Anda di halaman 1dari 60

TUGAS METODE PENELITIAN ILMIAH

PENGARUH GEOMETRI JALAN TAMBANG TERHADAP


PRODUKSI BATUBARA PIT CENTRAL TIMUR DI PT. ALLIED
INDO COAL JAYA PARAMBAHAN DESA BATU TANJUNG
KEC. TALAWI KOTA SAWAHLUNTO

JOSUA SUDIRJA NAINGGOLAN


NPM : 2110024427088

YAYASAN MUHAMMAD YAMIN PADANG


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI PADANG
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
2022
REVIEW JURNAL 1

Judul Analisis Geometri Jalan Tambang Pada Penambangan Batubara


Pit Central Timur Di PT. Allied Indo Coal Jaya Parambahan
Desa Batu Tanjung Kec. Talawi Kota Sawahlunto
Penulis Cici Wahyuni
Keterangan Penelitian Tugas Akhir Mahasiswa Jurusan teknik pertambangan prodi
Jurnal Teknik Pertambangan Yayasan Muhammad Yamin Sekolah Tinggi
Teknologi Industri (Sttind) Padang
ISSN 983_SKRIPSI+CICI+WAHYUNI+1
Masalah Adapun rumusan masalahnya dalah:
1. Bagaimana lebar jalan lurus dan lebar jalan tikungan di PT. Allied Indo Coal
Jaya?
2. Bagaimana kemiringan jalan tambang di PT. Allied Indo Coal Jaya?
3. Bagaimana superelavasi di PT. Allied Indo Coal Jaya?
Tujuan Adapun Tujuan dari rumusan masalah adalah:
1. Menentukan lebar jalan lurus dan lebar jalan pada tikungan yang ada di
PT. Allied Indo Coal Jaya.
2. Menentukan kemiringan jalan tambang yang ada di PT. Allied Indo Coal
Jaya.
3. Menentukan superelavasi terhadap jalan tambang yang ada di PT. Allied
Indo Coal Jaya.
Tinjauan Pustaka
2.1. Landasan Teori
2.1.1 Deskripsi Perusahaan

PT. Allied Indo Coal (PT.AIC) merupakan perusahaan umum yang


melakukan kegiatan penambangan batubara dengan jenis perusahaan PKP2B
(perjanjian kerjasama perusahaan tambang batubara) sesuai dengan kontrak
No.J2/Ji.Du/25/1985. Dengan luas area 844 Ha. Awalnya perusahan ini
merupakan perusahaan swasta yang di dukung oleh penanaman modal asing.
kerja sama antara Allied Queesland Coalfleds ( AQS) limited. Dari australia
dengan PT. Mitra abadi sakti (PT. MAS) dari indonesia dengan komposisi
saham masing- masing 80% saham dan 20%. Pada tahun 1992 yang
mengontrol seluruh manajemen perusahan.
2.1.2 Lokasi kesampaian Daerah
Secara admitrasi lokasi penambangan PT. Allied Indo Coal Jaya berada di
desa Salak, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat.
Wilayah tersebut terletak di sebelah Timur Laut Kota Padang. Secara
geografis wilayah IUP PT. Allied indo coal jaya berada pada posisi
00 ̊35’34’’ LS – 100 ̊46’48’’ BT dan 00 ̊36’59’’ LS - 100 ̊48’47’’ BT, dengan
batas lokasi wilayah kegiatan sebagai berikut :

1. Sebelah Utara: Wilayah Desa Batu Tanjung dan Desa Tumpuak Tangah
Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto.
2. Sebelah Timur: Wilayah Jorong Bukit Bua dan Kota Panjang Nagari V
Kota Kecamatan Koto VII, Kabupaten Sijujung.
3. Sebelah Selatan :
a. Wilayah Jorong Panjang Nagari V Koto, Kecamatan Koto VII . Kabupaten
Sijunjung.
b. Wilayah Desa Salak, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto.
4. Sebelah barat: wilayah desa salak dan desa sijantang koto kecamatan
talawi, kota sawahlunto.

2.3.1 Pengertian Jalan

Kep Mentri ESDM No 1827 Th (2018) menyatakan, Jalan Pertambangan


adalah jalan khusus yang diperuntukan untuk kegiatan pertambangan dan
berada
di area pertambangan atau area proyek yang terdiri atas jalan penunjang dan
jalan
tambang. Jalan Tambang/ Produksi adalah jalan yang terdapat pada area
pertambangan dan/atau area proyek yang digunakan dan dilalui oleh alat
pemindah tanah mekanis dan unit penunjang lainnya dalam kegiatan
pengangkutan tanah penutup, bahan galian tambang, dan kegiatan penunjang
pertambangan

2.3.2 Geometri Jalan Produksi

Fungsi utama jalan angkut adalah untuk menunjang kelancaran operasional


pengangkutan dalam kegiatan penambangan baik dalam pengangkutan ke
stock pile atau pengangkutan overburden di sekitar penambangan dan juga
jalan angkut merupakan bagian dari perencanaan yang lebih ditekankan pada
rencana bentuk fisik jalan sehingga bisa memenuhi fungsi dasar jalan
tambang, karena tujuan dari perencanaan geometri jalan angkut adalah
menghasilkan infrastuktur yang aman, memaksimalkan pelayanan dan
memaksimalkan rasio tingkat pengunaan atau biaya pelaksaan, bentuk
ukuran, ruang jalan yang baik, dan memberikan rasa nyaman kepada alat
yang melintas diatasnya dan pengemudi dump truck. (ady winarko 2014 pada
hal 2) Geometri jalan angkut yang harus memperhatikan hal sebagai berikut
MetodePenelitian Data yang peneliti butuhkan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang didapat secara langsung dari pengamatan di
lapangan yaitu:
a. Data pengukuran lebar jalan lurus dan lebar jalan pada tikungan.
b. Data pengukuran kemiringan jalan (grade)
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari buku-buku literatur atau studi kepustakaan
dan data-data/arsip perusahaan. Seperti berikut:
a. Peta topografi
b. Peta jalan tambang
c. Spesifikasi alat Dump Truck yang digunakan pada PT. Allied Indo Coal
Jaya (AICJ)

Hasil
➢ Pengumpulan Data
Pembahasan
Pada bab ini berisikan pengumpulan data dan pengolahan data yang
diperlukan. Dalam penelitian ini mengevaluasi jalan angkut dari front
penambangan batubara menuju area disposal di PT. Allied Indo Coal
Jaya.
Dari hasil kegiatan pengumpulan data, maka data-data yang didapatkan
sebagaiberikut:
1. Pengamatan lebar jalan lurus aktual di lapangan di PT. Allied Indo Coal
Jaya dibagi menjadi 5 segment. Hasil pengukuran jalan lurus aktual dapat
dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:
Dalam pengukuran lebar jalan lurus digunakan meteran sebagai alat
ukur untuk menentukan panjang jala
2. Pengamatan lebar jalan tikungan aktual PT. Allied Indo Coal Jaya
dibagi
3. menjadi 1 tikungan. Hasil pengukuran jalan tikungan aktual
Dalam mengukur jalan pada tikungan digunakan meteran sebagai alat
ukur dan pengukuran dilakukan ditengah-tengah jalan tikungan yang
terlih
4. Pengamatan kemiringan jalan/grade aktual di lapangan PT. Allied Indo
Coal Jaya terdapat 2 tanjakan. Hasil pengamatan kemiringan aktual
dilapangan
Data Pengukuran Kemiringan Jalan/Grade PT. Allied Indo Coal Jaya.
pada pengambilan data kemiringan jalan mengunakan waterpass dalam
pemgukuranya yang diambil di bagian tengah-tengah jalan
5. Pengamatan superelavasi aktual di lapangan pada PT. Allied Indo Coal
Jaya dibagi menjadi 3 segment. Hasil pengukuran superelavasi aktual
Pada pengukuran superelavasi pengambilan datanya mengunakan
waterpass dalam pengambilan datanya dilakukan pengambilan data ditepi-
tepi jalan yang terliha
6. Pengamatan pada jari-jari belokan aktual di lapangan pada PT. Allied
Indo Coal Jaya pada pengamatan 1 segmen. Hasil pengukuran jari-jari
belokan dapat dilihat dari pengambilan data lapan
Dalam pengambilan data jari-jari belokan untuk mencari sudut
pada roda ban dengan pengukuran mengunakan busur dengan memutar
roda ban pada dump truck
Relevansi 4.2. Pengolahan Data
terhadap Pada pengolahan data didalam penelitian ini akan menggunakan teori
penelitian sesuai standar AASHTO(American Association Of State Highway And
Transportation Officials) tentang lebar jalan angkut pada keadaan lurus, lebar
jalan pada tikungan, kemiringan jalan/grade dan cross slope.
1. Perhitungan Lebar Jalan Pada Keadaan Lurus.
Guna memenuhi standar lebar jalan lurus menurut AASHTOdengan
spesifikasi alat angkutdumpt truck Hino FM 260 TI JD yang memiliki
lebar (Wt)=2.500 meter. Perhitungannya mengunakan persamaan (2.1)
sebagai berikut
Lm = n - Wt + (n + 1)(1/2 - Wt)
L = ( 2 x 2,500) + {(2+1)x(1 2⁄ x 2,500)}
= ( 5,00)+{(3)x 1,250 )}
= ( 5,00)+( 3,75 )
= 8,750 m
Jadi lebar jalan angkut ideal pada PT. Allied Indo Coal Jaya
berdasarkan teori AASHTO adalah 8.75 m

2. Perhitungan Lebar Jalan Pada tikungan.

Lebar jalan ditikungan selalu dibuat lebih besar dari jalan lurus, hal ini
bermaksud untuk mengantisipasi adanya penyimpangan lebar alat angkut yang
disebabkan sudut yang dibentuk oleh roda depan dengan badan dump truck
saat melintasi tikungan. Untuk perhitungan lebar jalan tikungan mengunakan
persamaan (2.2) dan (2.3) sebagai berikut:

Lebar juntai depan ( Fa ) : 1,350 m


Lebar juntai belakang ( Fb ) : 1,450 m
Jarak antara jejak roda ban ( U ) : 2,49 m
Sudut penyimpangan roda max :30º
Fa = 1,350 m x sin 30º = 0,67
Fb = 1,450 m x sin 30º = 0,725 m
C-Z = 1 2⁄ ( U + Fa +Fb )
= 1 2⁄ (2,49 + 0,67 + 0,725 )
= 1,942 m
W = n ( U + Fa + Fb + Z ) + C
= 2 ( 2,49 + 0,67 + 0,725 + 1,942 ) + 1,40
= 2 x ( 5,827 ) + 1,942
= 13,596 m
Jadi lebar jalan tikungan ideal pada PT. Allied Indo Coal Jaya berdasarkan
teori AASHTO adalah 13.596 m.
3. Perhitungan kemiringan jalan/grade.
(%) 𝐷𝑒𝑟𝑗𝑎𝑡 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑖 ÷360° x100%

Segmen 1 = 10° ÷ 360° x 100%

= 2,7%
Segmen 2 = 9° ÷ 360° x100%

=2,5%

Jadi kemiringan jalan/ grade aktual di PT. Allied Indo Coal Jaya
adalah 10° atau setara dengan 2,7% dan 9° setara dengan 2,5%.
4. Kemiringan Melintang (superelavasi).
Standar superelavasi pada jalan angkut menurut AASTHO
berkisar antara 20 mm/m sampai dengan 40 mm /m yang di analisa
untuk tiap meternya.
Diketahui:
V= 40 km/jam
R 1 = 9,70 m
R 2 = 10,20 m
R 3 = 9,50 m
e+f = 𝑣 ²
15 𝑅
e=𝑣²
15 𝑅 – f
Segmen 1 e = ( 40 𝑘𝑚
𝑗𝑎𝑚)²
15 (9,70) − 0,17
= 1600
145,5 − 0,17
= 10,99 − 0,17
= 10,82 𝑚𝑚/𝑚
Segmen 2 e = ( 40 𝑘𝑚
𝑗𝑎𝑚)²
15 (10,20) − 0,17
= 1600
153 − 0,17
= 10,45 − 0,17
= 10,28 𝑚𝑚/𝑚
Segmen 3 e = ( 40 𝑘𝑚
𝑗𝑎𝑚)²
15 (9,50) − 0,17
= 1600
142,5 − 0,17
= 11,22 − 0,17
= 11,05 𝑚𝑚/𝑚
5. Jari-jari belokan
Besarnya jari-jari belokan minimum pada jalan dapat dihitung
dengan mengunkan perhitungan.
R = 𝑊𝑏
sin α
R = 4130 𝑚
sin 30°
= 4130
0,5 = 8,2 𝑚
Dari perhitungan diatas maka di peroleh jari-jari belokan
sebesar 8,2 m.
REVIEW JURNAL 2

Judul Evaluasi Jalan Angkut dari Front Tambang Batubara menuju


Stockpile Block B pada Penambangan Batubara di PT Minemex
Indonesia, Desa Talang Serdang Kecamatan Mandiangin Kabupaten
Sarolangun Provinsi Jambi

Penulis Rudy Azwari


Keterangan
Prodi Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung,
Jurnal
ISSN 1191-4602-1-PB
Masalah
1 Lebar jalan angkut, Superelevasi, Cross slope, Daya dukung ma
Tujuan
Tujuan dari kegiatan penelitian ini terdiri dari :
1. Menentukan geometri jalan angkut PT Minemex Indonesia yang
menggunakan
alat angkut Dump Truck Scania P420
2. Menentukan Superelevasi
3. Menentukan Cross Slope
TinjauanPustaka Fungsi utama jalan angkut adalah untuk menunjang kelancaran
operasional pengangkutan dalam kegiatan penambangan.Alat angkut
umumnya berdimensi besar, oleh sebab itu, geometri jalan harus sesuai
dengan dimensi alat angkut yang digunakan agar dapat bergerak leluasa
pada kecepatan normal dan aman. Berikut geometri jalan angkut yang
harus diperhatikan pada umumnya, yaitu:

1. Lebar jalan Angkut

Lebar jalan minimum pada jalan lurus dengan lajur ganda atau lebih,
menurut The American Association of State Highway and Transportation
Officials (AASHTO) Manual Rural High Way Design 1973, harus
ditambah dengan setengah lebar alat angkut pada bagian tepi kiri dan
kanan jalan (lihat gambar 3.1). Dari ketentuan tersebut dapat digunakan
cara sederhana untuk menentukan lebar jalan angkut minimum, yaitu
menggunakan rule of thumb atau angka perkiraan, dengan pengertian
bahwa lebar alat angkut sama dengan lebar lajur.
Seandainya lebar kendaraan dan jumlah lajur yang direncanakan masing-
masing adalah Wt dan n, maka lebar jalan angkut pada jalan lurus dapat
dirumuskan sebagai berikut:
L min = n.Wt + (n + 1) (½.Wt)...............................(1)
Dimana : L min = lebar jalan angkut minimum (m)
n = jumlah lajur
Wt = lebar alat angkut,(m)
Dengan menggunakan ilustrasi pada Gambar 3.2 dapat dihitung lebar
jalan minimum pada belokan, yaitu seperti terlihat di bawah ini:
Dimana : Wmin = lebar jalan angkut minimum pada belokan, m

U = lebar jejak roda (center to center tires), m


Fa = lebar juntai (overhang) depan, m
Fb = lebar juntai belakang, m
Z = lebar bagian tepi jalan, m
C = jarak antar kendaraan (total lateral clearance), m

2. Kemiringan dan Superelevasi Jalan Angkut


Kemiringan jalan umumnya dinyatakan dalam persen (%). Kemiringan
jalan maksimum yang dapat dilalui dengan baik oleh alat angkut truck
berkisar antara 10% – 15% atau sekitar 6° – 8,50°. Akan tetapi untuk
jalan naik atau turun pada lereng bukit lebih aman bila kemiringan jalan
maksimum sekitar 8% (= 4,50°).
3. Kemampuan Alat Angkut dalam Mengatasi Tanjakan Untuk
menghitung besarnya rimpull dapat digunakan rumus di bawah ini :
Rimpull tersedia (lb) =
Di mana :
RP = Rimpull, (lb)
HP = daya mesin, (HP)
EM = efisiensi mekanis
V = kecepatan truk, (mph)
4. Cross Slope
Angka cross slope pada jalan angkut dinyatakan dalam perbandingan
jarak vertical dan horizontal dengan satuan mm/m. Pada konstruksi jalan
angkut surface mining besarnya cross slope yang dianjurkan mempunyai
ketebalan antara ¼ sampai ½ inch untuk tiap feet jarak horizontal atau
sekitar 20 mm sampai 40 mm untuk tiap meter.

MetodePenelitian Data :Lebar Jalan Angkut Minimum Faktor Efisiensi Alat,


Penambahan Lebar Jalan Lurus, Penambahan Lebar Jalan Tikungan,
Superelevasi, Daya Dukung Material.

HasilPembahasan Hasil Penelitian


a. Lebar Jalan Angkut
Setelah mengetahui spesifikasi dari Dump Truck Scania P420, bisa
dilakukan
perhitung lebar minimum jalan angkut yang memenuhi standar
AASHTO. Berikut
hasil perhitungan lebar jalan lurus:
L = n . Wt + ( n + 1 ) 0,5 . Wt
L = 2 x 2,6 + ( 2 + 1 ) 0,5 x 2,6
= 9,1 meter
Berikut merupakan hasil perhitungan lebar jalan angkut pada tikungan :
W = 2 ( U + Fa + Fb + Z ) + C
= 2 (1940+1511 +1055 + 1759,893) + 1759,893
= 2 (6265,893) + 1759,893
= 12531,786 + 1759,893
= 14291,679 mm
= 14,3 meter

b. Superelevasi
Kecepatan rencana yang digunakan pada jalan tamabng adalah 30
km/jam.
Sedangkan koefisien gesekan untuk perencanaan/perancangan secara
matematis
dapat dihitung dengan :
Untuk V rencana< 80 km/jam .
f=
Harga koefisien gesekan denganVrencana 30 km/jam (<80 km/jam)
adalah :
f=
= - 0,0195 + 0,192
= 0,2205
Dimana :
e = super elevasi (mm/m)
V = kecepatan rencana( 30 km/jam)
R = Jari-jari tikungan
f = factor gesek( 0)
Jadi nilai super elevasi dalah (contoh perhitungan) :
0+070 :( R= 38,075)

e=

= -0,034 m/m atau -34,378 mm/m


c. Kemampuan Alat Angkut dalam Mengatasi Tanjakan
Berdasarkan spesifikasi teknis Dump truk scania P420 4x8, diketahui :
 Berat bermuatan = 50,075 ton
 Berat kosong = 19,075 ton
 Tenaga kuda = 420 HP
Relevansi Pembahasan
terhadap Pengamatan dan pengukuran lebar jalan angkut di lapangan mendapatkan
penelitian hasil bervariasi yaitu berkisar antara 5 – 15 meter.Alat angkut yang
digunakan yaitu Dump Truck Scania P420 dengan spesifikasi.
Pengolahan data menggunakan standar berdasarkan ketetapkan
(AASHTO) Manual Rural High Way Design 1973.
Pada pengamatan di lapangan ada beberapa tikungan yang belum
memiliki nilai superelevasi standar, menyebabkan kecepatan alat angkut
pada saat melewati tikungan akan lebih lambat dan apabila suatu alat
angkut melewati tikungan dengan kecepatan tinggi maka alat angkut
kemungkinan besar akan mengalami kecelakaan.

Setelah melakukan perhitungan kemampuan alat angkut dalam megatasi


tanjakan di dapat perhitungan 17 %, dengan data pengamatan di lapangan
kemiringan tanjakan hanya 13%, dengan kemiringan tanjakan 13%
dengan alat angkut scania P420 yang mampu melewati tanjakan
maksimal 17% . Jalan angkut yang baik memiliki cross slope ¼ ipf atau
41,67 mm/m. Ini berarti setiap 1 meter jarak mendatar terdapat beda
tinggi sebesar 4,167 cm. Sehingga untuk jalan angkut dengan lebar 9 m
(duajalur) mempunyai beda
ketinggian pada poros jalan sebesar :
• Duajalur :
a = ½lebarjalan
=½x9m
= 4,5m
Sehingga beda tinggi yang harus dibuat adalah:
b = 4,5 m x 0,04167 m/m
= 0,1875 m
= 18,75 cm
Jadi agar jalan angkut memiliki cross slope yang baik maka bagian
tengah jalan angkut harus memiliki beda tinggi sebesar 18,75 cm
terhadap sisi jalan. Berikut merupakan cara perhitungan daerah kontak
dan distribusi beban terhadap permukaan jalan angkut.
REVIEW JURNAL 3

Judul EVALUASI GEOMETRI JALAN ANGKUT TAMBANG DARI


STOCKPILE TANJUNG GUNUNG KE PIT DAMAR SELATAN PADA
PENAMBANGAN BATUBARA DI PT SEBUKU IRON LATERITIC
ORES (SILO) KALIMANTAN SELATAN
Penulis Habibie Anwar*, Anshariah, Abdul Salam Munir, Emi Prasetyawati Umar,
Arif Nurwaskito, Sakti Aji Adi Sanra
Keterangan Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Industri, Universitas
Jurnal Muslim Indone
ISSN 7033-18621-1-PB
Masalah 1. EVALUASI GEOMETRI JALAN ANGKUT TAMBANG DARI
STOCKPILE
Tujuan 1. a. Lebar jalan pada jalan lurus di semua segmen telah memenuhi standar
lebar minimum yaitu 9,1 meter yang telah ditetapkan PT. SILO
berdasarkan dari spesifikasi alat angkut, sedangkan lebar jalan pada
tikungan ditetapkan 13 meter dan terdapat 3 segmen yang belum
memenuhi standar minimum lebar jalan.
b. Superelevasi yang standar menurut AASHTO yaitu 4% sampai 8%.
Dari 12 segmen superelevasi, hanya 3 segmen yang telah memenuhi
standar. Superelevasi yang tidak standar akan berpengaruh kepada
rendahnya nilai rekomendasi kecepatan rencana.
c. Jari-jari tikungan minimum berfungsi untuk member informasi kepada
pengemudi bahwa kendaraan masih dapat melewati tikungan dengan
nilai jari-jari minimum tersebut dengan nilai superelevasi dan nilai
kecepatan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
d. Kemiringan jalan di PT. SILO terdapat 19 segmen dan terdapat 3
segmen yang melebihi standar maksimum yg direkomendasikan oleh
AASHTO yaitu maksimal 8%.
e. Panjang tikungan vertikal di PT. SILO terdapat 19 segmen dan semua
segmen tersebut telah memenuhi standar yang direkomendasikan oleh
Kaufman & Ault yaitu nilai dari panjang tikungan vertikal harus lebih
tinggi dari nilai jarak pandang henti
TinjauanPustaka Jalan tambang merupakan salah satu prasarana yang sangat penting dalam
proses penambangan untuk menghubungkan lokasi-lokasi penting,
diantaranya adalah lokasi tambang dengan pelabuhan stockpile,
perkantoran, pabrik pengolahan bahan galian (smelter), perumahan
karyawan dan tempat-tempat lain di area penambangan. Konstruksi jalan
tambang secara garis besar sama dengan jalan angkut di kota, namun
bedanya terletak pada permukaan jalannya yang jarang sekali dilapisi oleh
aspal atau beton seperti pada jalan angkut di kota (SILO, PT. 2018).
Dalam penelitian ini, diteliti kesesuaian geometri jalan seperti lebar jalan,
grade atau kemiringan jalan, panjang vertical curve, jari-jari tikungan,
superelevasi, cross slope, tanggul pengaman, cut and fill, jarak pandang
henti dan parit, terhadap standar jalan hauling yang telah ditetapkan pada
umumnya. Lebar jalan terdiri dari dua bagian, yaitu lebar jalan angkut di
jalan lurus dan lebar jalan angkut di tikungan. Lebar jalan angkut di jalan
lurus yang baik adalah ketika memiliki dimensi lebar berdasarkan
spesifikasi lebar alat angkut terbesar yang melewati jalan tersebut. Desain
lebar jalan dibuat dengan menambahkan lebar jalan di sisi kiri dan sisi
kanan jalan dengan nilai setengah dari lebar alat angkut. Lebar jalan
angkut di tikungan harus lebih lebar dibanding jalan lurus. Pada kelokan
atau tikungan, kendaraan membutuhkan ruang gerak yang lebih lebar
untuk melewatinya (Kaufman & Ault, 1977). Superelevasi adalah badan
jalan yang dimiringkan ke arah titik pusat pada belokan atau tikungan,
yang berfungsi untuk mengatasi gaya sentrifugal kendaraan pada saat
membelok. Superelevasi memiliki hubungan yang erat dengan jari-jari
tikungan, kecepatan rencana kendaraan dan perubahan kecepatan.
Superelevasi dapat dicapai secara bertahap dari kemiringan normal atau
nol derajat pada bagian jalan yang lurus sampai kemiringan penuh
(superelevasi) pada bagian jalan yang melengkung atau tikungan. Semakin
besar nilai superelevasi, maka akan semakin besar pula komponen berat
kendaraan yang diperoleh. American Association of State Highway and
Transportation Officials (AASHTO) menganjurkan pemakaian beberapa
nilai superelevasi maksimum yaitu: 4%, 6%, 8%, 10%, dan 12%.
Kecepatan rencana dibutuhkan untuk memberika
MetodePenelitian METODE PENELITIAN
Tahap pengambilan data geometri ini dimulai dari pengukuran secara
langsung dimensi dari jalan tersebut baik itu dengan menggunakan meteran
maupun dengan menggunakan alat survey jenis total station (TS) merek
sokkia dan real time kinematics (RTK) merek topcon. Pengambilan data ini
dimulai dari pit damar selatan sampai stockpile tanjung gunung dengan jarak
antara kedua lokasi pengamatan tersebut sepanjang 7,5km. Jenis geometri
jalan yang di ambil adalah lebar jalan, grade atau kemiringan jalan, panjang
vertical curve, jari- jari tikungan, superelevasi, cross slope, tanggul
pengaman, cut and fill, jarak pandang henti dan parit. Tahap selanjutnya
adalah mengolah data. Pengolahan data terdiri dari 2 tahapan, yang pertama
adalah pengolahan data survey menggunakan software surpac dan autocad
untuk memunculkan model desain jalan dalam bentuk titik-titik yang
memiliki nilai elevasi yang selanjutnya titik-titik tersebut di sambungkan
menggunakan tools garis yang ada di software surpac untuk membentuk
model desain jalan aktual. Software autocad digunakan untuk mencari nilai
jari-jari tikungan aktual. Tahapan ke 2 adalah menghitung nilai-nilai
geometri jalan seperti lebar jalan, grade atau kemiringan jalan, panjang
vertical curve, jari-jari tikungan, superelevasi, cross slope, tanggul
pengaman, cut and fill, jarak pandang henti dan parit sesuai dengan
rumusnya masing-masing. Setelah nilai-nilai aktualnya telah didapatkan,
kemudian dibandingkan dengan nilai rekomendasi para
pakar dan ahli dalam bidang geometri jalan, seperti kaufman & ault, bina
marga dan suwandhi, maupun membandingkannya dengan nilai standar
yang telah ditetapkan oleh perusahaan, sehingga dapat di buat suatu
kesimpulan dari hasil penelitian terseb
Hasil Pembahasan Spesifikasi Alat Angkut

Jenis alat angkut yang digunakan di PT. Sebuku Iron Lateritic Ores, adalah
dump truck scania tipe P380CB 6x4. Berikut adalah spesifikasi alat angkut
dump truck scania tipe P380CB 6x4:

a. Jarak antara poros ban depan dan belakang (A) = 4,1 meter
b. Jarak antara poros ban depan dan tepi belakang kabin (Z) = 0,58 meter
c. Lebar juntai depan (I) = 1,46 meter
d. Lebar juntai belakang (JA) = 2,19 meter
e. Lebar kendaraan (W) = 2,6 meter
f. Radius putar ban = 10 meter

Peta Situasi Lokasi Penelitian

Peta situasi lokasi penelitian merupakan peta situasi jalan yang dievaluasi
oleh peneliti. Berdasarkan peta tersebut, dapat diketahui bahwa panjang
jalan yang dievaluasi sepanjang 7,5km dimulai dari stockpile tanjung
gunung (KM 0) sampai pit damar selatan atau tepatnya di kantor tabuan
(KM 7,5). Gambar 1 di atas merupakan peta situasi jalan di lokasi penelitian
yang di buat berdasarkan data real dari pengukuran secara lansung
menggunakan alat survey jenis total station (TS) dan real time kinematic
(RTK) yang kemudian di olah pada software surpac dan autocad. Setiap KM
memiliki jumlah segmen atau pembagian jarak penelitian yang berbeda-
beda.

Lebar Jalan Angkut Di Jalan Lurus

Penentuan lebar jalan hauling dapat dilakukan dengan melihat spesifikasi


alat angkut atau dump truck terbesar yang sering menggunakan atau
melewati jalan hauling. Dengan mengetahui spesifikasi alat angkut, maka
kita dapat menentukan lebar jalan hauling. Berdasarkan data spesifikasi alat
angkut yang ada, maka lebar jalan minimum ditetapkan sebesar 9,1 meter.
Dari hasil pengukuran secara langsung di lapangan, dapat diketahui bahwa
lebar jalan dari KM 0 sampai pada KM 7 di PT. SILO telah memenuhi
standar minimum lebar jalan hauling yang telah ditetapkan yaitu 9,1 meter.
Berikut ini adalah tabel-1 untuk lebar jalan aktual hasil dari pengukuran
secara langsung di lapangan di mana Segmen (Seg) dan Lebar (m).

Lebar Jalan Angkut Di Tikungan

Sama halnya dengan penentuan lebar jalan di segmen lurus, penentuan lebar
jalan di tikungan juga dapat dilakukan dengan melihat spesifikasi alat angkut
atau dump truck terbesar yang sering menggunakan atau melewati jalan
hauling. Spesifikasi alat yang diperlukan adalah lebar juntai depan, lebar
juntai belakang, radius putar dan jarak antar pusat ban (roda depan).
Berdasarkan spesifikasi dari alat angkut tersebut, maka hasil yang didapat
untuk lebar jalan angkut minimum untuk 2 jalur adalah sebesar 13 meter dan
untuk lebar jalan angkut minimum untuk 1 jalur adalah sebesar 7,2 meter
(hasil perhitungan terdapat pada lampiran A halaman 72). Berdasarkan hasil
aktual yang didapatkan dilapangan, terdapat beberapa segmen tikungan yang
belum memenuhi standar minimum lebar jalan angkut di tikungan yang telah
ditetapkan. Dari 12 segmen tikungan yang ada, yang belum memenuhi nilai
standar minimum hanya ada 3 segmen saja. Berikut ini adalah tabel-2 untuk
lebar aktual jalan di tikungan hasil dari pengukuran secara langsung di
lapangan.

Jari-jari Tikungan Minimum

Untuk mengetahui jari-jari tikungan minimum, diperlukan beberapa tahap


pengambilan data, yaitu yang pertama adalah mengetahui jari-jari tikungan
aktual di lapangan yang kedua adalah mencari nilai superelevasi aktual dan
yang ketiga adalah mencari nilai koefisien gesek maksimum. Untuk
mengetahui jari-jari tikungan aktual dilapangan, maka perlu dilakukan
pengukuran secara langsung dilapangan dengan menggunakan alat survey
yang selanjutnya data dari hasil survey di olah pada software surpac dan
autocad. Alat survey yang kami gunakan ada 2 macam yaitu Total Station
(TS) merek Sokkia dan Real Time Kinimetik (RTK) merek Topcon. Setelah
data aktual jari-jari tikungan dan nilai superelevasi aktual telah didapatkan,
selanjutnya adalah mencari nilai koefisien gesek dengan menggunakan
rumus ketetapan yang telah ada. Berikut ini adalah tabel untuk jari-jari
tikungan dari hasil perhitungan manual dan penelitian menggunakan
kombinasi antara software surpac dan software autocad. Besarnya hasil nilai
jari-jari tikungan minimum yang didapatkan tergantung dari nilai
superelevasi aktual dilapangan dan nilai kecepatan rencana. Semakin besar
nilai superelevasi dan kecepatan rencana, maka akan semakin besar pula
nilai jari-jari tikungan minimumnya. Sebaliknya, semakin kecil nilai
superelevasi dan kecepatan rencana, maka akan semakin kecil pula nilai jari-
jari tikungan minimumnya. Dapat di lihat pada tabel, bahwa terdapat
beberapa nilai jari-jari tikungan yang sangat kecil, yang menandakan bahwa
nilai superelevasi dan kecepatan rencana yang terlalu kecil berimbas pada
nilai jari-jari tikungan minimum yang juga harus kecil. Tujuan mencari nilai
jari-jari tikungan minimum adalah untuk memberikan informasi bahwa
kendaraan masih dalam melewati tikungan dengan nilai jari-jari minimum
tersebut dengan kondisi superelevasi aktual dan kecepatan rencana
maksimum yang hasilnya telah didapatkan terlebih dahulu.
Relevansi Kemiringan Jalan
terhadap Dari hasil pengolahan data pada lampiran D di halaman 105, terdapat
penelitian beberapa nilai kemiringan actual yang tidak memenuhi standar AASHTO
(maksimal 8%). Pada tabel 9 di bawah ini, terdapat 19 segmen, dimana
terdapat 2 segmen yang tidak sesuai standar yaitu pada
KM 3 segmen 3 dan segmen 8.

Keterangan:
VN = Vertikal naik
VT = Vertikal turun
VNM = Vertikal naik dan menikung
THT = Tikungan horizontal turun

Panjang Tikungan Vertikal

Untuk semua segmen di setiap KM telah memenuhi standar, karena nilai


aktual panjang tikungan vertikal lebih tinggi dari nilai jarak pandang henti.
Pada adalah tabel 10 hasil penelitian panjang tikungan vertical aktual dan
hasil perhitungan untuk rekomendasi panjang tikungan vertika

Jarak Pandang Henti

Seperti yang terlampir pada tabel di di bawah ini terdapat perbedaan nilai
jarak pandang henti minimum untuk setiap grade atau kemiringan. Semakin
tinggi nilai kemiringan jalan, maka akan semakin tinggi pula nilai jarak
pandang henti minimum yang dibutuhkan. Pada table 11 hasil nilai jarak
pandang henti minimum dari pengamatan dengan menggunakan kurva
kaufman & ault. Penggunaan aturan jarak pandang henti ini bertujuan untuk
mengantisipasi terjadinya kejadian yang tidak di inginkan. Salah satu
contohnya adalah pada saat terjadinya rem blong pada suatu kendaraan yang
menyebabkan kendaraan tersebut berjalan cukup cepat, maka pengemudi
dapat memiliki waktu untuk segera menghindari kendaraan lain yang ada
didepannya dan mengarahkan kendaraannya ke tanggul pengaman.

Cross Slope

Berdasarkan data aktual yang didapatkan dilapangan dengan menggunakan


alat survey RTK dan TS, data yang di ambil yaitu lebar jalan dan elevasi
antara sisi samping jalan dan sisi tengan jalan. Pada tabel di bawah ini,
sebagian besar nilai cross slope di semua segmen belum memenuhi standar
AASHTO, yaitu maksimum (4%) dan minimum (2%). Nilai cross slope
yang terlalu tinggi pada jalan lurus dapat mengganggu kenyamanan
pengemudi kendaraan saat melewati jalan tersebut. Untuk nilai cross slope
yang bernilai minus juga tidak baik, karena itu menandakan bahwa sisi
samping jalan lebih tinggi dari bagian tengah jalan dan pada saat musim
hujan tiba, air akan mengalir dan berkumpul ditengah jalan. Dan jika kondisi
ini terus dibiarkan lama, maka jalan tersebut akan rusak atau berlubang.
Berikut adalah tabel 12 perolehan nilai cross slope aktual yang standar dan
table 13 adalah rekomendasi cross slope standar untuk segmen cross slope
yang belum memenuhi standar dengan keterangan tabel sebagai berikut:

Seg = Segmen
LJ = Lebar jalan
EP = Elevasi pusat
ES = Elevasi samping
BT = Beda tinggi
JD = Jarak datar

Tanggul Pengaman

Berdasarkan data spesifikasi alat angkut yang digunakan di PT. SILO, tinggi
ban dari alat angkut tersebut adalah 120cm. Dari data tinggi ban alat angkut
tersebut, dapat diketahui bahwa tinggi minimum tanggul pengaman yang
dibutuhkan adalah 100cm dan lebar atas yang dibutuhkan adalah 100cm,
sedangkan kemiringan tanggul pengaman yang tetapkan di PT. SILO adalah
340. Berikut adalah gambar 2 yang merupakan desain tanggul pengaman
yang sesuai standar PT. SILO.

Parit

Berdasarkan dari hasil pengamatan dan pengukuran secara langsung


dilapangan, untuk dimensi tinggi dan lebar parit sudah melebihi standar
yang di tetapkan. Sedangkan untuk kemiringan dinding saluran, masih
banyak yang belum memenuhi standar atau kemiringan dindingnya terlalu
tegak. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh dimensi saluran terbuka
berbentuk trapesium pada jalan tambang adalah:
1. Kemiringan dinding saluran terbuka (β) = 56°
2. Tinggi jagaan saluran terbuka (w) = 0, 352 meter
3. Ketinggian air (h) = 0,419 meter
4. Kedalaman saluran terbuka (d) = 0,771 m eter
5. Lebar dasar saluran terbuka (b) = 0,435m
6. Panjang sisi saluran (a) = 0,9 meter
7. Lebar atas saluran terbuka (B) = 1,2 meter
8. Jari-jari hidraulik (R) = 0,176 meter
Berikut ini adalah gambar 3 yang merupakan desain parit bentuk trapesium
beserta dengan petunjuk posisi masing-masing nilai yang telah didapatkan.

Cut and Fill

Berdasarkan data aktual yang didapatkan di lapangan, terdapat 1 segmen


yang memiliki tipe box cut yaitu pada KM 4 segmen 1 dan 3 segmen yang
memiliki tipe side cut yaitu pada KM 5 segmen 3 dan pada KM 4 segmen 2
dan 4. Pada KM 4 segmen 1 tipe box cut, nilai yang didapatkan adalah pada
sisi kanan memiliki kemiringan 450 dan ketinggian lereng 5 meter.
Sedangkan pada sisi kiri memiliki kemiringan 270, lebar bench 3 meter dan
ketinggian jenjang pertama dan kedua adalah 7 meter. Untuk kemiringan
lerengnya telah memenuhi standar kemiringan lereng yang digunakan di PT.
Sebuku Iron Lateritic Ores, yaitu 450. Berikut ini adalah tabel 4.17 dan tabel
4.18 untuk nilai aktual cut and fill hasil pengamatan dan pengukuran secara
langsung dilapangan
REVIEW JURNAL 4

Judul Evaluasi Pengaruh Geometri Jalan Angkut Terhadap Produktivitas Dump


Truck pada Pengangkutan Batubara dari Loading Point ke Stockpile di Site
Ampelu PT. Nan Riang Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari
Provinsi Jambi.
Penulis Nanda Oktafian1*, and Sumarya1
Keterangan Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Negeri P
Jurnal
ISSN 102246-26647-1-PB
Masalah 1. Evaluasi Pengaruh Geometri Jalan Angkut Terhadap Produktivitas Dump
Truck pada Pengangkutan Batubara dari Loading Point ke Stockpile
Tujuan 1. Lebar jalan lurus aktual, segm
2. Lebar jalan lurus secara teoritis lebar jalan lu
3. Produksi aktual dump truck CWM 330 PS dengan kondisi jalan
sebelum perbaikan
4. Produksi dump truck CWM 330 PS setelah dilakukan perbaikan
efisiensi kerja
5. Produksi teoritis dump truck CWM 330 PS dengan kondisi jalan setelah
perbaikan dan perbaikan efisiensi kerja
Tinjauan Pustaka Alat gali-muat yang digunakan untuk penggalian lapisan penutup
(overburden) adalah Excavator Komatsu PC 400 LC-7 dan Excavator Volvo
EC460b LC yang berkombinasi dengan alat angkut Articulated Dump Truck
Volvo A40E. Sedangkan untuk penggalian batubara alat gali-muat yang
digunakan adalah Excavator Komatsu PC 400 LC-7 yang berkombinasi
dengan Dump Truck Nissan CWM 330 PS

Pada proses penambangan dengan metode tambang terbuka (open pit


mining) terdapat banyak faktor yang akan mempengaruhi kegiatan
penambangan. Salah satu kegiatan penambangan yang dapat mempengaruhi
produksi adalah proses pengangkutan (hauling). Pada proses pengangkutan
ini, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi operasi
pengangkutan antara lain kondisi jalan, kondisi peralatan, kondisi cuaca dan
lain sebagainya Target produksi yang ditetapkan perusahaan pada Bulan
April 2018 sebesar 2.000 ton batubara perhari, sedangkan produksi aktual
sebesar 1.216,148 ton perhari. Salah satu hal yang menyebabkan tidak
tercapainya target produksi adalah kodisi jalan angkut batubara. Beberapa
faktor yang mempegaruhi alat angkut tidak dapat beroperasi secara optimal
antara lain kondisi jalan angkut yang sempit sehingga ketika alat angkut
berpapasan salah satu alat angkut harus berhenti, terdapat tanjakan yang
curam yaitu sebesar 15,32% sehingga alat angkut harus mengurangi
kecepatan untuk bisa mengatasi tanjakan, kondisi jalan yang bergelombang
sehingga pada saat pengangkutan banyak material yang berserakan. Apabila
alat angkut tidak bekerja secara optimal, maka dapat menyebabkan efisiensi
kerja rendah dan waktu siklus pengangkutan batubara menjadi lama
menyebabkan produktivitas menjadi rendah. Oleh karena itu, perlu
dilakukan evaluasi teknis mengenai kondisi geometri jalan angkut yang
tujuannya adalah untuk memperlancar poses pengangkutan dan juga
memberikan rasa aman bagi operator alat angkut ketika melewati jalan
tersebut Baiknya kondisi jalan akan mempertinggi nilai efisiensi kerja alat
dan waktu siklus alat angkut lebih cepat serta mempertinggi tingkat
keamanan dari operator sehingga akan meningkatkan produktivitas. Oleh
karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Evaluasi Pengaruh Geometri Jalan Angkut terhadap Produktivitas Dump
Truck pada Pengangkutan Batubara dari Loading Point ke Stockpile di Site
Ampelu PT. Nan Riang Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari
Provinsi Jambi”.
MetodePenelitian Jenis Penelitian

Menurut tujuannya penelitian ini termasuk jenis penelitian terapan.


Penelitian terapan (applied research) adalah penelitian yang diarahkan untuk
mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah.
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif
adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi
mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa
adanya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif menilai sifat dari
kondisi-kondisi yang tampak, tujuan penelitian dibatasi untuk
menggambarkan karakteristik sesuatu sebagaimana mestinya. Sedangkan
penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan data yang berbentuk angka
atau data kualitatif yang diangkakan.
Penelitian terapan lebih menekankan pada penerapan ilmu, aplikasi ilmu,
ataupun penggunaan ilmu untuk keperluan tertentu. Penelitian terapan
merupakan suatu kegiatan yang sistematis dan logis dalam rangka
menemukan sesuatu yang baru atau aplikasi baru dari penelitian yang telah
pernah dilakukan selama ini
Hasil Pembahasan 4.1. Geometri Jalan Angkut

Jalan yang digunakan untuk menganalisis geometri jalan adalah jalan angkut
batubara dari loading point sampai stockpile. Jalan angkut ini merupakan
jalan angkut dengan dua lajur dan penulis membagi jalan angkut tersebut
menjadi 16 segmen untuk jalan lurus dan jalan tikungan dengan jarak
tempuh dari loading point ke stockpile ±1.816,25 meter. Layout Jalan
Angkut Batubara dari Loading Point Menuju Stockpile dapat dilihat pada
gambar 2 beriku
Geometri jalan angkut yang dibahas disini meliputi lebar jalan angkut baik
lebar jalan lurus maupun lebar jalan tikungan, grade (kemiringan jalan),
kemiringan melintang (cross slope), jari-jari dan superelevasi.
Relevansi Berikut penjelasan masing-masing point tersebut
terhadap 4.1.1. Lebar Jalan Angkut
penelitian Lebar jalan angkut produksi sangat mempengaruhi kelancaran operasi
pengangkutan. Lebar jalan angkut dari loading point menuju stockpile
memiliki lebar yang bervariasi. Pengukuran lebar jalan menggunakan
meteran yang diukur pada masing-masing segmen. Perhitungan lebar jalan
lurus berbeda dengan lebar jalan tikungan karena jalan lebar tikungan lebih
besar daripada lebar jalan lurus Jumlah lajur pada jalan angkut produksi
mempunyai 2 lajur (n) dengan unit alat angkut terbesar yang menjadi
patokan pengukuran lebar adalah Articulated Dump Truck (ADT) Volvo
A40E yang mempunyai lebar sebesar 3,43 meter (Wt). Perhitungan lebar
jalan lurus dapat menggunakan rumus berikut

Lebar jalan minimal 2 lajur untuk jalan lurus adalah:

Lmin =
= 2 . 3,43 m + (2+1)(1/2 . 3,43 m)
= 6,86 m + 5,14 m = 12 m
dapun perhitungan untuk lebar jalan minimal pada tikungan adalah
Berdasarkan pengamatan di lapangan alat angkut yang menjadi patokan
adalah ADT Volvo A40E. Jarak sumbu roda depan dengan bagian depan
(ad) sebesar 3,101 meter, jarak sumbu roda belakang dengan bagian
belakang (ab) sebesar 1,706 meter, Sudut penyimpangan roda (α) sebesar
45°, lebar jejak roda (U) sebesar 1,84 m Lebar juntai depan (Fa) = ad sin α

= 3,101 m sin 45°


= 2,19 m
Lebar juntai belakang (Fb) = ab sin α
= 1,706 m sin 45°
= 1,21 m
Jarak truck bersimpangan (C) = (U+Fa+Fb)/2
= (1,84+2,19+1,21)m/2
= 2,62 m
Jarak sisi luar truk ke tepi jalan (Z) = C = 2,62 m
Lebar jalan minimal 2 lajur untuk jalan lurus adalah:
Wmin = 2 (U + Fa + Fb + Z) + C
= 2 (1,84 + 2,19 + 1,21 + 2,62) m + 2,62 m
= 17 m

4.1.2. Kemiringan Jalan (Grade)

Kemiringan (grade) jalan angkut produksi dinyatakan dalam persen (%)


yang merupakan perbandingan antara beda tinggi dengan jarak mendatar.
Perhitungan untuk kemiringan jalan dapat menggunakan rumus berikut :
Kemiringan maksimum yang dapat dilalui alat angkut dengan baik apabila
kemiringan jalan angkut sebesar 8%[8]. Koreksi kemiringan jalan (grade)
dapat dilihat pada tabel 3 berikut:

4.2. Perhitungan Rimpull


Berat dump truck kosong :13,15 ton
Berat dump truck bermuatan :29,35 ton
Rolling Resistance :65 lb/ton (jalan terpelihara)
Rimpull percepatan :20 lb/ton
Grade Resistance :20/lb/ton/%grade
Horse Power Alat Angkut :330
Efisiensi mekanis :80%
Rimpull yang tersedia untuk masing-masing gigi dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut :
Rimpull =

= 15942,03 lb
Rimpull yang tersedia untuk masing-masing gear dapat dilihat pada tabel 7
berikut:

4.2.3 Perhitungan Rimpull dan Waktu Tempuh Alat


Angkut dalam Keadaan Kosong Perhitungan rimpull untuk rolling resistance
(RR) dan percepatan (a) yaitu:
Segmen SP-A = Berat Kosong x (RR+a)
= 13,15 ton x (65 lb/ton + 20 lb/ton)
= 1117,75 lb
Perhitungan rimpull untuk grade resistance yaitu :
Segman SP-A = Berat Kosong x GR
= 13,15 ton x 20 lb/ton/% x 4,04%
= 1062,247 lb

Jadi, total rimpull adalah 1117,75 lb + 1062,247 lb = 2179,997 lb. Gear yang
sesuai untuk rimpull tersebut adalah gear 5. Kecepatan gear 5 adalah 39,85
km/jam dan jarak 0,124 km, maka waktu tempuh segmen SP-A adalah 11,18
di Perhitungan rimpull dan waktu tempuh alat angkut per masing-masing
segmen dalam keadaan kosong dapat dilihat pada tabel 8 berikut:

4.2.4 Perhitungan Rimpull dan Waktu Tempuh Alat Angkut dalam Keadaan
Bermuatan Perhitungan rimpull untuk rolling resistance (RR) dan percepatan
(a) yaitu :

Segmen H-I = Berat Total x (RR+a)


= 29,35 ton x (65 lb/ton + 20 lb/ton)
= 2494,75 lb
Perhitungan rimpull untuk grade resistance yaitu :
Segman H-I = Berat Total x GR
= 29,35 ton x 20 lb/ton/% x 4,62%
= 2711,94 lb

Jadi, total rimpull adalah 2494,75 lb + 2711,94 lb = 5294,74 lb. Gear yang
cocok untuk rimpull tersebut adalah gear 2. Kecepatan gear 2 adalah 16,60
km/jam dan jarak 0,066 km, maka waktu tempuh segmen LP-O adalah 14,31
detik.
Perhitungan rimpull dan waktu tempuh alat angkut per masing-masing
segmen dalam keadaan bermuatan dapat dilihat pada tabel 9 berikut

4.3. Produktivitas Aktual Alat Angkut

Perhitungan produksi aktual berdasarkan pada pengamatan cycle time dan


efisiensi kerja alat angkut di lapangan. Cycle time aktual alat angkut dump
truck Nissan CWM 330 PS dapat dilihat pada tabel 10
Alat angkut dump truck Nissan CWM 330 PS yang beroperasi untuk
pengangkutan batubara dari loading point menuju stockpile berjumlah 5
unit. Pada tabel 8 berikut adalah perhitungan produksi alat angkut aktual
CWM 330 PS dengan excavator Komatsu PC 400-LC. Produktivitas alat
angkut dapat dihitung dengan persamaan berikut[
REVIEW JURNAL 5

Judul EVALUASI KONDISI JALAN ANGKUT DARI FRONT


PENAMBANGAN MENUJU ROM STOCKPILE UNTUK MENCAPAI
TARGET PRODUKSI 15.000 TON BATUBARA PERBULAN PT. PRIMA
DITO NUSANTARA JOBSITE KBB KABUPATEN SAROLANGUN,
PROVINSI JAMBI
Penulis Bram Subhan Maulana¹*, Sumarya¹, Mulya Gusman¹
Keterangan Jurusan Teknik Pertambangan FT Universitas Negeri Padang
Jurnal
ISSN 101402-24812-1-PB
Masalah Evaluasi Kondisi Jalan Angkut Dari Front Penambangan Menuju Rom
Stockpile
Tujuan 1. Geometri jalan angkut ideal di lapangan adalah
sebagai berikut :
1) Lebar jalan angkut dalam keadaan lurus
2) Lebar jalan angkut pada tikungan.
3) Superelevasi yang harus dibuat yaitu beda tinggi bagian sisi jalan terluar
dengan sisi bagian dalam pada tikungan untuk lebar jalan angkut 15 m adalah
30 cm.
4) Cross slope beda tinggi yang harus dibuat antara bagian tengah jalan
angkut dengan bagian tepi jalan angkut untuk lebar jalan 11 m adalah 22 cm.
5) Kemiringan jalan angkut (grade) adalah 15 %.
2. Hasil perhitungan geometri jalan angkut didapatkan hasil sebagai berikut
1) Perlu adanya perbaikan lebar jalan lurus maupun tikungan dapat dilihat
pada tabel 8 dan tabel 9 berikut
Tinjauan Pustaka Secara Geografis wilayah Kabupaten Sarolangun terletak pada posisi 102°
03’39” sampai 103° 13’17” BT dan antara 01° 53’39” LS sampai 02° 46’24”
LS (Meridian Greenwich).

Keadaan topografi wilayah Kabupaten Sarolangun bervariasi, mulai dari


datar, bergelombang sampai berbukit-bukit. Wilayah bagian utara umumnya
datar hingga bergelombang, wilayah bagian timur datar bergelombang dan
wilayah bagian selatan berbukit- bukit, sedangkan wilayah bagian barat datar
bergelombang. Topografi wilayah Kabupaten Sarolangun terdiri dari dataran
(0-2%) seluas 167.891 Ha, bergelombang (3-15%) seluas 272.412 Ha, Curam
(16-40%) seluas 78.090 Ha dan sangat curam ( 40%) seluas 99.090 Ha.
Fungsi utama jalan angkut tambang secara umum adalah untuk menunjang
kelancaran operasi penambangan terutama dalam kegiatan pengangkutan.
Medan berat yang mungkin terdapat disepanjang rute jalan tambang harus
diatasi dengan mengubah rancangan jalan untuk meningkatkan aspek manfaat
dan keselamatan kerja

2.1 Lebar Jalan

Beberapa faktor penunjang dalam mengoperasikan alat angkut (truck) adalah


kondisi dimensi jalan yang meliputi lebar, panjang, besarnya tikungan
maupun kemiringan dari pada jalan angkut serta kontruksi jalan yang
digunakan.

2.1.1 Lebar Jalan Angkut Pada Kondisi Lurus

Lebar jalan minimum pada jalan lurus dengan jalur ganda atau lebih, menurut
The American Association of State Highway and Transportation (AASHTO)
Manual Rural Hight Way Design 1973, harus ditambah dengan setengah
lebar alat angkut pada bagian tepi kiri dan kanan jalan.

Limin = n Wt + ( n + 1 ) ( ½, Wt)
Keterangan :
L(min) = lebar jalan angkut minimum (m)
N = jumlah jalur
Wt = lebar alat angkut total, (m)

2.1.2 Lebar Jalan Angkut Pada Tikungan

Lebar jalan angkut pada tikungan selalu dibuat lebih besar dari pada jalan
lurus. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi adanya penyimpangan lebar
alat angkut yang disebabkan oleh sudut yang dibentuk oleh roda depan
dengan badan truk saat melintasi tikungan. Untuk jalur ganda, lebar jalan
minimum pada tikungan dihitung berdasarkan pada

1. Lebar jejak roda.


2. Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut. bagian depan dan
belakang pada saat membelok.
3. Jarak antar alat angkut saat bersimpangan.
4. Jarak jalan angkut terhadap tepi jalan.
Persamaan yang digunakan adalah :
Wimin = 2 ( u + Fa + Fb + z ) + c
C = Z = ½ ( U + Fa + Fb)
Fa = Ad .sin α
Fb = Ab .sin α
Keterangan :
W = lebar jalan angkut pada tikungan (m)
U = jarak jejak roda (m)
N = jumlah jalur
Fa = lebar juntai depan (m)
Fb = lebar juntai belakang (m)
Z = lebar bagian tepi jalan (m)
C = jarak antara alat angkut saat bersimpangan (m)
Ad = jarak as roda depan dengan bagian depan
dumptruck ( m )
Ab = jarak as roda belakang dengan bagian belakang
dumptruck (m)
α = sudut penyimpangan (belok) roda depan

2.1.3 Jari-jari belokan dan Superelevasi

Pada saat kendaraan melalui tikungan atau belokan dengan kecepatan tertentu
atau menerima gaya sentrifugal yang menyebabkan kendaraan tidak stabil,
untuk mengimbangi gaya sentrifugal tersebut perlu dibuat suatu kemiringan
melintang ke arah titik pusat tikungan yang disebut superelevasi[5][6].
Besarnya jari-jari minimum pada jalan dapat dihitung dengan menggunakan
rumus berikut: Berdasarkan rumus Superelevasi.

e + f = V2 ÷ 127 x R
maka besarnya jari-jari tikungan :
R = V2 ÷ 127 x ( e + f )
Keterangan :
V = Kecepatan truk, km/jam
R = jari-jari tikungan, m
E = Superelevasi, m/m
f = koefisien gesek melintang, untuk
kecepatan < 80 km/jam
Superelevasi adalah kemiringan melintang pada belokan jalan. Untuk
menghitung besarnya kemiringan melintang dapat menggunakan rumus
sebagai berikut

e + f = V2 ÷ 127 x R

Keterangan :
e = Superelevasi, mm/m
f = friction factor
V = Kecepatan kendaraan (km/jam)
R = Jari-jari tikungan, (m)
untuk kecepatan rencana < 80 km/jam, maka:
f = 1 – 0,00065 v + 0,192
untuk kecepatan rencana > 80 km/jam, maka:
f = 1 – 0,00125 v + 0,24

2.1.4 Kemiringan Jalan Angkut (Grade)

Grade jalan angkut pada lokasi penambangan berhubungan langsung dengan


kemampuan alat angkut dalam mengatasi tanjakan Kemiringan jalan
maksimum yang dapat dilalui dengan baik oleh alat angkut berkisar antara
10% - 15% atau sekitar 6°- 8,5°. Akan tetapi untuk jalan menurun atau
mendaki pada lereng perbukitan lebih aman kemiringan jalan maksimum
sekitar 8% atau 4,5°. Dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini. Kemiringan
jalan angkut dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :
h = Beda tinggi antara dua titik segmen yang diukur
(meter)
x = Jarak antara dua titik segmen jalan diukur (meter)

2.1.6 Kemampuan Produksi Alat Angkut dan Alat Muat

Kemampuan produksi dari alat angkut dalam kegiatan pengangkutan sangat


tergantung pada waktu edarnya, khususnya pada waktu pengangkutan dan
waktu kembali ke lokasi pemuatan.
Kemampuan produksi dumptruck dapat dihitung dengan mengguanakan
rumus sebagai berikut:

1. Produktivitas dumptruck per siklus q = n x Cb x Ff


2. Produktivitas dumptruck per jam.

Keterangan:
q = Produktivitas per siklus (m3)
n = Banyaknya pengisian
Cb = Kapasitas bucket, (m3)
Ff = Bucket Fill Factor, (%)
Q = Produktivitas dumptruck, (ton/jam)
Cta = Waktu siklus dumptruck, (menit)
E = Efisiensi kerja (%)
Density Batubara = 1,3 (ton/ m
MetodePenelitian 3.2.3 Pengambilan Data
Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Untuk data primer
diambil langsung dilapangan, sedangkan untuk data sekunder didapat dari
laporan perusahaan. Adapun jenis data yang diambil adalah sebagai berikut.

1. Data sekunder
1) Peta topografi
2) Peta administratif
3) Data iklim dan curah hujan daerah penelitian
4) Dokumen PT.Prima Dito Nusantara
5) Data primer

2. Layout pembagian segment jalan angkut di lapangan


1) Data cycle time alat gali muat dan alat angkut
2) Lebar jalan lurur dan jalan tikungan
3) Superelevasi, cross slope, dan grade jalan angk
Hasil 4.1 Kondisi Jalan dalam Menunjang Aktifitas Pengangkutan
Pembahasan
Kondisi jalan dalam menunjang aktivitas pengangkutan berpengaruh
terhadap kemampuan produksi dan kemampuan kerja alat, terutama
berpengaruh terhadap waktu edar[10]. Jalan angkut yang telah memenuhi
persyaratan teknis mampu melayani kegiatan pengangkutan dengan waktu
edar alat angkut yang semakin kecil dan produksi pengangkutan yang
optimal. Sebaliknya apabila persyaratan teknis yang ada belum terpenuhi
akan menyebabkan besarnya waktu edar dari alat angkut, yang pada akhirnya
mempengaruhi produktifitas dari alat angkut itu sendiri. Lebar jalan
angkut PT. Prima Dito Nusantara berdasarkan pengamatan di lapangan dapat
dilihat pada tabel 2 beriku
Relevansi 4.1.1 Lebar Jalan Angkut
terhadap Penentuan lebar jalan angkut didasarkan pada unit yang terbesar yang
penelitian beroperasi pada jalan angkut yaitu jumlah jalur dikali dengan lebar
dumptruck ditambah setengah lebar dumptruck untuk masing-masing tepi
kiri, kanan, dan jarak antara dua dumptruck yang sedang berselisih[11].
Berdasarkan spesifikasi dari alat angkut maka kita dapat menentukan lebar
jalan angkut minimum
Dektahui lebar alat angkut terbesar Nissan CWA = 2,4
Lmin = n Wt + ( n + 1 )(1/2 . Wt)
L min = 1 . 2,4 + (1+1) (0,5 . 2,4)
= 5,28 ≈ 6 m untuk satu jalur
Lmin = 2 . 2,4 + (2+2) (0,5 . 2,4)
= 10,56 ≈ 11 m untuk dua jalur
Jadi, lebar jalan lurus minimum pada 1 jalur untuk truk Nissan CWA adalah
6 m. Sedangkan untuk dua jalur adalah 11 m.Berdasarkan perhitungan dapat
ditentukanpenambahan lebar jalan angkut. Dapat dilihat pada tabel 3 berikut

Sedangkan untuk jalan tikungan berdasarkan pada spesifikasi alat angkut


terbesar dapat dihitung lebar jalan angkut pada kondisi tikungan dengan
menggunakan rumus.
Fa = Ad sin ɑ° Fb = Ab sin ɑ°
= 1,40 sin 34 = 1,99 sin 34
= 0,792 = 1,094
C = Z = 0,5 (1,88 + 0,792 + 1,094)
= 0,5 . 3,766
= 1,883
W min = n ( U + Fa + Fb + Z ) + C
= 1 ( 1,88 + 0, 792 + 1,094 + 1,883 ) + 1,883
= 7,532 ≈ 7,5 m untuk satu jalur
W min = 2 ( U + Fa + Fb + Z ) + C
= 2 ( 1,88 + 0, 792 + 1,094 + 1,883 ) + 1,883
= 2 ( 5,649 ) + 1,883
= 15,064 ≈ 15 m untuk dua jalur
Jadi lebar tikungan minimum pada 1 jalur untuk truk Nissan CWA adalah
7,5 m. Sedangkan untuk dua jalur adalah 15 m. Berdasarkan perhitungan
dapat ditentukan penambahan lebar tikungan di lapangan. Dapat dilihat pada
tabel 4 berikut.

4.1.2 Superelevasi (Kemiringan Jalan Pada Tikungan)


Superelevasi adalah kemiringan badan jalan pada tikungan. Superelevasi
bertujuan membantu kendaraan dalam mengatasi tikungan. Untuk
mengatasi hal tersebut maka pada setiap tikungan perlu dibuat
Superelevasi dengan meninggikan bagian sisi jalan terluar dari tikungan,
adapun perhitungan jari-jari dan Superelevasi dapat dilihat pada
perhitungan berikut.
R = V2 ÷ 127 ( e + f )
= 20 ÷ 127 (0,02 + 0, 197 )
= 15,82 ≈ 16 m
Jari-jari tikungan minimal yang mampu dilalui oleh truk adalah sebesar 16
m. Dari hasil pengamatan dan perhitungan dilapangan, jari – jari tikungan
jalan angkut berkisar antara 18 m hingga 20 m sehingga jari – jari tikungan
jalan angkut sudah memenuhi syarat.
Sedangkan nilai Superelevasi dapat dihitung Superelevasi (2 jalur)
Nilai Superelevasi = 0,02 m/m
Lebar tikungan di lapangan = 5,20 meter
Beda tinggi = 0,02 m/m x 5,20 m
= 0,10 m  10 cm.
Jadi, beda tinggi yang harus dibuat antara sisi terluar jalan dengan sisi
dalam jalan adalah 10 cm.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri pertambangan merupakan salah satu ekonomi primer di Indonesia.
Industri pertambangan juga merupakan industri yang memiliki karakteristik
padat modal dan padat resiko. Padat modal tersebut diartikan dngan
pertambangan membutuhkan modal yang sangat besar di awal kegiatannya
dengan mendapatkan keuntungan. Sedangkan padat resiko diartikan dengan
kegiatan penambangan dilakukan dengan menekan biaya atau ongkos
produksi yang sekecil-kecilnya dan mendapatkan untung yang sebesar-
besarnya, namun ongkos produksi yang ditekan tersebut tidak mengabaikan
faktor keamanan. (M. Fairus 2017. Hal. 25) Dalam perencanaan geometri
jalan harus diperhatikan kondisi topografi lokasi rencana kerja dan peralatan
mekanis yang akan digunakan dalam penambangan. geometri jalan yang
sesuai dengan persyaratan dan dimensi alat angkut serta daya dukung tanah
yang mampu menopang beban alat angkut yang melintas di atasnya dapat
memberikan kontribusi yang besar terhadap keamanan dan kelancaran operasi
pengangkutan. Selain itu belum adanya saluran penirisan di tepi jalan angkut
tambang mengakibatkan badan jalan angkut tambang tergenang air pada saat
hujan,
sehingga alat angkut tidak dapat beroperasi karena kondisi jalan yang licin
dan jika terus beroperasi akan merusak badan jalan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pengkajian terhadap kondisi geometri jalan angkut dan
perencanaan pembuatan
saluran penirisan di tepi jalan angkut demi keamanan dan kelancaran operasi
pengangkutan. Dengan mengetahui kemampuan alat angkut dalam melakukan
pekerjaan perlu dilakukan pengontrolan secara kesinabungan terhadap
kapabilitasnya dengan memperkirakan kemampuan produksi alat tersebut.
Oleh sebab itu dalam memperkirakan kemampuan produksi alat angkut, salah
satu faktor komponen
yang harus dipertimbangkan yaitu geometri jalan angkut yang dilalui. Jalan
angkut yang baik tentunya dapat mendukung kinerja alat angkut yang
melaluinya. Oleh karena itu, jalan tambang perlu mendapat perhatian khusus
agar dapat menunjang kinerja peralatan mekanis. Pada jalan tambang sering
dijumpai kerusakan-kerusakan di badan jalan seperti jalan berlubang,
permukaan jalan tidak mulus. Hal ini biasanya disebabkan oleh kondisi
geometri jalan dan daya dukung tanah pada jalan tambang yang belum
memenuhi standar. Dan kondisi jalan yang berlubang menjadi hambatan pada
proses pengangkutan nya dan tanjakan yang terlalu curam menyebabkan
ganguan pada waktu edar alat angkut sehingga menurunkan travel speed alat
angkut. Berdasarkan permintaan pasar akan batubara yang semakin
meningkat mengakibatkan semakin banyak berdirinya perusahaan–
perusahaan pertambangan batubara di Indonesia termasuk Kota Sawahlunto,
salah satunya adalah Di PT. Allied Indo Coal Jaya telah melakukan kegiatan
operasi produksi berdasarkan pada wilayah IUP operasi produksi. Metode
penambangan yang diterapkan adalah metode tambang terbuka dimana
dalam pengoperasiannya digunakan ecxavator sebagai alat gali muat dan
dump truck sebagai alat angkut. Salah satu kegiatan penambangan yang dapat
mempengaruhi produksi adalah pengangkutan. Alat angkut tidak bisa
beroperasi secara optimal dikarenakan kondisi jalan angkut (hauling) yang
sempit, tanjakan yang terlalu tinggi, kemiringan jalan dan sebagainya dan
masalah yang dialami pada PT. Allied Indo Coal Jaya ini yaitu jalan yang
terlalu sempit dan sering mengalami ganguan pada alat muat dump truck.
Dengan adanya permasalahan tersebut maka analisis mengenai kondisi
geometri jalan angkut (hauling) dari front penambangan batubara di PT.
Allied Indo Coal Jaya ke disposal. Pengambilan data yang dilakukan di
lapangan yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung mengenai
studi kasus seperti melakukan pengukuran jarak, lebar, dan
kemiringan jalan, tinggi tanjakan pada jalan dan aspek pendukung kegiatan
pengangkutan seperti melihat alat angkut yang digunakan di lapangan. Dalam
suatu aktivitas penambangan, jalan tambang merupakan salah satu faktor
yang menunjang untuk kelancaran penambangan, jalan tambang mempunyai
fungsi yang sangat penting karena menghubungkan tempat- tempat tertentu
yang penting keberadaannya di lokasi tambang, salah satunya lokasi
penambangan dengan area crushing plant. Sebelum menentukan geometri
jalan yang akan dibuat maka perlu diketahui spesifikasi alat angkut yang akan
digunakan. Jalan yang baik akan mendukung terpenuhinya target produksi
yang diinginkan agar dapat meningkatkan nilai efesiensi dan efektifitas kerja
alat angkut serta tingkat keamananya dalam operasional
penambangan. Daya dukung jalan harus disesuaikan dengan jumlah
beban yang didistribusikan melalui roda. Dengan adanya
permasalahan tersebut maka diperlukan evalusi mengenai kondisi
geometri jalan angkut (hauling) dari front penambangan ke disposal.
Berdasarkan masalah di atas penulis telah melakukan penelitian ke
lapangan, dengan judul tentang“Pengaruh Geometri Jalan Tambang
Terhadap Produksi Batubara Pit Central Timur Di Pt. Allied Indo Coal
Jaya Parambahan Desa Batu Tanjung Kec. Talawi Kota Sawahlunto”.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalahnya sebagai


berikut:
1. Lebar jalan yang belum memenuhi standar menjadi kendala dalam
pencampaian target produksi.
2. Kondisi jalan yang berlubang menjadi hambatan proses pengakutan.
3. Tanjakan yang terlalu curam menyebabkan ganguan pada waktu edar
alat angkut sehingga menurunnya travel speed alat angkut.

1.3 Batasan Masalah


Pembatasan masalah pada penelitian ini yaitu:
1. Penelitian difokuskan pada pengukuran aspek geometri jalan angkut
di PT. Allied Indo Coal Jaya dari front penambangan ke disposal area
pada tahun 2018.
2. Pengamatan di lakukan pada 5 segment jalan tambang yaitu untuk
Lebar jalan lurus, lebar jalan angkut pada tikungan, superelavasi,
Kemiringan jalan (grade).

1.4 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalahnya dalah:
1. Bagaimana lebar jalan lurus dan lebar jalan tikungan di PT. Allied
Indo Coal Jaya?
2. Bagaimana kemiringan jalan tambang di PT. Allied Indo Coal Jaya?
3. Bagaimana superelavasi di PT. Allied Indo Coal Jaya?

1.5 Tujuan Penelitian


dapun Tujuan dari rumusan masalah adalah:
1. Menentukan lebar jalan lurus dan lebar jalan pada tikungan yang ada
di PT. Allied Indo Coal Jaya.
2. Menentukan kemiringan jalan tambang yang ada di PT. Allied Indo
Coal Jaya.
3. Menentukan superelavasi terhadap jalan tambang yang ada di PT.
Allied Indo Coal Jaya.

1.6 Manfaat Penelitian


Setelah penelitian ini dilakukan diharapkan dapat memberi manfaat bagi
perusahaan maupun bagi penulis sendiri. Berikut manfaat yang dapat
diperoleh:
1. Bagi Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang
Diharapkan dapat di jadikan arsip di perpustakaan, dijadikan pedoman
bagi mahasiswa dalam menambah ilmu dan wawasan bagi mereka.
2. Bagi Penulis
Penulis dapat menganalisis geometri jalan tambang dengan baik dan sesuai
standar acuan yang benar dengan mengunakan metode yang ada. Juga
sangat bermanfaat bagi penulis jika saat nanti penulis dapat berkerja
dilapangan.

3. Bagi Perusahaan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap jalan angkut yang ada,
diharapkan dapat memberikan pemecahan masalah bagi perusahaan
terhadap kegiatan loading pada alat muat (excavator) dan alat angkut dump
truck. Melalui perbaikan pada kondisi geometri jalan angkut produksi,
hasil yang diharapkan antara lain:

a. Jalan angkut dapat meningkatkan hasil produksi dari pengangkutan


material ke disposal.

b. Alat angkut dapat melaju dengan kecepatan yang lebih tinggi tanpa
mengabaikan kecepatan maksimum dan kondisi jalan yang diperbolehkan
ditinjau dari sisi keselamatan kerja, sehingga cycle time (waktu edar) dari
alat angkut dapat lebih maksimal.

c. Dapat tercapainya keselamatan kerja pada kegiatan pengangkutan yang


baik terhadap pengemudi maupun alat angkut itu sendiri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Deskripsi Perusahaan
PT. Allied Indo Coal (PT.AIC) merupakan perusahaan umum yang
melakukan kegiatan penambangan batubara dengan jenis perusahaan PKP2B
(perjanjian kerjasama perusahaan tambang batubara) sesuai dengan kontrak
No.J2/Ji.Du/25/1985. Dengan luas area 844 Ha. Awalnya perusahan ini
merupakan perusahaan swasta yang di dukung oleh penanaman modal asing.
kerja sama antara Allied Queesland Coalfleds ( AQS) limited. Dari australia
dengan PT. Mitra abadi sakti (PT. MAS) dari indonesia dengan komposisi
saham masing- masing 80% saham dan 20%. Pada tahun 1992 yang
mengontrol seluruh manajemen perusahan.
Pada awal nya kegiatan eksplorasi diperambahan telah dilakukan oleh
pemerintahan indonesi pada tahun 1975 dan 1983. kegiatan eksplorasi di
lanjutkan oleh PT.AIC dalam tahun 1985 dan 1998 stelah kegiatan ekplorasi
selesai dilaksanakan, maka PT. AIC melakukan tambang terbuka yang
bekerja sama dengan devisi alat berat PT. United traktor dalam pegembangan
peralatan penambangan. pada tahun 1991 PT.AIC selaku pemilik kuasa
penambangan (KP) bekerja sama dengan kontrkator PT. Pama Persada
Nusantara hingga tahun 1996 .
Selanjut nya PT.AIC Melakukan kerjasa berturut-turut dengan kontraktor
PT. Berkelindo Jaya Pratama dan PT. Pasura Bina Tambang.
Namun pada tahun 2008 PT. Allied Indo Coal Jaya (PT. AICJ) yang
merupakan izin walikota berupa kuasa penambangan dengan luas daerah
372,40 Ha , kemudian pada tanggal 4 April 2010 Izin Usaha penambangan
(IUP) dengan luasa area 372,40 Ha.
2.1.2 Lokasi kesampaian Daerah

Secara admitrasi lokasi penambangan PT. Allied Indo Coal Jaya


berada di desa Salak, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto,
Provinsi Sumatera Barat. Wilayah tersebut terletak di sebelah
Timur Laut Kota Padang.
Secara geografis wilayah IUP PT. Allied indo coal jaya berada pada
posisi 00 ̊35’34’’ LS – 100 4̊ 6’48’’ BT dan 00 ̊36’59’’ LS -
100 ̊48’47’’ BT, dengan batas lokasi wilayah kegiatan sebagai
berikut :
1. Sebelah Utara: Wilayah Desa Batu Tanjung dan Desa Tumpuak
Tangah Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto.
2. Sebelah Timur: Wilayah Jorong Bukit Bua dan Kota Panjang
Nagari V Kota Kecamatan Koto VII, Kabupaten Sijujung.
3. Sebelah Selatan :
a. Wilayah Jorong Panjang Nagari V Koto, Kecamatan Koto
VII . Kabupaten Sijunjung.
b. Wilayah Desa Salak, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto.
4. Sebelah barat: wilayah desa salak dan desa sijantang koto
kecamatan talawi, kota sawahlunto.
Untuk mencapai wilayah izin usaha pertambangan operasi produksi
PT. Allied indo coal jaya dari ibu kota sawahlunto dapat di tempuh dengan
mengunakan jalur transportasi sbagai berikut :
1. .Padang sawah lunto dengan jalur transportasi darat di tempuh dengan
kendaraan roda 4 melalui jalan aspal sejauh ± 90 km dapat di tempuh
dalam waktu ±3 jam.
2. 2 .Sawahlunto PT. Allied indo coal jaya dapat di tempuh dengan
kendraan roda 4 melalui aspal sejauh ± 12 km yang di tempuh dalam
waktu ± 25 menit. Selengkapnya mengenai lokasi penambangan
batubara PT. Allied indo coal jaya.

2.1.3 Struktur Geologi Secara Umum


Area perambahan memiliki kondisi geologi yang cukup kompleks, dimana
sturtur geologi berupa patahan atau sesar yang sangat mempengaruhi pola
penyebaran lampisan batubara dan juga kualitas batubara .
Cekungan ombilin terbentuk sebagai akibat langsung dari gerak
mendatar menganan sistem sesar sumatera pada masa pleosen awal.
Akibatnya terjadi tarikan yang membatasi oleh sistem sesar normal berarah
utara–selatan. daerah tarikan tersebut dijumpai dibagian utara cekungan pada
darah pengundakan mengiri antara sesar setangkai dan sesar silungkang yaitu
terban talawi. sedangkan bagian selatan cekungan merupakan daerah
kompresi yang ditandai oleh terbentuknya sesar naik dan lipatan (sesar
sinamar). ketebalan batuan sendimen di cekungan ombilin mencapai ±4.500
terhitung sangat tebal untuk cekungan berurukuran panjang ±60 km dan
lebar ±30 km.
Dari hasil bebarapa penyelidikan yang telah dilakukan, daerah penelitian
di yakini terletak pada sub-cekungan kiliran yang merupakan bagian dari
suatu sistem cekungan intramortana (cekungan pegunungan), yang merupakan
bagian dari tengah pegunungan bukit barisan. Cekungan-cekungan tersebut
mulai berkembang pada pertengahan tersier, sebagai akibat pengerakan ulang
dari patahan-patahan yang menyebabkan terbentunnya, cekungan-cekungan
tektonik di daerah tinggi (intra mountain basi ) cekungan-cekungan yang
terbentuk di antara pegunungan tersebut merupakan daerah pengendapan
batuan-batuan tersier yang merupakan siklus sendimen tahap kedua .
endapan-endapan sendimen yang terdapat didalam nya cekungan-
cekungan sumatera timur nyaris tergangu oleh orogenesa yang membentuk
pengung bukit barisan,sehingga dapat dijumpai urutan stratifigasi yang
selaras, mulai dari farmasi minas, sihapas, sampai farmasi pemantang,
yang memberi petunjuk bahwa hal endapan berlangsung terus menerus
hingga kuater. tidak demikian halnya dengan bagian sebelah barat. pada
bagian ini merupakan cekungan muka (foredeep) dimana sekarang daerah
tersebut merupakan busur luar, non-vulkanik (nonvucanic outer arch),
perlipatan-perlipatan dan pensesaran mempengaruhi sendimen-sendimen
tersier bawah dan tengah

2.1.4 Stratigrafi
Berdasarkan peta geologi lembak solok sumatera barat oleh P.H Silitonga
1975 maka statigrafi daerah penyelidikan dan sekitarnya berurutan dari
muda ke tua terdiri dari satuan aluvial (kuater) dan satuan batulanau, batubara,
serpih (tersier), serta satuan batuan Pra-Tersier. sedangkan secara lokal
berdasarkan hasil eksplorasi dan pengamatan lapangan, maka satuan satuan
batuan yang ditemukan adalah sebagai berikut:
1. Aluvium: terdapat disepanjang sungai dan muara sungai.
2. Batu lanau: menutupi hampir diseluruh daerah penelitian dengan sisipan
batu pasir glaukonit, batu lempung, serpih dan batubara.
3. Breksi: umunya berwarna coklat samapi kemerahan, berfgamen andesit
dan lempung sebagai matrik. Stratigrafi cekungan omblin yang terdiri dari
satuan batu lanau, batubara, batu pasir dan breksi termasuk dalam angota
Formasi telisa yang terendapakan tidak selaras diatas batuan metamorfik
sebagai basement (batuan pra-tersi

2.1.5 Keadaan Morfologi


Secara umumnya morfologi daerah penyelidikan dapat digolongan
sebagai perbukitan yang rendah sampai terjal, dengan sudut kemiringan
lereng berkisar antara 5 ̊ sampai 30 ̊, yang dikontrol oleh litologi berupa rijang,
meta gamping, lava, batu pasir, batu lanau, dan batu lempung, serta stuktur
sesar. sedangkan pada kawasan yang berupa dataran mempunyai kemiringan
sudut kemiringan lereng berkisar antara 0 ̊sampai 4 ̊. dengan litologi batu pasir,
batu lepung, serta rombakan dari batuan yang lebih tua.
Ketingian bukit berkisar antara 140m hingga 300 m dari permukaan laut (dpl).
puncak tertinggi lereng timur berupa bukit kapur dengan ketinggian 300 m dpl.
lereng-lereng perbukitan umunya cukup terjal dengan sudut kemiringan lereng
berkisar anatara 30 ̊hingga 50 ̊.
Pada umunya sungai yang mengalir pada darah penelitian berada pada stadium
muda dimana dasarnya relatif terbentuk “ V” adanya erosi horizontal yang
relatif lebih intensif dibandingan dengan erosi vertikal di beberapa tempat
sehingga terlihat pada beberapa sungai mempunyai dasar telah berbentuk “U”.
secara umum pola aliran diwilayah ini dapat dikategorikan sebagai sistim pola
aliran sub paralel. Kenaikan permukaan air sungai pada saat musim hujan
anrata 0,5 hingga 2,50 meter.

2.2.1 Pengertian Pertambangan


Pertambangan merupakan sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam
rangka penelitian, pengelolaan, pengusahaan mineral dan batubara yang
meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan, pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca
tambang (UU No 4 tahun 2009). Kemudian pengertian lain yaitu suatu
penggalian yang dilakukan di bumi untuk memperoleh mineral yang
berharga.Pertambangan mempunyai beberapa karakteristik, yaitu tidak dapat
diperbaharui (non renewable), mempunyai resiko relatif lebih tinggi dan
pengusahaannya mempunyai dampak lingkungan baik fisik maupun
lingkungan yang relatif lebih tinggi dibandingkan pengusahaan komoditi lain
pada umumnya.
Pentingnya penerapan kegiatan industri atau pembangunan yang berbasis
lingkungan, perlu disadari oleh setiap elemen bangsa, karena persoalan
lingkungan merupakan permasalahan bersama. Hanya saja dalam pratiknya,
diperlukan lembaga formal pengendali yang secara yuridis berwenang untuk
itu.Pengendalian kegiatan dan operasionalisasi industri, dalam prakteknya
terwujud dalam konsep dan program kerja sistematis dalam bentuk
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan
hidup harus bermuara pada terjaminnya kelestarian lingkungan, seperti
tercantum dalam Pasal 1 butir 2 Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2.2.2 Sistem Penambangan


Sistem Penambangan secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga
golongan, yaitu tambang terbuka, tambang bawah tanah dan tambang bawah
air.
1. Sistem tambang terbuka (Surface mining)
Merupakan metoda penambangan yang segala kegiatan atau
aktivitas penambangan dilakukan di atas atau relatif dekat dengan
permukaan bumi dan tempat kerjanya berhubungan langsung dengan
udara luar.
2. Sistem tambang bawah tanah (Underground mining
Tambang bawah tanah merupakan suatu metoda penambangan yang segala
kegiatan dan aktivitas penambangannya dilakukan di bawah permukaan bumi
dan tempat kerjanya tidak langsung berhubungan dengan udara luar.
3. Tambang bawah air
Merupakan metoda yang segala kegiatan dan aktivitas penambangannya
dilakukan di bawah permukaan air.
Pemilihan metoda yang cocok dipilih berdasarkan pada metoda yang dapat
memberikan keuntungan yang terbesar dan bukan pada kedalaman yang
dangkal letaknya endapan bahan galian, serta perolehan tambang yang
terbaik.Pemilihan berdasarkan keuntungan perlu dilakukan karena industri
pertambangan dalam usahanya dikenal sebagai wasting assets, dengan resiko
tinggi, sedangkan mineral atau endapan bahan galian tersebut tidak dapat
diperbaharui (Non Renewable Resources).

2.2.3 Aktifitas Penambangan


Secara umum aktivitas penambangan Batubara yang dilakukan PT. Jambi
Prima Coal melalui beberapa tahap yaitu:
1. Survey dan Pemetaan
Survey dan pemetaan merupakan faktor penting dalam semua kegiatan
pertambangan, karena perencanaan yang diambil dari hasil data survey
selanjutnya dibuat pemetaan yang menjadi pedoman untuk kegiatan
selanjutnya di area penambangan, serta penentu dalam pembuatan lokasi
seluruh fasilitas tambang seperti tempat tinggal (camp), bengkel (workshop),
posisi jalan angkut, posisi disposal (dumping area), stockpile, stock top soil.
Kegiatan survey yang saat itu dilakukan untuk mengetahui perubahan
bentuk Topografi akibat proses penambangan. Perubahan ini digunakan untuk
mengetahui tonase batubara dan volume overburden yang digali.
Tujuannya untuk sebagai analisa efektifitas kerja alat berat, sehingga
diketahui apakah alat berat bekerja dengan optimal atau tidak. Selain itu
dilakukan juga survey terhadap sarana tambang yang baru dibuat seperti
jalan tambang.
2. Pembersihan Lahan dan Pemindahan Tanah Pucuk (Land Clearing and
Top Soil).
Kegiatan ini bertujuan untuk membersihkan daerah yang akan
ditambang dari semak-semak, pepohonan dan tanah maupun bongkah-
bongkah batu yang menghalangi pekerjaan-pekerjaan selanjutnya. Tanah
pucuk yang subur (humus) harus ditimbun di tempat tertentu, lalu
ditanami rerumputan dan semak-semak agar tidak mudah tererosi, sehingga
kelak dapat dipakai untuk reklamasi bekas tambang. Pembuatan ini bisa
dilakukan dengan menggunakan alat-alat mekanis (bulldozer).
3. Pengupasan Tanah Penutup (Overburden)
Pengupasan overburden (OB) dengan menggunakan excavator
dimaksudkan untuk membuang tanah penutup agar mempermudah proses
pengambilan batubara yang akan ditamban
4. Penggalian.
Proses pengalian bertujuan untuk pengambilan batubara. (Coal Getting)
5. Pemuatan (loading).
Setelah pengalian maka dilakukan pekerjaan selanjutnya, yaitu
pemuatan atau loading kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan untuk
mengambil dan memuat material bahan galian kedalam alat angkut.
6. Pengangkutan (hauling).
Hauling batubara bertujuan untuk memindahkan batubara ke area
penimbunan Rom Of Material.
7. Penimbunan Overburden di disposal(dumping).
Overburden yang telah dimuat dan diangkut akan ditimbun di tempat
penimbunan Overburden(disposal).

2.3.1 Pengertian Jalan


Kep Mentri ESDM No 1827 Th (2018) menyatakan, Jalan Pertambangan
adalah jalan khusus yang diperuntukan untuk kegiatan pertambangan dan
berada di area pertambangan atau area proyek yang terdiri atas jalan penunjang
dan jalan tambang. Jalan Tambang/ Produksi adalah jalan yang terdapat pada
area pertambangan dan/atau area proyek yang digunakan dan dilalui oleh alat
pemindah tanah mekanis dan unit penunjang lainnya dalam kegiatan
pengangkutan tanah penutup, bahan galian tambang, dan kegiatan penunjang
pertambangan.
4. Penggalian.
Proses pengalian bertujuan untuk pengambilan batubara. (Coal Getting)
5. Pemuatan (loading).
Setelah pengalian maka dilakukan pekerjaan selanjutnya, yaitu
pemuatan atau loading kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan untuk
mengambil dan memuat material bahan galian kedalam alat angkut.
6. Pengangkutan (hauling).
Hauling batubara bertujuan untuk memindahkan batubara ke area
penimbunan Rom Of Material.
7. Penimbunan Overburden di disposal(dumping).
Overburden yang telah dimuat dan diangkut akan ditimbun di tempat
penimbunan Overburden(disposal).

2.3.1 Pengertian Jalan


Kep Mentri ESDM No 1827 Th (2018) menyatakan, Jalan Pertambangan
adalah jalan khusus yang diperuntukan untuk kegiatan pertambangan dan
berada di area pertambangan atau area proyek yang terdiri atas jalan penunjang
dan jalan tambang. Jalan Tambang/ Produksi adalah jalan yang terdapat pada
area pertambangan dan/atau area proyek yang digunakan dan dilalui oleh alat
pemindah tanah mekanis dan unit penunjang lainnya dalam kegiatan
pengangkutan tanah penutup, bahan galian tambang, dan kegiatan penunjang
pertambangan.
Geometri jalan yang harus diperhatikan sama seperti jalan raya
umumnya, yaitu lebar jalan angkut, kemiringan jalan dan sebagainya. Alat
angkut atau truck tambang umumnya berdimensi lebih besar, panjang dan
lebar dibanding dengan alat angkut dijalan raya, oleh karena itu geometri
jalan harus sesuai dengan dimensi alat angkut yang digunakan agar alat angkut
dapat bergerak leluasa pada kecepatan normal dan aman.

2.3.2 Geometri Jalan Produksi


Fungsi utama jalan angkut adalah untuk menunjang kelancaran
operasional pengangkutan dalam kegiatan penambangan baik dalam
pengangkutan ke stock pile atau pengangkutan overburden di sekitar
penambangan dan juga jalan angkut merupakan bagian dari perencanaan yang
lebih ditekankan pada rencana bentuk fisik jalan sehingga bisa memenuhi
fungsi dasar jalan tambang, karena tujuan dari perencanaan geometri jalan
angkut adalah menghasilkan infrastuktur yang aman, memaksimalkan
pelayanan dan memaksimalkan rasio tingkat pengunaan atau biaya pelaksaan,
bentuk ukuran, ruang jalan yang baik, dan memberikan rasa nyaman kepada
alat yang melintas diatasnya dan pengemudi dump truck. (ady winarko 2014
pada hal 2) Geometri jalan angkut yang harus memperhatikan hal sebagai
berikut:
1. Lebar Jalan Angkut
Dalam sehari-hari dalam kegiatan penambangan, semakin lebar jalan angkut
maka semakin aman dan lancar lalu lintas pengangkutan. Umumnya jalan
angkut pada tambang dibuat untuk jalur tunggal dengan satu arah atau dua
arah. Untuk menghitung lebar jalan angkut dibedakan menjadi dua macam
yaitu lebar jalan angkut lurus dan lebar jalan angkut untuk belokan (tikungan).
Penentuan lebar jalan angkut lurus dan lebar jalan angkut belokan dalam
perhitungan berbeda, Lebar Jalan Pada Keadaan Lurus Penentuan lebar jalan
minimum untuk jalan lurus didasarkan pada rule of thumb yang dikemukakan
oleh AASHTO (American Association Of State Highway And Transportation
Officials) (1990) yaitu jumlah jalur kali lebar dump truck ditambah setengah
lebar truck untuk tepi kiri, kanan jalan dan jarak antara dua dump truck yang
sedang bersilangan lebar jalan minimum yang dipakai sebagai jalur ganda atau
lebih pada jalan lurus adalah sebagai berikut:

Lm – n Wt + (n + 1 )(1/2 - Wt ) ...............................................(1.1)
Sumber:Thony Rianto. (2016)
dengan:
Lm = lebar jalan minimum (m)
n = jumlah jalur
Wt = lebar alat angkut (m)

Gambar 2.2 lebar jalan keadaan lurus


b. Lebar Jalan keadaan Tikungan

Penentuan lebar jalan pada saat dump truck membelok berebeda


dengan keadaan jalan lurus, karena pada belokan terjadi pelebaran jalan
yang
sangat tergantung dari jari-jari tikungan, sudut tikungan dan kecepatan
rencana pelebaran jalan ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Wmin = 2 (U + Fa + Fb + Z) + C ..............................(2.1)
Z = (U + Fa + Fb) / 2
Sumber: Aldiyansyah ( 2016)
dengan:
W = lebar jalan angkut pada tikungan(m)
n = Jumlah jalur
Fa = lebar juntai (over hang) depan(m).
Fb = lebar juntai (over hang) belakang(m).
U = Lebar jejak roda (center to center tyre)(m).
C = Jarak antara dua dump truck yang akan bersimpangan (m).
Z = Jarak sisi luar dump truck ketepi jalan (m).

Sumber: Kurniawan Nur Pratomo(2016).


Gambar 2.3 Jalan pada tikungan

b. Kemiringan Jalan (grade)


Kemiringan (grade) adalah tanjakan dari jalanangkut, kelandaian atau
kecuramannya sangatmempengaruhi produksi (output) alat angkut,sebab
adanyakemiringan jalan (grade) menimbulkan tahanan tanjakan(grade resistance)
yang harus diatasi oleh mesin alat angkut.
Berdasarkan kemiringan suatu jalan biasanya dinyatakan dalam persen,
kemiringan 1 % adalah kemiringan permukaan yang menanjak atau menurun
meter atau 1 feet secara vertikal dalam jarak horizontal 100 meter atau 100 feet.
Grade (kemiringan) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
∆ℎ
Grade ( )∆𝑥 . %100

Grade  ..........................................................(2.4)
Sumber: Thony Rianto(2016

dengan:
h = beda tinggi antara dua titik yang diukur (m).
x = jarak datar antara dua titik yang diukur (m

Gambar 2.4 Kemiringan jalan (grade)

Kemiringan jalan maksimum yang dapat dilaluidengan baik oleh alat angkut
khususnya dump truck, yaitu 8%. Sedangkan untuk jalan naik maupun jalan turun
pada daerah perbukitan lebih aman kemiringan jalan maksimum 8%.
c. superelavasi
Adalah sudut yang dibentuk untuk mengetahui nilai-nilai superelavasi dilapangan
maka harus memprhitungkan nilai kecepatan (v), jari-jari belokan (r) koofisin
blokan (f). Rumus perhitungan superelavasi.
𝑒 + 𝑓 𝑣²
15 R......................................................................(2.

dengan:
e = superelavasi
R = Jari-jari belokan
f = kooefisien gesek pada tikungan (0,17)
v = kecepatan alat angkut (km/jam

Gambar 2. 5 Penampang melintang Superelevasi dan cross slope

Alsiyansyah, dkk (2016) menyatakan, Penelitian ini lebih ditekankan


pada geometri jalan yaitu pada lebar jalan dan kemiringan memanjang(grade)
jalan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan geometri jalan
yang dibuat sesuaidengan standarisasi, untuk mendapatkan kemiringan
memanjang (grade) yang sesuai. Metode penelitianyang dilakukan di lap

yaitu dengan cara melakukan pengukuran jalan hauling hingga menuju front
penambangan dengan memperhitungkan jarak, lebar, dan kemiringan dengan
menyesuaikan standarisasi perhitungan teknis, kemudian dari data tersebut diolah
menggunakan autocad 2007sehingga memudahkan dalam proses analisis.
Proses pengambilan data yang dilakukan di lapangan yaitudengan
melakukan pengamatan secara langsung mengenai studi kasus seperti melakukan
pengukuran jarak, lebar, dan kemiringan jalan dan aspek pendukung kegiatan
pengangkutan seperti melihat alatangkut yang digunakan di lapangan. Hasil
penelitian yang didapatkan bahwa lebar jalan angkut untukkeadaan lurus yaitu 5
m dan 9 m sedangkan pada keadaan tikungan yaitu 8,11 m dan 14,25
m.kesimpulan yang didapatkan bahwa keadaan lebar jalan pada STA 57 – 58
masih mengalami kekuranganyaitu 4 m dan harus dilakukan penambahan yaitu
sebesar 1 m dan kemiringan memanjang pada STA 9 –10 yaitu mencapai 30,48%
dan harus dilakukan pemotongan sebesar 25%.
Thoni Riyanto, dkk (2016) menyatakan, Pada kegiatan pemindahan
material overburden, jalan tambang merupakan parameter penting untuk
menunjang kinerja alatangkut. Pada jalan tambang sering dijumpai kerusakan-
kerusakan di badan jalan seperti, jalan berlubang dan permukaan jalan tidak
mulus. Hal ini biasanya disebabkan oleh kondisi geometri jalan dan daya
dukung tanah pada jalan tambang yang belum memenuhi standar,sehingga perlu
dilakukan evaluasi. Penelitian dilakukan di Jalan Alphard, Dodge dan Cadillac
dengan jalan 3720 meter di Pit Tutupan Highwall PT Pama persada Nusantara
Jobsite PT Adaro Indonesia. Pemilihan lokasi jalan penelitian berdasarkan

jalan yang memiliki data jumlah alat angkut dan jumlah fleet paling banyak, serta
data kecepatan alat angkut paling rendah. Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah dengan menganalisis geometri jalan, daya dukung tanah jalan
terhadap bebanyang melewatinya, serta faktor-faktor yang mempengaruhi
kerusakan jalan dan perbaikan geometri.
Penelitian dimulai dengan pengambilan data geometri aktual jalan dan
daya dukung tanah aktual jalan (CBR subgrade dan rolling resistance). Kemudian
membandingkan dengan standar teoritis, diperoleh geometri ideal untuk desain
kecepatan 60 km/jam yaitulebar jalan lurus 24 meter, lebar jalan tikungan 28
meter, grade maksimal 8%, superelevasi 8% dan cross slope 2 - 4%. Daya dukung
tanahjalan diperoleh CBR ideal 40% dan rolling resistance 65 lb/ton (3,25%).
Dapat diketahui bahwa jalan dalam kondisi paling rusak adalahjalan Cadillac
Kemudian membandingkan travel speed alat angkut kondisi jalan aktual dan
kondisi simulasi pada jalan Cadillac, dandidapat selisih waktu tempuh sebesar
0.67 - 1.31 menit. Tidak terlalu menjadi masalah jika alat angkut harus kehilangan
waktu cycle timesebesar 0.67 – 1.31 menit.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, tidak terlalu disarankan untuk
melakukan perbaikan perkerasan di jalan Cadillac, cukup dengan hanya
melakukan pemeliharaan dan perawatan jalan meliputi grading, compacting
dan water spraying. Namunjika jalan Cadillac dalam kondisi rusak parah,
mengganggu keselamatan kerja dan diharuskan melakukan perkerasan, maka
berdasarkandata CBR yang ada, ketebalan lapisan perkerasan yang dapat

diberikan yaitu 1 lapisan di atas subgrade, sebesar 9.64 inci materialbatulempung


(claystone).
Zulkifli Sayuti, dkk (2013) menyatakan, Operasi pengangkutan bongkaran
Overburden ke Disposal PT. Kitadin TDM menggunakan Dump Truck Komatsu
HD 785-5 dan Caterpillar 777D. Operasi pengangkutan memegang peranan
yang sangat penting. Keamanan dan kelancaran operasi pengangkutan tidak
pernah lepas dariinteraksi antara jalan angkut dan alat angkut itu sendiri. Geometri
jalan angkut di Pit Seam 11 PT.Kitadin TDM belum memenuhi syarat jalan
angkut tambang yang baik. Selain itu tidak ada saluranpenirisan di tepi jalan
angkut tambang yang mengakibatkan badan jalan angkut tambang tergenangair
pada saat hujan. Oleh karena itu di lakukan pengkajian terhadap geometri jalan
angkut dan perencanaan pembutan saluran penirisan di tepi jalan angkut di Pit
Seam 11 Selatan PT. KitadinTDM untuk keamanan dan kelancaran operasi
pengangkutan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengkaji
secara teknis kondisi jalan angkut tambang di Pit Seam 11 Selatan dan
merencanakan dimensi saluran penirisan jalan yang akan digunakan di tepi jalan
angkuttambang.
Berdasarkan spesifikasi alat angkut terlebar yaitu Caterpillar 777D
diperoleh lebar jalan angkut minimum untuk dua jalur pada jalan lurus yaitu
21,35 m dan pada jalan tikungan yaitu26,21 m. kemiringan pada tikungan adalah
1,04 m. Cross slope sebesar 42,7 cm. Grade jalan yang mampu di atasi oleh HD -
785 sebesar 10,3%.Dimensi saluran penirisan di tepi jalan,ditentukan dengan
menggunakan rumus Manning, setelah analisis data curah hujan tahun 2004-

2.4.1 Kerangka Konseptual


Kerangka konseptual merupakan rancangan penelitian terhadap hubungan
masalah yang diteliti, pada pendahuluan penulis menggunakan judul “Evaluasi
Jalan Angkut Dari Front Tambang Batubara Menuju Disposal PT. Allied Indo
Coal Jaya”
1. Input, yaitu data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu terdiri:
a. Data Primer:
1.) Lebar jalan pada lurus
2.) Lebar jalan pada tikungan.
3.) Kemiringan Jalan(grade).
4.) Cross slope.
b. Data Sekunder:
1.) Peta topografi
2.) Peta jalan tambang.
3.) Spesifikasi alat angkut yang digunakan oleh PT. Allied Indo Coal Jaya

2. Proses, yaitu teknik pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini
yang terdiri atas:
a. Menghitung lebar jalan lurus dan jalan tikungan.
b. Menghitung kemiringan jalan/grade
c. Menganalisa hasil perhitungan dengan mengunakan manual dan software
autocad dalam merancang jalan tambang
d. Mendsaign geometri jalan tambang mengunakan Software Autocad dan
Sketchup.
3.Output, yaitu hasil yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu:
Menganalisa Geometri Jalan Angkut PT. Allied Indo Coal Jaya.
a. Menganalisa lebar jalan lurus dan lebar jalan tikungan..
b. Mengetahui kemiringan jalan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat Deskriptif


(descriptive research) tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat
pecandraan secara sistematis, factual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan
sifat - sifat populasi atau daerah tertentu. (Sumandi Suyabrata, 2004). Melalui
penelitian ini deskriptif ini, peneliti nantinya akan memberikan hasil berupa
perhitungan pada jalan lurus, jalan pada tikungan, kemiringan jalan (grade),
superelavasi.
Hasil dari penelitian yang dilakukan tidak perlu sebagai suatu
penemuan baru, akan tetapi merupakan aplikasi yang baru dari penelitian yang
telah ada.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


3.2.1 Tempat Penelitian

Melakukan penelitian di lokasi penambangan batubara PT. Allied Indo


Coal Jaya secara administratif terletak di Desa Batu Tanjung Kec. Talawi
Kota Sawahlunto.

3.2.2 Rencana Waktu Penelitian


Waktu Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada tanggal 19 Juli sampai 25
juli 2018.

3.3 Variabel penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu atribut dari sekelompok objek yang


diteliti yang mempunyai variasi yang berhubungan satu dengan yang lain
dalam
kelompok tersebut. Sesuai dengan permasalahan yang diteliti maka
variable penelitiannya adalah Analisis Geometri Jalan Tambang Pada
Penambangan Batubara Utara Di PT. Allied Indo Coal Jaya Parambahan Desa
Batu Tanjung Kec. Talawi Kota Sawahlunto. Geometri jalan yaitu: lebar jalan
lurus, lebar jalan pada tikungan, kemiringan jalan (grade), dan superelavasi.

3.4 Data dan Sumber Data


3.4.1 Data yang dibutuhkan
Data yang peneliti butuhkan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang didapat secara langsung dari pengamatan di
lapangan yaitu:
a. Data pengukuran lebar jalan lurus dan lebar jalan pada tikungan.
b. Data pengukuran kemiringan jalan (grade)

2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari buku-buku literatur atau studi kepustakaan
dan data-data/arsip perusahaan. Seperti berikut:
a. Peta topografi
b. Peta jalan tambang
c. Spesifikasi alat Dump Truck yang digunakan pada PT. Allied Indo Coal Jaya
(AICJ

3.4.2 Sumber data

Sumber data yang peneliti dapatkan berasal dari pengamatan langsung di


lapangan dan arsip dari PT. Allied Indo Coal Jaya (AICJ) serta studi
kepustakaan.
3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam kegiatan pengambilan data di lapangan meliputi:


1. Lebar jalan lurus (diambil pada 3 segmen dan menggunakan meteran
dalam pengukuran)
2. Lebar jalan pada tikungan ( diambil pada 3 segmen dan menggunakan
meteran dalam proses pengukuran )
3. Kemiringan jalan(grade) ( diambil pada 2 segmen menggunakan Meteran
dan Clinometer dalam pengukuran
4. (superelavasi) ( diambil pada 2 segmen menggunakan Waterpass dan
Clinometer dalam proses pengukuran)
5. Jari-jari tikungan diambil dengan memutar roda ban dengan mengunakan
busur.
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


dengan menggunakan rumus-rumus sebagai berikut:
1. Perhitungan lebar jalan lurus
Perhitungan lebar jalan lurus menggunakan persamaan (1.1 hal. 11)
2. Perhitungan Lebar Jalan pada Tikungan
Perhitungan lebar jalan pada tikungan menggunakan persamaan
3. Perhitungan kemiringan jalan (grade)
Perhitungan kemiringan jalan menggunakan persamaan (3.1 hal 13)
4. Perhitungan (superelavasi)
Perhitungan kemiringan melintang menggunakan persamaan (4.1 hal 15)
5. Desain jalan menggunakan program Autocat 2007, layout jalan tambang
dengan menggunakan program Map info dan desain 3D dengan perangkat
lunak Sketchup.
3.7 Kerangka Metodologi

Langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam melakukan peneli

Anda mungkin juga menyukai