Anda di halaman 1dari 12

BAB IV

HASIL PENYELIDIKAN

4.1 Blok/Prospek
Secara umum lingkup daerah penyelidikan Wilayah Izin Usaha Pertambangan
(WIUP) memiliki komoditas batuan (Batu Marmer). Daerah penyelidikan ini
memiliki prospek utama dari segi kelimpahan sumberdaya beserta urutan
pertambangan dimulai dari akses terdekat hingga yang paling jauh, Proses
penambangan ini memiliki prospek sekitar 14.75565 hektar dari luas keseluruhan
WIUP 77.73 hektar:
Sumber :Arcgis

Gambar 4.1
Peta Sumber Daya
4.1.1 Pemetaan Geologi
Pemetaan geologi merupakan suatu cara/Tindakan yang dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui sifat geologi yang telah terjadi di lingkup daerah eksplorasi
khususnya pada batas litologi, sebaran batuan, struktur geologi, yang berhubungan
dengan endapan pada jenis komoditas batuan. Pemetaan geologi dilakukan dengan
cara menggabungkan beberapa data geologi yang berupa struktur geologi,
singkapan tanah, dan indikasi mineralisasi yang selanjutnya ditandai koordinatnya
melalui alat GPS (Global Position System). Hasil dari pemetaan geologi
ditambahkan edalam peta penyebaran potensi batuan, yang selanjutnya menjadi
acuan dalam proses penyusunan rencana kegiatan penambangan dan pembagian
blok penambangan. Tahapan awal setelah survey lapangan dilakukan yaitu
membuat peta lintasan geologi dengan titik pengambilan sampel yang merupakan
titik pelaksanaan kegiatan chip sampling, pencatatan data, dan pencantuman
koordinat pada peta. Lintasan ini dapat berupa jejak penyelidikan yang dihasilkan
di lapamgan beserta perjalanan yang dilewati untuk mewakili persebaran batuan
disekitarnya sehingga dapat dijadikan penafsiran satuan batuan .Peta geologi
diperoleh berdasarkan kesamaan proses gelogi yang terjadi dan sumber batuannya.
Pada daerah WIUP dalam peta geologi lokal terbagi menjadi 2 Formasi, yaitu
Formasi Nampol (Tmn) berupa perulangan batulempung, batupasir dan tuf,
sisipan konglomerat dan breksi, setempat batugamping, dan Formasi Campur
Darat (Tmcl) berupa batugamping hablur sisipan batulempung berkarbon.
Sumber: Arcgis
Gambar 4.2
Peta Geologi Lokal
4.1.1.1 Litologi
Sebagian besar daerah penelitian ini berada pada Formasi Campurdarat (Tmcl).
Dimana Formasi Campurdarat terdiri atas batu gamping yang mengalami proses
metamorfosa yang merubah penampakannya, dan sifat-sifatnya. Batu Gamping
dapat menjadi hablur dikarenakan pengaruh tekanan maupun panas, selain itu air
tanah juga memiliki peranan penting terhadap proses penghabluran batu gamping.
Sedangkan sebagian kecil daerah penelitian berada pada Formasi Nampol (Tmn).
Dimana Formasi Nampol ini berupa perulangan batulempung yang diselingi oleh
batu pasir dan tuf yang merupakan jenis batuan piroklastik yang mengandung
debu vulkanik selama periode letusan gunung berapi, terdiri juga dari sisipan
batuan konglomerat serta breksi, setempat batu gamping. Formasi Nampol
diperkiran berumur sekitar abad Miosen Tengah.

4.1.1.2 Struktur
Secara khusus daerah yang termasuk dalam iup memiliki kekar kekar pendek pada
beberapa gunung, selain itu Juga memiliki beberapa lipatan lipatan yang
membentuk bukit bukit bergelombang. Sedangkan batuan yang sering dijumpai
didaerah penelitian ialah tuff hablur, lanau dan batu pasir. Kemungkinan proses
pembuntukan daerah IUP diakibatkan oleh adanya sesar atas bawah yang terjadi
secara memanjang.

4.1.2 Pemetaan Topografi/Batimetri


Pemetaan topografi dilakukan pada ada daerah eksplorasi dilakukan pada titik-
titik yang telah dilakukan analisa secara langsung dan titik pengambilan chip
sampling dengan tujuan untuk memperoleh gambaran kondisi permukaan daaerah
bukaan sesungguhnya serta penyebaran lokasi layak tambang. Pemetaan ini masih
di lakukan dengan cara sederhana, yaitu dengan menggunakan GPS untuk
menentukan titik X, Y, Z kemudian data ini di overlay ke dalam peta dasar
topografi global sehingga topografi detail dapat tergambarkan pada area
eksplorasi. Serangkaian kegiatan yang telah dilakukan pada kegiatan eksplorasi
lahan eksplorasi ini menghasilkan data-data yang kemudian dievaluasi dan diolah
dengan menggunakan sistem komputerisasi, maka diperoleh hasil peta topografi
sebagai berikut :
Sumber : Arcgis
Gambar 4.3
Peta Topografi

Dari haril pemetaan dapat diketahui bahwa wilayah disekirat WIUP memiliki
topografi dengan ketinggian berkisar dari 40 - 100 mdpl, sedangkan elevasi IUPM
memiliki ketinggian berkisar dari 41-75 mdpl.

4.2 Blok/Prospek
Secara umum daerah penyelidikan WIUP mempunyai prospek komoditas mineral
bukan logam (Bauksit). Prospek utama dari penyelidikan ini adalah dari segi
kelimpahan sumberdaya dan urutan rencana penambangan dari yang terdekat ke
akses jalan, sehingga prospek penambangan mempunyai luasan sekitar ± 118 Ha
dari seluruh WIUP 2325 Ha yang secara detail akan dibahas pada pembahasan
selanjutnya. Sebelum diketahui luas area sebaran endapan bauksit, diperlukan
pengolahan data setelah semua data sekunder dan data primer sudah lengkap,
setelah itu dapat diketahui area yang prospek atau layak untuk dilakukan kegiatan
penambangan dan area yang tidak layak tambang.
4.3 Estimasi Sumber Daya dan Cadangan
Dari hasil estimasi sumber daya dari hasil kegiatan penampang geologi, pemetaan
topografi, pembuatan penampang melintang endapan dan model endapan,
pengukuran ketebalan lapisan melalui data litologi maka akan dielevasikan
Sebagian besar sumberdaya endapan bahan galian yang akan diperoleh dari lokasi
pekerjaan. Estimasi sumber daya bauksit, dilakukan karena volume sumber daya
pada area tertutup dan terbuka, endapan bauksit masih bercampur dengan mineral
mineral pengotor. Oleh karena itu dilakukan proses perhitungan dengan
presentase endapan bauksit, sehingga volume sumber daya bauksit tanpa adanya
pengotor (tailing) dapat diketahui. Perhitungan estimasi sumber daya bauksit
dilakukan dengan cara menjumlahkan kedua volume sumber daya tersebut dengan
masing- masing blok. Kemudian hasil penjumlahan di hitung dengan data
kuantitas endapan bahan galian yaitu bauksit pada masing-masing blok, sehingga
volume sumber daya bauksit tanpa adanya pengotor dapat diketahui nilai
volumenya.

4.3.1 Metoda
Estimasi sumber daya dengan sistem komputerisasi perhitingan volume cut off
dari elevasi 41 m hingga elevasi 75 m menggunakan program surfer. Evaluasi
sumber daya dilakukan dengan komputerisasi mengunakan program dengan
metode Triangular Irregular Network (TIN) dimana perhitungan/grid volume
dilakukan berdasarkan bentuk perlaapisan penampang hasil dari pengukuran.
Berdasarkan Analisa sampel parameter kedalaman kemudian dikelompokan
kedalam lembaran berdasarkan kedar yang terkandung pada masing-masing
lapisan.

4.3.2 Parameter Estimasi


Perhitungan sumber daya dengan menggunakan konsep cut and fill, hanya
dilakukan pada satuan batuan pada lokasi eksplorasi tersebut. Secara umum,
permodelan dan perhitungan cadangan endapan bahan galian ini memerlukan
data- data dasar sebagai berikut
1. Peta Topografi
2. Data penyebaran singkapan batuan
3. Data dan sebaran titik sampel
4. Peta geologi lokal (meliputi litologi, stratigrafi, dan struktur geologi)
5. Peta situasi dan data-data yang memuat batasan-batasan alamiah seperti
aliran sungai, jalan, perkampungan, dan lain-lain.
Dari data-data dasar tersebut akan dihasilkan data olahan, yaitu data dasar yang
diolah untuk mendapatkan model endapan secara tiga dimensi.

4.3.3 Jumlah dan Klasifikasi Sumber Daya


Dalam menghitung jumlah dan klasifikasi sumber daya dapat dilakukan
dengan mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1. Data Densitas Batuan
Dari hasil nalisa densitas batuan, untuk batuan bauksit memiliki densitas
sebesar 1,5 gr/m3 atau sama dengan 1500 kg/m3.
2. Data Luasan Area dan Kedalaman
Dalam pengelolaan data eksplorasi, didapatkan zona prospek untuk
penambangan komoditas batuan bauksit yang mempunyai luasan ± 118 Ha
dengan limit 41 m hingga elevasi 75 m.
3. Hasil Permodelan
Permodelan geologi endapan bahan galian dilakukan untuk dapat
menemukan metode estimasi sumber daya serta mengetahui tonase dan
volume bahan galian tersebut. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan
program surfer, QGIS dan Global Mapper. Data yang digunakan untuk
menghitung sumber daya yakni data koordinat Wilayah Izin Usaha
Pertambangan (WIUP). Permodelan sumber daya dapat dilihat pada gambar
berikut: Sumberdaya dibagi lagi kedalam beberapa kategori sebagai berikut:
A. Sumber Daya Tereka (inferred resource)
Merupakan bagian dari Sumberdaya dimana tonase, kadar, dan
kandungan mineral dapat diestimasi dengan tingkat kepercayaan rendah.
Hal ini direka dan diasumsikan dari adanya bukti geologi, tetapi tidak
diverifikasi kemenerusan geologi dan/ atau kadarnya. Hal ini hanya
berdasarkan dari informasi yang diperoleh melalui teknik yang memadai
dari lokasi mineralisasi seperti singkapan, paritan uji, sumuran uji dan
lubang bor tetapi kualitas dan tingkat kepercayaannya terbatas atau tidak
jelas. Sumberdaya Mineral Tereka memiliki tingkat keyakinan lebih
rendah dalam penerapannya dibandingkan dengan sumberdaya Mineral
Terunjuk.
Sumber daya tereka berada pada WIUP seluas 2523 hektar. Parameter
dalam penentuan sumber daya tereka adalah :
a. Luasan daerah menggunakan Luasan lahan eksplorasi (2523 Ha)
b. Densitas bgauksit 1500 kg/m
c. Volume sebesar 611423059.01135m

Sumber: QGIS
Gambar 4.4
Sumberdaya Tereka

Dari data diatas, kemudian dihitung Tonnase menggunakan rumus :


T = Volume x Densitas
= 611423059.01135 m3 x 1,5 t/m3
= 917,134,588.517025 ton
B. Sumber Daya Terunjuk (indicated resource)
Merupakan bagian dari Sumberdaya Mineral dimana tonase, densitas,
bentuk, karakteristik fisik, kadar dan kandungan mineral dapat diestimasi
dengan tingkat kepercayaan yang wajar. Hal ini didasarkan pada hasil
eksplorasi, dan informasi pengambilan dan pengujian contoh yang
didapatkan melalui teknik yang tepat dari lokasi-lokasi mineralisasi seperti
singkapan, paritan uji, sumuran uji, ”terowongan uji” dan lubang bor.
Lokasi pengambilan data masih terlalu jarang atau spasinya belum tepat
untuk memastikan kemenerusan geologi dan/ atau kadar, tetapi secara
meruang cukup untuk mengasumsikan kemenerusannya. Sumberdaya
Mineral Tertunjuk memiliki tingkat keyakinan yang lebih
rendahpenerapannya dibanding dengan Sumberdaya Mineral Terukur,
tetapi memiliki tingkat keyakinan yang lebih tinggi penerapannya
disbanding dengan Sumberdaya Mineral Tereka. Sumber daya terunjuk
berada pada daerah IUP Eksplorasi seluas ± 118 hektar. Parameter dalam
penentuan sumber daya terunjuk adalah :
a. Luasan daerah menggunakan Luasan lahan eksplorasi (118 Ha)
b. Densitas batu pasir 1500 kg/m3
c. Volume sebesar 33275293.135963 m3

Sumber: QGIS
Gambar 4.5
Sumberdaya Tertunjuk

Dari data diatas, kemudian dihitung Tonnase menggunakan rumus :


T = Volume x Densitas
= 33275293.135963 m3 x 1,5 t/m3
= 49,912,939.7039445 ton
C. Sumber Daya Terukur (measured resource)
Merupakan bagian dari Sumberdaya Mineral dimana tonase, densitas,
bentuk, karakteristik fisik, kadar dan kandungan mineral dapat diestimasi
dengan tingkat kepercayaan yang tinggi. Hal ini didasarkan pada hasil
eksplorasi rinci dan terpercaya, dan informasi mengenai pengambilan dan
pengujian conto yang diperoleh dengan teknik yang tepat dari lokasi-lokasi
mineralisasi seperti singkapan, paritan uji, sumuran uji, ”terowongan uji”
dan lubang bor. Lokasi informasi pada kategori ini secara meruang adalah
cukup rapat untuk memastikan kemenerusan geologi dan kadar. Sumber
daya terukur berada pada daerah IUP OP seluas ± 118 hektar. Parameter
dalam penentuan sumber daya terukur adalah :
a. Luasan daerah menggunakan Luasan lahan eksplorasi (118 Ha)
b. Densitas batu pasir 1500 kg/m3
c. Volume sebesar 20812580.520787 m3

Sumber: QGIS
Gambar 4.6
Sumberdaya Terukur
Dari data diatas, kemudian dihitung Tonnase menggunakan rumus : T
= Volume x Densitas
= 20812580.520787 m3 x 1,5 t/m3
= 31218,870 ton

D. Hasil Report Sumber Daya


Dari hasil perhitungan sumber daya diatas, didapatkan hasil sebagai
Berikut:
Table 4.1 Estimasi
Sumberdaya
Sumberdaya Nama Densitas Volume(m3) Tonase (Ton)
Blok (g/cm3)
Tereka WIUP 1.5 611423059.01135 917,134,588.517025
Tertunjuk IUP 1,5 33275293.135963 49,912,939.7039445
Terukur IUP 1,5 20812580.520787 31218,870
OP

Anda mungkin juga menyukai