Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Deskripsi Proyek Secara Umum

1.1.1 Latar Belakang Proyek

Di era globalisasi ini, perkembangan pembangunan infrastruktur konstruksi jalan


dan jembatan di Indonesia berkembangan sangat pesat. Pembangunan jalan mempunyai
peran penting terutama yang menyangkut perkembangan antar daerah yang seimbang
dalam hasil pembangunan bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya. Karena jalan
mempunyai peranan yang sangat penting, maka pemerintah mempunyai hak dan kewajiban
dalam pembinaan jaringan jalan dengan cara melakukan perencanaan, pembangunan,
pemeliharaan, serta pengelolaan pembanguan jalan khususnya di infrastruktur konstruksi
jalan dan jembatan diantaranya ibukota dari Provinsi Sumatera Utara. Sebagai pintu
gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan termasuk kota metropolitan, kota Medan
berperan penting dalam pembangunan perekonomian dan perkembangan pariwisata di
provinsi Sumatera Utara.

Masyarakat Sumatera Utara dan wisatawan yang berkunjung ke provinsi ini tentu
sudah tidak asing lagi dengan Danau Tobanya. Danau Toba di Simalungun adalah salah
satu Tempat Wisata dan pelayanan publik yang mempengaruhi perkembangan ekonomi di
Sumatera Utara. Tingkat kenyamanan menuju Danau Toba terus ditingkatkan seperti
pembangunan akses jalan ke Danau Toba. Pembangunan dan pelebaran jalan salah satu
akses jalan ke Danau Toba di Simalungun yang pada saat ini proses pembangunan
diantaranya proyek pelebaran jalan OverLay AC-WC di Onan Runggu, Nainggolan, Palipi,
Simbolon dan Tele. Dalam proyek ini terdapat satu macam konstruksi jalan yang dibangun,
AC-WC (Asphalt Concrete-Wearing Course).

diharapkan menimbulkan dampak positif untuk segala aspek kehidupan bagi


penduduk disekitar lingkungan proyek yang akan mempunyai pekerjaan dari lapangan kerja
yang diciptakan oleh proyek ini. Dampak positif lainnya dari pelabaran jalan adalah
tumbuhnya perekonomian wilayah di sekitar pelebaran jalan ataupun daerah yang akan
1
dihubungkan oleh pelebaran jalan ini yaitu (Onan Runggu, Nainggolan, Palipi, Simbolon
dan Tele) sehingga akan menjadi daerah yang produktif. Selain itu, akses menuju Danau
Toba dan Pulau Samosir akan semakin mudah dan arus kendaraan dari arah Onan Runggu,
Nainggolan, Palipi, Simbolon dan Tele menjadi lancar.

1.1.2 Data Proyek

Adapun data umum yang terdapat pada Proyek preservasi dan pelebaran
jalan tele – pangururan – nainggolan - onan runggu (MYC)
1.1.2.1 Data Umum Kontrak Proyek

1. Nama Proyek : PRESERVASI DAN PELEBARAN JALAN TELE-PANGURURAN-


NAINGGOLAN- ONAN RUNGGU (MYC)
2. Unit Pekerjaan (PPK) : PPK-2,5 (Samosir, Cs)

3. Nama Paket : PRESERVASI DAN PELEBARAN JALAN TELE-PANGURURAN-


NAINGGOLAN- ONAN RUNGGU (MYC)
4. Kasatker Pelaksana : Riwanto Marbun,ST,MT

5. Alamat : Jln. Busi Dalam, Medan, 20219.

6. Nomor Kontrak : 02/KTR-APBN/BR.S2/PPK-06/2016

7. Tanggal Kontrak : 19 DESEMBER 2016

8. Jumlah Kontrak : Rp.145.009.087.309,00 (Termasuk Pajak)

9. Amandemen : Kontrak anak 01 tahun 2016

10. Amandemen : Kontrak anak 02 Tahun 2017

11. Amandemen : Kontrak anak 03 Tahun 2018

12. Amandemen : Kontrak anak 04 Tahun 2019 :

13. Tipe Kontrak : Unit Price

14. Panjang Jalan Efektif : 32 Km

2
15. Target pada Awal Tahun : 2016

16. Lokasi Proyek : Provinsi Sumatera Utara

17. Metode Pembayaran : Prestasi Bulanan (Monthly Certificate)

18. Periode Kontrak Kontrak Asli : Tahun Anggaran 2016 s/d 2019

19. Tanggal Akhir Kontrak : 04 DESEMBER 2019

20. Kontraktor : PT.GUNA KARYA - TUNAS – KURNIA,KSO

21. Alamat Kontraktor : JL.Simbolon purba,Rianiate Pangururan,Kab.Samosir,Sumatera


Utara

1.1.2.2 Data Umum Kontrak untuk Pelaksana Proyek

1. Nama Pekerjaan : preservasi dan pelebaran jalan Tele – Pangururan – Nainggolan –


Onan Runggu

2. Nama Paket : Preservasi dan Pelebaran Jalan Tele - Pangururan - Nainggolan - Onan
Runggu (MYC)

3. Nama PPK : PPK 2,5

4. Alamat : JL.Suryalaya XVIII No. 15 Buah Batu Bandung - 40265

5. Nomor Kontrak : 02/KTR-APBN/Br.S2/PPK-06/2016

6. Tanggal Kontrak :19 Desember 2016

7. Jumlah Kontrak : 4

8. Tipe Kontrak : Unit Price

9. Sumber Dana : APBDN 2016 Rp. 24.627.485.000,-

APBDN 2017 Rp. 41.017.823.000,-

3
APBDN 2018 Rp. 71.017.835.000,-

APBDN 2019 Rp. 37.336.867.000,-

10. Lokasi Proyek : Provinsi Sumatera Utara.

11. Metode Pembayaran : Prestasi Bulanan (Monthly Certificate)

12. Jumlah Waktu : 1080 Hari Kalender.

13. Tanggal Permulaan : 19 Desember 2016

14. Tanggal Akhir : 04 Desember 2019.

1.2 Deskripsi Topik yang Dipilih

1.2.1 Judul Topik

Judul topik yang diambil adalah : Metode Pelaksanaan Pekerjaan Jalan Laaton Lapis Aus
AC – WC (STA 54+945- STA 57+500) Dan Inventori Jalan

1.2.2 Alasan Pemilihan Topik

Sebagai mahasiswa Teknik Sipil Program Studi Teknik Perancangan Jalan dan
Jembatan diharapkan agar mampu merencanakan, melaksanakan, serta mengawas
pembangunan infrastruktur seperti Jembatan, Jalan maupun Jalan Tol yang perkembangan
pembangunannya terus dituntut semakin meningkat. Khusus pada Praktik Kerja Lapangan
(PKL) ini sesuai dengan waktu PKL yang telah ditentukan, maka item pekerjaan yang dapat
diamati belum mencakup seluruh pekerjaan yang ada, sehingga topik yang tepat untuk
diambil : Metode Pelaksanaan Pekerjaan Jalan Laston Lapis Aus (STA 54+945- STA
57+500) Dan Inventori Jalan

1.2.3 Ruang Lingkup Topik

Karena menyesuaikan waktu PKL yang ditentukan maka ruang lingkup


pembahasan Laporan PKL ini adalah mencakup metode pelaksanaan proyek preservasi dan
Inventori Jalan Onan Runggu-Nainggolan - Palipi - Simbolon - Tele ( STA 54+965 –

4
57+500 ) . Dalam proyek ini penulis mengamati dua jenis pekerjaan perkerasan jalan, yaitu
AC-WC ( Asphalt Concrete-Wearing Course ) Dan Inventori jalan

1.3 Jadwal Kegiatan PKL

Waktu Pelaksanaan PKL yang dijadwalkan oleh Jurusan Teknik Sipil program studi
TPJJ adalah selama ±1 (satu) bulan yang dimulai pada tanggal 01 April 2019 s/d 27 April
2019 , yang terdiri dari enam hari kerja setiap minggu yang dimulai pukul 07.30 WIB
sampai dengan 17.00 WIB untuk pekerjaan lapangan

BAB II

KESESUAIAN PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN

2.1 Alat dan Bahan Baku yang Digunakan

2.1.1 Alat Berat yang Digunakan.

2.1.1.1 Asphalt Mixing Plant (AMP)

Alat pencampur aspal atau biasa disebut Asphalt Mixing Plant adalah perangkat
peralatan untuk memproduksi campuran hotmix yang terdiri dari agregat, aspal panas dan
bagan pengisi atau filler2. AMP yang digunakan adalah jenis takaran (batch plan) dengan
kapasitas produksi 800 kg/35 detik, yang berarti dalam satu siklus pencampuran material
dalam rentang waktu 35 detik, dapat menghasilkan 800 kg hotmix. Pada proyek jalan tol
ini, digunakan hotmix produksi PT.GUNA KARYA NUSANTARA. AMP yang digunakan
terlihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 AMP (Asphal Mixing Plant) pada PT. GUNA KARYA NUSANTARA
5
2.1.1.2 Batching Plant

Batching Plant atau nama lengkapnya Concrete Batching Plant adalah suatu unit
mesin atau peralatan yang digunakan untuk memproduksi material campuran antara semen
dengan material agregat batu dan pasir yang disebut beton3. Proyek-proyek pembangunan
jalan tol, khususnya untuk proyek yang menggunakan beton mutu (kekuatan) tinggi,
mensyaratkan kontraktor menggunakan batching plant untuk produksi beton yang
digunakan pada bangunan struktur dan perkerasan beton semen. Pada proyek ini, beton
yang digunakan untuk rigid pavement adalah produksi dari PT. GUNA KARYA
NUSANTARA dengan batching plant yang berkapasitas produksi 200m3/jam seperti
terlihat pada Gambar 2.2

Gambar 2.2. Batching Plant pada PT.GUNA KARYA NUSANTARA

2.1.1.3 Dump Truck

Dump Truck adalah kendaraan yg digunakan untuk pengangkutan dan pemindahan


material dengan jarak yang cukup jauh. Dump Truck dapat memindahkan material pada
jarak menengah sampai jarak jauh (>500m).

Isi muatannya diisikan oleh alat pemuat, sedangkan untuk membongkar muatannya
alat berat ini dapat bekerja sendiri dengan mengangkat bagian depan bak dengan
menggunakan teknologi hidrolik seperti pada Gambar 2.3. Kapasitas bak Dump Truck yang
digunakan untuk mengangkat material pada proyek ini adalah 12 m3.

6
Gambar 2.3 Dump Truck

2.1.1.4 Wheel Loader

Wheel loader berfungsi untuk alat angkut bahan atau material (agregat kasar dan
agregat halus) dalam jarak yang dekat. Whell Loader dapat dilihat pada Gambar 2.4. Wheel
loader yang digunakan pada proyek ini memiliki kapasitas bucket sebesar 3 m3.

Gambar 2.4 Wheel Loader

2.1.1.5 Mixer Truck

Mixer truck adalah truk khusus yang terdapat pengaduk beton di dalamnya yang
berfungsi sebagai mengaduk/mencampur beton. Mixer truck digunakan untuk beton dengan
slump tinggi dan jarak tempuh yang jauh. Mixer truck dapat dilihat pada Gambar 2.5.
Kapasitas drum Mixer Truck yang digunakan pada proyek ini adalah 6 m3.

7
Gambar 2.5 Mixer Truck

2.1.1.6. Motor Grader

Motor grader adalah alat berat yang digunakan untuk meratakan jalan dan
membentuk jalan (grading) yang dibiasa digunakan dalam proyek pembangunan jalan.
Motor grader merupakan salah satu alat berat yang

sangat penting untuk konstruksi jalan. Grader juga dapat digunakan untuk
pengupasan lapisan atas yang hendak dibuang atau dikurangi, mencampur material dan
meratakan/ menyebarkannya lagi. Grader mempunyai roda dari karet sehingga dapat
dikendarai di jalanan beraspal ataupun tanah, 4 wheel drive dengan transmisi otomatis.
Grader juga berbeda dari alat berat yang lain, karena hasil akhirnya merupakan visualisasi
dari sang operator. Motor grader yang digunakan memiliki panjang pisau 4,1 meter. Motor
grader dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Motor Grader

8
2.1.1.7. Water Tank Truck

Water tank truck adalah kendaraan berat yang dirancang untuk membawa air, aspal
curah atau gas. Kendaraan berat ini dirancang untuk membawa beban cair. Truk tangki
cenderung besar, mereka dapat terisolasi atau non terisolasi, bertekanan atau non-
bertekanan, dan dirancang untuk beban satu atau beberapa (sering dengan cara perpecahan
internal dalam tangki mereka). Kapasitas drum Water tank truck yang digunakan pada
proyek ini adalah 5000 liter. Water tank truck dapat dilihat pada gambar 2.7.

Gambar 2.7 Water tank truck

2.1.1.8. Asphalt Finisher

Asphalt Finisher adalah alat yang digunakan untuk menghamparkan aspal olahan
dari AMP dan meratakan lapisannya5. Alat yang rodanya crawler track ini dilengkapi
dengan hopper yang tidak beralas, dibawah hopper terdapat pisau selebar hoppernya.
Proses penghamparan dimulai dengan memasukkan aspal ke hopper, aspal langsung turun
ke permukaan site dan disisir oleh pisau. Asphalt Finisher yang digunakan adalah merk
Sumitomo Tipe HA 60 C. Asphalt Finisher ini memiliki mesin penggerak otomatis yang
dilengkapi dengan sensor infra merah, sehingga pengaturan ketinggian pisau mengikuti
acuan string line. Kapasitas produksi alat yang digunakan adalah 50 ton/jam dengan
kapasitas bak/hopper penampung hotmix 13 ton. Asphalt finisher dapat dilihat pada
Gambar 2.8

9
Gambar 2.8 Asphalt Finisher Sumitomo

2.1.1.9. Tandem Roller

Tandem Roller Alat untuk memadatkan timbunan atau tanah yang akan diratakan
sehingga tanah atau timbunan menjadi padat. Tandem roller yang digunakan memiliki
kapasitas produksi yaitu 8,1 ton/jam. Alat dapat dilihat pada Gambar 2.9

Gambar 2.9 Tandem Roller

2.1.1.10.Pneumatic Tired Roller

Pneumatic Tired Roller Roda-roda penggilas jenis ini terdiri atas roda-roda ban
karet yang dipompa (pneumatic). Susunan dari roda muka dan roda belakang selang-seling
sehingga bagian yang tidak tergilas oleh roda bagian depan akan digilas oleh roda bagian
belakang. Pneumatic tired roller sangat cocok digunakan pada pekerjaan penggilasan
lapisan hot mix, maka dari itu pneumatic tired roller digunakan pada proyek ini. Kapasitas
10
produksinya adalah 9 ton/jam. Alat dapat dilihat pada Gambar2.12. Roda-roda penggilas
jenis ini terdiri atas roda-roda ban karet yang dipompa (pneumatic). Susunan dari roda
muka dan roda belakang selang-seling sehingga bagian yang tidak tergilas oleh roda bagian
depan akan digilas oleh roda bagian belakang. Pneumatic tired roller sangat cocok
digunakan pada pekerjaan penggilasan lapisan hot mix, maka dari itu pneumatic tired roller
digunakan pada proyek ini. Kapasitas produksinya adalah 9 ton/jam. Alat dapat dilihat pada
Gambar2.10

Gambar 2.10 Pneumatic Tired Roller

2.1.1.11. Vibratory Roller

Vibratory roller adalah suatu alat pemadat yang menggabungkan antar tekanan dan
getaran. Vibratory roller mempunyai efisiensi pemadatan yang baik. alat ini memungkinkan
digunakan secara luas dalam tiap jenis pekerjaan pemadatan. Kapasitas produksi alat ini
adalah 7.050 ton/jam. Alat dapat dilihat pada Gambar 2.11.

11
Gambar 2.11. Vibratory Roller

2.1.2 Bahan Baku

2.1.2.1 Bahan Baku Hotmix

1. Agregat

Agregat adalah bahan utama yang digunakan untuk lapisan permukaan perkerasan
jalan atau beton, agregat ini diperoleh dari hasil penambangan batubatuan pada sungai-
sungai yang ada di Binjai, kemudian batu–batuan tersebut diproses melalui mesin pemecah,
yaitu Stone Crusher yang menghasilkan beberapa jenis agregat sesuai dengan yang di
inginkan. Dalam perkerjaan konstruksi menurut standar SNI (Standar Nasional Indonesia)
tentang penggunaan agregat yang diproduksi adalah agregat dengan ukuran 1, 1/2, ¾ inch,
dan abu batu pada umumnya, yang selanjutnya disimpan di gudang untuk dijadikan stock
dan sebagian disimpan pada bin-bin penampung bahan baku untuk pembuatan aspal beton
pada unit AMP.

2. Aspal

Aspal ialah bahan baku yang digunakan untuk mengikat antara agregat yang satu
dengan yang lainya atau juga sebagai katalis agar agregat dapat menjadi satu padu, kuat,
keras dan tahan terhadap perubahan cuaca. Jenis aspal yang digunakan ialah aspal yang
diperoleh dari hasil penyulingan minyak bumi. Aspal yang digunakan oleh proyek ini
adalah aspal Ex Impor ESSO Pen Grade 60/70.

12
3. Filler

Filler adalah bahan penambah pada proses pencampuran atara agregat dengan aspal
yang berfungsi untuk menutup pori-pori yang ada pada permukaan aspal beton yang
disebabkan karena kurangnya campuran dari gradasi agregat pada unit timbangan. Bahan
pengisi yang digunakan pada proyek ini bukanlah abu batu, akan tetapi semen portland,
karena jumlah abu batu yang sulit untuk didapatkan dan jumlah dari hasil produksinya
selalu tidak mencukupi kebutuhan hotmix tersebut.

2.2 Metode Pelaksanaan Pekerjaan

2.2.1 Perkerasan Jalan Lentur (Flexible Pavement)

1. Persiapan Peralatan. Selama pelaksanaan pekerjaan pada proyek ini, sebelum


memulai pekerjaan, para pekerja dan teknisi alat memeriksa semua peralatan di AMP
maupun dilapangan karena seluruh alat dan peralatan harus selalu dalam kondisi layak
pakai atau semua peralatan dikalibrasi dan dipelihara setiap saat.

2. Persiapan Bahan. Aspal yang digunakan pada proyek ini adalah aspal keras Ex
impor ESSO Pen grade 60/70. Aspal ini telah diuji mutunya sesuai dengan spesifikasi
umum Bina Marga (hasil pengujian dapat dilihat pada Lampiran 11) dan aspal yang
digunakan memenuhi Spesifikasi Umum Bina Marga Revisi 3 (2010) Tipe | A dan Tipe | B
Aspal Pen 60/70. Agregat yang digunakan berasal dari quarry di Desa Panahan Simbolon
Purba Kec.Palipi dan agregat yang akan digunakan berasal dari satu sumber agregat.

13
Apabila ada perubahan sumber maka penimbunannya harus dipisah dan harus dibuat
rancangan campuran yang baru.

3. Proses pelaksanaan konstruksi perkerasan beraspal pada prinsipnya dimulai dari


pemenuhan persyaratan manajemen dan teknis, kemudian dilanjutkan dengan langkah-
langkah operasional seperti pembuatan campuran kerja (FCK), kegiatan di unit pencampur
aspal (AMP), kegiatan penghamparan dan pemadatan di lapangan. Tahapan pelaksanaan
konstruksi perkerasan beraspal ditunjukkan pada

4. Pelaksanaan Pencampuran di AMP Selama proses pembuatan campuran beraspal


panas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar hasil campuran beraspal panas yang
dihasilkan memenuhi persyaratan. Setiap peralatan yang ada di unit pusat pencampur perlu
juga diperhatikan dan diperksa selama proses produksi. Hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah:

a. Bin dingin (cold bin)

Kualitas dan lancarnya produksi campuran sangat tergantung dari kontinuitas


pasokan agregat dari bin dingin. Untuk itu selama proses produksi, pada bin dingin
dilakukan pemeriksaan dan pengendalian yang cukup ketat. Pemerikasaan yang dilakukan
pada bin dingin adalah:

Pengisian agregat ke masing-masing bin dingin pada AMP di PT. Guna Karya Nusantara
menggunakan loader dengan ukuran bucket lebih kecil dari mulut bin dingin seperti pada
Gambar 2.12, agar saat dituangkan satu jenis agregat ke bin, agregat tersebut tidak masuk
ke bin yang lainnya.

Setiap fraksi agregat yang tidak tercampur, terutama agregat antara bin yang berdekatan.
Untuk mengatasinya adalah pengisian tidak terlalu tinggi atau dipasang pemisah seperti
yang ditunjukkan panah merah pada Gambar 2.12.

14
Gambar 2.12 Pelat pemisahan antar fraksi agregat

Bukaan bin dingin dikalibrasi secara periodik Setiap agregat yang dipasok ke bin dingin
harus diperhatikan, jangan sampai ada agregat dari sumber yang berbeda. Bila ditemukan
pasokan harus diberhentikan karena harus dilakukan pembuatan rancangan campuran kerja
(JMF) ulang. Pada proyek ini, agregat yang dipasok diperoleh dari satu quarry saja. Kontrol
fraksi ukuran agregat secara visual dengan melihat agregat yang ada pada belt elevator
seperti yang dilakukan pekerja pada Gambar 2.13. Agregat yang ukurannya terlalu besar
dan agregat yang bukan batu pecah, agregat tersebut harus dibuang.

Gambar 2.13 Pemilahan agregat.

b. Pengering (dryer)

15
Pemeriksaan yang dilakukan adalah:

 Mengkalibrasi alat pengukur suhu.


 Memeriksa suhu agregat yang dipanaskan.

Mengamati asap dari luaran cerobong. Jika berasap hitam maka pembakaran tidak
sempurna atau minyak bakar tidak terbakar habis dan jika berasap putih berkabut
(mengandung uap air) berarti agregat basah berarti ada kemungkinan setelah proses
pengeringan agregat masih mengandung air (tidak kering sempurna). Asap yang penulis
amati yaitu putih berkabut.

c. Unit saringan panas (hot screen)

Pada proses penyaringan agregat di AMP ini suka terjadi pelimpahan yang
semestinya ke hot bin

1. tetapi terbawa ke hot bin

2. Hal demikian masih ditolerir bila jumlah agregat yang mengalami pelimpahan tersebut di
bawah 5%. Biasanya pelimpahan tersebut sebagai akibat dari lubang saringan banyak yang
tertutup agregat, kecepatan produksi tidak berimbang dengan kecepatan penyaringan,
agregat halus basah/menggumpal dan lubang-lubang saringan sudah ada yang rusak.
Pemeriksaan pada unit saringan panas yang dilakukan adalah: Memastikan bahwa ukuran
saringan sudah dipasang sesuai dengan rencana campuran yang akan diproduksi. Hal ini
dilakukan sebelum memulai proses produksi. Memeriksa kondisi dan kebersihannya.

d. Bin panas (hot bin)

Pemeriksaan yang dilakukan adalah: Memeriksa dinding bin dingin apakah sudah
bersih. Dinding bin diperiksa sebelum produksi dimulai. Memastikan juga bahwa tidak
adanya bagian bin panas yang bocor.

e. Penimbangan (weigh hopper)

Pemeriksaan yang dilakukan adalah: Memeriksa timbangan agregat dan aspal


apakah kondisinya layak (terkalibrasi).

16
f. Pencampur (mixer/pugmill)

Pemeriksaan yang dilakukan adalah: Memeriksa temperatur aspal (pada tangki


aspal). Lamanya pencampuran.

Hal-hal di atas sangat diperhatikan oleh pihak PT. Guna Karya Nusantara karena
kualitas hotmix yang diproduksi bukan hanya dipengaruhi oleh mutu bahan yang
digunakan, alat produksi yang layak juga mempengaruhi kualitas dari hotmix tersebut,
sehingga pengecekan terhadap AMP dilakukan setiap memulai produksi hotmix.

g. Pemeriksaan hasil produksi

Memeriksa campuran beraspal panas hasil produksi sangat diperlukan untuk


mengetahui secara dini jika terjadi penyimpangan, sehingga dapat segera diperbaiki untuk
proses pembuatan campuran berikutnya. Pemeriksaan yang diperlukan adalah pemeriksaan
secara visual yang ditunjukkan pada Gambar 2.14, yaitu:

Penyelimutan Aspal Pada Agregat. Dari hasil pemeriksaan, agregat terselimuti


secara menyeluruh.

Terjadi Penggumpalan Aspal Tidak terjadi penggumpalan aspal pada campuran


yang diamati.

17
` Gambar 2.14 Pemeriksaan aspal yang baru diproduksi

h. Truk pengangkut

Memeriksa bagian-bagian truk, seperti:

 Kebersihan Bak Truk

Bak truk yang digunakan bersih dari material yang tidak diperlukan seperti sampah
plastik, dedaunan atau solar.

 Kondisi Truk

Kondisi truk yang beroperasi dalam keadaan baik dan juga mempunyai pelindung
aspal seperti terpal. Terpal sangat berguna untuk melindungi hotmix dari hujan dan juga
dapat menjaga kestabilan suhu hotmix.

5. Pelaksanaan Penghamparan dan Pemadatan Hotmix

a) Permukaan yang akan dicoating terlebih dahulu dibersihkan dari material yang
mengganggu seperti sampah plastik, daun atau ranting pohon, tanah, abu dan batu dengan
cara disemprot dengan angin bertekanan tinggi menggunakan compressor. Pada Gambar
2.15 pekerja sedang membersihkan lapisan AC-BC.

18
Gambar 2.15 Pekerja sedang membersihkan lapisan AC-BC.

b) Setelah permukaan siap (string line sudah terpasang dan permukaan bersih),
kegiatan selanjutnya adalah memasangan lapis resap ikat (prime coat) pada bagian
permukaan base atau lapis perekat (tack coat) pada permukaan hotmix (AC-BC) seperti
pada Gambar 2.16 dan komposisi dari prime/tack

coat dapat dilihat pada. Pada Gambar 2.16, pekerja sedang melakukan coating pada lapisan
AC-Base.

Gambar 2.16, Pekerjaan melakukan coating pada lapisan AC-BC.

19
Setelah 24 jam, kegiatan selanjutnya adalah melaksanakan penghamparan dan pemadatan
hotmix. Kegiatan pelaksanaan penghamparan dan pemadatan yaitu:

a) Memeriksa suhu hotmix pada bak dump truck (Gambar 2.27), apakah masih dalam
suhu yang dapat diterima untuk proses pemadatan dan penghamparan (±145˚C).
Dari pengecekan suhu yang dilakukan, suhu hotmix yaitu 147 ˚C.
b) Alat berat dan pekerja sudah siap untuk melaksanakan pekerjaan penghamparan dan
pemadatan. Asphalt finisher sudah ditempatkan di lokasi penghamparan, seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2.18

Gambar 2.17 Pekerjaan penghamparan hotmix (AC-WC).

c) Dump Truck menuangkan hotmix ke bak finisher (dapat dilihat pada Gambar
2.19). Finisher tidak boleh mendorong dump truck, karena hal ini dapat menyebabkan
hamparan tidak rata. Dump truck dan finisher harus berjalan beriringan dan harus pelan.
Kecepatan penghamparan tidak berubah-ubah atau konstan. Pekerjaan flexible pavement ini
dilaksanakan pada pukul 8.00 – 17.00 WIB, karena pada waktu tersebut, suhu yang

20
cenderung tinggi menyebabkan hotmix tidak mudah mengeras. Jika pekerjaan dilaksanakan
pada malam hari, suhu yang rendah akan menyebabkan hotmix cepat dingin dan tidak dapat
digunakan lagi.

Gambar 2.18 Pengisian hotmix ke dalam bak finisher.

d) Kerataan permukaan arah melintang, arah memanjang, kemiringan melintang dan


memanjang mengikuti elevasi string line sehingga sangat minim terjadi kesalahan, dan jika
terjadi kesalahan pada tebal hotmix yang telah dihamparkan, penyebabnya adalah surveyor
yang tidak teliti saat menentukan elevasi dari string line tersebut, sehingga elevasi dari
string line tidak sesuai dengan perencanaan.. Hotmix didistribusikan ke bagian depan dan di
ratakan dengan hot plate seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.20.

21
HOT PLATE

Gambar 2.19 Automatic asphalt finisher sedang mendistribusikan aspal.

e) Hotmix yang telah dihampar tidak langsung di gilas/dipadatkan, karena adanya


suhu ketetapan untuk penggilasan hotmix. Rentang waktu dalam menunggu suhu aspal
turun tersebut adalah break down time. Suhu penggilasan yaitu 140±1˚C. Dilakukan
pengukuran suhu hotmix (Gambar 2.21). Jika suhu masih di atas suhu yang diperbolehkan,
hotmix akan mencapai density yang sesuai dengan spesifikasi, bahkan melebihi, akan tetapi
ketebalan tidak akan tercapai. Hal ini disebabkan karena aspal pada hotmix yang bersuhu di
atas ketentuan masih relatif cair sehingga lembek dan mudah dipadatkan.

22
Gambar 2.20 Pemeriksaan suhu hotmix menggunakan termometer.

f) Setelah aspal di hampar, dilanjutkan dengan tahap pemadatan. Pemadatan


pertama (break down rolling) sebayak 20 kali passing untuk lapisan AC-WC dengan
menggunakan tandem roller (Gambar2.32). Yang dimaksud passing adalah perjalanan alat
berat dari start-finish-start ketika sedang memadatkan suatu perkerasan.

Gambar 2.21 Pemadatan menggunakan tandem roller.

23
g) Pemadatan yang kedua dengan pneumatic tandem roller (Gambar 2.33).
Pada pemadatan menggunakan pneumatic tandem roller, AC-WC dipadatkan
dengan jumlah passing sebanyak 20 kali. Jumlah passing telah ditentukan dari hasil
pengujian trial section yang dapat dilihat pada.

Gambar 2.22.Pemadatan menggunakan pneumatic tandem roller

h) Pemadatan terakhir/finishing dilakukan oleh tandem roller sebanyak 1


kali passing. Pelaksanaan pemadatan di proyek ini dilakukan sesuai dengan
perencanaan mulai dari tahap penghamparan sampai pemadatannya.

Keterangan dari papan informasi adalah:

Nama Pekerjaan : Pengasphaltan AC-WC

Lokasi : Tele,STA 54+965 R – STA 57+500

Pelaksana : Sumitomo,Kr20D

Hari/Tanggal : Jumat , 5 April 2019

24
i) 7 hari setelah pelaksanaan pemadatan, dilakukan pengambilan sample untuk
pengujian density dengan cara core drilling. Hasil dari pengujian density dapat dilihat pada
Lampiran 8. Pelaksanaan pekerjaan core drilling dapat dilihat pada Gambar 2.24.

Gambar 2.23. Pelaksanaan core drill.

j) Sample yang didapatkan dari pelaksanaan core drilling dilakukan kontrol kualitas
(Quality Control) dengan serangkaian tes seperti marshall test dan extraction test.
Pelaksanaan pengujian quality control dapat dilihat pada Gambar 2.25 sampai Gambar 2.27
dan hasil pengujian dapa dilihat pada

Gambar 2.24 Penimbangan benda uji di dalam air.

25
Pelaksanaan penimbangan benda uji yang dilaksanakan sesuai dengan tata cara
pengujian density, yaitu penimbangan benda uji pertama untuk mendapatkan berat kering
benda uji dan dilanjutkan dengan penimbangan benda uji di dalam air dengan cara benda
uji diikatkan pada seutas tali dan di gantungkan pada kail yang ada pada timbangan
tersebut. Kemudian benda uji dibiarkan menggantung di dalam bak berisi air. Pelaksanaan
penimbangan benda uji untuk mendapatkan berat kering dapat dilihat pada Gambar 2.25
dan penimbangan benda uji di dalam air dapat dilihat pada Gambar 2.26.

Gambar 2.25 Menimbang benda uji untuk mendapatkan berat kering.

Setelah penimbangan benda uji selesai, dilanjutkan dengan melakukan marshall test.
Pelaksanaan tes yang dilakukan sesuai dengan tata cara pelaksanaan marshall test dan hasil
pengujian dapat dilihat pada

2.2 Inventori Jalan

2.2.1 Alat Yang Digunakan

2.2.1.1 Pita Ukur ( 50 Meter )

Digunakan untuk mengukur panjang jalan dan lebar jalan

26
2.2.1 Gambar Pita ukur ( 50 Meter )

2.2.1.2 Pita Ukur ( 5 Meter )

Digunakan untuk mengukur panjang jalan dan lebar jalan

2.2.2 Gambar Pita Ukur ( 5 Meter )

2.2.1.3 Kamera Digital

Digunakan untuk mengambul foto visual jalan

2.2.1.4 Lembar Kerja

27
Digunakan untuk mengisi data survei jalan

2.2.1.4 Bolpoint

Digunakan untuk mencatat data survey

2.2.1.4 Laptop

Digunakan untuk mengelolah data hasil survei.

2.2.2 Evaluasi Infrastruktur Jalan dan Irigasi

Evaluasi infrastruktur jalan merupakan proses penilaian tentang kondisi


infrastruktur jalan serta menginformasikan keberhasilan program pembangunan
infrastruktur jalan yang belum dilaksanakan atau sudah dilaksanakan dan
sejauh mana program tersebut dilakukan.

2.2.3 Metode Pekerjaan Inventori Jalan

Ada dua metode yang akan dilakukan dalam kegiatan survei ini, yaitu :
Metode yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Data primer:

Metode pengambilan data primer jalan

28
 Melakukan survei observasi (pengamatan) secara langsung untuk
identifikasi kondisi, mengukur dimensi, dan mendokumentasikan.
 Untuk survei jalan aspal menggunakan “Pedoman survey rinci”

2. Data sekunder

Data sekunder yang dimaksud adalah data yang diperoleh dari intansi-
instansi terkait setempat baik desa, kecamatan maupun kabupaten, seperti peta desa dan
data statistic kependudukan.

2.2.4 Hasil Akhir Pekerjaan Inventori jalan

Setalah data dikumpulakan hasil survei dibedakan menjadi dua data


yangdiperlukan dalam pengolahan data dan penyusunan hasil akhir, sebagai berikut :

 Kondisi existing infrastruktur jalan dan irigasi di Desa Bantal


Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo, yang berupa peta jaringan jalan dan
irigasi.
 Evaluasi keberhasilan pembangunan percepatan desa tertinggal, berupa tabel dan
peta.

BAB III

EVALUASI KETIDAK SESUAIAN REALISASI DENGAN RENCANA

3.1 Penyebab Ketidaksesuaian

Proyek konstruksi merupakan bentuk kegiatan yang berlangsung dalam jangka


waktu terbatas dan dengan sumberdaya tertentu untuk mencapai hasil dalam bentuk
bangunan Infrastruktur. Proyek konstruksi melibatkan pemilik Proyek, Konsultan
Perencana, Konsultan Pengawas, dan Kontraktor yang saling berkaitan dalam sebuah
perjanjian kerja yang disebut kontrak. Keberhasian suatu proyek konstruksi
ditentukan dari kesesuaian waktu, biaya, dan mutu yang ditetapkan dalam dokumen
kontrak.

29
Suatu pekerjaan Proyek Konstruksi tentu saja tidak ada yang sempurna dan sebaik
perencanaan. Seperti pada Pekerjaan Preservasi dan Pelebaran Jalan Tele-
Pangururan-Nainggolan-Onan Runggu (MYC) dimana ada faktor – faktor yang
menyebabkan perencanaan tidak sesuai dengan realisasi, sehingga pekerjaan tidak
dapat dilaksanakan dengan maksimal.
Ketidaksesuaian rencana dengan realisasi terjadi karena dipengaruhi faktor –
faktor berikut :
1. Akses Jalan
Pada pekerjaan hotmix, khususnya pada pelaksanaan penghamparan jarak AMP
ke lokasi proyek juga cukup jauh sehingga pada pengerjaan dilapangan, suhu
hampar pada aspal tidak sesuai lagi dengan suhu hampar rencana.
2. Penggunaan K3 Pekerja
Pekerja yang tidak sadar akan pentingnya penggunaan alat keselamatan kerja di
lapangan membuat pekerja merasa nyaman bekerja tanpa menggunakan
perlengkapan K3.
3. Cuaca
Keterkaitan cuaca pada pekerjaan di lapangan dapat dilihat dalam spesifikasi
umum 2010 Divisi 6. Pada kondisi cuaca sedang tidak stabil, tentu akan
mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Cuaca yang hujan terus
menerus tidak akan memungkinkan untuk dilakukannya kegiatan pengaspalan, dan
apabila intensitas hujan tinggi dapat menunda pekerjaan dan memakan banyak
waktu. Seperti yang di tunjukkan pada Gambar 3.1

30
Gambar 3.1 Terjadi hujan, sehingga pekerjaan ditunda.

4. Alat
Alat yang akan dipakai untuk pekerjaan di lapangan harus dalam keadaan baik
dan sudah diperiksa keadaan mesin, ban, dan sebagainya. Dengan alat yang baik,
pekerjaan yang akan dikerjakan akan lebih efisien dan ekonomis.
5. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia memiliki peran penting dalam pelaksanaan konstruksi.
Pengalaman dan keahlian sangat penting dalam menangani suatu masalah yang
terjadi saat kegiatan konstruksi berlangsung.
Dengan adanya pekerja yang mengoperasikan alat dengan benar, maka
pekerjaan yang dihasilkan akan baik pula. Dalam hal ini, ada beberapa pekerja
yang sudah ahli dalam bidangnya, karena pengaruh faktor sosial maka beberapa
pekerja diambil dari daerah tersebut sehingga pekerjaan tersebut kurang maksimal
dan pekerja dari daerah tersebut tidak bekerja secara maksimal sehingga
membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Sesuai atau tidak sesuainya suatu pekerjaan bergantung pada beberapa faktor
yang telah dijabarkan di atas. Jika faktor-faktor di atas diabaikan, maka akan
terjadi keterlambatan pekerjaan yang mempengaruhi waktu pelaksanaan pekerjaan.
Untuk mendapatkan mutu sesuai rencana dengan waktu yang sudah terganggu
menyebabkan biaya akan bertambah.

31
3.2.Tindakan/Solusi yang Dilaksanakan di Lapangan.

Ketidaksesuaian realisasi suatu proyek dengan rencana awal dapat diatasi dengan
mengambil keputusan dan tindakan/solusi yang tepat. Untuk mengambil solusi yang
tepat pihak yang berkepentingan dan bertanggung jawab terhadap proyek tersebut
harus mencari penyebab ketidaksesuaian itu dengan mengevalusi pekerjaan dengan
rinci.
Tindakan/solusi yang dilaksanakan di lapangan harus disesuaikan dengan kendala
yang terjadi. Berikut tindakan yang dilaksanakan di lapangan:
1. Saat cuaca tidak stabil sebaiknya tidak dilakukan produksi material di Asphalt
Mixing Plant (AMP), karena material yang sudah di produksi dan mengalami
penurunan suhu dibawah ketentuan tidak akan bisa dihampar. Material yang tidak
dihampar harus dibuang sehingga penyedia jasa akan mengalami kerugian.
2. Seharusnya, sebelum pekerjaan dimulai pada setiap paginya, para pekerja
diberikan briefing atau arahan-arahan tentang penggunaan K3 dilapangan. Dan di
lapangan seharusnya ada ahli K3 yang mengawasi pekerja yang tidak
menggunakan perlengkapan K3.
3. Melakukan riset cuaca di lokasi proyek, hal ini dapat dilakukan dengan cara
berkoordinasi dengan badan klimatologi agar didapat data prediksi cuaca di daerah
lokasi proyek.
4. Melakukan pengecekan berskala pada alat-alat yang dipakai. Dengan melakukan
pengecekan, maka tanda-tanda kerusakan pada alat dapat diketahui dan dilakukan
antisipasinya.
5. Jika ditemui alat yang mengalami kerusakan saat pekerjaan sedang berlangsung,
harus diupayakan agar pekerjaan tidak terbengkalai. Upaya tersebut yaitu
memanfaatkan tenaga pekerja secara manual, berusaha memperbaiki dan mencari
tahu keadaaan alat yang rusak, menyediakan alat cadangan, merawat serta
memeriksa alat secara rutin.

32
6. Agar pekerjaan terlaksana sesuai rencana maka pekerja harus diawasi oleh mandor
di masing-masing pekerjaan dan diawasi secara umum oleh pengawas lapangan
dari pihak kontraktor dan konsultan.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

1. Pada proyek preservasi dan pelebaran jalan tele-pangururan-nainggolan- onan runggu


(MYC)
digunakan dua jenis perkerasan, yaitu perk

erasan kaku (rigid pavement) dan perkerasan lentur (flexible pavement).

2. Pada pekerjaan flexible pavement, hot mix asphalt diproduksi dari PT. GUNA KARYA
NUSANTARA

3. Pekerjaan flexible pavement ini dilaksanakan pada pukul 8.00 – 17.00, karena pada
waktu tersebut, suhu yang cenderung tinggi menyebabkan hotmix bersifat baik. Jika
pekerjaan dilaksanakan pada malam hari, suhu yang rendah akan menyebabkan hotmix
cepat dingin dan tidak dapat digunakan lagi.

4. Filler yang digunakan pada flexible pavement yaitu semen. Digunakan semen karena abu
batu sulit didapatkan dan harganya mahal.

5. Ketidaksesuaian rencana dengan realisasi dalam suatu pekerjaan konstruksi dapat terjadi
karena beberapa faktor, yaitu cuaca, alat, sumber daya manusia, metode pelaksanaan yang
tidak tepat/salah, dan masalah pembebasan lahan.

6. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) selalu dilaksanakan jika proyek
sedang berjalan dan K3 merupakan faktor penting dalam kelancaran pelaksanaan pekerjaan
di lapangan.

33
4.2 Saran

1. Sebelum dilakukan pekerjaan sebaiknya dilakukan pengecekan alat secara rutin agar
tidak terjadi gangguan saat pekerjaan di lapangan.

2. Akses jalan harus bagus agar proses mobilisasi pada pekerjaan tidak terganggu.

3. Pemasangan rambu-rambu K3 pada proyek dilakukan agar tidak terjadi kecelakaan pada
saat pekerjaan.

4. Pekerja harus patuh terhadap k3 yang diterapkan pada proyek agar menimalisir angka
kecelakaan kerja yang akan terjadi.

5. Perlu diperhatikan faktor-faktor cuaca dan keadaan lalulintas yang dapat mempengaruhi
proses pekerjaan baik sebelum maupun setelah pekerjaan berlangsung.

34

Anda mungkin juga menyukai