1. Sebelah Utara: Wilayah Desa Batu Tanjung dan Desa Tumpuak Tangah
Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto.
2. Sebelah Timur: Wilayah Jorong Bukit Bua dan Kota Panjang Nagari V
Kota Kecamatan Koto VII, Kabupaten Sijujung.
3. Sebelah Selatan :
a. Wilayah Jorong Panjang Nagari V Koto, Kecamatan Koto VII . Kabupaten
Sijunjung.
b. Wilayah Desa Salak, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto.
4. Sebelah barat: wilayah desa salak dan desa sijantang koto kecamatan
talawi, kota sawahlunto.
Hasil
➢ Pengumpulan Data
Pembahasan
Pada bab ini berisikan pengumpulan data dan pengolahan data yang
diperlukan. Dalam penelitian ini mengevaluasi jalan angkut dari front
penambangan batubara menuju area disposal di PT. Allied Indo Coal
Jaya.
Dari hasil kegiatan pengumpulan data, maka data-data yang didapatkan
sebagaiberikut:
1. Pengamatan lebar jalan lurus aktual di lapangan di PT. Allied Indo Coal
Jaya dibagi menjadi 5 segment. Hasil pengukuran jalan lurus aktual dapat
dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:
Dalam pengukuran lebar jalan lurus digunakan meteran sebagai alat
ukur untuk menentukan panjang jala
2. Pengamatan lebar jalan tikungan aktual PT. Allied Indo Coal Jaya
dibagi
3. menjadi 1 tikungan. Hasil pengukuran jalan tikungan aktual
Dalam mengukur jalan pada tikungan digunakan meteran sebagai alat
ukur dan pengukuran dilakukan ditengah-tengah jalan tikungan yang
terlih
4. Pengamatan kemiringan jalan/grade aktual di lapangan PT. Allied Indo
Coal Jaya terdapat 2 tanjakan. Hasil pengamatan kemiringan aktual
dilapangan
Data Pengukuran Kemiringan Jalan/Grade PT. Allied Indo Coal Jaya.
pada pengambilan data kemiringan jalan mengunakan waterpass dalam
pemgukuranya yang diambil di bagian tengah-tengah jalan
5. Pengamatan superelavasi aktual di lapangan pada PT. Allied Indo Coal
Jaya dibagi menjadi 3 segment. Hasil pengukuran superelavasi aktual
Pada pengukuran superelavasi pengambilan datanya mengunakan
waterpass dalam pengambilan datanya dilakukan pengambilan data ditepi-
tepi jalan yang terliha
6. Pengamatan pada jari-jari belokan aktual di lapangan pada PT. Allied
Indo Coal Jaya pada pengamatan 1 segmen. Hasil pengukuran jari-jari
belokan dapat dilihat dari pengambilan data lapan
Dalam pengambilan data jari-jari belokan untuk mencari sudut
pada roda ban dengan pengukuran mengunakan busur dengan memutar
roda ban pada dump truck
Relevansi 4.2. Pengolahan Data
terhadap Pada pengolahan data didalam penelitian ini akan menggunakan teori
penelitian sesuai standar AASHTO(American Association Of State Highway And
Transportation Officials) tentang lebar jalan angkut pada keadaan lurus, lebar
jalan pada tikungan, kemiringan jalan/grade dan cross slope.
1. Perhitungan Lebar Jalan Pada Keadaan Lurus.
Guna memenuhi standar lebar jalan lurus menurut AASHTOdengan
spesifikasi alat angkutdumpt truck Hino FM 260 TI JD yang memiliki
lebar (Wt)=2.500 meter. Perhitungannya mengunakan persamaan (2.1)
sebagai berikut
Lm = n - Wt + (n + 1)(1/2 - Wt)
L = ( 2 x 2,500) + {(2+1)x(1 2⁄ x 2,500)}
= ( 5,00)+{(3)x 1,250 )}
= ( 5,00)+( 3,75 )
= 8,750 m
Jadi lebar jalan angkut ideal pada PT. Allied Indo Coal Jaya
berdasarkan teori AASHTO adalah 8.75 m
Lebar jalan ditikungan selalu dibuat lebih besar dari jalan lurus, hal ini
bermaksud untuk mengantisipasi adanya penyimpangan lebar alat angkut yang
disebabkan sudut yang dibentuk oleh roda depan dengan badan dump truck
saat melintasi tikungan. Untuk perhitungan lebar jalan tikungan mengunakan
persamaan (2.2) dan (2.3) sebagai berikut:
= 2,7%
Segmen 2 = 9° ÷ 360° x100%
=2,5%
Jadi kemiringan jalan/ grade aktual di PT. Allied Indo Coal Jaya
adalah 10° atau setara dengan 2,7% dan 9° setara dengan 2,5%.
4. Kemiringan Melintang (superelavasi).
Standar superelavasi pada jalan angkut menurut AASTHO
berkisar antara 20 mm/m sampai dengan 40 mm /m yang di analisa
untuk tiap meternya.
Diketahui:
V= 40 km/jam
R 1 = 9,70 m
R 2 = 10,20 m
R 3 = 9,50 m
e+f = 𝑣 ²
15 𝑅
e=𝑣²
15 𝑅 – f
Segmen 1 e = ( 40 𝑘𝑚
𝑗𝑎𝑚)²
15 (9,70) − 0,17
= 1600
145,5 − 0,17
= 10,99 − 0,17
= 10,82 𝑚𝑚/𝑚
Segmen 2 e = ( 40 𝑘𝑚
𝑗𝑎𝑚)²
15 (10,20) − 0,17
= 1600
153 − 0,17
= 10,45 − 0,17
= 10,28 𝑚𝑚/𝑚
Segmen 3 e = ( 40 𝑘𝑚
𝑗𝑎𝑚)²
15 (9,50) − 0,17
= 1600
142,5 − 0,17
= 11,22 − 0,17
= 11,05 𝑚𝑚/𝑚
5. Jari-jari belokan
Besarnya jari-jari belokan minimum pada jalan dapat dihitung
dengan mengunkan perhitungan.
R = 𝑊𝑏
sin α
R = 4130 𝑚
sin 30°
= 4130
0,5 = 8,2 𝑚
Dari perhitungan diatas maka di peroleh jari-jari belokan
sebesar 8,2 m.
REVIEW JURNAL 2
Lebar jalan minimum pada jalan lurus dengan lajur ganda atau lebih,
menurut The American Association of State Highway and Transportation
Officials (AASHTO) Manual Rural High Way Design 1973, harus
ditambah dengan setengah lebar alat angkut pada bagian tepi kiri dan
kanan jalan (lihat gambar 3.1). Dari ketentuan tersebut dapat digunakan
cara sederhana untuk menentukan lebar jalan angkut minimum, yaitu
menggunakan rule of thumb atau angka perkiraan, dengan pengertian
bahwa lebar alat angkut sama dengan lebar lajur.
Seandainya lebar kendaraan dan jumlah lajur yang direncanakan masing-
masing adalah Wt dan n, maka lebar jalan angkut pada jalan lurus dapat
dirumuskan sebagai berikut:
L min = n.Wt + (n + 1) (½.Wt)...............................(1)
Dimana : L min = lebar jalan angkut minimum (m)
n = jumlah lajur
Wt = lebar alat angkut,(m)
Dengan menggunakan ilustrasi pada Gambar 3.2 dapat dihitung lebar
jalan minimum pada belokan, yaitu seperti terlihat di bawah ini:
Dimana : Wmin = lebar jalan angkut minimum pada belokan, m
b. Superelevasi
Kecepatan rencana yang digunakan pada jalan tamabng adalah 30
km/jam.
Sedangkan koefisien gesekan untuk perencanaan/perancangan secara
matematis
dapat dihitung dengan :
Untuk V rencana< 80 km/jam .
f=
Harga koefisien gesekan denganVrencana 30 km/jam (<80 km/jam)
adalah :
f=
= - 0,0195 + 0,192
= 0,2205
Dimana :
e = super elevasi (mm/m)
V = kecepatan rencana( 30 km/jam)
R = Jari-jari tikungan
f = factor gesek( 0)
Jadi nilai super elevasi dalah (contoh perhitungan) :
0+070 :( R= 38,075)
e=
Jenis alat angkut yang digunakan di PT. Sebuku Iron Lateritic Ores, adalah
dump truck scania tipe P380CB 6x4. Berikut adalah spesifikasi alat angkut
dump truck scania tipe P380CB 6x4:
a. Jarak antara poros ban depan dan belakang (A) = 4,1 meter
b. Jarak antara poros ban depan dan tepi belakang kabin (Z) = 0,58 meter
c. Lebar juntai depan (I) = 1,46 meter
d. Lebar juntai belakang (JA) = 2,19 meter
e. Lebar kendaraan (W) = 2,6 meter
f. Radius putar ban = 10 meter
Peta situasi lokasi penelitian merupakan peta situasi jalan yang dievaluasi
oleh peneliti. Berdasarkan peta tersebut, dapat diketahui bahwa panjang
jalan yang dievaluasi sepanjang 7,5km dimulai dari stockpile tanjung
gunung (KM 0) sampai pit damar selatan atau tepatnya di kantor tabuan
(KM 7,5). Gambar 1 di atas merupakan peta situasi jalan di lokasi penelitian
yang di buat berdasarkan data real dari pengukuran secara lansung
menggunakan alat survey jenis total station (TS) dan real time kinematic
(RTK) yang kemudian di olah pada software surpac dan autocad. Setiap KM
memiliki jumlah segmen atau pembagian jarak penelitian yang berbeda-
beda.
Sama halnya dengan penentuan lebar jalan di segmen lurus, penentuan lebar
jalan di tikungan juga dapat dilakukan dengan melihat spesifikasi alat angkut
atau dump truck terbesar yang sering menggunakan atau melewati jalan
hauling. Spesifikasi alat yang diperlukan adalah lebar juntai depan, lebar
juntai belakang, radius putar dan jarak antar pusat ban (roda depan).
Berdasarkan spesifikasi dari alat angkut tersebut, maka hasil yang didapat
untuk lebar jalan angkut minimum untuk 2 jalur adalah sebesar 13 meter dan
untuk lebar jalan angkut minimum untuk 1 jalur adalah sebesar 7,2 meter
(hasil perhitungan terdapat pada lampiran A halaman 72). Berdasarkan hasil
aktual yang didapatkan dilapangan, terdapat beberapa segmen tikungan yang
belum memenuhi standar minimum lebar jalan angkut di tikungan yang telah
ditetapkan. Dari 12 segmen tikungan yang ada, yang belum memenuhi nilai
standar minimum hanya ada 3 segmen saja. Berikut ini adalah tabel-2 untuk
lebar aktual jalan di tikungan hasil dari pengukuran secara langsung di
lapangan.
Keterangan:
VN = Vertikal naik
VT = Vertikal turun
VNM = Vertikal naik dan menikung
THT = Tikungan horizontal turun
Seperti yang terlampir pada tabel di di bawah ini terdapat perbedaan nilai
jarak pandang henti minimum untuk setiap grade atau kemiringan. Semakin
tinggi nilai kemiringan jalan, maka akan semakin tinggi pula nilai jarak
pandang henti minimum yang dibutuhkan. Pada table 11 hasil nilai jarak
pandang henti minimum dari pengamatan dengan menggunakan kurva
kaufman & ault. Penggunaan aturan jarak pandang henti ini bertujuan untuk
mengantisipasi terjadinya kejadian yang tidak di inginkan. Salah satu
contohnya adalah pada saat terjadinya rem blong pada suatu kendaraan yang
menyebabkan kendaraan tersebut berjalan cukup cepat, maka pengemudi
dapat memiliki waktu untuk segera menghindari kendaraan lain yang ada
didepannya dan mengarahkan kendaraannya ke tanggul pengaman.
Cross Slope
Seg = Segmen
LJ = Lebar jalan
EP = Elevasi pusat
ES = Elevasi samping
BT = Beda tinggi
JD = Jarak datar
Tanggul Pengaman
Berdasarkan data spesifikasi alat angkut yang digunakan di PT. SILO, tinggi
ban dari alat angkut tersebut adalah 120cm. Dari data tinggi ban alat angkut
tersebut, dapat diketahui bahwa tinggi minimum tanggul pengaman yang
dibutuhkan adalah 100cm dan lebar atas yang dibutuhkan adalah 100cm,
sedangkan kemiringan tanggul pengaman yang tetapkan di PT. SILO adalah
340. Berikut adalah gambar 2 yang merupakan desain tanggul pengaman
yang sesuai standar PT. SILO.
Parit
Jalan yang digunakan untuk menganalisis geometri jalan adalah jalan angkut
batubara dari loading point sampai stockpile. Jalan angkut ini merupakan
jalan angkut dengan dua lajur dan penulis membagi jalan angkut tersebut
menjadi 16 segmen untuk jalan lurus dan jalan tikungan dengan jarak
tempuh dari loading point ke stockpile ±1.816,25 meter. Layout Jalan
Angkut Batubara dari Loading Point Menuju Stockpile dapat dilihat pada
gambar 2 beriku
Geometri jalan angkut yang dibahas disini meliputi lebar jalan angkut baik
lebar jalan lurus maupun lebar jalan tikungan, grade (kemiringan jalan),
kemiringan melintang (cross slope), jari-jari dan superelevasi.
Relevansi Berikut penjelasan masing-masing point tersebut
terhadap 4.1.1. Lebar Jalan Angkut
penelitian Lebar jalan angkut produksi sangat mempengaruhi kelancaran operasi
pengangkutan. Lebar jalan angkut dari loading point menuju stockpile
memiliki lebar yang bervariasi. Pengukuran lebar jalan menggunakan
meteran yang diukur pada masing-masing segmen. Perhitungan lebar jalan
lurus berbeda dengan lebar jalan tikungan karena jalan lebar tikungan lebih
besar daripada lebar jalan lurus Jumlah lajur pada jalan angkut produksi
mempunyai 2 lajur (n) dengan unit alat angkut terbesar yang menjadi
patokan pengukuran lebar adalah Articulated Dump Truck (ADT) Volvo
A40E yang mempunyai lebar sebesar 3,43 meter (Wt). Perhitungan lebar
jalan lurus dapat menggunakan rumus berikut
Lmin =
= 2 . 3,43 m + (2+1)(1/2 . 3,43 m)
= 6,86 m + 5,14 m = 12 m
dapun perhitungan untuk lebar jalan minimal pada tikungan adalah
Berdasarkan pengamatan di lapangan alat angkut yang menjadi patokan
adalah ADT Volvo A40E. Jarak sumbu roda depan dengan bagian depan
(ad) sebesar 3,101 meter, jarak sumbu roda belakang dengan bagian
belakang (ab) sebesar 1,706 meter, Sudut penyimpangan roda (α) sebesar
45°, lebar jejak roda (U) sebesar 1,84 m Lebar juntai depan (Fa) = ad sin α
= 15942,03 lb
Rimpull yang tersedia untuk masing-masing gear dapat dilihat pada tabel 7
berikut:
Jadi, total rimpull adalah 1117,75 lb + 1062,247 lb = 2179,997 lb. Gear yang
sesuai untuk rimpull tersebut adalah gear 5. Kecepatan gear 5 adalah 39,85
km/jam dan jarak 0,124 km, maka waktu tempuh segmen SP-A adalah 11,18
di Perhitungan rimpull dan waktu tempuh alat angkut per masing-masing
segmen dalam keadaan kosong dapat dilihat pada tabel 8 berikut:
4.2.4 Perhitungan Rimpull dan Waktu Tempuh Alat Angkut dalam Keadaan
Bermuatan Perhitungan rimpull untuk rolling resistance (RR) dan percepatan
(a) yaitu :
Jadi, total rimpull adalah 2494,75 lb + 2711,94 lb = 5294,74 lb. Gear yang
cocok untuk rimpull tersebut adalah gear 2. Kecepatan gear 2 adalah 16,60
km/jam dan jarak 0,066 km, maka waktu tempuh segmen LP-O adalah 14,31
detik.
Perhitungan rimpull dan waktu tempuh alat angkut per masing-masing
segmen dalam keadaan bermuatan dapat dilihat pada tabel 9 berikut
Lebar jalan minimum pada jalan lurus dengan jalur ganda atau lebih, menurut
The American Association of State Highway and Transportation (AASHTO)
Manual Rural Hight Way Design 1973, harus ditambah dengan setengah
lebar alat angkut pada bagian tepi kiri dan kanan jalan.
Limin = n Wt + ( n + 1 ) ( ½, Wt)
Keterangan :
L(min) = lebar jalan angkut minimum (m)
N = jumlah jalur
Wt = lebar alat angkut total, (m)
Lebar jalan angkut pada tikungan selalu dibuat lebih besar dari pada jalan
lurus. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi adanya penyimpangan lebar
alat angkut yang disebabkan oleh sudut yang dibentuk oleh roda depan
dengan badan truk saat melintasi tikungan. Untuk jalur ganda, lebar jalan
minimum pada tikungan dihitung berdasarkan pada
Pada saat kendaraan melalui tikungan atau belokan dengan kecepatan tertentu
atau menerima gaya sentrifugal yang menyebabkan kendaraan tidak stabil,
untuk mengimbangi gaya sentrifugal tersebut perlu dibuat suatu kemiringan
melintang ke arah titik pusat tikungan yang disebut superelevasi[5][6].
Besarnya jari-jari minimum pada jalan dapat dihitung dengan menggunakan
rumus berikut: Berdasarkan rumus Superelevasi.
e + f = V2 ÷ 127 x R
maka besarnya jari-jari tikungan :
R = V2 ÷ 127 x ( e + f )
Keterangan :
V = Kecepatan truk, km/jam
R = jari-jari tikungan, m
E = Superelevasi, m/m
f = koefisien gesek melintang, untuk
kecepatan < 80 km/jam
Superelevasi adalah kemiringan melintang pada belokan jalan. Untuk
menghitung besarnya kemiringan melintang dapat menggunakan rumus
sebagai berikut
e + f = V2 ÷ 127 x R
Keterangan :
e = Superelevasi, mm/m
f = friction factor
V = Kecepatan kendaraan (km/jam)
R = Jari-jari tikungan, (m)
untuk kecepatan rencana < 80 km/jam, maka:
f = 1 – 0,00065 v + 0,192
untuk kecepatan rencana > 80 km/jam, maka:
f = 1 – 0,00125 v + 0,24
Keterangan :
h = Beda tinggi antara dua titik segmen yang diukur
(meter)
x = Jarak antara dua titik segmen jalan diukur (meter)
Keterangan:
q = Produktivitas per siklus (m3)
n = Banyaknya pengisian
Cb = Kapasitas bucket, (m3)
Ff = Bucket Fill Factor, (%)
Q = Produktivitas dumptruck, (ton/jam)
Cta = Waktu siklus dumptruck, (menit)
E = Efisiensi kerja (%)
Density Batubara = 1,3 (ton/ m
MetodePenelitian 3.2.3 Pengambilan Data
Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Untuk data primer
diambil langsung dilapangan, sedangkan untuk data sekunder didapat dari
laporan perusahaan. Adapun jenis data yang diambil adalah sebagai berikut.
1. Data sekunder
1) Peta topografi
2) Peta administratif
3) Data iklim dan curah hujan daerah penelitian
4) Dokumen PT.Prima Dito Nusantara
5) Data primer
PENDAHULUAN
3. Bagi Perusahaan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap jalan angkut yang ada,
diharapkan dapat memberikan pemecahan masalah bagi perusahaan
terhadap kegiatan loading pada alat muat (excavator) dan alat angkut dump
truck. Melalui perbaikan pada kondisi geometri jalan angkut produksi,
hasil yang diharapkan antara lain:
b. Alat angkut dapat melaju dengan kecepatan yang lebih tinggi tanpa
mengabaikan kecepatan maksimum dan kondisi jalan yang diperbolehkan
ditinjau dari sisi keselamatan kerja, sehingga cycle time (waktu edar) dari
alat angkut dapat lebih maksimal.
2.1.4 Stratigrafi
Berdasarkan peta geologi lembak solok sumatera barat oleh P.H Silitonga
1975 maka statigrafi daerah penyelidikan dan sekitarnya berurutan dari
muda ke tua terdiri dari satuan aluvial (kuater) dan satuan batulanau, batubara,
serpih (tersier), serta satuan batuan Pra-Tersier. sedangkan secara lokal
berdasarkan hasil eksplorasi dan pengamatan lapangan, maka satuan satuan
batuan yang ditemukan adalah sebagai berikut:
1. Aluvium: terdapat disepanjang sungai dan muara sungai.
2. Batu lanau: menutupi hampir diseluruh daerah penelitian dengan sisipan
batu pasir glaukonit, batu lempung, serpih dan batubara.
3. Breksi: umunya berwarna coklat samapi kemerahan, berfgamen andesit
dan lempung sebagai matrik. Stratigrafi cekungan omblin yang terdiri dari
satuan batu lanau, batubara, batu pasir dan breksi termasuk dalam angota
Formasi telisa yang terendapakan tidak selaras diatas batuan metamorfik
sebagai basement (batuan pra-tersi
Lm – n Wt + (n + 1 )(1/2 - Wt ) ...............................................(1.1)
Sumber:Thony Rianto. (2016)
dengan:
Lm = lebar jalan minimum (m)
n = jumlah jalur
Wt = lebar alat angkut (m)
Grade ..........................................................(2.4)
Sumber: Thony Rianto(2016
dengan:
h = beda tinggi antara dua titik yang diukur (m).
x = jarak datar antara dua titik yang diukur (m
Kemiringan jalan maksimum yang dapat dilaluidengan baik oleh alat angkut
khususnya dump truck, yaitu 8%. Sedangkan untuk jalan naik maupun jalan turun
pada daerah perbukitan lebih aman kemiringan jalan maksimum 8%.
c. superelavasi
Adalah sudut yang dibentuk untuk mengetahui nilai-nilai superelavasi dilapangan
maka harus memprhitungkan nilai kecepatan (v), jari-jari belokan (r) koofisin
blokan (f). Rumus perhitungan superelavasi.
𝑒 + 𝑓 𝑣²
15 R......................................................................(2.
dengan:
e = superelavasi
R = Jari-jari belokan
f = kooefisien gesek pada tikungan (0,17)
v = kecepatan alat angkut (km/jam
yaitu dengan cara melakukan pengukuran jalan hauling hingga menuju front
penambangan dengan memperhitungkan jarak, lebar, dan kemiringan dengan
menyesuaikan standarisasi perhitungan teknis, kemudian dari data tersebut diolah
menggunakan autocad 2007sehingga memudahkan dalam proses analisis.
Proses pengambilan data yang dilakukan di lapangan yaitudengan
melakukan pengamatan secara langsung mengenai studi kasus seperti melakukan
pengukuran jarak, lebar, dan kemiringan jalan dan aspek pendukung kegiatan
pengangkutan seperti melihat alatangkut yang digunakan di lapangan. Hasil
penelitian yang didapatkan bahwa lebar jalan angkut untukkeadaan lurus yaitu 5
m dan 9 m sedangkan pada keadaan tikungan yaitu 8,11 m dan 14,25
m.kesimpulan yang didapatkan bahwa keadaan lebar jalan pada STA 57 – 58
masih mengalami kekuranganyaitu 4 m dan harus dilakukan penambahan yaitu
sebesar 1 m dan kemiringan memanjang pada STA 9 –10 yaitu mencapai 30,48%
dan harus dilakukan pemotongan sebesar 25%.
Thoni Riyanto, dkk (2016) menyatakan, Pada kegiatan pemindahan
material overburden, jalan tambang merupakan parameter penting untuk
menunjang kinerja alatangkut. Pada jalan tambang sering dijumpai kerusakan-
kerusakan di badan jalan seperti, jalan berlubang dan permukaan jalan tidak
mulus. Hal ini biasanya disebabkan oleh kondisi geometri jalan dan daya
dukung tanah pada jalan tambang yang belum memenuhi standar,sehingga perlu
dilakukan evaluasi. Penelitian dilakukan di Jalan Alphard, Dodge dan Cadillac
dengan jalan 3720 meter di Pit Tutupan Highwall PT Pama persada Nusantara
Jobsite PT Adaro Indonesia. Pemilihan lokasi jalan penelitian berdasarkan
jalan yang memiliki data jumlah alat angkut dan jumlah fleet paling banyak, serta
data kecepatan alat angkut paling rendah. Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah dengan menganalisis geometri jalan, daya dukung tanah jalan
terhadap bebanyang melewatinya, serta faktor-faktor yang mempengaruhi
kerusakan jalan dan perbaikan geometri.
Penelitian dimulai dengan pengambilan data geometri aktual jalan dan
daya dukung tanah aktual jalan (CBR subgrade dan rolling resistance). Kemudian
membandingkan dengan standar teoritis, diperoleh geometri ideal untuk desain
kecepatan 60 km/jam yaitulebar jalan lurus 24 meter, lebar jalan tikungan 28
meter, grade maksimal 8%, superelevasi 8% dan cross slope 2 - 4%. Daya dukung
tanahjalan diperoleh CBR ideal 40% dan rolling resistance 65 lb/ton (3,25%).
Dapat diketahui bahwa jalan dalam kondisi paling rusak adalahjalan Cadillac
Kemudian membandingkan travel speed alat angkut kondisi jalan aktual dan
kondisi simulasi pada jalan Cadillac, dandidapat selisih waktu tempuh sebesar
0.67 - 1.31 menit. Tidak terlalu menjadi masalah jika alat angkut harus kehilangan
waktu cycle timesebesar 0.67 – 1.31 menit.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, tidak terlalu disarankan untuk
melakukan perbaikan perkerasan di jalan Cadillac, cukup dengan hanya
melakukan pemeliharaan dan perawatan jalan meliputi grading, compacting
dan water spraying. Namunjika jalan Cadillac dalam kondisi rusak parah,
mengganggu keselamatan kerja dan diharuskan melakukan perkerasan, maka
berdasarkandata CBR yang ada, ketebalan lapisan perkerasan yang dapat
2. Proses, yaitu teknik pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini
yang terdiri atas:
a. Menghitung lebar jalan lurus dan jalan tikungan.
b. Menghitung kemiringan jalan/grade
c. Menganalisa hasil perhitungan dengan mengunakan manual dan software
autocad dalam merancang jalan tambang
d. Mendsaign geometri jalan tambang mengunakan Software Autocad dan
Sketchup.
3.Output, yaitu hasil yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu:
Menganalisa Geometri Jalan Angkut PT. Allied Indo Coal Jaya.
a. Menganalisa lebar jalan lurus dan lebar jalan tikungan..
b. Mengetahui kemiringan jalan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari buku-buku literatur atau studi kepustakaan
dan data-data/arsip perusahaan. Seperti berikut:
a. Peta topografi
b. Peta jalan tambang
c. Spesifikasi alat Dump Truck yang digunakan pada PT. Allied Indo Coal Jaya
(AICJ