luas trapesium A1ADD1)
Luas segi empat ABCD =
1 1 1
2
(X2 - X1) (Y2 + Y1) + 2 (X3 - X2) (Y3 + Y2) – 2 (X3 - X4)
1
(Y3 + Y4) + (X1 – X4) (Y4 + Y1)
2

Dapat disederhanakan menjadi : (Survey Rekayasa Sipil,Ferry


Sobatnu 2009)
luas ABCD = [( Xn – Xn-1 ) (Yn – Yn-1)] Apabila gambar
diproyeksikan terhadap sumbu X
luas ABCD = [( Yn – Yn-1 ) (Xn – Xn-1)]
Apabila gambar diproyeksikan terhadap sumbu Y
Kedua rumus diatas dapat disederhanakan menjadi:
luas ABCD = [Xn (Yn-1 – Yn+1)
luas ABCD= [Xn (Xn+1 – Xn-1)]

Metode Perhitungan Volume Batubara


Perhitungan volume batubara dapat dilakukan dengan
beberapa metode, antara lain :
Menghitung Volume Dengan Luas Penampang:
Konsep sederhana dalam menghitung volume dari suatu
galian atau timbunan, yaitu dengan mengambil nilai rata-rata

16
luas penampang dikali jarak horisontal antara kedua
penampang tersebut. (Tjitro, 1992) Lihat gambar dibawah
berikut:

Gambar 6. Perhitungan Volume Cara Luas


Penampang (Tjitro, 1992)
Jika A1 dan A2 masing-masing adalah luas penampang
ujung dari stasiun yang berlainan yang dipisahkan oleh jarak
L maka volume tanah dua stasiun tersebut dapat dihitung
dngan
rumus volume: Va= ½ L. (A1 + A2)

Menghitung Volume Dengan Prismoida


Lihat gambar dibawah berikut:

Gambar 7. Penentuan volume dengan cara prismoida


(Tjitro,1992).

L : Jarak antara ujung penampang I dengan penampang II


d: Panjang dasar galian
h: tinggi rencana
A: Luas penampang
Jika ada tiga penampang yang telah direncanakan galian
maupun timbunannya maka perhitungan volume dapat
dilakukan dengan cara prismoida.
1
Vp : (A1 + 4 Am + AII)
6

Jika dibandingkan dengan hasil perhitungan dengan


1
menggunakan rumus dasar sebagai berikut Va : 2 L (A1 +

A2)
17
maka terdapat perbedaan nilai dengan Vp. Perbedaan nilai
yang
terjadi tersebut dinamakan koreksi prismoida (Kp). Dalam
bentuk matematik koreksi tersebut Yaitu:
1
Kp : 12 L (h1 – h2) ( D1 – D2)

Dalam hal ini:


h1 : Jarak vertikal terhadap dasar rencana pada center line
(as) penampang 1
h2 : Jarak vertikal terhadap dasar rencana pada center line
(as) penampang 2
D1: Jarak perpotongan garis rencana dan garis profil pada
ujung-ujung penampang 1
D2 : Jarak perpotongan garis rencana dan garis profil pada
ujung-ujung penampang 2
L : Jarak antara penampang 1 dan 2

Menghitung Volume Dengan Menggunakan Titik


Tinggi: Prinsip perhitungan volume galian dan timbunan
apabila data-data titik tinggi diketahui, yaitu dengan rumus:
V:1/n (∑hn ) A. (Tjitro, 1992). Dalam hal ini:
h : Jarak vertikal terhadap garis dasar rencana
A: Luas yang dibatasi titik-titik tinggi
n : Banyakya titik tinggi.

Gambar 8. Penentuan volume dengan titik tinggi (Tjitro,


1992). Jika empat titik membentuk suatu persegi empat
dengan sisi a meter dan b meter (Gambar 9.), elevasi masing-
masing titik tinggi H1,......., Hn, dengan kedalaman masing-
masing titik, h. maka rumus volumenya,
V= 1/2 (h1, h2,h3,h4). d2
.h1+h2+h3+h4
V= A 4

18
Akan tetapi jika penampang prisma adalah segitiga,
maka volumenya;
.h1+h2+h3
V= A. 𝑎

Keterangan persamaan:
d : luas dasar galian
h : kedalaman titik tinggi

2.8.3 Menghitung Volume Galian Dengan Garis


Kontur: Untuk menghitung volume tanah dapat digunakan
garis kontur yang ada pada peta. Dengan rumus
pendekataan V= 1/2 (A + B ).I . Dalam hal ini: (Tjitro,
1992).

A : Luas Penampang 1
B : Luas Penampang 2
C : Interval Kontur

Gambar 9. Menentukan volume dengan garis kontur


(Tjitro, 1992).
Daerah dengan kontur 100 diukur luasnya dengan
planimater L (100): 100 m2 dan daerah dengan kontur 200
luasnya, L (200) :
150 m2 sehingga:
I = 100-200
= 100 m
VAB = 1/2 ( 100 + 150).100
= 12500 m3

Perangkat Lunak Surpac 6.3


Surpac merupakan software tambang program tiga dimensi
yang digunakan untuk melakukan proses pembuatan mine
design, surface modeling, pembuatan model dtm, dan lain-
lain. Surpac memiliki fungsi-fungsi untuk pengolahan data,
19
menghitung estimasi sumberdaya, cadangan, perencanaan
dan operasi dalam siklus pertambangan.

Gambar 10. Lapisan batubara

1. Geologi terdiri dari Hole Id, Sample Id, Depth from,


Depth to, Rocktype dan Seam, berikut Penjelasan
singkat:
2. Collar terdiri dari Hole Id, Northing, Easthing,
Elevation, Max Depth, Hole Path dan Location.
3. Topografi terdiri dari Northing, Easthing, Elevation,
String dan Code
Digital Terrain Model (DTM): “Digital Terrain Model
(DTM) adalah representasi statistik permukaan tanah yang
kontinyu dari titik-titik yang diketahui koordinat X, Y, dan
Z nya pada suatu sistem koordinat tertentu.”(Li Zhilin dan
Gold, 2005). Suatu DTM merupakan sistem yang terdiri dari
dua bagian, yaitu sekumpulan titik-titik yang mewakili
bentuk permukaan terrain yang disimpan pada memori
komputer, dan Algoritma untuk melakukan interpolasi titik-
titik baru dari data titik yang diberikan atau menghitung
data lain. (Linkwitz, 1970) DTM sendiri dapat diartikan
sebagai representasi ketinggian dari suatu continuous
terrain atau permukaan (tanpa ada feature alam dan hand
made) dalam bentuk digital atau numeris, dalam sistem
koordinat X, Y, Z. Pengertian DTM mencakup tidak hanya
tinggi (height) dan elevasi (elevation), tetapi juga unsur-
unsur morfologi yang lain seperti garis sungai, dsb.
(Dipokusumo dkk, 1983). Ilustrasi DTM ditunjukkan pada
Gambar 11.

20
Gambar 11. DTM (Digital Terrain Model), (Dipokusumo
dkk, 1983).

Triangel Based Modeling: TIN adalah salah satu metode


untuk merepresentasikan suatu surface (permukaan) dalam
bentuk jaring – jaring segitiga (Zhilin dan Gold, 2005).
Dalam pembentukan TIN dibutuhkan setidaknya enam titik
yang dapat digunakan untuk pembentukan jaring segitiga.
Tiga titik berada pada node sebagai ujung sisi – sisi segitiga
dan tiga titik lainya merupakan titik luar yang membentuk
jaring segitiga lain.

Metode Penelitian Metodologi Penelitian

Dalam melakukan penyelesain penelitian ini ada beberapa


tahap yang dilakukan yaitu :
1. Studi Literatur
2. Pengumpulan Data
3. Analisis Data
4. Penyusunan laporan penelitian
Hasil yang didapat dari Analisa, kemudian disimpulkan dan
disajikan dalam bentuk satu laporan.
3.3. Persiapan
Persiapan yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari:
3.3.1 Peralatan Dan Bahan
Peralatan dan bahan yang diperlukan dalam penelitian ini
antara lain:
1. Perangkat Keras
2. Perangkat Lunak
3. Bahan
a. Data (Survey/Topografi, Collar dan Geologi)

21
b. Data hasil target produksi tiap bulan di dapatkan
dari perusahaan

3.4. Perhitungan Cadangan Batubara


3.4.1 Metode Cross Section: Perhitungan cadangan

batubara dengan menggunakan metode cross section rule of


gradual change ini dilakukan pada wilayah rencana
penambangan Pit Nangka Pt.Berkat Indo Jaya tergantung
pada ketebalan, panjang dan densitas batubara disetiap
penampang dan jarak interval setiap penampang. Jarak antara
tiap sayatan bervariasi mengikuti letak singkapan pada
penyelidikan eksplorasi. Dalam perhitungan kali ini, di
terapkan dua pendekatan metode cross section, yaitu Rule of
Gradual Change (standard). Cadangan adalah bagian dari
sumberdaya terukur yang telah diketahui dimensi,
kedalaman, dan kemiringan.

Gambar 14. Metode Cross Section dengan pedoman rule of


gradual changes (Isaaks, 1989)

Model Surface Topografi: Adapun langkah ini


dimaksudkan untuk memodelkan hasil data survey yang
didapatkan dalam bentuk 3d menggunakan format dtm
seperti gambar dibawah ini.

Gambar 16. Hasil gambar surface topografi dalam format dtm

22
Struktur Roof Dan Floor: Model struktur roof dan floor
didapat dengan cara membuat database geologi terlebih
dahulu pada Surpac. Untuk membuat database geology,
diperlukan data masukan berupa data survey, collar dan
geologi yang diperoleh dari pengukuran topografi dan
pengeboran di lapangan

*str agar dapat terbaca pada Surpac.

Pembuatan titik roof dan floor dapat terbentuk apabila


proses database geologi berhasil dijalankan sehingga
pemodelan struktur roof dan floor dapat terbentuk.

Boundary: Maksud dari langkah boundary adalah untuk


membatasi wilayah batas-batas dari titik-titik bor dengan
cara di digitasi, menyambug data titik-titik bor yang terluar
menjadi kesatuan seperti polygon.

3.5.6 Perhitungan Sr Dan Prediksi Cadangan Volume


Batubara: Perhitungan SR pada satu perusahaan sangat
diperlukan dikarekan melihat beberapa potensi nya suatu
lahan untuk dilakukaknnya pertambangan. SR sangat
berkaitan dengan perhitungan BESR (break even stripping
ratio) tapi di penelitian ini tidak mencakup lebar keranah
sana. Dimana sangat berkaitan dengan perbandingan antara
keuntungan kotor dengan ongkos pembuangan waste
removal. Setelah kegiatan pertambangan dilakukakan, akan
dilakukakan nya plan untuk mengetahui besaran cadangan
volume yang akan ditambang. Hasil dari volume cadangan
batubara yang didapat, bisa juga terlihat batas umur
cadangan batubara yang akan habis dengan melihat target
produksi perusahaan tiap bulan.

23
HasilPembahasan 4.1 Striping Ratio
Dari proses data menggunakan Surpac 6.4.1 didapatkan hasil
sebagai berikut:
1. Total Volume Over Burden :
1091003.091 Bcm
2. Total Volume Cadangan Batubara :
660789 Bcm
Perhitungan nilai SR dari area seam yang akan dihitung
antara
lainnya adalah :
1. Koordinat Pit
X : 277784.185 Y : 9641929.170
X : 278518.141 Y : 9642271.948
Total Area : 3.07 Hektar
Total OB : 703646.737 bcm
Total Coal : 457204 bcm
Striping Ratio : 1 : 1.53
2. Koordinat Pit
X : 277796.733 Y : 9642048.319
X : 278281.277 Y : 9642331.153
Total Area : 2.27 Hektar
Total OB : 319345.842 bcm
Total Coal : 163054 bcm
Striping Ratio : 1 : 1.95
3. Koordinat Pit
X : 277702.451 Y : 9641429.944
X : 278913.095 Y : 9642572.680
Total Area : 0.83 Hektar
Total OB : 68010.512 bcm
Total Coal : 40531 bcm
Striping Ratio : 1 : 1.67

4.2 Hasil Prediksi Umur Cadangan Batubara

Hasil dari data survey yang dilakukan, dengan sumber daya

24
tertunjuk sisa cadangan batubara yang tersisa dari bulan
September 2018 adalah sekitar 660789 Bcm, dengan hasil
batubara yang telah dikeluarkan dibulan September 2018
adalah 30337.55 Ton. Maka, dapat diasumsikan prediksi
umur volume cadangan yang masih Terisa adalah 21 bulan
lagi akan habis atau satu tahun Sembilan bulan.

4.3 Prediksi Permodelan Batubaru

Hasil dari data tersebut, dipenelitian ini akan memeodelkan


prediksi progress tiap seam untuk ke bulan 15 yang akan
segera habis. Hasil dari produksi dibulan September
30,337.55 ton dianggap sebagai patokan untuk permodelan.
Hasil tersebut akan divisualisasikan dengan bentuk tabel
grafik, dimana akan mengetahui sisa hasil volume kupasan
cadangan batubara yang akan diambil.

Relevansi Jurnal penelitian ini akan dijadikan acuan prediksi umur


terhadap volume cadangan batubara.

penelitian

25
REVIEW JURNAL 3

Judul dan Tahun PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA


TERBUKTI DENGAN MENGGUNAKAN
PROGRAM MINESCAPE 4.118 PADA PIT 2 DI CV.
BINTANG SURYA UTAMA KABUPATEN KUTAI
KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN
TIMUR

Penulis Diyah Ayu Purwaningsih1 dan Surya Dharma 2

Keterangan JGP (Jurnal Geologi Pertambangan, Volume 1 februari


2016, Fakultas Teknik Universitas Kutai Kartanegara,
Jurnal
Tenggarong, Kalimantan Timur.

ISSN JGP (Jurnal Geologi Pertambangan)

Masalah 1. perhitungan cadangan batubara terbukti (proved


coal reserve) pada pit 2 yang ada di lokasi kerja CV.
Bintang Surya Utama,

2. faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah


cadangan batubara terbukti (proved coal reserve)
dalam pembuatan rancangan desain pit.
1. Maksud dari penelitian ini adalah Melakukan
Maksud dan
perhitungan cadangan batubara terbukti (Proved
Tujuan penelitian
Coal Reserve)
2. membuat model geologi endapan batubara,
menghitung cadangan batubara terbukti beserta
volume overburden di daerah penelitian
3. mengetahui faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi jumlah cadangan batubara terbukti
(proved coal reserve) dalam pembuatan rancangan
desain pit.

26
Tinjauan Pustaka Perhitungan cadangan merupakan proses kuantifikasi
formal suatu endapan bahan galian (bijih dan batubara).
Perhitungan dapat dilakukan dengan berbagai metode
yang didasarkan pada pertimbangan empiris maupun
teoritis. Volume, tonase, kadar, dan kuantitas mineral
merupakan atribut-atribut (variabel/parameter) yang
umum diperhitungkan. Perhitungan atribut tersebut
harus optimal dalam arti tak bias dan tingkat kesalahan
yang tidak melebihi kriteria yang dapat dipertanggung
jawabkan.

MetodePenelitian Metodologi Penelitian

Di dalam melaksanakan penelitian ini, penulis


menggabungkan studi pustaka dengan data-data atau
observasi lapangan. Sehingga dari keduanya didapat
pendekatan penyelesaian masalah, adapun urutan
pekerjaan penelitian yaitu :

1 Studi literatur
2 Observasi lapangan
3 Pengambilan data :
a. Data Primer b. Data Skunder c. Akuisisi
data
4. Pengolahan data
5. Hasil pengolahan data
6. Kesimpulan

Hasil Pembahasan PEMBAHASAN

1. 1. Analisis statistik univarian rekapitulasi data


singkapan batubara dan lubang bor
Tujuan dilakukannya analisa statistik adalah
untuk mengetahui parameter-parameter atau
karakteristik populasi endapan dari sampel yang
diambil, yaitu dari data singkapan batubara dan data
lubang bor.
27
Pada daerah penelitian, berdasarkan tabel
rekapitulasi data singkapan batubara diperoleh 8 buah
singkapan batubara dan 1 buah singkapan batu lanau,
sedangkan untuk data lubang bor yang digunakan yaitu
berjumlah 53 titik bor (data pemboran periode oktober
s/d november tahun 2012, dan data pemboran periode
januari s/d maret tahun 2013). Apabila data singkapan
batubara dan data litologi lubang bor digabungkan
maka terdapat 3 seam batubara seperti terlihat pada
Tabel 1 dibawah ini yang sudah diurutkan bedasarkan
stratigrafi.

Tabel 1. Daftar seam batubara rencana Pit 2


No Name Seam

1 Seam 3

2 Seam 2

3 Seam 1

Hasil analisa statistik univarian terhadap data


ketebalan seam batubara di daerah penelitian (rencana
Pit 2) tertera pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Analisa statistik univarian data ketebalan seam
batubara dari data singkapan batubara dan data lubang
bor.
Minimu Range Median Mean
Maximum Modus
Jumlah m
Seam (nilai tertinggi) (Max – (nilai (rata- (frekuens
Data (n)
(nilai Min) m tengah)m rata) m
m i)m
terendah)
m
3 15 0,71 0,17 0,54 0,40 0,44 0,62

2 24 4,46 1,34 3,12 3,18 3,07 3,18

1 20 1,30 0,78 0,52 0,95 0,97 0,80

28
Gambar 1. Diagram ketebalan batubara seam 3, seam 2
dan seam 1

Selanjutnya menurut persyaratan kuantitatif


lapisan batubara dan lapisan pengotor SNI, 2011, maka
agar dapat ditentukan seam batubara yang potensial
untuk dimodelkan dan untuk selanjutnya dihitung
cadangannya.

Tabel 3. Persyaratan kuantitatif ketebalan lapisan


batubara dan lapisan pengotor (SNI, 2011)
Peringkat Batubara
Ketebalan (m)
Batubara coklat Batubara keras
(brown coal) (hard coal)

Lapisan batubara minimal (m) ≥ 1,00 m ≥ 0,40 m

Lapisan batubara pengotor (m) ≤ 0,30 m ≤ 0,30 m

Sumber : Pedoman pelaporan, sumberdaya, dan


cadangan batubara, SNI 2011

Pada tabel SNI 2011 di atas, kualitas batubara


dibagi menjadi 2 (dua) tingkatan, yaitu kualitas
batubara energi rendah (brown coal : lignit dengan nilai
kalori 6.300 s/d 8.300 Btu/lb dan subbituminus dengan
nilai kalori 9.500 s/d 11.500 Btu/lb ) dan kualitas
batubara energi tinggi (hard coal : bituminous s/d
Antrasit).

29
Tabel 4. Data kalori batubara di lokasi penelitian yang
sudah di konversisatuannya.

Table 5. Data statistik univarian ketebalan batubara dan


pengelompokan kelas batubara yang berdasarkan dari
nilai kalori (SNI, 2011 dan berhubungan dengan
ASTM).
Ketebalan Calorific Value
Tingkatan Batubara
No Seam rata-rata (M) (Btu/Lb) air dried Btu/Lb (SNI,
SNI 1998 basis 2011 dan ASTM)

1 Seam 3 0,44 9.820,720 Energi Rendah

2 Seam 2 3,07 10.529,684 Energi Rendah

3 Seam 1 0,97 9.937,747 Energi Rendah

Pada tabel diatas sudah jelas bahwa pada seam


3 tidak akan dimasukan kedalam perhitungan cadangan
batubara pada rencana desain Pit 2, karena seam 3
merupakan kelas batubara dengan energi rendah, dan
ketebalan minimum pada batubara energi rendah yaitu
setebal ≥ 1,00 meter (SNI, 2011), sedangkan pada seam
3 hanya memiliki ketebalan dari 0,17 meter s/d 0,71
meter dengan ketebalan rata-rata 0,44 meter.
Maka seam batubara yang akan dihitung
cadangannya adalah seam 2 dan seam 1, karena kedua
seam tersebut telah memenuhi persyaratan kuantitatif
ketebalan lapisan batubara menurut SNI, 2011. Yaitu
pada seam 2 memiliki ketebalan dari 1,34 meter s/d
4,46 meter dengan ketebalan rata-rata 3,07 yang
termasuk dalam kelas batubara energi rendah, dan
pada seam 1 memiliki ketebalan dari 0,78 meter s/d

30
1,30 meter dengan ketebalan rata-rata 0,97 meter yang
termasuk dalam kelas batubara energi rendah.
2. Pemodelan endapan batubara
Pemodelan endapan batubara bertujuan untuk
mengetahui pola penyebaran lapisan batubara, baik
geometri secara umum, letak/posisi lapisan, kedalaman,
kemiringan, serta penyebaran dari tanah penutup.
Konstruksi model endapan batubara disajikan
dalam bentuk peta-peta, yang dilakukan dengan
menggunakan Software Minescape. Data-data dasar
yang diperlukan berupa data original topografi, data
singkapan batubara dan data lubang bor. Dari data-data
tersebut dapat dibuat data turunan untuk perhitungan
cadangan yaitu peta kontur struktur atap (roof) dan
lantai (floor) batubara, peta isopak ketebalan (isopach
thickness), peta iso overburden (ketebalan over
burden), dan peta kontur stripping ratio (SR)
ketebalan.
a. Korelasi antar lubang bor
Korelasi antar lubang bor bertujuan untuk
mengelompokan seam yang sama pada lubang bor yang
satu dengan lubang bor yang lainnya, agar bisa
dibentuk pola triangles-nya.

Gambar 2. Korelasi bor dan triangle seam 2

b. Pembuatan peta kontur struktur batubara


Kontur struktur merupakan suatu garis pada

31
bagian bidang batubara (roof ataupun floor) yang
memiliki nilai elevasi yang sama.
Di dalam pembuatan kontur struktur batubara,
setiap seam akan dibuat 2 (dua) kontur struktur, yaitu
kontur struktur bagian atap (roof) dan kontur struktur
bagian lantai (bottom) batubara.

Gambar 3. Kontur struktur roof seam 2

c. pembuatan peta isopak ketebalan batubara


(isopach thickness).
Isopak ketebalan (isopach thickness) merupakan
suatu garis kontur yang memiliki nilai interval
ketebalan seam batubara.

Gambar 4. Peta isopak ketebalan seam 2

d. Pembuatan peta iso overburden (ketebalan


overburden)
Peta iso overbuerden merupakan suatu garis
interval yang memiliki nilai ketebalan overburden
(lapisan penutup), ketebalan yang ditampilkan pada peta
iso overburden ini adalah merupakan ketebalan yang

32
tegak lurus dengan bidang datar (90° dari bidang datar),
yang berawal dari permukaan topografi (surface
topografi) sampai dengan atap (roof) batubara.

Gambar 5. Peta iso overburden seam 2

e. Pembuatan peta perkiraan stripping ratio


ketebalan.
Pembuatan peta perkiraan stripping ratio
ketebalan yaitu dengan cara membagi ketebalan
overburden (tegak lurus dengan bidang datar / dari
surface topografi s/d top batubara) dengan ketebalan
rata-rata batubara. Nilai perkiraan stripping ratio
ketebalan yang dikeluarkan sangat dipengaruhi oleh
bentuk topografi, kemiringan lapisan batubara dan
ketebalan batubara, karena ketebalan batubara yang
digunakan adalah ketebalan rata-rata batubara.

Gambar 6. Peta perkiraan SR ketebalan seam 2

3. Menghitung cadangan batubara terbukti


(proved coal reserve) dan volume overburden.
Di dalam perhitungan cadangan batubara terbukti
(proved coal reserve), data yang sangat dibutuhkan

33
adalah sebagai berikut :
- Original topografi
- Kontur struktur batubara yang akan dihitung
cadangannya.
- Garis perkiraan SR <10 yang sudah dibuat pada
peta perkiraan stripping ratio ketebalan.
- Data hasil geoteknik (data geometri lereng rencana
penambangan)
- Geometri ramp.
- Data status lahan rencana Pit 2 CV. BSU.
Sesuai data-data yang ada maka dalam perhitungan
cadangan batubara terbukti pada rencana pit 2, akan di
buat dengan batasan tambang stripping ratio ± 10 ( SR
9 s/d SR 11).

Pada perhitungan cadangan batubara terbukti ini,


untuk batas boundary pitnya akan dibatasi oleh jarak
rata-rata dari titik informasi terjauh (singkapan batubara
dan titik bor). Yaitu untuk jarak titik informasi terjauh
ke boundary pit sejauh 50 M, karena apabila jarak
boundary ke titik informasi terjauh > 50 M, maka
disarankan untuk menambahkan titik informasi lagi
(titik bor atau puritan/test pit), hal tersebut dilakukan
karena untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam
perhitungan cadangan, terutama pada penyimpangan
kesalahan baik kuantitas maupun kualitas.

Berikut di bawah ini merupakan peta dan tabel


hasil dari perhitungan cadangan batubara terbukti
(proved coal reserve) untuk keseluruhan pit dan tabel
cadangan batubara yang bernilai marjinal.

34
Gambar 7. Peta Cadangan Batubara Terbukti Pada Pit
2 dan 2A

Tabel 6. Cadangan batubara terbukti (proved coal


reserve) untuk keseluruhan pit

Tabel 7. Cadangan batubara yang bernilai marjinal

Rencana pengolahan / penanganan bahan galian


bernilai marjinal (bernilai rendah).

Berdasarkan dari urutan stratigrafinya, bahwa lapisan


batubara seam 3 yang benilai marjinal tersebut berada
di atas dari lapisan batubara seam 2 dan seam 1.
Berikut dibawah ini gambar dari urutan stratigrafi
lapisan batubara dilokasi penelitian :

35
Gambar 8. Urutan stratigrafi lapisan batubara di lokasi
penelitian
Apabila rencana dari kegiatan penambangan
akan dilakukan pada Pit 2 (seam 2), maka lapisan bahan
galian yang bernilai marjinal (seam 3) tersebut akan
tertambang juga. Maka dari itu penanganan terhadap
cadangan yang bernilai marjinal tersebut harus
direncanakan untuk menghasilkan nilai tambah. Berikut
di bawah ini ada beberapa dari rencana penanganan
bahan galian yang bernilai marjinal :
a. Akan dijadikan sebagai volume tambahan untuk
cadangan pit 2.
Apabila seam 3 akan dijadikan volume
tambahan untuk pit 2, maka harus diketahui faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap cadangan pit 2, yaitu
seperti faktor kalori batubara, faktor loss pada roof dan
floor batubara dan faktor dilusi pada saat
penambangan.
b. Dapat digunakan sebagai lapisan dasar stock room atau
stock pile.

6. Mengetahui faktor-faktor yang dapat


mempengaruhi jumlah cadangan batubara
terbukti (proved coal reserve) dalam membuat
rancangan desain pit.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
jumlah cadangan batubara terbukti yaitu sebagai

36
berikut :
a. Faktor kondisi geologi
b. Faktor eksplorasi
c. Faktor geoteknik
- Sifat fisik geoteknik batuan
- Struktur geologi seperti kekar dan sesar.

d. Faktor rencana penggunaan alat mekanis dan


rencana pembuatan jalanangkut didalam pit.

Relevansi Jurnal penelitian ini akan dijadikan acuan perhitungan

terhadap cadangan batubara terbukti dengan menggunakan

penelitian program minescape

37
REVIEW JURNAL 4

Judul dan ESTIMASI VOLUME ENDAPAN BATUBARA


BERDASARKAN BATAS TAMBANG
MENGGUNAKAN FEM DAN ID, ESTIMATED OF
COAL DEPOSITS VOLUME BASED OF PIT
MINING BOUNDARY USING FEM AND IDW
METHOD

Penulis Desmawita1, E. Ibrahim 2, AK Affandi 3

Keterangan Jurnal pertambangan vol.4 No. 4 November 2020, Teknik

Jurnal Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya


Universitas Muara Bungo
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP

ISSN 2549-1008

Masalah 1. Menentukan volume endapan cadangan batubara


2. Menentukan batas tambang

Tujuan 1. Memodelkan sumberdaya batubara


2. Memghitung cadangan batubara dangan
menggunakan FEM dan IDW
3. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi
cadangan batubara berdasarkan metode terpilih
dengan nilai error terkecil.

Tinjauan Pustaka Sumberdaya batubara bagian dari endapan batubara


mempunyai peluang yang layak untuk ditambang secara
ekonomis dalam bentuk dan kuantitas tertentu. Bagian
dari sumberdaya batubara tertunjuk dan terukur yang
dapat ditambang secara ekonomis disebut dengan
cadangan batubara [2].

Menurut SNI klasifikasi sumberdaya dan cadangan


batubara [2] adalah sebagai berikut: sumberdaya
batubara tereka, sumberdaya batubara tertunjuk,
sumberdaya batubara terukur, cadangan batubara terkira,
38
cadangan batubara terbukti

Kualitas batubara dibagi menjadi 2 (dua) tingkatan, yaitu


kualitas batubara energi rendah (brown coal): lignit
sampai dengan subbituminus dan kualitas batubara
energi tinggi (hard coal): bituminous sampai dengan
Antrasit [2].

Batubara terdiri dari satu seam atau lebih yang


dihasilkan oleh terbelahnya seam atau penggabungan
seam yang dipengaruhi oleh struktur geologi. Setiap
seam batubara mempunyai ketebalan yang berbeda-
beda yang dipisahkan oleh seam pengotor (rock/dirt
partings). Tebal semu lapisan batubara diukur dari roof
hingga floor dari masing-masing seam batubara,
ketebalan seam batubara berpengaruh pada jumlah
cadangan karena cadangan batubara berhubungan
dengan perencanaan tambang meliputi perencanaan
produksi, sistem penambangan, dan umur tambang.
Persyaratan kuantitatif ketebalan seam batubara dan
seam pengotor dapat diliht pada Tabel 1.

Tabel 1. Persyaratan kuantitatif ketebalan seam batubara


dan seam pengotor [2]

Konsep keilmuan menghitung sumberdaya batubara


semakin berkembang seiring dengan berjalannya
kebutuhan energi fosil untuk keperluan bahan bakar.
Selain itu, karena tuntutan untuk semakin akurat dalam
perhitungan sumberdaya batubara pada suatu daerah

39
penelitian diperlukan analisis perhitungan persamaan
matematis. Konsep ilmiah tersebut ditujukan sebagai
pengganti metode perhitungan sumberdaya terdahulu
yang bersifat sangat sederhana. Salah satu metode
matematis yang muncul dalam perkembangan
perhitungan volume adalah penggunaan finite element
method (FEM). Metode ini telah ditransformasi untuk
menghitung komponen sumberdaya batubara secara
akurat karena melibatkan elemen-elemen geometri pada
endapan batubara [3].

Konsep perhitungan FEM ialah penerapan prinsip-


prinsip kalkulus di dalamnya melalui dikritisasi suatu
benda. Penelitian ini menggunakan elemen berbentuk
segitiga dengan fungsi basis orde tiga, sehingga estimasi
yang dilakukan dengan elemen segitiga adalah estimasi
linier. Seam batubara dapat ditaksir secara kuantitatif
melalui masing-masing elemen tersebut sehingga
diketahui nilai prediksi ketebalan endapan batubara
menggunakan alat bantu perangkat lunak.

Inverse Distance Weighted (IDW) merupakan salah satu


metode interpolasi yang memprediksi bobot sampel yang
tidak tersampelkan. Proses perhitungan IDW lebih
sederhana dan mudah dipahami sehingga metode ini
banyak digunakan dalam estimasi cadangan [4].
Batubara memiliki ketebalan yang berbeda-beda pada
setiap seam sehingga, membutuhkan metoda perhitungan
yang tepat dengan tingkat ketelitian yang baik.
Perbandingan hasil metode FEM dan IDW dalam
mengestimasi ketebalan setiap seam menghasilkan
volume batubara yang sesuai dengan keadaan
sebenarnya.
Prasyarat untuk mempertahankan operasi penambangan
yang efisien dan aman adalah desain tambang yang tepat

40
dengan mempertimbangkan semua aspek. Langkah
pertama dalam desain tambang batubara adalah
pemodelan. Data pemodelan didasarkan pada informasi
yang diperoleh dari pengeboran, susunan litologi,
sampling, dan menganalisis sejumlah lubang bor. Data
pengeboran disajikan dalam bentuk (x, y, z), koordinat,
dip dan sudut azimuth lubang bor, definisi litologi dari
sampel yang diambil dari lubang bor [5].

Perhitungan dan pemodelan sumberdaya dan cadangan


batubara sebelumnya telah dilakukan antara lain
pemodelan matematis menggunakan FEM menghitung
sumberdaya [3], estimasi sumberdaya mengkaji
pemodelan 3D [5], pemodelan sumberdaya batubara
menggunakan geostatistik [6], menghitung sumberdaya
terukur menggunakan metode lingkaran dan FEM [7],

estimasi cadangan batubara berdasarkan stripping ratio


[8], Estimasi sumberdaya menggunakan metode Nearest
Neighbour Point, Inverse Distance Weighting, dan
Kriging [9].

Metode Penelitian METODE PENELITIAN

Gambar 1. Peta wilayah IUP PT TAI

Tahapan penelitian yaitu: studi literatur, observasi

41
lapangan (pengambilan data primer dan data sekunder),
pengolahan dan analisis data penelitian hingga
kesimpulan akhir.

Hasil pengolahan data penelitian berupa peta kontur


struktur batubara roof dan floor, peta ketebalan batubara,
dan overburden, peta topografi, stripping ratio, model
ketebalan seam batubara menggunakan metode FEM dan
IDW. Analisis data dilakukan untuk menghasilkan batas
penambangan dengan estimasi cadangan yaitu melalui
perhitungan/estimasi ketebalan batubara menggunakan
FEM dan IDW (dipilih RMSE terkecil dari masing-
masing metode sehingga didapat metode mana yang
lebih tepat digunakan).

Pemodelan Endapan Batubara Dengan Finite Element


Method
Pada permasalahan engineering dapat digunakan
pendekatan metode elemen hingga atau FEM untuk
membuat model endapan menerus, menipis, menebal
bercabang, dengan kelebihan yaitu, menyederhanakan
struktur yang rumit dan kompleks menjadi elemen-
elemn kecil sehingga fleksibel untuk menghitung
volume serta dapat digunakan dalam pembuatan model
3 dimensi pada beberapa software.

Permodelan endapan batubara dengan FEM memiliki


kekurangan, yaitu pada kondisi heterogenitas tinggi
pembobotan cukup beresiko karena hanya menggunakan
tiga sampel, belum memperhitungkan arah sebaran yang
tidak sama, serta sulit diterjemahkan menjadi system
grid. Tebal titik yang tidak diketahui dapat diprediksi
dengan menggunakan metode interpolasi linear
menggunakan elemen segitiga (Gambar 2).

42
Gambar 2. Tiga titik bor

Persamaan FEM dinyatakan sebagai berikut [3]:


Luas segitiga dapat dinyatakan dalam titik-titik kordinat
seperti pada Pers.(1), Pers.(2) dan Pers.(3) berikut :

A = ½ (x1y2 + x2y3 + x3y1 – x3y2 – x2y1 – x1y3) (1)

(2)

(3)

Keterangan:
A : Luas

∆ : Determinan

N : Fungsi Interpolasi

u : Ketebalan yang dicari

ui : Ketebalan di titik ke

Untuk mendapatkan jumlah cadangan maka digunakan

Pers.(4) [11].

T=Axtxd

Keterangan:
T : Tonnase (ton)

A : Luas Area (m2)

T : Ketebalan (m)

43
D : Density (ton/m³)

Pemodelan Endapan Batubara dengan Metode Inverse


Distance Weigthted

Metode IDW memberikan asumsi bahwa titik bor yang


berdekatan memiliki bobot yang akan mendekati
dibandingkan dengan titik bor yang berjauhan [12].

Pembobotan menggunakan persamaan IDW mengikuti


Per.(5) sebagai berikut [9]:

Pers.(6) digunakan untuk menghitung nilai titik yang


ditaksir yaitu sebagai berikut:

Keterangan :
Zo : Nilai titik yang ditaksir

wi : Faktor bobot dari titik

Zi : Nilai dari titik penaksir

di : Jarak antara titik i dengan titik yang ditaksir

ρ : Faktor eksponen (power) 1, 2, 3, 4, 5

Permodelan endapan batubara dengan metode inverse


distance weighted memiliki kelebihan yaitu, dapat
menggunakan satu sampel dalam memprediksi sampel
yang belum diketahui nilainya, mudah diterjemahkan
dalam system grid, dan mudah memperhitungkan
anisotrop sehingga sudut pencarian sampel
mempengaruhi hasil nilai prediksi.

Selain memiliki kelebihan, permodelan endapan


batubara dengan metode inverse distance weighted juga

44
memiliki kekurangan yaitu, semakin besar power maka
pengaruh jarak terhadap bobot semakin besar, pada
pemodelan kontur kadang membentuk bulk eye.
Root Mean Square Error (RMSE)

Pengujian cross validation dilakukan untuk mengetahui


tingkat ketelitian hasil interpolasi dari beberapa nilai
power. Persamaan RMSE untuk menghitung nilai error
mengikuti Pers. (7) [12] .

Keterangan:
Z (xi) : Nilai estimasi

Z (xi) : Nilai pengukuran

N : Jumlah prediksi

Hasil Pembahasan Geologi Regional

Secara regional daerah penelitian termasuk di dalam


cekungan Sumatera Selatan. Batuan dasar dari Cekungan
ini terdiri dari batuan beku dan metamorf yang berumur
Pra-Tersier. Pengendapan batuan sedimen tersier di
cekungan Sumatera Selatan terjadi selama periode
genang laut yang berlangsung hingga Miosen Tengah
dan kemudian disusul tahap susut laut.

Seam Batubara

Seam batubara yang dijumpai di daerah penyelidikan


mempunyai ketebalan berkisar: seam A ketebalan antara
0.51 – 2.90 m, seam E ketebalan antara 5,84 - 7,43 m
yang terbagi menjadi seam E1 dengan tebal 1,70 – 3,60
m dan seam E2 tebal 2,18 – 5,18 m. Batubara berwarna
coklat kehitaman, dengan gores coklat, kilap tanah,
pecahan sub conchoidal, kadang dijumpai resin (damar)

45
pada seam batubara tersebut. Pada beberapa singkapan
terdapat struktur kayu (woody structure) yang tidak
merata.

Kualitas Batubara

Berdasarkan hasil uji laboratorium PT Succofindo dan


Geoservices maka kualitas batubara di wilayah IUP
PT TAI blok PT NAR termasuk ke dalam peringkat
batubara sub-bituminus atau termasuk dalam golongan
batubara kualitas rendah (low calory) dengan basis adb,
dengan rentang kalori rata-rata, seam-A: 5.460 – 5.687
cal/gr dan seam-E: 4.698 – 5.393 cal/gr.

Ketebalan Seam Batubara Daerah Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan data bor sebanyak 31


sumur (titik bor) dengan dua seam batubara yang terdiri
dari seam A dan seam E, dimana E mengalami
percabangan menjadi seam E1 dan E2. Lubang bor
memberikan data ketebalan seam batubara yang
berbeda-beda. Distribusi titik bor PT TAI dapat dilihat
pada Gambar 3.

Gambar 3. Peta titik bor PT Tebo Agung International

46
Data ketebalan batubara pada PT NAR dapat dilihat pada
Tabel 2 sampai dengan Tabel 5 berikut.

Tabel 2. Ketebalan batubara seam A

Tabel 3. Ketebalan batubara seam E

47
Tabel 4. Ketebalan batubara seam E1

Tabel 5. Ketebalan batubara seam E2

Prediksi Ketebalan Seam Batubara Menggunakan Finite


Element Method

Hasil prediksi ketebalan batubara menggunakan FEM


dengan (x) nama titik bor dan (y) tebal batubara
dijelaskan pada Gambar 4 sampai dengan Gambar 7.

Gambar 4. Prediksi tebal batubara seam A menggunakan


FEM

48
Gambar 5. Prediksi tebal batubara seam E menggunakan
FEM

Gambar 6. Prediksi tebal batubara seam E1 menggunakan


FEM

Gambar 7. Prediksi tebal batubara seam E2 menggunakan


FEM

49
Prediksi Ketebalan Batubara Menggunakan Metode
Inverse Distance Weighted

Prediksi ketebalan merupakan teknik penaksiran yang


menaksir nilai suatu titik berdasarkan pada nilai titik-
titik contoh di sekitarnya.

Prediksi ketebalan batubara menggunakan metode IDW


seam A dengan (x) nama titik bor dan (y) tebal batubara
dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Prediksi tebal batubara seam A menggunakan


IDW

Prediksi ketebalan batubara menggunakan metode IDW


seam E dengan (x) nama titik bor dan (y) tebal batubara
dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Prediksi tebal batubara seam E menggunakan


IDW

50
Prediksi ketebalan batubara menggunakan metode IDW
seam E1 dengan (x) nama titik bor dan (y) tebal batubara
dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Prediksi tebal batubara seam E1


menggunakan IDW

Prediksi ketebalan seam batubara menggunakan metode


IDW seam E2 dengan (x) nama titik bor dan (y) tebal
batubara dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Prediksi tebal batubara seam E2


menggunakan IDW

Root Mean Square Error (RMSE)


RMSE dilakukan untuk mengetahui selisih nilai
pengukuran dengan nilai hasil prediksi dengan proses
perhitungan cross validation, yang mana hasil selisih
tersebut merupakan nilai kesalahan (error). Metode

51
dengan nilai error terkecil yang akan digunakan untuk
mengetahui cadangan block PT NAR dapat dilihat pada
Tabel 6.

Tabel 6. Nilai RMSE menggunakan FEM dan IDW

Berdasarkan perhitungan RMSE yang dihasilkan FEM


0,19 dan metode IDW nilai RMSE terkecil pada IDW
power tiga yaitu 0,15. Dari kedua metode FEM dan IDW
dapat ditentukan, untuk perhitungan ketebalan sumber
daya dan cadangan batubara menggunakan IDW power
tiga. Hasil perhitungan sumberdaya dan cadangan pada
IUP PT TAI block PT NAR menunjukkan hasil yang
paling akurat menggunakan metode IDW power tiga.
Sumberdaya PT Tebo Agung International (PT TAI)
Berdasarkan perhitungan RMSE IDW power tiga
menggunakan perangkat lunak diperoleh, sumberdaya
terindikasi sebesar 16.542.367,64 ton dan sumberdaya
terukur sebesar 25.414.987,09 ton Sumberdaya pada
WIUP PT TAI yang dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Sumberdaya PT Tebo Agung International

52
Cadangan Batubara Pada Block PT Natural Artha
Resource (PT NAR)

Berdasarkan perhitungan PT NAR menggunakan FEM


dengan RMSE 0,19 diperoleh cadangan batubara sebesar
15 juta ton dengan SR 3:1. Block PT. NAR dengan luas
74,91 ha berdasarkan interpolasi ketebalan metode FEM
dan IDW menggunakan RMSE diperoleh IDW power 3
sebesar 0,15, dengan low wall slope 30o dan overall
slope pada high wall 45o di peroleh luas pit limit 20,44
ha dengan cadangan batubara sebesar 1.640.180,10 ton
dengan overburden 6.960.892,14 BCM dan interburden
491.320,88 BCM, diperoleh SR sebesar 4,5:1. Data
cadangan dijelaskan pada Tabel 8.

Tabel 8. Cadangan batubara di Block PT NAR

Peta pit limit (Batas Penambangan) block PT NAR seluas


74,91 ha dengan low wall slope 30o dan overall

slope pada high wall 45o di peroleh luas pit 20,44 ha


dapat dilihat pada Gambar 12.

53
Gambar 12. Peta Pit Limit Block PT NAR

Parameter dalam penentuan batas penambangan (pit


limit) untuk estimasi cadangan yaitu, SR (Stripping
Ratio) yang dihitung dengan pendekatan BESR (Break
Even Stripping Ratio), lereng penambangan, kondisi
topografi dan geologi [13].
Proses penentuan batas pit dilakukan dengan beberapa
tahapan [14] yaitu:

1. Daerah up dip ke arah down dip dijadikan batas akhir


penambangan topografi berdasarkan topografi

2. Memproyeksikan batas-batas yang telah dibuat

3. Bagian atas pit dibuat garis batas atau boundaıy pit

4. Menetukan nilai kehilangan (losess) dari ketebalan


batubara yang akan ditambang sebagai proses
kegiatan coal cleaning

Berdasarkan hasil perhitungan cadangan yang dilakukan


pada PT NAR menggunakan FEM dan peneliti
menggunakan IDW power 3, dengan (x) metode yang
digunakan, (y) luas dalam ha dan jumlah cadangan
batubara dalam ton, dapat dilihat pada Gambar 13.

54
Gambar 13. Perbandingan estimasi cadangan batubara
menggunakan FEM dan IDW power 3

Perhitungan menggunakan finite element method


mengubah data menjadi benda yang berukuran kecil
menjadi elemen-elemen segitiga, pembobotan
berdasarkan tiga titik sampel, tidak memperhitungkan
jarak antara titik, tidak memperhitungkan radius sangat
beresiko terutama pada heterogenitas tinggi karena
belum memperhitungkan arah sebaran yang sama.
Metode perhitungan dengan inverse distance weighted
lebih baik dibandingkan dengan menggunakan finite
element method, karena metode IDW mempertimbangan
ketentuan pembobotan yaitu [11]:

1. Letak grid atau blok yang akan ditaksir terhadap


letak data sampel

2. Orientasi setiap sampel yang menunjukkan hubungan


letak ruang antar sampel

3. Memperhitungkan arah sebaran yang sama sehingga


sudut pencarian sampel mempengaruhi hasil nilai
prediksi dengan memperhitungkan radius

Hasil estimasi cadangan batubara yang berbeda antara


finite element method dan inverse distance weighted

55
mencapai 140.000 ton, secara relative naik 9,33 %. Hasil
tersebut membuktikan bahwa perbedaan metode
penghitungan sangat dipengaruhi oleh arah distribusi dan
nilai yang dihasilkan.

Relevansi Jurnal penelitian ini akan dijadikan acuan perhitungan


terhadap estimasi volume endapan batubara berdasarkan batas
penelitian tambang

56
REVIEW JURNAL 5

Judul KAJIAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA


MENGGUNAKAN METODE BLOCK MODEL 2 DIMENSI
DAN CROSS SECTION DI SOFTWARE SURPAC PADA PT
TANITO HARUM KALIMANTAN TIMUR

Penulis Sujiman

Keterangan Volume 1 (No. 17) Februari 2015 JGP (jurnal geologi


pertambangan) Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas
Jurnal
Teknik Universitas Kutai Kartanegara

ISSN 288- Article Text -810-1-10-20170505

Masalah 1. pada pembahasan soal perhitungan volume batubara ,

volume tanah penutup dan stripping ratio dengan


menggunakan metode cross section dan block model di
software surpac.

2. Block model yang di pakai adalah block model 2 dimensi.

Untuk mempermudah intepretasi hasil suatu perhitungan


cadangan

Tujuan 1. Mengetahui cadangan batubara dalam MT.


2. Mengetahui volume Overburden (OB) dalam BCM.
3. Mengetahui nilai Striping ratio (SR)
4. Mengetahui perbedaan cara perhitungan dan hasil
cadangan terukur batubara dan Overburden (OB) dengan
menggunakan Block model dan Cross section dalam
software Surpac Vision.

Tinjauan Pustaka pendahuluan

Penggunaan metode dalam mengestimasi cadangan batubara pun


ada bermacam-macam, penggunaannya disesuaikan dengan
kemampuan para pengguna. Pemilihan cara estimasi
menyesuaikan representatif dengan jumlah cadangan
sebenarnya. Diantara metode-metode terdapat metode block
model dan Cross section.

57
Penggunaan block model di maksudkan untuk mempermudah
dalam mengestimasi dan menginterpretasi suatu cadangan.
Dalam block model data data mengenai ketebalan, kedalaman,
volume batubara, volume tanah penutup bisa di interpretasikan
dalam atribut-atribut suatu block model. Cara estimasinya
dengan menjumlahkan block-blocknya. Penggunaan cross
section di maksudkan untuk mempermudah dalam
menginterpretaskan suatu cadangan. Dalam cross section data-
data bisa di lihat dalam bentuk penampang, sehingga kalau
terjadi kesalahan bisa di bandingkan bentuk penampang dengan
penampang sebelahnya

MetodePenelitian Metodologi Penelitian


Tahapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Studi literatur
2. Observasi lapangan
3. Pengambilan data :
a. Data primer
- Singkapan batubara
- Pengukuran berat jenis
b. Data sekunder
- Data topograpi - data kwalitas batubara
- Data pengeboran - data staus kawasan
- Data geotek
4 .Validasi data
Pembuatan korelasi pemboran.
5 Pengolahan data dan kajian data
a. Penentuan batas perhitungan
b. Proses perhitungan
6 Pembuatan draft skripsi
7 Presentasi/seminar hasil penelitian..
HASIL PENELITIAN
Hasil
2.1. Data Topografi, Singkapan Dan Pengeboran
Pembahasan
Untuk menghitung suatu cadangan batubara di perlukan 3 data
utama

58
diantaranya topografi, singkapan dan pengeboran. Data-data
tersebut sebagai komponen dari perhitungan untuk mengetahui
elevasi, strike dan dip batubara, tebal tanah penutup, data
geologi dan lain-lain.
2.2. Korelasi Pemboran
Hasil korelasi dapat diketahui bahwa di daerah block PDL-
Lamin
terdapat 6 seam. Adapun penamaan seam dari yang paling
bawah (tua) Seam 5A,
Seam 5B, Seam 5C, Seam 6, Seam 6A, Seam 6B.

Gambar 1. Korelasi Bor Searah Dip

Gambar 2. Korelasi Bor Searah Strike

Berdasarkan hasil korelasi tersebut peneliti mengambil data


penelitian hanya 1 seam yaitu seam 6 dengan pertimbangan
seam 6 ketebalanya konstan dan tebalnya cukup untuk
interpretasi dalam perhitungan cadangan. Sedangkan seam
6A,seam 6B tidak di hitung karena tebal seamnya tipis (15cm –
30 cm) dan penyebaranya tidak merata dan tebal seam tidak
stabil.

59
2.3. Data Base Pemboran
Hasil korelasi bor meperjelas kesinambungan antar titik bor dan
stratigrafi batubara. Hubungan antar seam batubara , lithologi
batuan serta arah dan besar sudut kemiringan batubara dan
struktur lokasi yang berkembang.

Tabel 1. Data Base Seam 6 PDL –Lamin

Dari data pemboran block PDL Lamin untuk seam 6 dapat di


ketahui tebal batubara antara 1.55 m sampai 2.20 m dan
ketebalan batubara yang umum adalah 1.95 m. Adapun
ketebalan true thicknes antara 1.53 m sampai 2.17 m ( dip
batubara 10o)

2.4. Geological Data Base


Geological data base adalah bagian dari surpac untuk
menyimpan data-data geologi hasil dari pemboran. Data – data
disimpan dalam bentuk koordinate, kedalaman, ketebalan
litologi dan litologi batuanya. Data berupa tabel-tabel dan
disimpan dalam format csv. Geological data base terdiri dari 3
bagian utama.

1. Collar
Collar adalah bagian dari geological data base yang
menyimpan data –data pemboran. ( tegak lurus atau
miring )
2. Survey
Survey adalah bagian dari geological data base yang
digunakan untuk mengkalkulasikan data-data mengenai
lubang bor. File survey terdiri dari hole_id, max_dept,
dip, azimuth.
60
3. Geology
Geology adalah bagian dari geological data base yang
digunakan untuk menyimpan data-data geologi seperti
litologi, nama seam, dan lain-lain. File geologi terdiri
dari hole_id, sample_id, from, to, rock_type, seam.

Gambar 3. Geological Data Base Block PDL-Lamin

Geologi Model
Geologi model merupakan hasil dari interpretasi data-data
perhitungan cadangan. Data – data yang telah di kelompokan
jenis seam dan litologinya, di dalam geologi data base
dikeluarkan dalam file digital terain models ( dtm )
menghasilkan roof batubara, floor batubara dan surface toporafi.
Data surface roof batubara, surface floor batubara dan surface
ditambah batas limit penambangan dan slope penambangan
menjadi model geologi penambangan.

2.5. Batas Penambangan


Batas penambangan mengiterpetasikan batas perhitungan suatu
cadangan untuk mendapatkan hasil SR yang optimal. Batas
perhitungan daerah penelitian block PDL- Lamin di dasarkan :
a. Batas sebelah selatan Batas perhitungan sebelah selatan di
batasi oleh rawa.
b. Batas sebelah timur Batas sebelah timur di batasi oleh acuan
batas kontur SR maksimum yaitu Striping Ratio 22 :1
c. Batas sebelah utara Batas sebelah utara
di batasi oleh sungai dengan buffer sungai 50 meter dari aliran
sungai mengambil batas tepi sungai. Hal ini dimaksudkan
untuk mengantisipasi perluapan sungai akibat banjir.
Adanya kemenerusan cadangan ke arah utara ( seberang

61
sungai) tidak bisa di hitung di karenakan faktor ekonomi dari
cadangan tersebut tidak mencukupi di karenakan SR tinggi ( 1
: 40). Sedangkan SR yang optimal adalah 1 : 13. Hal-hal yang
menyebabkan SR tinggi yaiti morfologi topografi yang curam,
kontor batubara menurun tajam, lokasi yang sempit dan posisi
jauh dari sub cropp.
d. Batas sebelah barat
Batas sebelah barat di batasi oleh batas sub cropline dengan
isopac 4 meter. Isopac 4 meter di dapat dari zona lapukan
(wathering) / soil di daerah penelitian kurang lebih 3-4 meter.

Gambar 4. Interpretasi Batas Penambanagan Dan Posisi


Cadangan yang Tidak Memenuhi Syarat Untuk di Tambang
( SR 1:4 )
2.6. Jenjang Penambangan
Jenjang penambangan yang digunakan dalam perhitungan
cadangan Block PDL-Lamin ini mengikuti jenjang slope lereng
penambangan sesuai dengan kajian geotek yang telah di lakukan
oleh konsultan geotek sebelumnya. Yaitu menggunakan slope
lereng overall 45o.
Pada perhitungan cadangan Lamin ini menggunakan slope
tunggal 55o tinggi lereng 10 meter , berm 3.5 meter, 4 jenjang,
tinggi lereng keseluruhan 40 meter dan over all slope 45o.
Faktor keamanan >2 ( daftar kementapan lereng )

62
Gambar 5. Jenjang Penambangan

2.7. Permodelan Block Model 2 dimensi


1. Dimensi Block model
Tahapan awal dalam pembuatan Blok Model adalah menentukan
dimensi ukuran blok, yang di ambil dari perkiraan batas
cadangan yang di hitung. Ukuran blok yang dipakai adalah 10
x10 x1 (x,y,z).

Tabel 2. Pengisian Deskripsi Basis data Model Blok 2 Dimensi

2. File centeroid
File Centereoid merupakan aplikasi dari block model sebagai
basis memasukan data. Data tersimpan dalam diskripsi dari file
centeroid.
3. Atribut
Data –data yang tersimpan dalam block model berupa atribut-
atribut. Data tersebut berbentuk angka angka dari hail estimasi
file centeroid. Sehingga data atribut bisa di jumlahkan atau di

63
kurangkan sesuai keperluan. Atribut block model 2 dimensi
terdiri dari : .
a. Surface Topografi ( topo) type float
b. Surface roof ( rf_s6 ) type float
c. Surface floor ( fl_s6 ) type float
d Surface Desig Tambang ( dsg) type float
e. Tebal OB ( t_ob_s6) type real
ekpresi = (topo-rf_s6)
f Tebal Coal (t_c_s6) type real
ekpresi = (rf_s6-fl_s6)
g. Volume OB ( vob_s6 ) type real
ekpresi = (t_ob_s6 * 10*10)
h. Volume Coal ( voc_s6) type real
ekpresi = (t_c_s6*1.3*0.95*10*10)
i. Volume OB dsg ( vob_dsg)
ekpresi = ((topo-dsg_s6)*10*10) Constrain Batas dsg
j. Volume Coal dsg ( voc_dsg)
ekpresi = ((rf_s6-fl_s6)*10*10*1.3*0.95) Constrain batas Coal
k. SR seam6 type real
ekpresi = (vol_ob/vol_oc) Constrain batas Sub cropp

4. Constrain
Constrain merupakan batas perhitungan dalam block model. File
constrain di buat di dalam block model tersebut sesuai batas
yang di inginkan.
a. Constrain subcrop membatasi block model sebatas subcrop
b.Constrain dsg membatasi block model sebatas desain
perhitungan
c. Constrain Coal membatasi block model sebatas batas
batubara
2.8.Perhitungan Volume Overburden
Perhitungan volume overburden didapat dari perhitungan
antar atribut atribut yang telah di masukkan dalam block
model. Atribut-atribut tersebut bisa dimodivikasi ( di
tambah, dikurangi, di kalikan antar atribut).

64
Gambar 6. Interpretasi Volume Overburden Block Model 2D
Dengan Batas Desain Tambang

Hasil perhitungan volume overburden seam 6 PDL Lamin


dengan batas desain tambang dan overall slope 45o adalah
sebagai berikut :

1. Perhitungan langsung dari software surpac


Volume Overburden = 3.815.681,50 BCM

Gambar 7. Hasil Perhitungan OB Metode Bloc Model 2D


Menggunakan Software Surpac

2. Perhitungan di interpretasikan di Excel


Volume Overburden = 3.815.681,5 BCM

2.9. Perhitungan Volume Batubara

Perhitungan volume batubara di dari atribut surface roof


batubara, surface floor batubara dan batas batubara

Gambar 8. Interpretasi Volume Coal Block Model 2D Dengan


Batas Boundary Batubara
65
1. Perhitungan langsung dari software surpac
Volume batubara = 315.447,04 MT

Gambar 9. Hasil Perhitungan Batubara Metode Bloc Model 2D


Menggunakan Software Surpac

2. Perhitungan di interpretasikan di Excel


Volume Batubara = 315.447,04 MT

2.10. Perhitungan Striping Ratio (SR)


Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh dengan Blok
Model diatas, dari volume cadangan batubara dan volume
Overburden yang dihasilkan secara otomatis dalam software
surpac dan excel sebagai berikut :
Volume Overburden = 3.815.681,5 BCM
Volume Coal = 315.447,6 MT

Permodelan Cross Section

Gambar 10. Penampang untuk rumus mean area.


V = volume ( BCM)
Js = panjang antar penampang (M)
L = luas area penampang (M2)
66
dimana L1 dan L2 adalah luasan penampang 1 & 2
JS adalah jarak antar penampang.
Pembuatan sayatan penampang pada Surpac Vision dibutuhkan
desain tambang yang telah kita buat terlebiih dahulu. Dimana
desain tambang tersebut membutuhkan data surpace topography,
surface roof batubara dan surface floor batubara.
Kemudian kita tentukan arah dari sayatan yang hasilnya tegak
lurus dari garis tersebut

Tabel 3. Koordinat Data Base Garis Sayatan

Interval 10 with range 0,1000

Datum base line :

Y start =9953074; X start =485.692,786

Y end =9953686; X end = 486.087,885

Gambar 11. Hasil Sayatan Dalam Sofware Surpac

Perhitungan Volume Overburden (Lapisan Tanah Penutup)


1. Perhitungan langsung dari software surpac
Volume Overbuden = 3.812.632,078 BCM
2. Perhitungan di interpretasikan di Excel
Volume Overburden = 3.812.632,078 BCM

Perhitungan Volume Batubara


1. Perhitungan langsung dari software surpac
Volume Batubara = 251.589,753 BCM
= 251.589,753 BCM x 1.3 ( Berat Jenis )
x 0,95 ( Safty Factor )
= 310.713,35 MT

67
2. Perhitungan di interpretasikan di Excel
Volume Batubara = 310.713,35 MT

2.11. Perhitungan Striping Ratio (SR)


Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh dengan sayatan
diatas, dari volume cadangan batubara dan volumeOverburden
yang dihasilkan secara otomatis dalam software surpac dan
excel sebagai berikut :

Volume Overburden = 3.812.632,078 BCM


Volume Coal = 310.713,35 MT

Perbandingan Hasil Perhitungan Metode Section dan Block


Model di perangkat lunak Surpac

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan perangkat lunak


Surpac Vision untuk cadangan batubara dan Overburden dengan
metode Cross Section dan Block Model terdapat selisih
perhitungan. Selisih perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel

Tabel 4. Perbandingan Perhitungan Overburden Dan Batubara


Metode Sayatan Dan Block Model

Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya selisih


perhitungan dari perbedaan antara metode Cross Section dan
metode Blok Model menggunakan perangkat lunak Surpac
Vision, yaitu :
1. Metode Cross Section menafsirkan kontur topograpi dan
kontur struktur batubara menerus dan mengikuti sayatan yang

68
ada.
2. Metode Blok Model hanya dapat menafsirkan volume
berdasarkan dalam satuan bentuk grid (kotak), jika bidang yang
ditafsir volumenya tidak tepat berada satu grid (kotak) penuh,
maka volume grid (kotak) tersebut tidak terhitung.
3. Metode Blok model memakai kosep estimasi Neighborhood
Nearest Point (NNP) yaitu memperhitungan nilai di suatu blok
didasari oleh nilai titik yang berada paling dekat dengan blok
tersebut. Dengan kata lain titik (blok) terdekat memberikan nilai
pembobotan satu untuk titik yang ditaksir, sedangkan titik (blok)
yang lebih jauh memberikan nilai pembobotan nol (tidak
mempunyai pengaruh).
4. Metode Blok Model tidak memperhitungkan bentuk geometri
jenjang sedangkan Metode Cross Section memperhitungkan
bentuk geometri jenjang yang dipakai dalam desain tambang
khusus untuk perhitungan volume Overburden.
Jurnal penelitian ini akan dijadikan acuan kajian perhitungan
Relevansi
cadangan batubara menggunakan metode block model 2
terhadap
dimensi dan cross section di software surpac.
penelitian

69

Anda mungkin juga menyukai